You are on page 1of 55

CASE REPORT

VERTIGO PERIFER

Disusun Oleh:
Betha Nurvia
1102010048

Pembimbing
dr. Sofie Minawati ,Sp.S

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF


PERIODE 25 APRIL 2016 s/d 27 MEI 2016
RSU dr. SLAMET GARUT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan kekuatan dan kemampuan
kepada penyusun sehingga penyusunan Case Report ini dapat diselesaikan. Case Report ini
disusun untuk memenuhi syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan kepaniteraan klinik
SMF Neurologi di RSUD Dr. Slamet Garut. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya Case
Report ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan banyak pihak. Untuk itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. dr. H. Nasir Okbah, Sp.S dan dr. Sofie Minawati, Sp.S.
2. Para Dokter dan Perawat di Bagian Neurologi Dr. Slamet Garut.
3. Teman-teman sejawat dokter muda di lingkungan RSUD Dr. Slamet Garut.
Segala daya upaya telah di optimalkan untuk menghasilkan Case report yang baik dan
bermanfaat, dan terbatas sepenuhnya pada kemampuan dan wawasan berpikir penulis. Pada
akhirnya penulis menyadari bahwa Case Report ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca agar dapat menghasilkan Case
Report yang lebih baik di kemudian hari.

Garut, Mei 2016

Penulis

1. PENDAHULUAN
Vertigo berasal dari istilah latin, yaitu vertere yang berarti berputar, dan igo yang
berarti kondisi. Vertigo merupakan subtipe dari dizziness yang secara definitif merupakan
ilusi gerakan, dan yang paling sering adalah perasaan atau sensasi tubuh yang berputar
terhadap lingkungan atau sebaliknya, lingkungan sekitar kita rasakan berputar.Vertigo
merupakan gejala kunci yang menandakan adanya gangguan sistem vestibuler dan kadang
merupakan gejala kelainan labirin.1
Asal terjadinya vertigo dikarenakan adanya gangguan pada sistem keseimbangan
tubuh. Bisa berupa trauma, infeksi, keganasan, vaskuler. Sistem keseimbangan tubuh dibagi
menjadi 2 yaitu sistem vestibuler (pusat dan perifer ) dan non vestibuler. Sistem vestibuler
sentral terletak pada batang otak, serebelum, dan serebrum. Sedangkan, sistem vestibuler
perifer meliputi labirin dan saraf vestibular.2
2. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM KESEIMBANGAN
Tubuh kita membutuhkan keseimbangan untuk melakukan aktivitas sehari- hari.
Untuk mengatur keseimbangan tersebut, terdapat 3 sistem yang berperan penting. Yang
pertama sistem vestibular, meliputi labirin (apparatus vestibularis), nervus vestibularis dan
vestibular sentral. Labirin terletak di dalam pars petrosa os temporalis dan terbagi menjadi
koklea sebagai alat pendengaran kita, dan apparatus vestibularis sebagai alat keseimbangan.
Apparatus vestibularis terdiri atas satu pasang organ otolit dan tiga pasang kanalis
semisirkularis. Di dalam organ otolit terdapat sakulus dan utrikulus yang berfungsi untuk
mempertahankan keseimbangan. Di dalam kanalis semisirkularis berisi perilimfe, sedangkan
duktus semisirkularis berisi endolimfe.4

Yang kedua dan ketiga adalah sistem proprioseptif dan sistem optik.

Sistem

proprioseptif mengirimkan informasi sensorik tentang gerakan dan posisi tubuh. Reseptor
untuk indera proprioseptif terdapat dalam otot, sendi, ligamen, jaringan peyekat. Sensasisensasi yang berasal dari sistem proprioseptif berkaitan dengan sistem vestibuler. Sensasi
yang dimaksud mengacu pada sensasi dari kepala, posisi tubuh ketika seseorang bergerak
aktif. Sistem optik, adalah serabut saraf optikus.5
1. Tahap Transduksi
Rangsangan gerakan diubah reseptor vestibuler (hair cell), visus (rod dan conecells)
dan proprioseptik, menjadi impuls saraf. Dari ketiga reseptor tersebut, reseptor vestibuler
menyumbang informasi terbesar dibanding dengan kedua reseptor lainnya, yaitu lebih dari
55%. Mekanisme transduksi hair cells vestibulum berlangsung ketika rangsangan
gerakanmembangkitkan gelombang pada endolimf yang mengandung ion K (kalium).
Gelombang

endolimf

akan

menekuk

rambut

sel

(stereocilia)

yang

kemudian

membuka/menutup kanal ionK bila tekukan stereocilia mengarah ke kinocilia (rambut sel
terbesar) maka timbul influksion K dari endolimf ke dalam hari cells yang selanjutnya akan
mengembangkan potensialaksi. Akibatnya kanal ion Ca (kalsium) akan terbuka dan timbul
ion masuk ke dalam haircells. Influks ion Ca bersama potensial aksi merangsangn pelepasan
neurotransmitter (NT) kecelah sinaps untuk menghantarkan (transmisi) impuls ke neuron
berikutnya, yaitu saraf aferen vestibularis dan selanjutnya menuju ke pusat AKT.5
2. Tahap Transmisi
Impuls yang dikirim dari haircells dihantarkan oleh saraf aferen vestibularis menuju
ke otak dengan neurotransmitter glutamate.
3. Tahap Modulasi
Modulasi dilakukan oleh beberapa struktur di otak yang diduga pusat AKT, antara
lain:

Inti vestibularis

Vestibulo-serebelum

Inti okulo motorius

Hiptotalamus

Formasio retikularis

Korteks prefrontal dan limbik struktur tersebut mengolah informasi yang masuk dan
memberi respons yang sesuai. Bila rangsangan yang masuk sifatnya berbahaya maka akan
disensitisasi. Sebaliknya,bila bersifat biasa saja maka responsnya adalah habituasi.
Selanjutnya adalah tahap persepsi.

Fisiologi Keseimbangan
Korteks lobus temporalis
Persepsi

Thalamus

Batang Otak/serebelum
Integrasi/koordinasi

Vestibular

Visual

somatosensory

3. KLASIFIKASI

d
fV
ie
z
s
itz
i
o
n
lb
n
lb
e
u
o
ls
g
ia
r
k
Jenis vertigo Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran vestibular
yang mengalami kerusakan, yaitu vertigo periferal dan vertigo sentral. Saluran vestibular
adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa mengirimkan informasi tentang
posisi tubuh ke otak untuk menjaga keseimbangan. Vertigo periferal terjadi jika terdapat
gangguan di saluran yang disebut kanalis semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang
bertugas mengontrol keseimbangan. Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo
periferal antara lain penyakitp seperti benign parozysmal positional vertigo (gangguan akibat
kesalahan pengiriman pesan), penyakit meniere (gangguan keseimbangan yang sering kali
menyebabkan hilang pendengaran), vestibular neuritis (peradangan pada sel-sel saraf
keseimbangan), dan labyrinthitis (radang di bagian dalam pendengaran). Sedangkan vertigo
sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak, khususnya di bagian saraf
keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum (otak kecil).

Tabel 1. Perbedaan vertigo vestibular dan vertigo non-vestibular


Gejala
Sensasi
Tempo serangan
Mual/muntah
Gangguan pendengaran
Gerakan pencetus

Vetrigo vestibular
Rasa berputar
Episodik
+
+/Gerakan kepala

Vertigo non-vestibular
Melayang,goyang
Kontinu/konstan
Gerakan objek visual

Tabel 2. Perbedaan vertigo sentral dan vertigo perifer


Gejala
bangkitan
Beratnya vertigo
Pengaruh gerakan kepala
Mual/muntah/keringat
Gangguan pendengaran
Tanda local otak

Perifer
Lebih mendadak
Berat
++
++
+/-

Sentral
Lebih lambat
Ringan
+
+/-

3. PATOFISIOLOGI
Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh yang
mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan apa yang
dipersepsi oleh susunan saraf pusat.

6,7,8

Ada beberapa teori yang berusaha menerangkan

kejadian tersebut :
1. Teori rangsang berlebihan (overstimulation)
Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan menyebabkan hiperemi
kanalis semisirkularis sehingga fungsinya terganggu, akibatnya akan timbul vertigo,
nistagmus, mual dan muntah.
2. Teori konflik sensorik.
Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari berbagai
reseptor

sensorik

perifer

yaitu

mata/visus,

vestibulum

dan

proprioceptif,

atau

ketidakseimbangan/asimetri masukan sensorik yang berasal dari sisi kiri dan kanan.
Ketidakcocokan tersebut menimbulkan kebingungan sensorik di sentral sehingga timbul
respons yang dapat berupa nnistagmus (usaha koreksi bola mata), ataksia atau sulit berjalan
(gangguan vestibuler, serebelum) atau rasa melayang, berputar (berasal dari sensasi kortikal).
Berbeda dengan teori rangsang berlebihan, teori ini lebih menekankan gangguan proses
pengolahan sentral sebagai penyebab.

3. Teori neural mismatch


Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik, menurut teori ini otak
mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu, sehingga jika pada suatu saat
dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan pola 3 gerakan yang telah tersimpan, timbul
reaksi dari susunan saraf otonom. Jika pola gerakan yang baru tersebut dilakukan berulangulang akan terjadi mekanisme adaptasi sehingga berangsur-angsur tidak lagi timbul gejala.
4. Teori otonomik
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai usaha adaptasi
gerakan/perubahan posisi, gejala klinis timbul jika sistim simpatis terlalu dominan,
sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis mulai berperan.
5. Teori neurohumoral
Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan teori serotonin (Lucat)
yang masing-masing menekankan peranan neurotransmiter tertentu dalam pengaruhi sistim
saraf otonom yang menyebabkan timbulnya gejala vertigo. Keseimbangan Sistim Simpatis
dan Parasimpatis.
Keterangan : STM (Sympathic Nervous System), PAR (Parasympathic NerVous System)

7. Teori Cupulolithiasis dan Canaloliyhiasis


Menurut teori cupulolithiasis, deposit cupula (heavycupula) akan memicu efek
gravitasi pada krista. Namun, gerakan debris yang bebas mengambang adalah mekanisme

patofisiologi yang saat ini diterima sebagai ciri khas BPPV.Menurut teori canalolithiasis,
partikel mengambang bebas bergerak di bawah pengaruh gravitasi ketika merubah posisi
kanal dalam bidang datar vertikal. Tarikan hidrodinamik partikel menginduksi aliran
endolymph,
menghasilkan perpindahan cupular dan yang penting mengarah ke respon yang khas diamati.5

Gambar. Perpindahan otokonia dari utrikulus ke bagian lain dari telinga


(Diambil dari Timoti C. Hein: Post Traumatic Vertigo, 2012)4
Gejala yang akan ditemukan pada BPPV berupa rasa berputar yang episodik dan disertai
mual atau muntah, gangguan pendengaran dapat terjadi dan dipicu oleh adanya gerakan pada
kepala. Bangkitan pada BPPV terjadi lebih mendadak dan berat dan tidak ditemukan adanya
tanda fokal otak.5
4. PEMERIKSAAN
1. ANAMNESIS
Pertama-tama ditanyakan bentuk vertigonya, melayang, goyang, berputar tujuh
keliling, rasa naik perahu dan sebagainya. Perlu diketahui juga keadaan yang memprovokasi
timbulnya vertigo. Perubahan posisi kepala dan tubuh, keletihan dan ketegangan. Profil
wakti, apakah timbulnya akut atau perlahan-lahan, hilang timbul, paroksismal, kronikm
progresif atau membaik. Beberapa penyakit tertentu mempunyai profil waktu yang
karakteristik. Apakah juga ada gangguan pendengaran yang biasanya menyertai/ditemukan
pada lesi alat vestibuler atau n. vestibularis. Penggunaan obat-obatan seperti streptomisin,
kanamisin, salisilat, antimalaria dan lain-lain yang diketahui ototoksik/vestibulotoksik dan
adanya penyakit sistemik seperti anemia, penyakit jantung, hipertensi, hipotensi, penyakit
paru dan kemungkinan trauma akustik.
2. Pemeriksaan neurologis9

Pemeriksaan fisik diarahkan ke kemungkinan penyebab sistemik, tekanan darah


diukur dalam posisi berbaring, duduk dan berdiri, bising karotis, irama (denyut jantung) dan
pulsasi nadi perifer juga perlu diperiksa.
Pemeriksaan neurologis dilakukan dengan perhatian khusus pada :
1. Fungsi vestibuler/serebeler
a. Uji Romberg : penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan,
mula-mula dengan kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi
demikian selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat
menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu).
Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang
menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita
tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang baik
pada mata terbuka maupun pada mata tertutup. 7

Gambar . Uji Romberg


2. Tandem gait
Pada kelainan vestibuler perjalanannya akan menyimpang dan pada kelainan serebeler
penderita akan cenderung jatuh. 7
3. Uji Unterberger
Berdiri dengan kedua lengan lurus horizontal ke depan dan jalan di tempat dengan
mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan vestibuler posisi

penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang melempar
cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi
dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus
dengan fase lambat ke arah lesi. 7

4. Past-ponting test (Uji Tunjuk Barany). Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus
ke depan penderita disuruh mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan
sampai menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulangulang
dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan vestibulerakan terlihat
penyimpangan lengan penderita ke arah lesi.

Pemeriksaan fisik oto-neurologi8


Untuk menentukan apakah letak lesinya di sentral atau perifer.
1. Fungsi Vestibuler
a. Uji Dix Hallpike
Perhatikan adanya nistagmus, lakukan uji ini ke kanan dan kiri.

Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaringkan ke belakang dengan cepat,
sehingga kepalanya menggantung 45di bawah garis horizontal, kemudian kepalanya
dimiringkan 45 ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan
nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral.
Perifer, vertigo dan nistagmus timbul setelah periode laten 2-10 detik, hilang dalam
waktu kurang dari 1 menit, akan berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang beberapa
kali (fatigue). Sentral, tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo berlangsung lebih dari 1
menit, bila diulang-ulang reaksi tetar seperti semula (non-fatigue).

b. Tes Kalori
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30, sehingga kanalis semisirkularis lateralis
dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi bergantian dengan air dingin (30C) dan air
hangat (44C) masing-masing selama 40 detik dan jarak setiap irigasi 5 menit. Nistagmus
yang timbul dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai hilangnya nistagmus tersebut
(normal 90-150 detik).
Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis atau directional preponderance
ke kiri atau ke kanan. Canal paresis adalah jika abnormalitas ditemukan di satu telinga, baik
setelah rangsang air hangat maupun air dingin, sedangkan directional preponderance ialah
jika abnormalitas ditemukan pada arah nistagmus yang sama di masing-masing telinga. Canal
paresis menunjukkan lesi perifer di labarin atau n.VIII, sedangkan directional preponderance
menunjukkan lesi sentral.
c. Elektronistagmogram
Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk merekam
gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus tersebut dapat dianalisis secara
kuantitatif.

Pemeriksaan Penunjang11
1. Pemeriksaan laboratorium rutin atas darah dan urin, dan pemeriksaan lain sesuai indikasi.
2. Foto Rontgen tengkorak, leher, Stenvers (pada neurinoma akustik).
3. Elektroensefalografi (EEG), Elektromiografi (EMG),
4. Pencitraan CT-scan, arteriografi, magnetic resonance imaging (MRI).

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan vertigo terbagi menjadi 3 bagian utama, yaitu :13
1. Terapi kausal, sebagian besar kasus vertigo tidak diketahui kausanya sehingga
terapi lebih banyak bersifat simtomatik dan rehabilitatif.

Kausa
BPPV
Penyakit Meniere

Terapi
Manuver reposisi kanalit
Diet
rendah
garam,

Labirinitis
Neuritis vestibular
Penyakit vaskular
Tumor

pembedahan
Antibiotik, rehabilitasi vestibular
Steroid dosis tinggi
Mengontrol faktor resiko
Pembedahan

diuretic,

2. Terapi simptomatis, pengobatan ini ditujukan pada dua gejala utama yaitu rasa
vertigo (berputar, melayang) dan gejala otonom (mual, muntah). Gejala vestibular
akut yang disebabkan oleh gangguan perifer diterapi dengan antiemetik dan obat
penekan vestibular, antihistamin anti-vertigo pada obat antihistamin (seperti obat
betahistin) tidak berkaitan dengan potensinya sebagai antagonis histamin, tetapi
bersifat khas dan bukan hanya merupakan kemampuan menekan pusat muntah di
batang otak.
Terapi medikamentosa diberikan pada pasien dengan serangan vertigo yang
disertai mual muntah hebat, sehingga belum memungkinkan untuk dilakukan
tindakan maneuver diagnostik. Preparat yang diberikan adalah golongan
vestibular depresan disertai anti emetik. Senyawa betahistin (suatu analog
histamin) dapat meningkatkan sirkulasi di telinga dalam sehingga dapat diberikan
untuk mengatasi gejala vertigo.
3. Terapi rehabilitatif yang bertujuan untuk membangkitkan dan meningkatkan
kompensasi

sentral

dan

habituasi

pada

pasien

dengan

gangguan

vestibular.Mekanisme kompensasi ini dapat dipacu tumbuhnya dengan jalan


memberikan rangsangan terhadap alat keseimbangan di telinga bagian dalam
(vestibula), rangsangan terhadap visus dan juga proprioseptik.
NON MEDIKAMENTOSA
Benign Paroxysmal Positional Vertigo, banyak penelitian yang membuktikan dengan
pemberian terapi dengan manuver reposisi partikel/ Particle Repositioning Maneuver (PRM)
dapat secara efektif menghilangkan vertigo pada BPPV, meningkatkan kualitas hidup, dan
mengurangi risiko jatuh pada pasien. Keefektifan dari manuver-manuver yang ada bervariasi
mulai dari 70%-100%. Beberapa efek samping dari melakukan manuver seperti mual,
muntah, vertigo, dan nistagmus dapat terjadi, hal ini terjadi karena adanya debris otolitith

yang tersumbat saat berpindah ke segmen yang lebih sempit misalnya saat berpindah dari
ampula ke kanal.14
Setelah melakukan manuver, hendaknya pasien tetap berada pada posisi duduk
minimal 10 menit untuk menghindari risiko jatuh. Tujuan dari manuver yang dilakukan
adalah untuk mengembalikan partikel ke posisi awalnya yaitu pada makula utrikulus. Ada
lima manuver yang dapat dilakukan tergantung dari varian BPPV nya.14
a. Manuver Epley
Manuver Epley adalah yang paling sering digunakan pada kanal vertikal. Pasien
diminta untuk menolehkan kepala ke sisi yang sakit sebesar 450, lalu pasien berbaring
dengan kepala tergantung dan dipertahankan 1-2 menit. Lalu kepala ditolehkan 900 ke sisi
sebaliknya, dan posisi supinasi berubah menjadi lateral dan dipertahan 30-60 detik. Setelah
itu pasien mengistirahatkan dagu pada pundaknya dan kembali ke posisi duduk secara
perlahan. 14

Gambar. Manuver Epley

b. Manuver Semont
Manuver ini diindikasikan untuk pengobatan cupulolithiasis kanan posterior. Jika
kanal posterior terkena, pasien diminta duduk tegak, lalu kepala dimiringkan 45 0 ke sisi yang
sehat, lalu secara cepat bergerak ke posisi berbaring dan dipertahankan selama 1-3 menit. Ada
nistagmus dan vertigo dapat diobservasi. Setelah itu pasien pindah ke posisi berbaring di sisi
yang berlawanan tanpa kembali ke posisi duduk lagi. 14

Gambar Manuver Semont


c. Brandt-Daroff exercise
Manuver ini dikembangkan sebagai latihan untuk di rumah dan dapat dilakukan
sendiri oleh pasien sebagai terapi tambahan pada pasien yang tetap simptomatik setelah
manuver Epley atau Semont. Latihan ini juga dapat membantu pasien menerapkan beberapa
posisi sehingga dapat menjadi kebiasaan. 14

Gambar Brandt-Daroff exercise


d. Manuver Lempert
Manuver ini dapat digunakan pada pengobatan BPPV tipe kanal lateral. Pasien
berguling 3600, yang dimulai dari posisi supinasi lalu pasien menolehkan kepala 900 ke sisi
yang sehat, diikuti dengan membalikkan tubuh ke posisi lateral dekubitus. Lalu kepala
menoleh ke bawah dan tubuh mengikuti ke posisi ventral dekubitus. Pasien kemudian
menoleh lagi 900 dan tubuh kembali ke posisi lateral dekubitus lalu kembali ke posisi

supinasi. Masing-masing gerakan dipertahankan selama 15 detik untuk migrasi lambat dari
partikel-partikel sebagai respon terhadap gravitasi.14

Gambar Manuver Lempert


e. Forced Prolonged Position
Manuver ini digunakan pada BPPV tipe kanal lateral. Tujuannya adalah untuk
mempertahankan kekuatan dari posisi lateral dekubitus pada sisi telinga yang sakit dan
dipertahankan selama 12 jam.14
MEDIKAMENTOSA
a. Antihistamin15
Antihistamin yang dapat meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat, difenhidramin,
meksilin, siklisin. Antihistamin yang mempunyai antivertigo juga memiliki aktivitas antikolinergik di susunan saraf pusat. Efek samping yang umum dijumpai adalah sedasi
(mengantuk). Pada penderita vertigo berat, efek samping ini memberi efek positif. Beberapa
antihistamin yang digunakan adalah:

Betahistin
Fungsi meningkatkan sirkulasi di telinga dalam, diberikan untuk mengatasi gejala
vertigo. Efek samping obat ini adalah gangguan di lambung, mual, dan sesekali rush
di kulit.

Betahistin Mesylate (Merislon)

: dosis 6 mg (1 tablet) 12 mg, 3 kali sehari per


oral

Betahistin di Hcl (Betaserc)


6 tablet dibagi beberapa dosis

: dosis 8mg (1 tablet), 3 kali sehari. Maksimum

Dimenhidrat (Dramamine)
Lama kerja obat 4-6 jam. Dapat diberi per oral atau parenteral (IM atau IV). Dapat
diberikan dengan dosis 25 mg- 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari. Efek samping obat
mengantuk.

Difhenhidramin Hcl (Benadryl)


Lama aktivitas obat adalah 4-6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1 kapsul) 50 mg,
4 kali sehari per oral. Efek samping mengantuk.

b. Antagonis Kalsium15
Obat yang sering digunakan adalah Cinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine
(Sibelium). Merupakan obat supresan vestibular, sel rambut vestibular mengandung banyak
kanal kalsium.

Cinnarizine (Stugerone)
Berfungsi untuk menekan fungsi vestibular. Dosis 15-30 mg, 3 kali sehari atai 1 kali
75 mg sehari. Efek samping sedasi, fatigue, diare atau konstipasi, rasa kering di
mulut, dan rush di kulit.

c. Fenotiazine15
Berfungsi sebagai antiemetik

Promethazine (Phenergan)
Lama aktivitas obat 4-6 jam. Diberikan dengan dosis 12,5 mg-25 mg, 4 kali sehari per
oral atau parenteral. Efek samping yang sering adalah sedasi.

Khlorpromazine (Largactil)
Dapat diberikan pada penderita dengan serangan vertigo berat dan akut. Dosis 25 mg
-50 mg, 3-4 kali sehari, dapat diberikan per oral atau parenteral. Efek samping sedasi.

d. Obat Simpatomimetik 15

Efedrin
Lama aktivitas ialah 4-6 jam. Dosis dapat diberikan 10-25 mg, 4 kali sehari. Efek
samping insomnia, palpitasi, gelisah sampai gugup.

e. Obat Penenang15
Dapat diberikan kepada penderita vertigo untuk mengurangi kecemasan. Efek samping
yang dapat muncul adalah mulut kering dan penglihatan kabur.

Lorazepam, dosis 0,5 mg- 1mg

Diazepam, dosis 2 mg- 5 mg

f. Obat Anti Kolinergik15

Skopolamin
Dapat dikombinasi dengan fenotiazine atau efedrin. Dosis 0,3 mg- 0,6 mg, 3-4 kali
sehari.

2.9 PROGNOSIS
Keberhasilan terapi dikonfirmasi dengan melakukan manuver provokasi ulang, jika
masih terdapat gejala vertigo dan nistagmus, maka manuver terapi diulang kembali.
Umumnya pada manuver provokasi yang ketiga, gejala vertigo dan nistagmus tidak muncul
lagi.
Keberhasilan terapi pada BPPV digolongkan atas tiga kriteria: 13
1. Asimptomatis; pasien tidak lagi mengeluhkan rasa pusing berputar, dan head roll test tidak
lagi memberikan gambaran nistagmus.
2. Perbaikan; secara subjektif keluhan vertigo telah berkurang lebih dari 70%, pasien mampu
melakukan aktifitas yang sebelumnya dihindari. Secara objektif nistagmus horizontal masih
muncul pada manuver provokasi.
3. Tidak ada perbaikan; jika keluhan vertigo yang dirasakan berkurang <70%, dan nistagmus
muncul dengan intensitas yang sama.

CASE REPORT
STATUS NEUROLOGI

A. IDENTITAS
Nama

: Ny. Iya

Jenis Kelamin

: Perempuan

Umur

: 56 tahun

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Pendidikan

: SD

Agama

: Islam

Alamat

: Ceuwi Dan

B. ANAMNESIS
Autoanamnesis
Keluhan Utama

: pusing berputar

Keluhan tambahan

: mual, muntah dan lemas

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan pusing berputar sejak 2 hari SMRS. Keluhan
muncul tiba tiba saat pasien bangun tidur siang hari. Pasien merasa lingkungan
disekitarnya berputar. Keluhan dirasakan hilang timbul dengan durasi serangan
sekitar 5 10 menit. Keluhan semakin bertambah jika pasien berubah posisi dari
duduk ke berdiri. Keluhan berkurang jika pasien menutup mata. Pasien juga
mengeluh mual dan muntah 2 kali berisi cairan dan makanan dan lemas.
Sebelumnya pasien pernah mengalami keluhan yang sama 4 tahun yang lalu dan
sempat dirawat. Sensitif terhadap cahaya (-) , telinga berdenging (-), penurunan
pendengaran (-), pingsan (-), lemah separuh badan (-) demam (-), bicara pelo (-).
Riwayat Penyakit Dahulu : hipertensi disangkal, DM disangkal, Stroke disangkal,
kolesterol tinggi disangkal.
C. PEMERIKSAAN
1. Status generalis
Keadaan umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan darah

: 150/100mmHg

GCS : E4V5M6

Nadi

: 94x/menit

Suhu

: 36,3C

RR

: 23x/menit

Umur klinis

: sesuai

Bentuk badan

: piknikus

Gizi

: obesitas tipe 1

Stigmata

: tidak ada

Kulit

: sawo matang

Turgor

: normal

Kel getah bening

: tidak membesar

Pembuluh darah

: A. Carotis palpasi kanan dan kiri normal , auskultasi


normal

2. Status Neurologi
Rangsang meningeal
Kaku kuduk : Brudzinski I : -/Brudzinski II : -/Kerniq
: -/Laseque
:>70 / >70
Syaraf Kranial
N.I
:
Cavum nasi
Tes penghidu
N.II

Visus kasar
Lihat warna
Lapang pandang
Funduscopy

N.III, IV, VI :
Sikap bola mata

: Simetris

Ptosis

: -/-

Strabismus

: -/-

Enoftalmus

: -/-

Eksoftalmus

: -/-

Diplopia

: -/-

: lapang/lapang
: normosmia/normosmia
: 6/6
: baik
: baik
: tidak dilakukan

Deviasi konjugee

: -/-

Pergerakan bola mata : Kesegala arah


Pupil
Refleks cahaya
Refleks akomodasi
N.V
Motorik
Sensorik
Refleks

: Bulat, isokor 3mm/3mm, letak di tengah, tepi rata


: langsung +/+
tidak langsung +/+
: +/+

: Buka tutup mulut


Gerakan rahang
Mengigit
: Rasa nyeri
Rasa raba
Rasa suhu
: Refleks kornea
Refleks maseter

: baik
: baik
: maseter dan temporal baik
: baik
: baik
: tidak dilakukan
: +/+
:-

N.VII
Sikap wajah

: Simetris kanan = kiri

Mimik

: Biasa

Angkat alis

: +/+

Kerut dahi

: +/+

Kembung pipi

: +/+

Lagoftalmus

: -/-

Menyeringai

: Sulcus Naso Labialis simetris tidak mendatar

Rasa kecap 2/3 depan : normal


Chovstek

: -/-

N. VIII
Nistagmus

: +/+
Masa laten

:+

Habituasi

:+

Vertigo

: +/+

Tes berbisik

: Baik

Gesekan jari

: +/+

Tes rinne

: +/+

Tes weber

: Tidak ada lateralisasi kanan dan kiri

Tes swabach

: Swabach sama dengan pemeriksa kanan dan kiri

N. IX, X
Arkus faring

: Simetris

Palatum molle

: Intak

Uvula

: Di tengah

Disartria

:-

Disfagia

:-

Disfonia

:-

Refleks okulokardiak : +/+


Refleks sinus caroticus : +/+
Refleks faring

:+

N. XI
Angkat bahu

: normal

Menoleh

: normal

N. XII
Sikap lidah

: ditengah

Atrofi papil lidah

:-

Fasikulasi

:-

Tremor

:-

Julur lidah

: tidak ada deviasi

Tenaga otot lidah

: Baik / Baik

Motorik
Derajat kekuatan otot

: Kanan

Kiri

5555

5555

5555

5555

Tonus Otot

: Normotonus kanan dan kiri

Trofi otot

: Eutrofi

Gerakan spontan abnormal

:-

Sensibilitas :
Eksteroseptif :
Rasa Raba
Rasa Nyeri
Rasa Suhu
Propioseptif :
Rasa Getar
Rasa Gerak
Rasa Sikap
Koordinasi

: Baik, simetris kanan dan kiri


: Baik, simetris kanan dan kiri
: tidak dilakukan
: simetris kanan = kiri
: simetris kanan = kiri
: simetris kanan = kiri

Statis
Dinamis

Fisiologis

Duduk
: normal
Berdiri
: sulit
Berjalan
: sulit
Telunjuk telunjuk
: kurang baik
Telunjuk hidung
: kurang baik
Tumit lutut
: baik
Test Romberg
:+
Romberg yang dipertajam : +
: Biceps ++/++

Triceps ++/++
KPR ++/++
APR ++/++
Patologis

: Babinski -/Chaddock -/Gordon -/Oppenheim -/Schaefer -/Rossolimo -/Mendel bechtrew -/Hoffman trommer -/Klonus lutut -/Klonus kaki -/-

Vegetatif :
Miksi
Defekasi

: baik
: baik

Fungsi Luhur :
Memori
Bahasa
Kognitif
Emosi

: baik
: baik
: baik
: baik

Resume
Pasien datang dengan keluhan pusing berputar sejak 2 hari SMRS. Keluhan
muncul tiba tiba saat pasien bangun tidur siang hari. Pasien merasa lingkungan
disekitarnya berputar. Keluhan dirasakan hilang timbul dengan durasi serangan
sekitar 5 10 menit. Keluhan bertambah jika pasien berubah posisi dari duduk ke
berdiri. Keluhan berkurang jika pasien menutup mata. Pasien juga mengeluh mual

dan muntah 2 kali berisi cairan dan makanan dan lemas. Sebelumnya pasien
pernah mengalami keluhan yang sama 4 tahun yang lalu dan sempat dirawat.
Sensitif terhadap cahaya (-) , telinga berdenging (-), penurunan pendengaran (-),
pingsan (-), lemah separuh badan (-) demam (-), bicara pelo (-).
Riwayat Penyakit Dahulu : hipertensi disangkal, DM disangkal, Stroke disangkal,
kolesterol tinggi disangkal.
TD

: 150/100 mmhg

Nadi

: 62 x/menit

Suhu

: 36,3oC

RR

: 23x/menit

N VIII

: nistagmus +/+

Uji romberg

:+

Pemeriksaan penunjang :

Elektrolit
Natrium

: 114 mmol/L

Kalium

: 4,5 mmol/L

Clorida

: 90 mmol/L

H2TL
Hemoglobin

: 14,6 gr/dL

Hematokrit

: 42 %

Trombosit : 283 ribu/uL

Leukosit

: 7,9 ribu/uL

GDS

: 100

Diagnosa
Klinis

: Vertigo Perifer

Topis

: sistem vestibular

Etiologis

: BPPV

Diagnosis banding

: vertigo sentral ec VBI, labirinitis

Pengobatan :
IVFD RL + Neurosanbe 20gtt/m

Betahistin mesilat 3 x 8 mg PO

Inj. Ondansetron 2 x 4mg iv

Inj. Ranitidin 2 x 1amp iv

Inj. Piracetam 2 x 3gr iv

Sucralfat syr 3 x 1C PO

Prognosis
Ad vitam

: ad bonam

Ad sanationum

: ad bonam

Ad fungsionum

: ad bonam

FOLLOW UP 1
Tanggal Pemeriksaan : 10 Oktober 2015
Nama

: Ny. Iya

Umur

: 56 Tahun

MRS

: 9 Oktober 2015

PH

:1

: pusing berkurang, mual - ,muntah

Keadaan umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan darah

: 120/80mmHg

Nadi

: 80 x/menit

Suhu

: 36,3C

RR

: 20 x/menit

Status Neurologi
Rangsang meningeal

GCS : E4V5M6

Kaku kuduk : Brudzinski I : -/Brudzinski II : -/Kerniq


: -/Laseque
: >70 / >70
Syaraf Kranial
N.I
:
Cavum nasi
Tes penghidu
N.II

Visus kasar
Lihat warna
Lapang pandang
Funduscopy

: lapang/lapang
: normosmia/normosmia
: 6/6
: baik
: baik
: tidak dilakukan

N.III, IV, VI :
Sikap bola mata

: Simetris

Ptosis

: -/-

Strabismus

: -/-

Enoftalmus

: -/-

Eksoftalmus

: -/-

Diplopia

: -/-

Deviasi konjugee

: -/-

Pergerakan bola mata : Kesegala arah


Pupil
Refleks cahaya
Refleks akomodasi
N.V
Motorik
Sensorik
Refleks

: Bulat, isokor 3mm/3mm, letak di tengah, tepi rata


: langsung +/+
tidak langsung +/+
: +/+

: Buka tutup mulut


Gerakan rahang
Mengigit
: Rasa nyeri
Rasa raba
Rasa suhu
: Refleks kornea
Refleks maseter

: baik
: baik
: maseter dan temporal baik
: baik
: baik
: tidak dilakukan
: +/+
:-

N.VII
Sikap wajah

: Simetris kanan = kiri

Mimik

: Biasa

Angkat alis

: +/+

Kerut dahi

: +/+

Kembung pipi

: +/+

Lagoftalmus

: -/-

Menyeringai

: Sulcus Naso Labialis simetris tidak mendatar

Rasa kecap 2/3 depan : normal


Chovstek

: -/-

N. VIII
Nistagmus
Vertigo

: -/: -/-

Tes berbisik

: Baik

Gesekan jari

: +/+

Tes rinne

: +/+

Tes weber

: Tidak ada lateralisasi kanan dan kiri

Tes swabach

: Swabach sama dengan pemeriksa kanan dan kiri

N. IX, X
Arkus faring

: Simetris

Palatum molle

: Intak

Uvula

: Di tengah

Disartria

:-

Disfagia

:-

Disfonia

:-

Refleks okulokardiak : +/+


Refleks sinus caroticus : +/+
Refleks faring

:+

N. XI
Angkat bahu

: normal

Menoleh

: normal

N. XII
Sikap lidah

: ditengah

Atrofi papil lidah

:-

Fasikulasi

:-

Tremor

:-

Julur lidah

: tidak ada deviasi

Tenaga otot lidah

: Baik / Baik

Motorik
Derajat kekuatan otot

Tonus Otot

: Kanan

Kiri

5555

5555

5555

5555

: Normotonus kanan dan kiri

Trofi otot

: Eutrofi

Gerakan spontan abnormal

:-

Koordinasi

Statis
Dinamis

Fisiologis

Duduk
: normal
Berdiri
: normal
Berjalan
: normal
Telunjuk telunjuk
: baik
Telunjuk hidung
: baik
Tumit lutut
: baik
Test Romberg
:Romberg yang dipertajam : : Biceps ++/++
Triceps ++/++
KPR ++/++
APR ++/++

Patologis

: Babinski -/Chaddock -/Gordon -/Oppenheim -/Schaefer -/Rossolimo -/Mendel bechtrew -/Hoffman trommer -/Klonus lutut -/Klonus kaki -/-

Sensibilitas

Eksteroseptif :
Rasa Raba
Rasa Nyeri
Rasa Suhu
Propioseptif :
Rasa Getar
Rasa Gerak
Rasa Sikap
Vegetatif :
Miksi
Defekasi

: Baik, simetris kanan dan kiri


: Baik, simetris kanan dan kiri
: tidak dilakukan
: simetris kanan = kiri
: simetris kanan = kiri
: simetris kanan = kiri

: baik
: baik

Fungsi Luhur :
Memori
Bahasa
Kognitif
Emosi
A

: baik
: baik
: baik
: baik

: Diagnosa
Klinis

: Vertigo perifer

Topis

: sistem vestibular

Etiologis

: BPPV

Diagnosis banding

: vertigo sentral ec VBI, labirinitis

: IVFD RL + Neurosanbe 20gtt/m

Betahistin mesilat 3 x 8 mg PO

Inj. Ondansetron 2 x 4mg iv

Inj. Ranitidin 2 x 1amp iv

Inj. Piracetam 2 x 3gr iv

Sucralfat syr 3 x 1C PO

FOLLOW UP 1
Tanggal Pemeriksaan : 26 April 2016
Nama

: Ny. Iya

Umur

: 56 Tahun

MRS

: 25 April 2016

: pusing berputar + , mual - ,muntah nyeri ulu hati+

Keadaan umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan darah

: 130/80mmHg

Nadi

: 88x/menit

Suhu

: 36C

RR

: 20 x/menit

GCS : E4V5M6

Status Neurologi
Rangsang meningeal
Kaku kuduk : Brudzinski I : -/Brudzinski II : -/Kerniq
: -/Laseque
: >70 / >70
Syaraf Kranial
N.I
:
Cavum nasi
Tes penghidu
N.II

Visus kasar
Lihat warna
Lapang pandang
Funduscopy

: lapang/lapang
: normosmia/normosmia
: 6/6
: baik
: baik
: tidak dilakukan

N.III, IV, VI :
Sikap bola mata

: Simetris

Ptosis

: -/-

Strabismus

: -/-

Enoftalmus

: -/-

Eksoftalmus

: -/-

Diplopia

: -/-

Deviasi konjugee

: -/-

Pergerakan bola mata : Kesegala arah

Pupil
Refleks cahaya
Refleks akomodasi
N.V
Motorik

: Bulat, isokor 3mm/3mm, letak di tengah, tepi rata


: langsung +/+
tidak langsung +/+
: +/+

: Buka tutup mulut


Gerakan rahang
Mengigit
: Rasa nyeri
Rasa raba
Rasa suhu
: Refleks kornea
Refleks maseter

Sensorik
Refleks

: baik
: baik
: maseter dan temporal baik
: baik
: baik
: tidak dilakukan
: +/+
:-

N.VII
Sikap wajah

: Simetris kanan = kiri

Mimik

: Biasa

Angkat alis

: +/+

Kerut dahi

: +/+

Kembung pipi

: +/+

Lagoftalmus

: -/-

Menyeringai

: Sulcus Naso Labialis simetris tidak mendatar

Rasa kecap 2/3 depan : normal


Chovstek

: -/-

N. VIII
Nistagmus
Vertigo

: -/: -/-

Tes berbisik

: Baik

Gesekan jari

: +/+

Tes rinne

: +/+

Tes weber

: Tidak ada lateralisasi kanan dan kiri

Tes swabach

: Swabach sama dengan pemeriksa kanan dan kiri

N. IX, X
Arkus faring

: Simetris

Palatum molle

: Intak

Uvula

: Di tengah

Disartria

:-

Disfagia

:-

Disfonia

:-

Refleks okulokardiak : +/+


Refleks sinus caroticus : +/+
Refleks faring

:+

N. XI
Angkat bahu

: normal

Menoleh

: normal

N. XII
Sikap lidah

: ditengah

Atrofi papil lidah

:-

Fasikulasi

:-

Tremor

:-

Julur lidah

: tidak ada deviasi

Tenaga otot lidah

: Baik / Baik

Motorik
Derajat kekuatan otot

: Kanan

Kiri

5555

5555

5555

5555

Tonus Otot

: Normotonus kanan dan kiri

Trofi otot

: Eutrofi

Gerakan spontan abnormal

:-

Koordinasi

Statis
Dinamis

Fisiologis

Duduk
: normal
Berdiri
: normal
Berjalan
: normal
Telunjuk telunjuk
: baik
Telunjuk hidung
: baik
Tumit lutut
: baik
Test Romberg
:Romberg yang dipertajam : : Biceps ++/++
Triceps ++/++
KPR ++/++
APR ++/++

Patologis

: Babinski -/Chaddock -/Gordon -/Oppenheim -/-

Schaefer -/Rossolimo -/Mendel bechtrew -/Hoffman trommer -/Klonus lutut -/Klonus kaki -/Sensibilitas :
Eksteroseptif :
Rasa Raba
Rasa Nyeri
Rasa Suhu
Propioseptif :
Rasa Getar
Rasa Gerak
Rasa Sikap
Vegetatif :
Miksi
Defekasi

: Baik, simetris kanan dan kiri


: Baik, simetris kanan dan kiri
: tidak dilakukan
: simetris kanan = kiri
: simetris kanan = kiri
: simetris kanan = kiri

: baik
: baik

Fungsi Luhur :
Memori
Bahasa
Kognitif
Emosi
A

: baik
: baik
: baik
: baik

: Diagnosa
Klinis

: Vertigo Perifer

Topis

: sistem vestibular

Etiologis

: BPPV

Diagnosis banding

: vertigo sentral ec VBI, labirinitis

: IVFD RL + Neurosanbe 20gtt/m

Betahistin mesilat 3 x 8 mg PO

Inj. Ondansetron 2 x 4mg iv

Inj. Ranitidin 2 x 1amp iv

Inj. Piracetam 2 x 3gr iv

Sucralfat syr 3 x 1C PO

FOLLOW UP 2
Tanggal Pemeriksaan : 27 April 2016
Nama

: Ny. Iya

Umur

: 56 Tahun

MRS

: 25 April 2016

: pusing berputar +, mual - ,muntah

Keadaan umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan darah

: 130/80mmHg

Nadi

: 88x/menit

Suhu

: 36C

RR

: 20 x/menit

GCS : E4V5M6

Status Neurologi
Rangsang meningeal
Kaku kuduk : Brudzinski I : -/Brudzinski II : -/Kerniq
: -/Laseque
: >70 / >70
Syaraf Kranial
N.I
:
Cavum nasi
Tes penghidu
N.II

Visus kasar
Lihat warna
Lapang pandang
Funduscopy

N.III, IV, VI :
Sikap bola mata

: Simetris

: lapang/lapang
: normosmia/normosmia
: 6/6
: baik
: baik
: tidak dilakukan

Ptosis

: -/-

Strabismus

: -/-

Enoftalmus

: -/-

Eksoftalmus

: -/-

Diplopia

: -/-

Deviasi konjugee

: -/-

Pergerakan bola mata : Kesegala arah


Pupil
Refleks cahaya
Refleks akomodasi
N.V
Motorik
Sensorik
Refleks

: Bulat, isokor 3mm/3mm, letak di tengah, tepi rata


: langsung +/+
tidak langsung +/+
: +/+

: Buka tutup mulut


Gerakan rahang
Mengigit
: Rasa nyeri
Rasa raba
Rasa suhu
: Refleks kornea
Refleks maseter

: baik
: baik
: maseter dan temporal baik
: baik
: baik
: tidak dilakukan
: +/+
:-

N.VII
Sikap wajah

: Simetris kanan = kiri

Mimik

: Biasa

Angkat alis

: +/+

Kerut dahi

: +/+

Kembung pipi

: +/+

Lagoftalmus

: -/-

Menyeringai

: Sulcus Naso Labialis simetris tidak mendatar

Rasa kecap 2/3 depan : normal


Chovstek

: -/-

N. VIII
Nistagmus
Vertigo

: -/: -/-

Tes berbisik

: Baik

Gesekan jari

: +/+

Tes rinne

: +/+

Tes weber

: Tidak ada lateralisasi kanan dan kiri

Tes swabach

: Swabach sama dengan pemeriksa kanan dan kiri

N. IX, X
Arkus faring

: Simetris

Palatum molle

: Intak

Uvula

: Di tengah

Disartria

:-

Disfagia

:-

Disfonia

:-

Refleks okulokardiak : +/+


Refleks sinus caroticus : +/+
Refleks faring

:+

N. XI
Angkat bahu

: normal

Menoleh

: normal

N. XII
Sikap lidah

: ditengah

Atrofi papil lidah

:-

Fasikulasi

:-

Tremor

:-

Julur lidah

: tidak ada deviasi

Tenaga otot lidah

: Baik / Baik

Motorik
Derajat kekuatan otot

: Kanan

Kiri

5555

5555

5555

5555

Tonus Otot

: Normotonus kanan dan kiri

Trofi otot

: Eutrofi

Gerakan spontan abnormal

:-

Koordinasi

Statis
Dinamis

Fisiologis

Duduk
: normal
Berdiri
: normal
Berjalan
: normal
Telunjuk telunjuk
: baik
Telunjuk hidung
: baik
Tumit lutut
: baik
Test Romberg
:Romberg yang dipertajam : : Biceps ++/++

Triceps ++/++
KPR ++/++
APR ++/++
Patologis

: Babinski -/Chaddock -/Gordon -/Oppenheim -/Schaefer -/Rossolimo -/Mendel bechtrew -/Hoffman trommer -/Klonus lutut -/Klonus kaki -/-

Sensibilitas :
Eksteroseptif :
Rasa Raba
Rasa Nyeri
Rasa Suhu
Propioseptif :
Rasa Getar
Rasa Gerak
Rasa Sikap
Vegetatif :
Miksi
Defekasi

: baik
: baik

Fungsi Luhur :
Memori
Bahasa
Kognitif
Emosi
A

: Diagnosa

: baik
: baik
: baik
: baik

: Baik, simetris kanan dan kiri


: Baik, simetris kanan dan kiri
: tidak dilakukan
: simetris kanan = kiri
: simetris kanan = kiri
: simetris kanan = kiri

Klinis

: Vertigo Perifer

Topis

: sistem vestibular

Etiologis

: BPPV

Diagnosis banding

: vertigo sentral ec VBI, labirinitis

: IVFD RL + Neurosanbe 20gtt/m

Betahistin mesilat 3 x 8 mg PO

Inj. Ondansetron 2 x 4mg iv

Inj. Ranitidin 2 x 1amp iv

Inj. Piracetam 2 x 3gr iv

Sucralfat syr 3 x 1C PO

FOLLOW UP 3
Tanggal Pemeriksaan : 28 April 2016
Nama

: Ny. Iya

Umur

: 56 Tahun

MRS

: 25 April 2016

: pusing +, mual - ,muntah -

Keadaan umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan darah

: 130/80mmHg

Nadi

: 88x/menit

Suhu

: 36C

RR

: 20 x/menit

Status Neurologi
Rangsang meningeal
Kaku kuduk : Brudzinski I : -/Brudzinski II : -/Kerniq
: -/Laseque
: >70 / >70
Syaraf Kranial

GCS : E4V5M6

N.I

Cavum nasi
Tes penghidu

: lapang/lapang
: normosmia/normosmia

N.II

Visus kasar
Lihat warna
Lapang pandang
Funduscopy

: 6/6
: baik
: baik
: tidak dilakukan

N.III, IV, VI :
Sikap bola mata

: Simetris

Ptosis

: -/-

Strabismus

: -/-

Enoftalmus

: -/-

Eksoftalmus

: -/-

Diplopia

: -/-

Deviasi konjugee

: -/-

Pergerakan bola mata : Kesegala arah


Pupil
Refleks cahaya
Refleks akomodasi
N.V
Motorik
Sensorik
Refleks

: Bulat, isokor 3mm/3mm, letak di tengah, tepi rata


: langsung +/+
tidak langsung +/+
: +/+

: Buka tutup mulut


Gerakan rahang
Mengigit
: Rasa nyeri
Rasa raba
Rasa suhu
: Refleks kornea
Refleks maseter

N.VII
Sikap wajah

: Simetris kanan = kiri

Mimik

: Biasa

Angkat alis

: +/+

: baik
: baik
: maseter dan temporal baik
: baik
: baik
: tidak dilakukan
: +/+
:-

Kerut dahi

: +/+

Kembung pipi

: +/+

Lagoftalmus

: -/-

Menyeringai

: Sulcus Naso Labialis simetris tidak mendatar

Rasa kecap 2/3 depan : normal


Chovstek

: -/-

N. VIII
Nistagmus
Vertigo

: -/: -/-

Tes berbisik

: Baik

Gesekan jari

: +/+

Tes rinne

: +/+

Tes weber

: Tidak ada lateralisasi kanan dan kiri

Tes swabach

: Swabach sama dengan pemeriksa kanan dan kiri

N. IX, X
Arkus faring

: Simetris

Palatum molle

: Intak

Uvula

: Di tengah

Disartria

:-

Disfagia

:-

Disfonia

:-

Refleks okulokardiak : +/+

Refleks sinus caroticus : +/+


Refleks faring

:+

N. XI
Angkat bahu

: normal

Menoleh

: normal

N. XII
Sikap lidah

: ditengah

Atrofi papil lidah

:-

Fasikulasi

:-

Tremor

:-

Julur lidah

: tidak ada deviasi

Tenaga otot lidah

: Baik / Baik

Motorik
Derajat kekuatan otot

: Kanan

Kiri

5555

5555

5555

5555

Tonus Otot

: Normotonus kanan dan kiri

Trofi otot

: Eutrofi

Gerakan spontan abnormal

:-

Koordinasi

Statis
Dinamis

Fisiologis

Duduk
: normal
Berdiri
: normal
Berjalan
: normal
Telunjuk telunjuk
: baik
Telunjuk hidung
: baik
Tumit lutut
: baik
Test Romberg
:Romberg yang dipertajam : : Biceps ++/++
Triceps ++/++
KPR ++/++
APR ++/++

Patologis

: Babinski -/Chaddock -/Gordon -/Oppenheim -/Schaefer -/Rossolimo -/Mendel bechtrew -/Hoffman trommer -/Klonus lutut -/Klonus kaki -/-

Sensibilitas :
Eksteroseptif :
Rasa Raba
Rasa Nyeri
Rasa Suhu
Propioseptif :
Rasa Getar
Rasa Gerak
Rasa Sikap

: Baik, simetris kanan dan kiri


: Baik, simetris kanan dan kiri
: tidak dilakukan
: simetris kanan = kiri
: simetris kanan = kiri
: simetris kanan = kiri

Vegetatif :
Miksi
Defekasi

: baik
: baik

Fungsi Luhur :
Memori
Bahasa
Kognitif
Emosi
A

: baik
: baik
: baik
: baik

: Diagnosa
Klinis

: Vertigo Perifer

Topis

: sistem vestibular

Etiologis

: BPPV

Diagnosis banding

: vertigo sentral ec VBI, labirinitis

: IVFD RL + Neurosanbe 20gtt/m

Betahistin mesilat 3 x 8 mg PO

Inj. Ondansetron 2 x 4mg iv

Inj. Ranitidin 2 x 1amp iv

Inj. Piracetam 2 x 3gr iv

Sucralfat syr 3 x 1C PO

FOLLOW UP 4
Tanggal Pemeriksaan : 29 April 2016
Nama

: Ny. Iya

Umur

: 56 Tahun

MRS

: 25 April 2016

: pusing -, mual - ,muntah

Keadaan umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis

GCS : E4V5M6

Tekanan darah

: 130/80mmHg

Nadi

: 88x/menit

Suhu

: 36C

RR

: 20 x/menit

Status Neurologi
Rangsang meningeal
Kaku kuduk : Brudzinski I : -/Brudzinski II : -/Kerniq
: -/Laseque
: >70 / >70
Syaraf Kranial
N.I
:
Cavum nasi
Tes penghidu
N.II

Visus kasar
Lihat warna
Lapang pandang
Funduscopy

: lapang/lapang
: normosmia/normosmia
: 6/6
: baik
: baik
: tidak dilakukan

N.III, IV, VI :
Sikap bola mata

: Simetris

Ptosis

: -/-

Strabismus

: -/-

Enoftalmus

: -/-

Eksoftalmus

: -/-

Diplopia

: -/-

Deviasi konjugee

: -/-

Pergerakan bola mata : Kesegala arah


Pupil
Refleks cahaya
Refleks akomodasi
N.V
Motorik

: Bulat, isokor 3mm/3mm, letak di tengah, tepi rata


: langsung +/+
tidak langsung +/+
: +/+

: Buka tutup mulut : baik


Gerakan rahang
: baik

Mengigit
: Rasa nyeri
Rasa raba
Rasa suhu
: Refleks kornea
Refleks maseter

Sensorik
Refleks

: maseter dan temporal baik


: baik
: baik
: tidak dilakukan
: +/+
:-

N.VII
Sikap wajah

: Simetris kanan = kiri

Mimik

: Biasa

Angkat alis

: +/+

Kerut dahi

: +/+

Kembung pipi

: +/+

Lagoftalmus

: -/-

Menyeringai

: Sulcus Naso Labialis simetris tidak mendatar

Rasa kecap 2/3 depan : normal


Chovstek

: -/-

N. VIII
Nistagmus
Vertigo

: -/: -/-

Tes berbisik

: Baik

Gesekan jari

: +/+

Tes rinne

: +/+

Tes weber

: Tidak ada lateralisasi kanan dan kiri

Tes swabach

: Swabach sama dengan pemeriksa kanan dan kiri

N. IX, X

Arkus faring

: Simetris

Palatum molle

: Intak

Uvula

: Di tengah

Disartria

:-

Disfagia

:-

Disfonia

:-

Refleks okulokardiak : +/+


Refleks sinus caroticus : +/+
Refleks faring

:+

N. XI
Angkat bahu

: normal

Menoleh

: normal

N. XII
Sikap lidah

: ditengah

Atrofi papil lidah

:-

Fasikulasi

:-

Tremor

:-

Julur lidah

: tidak ada deviasi

Tenaga otot lidah

: Baik / Baik

Motorik
Derajat kekuatan otot

: Kanan

Kiri

5555

5555

5555

5555

Tonus Otot

: Normotonus kanan dan kiri

Trofi otot

: Eutrofi

Gerakan spontan abnormal

:-

Koordinasi

Statis
Dinamis

Fisiologis

Duduk
: normal
Berdiri
: normal
Berjalan
: normal
Telunjuk telunjuk
: baik
Telunjuk hidung
: baik
Tumit lutut
: baik
Test Romberg
:Romberg yang dipertajam : : Biceps ++/++
Triceps ++/++
KPR ++/++
APR ++/++

Patologis

: Babinski -/Chaddock -/Gordon -/Oppenheim -/Schaefer -/Rossolimo -/Mendel bechtrew -/Hoffman trommer -/-

Klonus lutut -/Klonus kaki -/Sensibilitas :


Eksteroseptif :
Rasa Raba
Rasa Nyeri
Rasa Suhu
Propioseptif :
Rasa Getar
Rasa Gerak
Rasa Sikap
Vegetatif :
Miksi
Defekasi

: Baik, simetris kanan dan kiri


: Baik, simetris kanan dan kiri
: tidak dilakukan
: simetris kanan = kiri
: simetris kanan = kiri
: simetris kanan = kiri

: baik
: baik

Fungsi Luhur :
Memori
Bahasa
Kognitif
Emosi
A

: baik
: baik
: baik
: baik

: Diagnosa
Klinis

: Vertigo Perifer

Topis

: sistem vestibular

Etiologis

: BPPV

Diagnosis banding

: vertigo sentral ec VBI, labirinitis

: IVFD RL + Neurosanbe 20gtt/m

Betahistin mesilat 3 x 8 mg PO

Inj. Ondansetron 2 x 4mg iv

Inj. Ranitidin 2 x 1amp iv

Inj. Piracetam 2 x 3gr iv

Sucralfat syr 3 x 1C PO

DAFTAR PUSTAKA

1. Wahyudi Kupiya Timbul. Vertigo. Jakarta: Medical Department, PT. Kalbe Farma
Tbk. CDK-198/vol.39 no.10,2012

2. Colombo B, Teggi R. Vestibular Migraine and Related Syndromes. Switzerland:


Springer.2014:73
3. Libonati Giacinto Asprella . Benign Paroxysmal Positional Vertigo and Positional
Vertigo Variants. Otorhinolaryngology Clinics: An International Journal, JanuaryApril 2012;4(1):25-40
4. Sherwood L. Fisiologi manusia: sistem saraf perifer Jakarta: EGC.2011:234-241
5. Falenra Sandy. A 38 years old man with benign paroxysmal positional vertigo (bppv).
Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, Desember 2014;3(2):11
6. Collie Mary JH. Vertigo:Diagnosis and management. Virginia: Physician Assistant
Review Panel. 2011.h 46
7. Isaradisaikul S, Novacharoen N, Hanprasertpong C, dkk. Causes and time-course of
vertigo in an ear, nose, and throat clinic. Thailand: Department of Otolaryngology,
Faculty of Medicine,Chiang Mai University, Februari 2010;267:18371841
8. Lee Seung-Han, Kim Ji Soo. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. Diakses dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2895225/
9. Weber PC. Vertigo dan Disequilibrium: A practical guide to diagnosis

and

management. New York: Thieme.2011


10. Lumbantobing SM. Neurologi Klinik: Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI.2008
11. Anderson JH dan Levine SC. Sistem Vestibularis. Dalam : Effendi H, Santoso R,
Editor : Buku Ajar Penyakit THT Boies. Edisi Keenam. Jakarta :EGC. 1997:39-45
12. Joesoef AA. Vertigo. In : Harsono, editor. Kapita Selekta Neurologi.Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press; 2000:341-59
13. Edward Yan, Roza Yelvita. Laporan kasus: Diagnosis dan Tatalaksana Benign
Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) Horizontal Berdasarkan Head Roll Test.
Sumatera Barat: Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(1):2-3
14. Bittar et al. Benign Paroxysmal Positional Vertigo: Diagnosis and Treatment.
International Tinnitus Journal. 2011;16(2):135-45
15. TC Hain, M Uddin. Pharmacological treatment of vertigo. Chicago: Department of
Neurology Northwestern University. 2013;17(2):85-100

You might also like