You are on page 1of 10

Peranan Bidan dalam Mengurangi Angka Kematian Ibu

Profesi bidan merupakan salah satu profesi yang sudah ada sejak lama. Bidan sangat
berkaitan erat dengan setiap siklus kehidupan wanita. Dalam setiap siklus hidupnya wanita
akan mengalami permasalahan yang berbeda-beda. Terutama dalam masa kehamilan,
persalinan dan setelah persalinan. Masa-masa tersebut merupakan masa yang rawan bagi
wanita, karena pada masa tersebut terjadi perubahan-perubahan sistem tubuh sebagai
penyesuaian diri terhadap kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan. Bila dalam masamasa tersebut minim informasi dan tidak dikelola dengan baik, maka dapat mengakibatkan
hal-hal yang berbahaya bagi ibu yang ujungnya menyebabkan kematian ibu.
Bidan sebagai tenaga kesehatan menjadi salah satu ujung tombak pelayanan kesehatan
dasar di masyarakat. Di Indonesia, terutama di desa-desa bidan masih menjadi andalan
masyarakat dalam menghadapi berbagai masalah kesehatan terutama kesehatan ibu dan anak.
Derajat kesehatan suatu negara salah satunya dilihat dari angka kematian ibu yang
terjadi di negara tersebut. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) angka kematian ibu melahirkan pada 2007 mencapai 228 per 100.000 kelahiran
hidup. Jumlah itu harus diturunkan menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada 2015
sesuai target Millennium Development Goals (MDGs).
Kematian ibu dapat disebabkan oleh banyak faktor. Penyebab kematian ibu paling
umum di Indonesia adalah penyebab obstetri langsung yaitu perdarahan 28%, keracunan
kehamilan (preeklampsia/eklampsia) 24%, infeksi 11%, sedangkan penyebab tidak langsung
adalah trauma obstetri 5% dan lain-lain 11% (WHO, 2007).
Menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu merupakan salah satu program
kesehatan ibu dan anak. Dalam hal ini, bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam
menurunkan angka kematian ibu tersebut karena bidan adalah tenaga kesehatan yang turun
langsung di tengah masyarakat. Untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu adalah
dengan meningkatkan mutu pelayanan kebidanan dan menjaga kesinambungan pelayanan
kesehatan ibu.
Peran bidan dalam menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan ibu yaitu membantu
ibu merencanakan kehamilan yang sehat, mendampingi ibu selama proses kehamilan,
menolong ibu dalam proses persalinan, asuhan pasca persalinan dan pelayanan keluarga
berencana.

Dalam merencanakan kehamilan, bidan dapat melakukan upaya promotif dan


preventif dengan memberikan penyuluhan kepada para remaja dan calon pengantin tentang
reproduksi sehat dan usia yang baik untuk hamil. Selama proses kehamilan bidan
mendampingi ibu baik itu kehamilan normal maupun kehamilan dengan risiko sehingga dapat
dilakukan pendeteksian dini, melakukan kunjungan rumah untuk sosialisasi pentingnya
pemeriksaan kehamilan, memotivasi ibu hamil memeriksakan kehamilannya secara rutin
yaitu minimal empat kali selama kehamilannya, dan pengenalan tanda-tanda bahaya dalam
kehamilan. Bidan juga menolong ibu dalam proses persalinan normal dan segera melakukan
rujukan untuk kasus yang tidak sesuai kewenangannya. Selain itu, bidan memberikan asuhan
setelah persalinan meliputi pengenalan tanda-tanda bahaya masa setelah persalinan dan
pemulihan kesehatan. Dan pelayanan keluarga berencana yang meliputi pemberian informasi
dan pemasangan alat kontrasepsi yang berkaitan dengan pengaturan kehamilan dan kelahiran
sehingga tidak membahayakan ibu.
Semua proses yang dilakukan bidan tentulah tidak semudah yang dibayangkan.
Dalam pelaksanaannya bidan pasti akan menemui berbagai kendala. Misalnya, daerah yang
sulit dijangkau, minimnya transportasi, keterbatasan obat-obatan, serta sarana dan prasarana.
Untuk mengoptimalkan perannya mengurangi angka kematian ibu, bidan harus dapat
berkolaborasi dengan seluruh aspek yang ada disekitarnya. Bidan harus mampu menjalin
kerjasama yang baik dengan tenaga kesehatan lain dan masyarakat untuk meningkatkan mutu
pelayanan kebidanan.
Bidan dapat melibatkan keluarga dalam pemantauan kesehatan ibu hamil, melibatkan
kader atau masyarakat dalam penjaringan sasaran ibu hamil, pendeteksian ibu hamil dengan
risiko, dan penyediaan transportasi rujukan. Bidan dapat berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan lainnya dalam memberikan pelayanan kesehatan pada ibu, misalnya dengan ahli
gizi, analis kesehatan, dan lain-lain. Bidan juga dapat berkolaborasi dengan dokter kandungan
atau rumah sakit untuk merujuk kasus-kasus yang tidak sesuai dengan wewenangnya agar
dapat ditangani dengan baik. Begitu banyak yang dapat bidan lakukan dalam upaya
mengurangi angka kematian ibu.
Ibu memiliki peranan yang penting dalam sebuah keluarga, jika tidak ada ibu dalam
keluarga maka tentunya kesejahteraan keluarga tersebut tidak akan baik. Jika ibu mendapat
pelayanan kesehatan yang baik terutama dari bidan, tentulah angka kematian ibu dapat
ditekan. Oleh karena itu, bidan harus berada pada lini terdepan dalam berperan mengurangi
angka kematian ibu.

http://gbidan.blogspot.co.id/2015/02/peranan-bidan-dalam-mengurangiangka.html
BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Pembangunan kesehatan perlu direncanakan secara komprehensif, dalam


perencanaan tersebut diperlukan informasi yang berkualitas dan tepat waktu, hal
ini penting dalam upaya menanggulangi masalah kesehatan. Untuk
meningkatkan
manajemen pembangunan kesehatan, maka sistem informasi perlu
dikembangkan dalam angka mendukung kelancaran proses manajemen institusi
kesehatan pemerintah di berbagai jenjang administrasi termasuk kabupaten.
peningkatan penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan dinyatakan bahwa
pengelolaan upaya kesehatan pokok dan upaya kesehatan pendukung dilakukan
melalui sistem informasi kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna.
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 1994 dan tahun 1997
menunjukkan bahwa terdapat penurunan angka kematian ibu (AKI), dari 390
menjadi 334 per kelahiran hidup. Sebab utama kematian adalah perdarahan,
infeksi, eklamsia, patus lama, dan komplikassi abortus. Gambaran di atas
menunjukkan bahawa penyebab-penyebab langsung kematian maternal tersebut
sebagian besar dapat dideteksi dan dicegah pada masa kehamilan atau biasa
dikenal dengan Antenatal Care (ANC). Pada asuhan kehamilan yang memadai,
diharapkan dapat dideteksi lebih dini keadaan-keadaan yang mengandung risiko
kehanilan dan/ atau persalinan, baik bagi ibu maupun janin.
Bidan, sebagai salah satu ujung tombak pemberian pelayanan kesehatan
khususnya kebidanan terhadap masyarakat , juga senantiasa berupaya untuk
terus meningkatkan mutu pelayanannya dalam bentuk asuhan kebidanan.
Kebidanan adalah suatu profesi yang diakui secara internasional dan memiliki
praktisi diseluruh dunia. Definisi internasional berikut ini tentang bidan dan
ruang lingkup praktiknya telah disetujui oleh International Confederation of
Midwifes, International Federation Gynaecology and Obstetriks, dan World Health
Organization. Bidan adalah sseseorang yang telah secara teratur mengikuti
suatu program pendidikan kebidanan yang diakui di Negara dimana program
tersebut diselenggarakan, telah berhasil menyelesaikan serangkaian pendidikan
kebidanan yang ditetapkan, dan telah memperoleh kualifikasi yang diperlukan
untuk bisa didaftarkan dan/ atau secara hokum memperoleh izin untuk
melakukan praktik kebidanan. Ia harus mampu melakukan pengawasan,
perawatan, serta member saran yang diperlukn kepada perempuan selama masa
hamil, bersalin, dan setelah melahirkan. Ia juga harus mampu memimpin
persalinan sebagai bagian dari tanggung jawabnya dan merawat bayi baru lahir
serta bayi berusia beberapa bulan. Perawatan ini meliputi tindakan preventif,
deteksi kondisi abnormal pada ibu dan anak, usaha memperoleh bantuan medis,
dan pelaksanaan tindakan darurat pada saat pertolongan medis tidak ada. Bidan

memiliki tugas penting member konseling dan pendidikan kesehatan, tidak


hanya untuk wanita, tetapi juga untuk keluarga dan komunitas. Pendidikan ini
melibatkan pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua dan meluas
mencakup area tertentu bidang ginekologi, keluarga berencana, dan perawatan
anak. Ia dapat melakukan praktik di rumah sakit, klinik, unit kesehatan,
lingkungan tempat tinggal, atau layanan kesehatan (varney 2006).
Rumusan Masalah
Masalah merupakan suatu hal yang menumbuhkan pertanyaan-pertanyaan yang
selanjutnya perlu untuk dicarikan jawabannya, Berdasarkan latar belakang diatas
yang dikemukakan tadi, penulis mencoba merumuskan masalah dalam makalah
ini sebagai berikut, Bagaimana peran bidan dalam menurunkan AKI dan AKB di
kabupaten Soppeng?.
3.1
Tujuan Penulisan
Semua yang dilakukan oleh manusia pada dasarnya diawali dengan sebuah
tujuan, adapun tujuan dari penulisan makalah ini guna mengetahui bagaimana
peran bidan dalam menurunkan AKI dan AKB di kabupaten soppeng. Dengan
mengetahui penerapan peran bidan dalam menurunkan AKI dan AKB, di
harapkan kepada penulis serta mahasiswa Akademi kebidanan khususnya dapat
mengetahui lebih peka terhadap suatu aktifitas atau peran bidan dalam
menangani AKI dan AKB tersebut.
4.1
Manfaat Penulisan
Dalam kegiatan apapun yang dilakukan berharap mempunyai manfaat, demikian
pula dengan makalah ini diharapkan dapat berguna :
Untuk menambah, memperdalam serta mengembangkan ilmu pengetahuan
khususnya pada mata Kesehatan Masyarakat
Diharapkan dari makalah dapat menjadi sumbangan informasi bagi
perkembangan ilmu pengetahuan yang lebih erat hubungannya dengan yang
berkepentingan.
Sebagai informasi bagi pihak yang berkepentingan yang ingin menggunakan
makalah ini sebagai bahan perbandingan.
Diharapkan dapat menambah kepustakaan ilmu pengetahuan serta bahan
belajar bagi yang mau membuat makalah berikutnya.

BAB II
PEMBAHASAN / TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pengertian AKI dan AKB

Pengertian angka kematian ibu adalah banyaknya kematian perempuan pada


saat hamil atau dalam masa kehamilan atau selama 42 hari sejak terminasi
kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan
karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain,
per 100.000 kelahiran hidup.
Sedangkan pengertian angka kematian ibu (maternal death) menurut WHO
adalah adalah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah
berakirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau diperberat
oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan
atau cedera. Kematian ibu hamil ini berkaitan langsung pula dengan angka
kematian bayi (AKB).Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan bahwa angka
kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Indonesia tinggi karena
persalinan masih banyak dilakukan di rumah dan usia ibu melahirkan yang
terlalu muda.

2.2

Upaya-upaya menurunkan AKI dan AKB

Salah satu penyebab utama kematian ibu adalah terjadinya kegawat-daruratan


pada Ibu terutama pada masa kehamilan dan persalinan serta post partum
dimana ibu tidak mendapatkan penanganan yang tepat. Bidan merupakan
tenaga kesehatan terdepan dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan
anak di masyarakat sehingga dituntut untuk memiliki kompetensi dalam
memberikan asuhan yang terbaik dan berkualitas termasuk dalam memberikan
penanganan pra-rumah sakit terhadap kasus kegawat-daruratan yang terjadi.
Dan sudah seyogyanya para bidan serta calon bidan giat menambah dan
memperbaharui pengetahuan serta ketrampilan mereka.
Upaya yang di lakukan dalam menangani AKI dan AKB adalah Bahwa kematian
ibu dapat dicegah apabila perdarahan pasca persalinan dapat ditangani
secepatnya. Bidan harus memiliki pengetahuan mengenai perdarahan pasca
salin, perdarahan masif, dan pasien anemia berat. Kita harus mencari dan
mengevaluasi dahulu penyebabnya, periksa protein dan produksi insulin pada
pasien, kemudian pasien dianjurkan rajin berolah raga, dilanjutkan dengan
pemberian zink, calcium dan lain-lain yang dibutuhkan. Pemberian dan
penyimpanan Oksitosin yang baik dan benar juga harus diperhatikan.
Adapun upaya yang telah dilakukan oleh Departmen Kesehatan dalam rangka
menurunkan Aki dan Akb :
Peningkatan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak
Penyediaan sistem pelayanan kesehatan untuk daerah terpencil, tertinggal,
perbatasan di 12 provinsi, 33 kabupaten, 101 puskesmas.
Peningkatan pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat.
Perencanaan terpadu Lintas Program dan Lintas Sektor untuk percepatan
penurunan AKI (DTPS-MPS) dengan menggunakan indikator KIA sebagai indikator
pembangunan daerah.

2.3

Pengaruh AKI dan AKB terhadap Kesehatan Masyarakat

Hingga saat ini sudah banyak program-program pembangunan kesehatan


di Indonesia yang ditujukan pada penanggulangan masalah-masalah kesehatan
ibu dan anak. Pada dasarnya program-program tersebut lebih menitik beratkan
pada upaya-upaya penurunan angka kematian bayi dan anak, angka kelahiran
kasar dan angka kematian ibu. Hal ini terbukti dari hasil-hasil survei yang
menunjukkan penurunan angka kematian bayi dan anak, angka kelahiran kasar.
Namun tidak demikian halnya dengan angka kematian ibu.
Selain angka kematian, masalah kesehatan ibu dan anak juga menyangkut
angka kesakitan atau morbiditas. Penyakit-penyakit tertentu seperti ISPA, diare
dan tetanus yang sering diderita oleh bayi dan anak acap kali berakhir dengan
kematian. Demikian pula dengan peryakit-penyakit yang diderita oleh ibu hamil
seperti anemia, hipertensi, hepatitis dan lain-lain dapat membawa resiko
kematian ketika akan, sedang atau setelah persalinan. Baik masalah kematian
maupun kesakitan pada ibu dan anak sesungguhnya tidak terlepas dari faktorfaktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka
berada. Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya
seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebabakibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan,
seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan
ibu dan anak. Pola makan, misalnya, pacta dasarnya adalah merupakan salah
satu selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat
bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu
hamil dan anak yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan
anjuran terhadap beberapa makanan tertentu.

BAB III
PERANAN BIDAN DALAM MENURUNKAN AKI DAN AKB DI KABUPATEN SOPPENG
3.1

Gambaran Umum Daerah Penelitian

Kabupaten Soppeng yang ibu kotanya Watan soppeng terletak antara 040 060 LS
dan 040 320 Lintang Selatan dan 1190 420 180 BT dan 1200 060 130 Bujur
Timur. Luas wilayah Kabupaten Soppeng yang terletak di depresiasi sungai
Walanae yangterdiri dari daratan dan perbukitan. Daratan luasnya 700 Km2
berada pada ketinggianrata-rata 60 meter diatas permukaan laut. Perbukitan
yang luasnya 800 Km2 beradapada ketinggian rata-rata 60 meter diatas
permukaan laut. Ibukota Kabupaten Soppeng yaitu Watan soppeng berada pada
ketinggian 120 meter diatas permukaan laut. Secara administrasi
Pemerintahan terbagi menjadi 7 Kecamatan dengan 49 desa dan 21 kelurahan.
Tempratur Kabupaten Soppeng berada pada suhu antara 240 - 300 C.
Keadaanangin berada pada kecepatan lemah sampai sedang dengan curah hujan
berada pada intensitas 90,54 MM dan 9,9 hari hujan/bulan.
3.2

PROGRAM KESEHATAN KABUPATEN SOPPENG

Pembangunan Kesehatan yang telah dilaksanakan selama ini telah berhasil


meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara bermakna walaupun masih
dijumpai berbagai masalah dan hambatan. Pembangunan kesehatan pada
hakekatnya adalah nilai kebenaran dan aturan pokok sebagai landasan untuk
berpikir atau bertindak dalam pembangunan kesehatan.
Dengan dasar inilah yang digunakan dalam penyusunan visi, misi dan strategi
sebagai petunjuk pelaksanaan pembangunan kesehatan. Dalam era
desentralisasi bidang kesehatan, kabupaten mempunyai kewenangan dalam
perencanaan program kesehatan yang menjadi kebutuhan daerah dengan
berbasis pada data dengan tidak mengabaikan kemampuan daerah.
Pembangunan di Kabupaten Soppeng menempatkan sektor kesehatan menjadi
prioritas ketiga setelah sektor pertanian dan pendidikan. Hal ini yang mendukung
pelaksanaan program kesehatan di Kabupaten Soppeng .
3.3
PERAN BIDAN DALAM MENURUNKAN AKI DAN AKB DI KABUPATEN SOPPENG
Bidan sebagai anggota profesi Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri
khas yang khusus. Sebagai pelayan profesional yang notabene merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan. Bidan mempunyai tugas yang sangat
unik, yaitu:
Selalu mengedepankan fungsi ibu sebagai pendidik bagi anak-anaknya.
Memiliki kode etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang didapat melalui
proses pendidikan dan jenjang tertentu.
Keberadaan bidan diakui memiliki organisasi profesi yang bertugas
meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat,
Anggotanya menerima jasa atas pelayanan yang dilakukan dengan tetap
memegang teguh kode etik profesi.
Hal tersebut akan terus diupayakan oleh para bidan sehubungan dengan
anggota profesi yang harus memberikan pelayanan profesional. Tentunya harus
diimbangi dengan kesempatan memperoleh pendidikan lanjutan, pelatihan, dan
selalu berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan. Fungsi dan peran bidan di
Desa bila dibandingkan dengan tenaga kesehatan lain di daerah perkotaan bisa
dikatakan lima kali lebih berat. Selain menghadapi kendala yang besar dalam hal
fasilitas, tranportasi, ketersediaan obat dan sarana penunjang lain. Para bidan
tetap dengan ikhlas berjuang dan bertugas menjalankan profesinya.
Disisi lain mereka harus pula memenuhi kebutuhan bagi dirinya. Sedangkan
tuntutan terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak mutlak dan harus
dipenuhi. Filosofi dasarnya adalah, apabila seorang ibu baik dan sehat, sehat
pula sang anak. Anak merupakan aset bangsa yang harus dipelihara dan dididik.
Sebuah fenomena lagi, sampai saat ini semua sektor pelayanan masih dijadikan
komoditas, bukan sebagai aset yang harus dikembangkan. Ini menjadi suatu
tantangan tersendiri bagi kita semua. Terutama masalah SDM, kapan kita
menjadikan hal ini sebagai aset, bukan sekedarkomoditi.
Peranan bidan yang tampak nyata adalah sebagai role model masyarakat,
sebagai anggota masyarakat, konselor, motivator, dan inovator di daerah

terpencil. Tentunya kompetensi seperti ini yang akan dikembangkan lebih lanjut
melalui pendidikan dan pelatihan bagi para bidan. Peranan yang harus dilihat
sebagai main idea untuk membentuk sebuah peradaban dan tatanan
pelayanan kesehatan. Tuntutan profesional diseimbangkan dengan
kesejahteraan bidan di desa.
Program Bidan Desa
Salah satu program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah menurunkan kematian
dan kejadian sakit di kalangan ibu, dan untuk mempercepat penurunan angka
Kematian Ibu dan Anak adalah dengan meningkatkan mutu pelayanan dan
menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan ibu dan perinatal. Dalam usaha
meningkatkan mutu pelayanan kebidanan dan kesehatan anak terutama di desa
maka tenaga kesehatan (medis) seperti bidan harus menjalin kerjasama yang
baik dengan tenaga kesehatan lain maupun masyarakat untuk meningkatkan
kemampuannya dalam menolong persalinan dan mengenal tanda-tanda bahaya
dalam kehamilan dan persalinan serta mengembangkan Pos Yandu.
Prinsip Pelayanan Kebidanan di Desa
Pelayanan di komunitas desa sifatnya multi disiplin meliputi ilmu kesehatan
masyarakat, kedokteran, sosial, psikologi, komunikasi, ilmu kebidanan, dan lainlain yang mendukung peran bidan di komunitas. Dalam memberikan pelayanan
di desa bidan tetap berpedoman pada standar dan etika profesi yang
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Dalam memberikan pelayanan
bidan senantiasa memperhatikan dan memberi penghargaan terhadap nilai-nilai
yang berlaku di masyarakat, sepanjang tidak merugikan dan tidak bertentangan
dengan prinsip kesehatan. Bidan di desa juga membuat laporan kegiatan bidan
setiap bulan dan diserahkan kepada bidan koordinator pada saat bidan di desa
melaksanakan tugasnya ke Puskesmas

Program Desa Siaga


Saat ini pemerintah sedang menyiapkan segala perangkat yang akan
mendukung program Desa Siaga. Baik sarana prasarana maupun SDM-nya. Salah
satunya tenaga bidan akan menjadi penopang pelayanan di lini terdepan ini.
Gaung ini akan disambut dengan antusias, yang berarti pelayanan kesehatan di
pelosok desa akan lebih meningkat.
Bidan yang telah lama bertugas di daerah terpencil dapat dijadikan contoh bagi
unsur Desa Siaga dalam membaur dengan masyarakat. Sudah tentu seorang
bidan adalah seorang wanita yang mempunyai sifat serta karakter yang khas. Ini
dapat dijadikan aset guna memerankan peranan yang lebih luas lagi, khususnya
bagi tenaga kesehatan lain yang akan bergabung dalam kebersamaan Desa
Siaga. Menggagas konsep tidaklah semudah melaksanakan. Sebagai seorang
pelaksana pelayanan kesehatan di lini depan, bidan harus bisa tampil
memberikan contoh kebersamaan dan keberterimaan dalam program
pemerintah ini.
Pengembangan Jejaring Desa Siaga
Mengingat permasalahan yang mungkin dihadapi Desa Siap Antar Jaga maka

perlu dikembangkan jejaring kerjasama dengan berbagai pihak. Wujud


pengembangan jejaringnya dapat dilakukan melalui pertemuan pengurus Desa
Siap Antar Jaga secara internal, pertemuan antar pengurus Desa Siap Antar Jaga,
pertemuan pengurus dengan pengelola upaya kesehatan yang ada di desa
tersebut minimal 3 bulan sekali.
Pengembangan Desa Siap Antar Jaga dimaksudkan secara halus untuk
terciptanya keadaan masyarakat yang terpenuhi kewajiban dan hak-haknya
Pengembangan Desa Siap Antar Jaga dibangun dengan 3 sistem, yaitu:
Sistem Pengelolaan Kesehatan di Masyarakat Misal: Penggalangan dana melalui
posyandu, atau kelompok lembaga masyarakat yang lain.
Sistem Pendidikan Kesehatan di Masyarakat Misal: Penyuluhan melalui
pertemuan-pertemuan yang dilaksanakan di masyarakat.
Sistem Pendukung Kesehatan di Masyarakat Misal: Dukungan kepada ibu hamil
untuk memperoleh hak-haknya dalam memperoleh pelayanan kesehatan
termasuk dalam pengambilan keputusan oleh ibu sendiri. Dukungan dalam
memperoleh kemudahan transportasi. Dukungan dalam memperoleh donor
darah sewaktu-waktu diperlukan.
Tugas pokok dan fungsi, seorang bidan, yakni :
Melaksanakan asuhan kebidanan kepada ibu hamil (Ante Natal Care)
Melakukan asuhan persalinan fisiologis kepada ibu bersalin (Post Natal Care)
Menyelenggarakan pelayanan terhadap bayi baru lahir (kunjungan neanatal)
Mengupayakan kerjasama kemitraan dengan dukun bersalin di wilayah kerja
puskesmas.
Memberikan edukasi melalui penyuluhan kesehatan reproduksi dan kebidanan.
Melaksanakan pelayanan Keluarga Berencana (KB) kepada wanita usia subur
(WUS).
Melakukan pelacakan dan pelayanan rujukan kepada ibu hamil risiko tinggi
(bumil risti)
Mengupayakan diskusi audit maternal perinatal (AMP) bila ada kasus kematian
ibu dan bayi.
Melaksanakan mekanisme pencatatan dan pelaporan terpadu pelayanan
puskesmas.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Sebagaimana permasalahan pada analisis ini dan telah diuraikan dalam
pembahasan mengenai peran bidan dalam menurunkan AKI dan AKB kabupaten
soppeng, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan diantaranya adalah Angka
kematian ibu dan angka kematian bayi untuk tingkat kecamatan tidak tepat jika
diperoleh dari survey yang berskala nasional, karena rancangan sampel
diperuntukkan untuk menggambarkan angka kematian anak dan bayi tingkat
kabupaten dan atau tingkat propinsi Karena itu angka kematian anak dan angka
kematian bayi didekati dengan indikator program yang dilaksanakan dalam
upaya menurunkan angka kematian balita dan angka kematian bayi, antara lain

persentase BBLR, cakupan kunjungan bayi, persentase pemberian vitamin A,dan


cakupan pemberian ASI eklusif,Berikut ini adalah definisi operasional, rumus dan
sumber data indikator-indikator tersebut.
Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi
penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan
eksogen.Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian
neonatal; adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah
dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak
lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama
kehamilan. Sedangkan Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal,
adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia
satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh
lingkungan luar

Saran
Dalam makalah ini penulis berkeinginan memberikan saran kepada pembaca
bahwa penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan baik dari bentuk
maupun isinya. Adapun saran dari hasil pembahasan di atas adalah, dapat
dilakukan beberapa tindakan praktik bidan dalam menurunkan AKI dan AKB di
kabupaten soppeng untuk mencegah terjadinya pergeseran kebudayaan yaitu :
Pemerintah perlu turut andil dalam penangan mengenai peraturan yang telah
dibuat oleh organisasi dalam kebidanan tersebut.
Masyarakat perlu berperan aktif dalam mensosialisasikan AKI dan AKB di
kabupaten soppeng.
Masyarakat harus berkonsultasi terhadap bidan-bidan setempat agar tidak
terjadinya AKI dan AKB dalam proses kehamilan.
Penulis menyarankan kepada pembaca agar ikut peduli dalam menangani
AKI dan AKB serta mengetahui sejauh mana pembaca mempelajari tentang
peran bidan dalam menurunkan aki dan akb di kabupaten soppeng. Semoga
dengan penulisan makalah ini para pembaca dapat menambah cakrawala ilmu
pengetahuan.
http://akademikbdn.blogspot.co.id/

You might also like