You are on page 1of 10

Kegawatdaruratan Endokrin

Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless)


yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk
mempengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai "pembawa pesan"
dan dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya
akan menerjemahkan "pesan" tersebut menjadi suatu tindakan. Sistem endokrin
tidak memasukkan kelenjar eksokrin seperti kelenjar ludah, kelenjar keringat,
dan kelenjar-kelenjar lain dalam saluran gastroinstestin.
Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut sebagai
kelenjar sekresi internal), yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan
melepaskan hormon-hormon secara langsung ke dalam aliran darah.
Hormon berperan sebagai pembawa pesan untuk mengkoordinasikan
kegiatan berbagai organ tubuh.
Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon di
dalam darah bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi
tubuh untuk mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon
harus diatur dalam batas-batas yang tepat.
Kelainan metabolisme seringkali disebabkan oleh kelainan genetik yang
mengakibatkan hilangnya enzim tertentu yang diperlukan untuk merangsang
suatu proses metabolisme
Pada keadaan tertentu bisa terjadi kondisi kelainan sistem endokrin yang
membutuhkan penanganan segera atau gawat darurat, keadaan gawat darurat
endokrin terjadi karena akibat lebih lanjut dari kelainan fungsi dari kelenjar
endokrin.
Gawat darurat adalah suatu kondisi yang membutuhkan tindakan segera
untuk menangggulangi ancaman terhadap jiwa atau anggota badan seseorang
yang timbul secara tiba-tiba, keterlambatan penanganan dapat membahayakan
pasien, mengakibatkan terjadinya kecacatan atau mengancam kehidupan.
Gawat darurat endokrin adalah keadaan gawat darurat yang diakibatkan
gangguan dari sistem endokrin, sehingga terjadi kondisi mengancam jiwa
seseorang yang memerlukan pertolongan segera agar tidak terjadi kematian.
Keadaan gawat darurat endokrin bisa diakibatkan oleh karena
terganggunya produksi horman baik kelebihan maupun kekurangan produksi
hormon oleh suatu kelenjar endokrin.
Kondisi gawat darurat sistem endokrin antara lain :
1.
2.
3.
4.

Miksedema / koma miksedema


Krisis Tirotosik (Tyroid storm)
Krisis Addison
Hipoglikemia.

1. Miksedema / Koma Miksedema


Definisi
Miksedema
adalah
keadaan lebih lanjut yang
diakibatkan oleh karena kadar
hormon tiroid dalam darah
berkurang.
Hormon
tiroid
dalam darah berkurang karena
kurang aktifnya kelenjar tiroid
dalam menghasilkan hormon
tiroid atau hormon tiroid yang
dihasilkan
terlalu
sedikit
(Hipotiroidisme) pada orang
dewasa.
Koma Miksedema adalah keadaan
yang mengancam nyawa yang
ditandai
oleh
eksaserbasi
(perburukan)
semua
gejala
hipotiroidisme.
Patofisiologi
Gangguan pada kelenjar
tiroid
menyebabkan
penurunan produksi hormon
tiroid, sehingga mengganggu
proses metabolisme tubuh.
Yang berakibat :

Produksi
ATP
dan
ADP
menurun
terjadi
kelelahan
(intoleransi aktifitas).
Gangguan fungsi pernafasan,
terjadi
depresi
ventilasi
(hipoventiasi).
Produksi kalor (panas) turun
terjadi hipotermia.
Gangguan
fungsi
gastroentestinal,
terjadi
peristaltik
usus
menurun
sehingga
absorbsi
cairan
meningkat terjadi konstipasi.

- Karena terjadi hipoventilasi suplai


02 ke jaringan berkurang demikian
juga dengan otak sehingga terjadi
perubahan pola kognitif terjadi
perubahan proses pikir.
Etiologi
Banyak
kasus
koma
miksidema
dilatarbelakangi
karena Hipotiroidisme berat,
pembedahan kelenjar tiroid,
atau
karena
pengaruh
radioaktif
yodium
pada
pengobatan gangguan tiroid.
Koma
miksidema
diakibatkan oleh malfungsi
kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus.
Apabila
disebabkan oleh malfungsi
Kelenjar Tiroid, maka kadar
HormonTiroid
(HT)
yang
rendah akan disertai oleh
peningkatan
kadar
Tiroid
Stimulating Hormon (TSH) dan
Tiroid Releaxing Hormon (TRH)
karena tidak adanya umpan
balik negatif oleh HT pada
hipofisis
anterior
dan
hipotalamus.
Apabila hipotiroidisme
terjadi
akibat
malfungsi
hipofisis, maka kadar HT yang
rendah
disebabkan
oleh
rendahnya kadar TSH. TRH
dari hipotalamus tinggi karena
tidak adanya umpan balik
negatif baik dari TSH maupun
HT.

Hipotiroidisme
yang
disebabkan oleh malfungsi
hipotalamus
akan
menyebabkan
rendahnya
kadar HT, TSH, dan TRH.
Penurunan
Hormon
Tiroid
dalam darah menyebabkan
laju metabolism basal turun,
yang mempengaruhi semua
sistem tubuh.
Beberapa
faktor
yang
memicu
terjadinya
koma
miksidema secara tiba-tiba
terutama
pada
penderita
hipotiroidisme, antara lain :
1. Obat-obatan
(sedative,
narkotika, dan obat anesthesi).
2. Faktor infeksi.
3. Stroke.
4. Trauma.
5. Gagal Jantung.
6. Perdarahan
saluran
pencernaan.
7. Hypotermia
8. Kegagalan
pengobatan
gangguan kelenjar tiroid.

Gambaran Klinis
1. Sistem neuromuskuler, terjadi
kelambanan,
perlambatan
daya pikir, dan gerakan yang
lambat dan canggung.
2. Sistem Kardiovaskuler, terjadi
penurunan frekuensi denyut
jantung, pembesaran jantung
(jantung
miksedema),
dan
penurunan curah jantung.
3. Pembengkakkan dan edema
kulit, terutama di bawah mata
dan di pergelangan kaki.
4. Penurunan
kecepatan
metabolisme,
penurunan
kebutuhan kalori, penurunan
nafsu makan dan penyerapan
zat gizi dari saluran cerna.

5. Sistem
pencernaan
terjadi
konstipasi.
6. Sistem
pernafasan,
terjadi
sesak nafas saat aktifitas,
pembengkakan pada lidah dan
apnea
pada
tidur
yang
diamati.
7. Perubahan-perubahan dalam
fungsi
reproduksi
siklus
menstruasi
menjadi
tidak
teratur
bagi
perempuan.
Kesulitan dalam hamil dan
wanita
hamil
mungkin
keguguran.
8. Kulit kering dan bersisik serta
rambut kepala, alis tumbuh
tipis, rapuh dan mudah rontok.
9. Akibat lebih jauh karena
hipotirodisme
ini
adalah
keadaan
yang
disebut
miksidema
yang
ditandai
muka oedema terutama pada
sekitar bibir, hidung dan
kelopak
mata,
terjadi
bradikardia, hypotermia tanpa
menggigil,
hypotensi,
hypoventilasi dan penurunan
kesadaran
sampai
koma.
Kematian dapat terjadi apabila
tidak diberi hormon tiroid dan
stabilisasi semua gejala.

Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan
darah
yang mengukur kadar Hormon
Tiroid (T3 dan T4), Tiroid
Stimulating
Hormon,
dan
Tiroid Releasing Hormon akan
dapat mendiagnosis kondisi
dan lokalisasi masalah di
tingkat susunan saraf pusat
atau
kelenjar
tiroid.
Pemeriksaan
laboratorium

untuk mengetahui fungsi tiroid


biasanya menunjukkan:
1. T4
serum
rendah,
TSH
meningkat
2. Respon dari TSH ke TRH
meningkat
3. Cholesterol meningkat
4. Hiponatremia,
konsentrasi
pCO2 meningkat (Hipoksemia)
5. Pemeriksaan rontgen dada
bisa
menunjukkan
adanya
pembesaran jantung.
6. Pemeriksaan EKG dan enzimenzim
jantung
diperlukan
untuk
mengetahui
adanya
gangguan fungsi jantung.
Pemeriksaan
fisik
menunjukkan
tertundanya
pengenduran
otot
selama
pemeriksaan refleks. Penderita
tampak pucat, kulitnya kuning,
pinggiran alis matanya rontok,
rambut
tipis
dan
rapuh,
ekspresi wajahnya kasar, kuku
rapuh, lengan dan tungkainya
membengkak
serta
fungsi
mentalnya berkurang. Tandatanda
vital
menunjukkan
perlambatan
denyut
jantung,tekanan darah rendah
dan suhu tubuh rendah.
Penatalaksanaan
Miksedema / Koma miksedema
adalah situasi yang mengancam
nyawa
yang
ditandai
oleh
eksaserbasi
(perburukan)
semua
gejala
hipotiroidisme
termasuk
hipotermi tanpa menggigil, hipotensi,
hipoglikemia,
hipoventilasi,
dan
penurunan kesadaran hingga koma.
Penatalaksanaan dilakukan untuk
stabilisasi
semua
gejala
dan
mencegah
terjadinya
kematian.
Dalam keadaan darurat (misalnya

koma
miksedema),
diberikan antara lain :

obat

yang

7. 500 g tiroksin i.v sesegera


mungkin diikuti dengan
8. 100 g T4 setiap hari dan
9. Hidrocortison 100 g i.v tiap 8
jam
2. Krisis Tirotoksik (Tyroid Storm)
Definisi
Tyroid
Strom
juga
dikenal
sebagai
krisis
tirotoksik,
adalah
keadaan
klinis hipertiroidisme paling
berat yang mengancam jiwa.
Umumnya keadaan ini timbul
pada pasien dengan dasar
penyakit Graves atau Struma
Multiodular toxik. Hal ini dapat
berkernbang secara spontan
pada pasien hipertiroid yang
menjalani
terapi,
selama
pembedahan kelenjar tiroid,
atau terjadi pada pasien
hipertiroid
yang
tidak
terdiagnosis. Akibatnya adalah
pelepasan HT dalam jumlah
yang sangat besar yang
menyebabkan
takikardia,
agitasi, tremor, hipertermia
(sampai 106 oF), dan apabila
tidak diobati akan terjadi
kematian.
Patofisiologi
Pada keadaan sehat,
Hipotalamus
menghasilkan
TRH
(Tiroid
Releasing
Hormon), yang merangsang
Kelenjar
Hipofisis
Anterior
melepaskan
TSH
(Tiroid
Stimulating
Hormon)
yang
memicu
Kelenjar
Tiroid
melepaskan Hormon Tiroid

(HT). Bila kadar Hormon Tiroid


dalam darah Tinggi maka
kadar TRH dan TSH rendah
(respon umpan balik.
Tapi
pada
keadaan
Hipertiroidisme, peningkatan
TSH akibat malfungsi kelenjar
tiroid akan disertai penurunan
TSH dan TRH karena umpan
balik negatif HT terhadap
pelepasan keduanya. Pada
malfungsi Kelenjar Hipofisis
memberikan gambaran kadar
Hormon Tiroid (HT) dan Tiroid
Stimulating
Hormon
(TSH)
yang tinggi, kadar Tiroid
Releasing Hormon (TRH) akan
rendah karena umpan balik
dari kadar HT dan TSH. Pada
malfungsi Hipotalamus akan
memperlihatkan
kadar
HT
yang tinggi, disertai kadar TRH
dan TSH yang berlebihan.
Kadar Hormon Tiroid
dalam darah yang tinggi
mengakibatkan
laju
metabolisme basal dalam sel
meningkat,
yang
meningkatkan aktifitas sistem
saraf simpatis, menstimulasi
sistem
kardiak
dan
meningkatkan jumlah reseptor
beta
adrenergik,
menyebabkan takikardia dan
peningkatan curah jantung,
volume sekuncup dan aliran
darah perifer. Metabolisme
yang
sangat
meningkat
mengakibatkan
penipisan
lemak yang pada akhirnya
terjadi defisiensi Nutrisi.
Etiologi
Keadaan Tiroid Strom
pada penderita hipertiroidisme

dipengaruhi dan dipicu oleh


faktor :
1.
2.
3.
4.
5.

Sepsis.
Pembedahan.
Pengaruh anestesi.
Pengaruh radioaktif terafi.
Obat-obatan jenis adrenergic
dan
anticolinergik
seperti
pseudoepedrin, jenis NSAID
golongan salicilat dan obat
kemotherafi.
6. Konsomsi berlebihan makanan
yang mengandung iodium.
7. Kegagalan dalam pengobatan
Antitiroid.
8. Keadaan
ketoasidosis
diabetikum.
9. Trauma pada kelenjar tiroid.
10.Toxemia pada kehamilan.

Gambaran klinis.
Terjadi
peningkatan
Tiroksikosis pada sistem
seperti :

gejala
tubuh

A. Gejala umum yang tarjadi


pada klien tiroid strom
10.Demam,
11.Keringat berlebihan.
12.Berat badan menurun.
13.Kesukaran bernafas
14.Dan cepat lelah (fatique)
B. Gejala Sistem Vaskular
Hipertensi dengan denyut nadi
yang cepat dan lemah.
Tacycardia
Aritmia.
C. Gejala pada sistem saluran
cerna :
Mual dan muntah.
Diare.
Nyeri perut.

Jaundice.

D. Gejala pada sistem persarafan


:
Cemas
Perubahan prilaku
Penurunan kesadaran sampai
koma.
Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan
darah
untuk mengukur kadar HT (T3
dan T4), TSH dan TRH akan
memastikan
keadaan
dan
lokalisasi masalah di sistem
saraf pusat atau kelenjar
Tiroid.

T3 dan T4 selalu tinggi, T3


(Normal = 60 190 g/ dL)
dan T4 (Normal: 5.3 14.5 g/
dL)
Radioactive
Iodine
Uptake
(RIU)
Respon TSH terhadap TRH
hampir tidak ada
Hypercalcemia
TSH darah rendah (Normal =
< 6 10 U/ mL)
Cholesterol darah
Penurunan kepekaan terhadap
insulin,
yang
dapat
menyebabkan hiperglikemia.
Penatalaksanaan

1. Diagnosis dan memberikan terafi


terhadap penyakit-penyakit lain
yang diderita
2. Pemberian terapi Supportive
Pemberian terafi supportive
beri O2, obat penenang, infus
cairan
corticosteroid
(hydrocotison
sampai 300 mg/ injeksi)

infus Na-iodida 1 2 g
tiap 8 jam

ram

3. Beri obat anti tirod dosis tinggi


Contoh:
propylthiouracyl
sampai 300 mg p.o atau
melalui NGT
4. Beri propranolol (1- 2 mg iu
sampai total dosis 2 10 mg)
untuk
menenangkan
tachycardinya
3. Krisis Addison
Definisi
Suatu keadaan gawat
darurat yang berhubungan
dengan
menurunnya
atau
kekurangan
hormon
yang
relatif dan terjadinya kolaps
sistem
kardiovaskuler
dan
biasanya gejala gejalanya non
spesifik, seperti muntah dan
nyeri abdomen.

Patofisiologi
Kortek
adrenal
memproduksi
3
hormon
steroid
yaitu
hormon
glukokortikoid
(kortisol),
mineralokortikoid (aldosteron,
11-deoxycoticosterone)
dan
androgen
(dehydroepiandrosterone).
Hormon
utama yang penting dalam kejadian
suatu krisis adrenal adalah produksi
dari kortisol dan adrenal aldolteron
yang sangat sedikit.
Kortisol
meningkatkan
glukoneogenesis
dan
menyediakan zat - zat melalui
proteolisis,
penghambat
sintesis
protein,
mobilisasi

asam
lemak,dan
meningkatkan
pengambilan
asam amino di hati. Kortisol
secara
tidak
langsung
meningkatkan sekresi insulin
untuk
mengimbangi
hiperglikemi
tetapi
juga
menurunkan sensitivitas dari
insulin.
Kortisol
juga
mempunyai efek anti inflamasi
untuk mestabilkan lisosom,
menurunkan respon leukositik
dan menghambat produksi
sitokin.
Aktivitas
fagositik
dipertahankan
tetapi
sel
mediated imunity hilang pada
keadaan kekurangan kortisol
dan
mensupresi
sintesis
adrenokortikotropik
hormon
( ACTH).
Aldosteron di keluarkan
sebagai
respon
terhadap
stimulasi dari angiotensin II
melalui
system
renin
angiotensin,
hiperkalemi,
hiponatremi dan antagonis
dopamin.
Efek nya pada target
organ
primer.
Ginjal
meningkatkan reabsorpsi dari
natrium dan sekresi dari
kalium dan hidrogen.
Mekanismenya
masih
belum jelas, peningkatan dari
natrium
dan
kalium
mengaktivasi enzim adenosine
triphosphatase ( Na/K ATPase)
yang bertangung jawab untuk
trasportasi natrium dan juga
meningkatkan aktivitas dari
carbonic anhidrase, efek nya
adalah meningkatkan volume
intravaskuler.

System
renin
Angiotensin-aldosteron
tidak
dipengaruhi
oleh
glukokortikoid eksogen dan
kekurangan ACTH mempuyai
efek yang sangat kecil untuk
kadar aldosteron kekurangan
hormon.
Adrenokortikal
menyebabkan
efek
yang
berlawanan dengan hormon
ini dan menyebabkan gejala
klinis yang dapat ditemukan
pada krisis adrenal.
Insidensi
Insidensi
dari
krisis
adrenal sangat jarang yaitu
sekitar 4 dari 100.000 orang.
Etiologi
Penyebab primer adalah
perdarahan kelenjar adrenal
bilateral,
trombosis
atau
nekrosis selama terjadi sepsis
atau
ketika
mendapat
antikoagulan. Bila kehilangan
kelenjar
adrenal
unilateral
tidak
akan
menyebabkan
insufisiensi adrenal.
Penyebab
sekunder
adalah peripartum pituitary
infark (Sheehan`s syndrom),
Pituitary
apoplexy
( perdarahan pada kelenjar
pituitary),
trauma
kepala
dengan
gangguan
batang
kelenjar
pitutari,
tetapi
biasanya tidak seberat pada
keadaan adrenal insuficiency
primer
karena
sekresi
aldosteron tidak dipengaruhi.
Faktor resiko

Penggunaan steroid ,
kurang lebih 20 mg sehari dari
prednison atau persamaannya
sekurang-kurangnya 5 hari
pada
1
tahun
terahir,
penderita
menerima
dosis
yang
mendekati
kadar
fisiologis
yang
dibutuhkan
selama
1
bulan
untuk
memulihkan
fungsi
dari
kelenjar adrenal.

Stres fisiologik yang


berat seperti sepsis, trauma,
luka
bakar,
tindakan
pembedahan.
Berikut
ini
adalah keadaan yang terjadi
pada
hipotalamikpituitaryadrenal
axis
pada
keadaan
normal,
keadaan
stress fisiologis yang berat dan
dalam keadaan critical illness.

Organisme
yang
berhubungan dengan krisis
adrenal yaitu haemophilus
Influenza,
staphilokokus aureus, streptokokus
pneumonia, jamur.
Selain itu penggunaan
obat
inhalasi
fluticasone,
setelah injeksi steroid intra
artikular, dan pada pengguna
obat-obatan
ketokonazole,
phenitoin, rifampisin.
Gejala klinis
Gejala klinis yang mendukung suatu
diagnosis krisis adrenal adalah
sebagai berikut :

Syok yang sulit dijelaskan


etiologinya biasanya tidak ada
pengaruh dengan pemberian
resusitasi
cairan
atau
vasopresor.

Hipotermia atau hipertermia


Yang berhubungan dengan
kekurangan
kortisol
yaitu
cepat lelah, lemah badan,
anoreksia, mual mual dan
muntah , diare, hipoglikemi,
hipotensi, hiponatremi.
Yang berhubungan dengan
kekurangan
hormon
aldosteron yaitu hiperkalemia
dan hipotensi berat yang
menetap
Lain lain tergantung dari
penyebab,
mungkin
didapatkan panas badan, nyeri
abdomen dan pinggang yang
berhubungan
dengan
perdarahan kelenjar adrenal.
Pemeriksaan
penunjang
Data
laboratorium
memperlihatkan kadar glukosa
darah yang rendah. Biasanya
kadar natrium plasma juga
rendah tetapi jarang dibawah
120 meq/L dan kadar kalium
meningkat,
tetapi
jarang
diatas 7 meq/L.
Penderita
biasanya
mengalami asidosis dengan
kadar
bikarbonat
plasma
antara 15-20 meq /L. Kadar
ureum juga meningkat.

Kemungkinan diagnosa juga dapat di


lihat dari adanya eosinofilia dan
limpositosis pada SADT, dan adanya
gangguan kadar serum tiroid 4.
Diagnosa paling spesifik
yaitu
dengan
memeriksa
kadar ACTH dan kortisol, jika
terdapat banyak waktu. Serum
kotisol
biasanya
kadarnya
kurang dari 20 mcg/dl tetapi
kita dapat menunggu untuk

melakukan pemeriksaan ini


bila
pasien
sudah
dapat
distabilkan.
Jika
akan
dilakukan
test
untuk
menstimulasi ACTH setelah
memulai stess dose steroid,
pastikanlah
steroid
sudah
diganti
ke
dexametason
karena
tidak
akan
mempengaruhi test.
Cara melakukan ACTH
test adalah pertama tetapkan
kadar kortisol plasma baseline,
kemudian berikan ACTH 250
mcg intavena yang diberi
tekanan
kemudian
pantau
serum kortisol 30-60 menit
setelah
diberikan
ACTH.
Kenaikan kurang dari 9 mcg
dapat
dipikirkan
sebagai
insuficiensi adrenal.
Pada foto thorax harus
dicari
tanda
tanda
tuberculosis,
histoplasmosis,
keganasan,
sarkoid
dan
lymphoma.
Pada

pemeriksaan CT
scan
abdomen
menggambarkan
kelenjar
adrenal
mengalami
perdarahan, atropi, gangguan
infiltrasi, penyakit metabolik.
Perdarahan adrenal terlihat
sebagai bayangan hiperdens,
dan
terdapat
pembesaran
kelenjar adrenal yang bilateral.
Pada pemeriksaan EKG
mempelihatkan
adanya
pemanjangan dari interval QT
yang dapat mengakibatkan
ventikular aritmia, gelombang
t inverted yang dalam dapat
terjadi pada akut adrenal
krisis.

Pemeriksaan histologis
tergantung
dari
penyebab
kegagalan adrenal. Pada
kegagalan
adrenokotikal
yang
primer, terlihat gambaran infeksi dan
penyakit infiltratif.
Pada
kegagalan
adrenokotikal yang sekunder
dapat menyebabkan
atrofi
kelenjar adrenal. Gambaran
dari
perdarahan
adrenal
bilateral
mungkin
hanya
ditemukan gambaran darah
saja.

Penatalaksanaan
1. Cairan isotonik seperti NaCl 9%
diberikan
untuk
menambah
volume dan garam.
2. Jika penderita hipoglikemi dapat
di berikan cairan dextrose 50%
3. Steroid
IV
secepatnya
:
dexametason
4
mg
atau
hydrokortisone 100 mg.
4. Setelah penderita stabil lanjutkan
dengan dexametasone 4 mg IV
tiap 12 jam atau hydrokortison
100 mg IV tiap 6-8 jam.
5. Obati penyakit dasarnya seperti
infeksi dan perdarahan, untuk
infeksi dapat diberikan antibiotik,
untuk
meningkatkan
tekanan
darah dapat diberikan dopamin
atau norepineprin.
6. Terapi
pengganti
mineralokortikoid
dengan
fludricortisone
7. Penderita harus dikonsultasikan
dengan endokrinologist, spesialis
penyakit Infeksi, ahli critical care,
kardiologis, ahli bedah.
Prognosa

Pada
keadaan
tidak
didapatkan
perdarahan
adrenal bilateral, kemungkinan
hidup dari penderita dengan
krisis
adrenal
akut
yang
didiagnosa secara cepat dan
ditangani
secara
baik,
mendekati penderita tanpa
krisis adrenal dengan tingkat
keparahan yang sama.

Penderita
yang
penyakitnya
berkembang
menjadi perdarahan sebelum
dapat dilakukan pemeriksaan
CT scan atau test hormonal
jarang yang dapat bertahan
hidup. Karena insiden dari
krisis adrenal dan perdarahan
adrenal sulit diketahui secara
pasti maka mortalitas dan
morbiditasnya tidak diketahui
dengan jelas.

You might also like