You are on page 1of 16

DAMPAK PENYULUHAN PERTANIAN PARTISIPATIF TERHADAP

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN KELOMPOK TANI PEMULA


( Studi kasus di kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung)

Oleh : Nataliningsih

Abstrak
Penyuluhan pertanian partisipatif adalah kegiatan penyuluhan dengan melibatkan petani di
setiap tahapan kegiatan penyuluhan , sehingga kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan sesuai
dengan kebutuhan petani. Prinsip penyuluhan partisipatif adalah berdasarkan kebutuhan belajar,
berorientasi pada tujuan kegiatan penyuluhan, berpusat pada peserta didik, dan berangkat dari
pengalaman. Tahapan penyuluhan pertanian partisipatif meliputi : 1) Identifikasi masalah, 2)
Perencanaan pemecahan masalah, 3) Diskuasi simulasi, 4) Evaluasi kegiatan, 5) Penyusunan
laporan / leaflet, 6) Pembelajaran pada petani lain , 7) Penerapan ketrampilan dalam kehidupan
sehari-hari , 8) Diskusi hambatan, dorongan, umpan balik dan rencana tindak lanjut. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis uji t, variabel yang diamati adalah
prinsip pembelajaran, strategi pembelajaran , tahapan pembelajaran, peranan sumber belajar,
peranan warga belajar, perkembangan dinamika kelompok dan keberlanjutan program
penyuluhan serta dampak penyuluhan yaitu peningkatan kesejahteraan kelompok tani pemula.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol
dengan kelompok perlakuan pada setiap variabel yang diamati, terjadi peningkatan kesejahteraan
kelompok tani ditinjau dari kemampuan membelajarkan orang lain, mempunyai kegiatan
tambahan yang dilakukan terus menerus, peningkatan hubungan sosial dan peningkatan
pendapatan kelompok tani serta peningkatan status kelompok tani menjadi kelompoktani lanjut.

I.

PENDAHULUAN

1.1.

Latar belakang

Pembangunan sektor pertanian dan wilayah pedesaan sekarang dianggap sangat penting,
karena apabila pembangunan di wilayah ini gagal terutama dalam jangka menengah dan jangka
panjang dapat berdampak terhadap pembangunan nasional secara keseluruhan. Sektor pertanian
ini layak dijadikan sektor andalan perekonomian nasional jika dapat memenuhi lima kriteria
yaitu tangguh, progresif, strategis, artikulatif, dan responsive. Mengingat pentingnya sektor
1

pertanian dan pedesaan dalam perekonomian nasional, baik dilihat dalam kepentingannya untuk
meningkatkan pendapatan sebagian masyarakat Indonesia maupun kepentingannya dalam
memanfaatkan secara optimal sumber daya alam nasional, maka sudah sewajarnya sektor
pertanian dan pedesaan dijadikan motor penggerak pembangunan ekonomi bangsa.
Terdapat tiga permasalahan besar yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini dan dimasa yang
akan datang berkaitan dengan ekonomi , menurut Sayafaaat dkk, 2005, yaitu : a) kecenderungan
makin melebarnya kesenjangan produktivitas antara sektor pertanian dan sektor non pertanian (
industry), b) kecenderungan makin tingginya tingkat pengangguran dan c) kecenderungan makin
besarnya defisit neraca pembangunan.. penurunan produktivitas sektor pertanian tersebut harus
segera diatasi melalui pembangunan pertanian yang salah satu dampaknya adalah peningkatan
kesejahteraan petani miskin.
Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa jumlah kelompok tani pemula di
Kabupaten Bandung mencapai 50,37 %, kelompok tani lanjut 37,28%, kelompok tani madya
8,04 % dan kelompok tani utama 4,06 % (Rohkedi, 2005). Tingginya jumlah kelompok tani
pemula merupakan permasalahan di lapangan. Hasil wawancara menunjukan bahwa , proses
penyuluhan yang dilakukan pada kelompok tani pemula kurang efektif karena tingkat
kehadirannya sangat rendah, bahkan sering terjadi pada saat jadwal penyuluhan yang hadir hanya
ketua kelompok sehingga proses penyuluhan hanya bersifat informasi. Informasi yang tidak
sesuai dengan kebutuhan petani berdampak mengurangi motivasi untuk hadir dalam penyuluhan.
Tingginya jumlah kelompok tani pemula menunjukkan bahwa kegiatan penyuluhan yang
dilakukan belum efektif sehingga belum dapat meningkatkan kemampuan klas kelompok tani.
Permasalahan ini dapat dipecahkan dengan mengubah metode penyuluhan. Pemilihan metode
penyuluhan menurut Vanden Ban dan Hawkins , 2003, yang paling efektif adalah gabungan dari
2

berbagai metode yang disukai tergantung pada : 1) tujuan, 2) ukuran dan tingkat pendidikan
kelompok sasaran , 3) tingkat kepercayaan antara kelompok sasaran dan agen penyuluhan, 4 )
ketrampilan penyuluh, 5) tenaga kerja dan sumber daya yang tersedia. Metode penyuluhan
pertanian partisipatif adalah salah satu metode penyuluhan yang dapat diterapkan dengan
melibatkan petani untuk aktif disetiap kegiatan penyuluhan.

1.2. Rumusan masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas dapatlah diuraikan rumusan masalah
dari penelitian ini yaitu
a.

perbedaan implementasi penyuluhan pertanian

antara kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen di kecamatan Cileunyi ?


b. Bagaimanakah hasil implementasi penyuluhan pertanian partisipatif terhadap
ketrampilan kelompok tani pemula ?
c.

Bagaimanakah dampak kegiatan penyuluhan pertanian partisipatif ?

1.3. Tujuan penelitian


Tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui perbedaan penyelenggaraan penyuluhan antara kelompok tani
kontrol dan kelompok tani pemula.
b. Untuk mengetahui hasil implementasi penyuluhan pertanian partisipatif terhadap
pengetahuan, sikap dan ketrampilan petani.
3

c. Untuk mengetahui dampak implementasi penyuluhan pertanian partisipatif


terhadap peningkatan kesejahteraan kelompok tani pemula.

1.4. Kegunaan penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak yang terkait
dengan upaya peningkatan perkembangan dinamika kelompok tani dalam hal sebagai berikut :
1. Memberi masukan bagi pemerintah khususnya Departemen Pertanian terutama Balai
Penyuluhan Pertanian tentang Metode Penyuluhan Pertanian yang tepat dalam
penyelenggaraan penyuluhan bagi kelompok tani pemula.
2. .Bahan masukan bagi PPL, dalam rangka pendampingan yang dilakukan pada para
petani, sehingga interaksi antara PPL dengan petani dapat lebih terarah yang
ditunjukkan dengan tercapainya tujuan penyuluhan.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Penyuluhan dalam arti umum merupakan sistem pendidikan yang bersifat non formal atau
sistem pendidikan di luar sistem persekolahan biasa, dimana orang ditunjukkan cara-cara
mencapai sesuatu dengan memuaskan sambil orang tersebut tetap mengerjakan sendiri. Jadi
belajar dengan mengerjakan sendiri. Sedangkan arti penyuluhan pertanian adalah suatu usaha
agar mereka mengetahui dan mempunyai kemauan atau kegiatan- kegiatan meningkatkan hasil
usahanya dengan tingkat kehidupannya

Tujuan penyuluhan jangka pendek menurut Kartosapoetro, 1998, adalah untuk


menumbuhkan perubahan-perubahan yang lebih terarah dalam aktivitas usaha tani di pedesaan,
perubahan-perubahan mana hendaknya menyangkut tingkat pengetahuan, kecakapan dan
kemampuan sikap serta serta motif tindakan petani. Sedangkan tujuan penyuluhan jangka
panjang yaitu agar tercapai peningkatan taraf hidup masyarakat petani, mencapai kesejahteraan
hidup lebih terjamin. Hal ini tercapai jika para petani dalam masyarakat itu telah melakukan
better farming ( mengubah cara-cara usaha taninya dengan cara-cara yang lebih baik), better
business ( berusaha yang lebih menguntungkan) dan better living ( berhemaat tidak berfoya-foya,
setelah melangsungkan pemanenan, menabung,bekerja sama memperbaiki higinis lingkungan,
mendirikan industri rumah tangga dengan mengikut sertakan keluarganya guna mengisi waktu
selama menunggu panen).
Prinsip pembelajaran partisipatif menurut Sudjana, 2005, adalah berdasarkan kebutuhan
belajar, berorientasi pada tujuan kegiatan pembelajaran, berpusat pada peserta didik dan
berangkat dari pengalaman kerja peserta didik. Sedangkan langkah-langkah dalam pembelajaran
partisipatif adalah membantu peserta didik dalam menciptakan iklim belajar, menyusun
kelompok belajar, mendiagnosa kebutuhan belajar, menyusun tujuan belajar, merancang
pengalaman belajar, melakukan kegiatan pembelajaran dan menilai proses serta hasil kegiatan
pembelajaran.

Pembelajaran partisipatif sering juga diartikan dengan peran serta atau

keterlibatan. Keterlibatan tersebut menurut Knowles, (1970), dicirikan oleh : 1) keterlibatan


emosional dan mental orang dewasa sebagai warga belajar yang belajar, 2) adanya kesediaan dari
orang dewasa sebagai warga belajar untuk memberikan kontribusi dan aktivitas mencapai tujuan,
3) dalam kegiatan tersebut terdapat sesuatu yang menguntungkan bagi orang dewasa sebagai
warga belajar, dalam arti kepuasan yang ingin dicapai dari tujuan aktivitas tersebut.
5

Kajian model ketrampilan teknologi tepat guna dalam pengembangan komoditas unggulan
pedesaan menurut Saleh , 2005, yang merupakan hasil kajian BBPPT dan Bappeda Provinsi
Jabar, setidaknya perlu memperhatikan beberapa hal penting yaitu :
1. Visi, misi dan strategi teknologi yang dinamis dan berbasis aspirasi masyarakat.
2. Komitmen berbagai pihak terkait.
3. Peningkatan dan penguatan lembaga terkait di daerah.
4. Peningkatan jaringan informasi ilmu pengolahan dan teknologi serta kemitaan usaha.
5. Keterpaduan strategi dan program ilmu pengetahuan serta teknologi lintas sektoral dan
potensi setempat.
6. Pemasyarakatan dan pembelajaran ilmu pengetahuan serta teknologi di daerah.
7. Peningkatan pendekatan-pendekatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai
aspek pembangunan daerah.
Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran , maka suatu kelompok menurut Mardikanto,
1993, dapat dipandang dari 3 sisi yaitu kelompok sebagai media perubahan, kelompok sebagai
target atau sasaran perubahan, dan kelompok sebagai agen perubahan. Dinamika kelompok
dalam kelompok tani tersebut dapat mengklasifikasikan kelompok tani menjadi 4 yaitu
kelompok tani berperingkat klas pemula, kelompok tani berperingkat klas lanjut, kelompok tani
berperingkat klas madya dan kelompok tani berperingkat klas utama.
Keberhasilan kelompok tani sangat diperlukan dalam kemajuan sektor pertanian, kelompok
tani merupakan sektor penting yang dapat menggerakkan petani dalam usaha taninya . Tujuan
kegiatan utama yang dapat dipahami dari kelompok tani sebagai wadah belajar bagi petani yaitu :
1) sebagai proses belajar yakni merupakan proses pengalihan pengetahuan, ketrampilan dan

sikap dimana kegiatan ini merupakan proses edukatif, 2) sebagai proses untuk menghasilkan
produk yang dapat dipasarkan disertai dengan masalah-masalah organisasi dan manajemennya
dimana kegiatan ini lebih bersifat sebagai proses ekonomis, 3) merupakan proses interaksi antara
individu sebagai anggota kelompok dan dipihak lain sebagai sumber belajar, kegiatan ini lebih
bersifat sebagai proses sosilogis ( Kartosapoetro, 1998). Selanjutnya dikatakan oleh Sudjana,
2005, dampak pembelajaran dapat dinilai dari peningkatan pendapatan, peningkatan kesehatan,
peningkatan dalam kegiatan sosial, dapat membelajarkan orang lain, mempunyai kegiatan terusmenerus, aktif dalam kelompok dan mampu menabung.

III.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan perlakuan implementasi


penyuluhan pertanian partisipatif. Kelompok kontrol adalah kelompok tani pemula Mekar
Saluyu, sedangkan kelompok perlakuan adalah kelompok tani pemula Tani Makmur yang
berlokasi di kecamatan Cileunyi , kabupaten Bandung. Variabel yang diamati adalah : prinsip
pembelajaran, strategi pembelajaran, tahapan pembelajaran, peranan sumber belajar, peranan
warga belajar , perkembangan dinamika kelompok dan keberlanjutan program penyuluhan, data
yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji t . Data lain yang diamati adalah dampak
penyuluhan terhadap peningkatan kesejahteraan petani dan perubahan status klas kelompoktani.
Pelaksanaan implementasi penyuluhan pertanian partisipatif dilakukan melalui kegiatan
Sekolah Partisipatif dengan tahapan kegiatan sebagai berikut :

IDENTIFIKASI MASALAH
PERENCANAAN PENYELESAIAN MASALAH
-------------------------------

DISKUSI /SIMULASI
PELAKSANAAN KEGIATAN
EVALUASI KEGIATAN
PENYUSUNAN LAPORAN /LEAFLET
PEMBELAJARAN PADA PETANI LAIN

PENERAPAN KETRAMPILAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI


DISKUSI HAMBATAN, DORONGAN, UMPAN BALIK DAN PERENCANAAN TINDAK LANJUT

Gambar 1. Tahapan proses pembelajaran dalam penyuluhan pertanian partisipatif


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Prinsip penyuluhan pertanian partisipatif.
Hasil analisis menggunakan uji t, menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata pada taraf
95 % , antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dalam implementasi prinsip
pembelajaran ( nilai t hitung 2,425 sedangkan t tabel 2,22 sehingga t hitung > t tabel).
Impelementasi penyuluhan pertanian partisipatif mengikuti prinsip-prinsip pembelajaran
partisipatif yang meliputi berprinsip pada kebutuhan yang merupakan kebutuhan kelompok,
berorientasi pada tujuan belajar, berpusat pada anggota kelompok, dan berorientasi pada
pengalaman sehingga pengalaman yang baik dipelihara, hal baru yang bermanfaat dipelajari.
Prinsip pembelajaran ini diimplementasikan dalam penyuluhan pertanian partisipatif yaitu saat
8

pelaksanaan tahap identifikasi masalah, impelementasi partisipatif menghasilkan munculnya


beberapa permasalahan yang menjadi kebutuhan kelompok tani, setiap anggota tani
berpartisipasi aktif mengemukakan permasalahan yang dihadapi , yang kemudian ditindaklanjuti
dengan teknik Q sort untuk memperoleh tiga permasalahan utama yang menjadi permasalahan
kelompok, permasalahan inilah yang akan ditindak lanjuti dengan kegiatan pemecahan masalah
yang merupakan kegiatan penyuluhan yang akan dilakukan. Kesesuaian antara kebutuhan petani
dengan kegiatan penyuluhan inilah yang memotivasi petani untuk hadir dalam program
penyuluhan. Salah satu hasil

identifikasi masalah dalam kegiatan penelitian ini yaitu

permasalahan yang dihadapi kelompok adalah semakin mahalnya harga pupuk dan langkanya
pupuk dipasaran , sehingga rencana kegiatan yang diusulkan adalah praktek pembuatan pupuk
organik. Pelaksanaan kegiatan yang sesuai kebutuhan ini menghasilkan output meningkatnya
pengetahuan , sikap dan ketrampilan petani dalam pembuatan pupuk organik, sedangkan dampak
pembelajaran adalah petani mampu membelajarkan pembuatan pupuk pada petani lain serta
pengurangan modal usaha tani karena pupuk organik dapat dibuat sendiri
4.2.

Strategi penyuluhan pertanian partisipatif


Hasil analisis menggunakan uji t menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 95 % antara

kelompok tani kontrol dan kelompok tani perlakuan dalam implementasi strategi penyuluhan,
hasil uji t nilai t hitung 2,25 sedangkan nilai t tabel 2,22 sehingga t hitung > t tabel . Strategi
penyuluhan yang digunakan adalah strategi pembelajaran partisipatif yaitu strategi yang berpusat
pada masalah kelompok artinya agar petani termotivasi hadir dalam kegiatan penyuluhan maka
strategi yang digunakan dalam penyuluhan adalah membahas masalah yang dihadapi oleh
kelompok dan strategi aktualisasi diri atinya anggota tani diberi keluasan untuk mengemukakan
pendapatnya , aktif dalam diskusi, aktif mengemukakan pengalaman belajar yang telah dialami
9

sehingga kelompok lebih aktif. Otonomi ada pada anggota tani sehingga anggota tani lebih
dominan dari sumber belajar/penyuluh, saling percaya sesama anggota tani dan saling membantu
sesama anggota kelompok. Pengalaman yang pernah dialami kelompok tani perlakuan yaitu
kelompok Tani makmur adalah pernah mengalami kegagalan membuat pupuk kompos , sehingga
pada saat diskusi perencanaan kegiatan praktek pembuatan pupuk organik antara warga belajar
/petani dengan sumber belajar /penyuluh menunjukkan diskusi yang aktif , pengalaman yang
pernah dilakukan yang baikdipelihara sedangkan pengalaman kegagalan diperbaharui dengan
teknologi yang baru sehingga pembuatan pupuk lebih berhasil.

4.3. Tahapan penyuluhan


Hasil analisis menggunakan uji t menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 95 %
antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan dalam implementasi tahapan penyuluhan,
hasil uji t menunjukkan nilai t hitung 2,567 sedangkan t tabel 2,22, sehingga t hitung > t tabel.
Tahapan penyuluhan yang dilakukan dalam penyuluhan partisipatif adalah diawali dengan
tahapan pembinaan keakraban agar iklim pembelajaran menjadi kondusif, tahap identifikasi
kebutuhan, tahap perumusan tujuan belajar, tahap penyusunan program kegiatan belajar, tahap
pelaksanaan kegiatan belajar, tahap penilaian hasil belajar, tahap pembelajaran bagi petani lain
dan tahap penyusunan laporan kegiatan, dan tahap diskusi hambatan, dorongan serta
keberlanjutan program. Urutan tahapan dalam penyuluhan partisipatif tersebut sangat mudah
diikuti oleh warga belajar / petani ,

adanya tahapan yang telah ditentukan dengan jelas,

mempermudah petani dalam pelaksanakan setiap tahapan. Setelah menyelesaikan satu


permasalahan maka tahapan diulang kembali dari awal yaitu tahap identifikasi kebutuhan,

10

dengan demikian program penyuluhan dapat berkelanjutan dan diharapkan peningkatan


pengetahuan dan ketrampilan ini dapat berdampak pada kemandirian kelompok tani dalam
penyelesaian masalah.

4.4.

Peranan penyuluh dalam penyuluhan pertanian partisipatif


Hasil analisis uji t menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 95% antara kelompok

kontrol dan kelompok perlakuan

terhadap peranan penyuluh/sumber belajar

dalam

implementasi penyuluhan pertanian partisipatif. Hasil uji t menunjukkan t hitung 2,28 sedangkan
t tabel 2,22 sehingga t hitung > t tabel. Pada implementasi penyuluhan pertanian partisipatif,
Penyuluh yang dilibatkan adalah Penyuluh Pertanian yang telah mengikuti pelatihan Metode
Penyuluhan Pertanian Partisipatif yang diselenggarakan oleh lembaga Balai Besar Diklat
Agribisnis Hortikultura Kayu Ambon Lembang Bandung, sehingga mereka telah mampu
mengelola pelaksanaan penyuluhan pertanian partisipatif. Seorang Penyuluh yang partisipatif
adalah Penyuluh Pertanian yang mampu menciptakan iklim pembelajaran dengan mengelola
kelas menjadi kondusif, membantu menentukan struktur kelompok tani, membantu mendiagnosis
kebutuhan belajar kelompok, membantu kelompok menyusun tujuan kegiatan belajar, membantu
anggota kelompok menentukan tahapan belajar, membantu kelompok dalam pelaksanaan
kegiatan , membantu kelompok dalam evaluasi hasil kegiatan, membantu kelompok merancang
pengalaman belajar, dan membantu kelompok dalam menyusun laporan hasil kegiatan. Penyuluh
mendorong anggota kelompok untuk membelajarkan petani lain yang tidak hadir saat
pelaksanaan kegiatan sehingga kemampuan anggota kelompok tani menjadi sama.

11

Peranan Penyuluh Pertanian sebagai sumber belajar adalah memotivasi anggota kelompok
tani agar aktif berpartisipasi dalam setiap tahapan pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian
partisipatif. Peranan lain adalah membantu mencarikan alternatif penyelesaian masalah sehingga
kelompok tani dapat memilih penyelesaian masalah yang paling tepat, mudah dan dapat
diimplementasikan di lokasinya. Penyuluh mempunyai peranan menyampaikan pengetahuan
yang belum diketahui oleh petani dan membantu mendorong perkembangan kelompok tani
antara lain pengetahuan kewirausahaan, perkoperasian, penanganan pasca panen maupun hasil
pertanian, gizi dan kesehatan, instrument desa maupun dinamika kelompok. Pengetahuan
inisangat dibutuhkan oleh petani, sedangkan cara penyampaiannya adalah fleksibel mengikuti
perkembangan selama pembelajaran.

4.5. Peranan anggota kelompok tani dalam implementasi penyuluhan pertanian partisipatif.
Hasil analisis uji t menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 95% antara kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan terhadap peranan penyuluh/sumber belajar dalam peranan
anggota kelompok tani selama implementasi penyuluhan pertanian partisipatif. Hasil uji t
menunjukkan t hitung 2,87 sedangkan t tabel 2,22 sehingga t hitung > t tabel. Peranan anggota
kelompok tani atau warga belajar adalah ikut aktif berpartisipasi dalam setiap tahapan kegiatan
penyuluhan. Partisipasi yang diharapkan dari anggota tani antara lain ikut mendukung
menciptakan iklim belajar yang kondusif untuk berpartisipasi, terlibat aktif dalam identifikasi
kebutuhan, terlibat aktif dalam menyusun perencanaan penyelesaian masalah, terlibat aktif dalam
menyusun tujuan belajar, terlibat aktif dalam menyusun rencana kegiatan belajar, terlibat aktif
dalam pelaksanaan kegiatan, terlibat aktif dalam evaluasi atau penilaian hasil kegiatan, terlibat

12

aktif dalam menyusun informasi untuk pembelajaran bagi petani lain, terlibat aktif dalam
pembelajaran pada petani lain, terlibat aktif dalam penyusunan laporan kegiatan serta terlibat
aktif dalam diskusi hambatan , dorongan serta rencana tindak lanjut kegiatan penyuluhan.

4.6.

Perkembangan dinamika kelompok dalam kelompok tani


Hasil analisis uji t menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 95% antara kelompok

kontrol dan kelompok perlakuan

terhadap perkembangan dinamika kelompok tani setelah

implementasi penyuluhan pertanian partisipatif. Hasil uji t menunjukkan t hitung 2,54 sedangkan
t tabel 2,22 sehingga t hitung > t tabel. Hasil evaluasi terhadap klas kelompok tani menunjukkan
jumlah nilai yang dicapai kelompok tani perlakuan setelah proses implementasi penyuluhan
pertanian partisipatif adalah 277,5 poin. Total nilai seluruh poin standar keragaan kemampuan
kelompok yang telah dicapai adalah 277,5 poin, berdasarkan standar penilaian yang telah
ditetapkan nilai 277,5 berada dalam kisaran nilai 251 500 yaitu nilai untuk kategori kelas
kelompok tani lanjut., dengan demikian klas kelompok tani ini menjadi naik menjadi klas
kelompok tani lanjut. Peningkatan klas kelompok ini menunjukkan bahwa implementasi
penyuluhan pertanian partisipatif dapat merubah pengetahuan sikap maupun perilaku kelompok
tani yang berdampak pada dinamika kelompok tani. Dinamika kelompok tani disini ditinjau dari
struktur kelompok, tujuan kelompok, fungsi dan tugas kelompok, norma kelompok, komunikasi
dalam kelompok, pengembangan dan pemeliharaan kelompok, iklim kelompok serta pemecahan
adanya desakan kelompok. Peningkatan status kelompok tani menunjukkan perkembangan
dalam dinamika maupun kegiatan kelompok tani.

13

4.7.

Keberlanjutan program penyuluhan


Hasil analisis uji t menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 95% antara kelompok

kontrol dan kelompok perlakuan terhadap keberlanjutan kegiatan penyuluhan kelompok tani
setelah implementasi penyuluhan pertanian partisipatif. Hasil uji t menunjukkan t hitung 2,31
sedangkan t tabel 2,22 sehingga t hitung > t tabel. Hal ini menunjukkan bahwa implementasi
penyuluhan pertanian partisipatif dapat memotivasi anggota tani untuk selalu merencanakan
kegiatan kelompok dengan mengikuti tahapan Sekolah Partisipatif , tahapan yang jelas sangat
membantu anggota tani sehingga mudah mengikuti setiap tahapan kegiatan yang akan dilakukan.
Rencana tindak lanjut kegiatan di awali dengan diskusi hambatan dalam mengimplementasikan
hasil-hasil kegiatan dalam kehidupan sehari-hari , yang kemudian dilanjutkan dengan diskusi
dampak kegiatan, diskusi dorongan yang muncul untuk melaksanakan kegiatan, diskusi
penerapan hasil kegiatan, diskusi umpan balik dari kegiatan yang telah dilakukan, dan diskusi
rencana tindak lanjut kegiatan penyuluhan.

4.8.

Peningkatan kesejahteraan petani

Hasil observasi dilapangan menunjukkan implementasi penyuluhan pertanian partisipatif secara


positif dapat meningkatkan kesejahteraan kelompok tani pemula ditinjau dari kemampuan
membelajarkan orang lain, kemampuan adanya kegiatan terus menerus, peningkatan hubungan
sosial dan peningkatan pendapatan yang diukur berdasarkan tambahan kegiatan yang dilakukan
pasca implementasi penyuluhan pertanian partisipatif, yaitu 5 petani beternak bebek pedaging, 2
petani memelihara bebek petelur, 2 orang mengolah keripik dan 2 orang membuat kompos.

14

V. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan dari penelitian ini adalah :
1. Penyuluhan pertanian partisipatif dapat diimplementasikan pada kelompok tani pemula dan
berhasil merubah sikap kelompok tani pemula menjadi termotivasi aktif mengikuti kegiatan
penyuluhan.
2. Penyuluhan pertanian partisipatif berhasil meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan
kelompok tani pemula yang ditunjukkan terjadinya kegiatan tambahan yang dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
3. Implementasi penyuluhan pertanian partisipatif berdampak peningkatan status kelompok tani
dari kelompok tani pemula menjadi kelompk tani lanjut, yang menunjukkan terjadinya
perkembangan dinamika kelompok tani.

Saran
Model Sekolah Partisipatif adalah model penyuluhan dengan tahapan yang jelas,
kurikulum dengan tema yang fleksibel sehingga mudah diikuti oleh Penyuluh Pertanian maupun
anggota kelompok tani, dan terbukti secara signifikan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap
dan ketrampilan petani serta berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani dan dinamika
kelompok serta peningkatan status kelompok tani dari kelompok tani pemula menjadi kelompok
tani lanjut. Oleh karena itu saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah model
Sekolah

Partisipatif

sebagai

implementasi

penyuluhan

partanian

partisipatif

dapat

15

diimplementasikan di daerah lain dalam rangka peningkatan kesejahteraan maupun


perkembangan dinamika kelompok tani.

DAFTAR PUSTAKA

Kartasapoetra, 1998, Teknologi Penyuluhan Pertanian, Bina Aksara, Jakarta.


Knowles, 1970, The Modern Practise Of Adult Education: from Pedagogy to Andragogy, Follet
Publishing Company, Chicago.
Mardikanto, (1993), Penyuluhan Pembangunan Pertanian, Sebelas Maret University Press,
Surakarta.
Rokhedi, 2005, Identifikasi Status kelompok Tani di kabupaten Bandung, BBDAH Kayu Ambon
Lembang Bandung.
Saleh,2005, Teknologi Tepat Guna, Masyarakat dan Kebudayaan, YP3M, Bandung.
Sayafaaat N., Simatupang P., Mardianto S., dan Khudoni, 2005, Pertanian Menjawab
Tantangan Ekonomi Nasional, Lapera Pustaka Utama , Jogjakarta.
Sudjana, D,2005, Strategi Pembelajaran, Falah Production, Bandung..
Sudjana, D, 2000, Pendidikan Luar Sekolah, Falah Production, Bandung.
Van Den Ban dan Hawkins, 2003, Penyuluhan Pertanian, Kanisius, Jogjakarta.

Riwayat Penulis :
Ir Hj Nataliningsih MPd adalah dosen Kopertis Wilayah IV Jawa Barat dan Banten yang
diperbantukan pada Fakultas Pertanian , Universitas Bandung Raya.

16

You might also like