Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
1. Pendahuluan
Dalam
rangka
untuk
memaksimalkan
kegiatan
usaha,
mutlak
diperlukan,
sehingga
perusahaan
dapat
keuangan,
reputasi,
akan berdampak
operasional,
dan
pada
kelangsungan
risiko
usaha.
salah
satu
penegak
sistem
dengan
memberikan
dari
dasar
itulah
wajib
pajak
mulai
secara tepat atas risiko yang telah dan yang akan terjadi
kemudian hari. Hampir disetiap industri terdapat risiko yang
harus di tangani. Ada berbagai ragam risiko yang perlu ditangani.
Dalam penanganan suatu risiko dalam perusahaan, diperlukan
indentifikasi risiko yang menimpa perusahaan tersebut. Untuk itu
ada beberapa risiko yang diklasifikasikan agar perusahaan dapat
menangani risiko yang terdapat dalam perusahaan.
Risiko
perusahaan
dalam
perpajakan
diklasifikasikan
berdasarkan jenisnya yaitu : PPh pasal 21, PPh Badan dan PPN.
Risko perpajakan perusahaan harus mendapatkan penanganan
yang
tepat,
agar
terhindar
dari
adanya
kesulitan
dalam
Bagaimana
risiko
dan
manajemen
resiko
dapat
mempengaruhi perusahaan?
2.
Bagaimana
mengindentifikasi
risiko
perpajakan
perusahaan?
3.
4.
BAB II
PEMBAHASAN
selalu
dihubungkan
dengan
ketidakpastian,
dari
ketidakpastian
terhadap
pencapaian
objektif.
dihadapi
menguntungkan.
dapat
Secara
berdampak
umum
risiko
merugikan
dapat
atau
dikelompokan
sebagai berikut :
1) Risiko murni (pure risk)
Risiko murni adalah risiko dimana kemungkinan kerugian ada,
tetapi kemungkinan keuntungan tidak ada.
Risiko murni dapat dikelompokan menjadi :
a) Risko aset fisik
Merupakan risiko yang berakibat timbulnya kerugian pada
aset fisik suatu perusahaan.
b) Risiko karyawan
merupakan risiko karena apa yang dialami oleh karyawan
yang bekerja di perusahaan tersebut.
c) Risiko legal
Merupakan
risiko
dalam
bidang
kontrak
yang
hukum,
tidak
ada
kerangka
hukum,
dan
kelemahan perjanjian.
2) Risiko spekulatif (spekulatif risk)
Risiko dimana kita mengharapkan terjadinya kerugian dan
juga
keuntungan.
Kemungkinan
kerugian
ada,
tetapi
gagal
terjadi
memenuhi
karena
kewajiban
counter
kepada
perusahaan.
c) Risiko likuiditas
Merupakam risiko karena ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan kas / ketidakmampuan dalam menempatkan
kewajiban.
d) Risiko operasional
Merupakan risiko
yang
disebabkan
pada
kegiatan
suatu
aktivitas
tertentu
walaupun
aplikasi
Manajemen Risiko
mengurangi
kejadian
ancaman
tersebut
dan
dengan
cara
menghindari
mengendalikan
kerugian,
memisahkan
kegiatan
risiko,
yang
risiko
merupakan
langkah
pertama
untuk
dapat
dipastikan
bahwa
semua
kegiatan-kegiatan
Risiko
Risiko
Risiko
Risiko
PPh Badan
PPH pasal 21
PPh Pemotongan / Pemungutan
Pajak Pertambahan Nilai
2.1
akan
terkait
dengan
transaksi
organisasi
secara
keseluruhan, meliputi :
a) Penerimaan / pendapatan
Setiap transaksi pembelian maupun penjualan yang
memiliki
bukti
pembelian
menghasilkan
pendapatan
mempengaruhi
pajak
/
/
penjualan
akan
penerimaan
yang
penghasilan
perusahaan.
Jika
jika
semakin
perusahaan
sedikit
akan
pendapatab
mengurangi
pajak
penghasilan perusahaan.
b) Pembayaran beban operasional
Setiap transaksi pasti ada bukti pendukung yang
memberikan
dibayar
perusahaan.
operasional
menjadi
daftar
yang
beban
Jika
harus
pengurang
operasional
semakin
dibayar
pajak
yang harus
banyak
perusahaan,
penghasilan
beban
akan
perusahaan,
perusahaan
penghasilan perusahaan.
c) Perhitungan penyusutan
akan
memperbesar
pajak
Setiap
aset
mengalami
tetap
yang
penyusutan.
dimiliki
perusahaan
Perhitungan
pasti
penyusutan
Laporan
laba
rugi
perusahaan
memiliki
kewajiban
untuk
menghitung
dan
pemotongan,
penyetoran,
dan
pelaporan
pajak
karyawan
dalam
perusahaan.
Jenis
status
pegawai
yaitu
tersebut.
Bukti
potong
tersebut
dapat
berupa
january
sampai
dengan
November,
SPT
Mengidentifikasi
Risiko
Pemotongan
dan
Pemungutan
Munculnya risiko PPh pemotongan / pemungutan hampir serupa
dengan pasal 21, yaitu kerena perusahaan punya kewajiban
Risiko
lainnya
adalah
tercecernya
bukti
tidak
dapat
telah
membuktikan
melaksanakan
bahwa
kewajiban
penyetoran
dan
pelaporan,
padahal
atas
tercecernya
bukti
potong,
sehingga
saat
telah
melaksanakan
kewajiban
10
2.4
penting
karena
faktur
pajak
merupakan
bukti
11
2.5
ketentuan
tertentu
dalam
aturan
dan
produk
hukum
yang
dihasilkan
dari
ketetapan
pajak
seperti
pemeriksaan
untuk
12
banding,
maka
wajib
pajak
dikenai
sanksi
2005a)
yang
dapat
dimanfaatkan
untuk
Apabila
wajib
pajak
masih
belum
puas
dengan
surat
13
pembayaran
pajak
yang
telah
di
bayar
sebelum
halnya
dengan
pengajuan
keberatan,
pengajuan
diperoleh
dari
tools
seperti
probability
based,
non-
risiko
adalah
usaha
untuk
mengetahui
frekuensi
atau
jumlah
aktivitas
yang
berpotensi
14
represif
terhadap
wajib
paja,
dengan
wajib
pajak
maka
akan
terancam
akan
penyetoran
dan
pelaporan
akan
kuantifikasi
yang
rumit)
yaitu
dengan
15
berbagai
penanganan
ragam
suatu
risiko
risiko
yang
perlu
dalam
ditangani.
perusahaan
Dalam
diperlukan
kasus
kesalahan
pemotongan
sampai
16
berorientasi
ekspor,
penyerahan
kepada
17
diduga
kurang/tidak
melaksanakan
kewajiban
memiliki
kewenangan
untuk
melakukan
SPT
dalam
melakukan
pelaporan
pajak
SPT
atau
nihil
adanya
tersebut
bukti
tidak
lain
sesuai
yang
dengan
18
sanksi
pidana
dalam
undang-undang
pidana
sanksi
administrasi
merupakan
19
3.3
terhadap suatu
pembayaran
pajak
yang
telah
dibayar
sebelum
pajak
yang
diperkirakan
merupakan
risiko
yang
bagaimana
menyikapi
risiko
tersebut.
Setelah
dari
waktu
20
ke
waktu.
Dengan
begitu
risiko
pada
umunya
dapat
dilakukan pada tahap perencanaan dimana kemungkinankemungkinan risiko yang terjadi dapat diatasi dengan
berbagai
tindakan
dilakukan
dengan
pencegahan.
cara
Penghindaran
perusahaan
tidak
risiko
mengambil
bisa
melakukan
pengurangandengan cara :
1. Menghindari penyebab timbulnya risiko seperti :
Menyapaikan SPT LB
Menyampaikan laporan keuanagan dalam kondisi
rugi
Pengajuan restitusi
2. Mengambil tindakan berisiko yang saling menghilangkan
secara alamiah
Pembetulan SPT, dapat dilakukan sebelum lewat
waktu
dua
tahun
dilakukanpemeriksaan
Kopensasi kelebihan
dan/atau
pembayaran,
belum
menunggu
21
menggeser
dikompensasi
restitusi
pada
masa
dengan
cara
pajak/tahun
pajak
berikutnya.
Menggeser kerugian, dengan mengkapittalisasi
biaya
terlebih
dahulu
agar
tidak
terjadi
untuk
pemindahan
risiko
perpajakan
dapat
dilakukan :
1. Memperkejakan pegawai yang kompeten yang memiliki
integritas, loyalitas dan kapabilitas
2. Menyewa konsultan pajak yang
creative
accounting
tertutup,
perusahaan
menjadi
dan
dapat
merencanakan pajak
3. Menyewa konsultan pajak yang terbuka, yaitu dapat
membantu
konsultan
perusahaan
tersebut
perusahaan.
masalah
bila
dapat
Sehingga
perpajakan
ada
sengketa
menerima
pajak,
kuasa
dari
ketika
perusahaan
dilanda
langsung
dilimpahkan
kepada
konsultan pajaknya
d. Penanganan risiko
Penanganan risiko dapat dilakukan dengan cara misalnya
dengan terencana menunda pembayarn dengan risiko
sanksi
bunga
mangalami
2%
kesulitan
dikarenakan
cash
flow.
22
perusahan
Hal
ini
sedang
merupakan
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka
dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
a) Manajemen risiko dapat meng-identifikasi dari ancaman dan
implementasi
dari
pengukuran
yang
ditunjukan
pada
serta
keuangan
suatu
badan
usaha
atau
sebagai
usaha
untuk
penting
diidentifikasi
seluruh
dan
dalam
risiko
perusahaan
berasal
dari
sudah
kegiatan
23
risiko
dalam
perusahaan
Risiko
perusahaan
perpajakan
diklasifikasikan
tidak
mengambil
tindakan
yang
dapat
untuk
mengurangi
risiko
dengan
cara
risiko
perpajakan
dapat
dilakukan
yaitu
dapat
membantu
perusahaan
bila
ada
perusahaan.
Sehingga
ketika
perusahaan
dilanda
24
Daftar Pustaka
Darmawi, herman, 2002. Manajemen Risiko, Jakarta : Bumi
Aksara
Gunadi. (ed) 2010 Panduan Komprehensif Ketentuan Umum
Perpajakan, Jakarta: MUC
Hidayat, Nur 2005a, Ketetapan Pajak Mungkinkah Ditolak ?;
Harian Bisnis Indonesia edisi 03 Oktober 2005
Hidayat, nur 2005b, Menghadapi Pemeriksaan Pajak, Harian
Bisnis Indonesia, edisi 25 April 2005
Hidayat,
Nur
2011,
Substansi
Akuntansi:
Prioritas
dalam
25
26