You are on page 1of 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
1. Defenisi
Amputasi berasal dari kata Amputation yang berarti sayatan keliling dan kata
Amputare yang berarti potong atau pemisahan anggota badan atau bagian lain
dengan pembedahan. (dr. Hendra T Laksman, 2000).
Amputasi adalah pengangkatan melalui bedah traumatik pada tungkai (Doenges, 2000).
Dalam kamus kedokteran Dorland, amputasi adalah memotong atau memangkas,
pembuangan suatu anggota badan.
Amputasi adalah perlakuan yang mengakibatkan cacat menetap pada tubuh (R. Sjamsu
Hidayat, 1997).
Amputasi adalah: sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh
bagian ekstremitas. Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem
tubuh seperti sistem integumen, sistem saraf, sistem muskuloskeletal dan system
kardiovaskuler. Lebih lanjut ia dapat menimbulkan masalah psikologis bagi pasien berupa
penurunan citra- diri (Harnawatiaj, 2008).
Jadi Amputasi berasal dari kata amputare yang kurang lebih diartikan pancung.
Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh
bagian ekstremitas.

2.

Klasifikasi
Jenis Amputasi yang dikenal adalah

1) Amputasi terbuka
Dilakukan untuk infeksi berat, yang meliputi pemotongan tulang dan jaringan otot.
2) Amputasi tertutup
Menutup luka dengan flap kulit yang dibuat dengan memotong tulang kira-kira 2 inci lebih
pendek dari pada kulit dan otot.
Berdasarkan pelaksanaan Amputasi, dibedakan menjadi :
1) Amputasi selektif/terencana

Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat penanganan
yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi dilakukan sebagai salah satu
tindakan alternatif terakhir
2) Amputasi akibat trauma
Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak di rencanakan. Kegiatan
tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki kondisi umum
klien.
3)

Amputasi darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya merupakan
tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma dengan patah tulang
multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.

3. Etiologi
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan amputasi, antara lain :
1) Trauma
2) Penyakit arteri perifer kronis
3) Frosbite
4) Kanker tulang
5) Infeksi berat (gangrene gas osteomielitis)
b. Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi seperti fraktur multiple organ tubuh yang
tidak mungkin di perbaiki, kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin di perbaiki,
gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat, infeksi yang berat atau beresiko
tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya, adanya tumor pada organ yang tidak mungkin
diterapi secara konservatif, deformitas organ ( Harnawatiaj, 2008).
c.

Indikasi utama bedah amputasi adalah karena :

1.

Iskemia karena penyakit reskularisasi perifer, biasanya pada orang tua, sepertiklien dengan
artherosklerosis, Diabetes Mellitus

2.

Trauma amputasi, bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan, thermal injury seperti
terbakar, tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti pagets disease dan kelainan kongenita

4. Tanda Dan Gejala


1) Nekrosis jaringan
2) Fraktur tulang yang tidak dapat tertolong lagi
3) Pertumbuhan sel yang abnormal (hiperplasia jaringan).
5. Anatomi Fisiologi
A. Anatomi
Secara anatomis kaki bisa dibagi menjadi tiga bagian yaitu : kaki bagian belakang
(hindfoot) kaki bagian tengah (midfoot) kaki bagian depan (forefoot) 1. Kaki bagian
belakang Persendian yang masuk pada bagian ini adalah: Talocruraljoint (ankle joint) Sendi
ini merupakan modifikasi hinge joint. Dibentuk oleh ujung distal tibia, fibula dan talus
(trochlea tali). Ujung distal tibia dan fibula membentuk bangunan

B. Fisiologi
Fungsi lutut sendiri bersifat sangat penting pada manajemen rehabilitasi dengan penggunaan
prostetik sehingga setiap usaha selalu dibuat untuk menyelamatkan lutut.Amputasi bawah
lutut merupakan suatu prosedur rekonstruktif yang memerlukan perhatian yang cermat
terhadap detail tekniknya. Level ini dipilih berdasarkan ketersediaan jaringan yang sehat
termasuk pemahaman potensi penyembuhan dari alat gerak yang iskemi. Sisi pemotongan
adalah level dimana terdapat cukup jaringan lunak untuk menghasilkan puntung yang dapat
sembuh dengan baik dan mempunyai toleransi terhadap prostetik. Panjang puntung sebaiknya
dipertahankan setinggi hingga pertemuan 1/3 tengah dan bawah tibia -fibula. Amputasi
diantara bagian ini dan sendi pergelangan kaki dihindari karena adanya kesulitan penutupan

jaringan lunak yang baik. Jika disfungsi lutut yang signifikan timbul, amputasi very short
below knee merupakan kontra indikasi dan lebih di sarankan untuk dilakukan amputasi
dengan level knee disarticulation atau amputasi

6. Patofisiologi
Dilakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar dari tubuh, dengan dua metode :
a.

Metode terbuka (guillotine amputasi). Metode ini digunakan pada klien dengan infeksi yang
mengembang. Bentuknya benar-benar terbuka dan dipasang drainage agar luka bersih, dan
luka dapat ditutup setelah tidak terinfeksi.

b. Metode tertutup (flap amputasi) Pada metode ini, kulit tepi ditarik pada atas ujung tulang dan
dijahit pada daerah yang diamputasi.
c.

Tidak semua amputasi dioperasi dengan terencana, klasifikasi yang lain adalah karena
trauma amputasi

7.

CT Scan

PATHWAYS

8. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan tergantung pada kondisi dasar perlunya amputasi dan digunakan untuk
menentukan tingkat yang tepat untuk amputasi.
1. Foto Rontgen : Untuk mengidentifikasi abnormalitas tulang
: Mengidentifikasi lesi neopalstik, osteomfelitis, pembentukan hematoma
3. Angiografi dan pemeriksaan aliran darah : Mengevaluasi perubahan sirkulasi perfusi jaringan
dan membantu memperkirakan potensial penyembuhan jaringan setelah amputasi.
4. Kultur luka : Mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme penyebab
5. Biopsy : Mengkonfirmasi diagnosa benigna maligna

6. Led: Peninggian mengidentifikasi respon inflamasi


7. Hitung darah lengkap/diferensial : Peninggian dan perpindahan ke kiri di duga proses infeksi
9.

Penatalaksanaan Amputasi
Amputasi selesai bila sudah di pasang protesis yang baik, perawatan post Amputasi ada 2
cara :

a.

Rigid Dressing Yaitu menggunakan plester of paris di pasang di kamar operasi keuntungan
dari cara ini adalah bisa mencegah edema, mengurangi nyeri dan mempercepat posisi berdiri,
mobilisasi segera setelah luka sembuh dan mature 2-3 minggu, dressing di buka pada hari ke
7, ke 10 post operasi

b. Soft Dressing Yaitu bila ujung stump di rawat secara konvensional, semua tulang yang
menonjol di beri bantalan yang cukup, drain di cabut setelah 48 jam, jahitan di bukan pada
hari ke 10-14 post operasi. Amputasi di atas lutut penderita supaya tidak meletakkan bantal di
bawah sturup .
10. Komplikasi
Komplikasi amputasi meliputi perdarahan, infeksi, dan kerusakan kulit. Karena ada
pembuluh darah besar yang di potong, dapat terjadi perdarahan Infeksi merupakan infeksi
pada semua pembedahan; dengan peredaran darah buruk atau kontaminasi luka setelah
amputasi traumatika, risiko infeksi meningkat. Penyembuhan luka yang buruk dan iritasi
akibat protesis dapat menyebabkan kerusakan kulit.
Komplikasi pasca operasi utama adalah infeksi, hemoragi, kontraktur, emboli lemak
dan sensasi phantom Masalah nyeri phantom kadang sukar diatasi. Setelah amputasi selalu
terdapat perasaan bagian ekstremitas yang hilang masih ada, dan setiap penderita akan
mengalaminya. Sebagian penderita merasa terganggu sedangkan sebagian lagi merasakannya
sebagai nyeri.

You might also like