You are on page 1of 10

Borang Portofolio RSUD Kota Makassar

No. ID dan Nama Peserta :


/ dr. Moh. Dimas Ismail
No. ID dan Nama Wahana:
/ RSUD Kota Makassar
Topik: Trauma Amputasi Digiti Phalanx V Pedis Dextra
Tanggal (kasus) :16 September 2016
Nama Pasien : An. AA
No. RM :
Tanggal Presentasi :22 September 2016
Pendamping: dr. Hj. A. Rahmawati
Malik
Tempat Presentasi: RSUD Kota Makassar
Obyek presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi: Seorang laki-laki, usia 16 tahun datang ke UGD dengan luka pada jari kelingking kaki
kanan
Tujuan: Mendiagnosa pasien dengan trauma amputasi
Bahan
Tinjauan
Riset
Kasus

Audit

bahasan:
Cara

Pos

membahas:

pustaka
Diskusi

Presentasi dan

E-mail

diskusi

Data Pasien: Nama: An. AA


No.Registrasi:
Nama klinik
UGD RSUD Kota Makassar
Data utama untuk bahan diskusi:
1
Diagnosis/gambaran klinis: Nyeri pada jari kelingking kanan sejak 1 jam sebelum masuk
rumah sakit, nyeri akibat terkena rantai roda motor saat sedang memperbaiki motor, tanpa
sengaja, kaki pasien menyenggol rantai motor yang sedang menyala. Riwayat pengobatan
sebelumnya (-)
2

Riwayat penyakit dahulu, HT dan DM disangkal

3
Riwayat penyakit keluarga, HT dan DM disangkal
Daftar pustaka
1.

Sjamsuhidajat, R.; Dahlan, Murnizat; Jusi, Djang. Gawat Abdomen. Dalam Buku Ajar

Ilmu Bedah. Edisi 2. Editor: Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim. Jakarta: EGC, 2003. Hal: 639645.
2.
Lavy CBD, Barrett DS. Ortopedi dan fraktur sistem apley. Edisi 7. Alih bahasa Edi
Nugroho. Jakarta : Widya Medika, 1995 : 225-7.
3.
Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, eds. Kapita selekta kedokteran.
Jilid 2. 3th ed. Jakarta : Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000 : 49:267-73:371-96

4.

Armis, Handojo H. Berkala Ilmu Kedokteran volume 28, no.3. Yogyakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Gajah Mada.1996: 127-130


5.
Open Fractures. Author: Thomas M Schaller, MD ; Chief Editor: Jason H Calhoun, MD,
FACS.Available at : http://emedicine.medscape.com/article/1269242-overview. Accessed on 21
September 2016.
Hasil pembelajaran:
1
Pengertian fraktur dan penanganannya
2
Pengertian amputasi dan penangannya
Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:
1
Subyektif:
Nyeri pada jari kelingking kanan sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit, nyeri akibat terkena
rantai roda motor saat sedang memperbaiki motor. Riwayat pengobatan sebelumnya (-)
2

Obyektif:
Primary Survey :
- Airway : Clear
- Breathing : Pernapasan normal, RR 22x/1
- Circulation : baik, a. carotis teraba kanan-kiri equal, regular, isi cukup, TD 120/80
-

mmHg, HR 92x/menit
Disability : Kesadaran composmentis,pupil isokor,refleks cahaya langsung (+/+),

refleks cahaya tidak langsung (+/+)


Exposure : pada jari kelingking kaki kanan ditemukan fraktur terbuka dan trauma
amputasi, bone exposure (+), suhu tubuh normal

Secondary Survey
A. Keadaan umum : Sakit sedang
B. Kesadaran
: Tidak ada trauma kapitis, GCS 15 ( E4M5V6)
C. Keadaan gizi
: Gizi cukup
D. Tanda-tanda vital : 1. Tekanan darah : 120/80 mmHg
2. Nadi

: 92x/ menit

3. Suhu

: 36,5 o

4. Pernapasan

: 22x / menit

E. Status generalis
1. Kepala
2. Mata

: normocephali, tidak ditemukan adanya jejas


: tidak ada hematoma,konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-),

pupil isokor, ukuran 3mm/3mm,refleks cahaya langsung (+/+), refleks cahaya tidak
langsung (+/+)
3. Maksilofasial
:
- Inspeksi
: Tidak ada deformitas dan fraktur
- Palpasi
: Tidak ada krepitus

4. THT
: normotia, septum deviasi (-/-), sekret (-/-),tonsil T1-T1 tenang
5. Mulut
: oral hygene baik
6. Leher
:
Inspeksi
: Tidak tampak adanya jejas, deformitas,dan hematom
Palpasi : KGB dan Tiroid tidak teraba massa, emfisema subkutan(-),nyeri tekan (-)
7. Thorax
:
- Inspeksi : datar, simetris,gerak napas kanan dan kiri simetris, retraksi sela iga (-/-),
iktus kordis tidak tampak
- Palpasi
: Vocal fremitus simetris kiri dan kanan, iktus kordis teraba
- Perkusi : kiri dan kanan sonor, batas jantung normal
- Auskultasi : Paru : suara napas vesikuler kiri dan kanan, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
8. Abdomen :
- Inspeksi : rata, bekas operasi (-), dilatasi vena (-), tidak tampak adanya jejas
- Auskultasi : bising usus (+),
- Palpasi
: supel, nyeri tekan dinding perut kuadran kanan bawah (+), defens
muscular (-), Hepar : tidak teraba membesar, lien : tidak teraba membesar, ginjal :
balontement (-/-)
- Perkusi : timpani, shifting dullness (-)
9. Kolumna Vertebralis
- Inspeksi : Tidak tampak adanya deformitas dan jejas
- Palpasi
: Tidak ada nyeri tekan
10. Ekstremitas
- Atas : Akral hangat +/+, udem -/-, deformitas -/-, CRT < 2detik
- Bawah: Akral hangat +/+, udem -/-, deformitas -/- CRT < 2 detik.

Status lokalis : Regio pedis dextra


- Look : Tampak digiti phalanx V dextra terputus, open wound (+), perdarahan aktif
(+), bone expose (+), kontaminasi berat
- Feel : Teraba hangat, nyeri tekan (+/+)
- Move : Sulit dinilai

Pemeriksaan Laboratorium: Tidak dilakukan


Pemeriksaan Radiologi: Foto Pedis Dextra

Assesment (Penalaran klinis) :

FRAKTUR TERBUKA
Definisi
Fraktur terbuka merupakan suatu fraktur dimana terjadi hubungan dengan lingkungan luar
melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi bakteri sehingga timbul komplikasi berupa infeksi.
Luka pada kulit dapat berupa tusukan tulang yang tajam keluar menembus kulit (from within)
atau dari luar oleh karena tertembus misalnya oleh peluru atau trauma langsung (from without ).
Klasifikasi
Klasifikasi yang dianut adalah menurut Gustilo,Merkow dan Templeman(1990):

Tipe I:

luka < 1 cm panjangnya,biasanya karena luka tusukan dari fragmen tulanng yang menembus
keluar kulit. Terdapat sedikit kerusakan jaringan dan tidak terdapat tanda-tanda trauma yang
hebat pada jaringan lunak. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat simpel,transversal,oblik
pendek atau sedikit komunitif.

Tipe II :

Laserasi kulit >1 cm tetapi tidak ada kerusakan jaringan yang hebat atau avulsi kulit Terdapat
kerusakan yang sedang dari jaringan dengan sedikit kontaminasi dari fraktur.

Tipe IIIa

Luka > 10 cm jaringan lunak cukup menutup tulang yang patah walaupun terdapat laserasi yang
hebat ataupun adanya flap. Fraktur bersifat segmental atau komunitif yang hebat.

Tipe IIIb

Luka > 10 cm , fraktur disertai dengan trauma hebat dengan kerusakan dan kehilangan jaringan,
terdapat pendorongan (stripping) periost, tulang terbuka,kontaminasi yang hebat serta fraktur
komunitif yang hebat.

Tipe IIIc

Luka > 10 cm, fraktur terbuka yang disertai dengan kerusakan arteri yang memerlukan perbaikan
tanpa memperhatikan tingkat kerusakan jaringan lunak

Penatalaksanaan
Beberapa prinsip dasar pengelolaan fraktur terbuka adalah
1. Obati fraktur terbuka sebagai suatu kegawatan
2. Adakan evaluasi awal dan diagnosis akan adanya kelainan yang dapat menyebabkan kematian
3. Berikan antibiotik dalam ruang gawat darurat,di kamar operasi dan setelah operasi
4. Segera dilakukan debridemen dan irigasi yang baik
5.Ulangi debridemen 24-72 jam berikutnya
6. Stabilisasi fraktur
7. Biarkan luka terbuka antara 5-7 hari
8. Lakukan bone graft autogenous secepatnya
9. Rehabilitasi anggota gerak lainnya
Tahap-Tahap Pengobatan Fraktur terbuka ;
1. Pembersihan luka
Hal ini dilakukan dengan cara irigasi dengan cairan NaCl fisiologis secara mekanis untuk
mengeluarkan benda asing yang melekat.
2. Eksisi jaringan yang mati (debridemen).
Semua jaringan yang kehilangan vaskularisasinya merupakan daerah tempat pembenihan bakteri
sehingga diperlukan eksisi secara operasi pada kulit,jaringan subkutaneus,lemak,fasia,otot dan
fragmen-fragmen yang lepas
3. Pengobatan fraktur itu sendiri
Fraktur dengan luka yang hebat memerlukan suatu traksi skeletal atau reduksi terbuka dengan
fiksasi eksterna tulang. Fraktur grade II dan III sebaiknya difiksasi dengan fiksasi eksterna.
4. Penutupan kulit
Apabila fraktur terbuka diobati dalam waktu periode emas (6-7 jam mulai dari terjadinya
kecelakaan), maka sebaiknya kulit ditutup. Hal ini tidak dilakukan apabila penutupan membuat
kulit sangat tegang. Dapat dilakukan split thickness skin-graft serta pemasangan drainase hisap
untuk mencegah akumulasi darah dan serum pada luka yang dalam. Luka dapat dibiarkan
terbuka setelah beberapa hari tapi tidak lebih dari 10 hari. Kulit dapat ditutup kembali disebut
delayed primary closure. Yang perlu mendapat perhatian adalah penutupan kulit tidak dipaksakan
yang mengakibatkan kulit menjadi tegang.
5. Pemberian antibiotik
Hal ini bertujuan untuk mencegah infeksi. Antibiotik diberikan dalam dosis yang adekuat

sebelum,pada saat dan sesudah tindakan operasi.


6. Pencegahan tetanus
Semua penderita dengan fraktur terbuka perlu diberikan pencegahan tetanus. Pada penderita
yang telah mendapat imunisasi aktif cukup dengan pemberian toksoid tapi bagi yang
belum,dapat diberikan 250 unit tetanusimunoglobulin (manusia).
Komplikasi fraktur terbuka
Komplikasi fraktur dapat terjadi secara spontan,karena iatrogenik atau oleh karena tindakan
pengobatan. Komplikasi umumnya akibat tiga faktor utama,yaitu penekanan lokal, traksi yang
berlebihan dan infeksi. Komplikasi oleh akibat tindakan pengobatan (iatrogenik) umumnya dapat
dicegah.
1. Perdarahan, syok septik sampai kematian
2. Septikemia,toksemia oleh karena infeksi piogenik
3. Gangrean
4. Tetanus
5. Perdarahan sekunder
6. Osteomielitis kronik
7. Delayed union
8. Nonunion dan malunion
9. Kekakuan sendi
10.Komplikasi lain oleh karena perawatan yang lama
Perawatan Lanjut dan Rehabilitasi Fraktur
Ada lima tujuan pengobatan fraktur:
1. Menghilangkan nyeri
2. Mendapatkan dan mempertahankan posisi yang memadai dari fragmen fraktur
3. Mengharapkan dan mengusahakan union
4. Mengembalikan fungsi secara optimal dengan cara mempertahankan fungsi otot dan
sendi,mencegah atrofi otot,adhesi dan kekakuan sendi,mecegah terjadinya komplikasi
seperti dekubitus,thrombosis vena,infeksi saluran kencing serta pembentukan batu ginjal.
5. Mengembalikan fungsi secara maksimal merupakan tujuan akhir pengobatan fraktur.
Sejak awal penderita harus dituntun secara psikologis untuk membantu penyembuhan
dan pemberian fisioterapi untuk memperkuat otot-otot serta gerakan sendi baik secara
isometric (latihan aktif static) pada setiap otot yang berada pada lingkup fraktur serta

isotonic yaitu latihan aktif dinamik pada otot-otot tungkai dan punggung.Diperlukan pula
terapi okupasi
AMPUTASI
Adalah tindakan pembedahan untuk membuang sebagian anggota gerak tubuh atau seluruhnya
maupun penonjolan tubuh dengan alasan life saving, mempertahankan fungsi dan kadangkala
untuk kosmetik.
Indikasi dan tujuan operasi amputasi :
1. Live saving (menyelamatkan jiwa). Contoh : trauma disertai keadaan yang mengancam
jiwa (perdarahan dan infeksi)
2. Limb saving (memanfaatkan kembali kegagalan fungsi ekstremitas secara maksimal),
seperti kelainan congenital dan keganasan.
Tindakan amputasi biasanya diindikasikan untuk fraktur terbuka tipe III c :
1. Dalam waktu 24jam pertama pasca trauma disebut dengan amputasi dini ( primary
amputation).
2. Dalam waktu 5-6 hari pasca trauma setelah dilakukan debridement disebut dengan
delayed primary amputation
3. Daam waktu 1 minggu sebulan pasca trauma disebut dengan amputasi sekunder
Indikasi amputasi menurut Gustilo :
1. Absolute : pada fraktur terbuka tipe IIIc dengan kehilangan jaringan yang sangat luas,
kontaminasi massive, dan fraktur kominutif atau segmental yang disertai kehilangan
jaringan tulang yang massive
2. Relatif : pada fraktur terbuka tipe IIIc yang tidak mendapat tindakan atau terapi lebih dari
8 jam pasca trauma

4. Plan :
Diagnosis Kerja
Trauma amputasi digiti V phalanx dextra

Terapi

Rawat luka, tutup dengan kasa steril


IVFD RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 1gr/12j/IV
Inj. Ketorolac 30 mg/8j/IV
Inj. Ranitidin 50 mg/8j/IV
Operatif: Konsul dokter spesialis Orthopedi, rencana debridement

Tujuan Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan pada pasien ini bersifat terapi empiris dan simptomatis.
Edukasi pada Keluarga Pasien
-

Menjelaskan kepada pasien bahwa jaringan tubuh pasien yang hilang sudah tidak dapat

kembali lagi
-

Menjelaskan kepada pasien bahwa tindakan yang dilakukan adalah untuk mencegah

infeksi sekunder dari trauma amputasi yang terjadi


-

Menjelaskan kepada pasien bahwa proses penyembuhan akan berlangsung lama pasca

dilakukannya operasi
Makassar, 21 September 2016
Peserta,

Pendamping,

dr. Moh. Dimas Ismail

dr.Hj. A. Rahmawati Malik

You might also like