You are on page 1of 1

Perang Banjar pecah saat Pangeran Antasari dengan 300 prajuritnya menyerang tamb

ang batu bara milik Belanda di Pengaron tanggal 25 April 1859. Selanjutnya peper
angan demi peperangan dikomandoi Pangeran Antasari di seluruh wilayah Kerajaan B
anjar. Dengan dibantu para panglima dan pengikutnya yang setia, Pangeran Antasar
i menyerang pos-pos Belanda di Martapura, Hulu Sungai, Riam Kanan, Tanah Laut, T
abalong, sepanjang sungai Barito sampai ke Puruk Cahu.[15]
Pertempuran yang berkecamuk makin sengit antara pasukan Pangeran Antasari dengan
pasukan Belanda, berlangsung terus di berbagai medan. Pasukan Belanda yang dito
pang oleh bala bantuan dari Batavia dan persenjataan modern, akhirnya berhasil m
endesak terus pasukan Pangeran Antasari. Dan akhirnya Pangeran Antasari memindah
kan pusat benteng pertahanannya di Muara Teweh.
Berkali-kali Belanda membujuk Pangeran Antasari untuk menyerah, namun dia tetap
pada pendirinnya. Ini tergambar pada suratnya yang ditujukan untuk Letnan Kolone
l Gustave Verspijck di Banjarmasin tertanggal 20 Juli 1861.
...dengan tegas kami terangkan kepada tuan: Kami tidak setuju terhadap usul mint
a ampun dan kami berjuang terus menuntut hak pusaka (kemerdekaan)...
Dalam peperangan, belanda pernah menawarkan hadiah kepada siapa pun yang mampu m
enangkap dan membunuh Pangeran Antasari dengan imbalan 10.000 gulden. Namun samp
ai perang selesai tidak seorangpun mau menerima tawaran ini.[16] Orang-orang yan
g tidak mendapat pengampunan dari pemerintah Kolonial Hindia Belanda:[17]
Antasari dengan anak-anaknya
Demang Lehman
Amin Oellah
Soero Patty dengan anak-anaknya
Kiai Djaya Lalana
Goseti Kassan dengan anak-anaknya

You might also like