Professional Documents
Culture Documents
Jefri Sokko
10.2012.073 / A1
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Terusan Arjuna No. 6 Jakarta 11510
jefryjeepers@gmail.com
Pendahuluan
Traktus urinarius merupakan suatu struktur yang menyalurkan urin dari ginjal ke
lingkungan luar tubuh. Traktus ini disusun oleh serangkaian alat tubuh yang terdiri dari sepasang
ginjal, sepasang ureter, vesika urinaria, dan uretra. 1 Sistem urinaria atau urogenital berfungsi
membersihkan tubuh dari zat-zat yang sudah tidak diperlukan lagi, kemudian diolah hingga siap
dikeluarkan ke lingkungan eksternal tubuh dalam bentuk yang larut dalam air
Pembahasan
Ginjal disusun oleh unit satuan ginjal yang secara ilmiah diberi nama nefron. Satu unit
nefron tersusun antara lain oleh:3
Glomerulus, merupakan suatu gulungan kapiler. Dikelilingi oleh sel sel epitel lapis
ganda atau biasa disebut Kapsula Bowman. Bertindak seperti saringan, menyaring darah yang
datang dari Arteriol Afferen. Membentuk urin primer yang berupa cairan pekat, kental, dan
masih seperti darah, tapi protein dan glukosa, sudah tidak ditemukan.
Tubulus Kontortus Proksimak, suatu saluran mikro yang amat berliku dan
panjang. Mempunyai mikrovilus untuk memperluas area permukaan lumen.
Ansa Henle, suatu saluran mikro yang melengkung dan berliku, terdiri dari bagian yang
tipis dan yang tebal. Pada bagian yang tipis, didominasi oleh reabsorpsi air. Sedangkan pada
bagian yang tebal, didominasi oleh reabsorpsi elektrolit, seperti NaCl.
Tubulus Kontortus Distal, suatu saluram mikro yang juga panjang dan berliku. Disini,
sedikit dilakukan reabsorpsi air.
Ductus Coligentus, suatu saluran lurus dimana berkumpulnya hasil urin setelah melewati
Tubulus Kontortus Distal. Bermuara ke Calix Minor Renalis. Yang selanjutnya akan dibawa ke
Calix Mayor Renalis, lalu ke Pelvis Renalis. 3
Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang menghubungkan antara calix
major dan ureter. Pelvis renalis bercabang menjadi calix major, yang lalu selanjutnya bercabang
kembali menjadi calix minor.
Medula, terdiri dari 9-14 pyiramid. Di dalamnya terdiri dari tubulus rektus, lengkung
Henle dan tubukus pengumpul (ductus colligent).
Korteks, bagian ginjal di mana di dalamnya terdapat/terdiri dari korpus renalis/Malpighi
(glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus distalis.
Columna renalis, bagian korteks di antara pyramid ginjal. Processus renalis, bagian
pyramid/medula yang menonjol ke arah korteks. Hilus renalis, bagian/area di mana pembuluh
darah, serabut saraf atau duktus memasuki/meninggalkan ginjal.
Papilla renalis, bagian yang menghubungkan antara duktus pengumpul dan calix minor.
Nefron, sebagai unit satuan ginjal secara histologi disusun atas. Kapsul bowman. Tubulus
kontortus proksimal, epitel kuboid rendah, inti bulat, inti sel dgn jarak berjauhan, lumen tdk jelas
krn tdp brush border.
Ansa Henle, terdiri atas : Segmen tebal desenden (STD) = Tubulus rektus proksimal
(mirip tubulus kontortus proksimal), segmen tipis ansa henle (ST), segmen tebal asenden (STA)
= Tubulus rektus distal (mirip tubulus kontortus distal). Tubulus kontortus distalis, inti banyak,
dekat, basofil (biri), lumennya jelass, kemudian semua berakhir menuju duktus koligens.
Aparatus/ kompleks juxtaglomerulus, terletak di atas badan malpighi dan terdiri atas selsel juxtaglomerulus yang menghasilkan renin dan sel-sel mesangial ekstraglomerular/ sel
polkisen/sel lacis yang mungkin menghasilkan eritropoetin. Makula densa sbg sensor osmolaritas
cairan di dlm tub distal 4
Berikut ini adalah fungsi spesifik yang dilakukan oleh ginjal, yang sebagian besar
ditunjukan untuk mempertahankan kestabilan lingkungan cairan internal: (1) mempertahankan
keseimbangan H2O dalam tubuh; (2) mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion CES
termasuk Na+, Cl-, K+, HCO3-, Ca++, Mg++, SO4=, PO4=, dan H+. Bahkan fluktuasi minor pada
konsentrasi sebagai elektrolit ini dalam CES dapat menimbulkan pengaruh besar. Sebagai
contoh, perubahan konsentrasi K+ di CES dapat menimbulkan disfungsi jantung yang fatal; (3)
memelihara volume plasma yang sesuai, sehingga sangat berperan dalam pengaturan jangkapanjang tekanan darah arteri. Fungsi ini dilaksanakan melalui peran ginjal sebagai pengatur
keseimbangan garam dan H2O; (4) membantu memelihara keseimbangan asam basa tubuh
dengan menyesuaikan pengeluaran H+ dan HCO3- melalui urin; (5) memelihara osmolaritas
(konsentrasi zat terlarut) berbagai cairan tubuh, terutama melalui pengaturan keseimbangan H 2O;
(6) mengekskresikan (eliminasi) produk-produk sisa (buangan) dari metabolisme tubuh,
misalnya urea, asam urat, dan kreatinin. Jika dibiarkan menumpuk, zat-zat sisa tersebut bersifat
toksik, terutama bagi otak; (7) mengekresikan banyak senyawa asing, misalnya obat, zat
penambah pada makanan, peptisida, dan bahan-bahan eksogen non-nutrisi lainnya yang berhasil
masuk ke tubuh; (8) mengekskresikan eritropoietin, suatu hormon yang dapat meranagsang
pembentukan sel darah merah; (9) mensekresikan renin, suatu hormon enzimatik yang memicu
reaksi berantai yang penting dalam proses konservasi garam oleh ginjal; (10) mengubah vitamin
D menjadi bentuk aktifnya.1
Ureter
Ureter adalah tabung atau saluran yang menghubungkan ginjal dengan kandung kemih.
Ureter
merupakan
lanjutan
pelvis
renis,
menuju
distal
&
bermuara
pada
vesica
urinaria. Panjangnya 25 30 cm. Persarafan ureter oleh plexus hypogastricus inferior T11- L2
melalui neuron neuron simpatis. 1
Ureter terdiri dari dua bagian pars abdominalis dan pars pelvina, berawal ketika ureter
menyilang bifurctio arteri iliaka komunis. Ureter berjalan posteroinferior dinding lateral pelvis,
anterior dari arteri iliaka interna, dan eksternal dari peritoneum perietal pelvis. Ureter berjalan
memasuki vesika urinaria setelah melingkar anteromedial, superior dari muskulus levator ani.
Ureter berjalan secara oblik di dalam dinding otot vesika urinaria. Pintu masuknya memberi
kontur seperti valvula flap yang akan akan bertindak seperti sfingter bila otot vesika urinaria
berkontraksi untuk mencegah refluks urin. 1
Tiga tempat penyempitan pada ureter yang dapat mengakibatkan sumbatan pada aliran
urin menuju orificium uretra eksternum antara lain uretero- pelvic junction, tempat penyilangan
ureter dengan vassa iliaca sama dengan flexura marginalis, dan muara ureter ke dalam vesica
urinaria 1
Vesica Urinaria
Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli, merupakan tempat
untuk menampung urine yang berasal dari ginjal melalui ureter, untuk selanjutnya diteruskan ke
uretra dan lingkungan eksternal tubuh melalui mekanisme relaksasi sphincter. Vesica urinaria
terletak di lantai pelvis (pelvic floor), bersama-sama dengan organ lain seperti rektum, organ
reproduksi, bagian usus halus, serta pembuluh-pembuluh darah, limfatik dan saraf. 1
Vesica urinaria mempunyai bagian apex, dihubungkan ke cranial oleh urachus (sisa
kantong allantois ) sampai ke umbilicus membentuk ligamentum vesico umbilicale mediale.
Bagian ini tertutup peritoneum dan berbatasan dengan ileum & colon sigmoideum; corpus; dan
fundus.
Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang terdiri atas tiga bagian
yaitu apex, fundus/basis dan collum. Serta mempunyai tiga permukaan (superior dan
inferolateral dextra dan sinistra) serta empat tepi (anterior, posterior, dan lateral dextra dan
sinistra). Dinding vesica urinaria terdiri dari otot m.detrusor (otot spiral, longitudinal, sirkular).
Terdapat trigonum vesicae pada bagian posteroinferior dan collum vesicae. Trigonum vesicae
merupakan suatu bagian berbentuk mirip-segitiga yang terdiri dari orifisium kedua ureter dan
collum vesicae, bagian ini berwarna lebih pucat dan tidak memiliki rugae walaupun dalam
keadaan kosong. 3,5,6
Vesicae urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior. Namun pada
perempuan, a.vesicalis inferior digantikan oleh a.vaginalis. Sedangkan persarafan pada vesica
urinaria terdiri atas persarafan simpatis dan parasimpatis. Persarafan simpatis melalui
n.splanchnicus minor, n.splanchnicus imus, dan n.splanchnicus lumbalis L1-L2. Adapun
persarafan parasimpatis melalui n.splanchnicus pelvicus S2-S4, yang berperan sebagai sensorik
dan motorik. 5,6
Uretra
Struktur uretra pada pria dan wanita berbeda yang disebabkan karena alat kelamin pria dan
wanita berbeda. Pada pria, uretra terdiri dari 3 bagian yaitu pars prostatika dengan epitel
peralihan, pars membranacea dan pars cavernosa dengan epitel berlapis atau berderet silindris
dengan sel goblet. Uretra pada pria memiliki panjang ~20cm dan berakhir pada penis. Kemudian
uretra pada wanita memiliki panjang ~2,5-4cm dan terletak di antara klitoris dan pembukaan
vagina.7
empedu yang memberi warna kuning pada urin, zat-zat yang berlebihan dalam darah, seperti vit
B, vit C, obat-obatan dan hormone.
Urin yang normal sama sekali tidak mengandung protein dan glukosa. Jika urin mengandung
protein, berarti telah terjadi kerusakan ginjal pada bagian glomerulus. Jika urin mengandung
gula, berarti tubulus ginjal tidak menyerap kembali gula dengan sempurna. Hal ini dapat
diakibatkan oleh kerusakan tubulus ginjal. Dapat pula karena kadar guna dalam darah terlalu
tinggi atau melebihi batas normal sehingga tubulus ginjal tidak dapat menyerap kembali semua
gula yang ada pada filtrate glomerulus.1
Filtrasi
Cairan yang difiltrasi dari glomerulus ke dalam kapsula Bowmann harus melewati 3
lapisan yang terdiri dari: dinding kapiler glomerulus (terdiri dari selapis sel endotel gepeng dan
terdapat pori-pori), membrane basalis (mengandung glikoprotein yang bermuatan negative), dan
lapisan dalam kapsula Bowmann (terdapat tonjolan podosit dan celah filtrasi). Ketiga lapisan ini
berfungsi sebagai saringan molekul yang menahan SDM dan protein plasma serta melewatkan
H2O dan zat terlarut lain yang ukurannya kecil. 1
Tiga gaya fisik yang terlibat dalam proses filtrasi meliputi: tekanan darah kapiler glomerulus,
bergantung pada tekanan darah yang masuk ke glomerulus (55mmhg); tekanan osmotic plasma
yang ditimbulkan oleh distribusi protein-protein plasma yang tidak diimbangi di kedua sisi
membran glomerulus&arahanya melawan filtrasi (30mmhg); cairan di dalam kapsula Bowmann
menimbulkan tekanan hidrostatik (15mmhg). 1
Jadi gaya total yang mendorong filtras i= 55-30-15 =10mmhg, yang disebut sebagai
tekanan filtrasi netto. Laju filtrasi (GFR) sebenarnya perkalian antara Kf atau koefisien filtrasi
dengan filtrasi netto, normalnya 120ml/menit.
Otoregulasi GFR, adalah suatu proses yang dilakukan ginjal untuk mempertahankan nilai
GFR agar tetap normal pada perubahan tekanan darah spontan. Prinsip otorugulasi dilakukan
dengan 3 cara: (1) Mekanisme miogenik, yakni arteriol aferen akan otomatis berkonstriksi
sendiri jika tereganga yang disebabkan tekanan arteri meningkat, dan akan dilatasi bila tekanan
arteri menurun. (2) Mekanisme umpan balik tubulo-glomerulus atau tubuloglomerulus feed back,
yakni melibatkan apparatus juxtaglomerulus. Apabili tekanan darah arteri tinggi maka tekanan
GFR pun akan meningkat dan laju aliran dalam tubulus juga meningkat. Lalu sel macula densa
menstimulasi pengeluaran zat kimia kontriktor untuk menginduksi vasokonstriksi aferen,
sehingga tekanan kapiler glomerulus normal. (3) Kontrol simpatis dari baroreseptor. Contohnya
apabila tekanan arteri turun akibat pendarahan, maka akan dideteksi oleh baroreseptor aorta,
sehingga akan terjadi peningkatan aktivitas simpatis dengan vasokontriksi arteriol aferen,
sehingga GFR turun, volume urin turun dan konservasi garam bias dipertahankan di dalam
tubuh, yang pada akirnya tekanan arteri akan meningkat. 1,7
Reabsorbsi
Ada 2 macam reabsorpsi tubulus, yaitu reabsorpsi aktif yang menggunakan energi dan
pasif yang tidak memerlukan energi dalam pengoperasiannya. Yang secara aktif direabsorpsi
merupakan bahan-bahan yang penting bagi tubuh, misalnya glukosa, asam amino, dan nutrient
organic lainnya.
Reabsorbsi Na, delapan puluh persen dari energi total ginjal digunakan untuk reabsorpsi
Na. Dri semua Na yang difiltrasi, 67% direabsorpsi di tubulus proximal, 25% direabsorpsi di
lengkung henle, dan8% di tubulus distal/duktus pengumpul. Langkah aktif reabsorpsi Na
melibatkan pembawa Na-K-atpase, pada saat pompa basolateral memindahkan Na keluar dari sel
tubulus menuju ke ruang lateral, konsentrasi Na intrasel dipertahankan tetap rendah sementara
secara simultan terjadi peningkatan konsentrasi Na di ruang lateral. Krena konsentrasi Na
intrasel dipetahankan rendah, tercipta gradient konsentrasi yang mendorong difusi Na menembus
membran luminal melalui saluran Na ke dalam sel tubulus. Setelah berda di dalam sel, Na secara
aktif dikeluarkan ke ruang lateral oleh pompa basolateral, lalu berdifusi terus ke cairan
interstisium dan akhirnya ke peritubulus. 1
Reabsorps sejumlah kecil Na di tubuli distal berada di bawah control hormone, system ini
disebut
system
rennin-angiotensin-aldosteron
(RAA)
Sel-sel
granuler
apparatus
juxtaglomerulus akan mensekresi suatu hormone rennin ke darah sebagai respons terhadap
penurunan nacl/tekanan darah. Lalu rennin bekerja sebagai enzim yang berguna untuk
mengaktifkan angiotensinogen menjadi angiotensin I . Pada saat melewati paru, angiotensin I
diubah oleh angiotensin-converting enzyme (ACE) menjadi angiotensin II. Angiotensin II ini
stimulus untuk mensekresi aldosteron. Efek dari aldosteron adalah meningkatkan reabsorpsi Na
oleh tubuli distal dan pengumpul. Dengan demikian, system renin-angiotensin-aldosteron
mendorong retensi garam yang akhirnya menyebabkan retensi H 2O dan peningkatan tekanan
darah arteri. 1,3,7
Reabsorpsi glukosa dan asam amino, glukosa dan asam amino diangkut melalui proses
transportasi aktif sekunder, suatu pembawa kotransportasi khusus yang secara simultan
memindahkan Na dan molekul tertentu ke dalam sel, tanpa adanya Na, pembawa kotransport
tidak dapat beroperasi. Tm glukosa adalah: jumlah maksimum glukosa yang dapat diangkut
dalam waktu tertentu. Tm glukosa rata-rata adalah 375mg/menit, jadi mekanisme pembawa
glukosa mampu secara aktif mereabsorpsi glukosa dengan jumlah 375mg per menit. Sedangkan
renal threshold adalah ambang batas apabila bahan tertentu kadarnya lebih dari ambang, maka
akan mulai terdapat dalam urin. Renal threshold untuk glukosa adalah 170-180 mg/menit. 1,3
Reabsorpsi CL, H2O, Urea. Reabsorpsi aktif Na menyebabkan reabsorpsi pasif Cl, H2O,
dan urea. Air 80% direabsorpsi secara obligatorik di tubulus proximal dan lengkung henle dan
sisanya 20% direabsorpsi secara variasi di tubulus distal di bawah pengaruh hormone
vasopressin. Gaya yang mendorong reabsorpsi H2O di tubulus proximal adalah kompartmen
hipertonisitas di ruang lateral antara sel-sel tubulus yang diciptakan oleh pengeluaran aktif Na.
Sedangkan 50% urea yang difiltrasi akan secara pasif direabsorpsi di tubulus proximal oleh
karena permeable teradap urea. 1,3
Sekresi
Sekresi ion H, tingkat sekresi ion H bergantung pada keasaman cairan tubuh. Apabila
konsentrasi ion H berkurang, berarti konsentrasi ion h dalam tubuh berkurang. 1
Sekresi ion K, K yang difiltrasi hampir seluruhnya direabsorbsi di tubulus proximal,
sehingga sebagian besar K yang ditemukan di urin merupakan hasil dari sekresi K yang
dikontrol. Faktor yang mampu mengubah kecepatan sekresi K yang paling penting adalah
hormon aldosteron yang merangsang sekresi K oleh sel-sel tubulus di bagian akhir nefron secara
simultan untuk meningkatkan reabsorpsi Na oleh sel-sel tersebut. Pompa bsolateral tidak saja
memindahkan na ke luar ruang lateral, tetapi juga memindahkan K ke dalam sel tubulus.
Konsentrasi K intrasel meningkat, mendorong difusi K ke dalam lumen tubulus. Dengan
menjaga konsentrasi interstisium rendah dengan mendorong k masuk ke dalam sel tubulus oleh
pompa basolateral, maka K dari peritubulus akan berdifusi ke cairan interstisium. 1
Setelah serangkaian proses diatas terpenuhi, maka urin akan terkumpul di dalam vesica
urinaria yang memiliki kapasitas 200-400 cc, sebelum akhirnya menimbulkan sensasi rasa ingin
miksi sebagai pertanda bahwa vesica urinaria sudah penuh kapasitasnya. Miktruisis merupakan
suatu gerakan refleks tubuh manusia, di mana dapat dikontrol melalui koordinasi pusat
persyarafan manusia, dibantu oleh keberadaan otot abdominal untu membantu pengosongan
kantong kemih, atau lebih sering dikenal dengan istilah buang air kecil. 1
Autoregulasi
Aliran darah sistemik mempengaruhi GFR. Pada saat aliran darah sistemik turun, maka
GFR juga akan turun, begitu pula sebaliknya. Ginjal memiliki mekanisme untuk
mempertahankan GFR walaupun tekanan darah sistemik tidak stabil, yang disebut dengan
autoregulasi. Selain mempertahankan GFR relatif konstan, autoregulasi juga memberikan kontrol
yang tepat terhadap ekskersi air dan zat terlarut oleh ginjal. Autoregulasi pada ginjal diatur oleh
dua mekanisme, yaitu mekanisme peran umpan balik tubuloglomerulus dan mekanisme
miogenik.8
Dalam mekanisme peran umpan balik tubuloglomerulus, ginjal menghubungkan
perubahan konsentrasi natrium klorida (NaCl) di makula densa dengan pengaturan tahanan
ginjal. Mekanisme umpan balik inin mempunyai dua komponen yang bekerja bersama-sama
untuk mengontrol GFR, yaitu mekanisme umpan balik arteriol afferen dan mekanisme umpan
balik arteriol efferen. Penurunan GFR akan memperlambat laju aliran di dalam ansa henle,
menyebabkan kenaikan reabsorbsi ion natrium dan klorida pada ansa henle asenden dan karena
itu menurunkan konsentrasi NaCl pada makula densa. Penurunan konsentrasi NaCl ini kemudian
memicu sinyal yang berasal dari makula densa dan memberikan dua efek. Efek yang pertama
yaitu menurunkan tahanan terhadap tekanan aliran darah di arteriola afferen, yang meningkatkan
tekanan hidrostatik glomerulus dan membantu mengembalikan GFR menjadi normal. Efek yang
kedua adalah meningkatkan pelepasan renin dari sel-sel jukstaglomerular pada arteriol afferen
dan efferen, yang merupakan tempat penyimpanan renin. Renin yang dilepaskan dari sel-sel ini
kemudian berfungsi sebagai enzim untuk meningkatkan pembentukan Angiotensin I, yang
kemudian akan diubah menjadi Angiotensin II. Akhirnya, Angiotensin II mengakibatkan
kontriksi arteriola efferen, yang akan meningkatkan tekanan hidrostatik glomerulus dan
mengembalikan GFR menjadi normal.8
Daftar Pustaka
1.
Sherwood L, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Ed kedua. Jakarta : Penerbit EGC;
2001.h.461-500
2. Hartono A. Terapi gizi dan diet rumah sakit. Ed kedua. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2006.h.152-4
3. R Rutz, Atlas Anatomi Manusia. Edisi 22. Jakarta:Penerbit : EGC;2008.h.178-184
4. Fawcet DW. Buku Ajar Histologi. Edisi 12. Jakarta : EGC;2002.h.650-70
Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed 11. Jakarta : Penerbit Buku