You are on page 1of 4

Antibiotika adalah suatu substansi kimia yang dibentuk atau diperoleh dari

berbagai spesies mikroorganisme, yang dalam konsentrasi rendah mampu


menghambat pertumbuhan mikroorganisme lainnya. Antibiotika tersebar di
dalam alam dan memegang peranan penting dalam mengatur populasi mikroba
dalam tanah, air, limbah, dan kompos. Antibiotika ini memiliki susunan kimia dan
cara kerja yang berbeda-beda sehingga masing-masing antibiotika memiliki
kuman standar tertentu. Dari sekian banyak antibiotika yang telah berhasil
ditemukan, hanya beberapa saja yang cukup tidak toksik untuk dapat dipakai
dalam pengobatan. Antibiotika yang kini banyak dipakai kebanyakan diperoleh
dari genus Bacillus, Penicillum, dan Streptomyces.
Sifat-sifat antibiotika sebaiknya menghambat atau membunuh patogen tanpa
merusak host, bersifat bakterisid, tidak menyebabkan resistensi terhadap
kuman, berspektrum luas, tidak bersifat alenergik atau menimbulkan efek
samping jika digunakan dalam waktu lama, aktif dalam plasma, cairan badan,
atau eksudat, larut dalam air serta stabil, bakterial level di dalam tubuh cepat
dicapai dan bertahan untuk waktu lama.
Antibiotika mengganggu bagian-bagian yang peka dalam sel, yaitu:
Sintesis dinding sel
Fungsi membran
Sintesis protein
Metabolism asam nukleat
Metabolism intermedier

Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antimikroba yang bersifat menghambat


pertumbuhan mikroba yang dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik dan ada juga
yang bersifat membunuh mikroba yang dikenal sebagai aktivitas bakterisid.
Dalam percobaan ini antibiotik berupa amoxicilin diuji potensinya apakah
memenuhi standar dalam kegunaannya untuk membunuh mikroba. Bila
perhitungan potensi antibiotik berada pada kisaran 95% -105% berarti antibiotik
amoxicillin yang diujikan dapat menghambat pertumbuhan kuman dengan baik.
Uji potensi antibiotik secara mikrobiologi adalah suatu teknik untuk menetapkan
suatu potensi antibiotik dengan mengukur efek senyawa tersebut terhadap
pertumbuhan mikroorganisme uji yang peka dan sesuai. Efek yang ditimbulkan
pada senyawa uji dapat berupa hambatan pertumbuhan.
Metode pengujian potensi antibiotik ini dilakukan secara difusi agar dimana
merupakan cara sederhana dengan hasil yang cukup teliti. Prinsip penetapannya
adalah pengukuran luas hambatan pertumbuhan mikroba uji terhadap zat baku
dan zat uji.

Dalam rentang konsentrasi tertentu, terdapat hubungan linear antara


peningkatan konsentrasi dengan luas daerah hambatan pertumbuhan mikroba
uji.
Metode difusi agar ini menggunakan pencadang gelas yang disuntikan antibiotik
ke dalamnya pada media agar yang telah diinokulasi perbenihan bakteri. Area
jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh
antibiotik pada permukaan media agar.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhiluas daerah hambatan metode difusi


agar ini adalah sebagai berikut.
A. Komposisi media perbenihan
B. Pemilihan media perbenihan
C. pH
D. Ukuran inokulum
E. Stabilitas mikroba uji
F. Aktivitas antibiotik (spektrum)
G. Lama inkubasi
H. Cara pengerjaan
o

Kemoterapi Antimikroba

Zat kimia telah digunakan untuk pengobatan penyakit infeksi sejak abad ke-17
(misalnya, kina untuk malaria dan emetin untuk amebiasis), namun, kemoterapi
sebagai suatu ilmu baru mulai dikembangkan oleh Paul Ehrlic pada awal dekade
abad ke-20. Masa perkembangan kemoterapi antimikroba sekarang dimulai pada
tahun 1935, dengan penemuan sulfonamida. Pada tahun 1940, diperlihatkan
bahwa penisilin, yang ditemukan pada tahun 1929, dapat dibuat menjadi zat
kemoterapi yang efektif. Selama 25 tahun berikutnya, penelitian kemoterapi
sebagian besar berpusat sekitar zat antimikroba yang berasal dari
mikroorganisme, yang dinamakan antibiotika.

Mekanisme Kerja Obat Antimikroba yang digunakan di Klinik

Suatu zat antimikroba yang ideal memiliki toksiitas selektif. Istilah ini berarti
suatu obat berbahaya bagi parasit tetapi tidak membahayakan inang. Seringkali,
toksisitas selektif lebih bersifat relatif dan bukan absolut; ini berarti bahwa suatu
obat yang pada konsentrasi tertentu dapat ditoleransi oleh inang, dapat merusak
parasit.

Toksisitas selektif dapat berupa fungsi dari suatu reseptor khusus yang
dibutuhkan untuk pelekatan obat, atau dapat bergantung pada penghambatan
proses biokimia yang penting untuk parasit tetapi tidak untuk inang. Mekanisme
kerja sebagian besar obat antimikroba belum dimengerti secara jelas. Namun,
untuk mudahnya dapat dibagi menjadi empat cara:
1) Penghambatan sintesis dinding sel
2) Penghambatan fungsi selaput sel
3) Penghambatan sintesis protein (yaitu, hambatan translasi dan transkripsi
bahan genetik)
4) Penghambatan sintesis asam nukleat.

Pengukuran Aktivitas Antimikroba

Penentuan nilai-nilai ini dapat dilakukan dengan salah satu dari dua metode
utama berikut: pengenceran atau difusi.
Dengan menggunakan bakteri percobaan standar dan contoh obat yang telah
dikenal sebagai perbandingan, metode ini dapat digunakan untuk menentukan
potensi antibiotika yang sedang diperiksa atau kepekaan mikroorganisme.
a)

Metode Pengenceran

Sejumlah obat antimikroba tertentu dicampurkan pada perbenihan bakteri yang


cair atau padat. Kemudian perbenihan tersebut ditanami dengan bakteri yang
diperiksa, dan dieram. Titer obat ialah jumlah obat antimikroba yang dibutuhkan
untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri yang diperiksa. Tes
kepekaan pengenceran-agar memakan waktu , dan penggunaannya terbatas
pada keadaan khusus. Tes pengenceran-kaldu tidak praktis dan jarang digunakan
bila pengenceran harus dibuat dalam tabung reaksi; namun, adanya serentetan
pengenceran-kaldu yang sudah disiapkan untuk pelbagai obat dalam lempeng
mikrotiter telah meningkatkan dan mempermudah cara tersebut. Keuntungan tes
pengenceran kaldu mikrodilusi ialah memungkinkan adanya hasil kuantitatif,
yang menunjukkan jumlah obat yang diperlukan untuk menghambat
(mematikan) mikroorganisme yang diperiksa.
b)

Metode Difusi

Cakram kertas saring, cawan yang berliang renik, atau silinder tidak beralas,
yang mengandung obat dalam jumlah tertentu ditempatkan pada perbenihan
padat yang telah ditanami dengan biakan tebal organisme yang diperiksa.
Setelah pengeraman, garis tengah daerah hambat jernih yang mengelilingi obat
dianggap sebagai ukuran kekuatan hambatan obat terhadap organisme yang
diperiksa. Metode ini dipengaruhi banyak faktor fisik dan kimiawi di samping
interaksi antara obat dan organisme (misalnya, sifat perbenihan dan daya difusi,
ukuran molekul, dan stabilitas obat). Meskipun demikian, dengan standarisasi

keadaan akan memungkinkan pengukuran kuantitatif potensi obat atau


kepekaan organisme.
Bila menentukan kepekaan bakteri dengan cara difusi, sebagian besar
laboratorium menggunakan cakram kertas saring yang telah diberi antibiotika.
Suatu gradien konsentrasi antibiotika terbentuk dalam perbenihan melalui difusi
cakram. Karena difsi merupakan suatu proses yang terus berjalan, gradien
konsentrasi ini tidak pernah stabil untuk waktu lama; tetapi suatu stabilisasi
tertentu dapat diciptakan dengan membiarkan difusi berlangsung sebelum
bakteri tumbuh pada perbenihan. Kesulitan terbesar ialah laju pertumbuhan
yang beragam di antara pelbagai mikroorganisme.
Interpretasi hasil tes difusi harus didasarkan pada perbandingan antara metode
pengenceran dengan metode difusi. Perbandingan ini telah dibuat, dan juga
rujukan standar internasional telah dibuat. Garis regresi linear dapat menyatakan
hubungan antara log konsentrasi minimum hambatan pada tes pengenceran dan
garis tengah daerah hambatan pada tes difusi.
Penggunaan cakram tunggal untuk tiap antibiotika dengan keadaan tes yang
standar memungkinkan penilaian kepekaan atau resistensi mikroorganisme
dengan membandingkan ukuran daerah hambatan terhadap suatu patokan obat
yang sama (metode Kirby-Bauer).
Penghambatan di sekeliling lempengan yang mengandung sejumlah obat
antimikroba tidak menimbulkan kepekaan terhadap kadar obat yang sama
permilimeter, darah, atau urine.

Pustaka

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia Edisi IV. 1995.


Jawetz, et.al. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 20. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Dwidjoseputro. 2003. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Jawetz, et al. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Salemba Medika.

Pratiwi, Sylvia T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Penerbit EGC.

You might also like