Professional Documents
Culture Documents
Ileus Paralitik
Disusun oleh:
Theodoric Cahyo Pangestu (201401012)
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat, Rahmat dan KaruniaNya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan judul Makalah Sistem Pencernaan : Ileus Paralitik.
Penulis menyusun laporan kasus ini dalam rangka memenuhi persyaratan
tugas Sistem Pencernaan pada program SI dibidang Keperawatan STIKes Buana
Husada Ponorogo tahun 2016.
Segala kemampuan dan upaya yang telah penulis lakukan semaksimal
mungkin penulis akan lebih maksimal lagi dalam menyusun makalah sehingga
penulis dengan senang hati menerima segala bentuk saran dan kritik yang bersifat
membangun demi peningkatan laporan kasus ini. Penulis berharap agar laporan
kasus ini bermanfaat bagi semua para pembaca pada umumnya dan tenaga
keperawatan pada khususnya.
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini di zaman modern dengan adanya peningkatan derajat
ekonomi yang juga terjadi pada masyarakat sangat berpengaruh terhadap
gaya hidup sehari-hari, misalnya pola aktifitas dan pekerjaan, namun tanpa
disadari bahaya yang mengancam kesehatan juga tidak dapat di hindari
(Sjamsuhidayat, 2005).
Ileus paralitik adalah istilah gawat abdomen atau gawat perut
menggambarkan keadaan klinis akibat kegawatan di rongga perut yang
biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama.
Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia di diagnosis
ileus. Di Amerika diperkirakan sekitar 300.000-400.000 menderita ileus
setiap tahunnya. Di Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan
obstruktif tanpa hernia yang di rawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan
(Departemen Kesehatan RI, 2010).
Laparatomi pada ileus merupakan jenis pembedahan darurat
abdomen yang paling sering dilakukan di Negara-negara barat. Ileus dapat
terjadi pada setiap usia, perbandingan antara pria dan wanita mempunyai
kemungkinan yang sama untuk menderita penyakit ini. Namun penyakit
ini sering dijumpai pada dewa samu dan antara umur 20-30 tahun
(Smeltzer, 2002).
Obstruksi
intestinal
merupakan
kegawatan
dalam
bedah
C. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Ileus paraliti ?
2. Bagaimana etiologi Ileus paralitik ?
3. Apa saja klasifikasi Ileus paralitik ?
4. Bagaimana patofisiologi Ileus paralitik ?
5. Bagaimana manifestasi klinis Ileus paralitik ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Ileus paralitik ?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis Ileus paralitik ?
8. Apa saja komplikasi dari Ileus paralitik ?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan Ileus Paralitik ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Ileus (Ileus Paralitik, Ileus Adinamik) adalah suatu keadaan dimana
pergerakan kontraksi normal dinding usus untuk sementara waktu berhenti.
Ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan di mana usus gagal /
tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya.
Gerakan peristaltik merupakan suatu aktivitas otot polos usus yang
terkoordinasi dengan baik diatur oleh neuron inhibitory dan neuron exitatory
dari sistim enteric motor neuron. Kontraksi otot polos usus ini dipengaruhi
dan dimodulasi oleh berbagai faktor seperti sistim saraf simpatik
parasimpatik,
neurotransmiter
(adrenergik,
kolinergik,
B. Etiologi
Ileum Paralitik biasanya terjadi akibat pasca bedah abdomen,
tetapi ada faktor predisposisi lain yang mendukung peningkatan risiko
terjadinya ileus, di antaranya sebagai berikut:
1. Sepsis
2. Obat-obatan (misalnya: opioid, antasid,coumarin, amitriptyline,
chlorpromazine).
3. Gangguan elektrolit dan metabolik (misalnya hipokalemia,
hipomagnesemia, hipernatremia, anemia, atau hiposmolalitas).
4. Infark miokard
5. Pneumonia
6. Trauma (misalnya: patah tulang iga, cedera spina).
7. Bilier dan ginjal kolik.
8. Cedera kepala dan prosedur bedah saraf.
9. Inflamasi intraabdomen dan peritonitis.
10. Hematoma retroperitonel
C. Klasifikasi
Adapun klasifikasiksi Ileus Paralitik yaitu:
1. Ileus Mekanik
1)Lokasi Obstruksi
4
D. Patofisiologi
Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah
sama, tanpa memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh
penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan utamanya pada obstruksi
paralitik dimana paralitik dihambat dari permulaan, sedangkan pada
obstruksi mekanis peristaltic mula-mula diperkuat, kemudian intermiten,
dan akhirnya hilang.
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan tegang oleh cairan
dan gas 170% dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intra
lumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen usus ke
darah. Oleh karena itu sekitar 8 liter cairan disekresi kedalam saluran
cerna setiap hari, tidak adanya absorbs dapat mengakibatkan penimbunan
intra sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas
kehilangan cairan dan elektrolit adalah penciutan ruang cairan ekstra sel
yang mengakibatkan hemokonsentrasi, hipovolemia, insufisiensi ginjal,
syok-hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan perfusi jaringan,
asidosis metabolic dan kematian bila tidak dikoreksi.
5
E. Manifestasi Klinis
Obstruksi usus halus awal biasanya berupa nyeri abdomen bagian
tengah seperti kram yang cenderung bertambah berat sejalan dengan
beratnya obstruksi dan bersifat hilang timbul. Pasien dapat mengeluarkan
darah dan mucus, tetapi bukan materi fekal dan tidak terdapat flatus. Pada
obstruksi komplet, gelombang peristaltic pada awalnya menjadi sangat
keras dan akhirnya berbalik arah dan isi usus terdorong kedepan mulut.
Apabila obstruksi terjadi pada ileum maka muntah fekal dapat terjadi.
Semakin kebawah obstruksi di area gastrointestinal yang terjadi, semakin
jelas adanya distensi abdomen. Jika berlanjut terus dan tidak diatasi maka
akan terjadi syok hipovolemia akibat dehdrasi dan kehilangan volume
plasma.
Obstruksi usus besar nyeri perut yang bersifat kolik dalam kualitas
yang sama dengan obstruksi pada usus halus tetapi intensitasnya jauh lebih
rendah. Muntah muncul terakhir terutama bila katup ileosekal kompeten.
Pada pasien dengan obstruksi di sigmoid dan rectum, konstipasi dapat
menjadi gejala satu-satunya selama beberapa hari. Akhirnya abdomen
menjadi sangat distensi, loop dari usus besar menjadi dapat dilihat dari
luar melalui dinding abdomen, dan pasien menderita kram akibat nyeri
abdomen bawah.
Pasien
ileus
paralitik
akan
mengeluh
perutnya
kembung
adanya reaksi
6
F. Pemeriksaan Pununjang
1. Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi abdomen.
2. Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab (batu
empedu, volvulus, hernia).
3. Pemeriksaan sinar x: Untuk menunjukan kuantitas abnormal dari gas
atau cairan dalam usus.
4. Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit dan
jumlah darah lengkap) akan menunjukan gambaran dehidrasi dan
kehilangan volume plasma dan kemungkinan infeksi.
5. Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk menegakkan
diagnosa obstruksi usus. (Doengoes, 2000)
G. Penatalaksanaan
Pengelolaan ileus paralitik bersifat konservatif dan suportif.
Tindakannya berupa dekompresi, menjaga keseimbangan cairan dan
elektrolit, mengobati kausa dan penyakit primer dan pemberiaan nutrisi
yang adekuat. Prognosis biasanya baik, keberhasilan dekompresi kolondari
ileus telah dicapai oleh kolonoskopi berulang. Beberapa obat-obatan jenis
penyekatsimpatik (simpatolitik) atau parasimpatomimetik pernah dicoba,
ternyata
hasilnya
tidak konsisten.
Untuk
dekompresi
dilakukan
H. Komplikasi
1. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga
terjadi peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.
2. Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada
organ intra abdomen.
3. Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan
baik dan cepat.
4. Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume
plasma.
(Brunner and Suddarth, 2001, hal 1122).
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
a.
Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelelahan dan ngantuk.
Tanda : Kesulitan ambulasi
b.
Sirkulasi
Gejala : Takikardia, pucat, hipotensi ( tanda syok)
c.
Eliminasi
Gejala : Distensi abdomen, ketidakmampuan defekasi dan Flatus
Tanda : Perubahan warna urine dan feces
d.
Makanan/cairan
Gejala : anoreksia,mual/muntah dan haus terus menerus.
Tanda : muntah berwarna hitam dan fekal. Membran mukosa
pecah-
e.
Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat
kolik.
Tanda : Distensi abdomen dan nyeri tekan
f.
Pernapasan
Gejala : Peningkatan frekuensi pernafasan,
Tanda
g.
Diagnostik Test
1) Pemeriksaan sinar X: akan menunjukkan kuantitas abnormal
dari gas dan cairan dalam usus.
2) Pemeriksaan simtologi
3) Hb dan PCV: meningkat akibat dehidrasi
4) Leukosit: normal atau sedikit meningkat
5) Ureum dan eletrolit: ureum meningkat, Na+ dan Cl- rendah
6) Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi abdomen
7) Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab
(batu empedu, volvulus, hernia)
10
Intervensi
Rasional
1. Kaji kebutuhan cairan pasien 1. Mengetahui kebutuhan cairan
pasien.
2. Observasi tanda-tanda vital: 2. Perubahan yang drastis pada
N, TD, P, S
cairan
dan
kesadaran
dan
mengakibatkan syok.
4. Menilai fungsi usus
4. Observasi bising usus pasien
5. Menilai keseimbangan cairan
6. Pantau
7. Beri
hasil
penjelasan
kepada
kerjasama
antara
perawat-
pasien-keluarga.
yang
8. Kolaborasi
untuk
dengan
medik
pemberian
terapi
intravena
Rasional
faktor-faktor 1. Mempengaruhi
individual
yang
mempengaruhi
pilihan
intervensi.
kemampuan
setelah
selang
dilepas.
2. Auskultasi
palpasi
bising
usus; 2. Menentukan
abdomen;
catat
pasase flatus.
3. Identifikasi
kesukaan
ketidaksukaan
pasien.
kembalinya
diet
Anjurkan
pilihan
dengan
aturan
Protein/vitamin
kontributor
vitamin C.
pemeliharaan
perbaikan.
fator
diet.
adalah
utuma
untuk
jaringan
Malnutrisi
dalam
dan
adalah
menurunkan
terhadap 4. Sindrom
diare;
makanan
malabsorbsi
dapat
memerlukan
evaluasi
Intervensi
Antimetik,
Rasional
mis:
asam untuk mencegah erosi
proklorperazin (Compazine).
mukosa
Antasida
dan
inhibitor
ulserasi.
histamin,
mis:
simetidin
dan
kemungkinan
(tagamet).
Rasional
1. Perubahan
pada
pola
nafas
mempengaruhi
usus
distensi
menyebabkan
abdomen
terjadi
sehingga
penekanan
pada
kepala
Intervensi
5. Observasi
tanda
Rasional
tandaterganggu
adanya
hipoksia
jaringan
perifer: cianosis
yang
adanya
asidosis
respiratorik.
7. Meningkatkan pengetahuan dan
6. Monitor hasil AGD
kerjasama
dengan
keluarga
pasien.
7. Berikan penjelasan kepada
keluarga
pasien
tentang
kebutuhan
oksigenasi pasien
pasien
8. Laksanakan program medic
pemberian terapi oksigen
catat
Rasional
frekuensi, 1. Mengetahui ada atau tidaknya
kelainan
yang
terjadi
pada
eliminasi fekal.
2. Auskultasi bising usus
2. Mengetahui
normal
atau
15
Intervensi
Rasional
tidaknya pergerakan usus.
3. Adanya
flatus
menunjukan
lumen
usus
sehingga
BAB.
kebutuhan eliminasi
Intervensi
Rasional
1. Observasi TTV: N, TD, HR, 1. Nyeri hebat yang dirasakan
P tiap shif
16
Intervensi
2. Kaji
Rasional
2. Mengetahui
keluhan
nyeri,
menentukan
yang
selanjutnya
pesien
tindakan
guna
mengatasi
nyeri.
3. Posisi
nyeri
kekuatan
yang
nyaman
dapat
rasa nyeri
pasien
menggunakan
5. Mengurangi
untuk
nyeri
yang
dirasakan pasien.
tehnik
medic
rasa nyeri
Rasional
1. Rasa cemas yang dirasakan
peningkatan kecemasan:
Intervensi
Rasional
2. Kaji adanya rasa cemas yang 2. Mengetahui tingkat kecemasan
dirasakan pasien
pasien.
yang
pasien
penyakit pasien
kerjasama
4. Berikan
kesempatan
akan
dilakukan
dan
pada 4. Dengan
akan
meningkatkan
mengungkapkan
yang dirasakan
5. Pertahankan lingkungan yang 5. Lingkungan yang tenang dan
tenang dan tanpa stres.
nyaman
stress
dapat
mengurangi
pasien
berhadapan
dengan penyakitnya
6. Dorong dukungan keluarga 6. Support
system
dapat
menguatkan
pasien
pasien
dalam
18
BAB III
PENUTUP
i. Kesimpulan
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana
merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu
jalannya isi usus.
Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah
sama, tanpa memandang apakah obtruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab
mekanik atau fungsional.
Perbedaan utamanya pada obstruksi paralitik dimana peristaltik
dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mulamula diperkuat, kemudian intermitten, dan akhirnya hilang.
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh
cairan dana gas (70 % dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intra
lumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen usus ke
darah.
ii. Saran
Sesuai dengan kesimpulan diatas maka kelompok memberikan saran
sebagai berikut :
1. Untuk Klien dan Keluarga
Meningkatkan pada klien dan keluarga agar tidak makan
sembarangan dan mencuci tangan sebelum makan, dan makan
makanan yang bergizi dan setelah pulang kontrol dan minumobat
sesuai dengan aturan.
2. Untuk Perawat
Perawat diharapkan dapat melakukan Asuhan Keperawatan
dan dokumentasi keperawatan yang lebih akurat dan lengkap sesuai
dengan keadaan klien guna mendapatkan gambaran yang menyeluruh
tentang perkembangan kondisi klien serta tindakan yang telah
19
20
DAFTAR PUSTAKA
Asao, T. Et al. Gum Chewing Enhances Early Recovery from Postoperative Ileus
after Laparoscopic Colectomy. J Am Coll Surg. 195(1):30-2/Juli 2012
Bauer, A.J. dan Boeckxstaens G.E. Mechanisms of
Ileus. Neurogastroenterol Motil. 16 Suppl 2:54-60/Oktober 2004
Postoperative
and
Cali, R.L. et al. Effect of Morphine and Incision Length on Bowel Function after
Colectomy. Dis Colon Rectum. 43(2):163-8/Februari 2000.
Ferraz, A.A. et al. Nonopioid Analgesics Shorten The Duration of Postoperative
Ileus. Am Surg. 61(12):1079-83/Desember 1995
Muttaqin dan Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Salemba Medika
Asuhan