Professional Documents
Culture Documents
MEDIA PEMBELAJARAN
OLEH
I PUTU SUARDIKA
A1B314107
1. Belajar sifatnya sendiri, dalam hal ini siswa merasa bahwa dirinya
sedang belajar, timbul dalam dirinya motivasi-motivasi untu memliki
pengetahuan yang diharapkan sehingga tahapan-tahapan dalam
belajar sampai pengetahuan itu dimiliki secara permanen betul-betul
disadari sepenuhnya.
2. Hasil belajar diperoleh dengan adanya proses, dalam hal ini
penetahuan diperoleh tidak secara spontanitas, instan, namaun
bertahap.
3. Belajar
membutuhkan
interaksi,khususnya
interaksi
bersifat
manusiawi, seseorang siswa akan lebih cepat memiliki pengetahuan
karena bantuan dari guru, pelatih, ataupun istruktur. Dalam hal ini ada
komunikasi dua arah antara siswa dengan guru.
Kaitanya bahwa belajar membutuhkan interaksi, hal ini menunjukan
bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi, artinya
didalam terjadinya proses penyampaian pesan dari seseorang kepada
seseorang atau sekelompok orang, Kemp (1975 : 15) menggambarkan
proses komunikasi sebagai berikut:
Source of
message
Messeag
e encode
channe
l
Message
received and
decoded
Destination
of message
(sumber: Drs. Susilana, Rudi dan Riyana, Cepi. 2009. Media Pembelajaran
Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan dan Penilaian. Bandung: CV Wacana
Prima.)
N
J
S
U
L
A
V
E
I
R
M
D
O
T
(sumber: Drs. Susilana, Rudi dan Riyana, Cepi. 2009. Media Pembelajaran
Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan dan Penilaian. Bandung: CV Wacana
Prima.)
perubahan tingkah laku positif ke arah yang dikehendaki, perlu diberikan penguatan
(reinforcement) berupa pemberitahuan bahwa tingkah laku tersebut telah benar.
Pada sekitar tahun 1965-1970 pendekatan sistem (system approach) mulai menampakkan
pengaruhnya dalam kegiatan pendidikan dan kegiatan pembelajaran. Pendekatan sistem ini
mendorong digunakannya media sebagai bagian integral dalam program pembelajaran. Setiap
program pembelajaran perlu direncanakan secara sitematis dengan memusatkan perhatian pada
siswa. Program pengajaran direncanakan berdasarkan kebutuhan dan karakteristik siswa serta
diarahkan pada perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Dalam
perencanaan ini media yang akan dipakai dan cara yang digunakan telah ditentukan dengan
pertimbangan saksama.
Pada dasarnya guru dan para ahli audio-visual menyambut baik perubahan ini. Guru
mulai merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan tingkah laku siswa. Untuk mencapai tujuan
itu, mulai dipakai berbagai format media. Berdasarkan pengalaman, keberhasilan siswa sangat
berbeda jika digunakan satu jenis media, ada siswa yang lebih senang menggunakan media
audio, namun ada pula yang lebih menginginkan media visual, maka itu digunakan berbagai
macam media sesuai dengan minat siswa, sehingga muncullah konsep penggunaan multi media
dalam kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan perkembangan media di atas ternyata arca (relief) sebagai salah satu bentuk
relief dapat dikatakan sebagai cikal bakalnya media pendidikan, hanya saja sesuai
perkembangan, relief sepertinya terkubur dan telah digantikan oleh media pendidikan moderen
yang muncul belakangan. Selain itu sudah selayaknya media tidak lagi dipandang sebagai alat
bantu belaka bagi guru untuk mengajar, tetapi lebih sebagai penyalur pesan dari pemberi pesan.
Sebagai pembawa pesan media tidak hanya digunakan oleh guru, tetapi yang lebih penting
semestinya dapat digunakan oleh siswa secara mandiri. Sebagai pembawa dan penyaji pesan,
maka media dalam hal tertentu dapat menggantikan peran guru untuk menyampaikan informasi
secara teliti dan menarik. Fungsi tersebut dapat diterapkan tanpa kehadiran guru secara fisik,
dengan demikian pandangan tentang guru sebagai satu-satunya sumber informasi tidak berlaku.
(Sadiman, Arif S. 2010. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, Pemanfaatan.
Jakarta : Rajawali Pers)
(http://gladie-kun.blogspot.com/2009/10/media-pembelajaran-ict.html)