You are on page 1of 11

KEBUTUHAN

MOBILISASI & IMMOBILISASI


A. Pengertian Mekanika Tubuh dan Kesejajaran Tubuh (Body Aligment)
Mekanika tubuh adalah suatu usaha mengoordanisasikan system muskuloskelatal dan
system saraf dalam mempertahankan keseimbangan, postur dan kesejajaran tubuh selama
mengangkat, membungkuk, bergerak dan melakukan aktivitas sehari-hari. Penggunaan
mekanika tubuh yang tepat dapat mengurangi resiko cedera sistem muskuloskeletal. Mekanika
yang tepat juga memfasilitasi pergerakan tubuh, yang memungkinkan mobilisasi fisik tanpa
terjadi ketegangan otot dan penggunaan energi otot yang berlebihan.
Kesejajaran tubuh dan postur merupakan istilah yang sama, dan mengacu pada posisi
sendi, tendon, ligamen, dan otot selama berdiri, duduk dan berbaring. kesejajaran tubuh yang
benar mengurangi ketegangan pada stuktur muskuloskeletal, mempertahankan tonus otot
secara adekuat, dan menunjang keseimbangan.
B. Pengaturan Gerakan
Koordinasi gerakan tubuh merupakan fungsi yang terintegrasi dari system skeletal, otot
skelet, dan system saraf. Karena ketiga system ini berhubungan sangat erat mekanisme
pendukung tubuh, system ini dapat dianggap satu unit fungsional (Perry & Potter, 2006).
Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang,
pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan,
melindungi organ vital, membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam
pembentukan sel darah merah.
Sendi adalah hubungan di antara tulang, diklasifikasikan menjadi:
Sendi sinostotik mengikat tulang dengan tulang mendukung kekuatan dan stabilitas. Tidak
ada pergerakan pada tipe sendi ini. Contoh: sakrum, pada sendi vertebra
Sendi kartilaginous/sinkondrodial, memiliki sedikit pergerakan, tetapi elastis dan
menggunakan kartilago untuk menyatukan permukaannya. Sendi kartilago terdapat pada
tulang yang

mengalami penekanan yang konstan, seperti sendi, kostosternal antara

sternum dan iga.


Sendi fribrosa/sindesmodial, adalah sendi di mana kedua permukaan tulang disatukan
dengan ligamen atau membran. Serat atau ligamennya fleksibel dan dapat diregangkan,

dapat bergerak dengan jumlah yang terbatas. Contoh: sepasang tulang pada kaki bawah
(tibia dan fibula)
Sendi sinovial atau sendi yang sebenarnya adalah sendi yang dapat digerakkan secara
bebas di mana permukaan tulang yang berdekatan dilapisi oleh kartilago artikular dan
dihubungkan oleh ligamen oleh membran sinovial. Contoh: sendi putar seperti sendi
pangkal paha (hip) dan sendi engsel seperti sendi interfalang pada jari.
Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih, mengkilat, fleksibel
mengikat sendi menjadi satu sama lain dan menghubungkan tulang dan kartilago. Ligamen itu
elastis dan membantu fleksibilitas sendi dan memiliki fungsi protektif. Misalnya, ligamen
antara vertebra, ligamen non elastis, dan ligamentum flavum mencegah kerusakan spinal kord
(tulang belakang) saat punggung bergerak.
Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih, mengkilat, yang menghubungkan
otot dengan tulang. Tendon itu kuat, fleksibel, dan tidak elastis, serta mempunyai panjang dan
ketebalan yang bervariasi, misalnya tendon akhiles/kalkaneus.
Kartilago adalah jaringan penghubung pendukung yang tidak mempunyai vaskuler,
terutama berada di sendi dan toraks, trakhea, laring, hidung, dan telinga. Bayi mempunyai
sejumlah besar kartilago temporer. Kartilago permanen tidak mengalami osifikasi kecuali pada
usia lanjut dan penyakit, seperti osteoarthritis.
Sistem saraf mengatur pergerakan dan postur tubuh. Area motorik volunteer utama,
berada di konteks serebral, yaitu di girus prasentral atau jalur motorik.
Propriosepsi adalah sensasi yang dicapai melalui stimulasi dari bagian tubuh tertentu
dan aktifitas otot. Proprioseptor memonitor aktifitas otot dan posisi tubuh secara
berkesinambungan. Misalnya: proprioseptor pada telapak kaki berkontribusi untuk memberi
postur yang benar ketika berdiri atau berjalan. Saat berdiri, ada penekanan pada telapak kaki
secara terus menerus. Proprioseptor memonitor tekanan, melanjutkan informasi ini sampai
memutuskan untuk mengubah posisi.

C. Prinsip Body Mekanik dan Body Aligment

1. Prinsip Body Mekanik


Mekanika tubuh penting bagi perawat dan klien. Hal ini mempengaruki tingkat
kesehatan mereka. Mekanika tubuh yang benar diperlukian untuk mendukung kesehatan dan
untuk mencegah kecacatan.
Perawat menggunakan berbagai kelompok otot untuk setiap aktivitas keperawatan,
seperti berjalan selama ronde keperawatan, memberikan obat, mengangkat dan memindahkan
klien, dan menggerakan objek. Gaya fisik dari berat dan friksi dapat mempengaruhi
pergerakan tubuh. Jika digunakan dengan benar, kekuatan ini dapat meningkatkan efisiensi
perawat. Penggunaan yang tidak benar dapat mengganggu kemampuan perawat untuk
mengangkat, memindahkan klien, dan menggerakkan objek. Gaya fisik dari berat dan friksi
dapat mempengaruhi pergerakkan tubuh. Jika digunakan dengan benar, kekuatan ini dapat
meningkatkan efisiensi perawat.. Penggunaan yang tidak benar dapat mengganggu
kemampuan perawat untuk mengangkat, memindahkan, dan mengubah posisi klien (Owen
dan Garg, 1991). Perawat juga menggabungkan pengetahuan fisiologis dan patologis pada
mobilisasi dan kesejajaran tubuh. Tabel di bawah ini menggambarkan tentang prinsip dari
mekanika tubuh yang bermanfaat berbagai aktivitas.
Tabel Mekanika Tubuh untuk Tenaga Kesehatan
KEGIATAN
RASIONAL
Ketika merencanakan untuk memin- Dua orang tenaga kesehatan mengangkat
dahkan klien, atur untuk bantuan secara bersama-sama membagi beban kerja
adekuat. Gunakan alat bantu mekanik menjadi 50%
jika bantuan tidak mencukupi
Dorong klien untuk membantu seba- Hal ini mendukung kemampuan dan kekunyak mungkin

atan klien dengan meminimalkan beban

kerja.
Jaga punggung, leher, pelvis, dan kaki Mengurangi resiko cedera pada vertebra
lurus. Cegah terpelintir

lumbal dan kelompok otot (Owen dan Garg,


1991). Terpelintir

meningkatkan

resiko

cedera.
Fleksikan lutut, buat kaki tetap lebar
Dasar yang luas meningkatkan kestabilan
Dekatkan tubuh tenaga kesehatan Meminimalkan gaya. Pengangkatan 5 kg
dengan

klien

(atau

objek

yang pada setinggi pinggang sama dengan 50 kg

diangkat)
pada setinggi lengan
Gunakan lengan dan tungkai (bukan Otot tungkai lebih kuat, makin besar otot
punggung)
Tarik klien

ke

arah

makin besar kemampuan kerja tanpa cedera.


penariknya Menarik membutuhkanlebih sedikit tenaga

menggunakan seprai yang dapat di- daripada mengangkat. Seprai yang dapat
tarik

ditarik meminimalkan gaya gesek, yang

dapat merusak kulit klien


Rapatkan otot abdomen dan gluteal Mempersiapkan otot serentak akan meminiuntuk persiapan bergerak
malkan isaha mengangkat beban
Seseorang dengan beban yang sangat Mempersiapkan otot serentak akan meminiberat diangkat bersama dengan dipim- malkan isaha mengangkat beban untuk
pin seseorang dengan menghitung beberapa orang pengangkat.
sampai tiga.
2. Prinsip-prinsip Body Aligment
a. Keseimbangan tubuh dapat dipertahankan apabila garis gravitasi (garis imajinasi vertikal
yang melalui pusat gravitasi suatu objek) melewati pusat gravitasi (titik tempat semua
massa tubuh terpusat) dan fondasi penyokong (fondasi saat tubuh pada posisi istirahat).
b. Jika fondasi penyokong lebih luas dan pusat gravitasi lebih rendah, kestabilan dan
keseimbangan akan lebih besar.
c. Jika garis gravitasi berada di luar pusat fondasi penyokong, energi akan lebih banyak
digunakan untuk memepertahankan keseimbangan.
d. Fondasi penyokong yang luas dan kesejajaran tubuh yang baik akan menghemat
penggunaan energi dan mencegah kelelahan otot.
e. Perubahan posisi tubuh akan membantu mencegah ketidaknyamanan otot.
f. Kesejajaran tubuh yang buruk dalam waktu yang lama dapat menimbulkan nyeri, kelelahan
otot, dan kontraktur.
g. Karena struktur anatomi individu yang berbeda, maka intervensi keperawatan yang
diberikan harus bersifat individual dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
h. Dapat memperkuat otot-otot yang lemah dan membantu mencegah kekakuan otot serta
ligamen.
D. Kondisi Patologi yang Mempengaruhi Imobilisasi

Banyak kondisi patologis yang mempengaruhi mobilisasi. Berikut akan dijelaskan


tabel dan ringkasan yang memberikan informasi dasar tentang pengaruh patologis dari empat
hal yang dikemukakan, yaitu: kelainan postur, gangguan perkembangan otot, kerusakan sistem
saraf pusat, dan trauma langsung pada sistem muskoloskeletal.
1. Kelainan Postur
Kelainan postur yang didapat atau kongenital mempengaruhi efisiensi sistem
muskuloskeletal, seperti kesejajaran tubuh, keseimbangan, dan penampilan. Selama
pengkajian fisik, perawat mengobservasi kesejajaran tubuhdan rentang gerak. Kelainan postur
mengganggu kesejajaran dan mobilisasi atau keduanya.
Pada tabel di bawah ini akan disampaikan tentang karakteristik, penyebab, dan
penatalaksanaan umum pada kelainan postur
Tabel Kelainan Postur
Ketidakmampuan
Tortikolis

Lordosis

Deskripsi
Penyebab
Penatalaksanaan
Mencondongkan kepala ke Kondisi kongenital Operasi,
pemanasan,
sisi yang sakit, dimana otot atau dicapat.

topangan atau imobili-

sternokleidomastoideus

sasi, berdasarkan pe-

berkontraksi

nyebab

tingkat

keparahan
Kurva anterior pada spinal Kondisi kongenitai. Latihan
peregangan
lumbal yang melengkung Kondisi

Kifosis

dan

temporer spinal

(berdasarkan

berlebihan
(mis kehamilan)
penyebab)
Peningkatan kelengkungan Kondisi kongenital Latihan
peregangan
pada kurva spinal torakal

Penyakit

tulang/ spinal,

tidur

Ricket Tuberkulosis bantal,


spinal

papan

tanpa

menggunakan
tempat

memakai

tidur,

brace/jaket,

penggabungan

spinal

(berdasarkan penyebab
Kifolordosis

Kombinasi dari kifosis dan Kondisi kongenital

dan keparahan)
Sama dengan metode

lordosis

yang digunakan untuk


kifosis

dan

lordosis

Skoliosis

(berdasarkan penyebab)
Kurvatura spinal lateral, Kondisi kongenital Imobilisasi dan operasi
tinggi pinggul dan bahu Poliomielitis
tidak sama

Paralisis

(berdasarkan penyebab
spastik dan tingkat keparahan)

Panjang kaki tidak


Kifoskoliosis

Tidak

normalnya

sama
kurva Kondisi kongenital Imobilisasi dan operasi

spinal anteroposterior dan Poliomielitis


lateral
Displasia pinggul Ketidakstabilan
kongenital

Kor (berdasarkan penyebab

pulmonal
dan tingkat keparahan)
pinggul Kondisi kongenital Imobilisasi dan operasi

dengan keterbatasan ab- (biasanya

dengan (berdasarkan penyebab

duksi pinggul, dan kadang- kelahiran sungsang) dan tingkat keparahan)


kadang kontraktur adduksi

Mempertahankan

(kaput lemur tidak bersam-

abduksi paha yang terus

bung dengan asetabulum

menerus

karena abnormal kedang-

kaput femur menekan

kalan asetabulum)

ke bagian tengah aseta-

sehingga

bulum
Bebat
Knock-knee

Kurva kaki yang masuk ke Kondisi kongenital

(genu valgum)

dalam sehingga lutut rapat Penyakit


jika seseorang berjalan

tidak

diperbaiki

Bowlegs

Satu atau dua kaki bengkok Kondisi kongenital

(genu varum)

kaluar pada lutut, kondisi Penyakit

gips,

pembedahan.
Knee braces, operasi

tulang/ jika

Ricket

abduksi,

pertumbuhan
Memperlambat

tulang/ jika

tidak

ini normal sampai usia 2-3 Ricket

diperbaiki

tahun

pertumbuhan

dapat
oleh
kurva
dapat
oleh

Dengan penyakit tulang


meningkatkan vitamin
Clubfoot

95%: deviasi medial dan Kondisi kongenital

D, kalsium, dan fosfor


Gips,
pembidaian

plantarfleksi

seperti Denis Browne

kaki

(equinovarus)
5%:deviasi

splint,
literal

dan

(tergantung

dorsifleksi
Footdrop

Kondisi kongenital

ketidakmampuan menekuk Trauma

Pigeon-toes

karena

operasi
tingkat

deformitas)

(calocaneovalgus)
Plantarfleksi,
kaki

dan

kerusakan Posisi

Tidak ada (tidak dapat


dikoreksi)

imobilisasi Dicegah melalui terapi

saraf peroneal
yang tidak baik
Rotasi dalam kaki depan, Kondisi kongenital

fisik
Pertumbuhan,

biasa pada bayi

menggunakan

Kebiasaan

sepatu

terbalik
2. Gangguan Perkembangan Otot
Distrofi muskular adalah sekumpulan gangguan yang disebabkan oleh degenerasi serat
otot skelet. Prevalansi penyakit otot terbanyak pada anak, karakteristik distrofi muskular
adalah progresif, kelemahan simetris dari kelompok otot skelet, dengan peningkatan
ketidakmampuan dan deformitas (McCance dan Huether, 1994).
3. Kerusakan Sistem Saraf Pusat
Kerusakan

komponen

sistem

saraf

pusat

yang

mengatur

pergerakan

volunter

mengtakibatkan gangguan kesejajaran tubuh dan mobilisasi. Jalur motorik pada sreberum
dapat dirusak oleh trauma karena cedera kepala, iskemia karena cedera serebrovaskular
(stoke), atau infeksi bakteri karena meningitis. Gangguan motorik langsung berhubungan
dengan jumlah kerusakan pada jalur motorik. Misalnya, seseorang yang mengalami
hemoragik serebral kanan disertai nekrosis total, mengakibatkan kerusakan jalur motorik
kanan dan hemiplegia pada tubuh bagian kiri. Walaupun seseorang dengan cedera kepala
bagian kanan akan mengalami edema serebral dan kerusakan (tetapi tidak menghancurkan)
jalur motorik, dengan terapi fisik yang baik, pergerakan volunter pada tubuh bagian kiri akan
kembali secara bertahap.
Karena serat motorik volunter turun dari jalur motorik serebrum bawah medula
spinalis, maka trauma pada medula spinalis juga mengganggu mobilisasi. Trauma paling
umum adalah tanseksi medula spinalis yang serat motorik terpotong. Trauma ini menyebabkan

kehilangan kontrol motorik bilateral pada bagian bawah trauma. Trauma medula spinalis
diakibatkan dari kecelakaan menyelam, mobil, atau tertembak, atau luka tusuk pada leher dan
punggung.
4. Trauma Langsung Pada Sistem Muskuloskeletal
Trauma langsung pada sistem muskuloskeletal menyebabkan memar, kontusio, salah
urat, dan fraktur. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang. Fraktur biasa terjadi
karena trauma langsung eksternal, tetapi dapat juga terjadi karena deformitas tulang (mis.
fraktur patologis karena osteoporosis, penyakit Paget, dan osteoporosis imperfekta).
Jika fraktur mengalami penyembuhan, tulang mulai membaik. Tulang fraktur diawali
dengan proses seluler yang menghasilkan pembentukan tulang. Anak lebih mudah membentuk
tulang baru daripada orang dewasa, dan hasilnya lebih sedikit mengalami komplikasi setelah
fraktur. Penatalaksanaan meliputi mengembalikan posisi tulang pada kesejajarannya dan
mengimobilisasikan tulang untuk mendukung penyembuhan serta mengembalikan fungsi.
Imobilisasi menyebabkan beberapa otot mengalami atrofi, kehilangan tonus otot, dan
kekakuan sendi.
Kondisi yang didapat atau kongenital mempengaruhi suktur muskuloskeletal atau
sistem saraf yang mengganggu kesejajaran tubuh ataupun meng-imobilisasikan sendi.
Kerusakan dapat terjadi temporer atau permanen. Tanpa memperhatikan kerusakan. rencana
asuhan keperawatan meliputi intervensi yang mempertahankan tingkat kesejajaran dan
mobilisasi sendi yang ada dan meningkatkan fungsi motorik klien.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN

Riwayat kesehatan pada kebutuhan mobilitas dan imobilitas

Riwayat keperawatan sekarang:


Joint range of motion
tingkat mobilitas
krtidaknyamanan yang dikeluhkan klien
adanya bengkak/kemerahan
simetris/tidaknya otot pada setiap sisi tubuh

Ada/tidak komplikasi dari imobilitas

Timbulnya pressure area

Kemampuan klien melakukan ADL

Toleransi klien ketika beraktivitas

Levels of self-care deficit


I

: memerlukan penggunaan alat

Ii :memerlukan bantuan orang lain (assistance, supervision, teaching)


Iii : memerlukan bantuan orang lain dan bantuan alat
Iv : sangat tergantung, tidak dapat merawat diri sendiri

Pemeriksaan fisik
Keadaan klien:
Posisi: berdiri/telentang dengan tumit sejajar dan tangan ditempatkan di
samping tubuh telungkup (leher, bahu, pinggul)
Pastikan klien tidak memakai pakaian yang dapat menghambat gerakan
Klien tidak dalam kondisi yang terlalu lelah Lakukan dengan lembut, pelanpelan, beritme.

Pemeriksaan fisik:
Inspeksi dan palpasi
inspeksi: jumlah luka tekan, warna, konsistensi, bau cairan, bintik merah
palpasi: tonjolan tulang, edema/pembengkakan
Lakukan inspeksi dan palpasi pada:
pencahayaan baik
ruangan tidak terlalu panas atau dingin

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Contoh Diagnosa Keperawatan NANDA yang berhubungan dengan mekanik tubuh
yang tidak sesuai dan gangguan mobilisasi:
a. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan Pengurangan ROM; Tirah baring;
Penurunan kekuatan

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kesejajaran tubuh yang buruk; Penurunan


mobilisasi
c. Risiko injuri berhubungan dengan: Ketidaklayakan mekanik tubuh; Ketidaklayakan
posisi; Ketidaklayakan teknik pemindahan
d. Gangguan integritas kulit atau risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan
Pembatasan mobilisasi; Tekanan pada permukaan kulit; Pengurangan kekuatan
e. Risiko infeksi berhubungan dengan Stasisnya sekresi paru; Gangguan integritas kulit;
Stasisnya urin
f. Inkontinensia total berhubungan dengan Perubahan pola eliminasi;

Pembatasan

mobilisasi
PERENCANAAN
a. Diagnosa Keperawatan: gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri bahu kiri
Definisi: gangguan mobilitas fisik merupakan kondisi individu menunjukkan keterbatasan
kemampuan dalam mobilitas fisik secara bebas
Tujuan
Klien akan mencapai ROM normal (fleksi dan ekstensi 1800) bahu kiri dalam 4 bulan
Hasil yang diharapkan:
Klien akan ROM pada kesatuan ekstremitas atas
Klien akan menunjukkan aktivitas perawatan diri menggunakan lengan kiri dalam 2 hari
Klien akan mengikuti program latihan secara teratur pada saat pulang
Intervensi:
Usulkan pemberian analgesik 30 menit sebelum latihan ROM
Ajarkan klien untuk latihan ROM spesifik pada bahu dan lengan kiri
Buat jadual latihan aktif antara waktu makan dan mandi
Rencana keperawatan didasari oleh satu atau lebih tujuan-tujuan berikut:
1. mempertahankan kesegarisan tubuh yang sesuai
2. mencapai kembali kesegarisan tubuh atau tingkat optimal kelurusan tubuh

3. mengurangi cidera pada kulit dan sistem musculoskeletal dari ketidaktepatan mekanika
atau kesegarisan tubuh
4. mencapai ROM penuh atau optimal
5. mencegah kontraktur
6. menjaga kepatenan jalan napas
7. mencapai ekspansi paru dan pertukaran gas optimal
8. memobilisasi sekresi jalan napas
9. menjaga fungsi kardiovaskuler
10. meningkatkan toleransi aktivitas
11. mencapai pola eliminasi normal
12. menjaga pola tidur normal
13. mencapai sosialisasi
14. mencapai kemandirian penuh dalam aktivitas perawatan diri
15. mencapai stimulasi fisik dan mental

4. Pelaksanaan
Intervensi dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.
5. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subyektif
dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai
atau belum, evaluasi membandingkan keadaan yang ada pada pasien dengan kriteria hasil
pada perencanaan. Evaluasi menggunakan system SOAP (Subjektif, objektif, analisis,
planning).

You might also like