You are on page 1of 14

FADLLILLAH AFIZA PRADANA-NIM 166020301111032-KELAS B.O.

-S2 AKUNTANSI UBANGKATAN SEMESTER GASAL 2016/2017

CRITICAL REVIEW 1

TAFSIR KEUNTUNGAN BAGI PROFESI DOKTER DENGAN


PENDEKATAN HERMENEUTIKA INTENSIONALISME
Artikel ini ditulis oleh Dian Purnama Sari, Mahasiswa Akuntansi di Unika Widya
Mandala Surabaya. Artikel ini dimuat dalam Simposium Nasional Akuntansi XIII di
Purwokerto tahun 2010. Saya tertarik dengan artikel ini karena pembahasannya sederhana
dan mudah dipahami namun tetap mengangkat fenomena akuntansi di dalamnya yaitu
Laba. Artikel ini juga mengupayakan perkawinan disiplin ilmu akuntansi dengan disiplin
ilmu filsafat yakni filsafat hermeneutika. Selain itu, saya tertarik dengan artikel-artikel hasil
penelitian akuntansi yang menggunakan metode kualitatif karena kejenuhan saya terhadap
metode-metode kuantitatif yang saya rasa sudah terlalu mainstream.
Latar Belakang Penelitian.
Disini, peneliti berusaha untuk mengangkat tema akuntansi dengan melakukan
pendekatan terhadap profesi-profesi lain yang dirasa kurang dalam bergelut dengan dunia
akuntansi. Peneliti menggunakan profesi dokter. Profesi ini merupakan profesi mulia yang
sangat familiar dan banyak berurusan dengan masyarakat karena masyarakat sendiri
membutuhkannya sebagai perantara dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan.
Masyarakat menilai profesi dokter tidak ada hubungannya dengan akuntansi tetapi
berkutat dengan uang. Maksudnya adalah profesi ini mendapat stigma miring dalam
masyarakat bahwa berobat ke dokter pasti lah sangat mahal, karena seorang dokter dalam
menyelesaikan pendidikan kuliahnya (gelar S.Ked) juga tidak tanggung-tanggung biayanya.
Masyarakat menilai bahwa dokter biasanya mengupayakan diri untuk mengembalikan
modal kuliahnya di masa lampau. Maka dari itu, seorang dokter bisa saja menggunakan
segala cara untuk memperoleh pasokan pendapatan, contohnya yaitu mematok biaya yang
mahal untuk satu kali pertemuan konsultasi dengan pasien, berkisar 200 ribu hingga 400
ribu rupiah.
Tetapi, di balik semua itu, peneliti memiliki sudut pandang lain. Seorang dokter
juga seorang manusia biasa, yang dalam kesehariannya juga membutuhkan sokongan dana
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak semua dokter memiliki materi yang berlimpah.
Kenaikan berbagai harga kebutuhan hidup juga mempengaruhi kebutuhan hidup sang

FADLLILLAH AFIZA PRADANA-NIM 166020301111032-KELAS B.O.-S2 AKUNTANSI UBANGKATAN SEMESTER GASAL 2016/2017

dokter. Mulai dari harga obat-obatan meningkat serta harga perlengkapan medis juga
memunculkan pemenuhan kebutuhan dokter yang tinggi pula. Hal ini yang menurut peneliti
tidak dilihat secara objektif oleh masyarakat. Pemenuhan kebutuhan ini yang sering
menimbulkan pemaknaan keuntungan oleh masyarakat.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari pemaknaan keuntungan dari sudut
pandang profesi dokter menggunakan pendekatan Hermeneutika Intensionalisme.
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi profesi dokter untuk menyadari makna
keuntungan bagi profesi mereka. Bagi masyarakat, diharapkan penelitian ini dapat
bermanfaat untuk membuka mata tentang profesi dokter, di luar pandangan positif maupun
negatif yang selama ini beredar di ruang masyarakat.
Metode Penelitian
Pada penelitian ini, sumber data berasal dari catatan hasil wawancara dengan
informan, pendalaman latar belakang informan, catatan hasil pengamatan serta dokumendokumen yang mungkin masih terkait dengan penelitian ini. Informan merupakan orang
yang bersedia untuk memberikan informasi mendalam yang diperlukan dalam penelitian ini.
Menurut Sutopo (2003:117), sumber data yang sangat penting dalam penelitian kualitatif
adalah manusia yang menjadi narasumber atau informan. Untuk mengumpulkan informasi
dari sumber data ini diperlukan teknik wawancara. Hal ini diamati melalui informasi
mendalam yang diberikan oleh informan yang didapat secara langsung (sumber primer)
yang terekam baik melalui pencatatan maupun dengan alat-alat elektronik. Untuk
memperoleh data primer, peneliti berhubungan langsung dengan informannya. Tahap
pertama, peneliti melakukan wawancara tidak terstruktur yang dilakukan seperti bincangbincang biasa untuk mengetahui informasi yang dimiliki informan tentang apa yang ingin
diketahui oleh peneliti. Wawancara tidak terstruktur, sering pula disebut wawancara
mendalam, dilakukan dalam suasana tidak formal dan dengan pertanyaan yang mengarah
pada kedalaman informasi. Tahap yang kedua adalah pengumpulan dokumen-dokumen
terkait. Dokumen-dokumen ini penting untuk mendukung hasil penelitian. Dari hasil
pengumpulan data, peneliti berusaha menganalisis data-data yang telah dikumpulkan
dengan menggunakan metode hermeneutika.

FADLLILLAH AFIZA PRADANA-NIM 166020301111032-KELAS B.O.-S2 AKUNTANSI UBANGKATAN SEMESTER GASAL 2016/2017

Metode penelitian ini akan menggunakan metode hermeneutika. Hermeneutika


merupakan sebuah cabang ilmu filsafat sebagai upaya untuk menafsirkan teks agar
didapatkan suatu pemahaman. Hermenutika yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Hermeneutika Intensionalisme. Melalui wawancara dan teks yang menjadi acuan dalam
penelitian ini, peneliti ingin berupaya menafsirkan maksud yang terkandung dalam setiap
ucapan serta bahasa yang digunakan oleh pemberi informasi. Penafsiran ini pada akhirnya
akan memberikan sebuah pemahaman.
Hasil Penelitian
Dokter Gun : Sebuah Ketulusan dan Tanggungjawab. Dokter Gun adalah
seorang dokter yang saat ini bekerja di daerah yang cukup terpencil. Dengan
keberadaannya, tuntutan kehidupannya tentu tidaklah sebesar di kota-kota besar, seperti
yang ada di Pulau Jawa. Dokter Gun memiliki catatan laporan keuangan yang terstruktur
secara sederhana sejak beliau masih berkuliah. Catatan keuangan ini terus berlanjut sampai
sekarang. Beliau juga telah diterima menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil, meskipun saat
ini masih menunggu saat-saat pengangkatan. Dokter Gun memiliki pencatatan keuangan
yang cukup jelas, dari segi pendapatan dan pengeluaran, mulai dari yang bernilai kecil
sampai bernilai cukup besar. Sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil, pemotongan pajak
memang telah dilakukan. Namun dengan ketulusannya, beliau dengan rela hati membuat
NPWP (Nomor Pajak Wajib Pajak) sendiri sehingga pada tahun ini, Dokter Gun memulai
pencatatan yang lebih formal. Ketulusan untuk melaporkan pajak tanpa paksaan ini tentu
merupakan hal yang bagus. Selain ketaatan dalam mendaftarkan diri sebagai wajib pajak,
dalam hubungannya dengan pendapatan, Dokter Gun juga berkata, Yang penting ngak tekor.
Kalau dapat kelebihan pendapatan ya saya anggap itu semua tabungan. Tabungan merupakan
hasil dari pengurangan pendapatan terhadap biaya hidup yang harus dikeluarkan oleh
Dokter Gun.
Dokter Yago : Sebuah Seni dan Kepuasan Batin. Dokter Yago merupakan
seorang dokter yang sekarang bekerja di salah satu kota besar di Pulau Jawa. Dokter Yago
berasal dari Kota Malang, yang cukup besar. Namun, beliau juga telah menjalankan tugas
negara untuk bertugas di daerah terpencil di Nusa Tenggara Timur. Di tempat yang
terpencil tersebut, banyak pengalaman yang dapat diperoleh Dokter Yago. Proses
pencatatan keuangan juga dimulai dari tempat terpencil ini, Saya memang jarang membuat

FADLLILLAH AFIZA PRADANA-NIM 166020301111032-KELAS B.O.-S2 AKUNTANSI UBANGKATAN SEMESTER GASAL 2016/2017

catatan keuangan saya, tapi saya cukup ingat kira-kira pendapatan dan pengeluaran saya setiap
bulan. Ya sisanya buat simpanan saya, cerita Dokter Yago. Selepas dari tugas dari daerah
terpencil, Dokter Yago bekerja di salah satu rumah sakit besar. Dalam pekerjaannya, hati
nurani Dokter Yago juga sering terketuk oleh keadaan pasien-pasiennya yang kurang
mampu. Pasien yang tidak mampu biasanya hanya disuruh membeli obat saja, tanpa
membayar ongkos dokter. Kasian kalau melihat orang-orang begitu, biar beli obat saja lah.
Yang penting mereka sembuh. Itu sudah membuat saya puas. Dan pelayanan ini kan juga sesuai
dengan perintah-Nya. Ternyata dalam profesi kedokteran terdapat kepuasan yang dicapai.
Lagipula, ilmu kedokteran merupakan sebuah seni. Kita harus mampu untuk berpikir kreatif dan
tepat apabila terdapat pasien kritis, cerita Dokter Yago. Dalam dunia kedokteran kecepatan
memang dibutuhkan. Tetapi yang paling penting adalah ketepatan dan kemampuan sang
dokter untuk memadukan ilmu kedokterannya sebagai sebuah seni yang dapat menolong
jiwa sesame manusia.
Dokter Wati : Sebuah Kejujuran dan Martabat. Informan yang terakhir adalah
Dokter Wati. Dokter Wati adalah seorang yang telah cukup makan asam garam dalam
kehidupannya sebagai seorang dokter. Telah 20 tahun lebih Dokter Wati menggeluti
bidang kedokteran. Beliau juga sudah cukup lama bergelut dengan pajak. Saya punya
NPWP sejak lama. Bukan karena hebohnya pajak akhir-akhir ini. Saya juga selalu mencatat semua
pendapatan saya selengkap-lengkapnnya untuk bayar pajak-nya, kata Dokter Wati. Dokter Wati
memang sangat menghormati pembayarn pajak karena menurutnya, Berikan apa yang
menjadi hak rajamu dan berikanlah apa yang menjadi Tuhanmu. Pernyataan ini menunjukkan
komitmen Dokter Wati untuk hidup jujur dan ikhlas pada semua aspek hidupnya. Lebih
lanjut Dokter Wati juga mengatakan bahwa, Pengeluaran saya tiap bulan sudah saya susun
sendiri-sendiri. Mulai dari kebutuhan pribadi saya sampai pada kebutuhan orang lain. Semua sudah
dalam anggaran tiap bulannya. Tabungan sudah termasuk di dalam pengeluaran saya. Semua
sudah ada posnya masing-masing dan sudah ngak ada sisanya. Dalam kehidupannya, Dokter
Wati juga berusaha untuk tetap memperhatikan orang lain. Pernah ada kok orang yang sakit
bayarnya ya pakai pisang atau kadang hasil kebunnya. Ditolak untuk diberi gratis juga terkadang
ngak mau. Ya saya terima aja. Obatnya ikut gratis jadinya, cerita Dokter Wati. Selain itu,
karena kehidupannya yang berada di salah satu kabupaten di Pulau Jawa yang tidak terlalu
besar, peran seorang dokter masih sangat diperlukan oleh masyarakat sekitar. Selain itu,
penghormatan dari warga sekitar juga masih dirasakan. Masyarakat di daerah tertinggal

FADLLILLAH AFIZA PRADANA-NIM 166020301111032-KELAS B.O.-S2 AKUNTANSI UBANGKATAN SEMESTER GASAL 2016/2017

masih sangat segan terhadap seorang dokter. Hal ini membawa sebuah keuntungan
tersendiri dari seorang dokter, di mana martabat seorang dokter masih dijunjung tinggi.
Kesimpulan
Dokter Gun, yang memiliki catatan keuangan seluruh pendapatan dan
pengeluarannya, menilai kelebihan dari seluruh pendapatannya sebagai tabungan. Tabungan
ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, tidak hanya di daerah
terpencil tetapi juga di Pulau Jawa. Menurut Dokter Yago, kelebihan pendapatannya akan
dianggap sebagai simpanan. Simpanan ini yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya di saat dibutuhkan. Sedangkan, Dokter Wati juga menganggarkan tabungan
sebagai salah satu pengeluaran dalam catatan keuangannya. Seluruh pos-pos biaya dalam
kehidupannya telah dianggarkan, termasuk di dalamnya tabungan tersebut. Dari ketiga
kisah tersebut, dapat ditangkap bahwa setiap informan menganggap sisa pendapatan dari
pengeluaran mereka adalah sebagai tabungan. Tabungan tersebut dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup mereka ataupun untuk kebutuhan tiba-tiba di masa
darurat.
Namun, makna keuntungantersebut tidak berhenti sampai di situ. Ketiga dokter
di atas memiliki ceritanya sendiri-sendiri. Dokter Wati merupakan individu yang taat
terhadap segala bentuk pengeluaran wajib. Hal ini ternyata terkait dalam pernyataannya,
Berikan apa yang menjadi hak rajamu dan berikanlah apa yang menjadi Tuhanmu. Keyakinan
Dokter Wati untuk bertindak sejujur-jujurnya dilandasi oleh komitmennya dalam
menjalankan apa yng dipercayainya. Hal ini menunjukkan adanya sebuah keuntungan dari
segi spiritual untuk mengembalikan apa yang seharusnya memang menjadi milik Tuhan.
Keuntungan kepuasan batin menjadi salah satu jenis keuntungan yang berhasil
ditemukan. Dalam potongan penyataan Dokter Yago, Kasian kalau melihat orang-orang
begitu, biar beli obat saja lah. Yang penting mereka sembuh. Itu sudah membuat saya puas.
Kepuasan batin melihat pasien yang dirawatnya menjadi sembuh merupakan sebuah
keuntungan yang penting bagi seorang dokter. Hal ini menunjukkan adanya kecintaan
terhadap profesi dan juga terhadap pasien yang dirawatnya.
Keuntungan yang terakhir adalah keuntungan martabat. Martabat seorang
dokter tetap disegani di masyarakat kita. Terutama di daerah-daerah terpencil, ataupun
daerah-daerah yang sedikit tertinggal, figur seorang dokter tetap menjadi sorotan dari

FADLLILLAH AFIZA PRADANA-NIM 166020301111032-KELAS B.O.-S2 AKUNTANSI UBANGKATAN SEMESTER GASAL 2016/2017

masyarakat dan menunjukkan sebuah kebanggaan tersendiri. Setiap informan memiliki


ceritanya sendiri-sendiri dalam makna keuntungan.
Makna keuntungan yang terdapat dalam setiap kehidupan informan digali dan
ditafsirkan sehingga menemukan titik terang. Keuntungan di mata profesi kedokteran
muncul dalam empat makna. Keuntungan dalam bentuk tabungan dalam kaitannya
dengan pemenuhan materi, Keuntungan spiritual dalam selalu menolong orang lain
maupun mengembalikannya kepada Tuhan. Keuntungan ketiga adalah keuntungan
martabat yang disegani oleh masyarakat. Keuntungan keempat adalah keuntungan
kepuasan batin apabila pasien yang dirawatnya dapat sembuh.
Kelebihan dan Kelemahan Penelitian
Kelebihan penelitian ini adalah kita dapat melihat fenomena akuntansi dengan
menggunakan perspektif filsafat hermeneutika. Selain itu, peneliti memperoleh gambaran
bahwa penelitian akuntansi tidak hanya berkutat pada masalah teknis, statistik, dan analisis
data kuantitatif. Penelitian ini juga memperkaya khasanah ilmu akuntansi sehingga kita
dapat memperoleh inspirasi untuk melakukan kajian-kajian akuntansi dengan melakukan
pendekatan ke masyarakat secara interpretif.
Kelemahan dari penelitian ini adalah bersifat subyektif dan tidak bisa
digeneralisasikan. Subyektif, artinya pemaknaan keuntungan profesi dokter berasal dari
pandangan peneliti pribadi, yang bisa jadi diartikan lain oleh pembaca atau peneliti lain yang
merujuk artikel ini. Tidak bisa digeneralisasikan artinya empat makna keuntungan yang
ditemukan dalam artikel ini bisa jadi tidak sama atau sama sekali berbeda jika makna
keuntungan tersebut diaplikasikan untuk meneliti profesi-profesi lain.
Perbandingan dengan Artikel Lain.
Penelitian yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Sari (2009) yang berjudul Tafsir Hermeneutika Intensionalisme atas Laba
Yayasan Pendidikan. Penelitian ini mengungkapkan pemaknaan laba dari sudut pandang
yang berbeda, yaitu sebuah yayasan pendidikan. Seharusnya, sebuah yayasan sebagai
perusahaan nirlaba, tidak memiliki laba dalam laporan keuangannya. Namun, dalam
penelitian ini ditemukan adanya sebuah sekolah dalam naungan sebuah yayasan menuliskan
laba dalam laporan keuangannya. Dengan menggunakan metode Hermeneutika

FADLLILLAH AFIZA PRADANA-NIM 166020301111032-KELAS B.O.-S2 AKUNTANSI UBANGKATAN SEMESTER GASAL 2016/2017

Intensionalisme, penelitian ini menemukan 3 makna laba di dalam yayasan tersebut, yaitu
laba materi, laba sosial dan laba kenangan.

Saran
Penelitian ini sebaiknya tidak hanya mencakup profesi dokter saja, tetapi bisa
dilakukan terhadap profesi lain yang berhubungan dengan kesehatan, dan ada kaitannya
dengan dokter, seperti perawat, bidan, ahli gizi, dan lain sebagainya, untuk memperluas
makna keuntungan profesi-profesi tersebut dalam melakukan pekerjaan di bidang kesehatan.
Kesimpulan Critical Review.
Critical Review ini bertujuan untuk membahas penelitian yang dilakukan oleh Dian
Purnama Sari mengenai tafsir hermeneutika nya yang kedua kali. Disini, saya
berkesimpulan bahwa kedua penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini memiliki makna
keuntungan yang berbeda disebabkan oleh subjek penelitian yang berbeda: profesi dokter
dan lembaga Yayasan pendidikan. Namun, penelitian ini bersifat mudah dan bisa dipahami
oleh siapapun yang membacanya karena pembawaannya yang luwes dan pendekatannya
bersifat secara langsung membahas hal-hal yang sangat berkaitan dengan masyarakat.
Disini pula, saya menemukan ilmu baru berupa tafsir hermeneutika intensionalisme yang
ternyata bisa diaplikasikan dalam bidang ilmu akuntansi sehingga dapat meminimalisir
stigma bahwa akuntansi hanya bersifat praktis dan hanya dapat diterapkan di perusahaanperusahaan besar.

FADLLILLAH AFIZA PRADANA-NIM 166020301111032-KELAS B.O.-S2 AKUNTANSI UBANGKATAN SEMESTER GASAL 2016/2017

CRITICAL REVIEW 2

EGOISM, JUSTICE, RIGHTS, AND UTILITARIANISM: STUDENT


VIEWS OF CLASSIC ETHICAL POSITIONS IN BUSINESS
Artikel ini ditulis oleh Dan Baugher dan Ellen Weisbord. Mereka berdua
merupakan mahasiswa Pace University, New York. Artikel ini dimuat dalam Journal of
Academic and Business Ethics. Saya tertarik dengan artikel ini karena menggunakan alat
analisis yang mudah yaitu uji beda dan one way ANOVA. Selain itu, artikel ini membahas
mengenai pandangan etika yang diterapkan di negara Amerika Serikat dalam sudut pandang
mahasiswa jurusan bisnis menggunakan kategori konsekuensi sosial dan aturan sosial
sehingga dapat dijadikan tambahan pengetahuan di bidang etika bisnis dan profesi.
Latar Belakang Penelitian.
Amerika memiliki tradisi panjang dalam menciptakan kekayaan dengan
mengorbankan berbagai pemangku kepentingan. Selama lebih dari satu dekade, namun,
masyarakat telah menunjukkan sensitivitas yang meningkat dengan ditunjukkannya
perilaku yang tidak etis disebabkan karena mengejar uang dan kekuasaan dengan rakus.
Perilaku tidak etis (dan sering ilegal) dari manajer merupakan masalah yang kemungkinan
akan muncul di mata publik untuk beberapa waktu. Bersamaan dengan itu, ajaran etika telah
memasuki sekolah bisnis AS. Memang, integrasi etika dalam program diperlukan untuk
sekolah terakreditasi bisnis oleh AACSB. Namun editor jurnal banyak menganggap
penelitian pada topik tidak memadai dan panggilan untuk itu harus diambil lebih serius oleh
para peneliti (Donaldson, 2003). Terjunnya keihklasan pada pihak manajer dan perusahaan
mereka meningkatkan kebutuhan untuk mengembangkan model alternatif perilaku etis.
Pemahaman yang lebih baik dari pemikiran mahasiswa bisnis lebih penting daripada
sebelumnya karena siswa ini pada akhirnya akan mengelola bisnis di bawah pengawasan
yang semakin ketat dari masyarakat dan pemerintah.
Ada dua kategori besar etika normatif. Kategori pertama meliputi tampilan yang
mengungkapkan keprihatinan atas konsekuensi yang diharapkan dari suatu tindakan. Ini
kadang-kadang disebut sebagai teleologi atau "dari ujung." Kategori kedua mencakup
tampilan yang mengungkapkan kepedulian terhadap kebutuhan untuk mengikuti aturan
tertentu, sering disebut sebagai deontologi atau "kebutuhan.

Teleologi sering disebut

FADLLILLAH AFIZA PRADANA-NIM 166020301111032-KELAS B.O.-S2 AKUNTANSI UBANGKATAN SEMESTER GASAL 2016/2017

sebagai posisi konsekuensi moral, di mana perilaku moral berarti mencapai konsekuensi etis
tanpa keprihatinan atas proses dimana konsekuensinya dicapai. perilaku yang benar di
teleologi didefinisikan sebagai sesuatu yang mempromosikan konsekuensi terbaik atau
diidentifikasi baik.
Hipotesis
Upaya perusahaan untuk mencapai tujuan jangka pendek yang mungkin memiliki
dampak negatif pada karyawan atau konstituen lainnya semakin disukai. Inisiatif yang
mungkin memiliki manfaat jangka panjang namun memiliki dampak jangka pendek atau
jangka panjang negatif, seperti pembangunan jalan baru, juga menghadapi perlawanan.
Dengan demikian, kita diharapkan siswa akan lebih sering mendukung kategori aturanaturan sosial etik dari kategori konsekuensi sosial. Selain itu, kepentingan masyarakat dan
publisitas di media tentang masalah lingkungan dan lainnya pelanggaran oleh bisnis dan
pemerintah telah meningkat terus selama dekade terakhir. Dengan demikian, kami juga
berpikir mungkin bahwa siswa dinilai dalam beberapa tahun kemudian akan menunjukkan
dukungan yang lebih besar dari aturan-aturan sosial lebih konsekuensi sosial dari siswa
dinilai dalam tahun sebelumnya.

Hipotesis yang dihasilkan dari atas adalah:


H1: Rata-rata dukungan untuk aturan kategorisasi sosial akan lebih besar daripada
konsekuensi kategorisasi sosial.
H2: Perbedaan antara dukungan rata-rata untuk aturan kategorisasi sosial dan sosial
konsekuensi kategorisasi akan berinteraksi dengan tahun di mana siswa dinilai, dengan
siswa semakin lebih mungkin untuk mendukung aturan-aturan sosial di tahun kemudian.
PESERTA
Peserta dalam penelitian ini adalah 273 mahasiswa di kelas pengantar manajemen
di sebuah universitas besar di New York City. Data dikumpulkan dari mahasiswa yang
mengambil kelas yang dibutuhkan ini selama empat tahun akademik yang berbeda: 1990,
1995, 2005, dan 2006. Siswa umumnya di semester kedua tahun kedua mereka. Usia ratarata adalah 20,1 tahun dengan rasio jenis kelamin untuk pria dan wanita dari 44 persen dan
56 persen, masing-masing. Semua siswa mengikuti jurusan di bidang bisnis meskipun
jurusan bisa bervariasi.

FADLLILLAH AFIZA PRADANA-NIM 166020301111032-KELAS B.O.-S2 AKUNTANSI UBANGKATAN SEMESTER GASAL 2016/2017

DESAIN DAN PROSEDUR


Siswa di delapan kelas pengantar manajemen diberi pernyataan laporan diri dan
diminta untuk menyelesaikannya selama empat tahun akademik. Jumlah siswa
menyelesaikan pernyataan untuk tahun 1990, 1995, 2005 dan 2006 adalah 55, 51, 79, dan
88, masing-masing. pernyataan terdiri dari 10 item terkait dengan dua posisi. Skala
penilaian tidak setuju-setuju ditampilkan di bawah. Itu enam jangkar tanpa titik netral.
Tidak setuju atau setuju
1 -------------- 2 -------------- 3 ------ <> ------ 4 ---- --------- 5 -------------- 6
1 = Benar-benar tidak setuju
2= Kebanyakan tidak setuju
3= Sedikit tidak setuju
4= Sedikit setuju
5= Kebanyakan setuju
6= Benar-benar setuju
Lima item yang dikembangkan untuk kategori aturan-aturan sosial. Dua item
berasal dari posisi keadilan dan tiga item berasal dari posisi hak. Lima item yang
dikembangkan untuk kategori konsekuensi sosial. Salah satu item berasal dari
utilitarianisme dan empat item berasal dari egoisme. Siswa diberi 20 menit untuk
menyelesaikan pernyataan selama kelas manajemen pengantar sebelum diskusi etika bisnis
berlangsung. tingkat partisipasi yang tinggi dengan sekitar 95 persen menyelesaikan
pernyataan. Item yang terdiri dari timbangan ditunjukkan pada Tabel. Sedangkan item
yang ditampilkan dalam urutan dalam tabel ini, mereka disajikan secara acak dalam
pernyataan.
#
1

Kategori

Filsafat

Item Description

Utilitarianis
m

Kebaikan terbesar untuk jumlah terbesar adalah


satu-satunya ukuran yang tepat dari benar dan
salah.

Egoism

Penderitaan dan dislokasi sosial adalah harga


untuk sebuah kemajuan.

Egoism

Apa yang saya minati adalah baik bagi


masyarakat.

Konsekuensi
Sosial

10

FADLLILLAH AFIZA PRADANA-NIM 166020301111032-KELAS B.O.-S2 AKUNTANSI UBANGKATAN SEMESTER GASAL 2016/2017

Egoism

moralitas alami bukan untuk kebaikan orang


lain; kepentingan harus membimbing kita.

Egoism

kemajuan sosial adalah efek yang tidak


diinginkan dari mengejar kepentingan diri
ekonomi

Kategori

Filsafat

Item Description

Social Rules

Keadilan

Keadilan disajikan saat beban dan manfaat dalam


masyarakat didistribusikan sesuai dengan prinsip
bahwa orang-orang bebas dan rasional akan
menerima sebagai konsisten dengan kepentingan
mereka sendiri tanpa terlebih dahulu mengetahui
tentang apa manfaat dan beban mereka benarbenar akan menerima dalam proses distribusi.

Keadilan

Kunci untuk etika adalah keadilan.

Hak

Pekerja memiliki hak tertentu yang harus


dihormati.

Hak

Menghormati hak dan hak adalah kunci untuk


etika.

Hak

Menghormati hak dan hak adalah kunci untuk


etika.
Pengingkaran hak-hak dasar setiap orang untuk
otonomi, privasi, dan martabat tidak etis.

HASIL
Skor sikap pada dua posisi dihitung dengan menjumlahkan peringkat ditugaskan
untuk masing-masing dari lima item. Skor berkisar 5-30 untuk setiap kategori. Alpha,
sebagai ukuran konsistensi internal, dihitung untuk setiap ukuran. Untuk konsekuensi
sosial, alpha adalah 0,60. Untuk aturan sosial, alpha adalah 0,70. Mean dan deviasi standar
untuk respon siswa untuk setiap item dan untuk dua skor total ditunjukkan pada Tabel.
#

Category
Social

Philosophy

Mean

S.D.

1
2
3
4

Consequences

Utilitarianism
Egoism
Egoism
Egoism

16.11
3.48
3.30
2.75
2.92

4.31
1.38
1.53
1.36
1.37

11

FADLLILLAH AFIZA PRADANA-NIM 166020301111032-KELAS B.O.-S2 AKUNTANSI UBANGKATAN SEMESTER GASAL 2016/2017

1
2
3
4
5

Egoism

3.66

1.24

21.50
4.61
3.52
1.38
Justice/Keadilan
4.11
1.41
Justice
5.32
1.23
Rights/Hak
3.99
1.38
Rights
4.57
1.50
Rights
Respon siswa untuk dua kategori etis dibandingkan menggunakan dipadankan t-test.
Aturan
Sosial

Rata-rata dukungan dari posisi konsekuensi sosial adalah 16,11 sedangkan dukungan berarti
dari kategori aturan-aturan sosial adalah 21.50. T yang dihasilkan dari perbandingan itu
12.12 menunjukkan bahwa perbedaan 5,3 poin bermakna secara statistik (p <0,001). Sebuah
korelasi negatif yang signifikan dari -.36 juga ditemukan antara dua nilai (p <0,001). 0,001
yaitu nilai signifikansi pada SPSS.
Sebuah tindakan berulang ANOVA digunakan untuk membandingkan perbedaan
antara dua nilai selama empat periode waktu: 1990, 1995, 2005, dan 2006. Perbedaan ini
membalikkan di 1990 dibandingkan dengan periode waktu kemudian.
Untuk tahun 1990, rata-rata pengesahan oleh mahasiswa dari konsekuensi sosial
dan kategori aturan-aturan sosial adalah 20,44 dan 16,16, masing-masing. Sebaliknya,
rata-rata pengesahan oleh mahasiswa dari konsekuensi sosial dan kategori aturan-aturan
sosial adalah 15,82 dan 23,65 untuk tahun 1999, masing-masing, 14,49 dan 22,55. untuk
tahun 2005, masing-masing, dan 15,08 dan 23,37 untuk tahun 2006, masing-masing.
Sementara aturan-aturan sosial yang didukung lebih, rata-rata, dibandingkan konsekuensi
sosial di tahun kemudian, perbedaan antara sepasang skor di setiap tahun tidak berbeda
secara signifikan.
Cara one way-ANOVA menggunakan perbedaan antara dua nilai sebagai variabel
dan tahun sebagai faktor selama tiga tahun ini tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan untuk perbedaan antara dua nilai yang diperoleh dalam setiap tahun (F = 0,129,
df = 2 , p> 0,05).

12

FADLLILLAH AFIZA PRADANA-NIM 166020301111032-KELAS B.O.-S2 AKUNTANSI UBANGKATAN SEMESTER GASAL 2016/2017

KESIMPULAN
Penelitian ini menjawab hipotesis bahwa siswa akan setuju lebih kuat dengan aturanaturan sosial perspektif etika dibandingkan dengan perspektif konsekuensi sosial. Siswa
lebih peduli atas aturan rasional berdasarkan mendukung keadilan dan hak-hak dari atas
konsekuensi yang berpotensi etis dari tindakan. Rata-rata, siswa tidak percaya bahwa
konsekuensi harus didahulukan daripada aturan rasional. korelasi negatif ditemukan antara
dua nilai menunjukkan bahwa dukungan yang lebih tinggi dari satu kategori filosofis
disertai dengan dukungan yang lebih rendah dari yang lain.
Dalam hipotesis dua, penulis mengemukakan bahwa perbedaan antara dukungan
dari konsekuensi sosial dan aturan-aturan sosial akan meningkat seiring waktu. Hipotesis
dua didukung dalam arti bahwa hasil ditemukan pada tahun 1990 adalah kebalikan dari hasil
ditemukan pada tahun 1999, 2005, dan 2006. Pada tahun 1990, siswa didukung konsekuensi
sosial lebih aturan-aturan sosial. Hipotesis pertama tidak akan didukung telah ini menjadi
kasus untuk seluruh periode waktu. Hipotesis bahwa aturan-aturan sosial akan didukung
lebih sering daripada aturan-aturan sosial itu tidak benar untuk tahun 1990. Namun, itu
berlaku untuk tahun 1999, 2005, dan 2006. Hal ini memungkinkan hipotesis yang didukung
dan juga mendukung interaksi mengemukakan dalam hipotesis dua.
Hal ini secara intuitif menarik untuk menetapkan setidaknya beberapa penyebab
untuk banyak peristiwa yang telah memburuk opini publik dari kedua bisnis dan
pemerintah. Ketidakadilan yang telah dihasilkan dari proses dimana tujuan sering dicapai
mungkin peka orang-orang muda, mengurangi kepercayaan mereka dalam etika berorientasi
pada hasil. Studi ini telah mendukung posisi bahwa ada penekanan peningkatan pada aturan
rasional yang melibatkan keadilan dan hak. Penyelidikan lebih lanjut ke dalam faktor
penyebab mendorong perubahan pandangan layak mengejar.
Kelebihan dan Kelemahan Penelitian
Kelebihan penelitian ini yaitu dapat mengangkat fenomena sosial berupa
konsekuensi sosial dan aturan sosial dimana hal seperti ini jarang terpikirkan oleh kami
selaku mahasiswa akuntansi yang kurang mendalami bidang etika bisnis sehingga dapat
dijadikan referensi tambahan. Namun penelitian ini memiliki kelemahan yaitu objek
penelitian ini hanya berkisar pada mahasiswa saja, bukan dari perspektif masyarakat sekitar

13

FADLLILLAH AFIZA PRADANA-NIM 166020301111032-KELAS B.O.-S2 AKUNTANSI UBANGKATAN SEMESTER GASAL 2016/2017

dan lingkungan pengusaha yang biasanya mengesampingkan aturan-aturan sosial dalam


menjalankan aktifitasnya sehari-hari.
Saran
Untuk penelitian selanjutnya, bisa ditambahkan objek penelitian yang bersumber
dari masyarakat sekitar, pengusaha, dan para profesional yang mendalami pekerjaan
tertentu.
Kesimpulan Critical Review.
Secara garis besar artikel ini melakukan uji beda terhadap dua kriteria, yaitu
kriteria konsekuensi sosial yang terdiri dari utilitarianisme dan egoisme, dan kriteria aturan
sosial yang terdiri dari keadilan dan hak. Penelitian ini selanjutnya dibuatkan kuisioner dan
dibagikan kepada 273 mahasiswa kelas pengantar manajemen di sebuah universitas besar di
kota New York. Data dikumpulkan dari tahun angkatan akademik yang berbeda yaitu 1990,
1995, 2005 dan 2006. Rasio jenis kelamin 44% pria dan 56% wanita. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa mahasiswa tahun 1995, 2005 dan 2006 lebih memilih aturan sosial,
sedangkan untuk mahasiswa tahun 1990 lebih memilih konsekuensi sosial.

14

You might also like