You are on page 1of 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan ganda (multifetus) adalah kehamilan yang terdiri dari dua janin atau lebih.
Kehamilan ganda dapat menghasikan anak kembar dua (gemelli), kembar tiga (triplet),
kembar empat (quadruplet), kembar lima (quintuplet), dan kembar enam (sextuplet)
(Mellyna,2001).
Prevalensi kejadian kehamilan ganda di dunia sebenarnya belum diketahui. Menurut
WHO kehamilan ganda yang dapat bertahan hidup pada masa kelahiran tanpa menjalani
pembedahan sebanyak 40-60% dan 20 % -25 menjalani pembedahan dan pengobatan
(WHO,2009). Penemu kasus kehamilan ganda menjelaskan bahwa dari 16.288 persalinan
terdapat 197 persalinan gemelli (kembar 2) dan 6 persalinan triplet (kembar 3)
(Prawirohardjo,2000). Di Provinsi Sumatera Utara angka kelahiran ganda sebanyak 30% dari
kehamilan tunggal (Kompas,2010).
Pada kehamilan ganda, kemungkinan untuk terjadinya kematian perinatal lebih besar
dibandingkan dengan kehamilan tunggal yaitu sebesar 10-12%. Dan semua kematian
intrauterin yang terjadi pada kehamilan ganda 73% berhubungan dengan plasenta yang
monokorion (Nadiablog,2011). Pada kehamilan normal (satu janin) angka mortalitas berkisar
antara 33 per 1000 kelahiran, hal ini menunjukkan bahwa dari 1000 bayi tidak kembar ada
33 bayi yang meninggal pada usia kehamilan 28 minggu atau tujuh hari setelah lahir.
Sedangkan angka mortalitas untuk kehamilan ganda tercatat lebih tinggi, berkisar antara 139
per 1000 kelahiran, berarti dari 1000 bayi kembar yang lahir, 139-nya meninggal (Kompas,
2011). Kondisi ini lebih mungkin terkait dengan komplikasi yang tinggi pada kehamilan
ganda (Yeyeh, 2001).
Perubahan fisik pada ibu dengan kehamilan ganda pada umumnya sama dengan
kehamilan tunggal, namun biasanya lebih besar menimbulkan masalah. Perubahan tersebut
seperti peningkatan hCG yang dapat mengakibatkan hyperemesis gravidarum,pembesaran
payudara, peningkatan frekuensi berkemih, nafsu makan meningkat dan mudah lelah. Pada
trimester kedua akan terjadi sesak nafas, pembengkakan pada bagian ekstremitas bawah
(oedema), peningkatan berat badan, pembesaran rahim yang tidak seperti kehamilan
tunggal,pergerakan janin yang lebih kuat (Obstetri Patologi,2009).
Penyulit yang mungkin timbul pada ibu dengan kehamilan ganda adalah
polihidramnion yang dapat mengakibatkan persalinan premature (Patologi Kebidanan, 2010).
Polihidramnion biasanya mulai terjadi pada usia gestasi 18-20 minggu dan frekuensi
polihidramion pada hamil ganda sekitar 10 kali lebih besar dibandingkan dengan kehamilan
tunggal (Mochtar, 2000). Pertumbuhan dan perkembangan uterus dan janin di awal
kehamilan memerlukan cadangan zat besi maternal yang lebih besar, di akhir kehamilan (28
minggu), kebutuhan janin tersebut dapat menyebabkan anemia dan defisiensi zat-zat lainnya

(Myles, 2009). Frekuensi dan resiko pre-eklampsi dan eklampsi lebih besar, pembesaran
uterus mengakibatkan sukar bernafas, sering berkemih, odema dan varises pada tungkai dan
vulva. Dapat terjadi inersia uteri, perdarahan postpartum dan solusio plasenta (Prawirohardjo
2011). Sesudah anak pertama lahir, persalinan premature diakibatkan karena peregangan
rahim yang berlebihan, persalinan sesar, disseminated intravascular coagulation atau
perdarahan hebat (Obstetri Patologi, 2010). Nyeri punggung dan meningkatnya ukuran uterus
juga dapat menyebabkan terjadinya dispnea dan inidigesti yang cukup parah (Williams,
2001).
Penyulit pada bayi yang meningkatkan terjadinya morbiditas (angka serangan
penyakit yang terjadi pada bayi dan selama kehamilan) serta mortalitas (kematian) pada bayi
kembar, yaitu Akardius Amorfus yaitu kondisi dimana salah satu dari bayi ganda mati atau
perkembangannya hanya menyerupai segumpal daging akibat dari salah satu jantung salah
satu seorang anak ganda lebih kuat dibanding yang lain (Patologi Kebidanan,2010).
Intrauterine Growth Restriction atau IUGR (kondisi di mana berat bayi lebih kecil
dibandingkan jumlah usia bulan), amniotic fluid infections (infeksi cairan ketuban),
hipertensi, dan large placental infarcts (gangguan pasokan darah dari plasenta yang
menyebabkan sel-sel mati) (Kompas, 2011).
Kembar siam juga merupakan salah satu penyulit pada kehamilan ganda hal ini
disebabkan oleh tidak lengkapnya pembelahan ovum yang telah difertilisasi, hal ini terjadi
pada satu dari 50.000 kelahiran dan lebih dari setengah kasus kembar siam ini lahir dalam
keadaan mati (Myles, 2009). Letak bayi pada kehamilan ganda juga bisa menjadi penyulit
bagi kelahiran bayi ganda (Patologi Kebidanan, 2010). Meskipun uterus mengalami
pembesaran dan distensi, janin tetap memilki mobilitas yang lebih sedikit dari seharusnya.
Kedua janin tersebut saling menghambat gerakan masing-masing yang dapat menyebabkan
terjadinya malpresentasi (Myles, 2009). Berbagai kombinasi letak, presantasi dan posisi bisa
terjadi. Yang paling sering di jumpai adalah kedua janin dalam letak membujur, presentasi
kepala (44-47%), letak membujur, presentasi kepala bokong, ( 37-38%), keduanya presentasi
bokong (8-10), letak lintang dan presentasi kepala ( 5-5,3%), letak lintang dan presentasi
bokong ( 1,5-2%), dua-duanya letak lintang (0,2-0,6%), letak dan presentasi 69 adalah
letak yang berbahaya, karena dapat terjadi kunci-mengunci (Interlocking) (Mochtar,2000).
Dalam kasus kehamilan kembar perawatan ekstra dengan pengawasan dan perhatian
khusus perlu dilakukan bila diinginkan hasil yang memuaskan bagi ibu dan janin, terutama
diadakan pencegahan terhadap pre-eklamsia dan eklamsia, partus prematurus dan anemia
yang dapat mengakibatkan kematian pada ibu dan janin. Salah satunya yaitu dengan
perawatan prenatal yang baik untuk mengenal dan mencegah komplikasi yang timbul pada
ibu maupun bayi (Khanzima,2008). Oleh karena itu berdasarkan dari uraian di atas penulis
ingin meneliti bagaimanakah pengalaman ibu hamil dengan kehamilan ganda?

You might also like