Professional Documents
Culture Documents
Sesak dapat terjadi akibat terganggunya pertukaran udara dalam tubuh terutama akibat
peradangan di sitem pernapasan dan ditemukan pada penyakit yang lanjut dengan
kelainan paru yang cukup luas
Penurunan berat badan merupakan gejala umum yang sering dijumpai pada TB paru
pada anak. Umumnya pasien TB anak mempunyai status gizi kurang atau bahkan gizi
buruk.
Adanya riwayat kontak dengan paman penderita yang batuk lama tinggal beda rumah
namun sering berkunjung dan berinteraksi dengan penderita. Penularan TB paru pada
anak terjadi secara droplet biasanya dari orang dewasa yang sakit TB paru dengan
BTA positif
Bakteri ini cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup
berbulan-bukan ditempat yang gelap dan lembab.
Objektif
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan :
Kesadaran
RR
: 30 x/menit
Temp. axilla
: 38C
Status Gizi :
-
Mata
Paru-paru : Gerakan dinding dada kanan dan kiri simetris, retraksi (+) intercostae, vocal
fremitus paru kanan bawah lebih lemah, perkusi : ICS II-V Dextra : Sonor, ICS VI-VII :
redup, ICS II-VII Sinistra : Sonor
Auskulasi :
vesikular
vesikular
vesikular
vesikular
vesikular melemah
vesikular
Rhonki + + Wheezing - + +
+ +
- - -
Ekstremitas : Akral hangat, CRT 2 detik, tidak ada pembengkakan pada tulang dan sendi,
tidak terdapat nodul pada kulit
Status Neurologis : dalam batas normal
Dari hasil pemeriksaan penunjang didapatkan :
Pasien MRS
O2 Nasal kanul 2 lpm
Infus D5 NS 600 cc/24 jam
Injeksi Ceftriaxon 2 x 350 mg
Injeksi Mikaject 2 x 50 mg
Injeksi Paracetamol 3 x 75 mg
Injeksi Ranitidin 2 x 10 mg
FDC 1 x 1 tablet per oral
Nebul PZ 3 x 2 cc/ hari
Oksigen nasal kanul 2 lpm untuk mencukupi kebutuhan oksigen ke otak mencegah
hipoksia
Maintenance cairan D5 NS 600cc/ 24 jam. Hal ini untuk memberikan kebutuhan
glukosa, cairan, dan elektrolit pada pasien yang ketika sakit asupannya tidak
terpenuhi.
Perkiraaan kebutuhan cairan :
Berat badan 10 kg pertama : 100 cc/kgBB/hari x 6,4 kg = 640 cc, karena anak
masih dapat makan minum dengan baik dan pada pemeriksan fisik didapatkan ronkhi
pada seluruh lapang paru jadi 600 cc/24 jam telah mencukupi.
Dosis Ceftriaxone 20-80 mg/kgBB. Antibiotik Ceftriaxone merupakan golongan
Sefalosporin yang efektif terhadap kuman gram negatif maupun positif. Antibiotik
diberikan merujuk pada nilai leukositosis dan peningkatan nilai neutrofil akibat
infeksi bakteri.
Dosis Mikaject 15 mg/kgBB/hari diberikan setiap 12 jam. Antibiotik
mikaject
Edukasi
Kepada orangtua pasien
pada fase pengobatan intensif dan setiap bulan pada fase lanjutan.
Makan makanan bergizi yang banyak mengandung karbohidrat dan protein, konsul ke
bagian gizi. Senantiasa memantau kondisi pasien semakin membaik atau tidak setiap
harinya.
Menyarankan seluruh anggota keluarga dalam satu rumah dan paman pasien untuk
berobat ke puskesmas untuk mengetahui sumber penularan infeksi dan memutus
Prognosis :
Ad Vitam : Ad bonam
Ad Functionam : Dubia ad bonam
Ad Sanactionam : Dubia ad bonam
Dari sistem scoring diperoleh total skor 9 sehingga pasien harus ditatalaksana sebagai
pasien TB dan mendapat Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Pengobatan TB dibagi
menjadi dua fase yaitu fase intensif (dua bulan pertama) dan dilanjutkan dengan fase
lanjutan/sterilisasi (empat bulan atau lebih). Pemberian panduan obat ini bertujuan
untuk mencegah terjadinya resistensi obat dan untuk membunuh kuman intraselular
dan ekstraselular, sedangkan pemberian obat jangka panjang bertujuan selain untuk
membunuh kuman juga untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kekambuhan.
Susunan panduan OAT pada anak adalah 2RHZ/4RH yaitu pada fase intensif terdiri
dari Isoniazid (H), Rifampisin (R) dan Pirazinamid (Z) yang diberikan setiap hari
selama 2 bulan (2 RHZ) dan fase lanjutan yang terdiri dari Rifampisin (R) dan
Isoniazid (H) yang diberikan setiap 4 hari selama 4 bulan.
Isoniazid (H)
Bersifat tuberkulostatik dan tuberkulosid, dan efek bakterisidnya hanya terlihat pada
kuman yang sedang tumbuh aktif. Mempunyai 2 efek toksik utama yaitu hepatotoksik
dan neuritis perifer.
Rifampisin (R)
Bersifat bakterisid pada intra sel dan ekatra sel, dapat memasuki semua jaringan, dan
dapat membunuh kuman semidorman yang tidak dapat dibunuh oleh isoniazid.
Rifampisin diabsorpsi dengan baik melalui sistem gastrointestinal pada saat perut
sedang kosong. Efek sampingnya
perubahan warna urine, ludah, keringat, sputum, dan air mata berwarna orange
kemerahan, serta menyebabakan gangguan gastrointestinal.
Pirazinamid (Z)
Derivat dari nikotinamid, berpenetrasi baik pada jaringan dan cairan tubuh termasuk
CSS, bakterisid hanya pada intra selpada suasana asam,dan diresorbsi baik pada
saluran cerna. Pengguanaan pirazinamid aman pada anak.
Evaluasi Hasil Terapi
Penilaian hasil terapi dilakukan baik dengan evaluasi klinis, laboratorium maupun
radiologis, namun dasar utama evaluasi terapi adalah keadaan klinis pasien. Terapi TB
yang berhasil berdampak nyata pada keadaan klinis pasien. Pasien akan meningkat
nafsu makannya, berat badan naik secara bermakna dan pasien menjadi lebih jarang
sakit. Keluhan klinis seperti demam dan batuk juga akan menghilang.
Sejak terdiagnosis hingga mendapatkan terapi yaitu sekitar 10 hari, penderita
memperlihatkan perbaikan secara klinis berupa hilangnya demam, berkurangnya
batuk, batuk sudah tidak disertai dengan adanya darah dan perbaikan nafsu makan.
Prognosis
Prognosis tergantung pada faktor deteksi dini, pengobatan yang efektif dan
komplikasi yang ada. Prognosis pada kasus ini adalah dubia ad bonam karena
penderita dapat terdeteksi sebelum mengalami komplikasi berat seperti adanya
deformitas tulang, gangguan neurologis dan lain-lain. Diharapkan selain kepatuhan
pengobatan
penderita,
penyembuhan penderita.
adanya
penanganan
gizi
dapat
mendukung
proses