You are on page 1of 25

Konsep negara, bangsa dan warganegara

NEGARA
DEFINISI NEGARA
1.
Roger H Soltau:
The state is an agency or authority managing or controlling these (common) affairs on behalf of and in the
name of community)
2.
Harold J.Laski:
Negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat
memaksa dan yang secara sah lebih agung daripada individu atau kelompok yang merupakan bagian
masyarakat
3.
Max Weber:
The state is a human society that (succesfully) claims the monopoly of the legitimate use of physical force
within a given territory
4.
Robert Mc. Iver:
Negara adalah suatu asosiasi yang menyelenggarakan penertiban dalam suatu masyarakat di suatu
wilayah dengan berdasarkan sistim hukum yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang untuk
maksud tersebut diberi kekuasaan memaksa.
DEFINISI UMUM:
Ada banyak definisi tentang Negara antara lain:
1.
Negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah (governed) oleh sejumlah
pejabat, yang berhasil menuntut dari warganegaranya ketaatan pada peraturan perundang-undangan
melalui penguasaan yang monopolistis dan syah
2.
Negara adalah suatu organisasi dari sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang
bersama-sama mendiami satu wilayah tertentu dan mengikuti adanya satu pemerintahan yang
mengurus tata tertib serta keselamatan kelompok manusia tersebut
3.
Negara adalah suatu perserikatan yang melaksanakan suatu pemerintahanmelalui hukum yang
mengikat masyarakat dengan kekuasaan untuk memaksa demi ketertiban social. Masyarakat ini berada
dalam suatu wilayah tertentu yang membedakannya dari kondisi masyarakat lain di luarnya

a.

1.

UNSUR NEGARA
Unsur Negara dapat dibedakan dalam 2 sifat:
1.
Unsur yangbersifat konstitutif ( dari bahasa Perancis constituer yang berarti membentuk) yaitu
unsur pembentuk negara yaitu: rakyat, wilayah, pemerintahan yang berdaulat) de facto.
2.
Unsur yang bersifat deklaratif : konstitusi, tujuan negara, pengakuan negara lain dsb de yure.
Dengan demikian unsur negara meliputi:
1. Wilayah
Darat, laut, udara
2. Rakyat/penduduk
Sekumpulan orang yang telah sadar bernegara dan menempati wilayah tertentu
3. Pemerintah
Badan yang berfungsi dan mengurus negara
4. Kedaulatan
Wewenang/kekuasaan tertinggi untuk membuat undang-undang dan melaksanakannya dengan berbagai
cara (internal souvereignity
5. Pengakuan internasional (deklaratif)
Diakui oleh negara lain baik de facto maupun de yure (External souvereignity)-Unsur sekunder
SIFAT NEGARA
Memaksa
Agar peraturan perundang-undangan ditaati (tertib)
Memakai kekerasan fisik secara legal

2. Monopoli
Menetapkan tujuan bersama masyarakat
Suatu aliran yang bertentangan dengan tujuan bersama dilarang.
3. Mencakup semua
Semua peraturan perundang-undangan berlaku untuk semua
Mencegah pembiaran seseorang/kelompok berada di luar ruang lingkup aktivitas negara
TUJUAN DAN FUNGSI NEGARA
TUJUAN NEGARA
ROGER H. SOLTAU
Memungkinkan rakyatnya berkembang serta menyelenggarakan daya ciptanya sebebas mungkin.
2. HAROLD J LASKI
Menciptakan keadaan dimana rakyatnya dapat mencapai/terkabulnya keinginan mereka secara maksimal
3. PEMBUKAAN UUD 1945
Mewujudkan Negara Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, adil dan makmur.
1.

a.
b.
c.
d.

FUNGSI NEGARA
1.
Melaksanakan penertiban (law and order)
Capai tujuan bersama
Cegah konflik
Stabilisator
2.
Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya
Negara sejak abad ke 20
3.
Pertahanan
Menhadapi invasi negara lain
4.
Menegakkan keadilan
Melalui badan peradilan
Dalam Pembukaan UUD 1945 fungsi Negara dimuat dalam Alinea IV:
Melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
Memajukan kesejahteraan umum
Mencerdaskan kehidupan bangsa
Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.
TEORI TERJADINYA NEGARA
1.
Teori kenyataan
Kenyataan kehidupan masyarakat berkembang dan setelah syarat tertentu terpenuhi, timbullah Negara.
2.
Teori Ketuhanan
Negara terjadi karena kehendak Tuhan YME
3.
Teori Perjanjian atau teori volunte general
Teori ini dikemukakan oleh J.J. Rousseau dan Thomas Hobbes. Menurut teori ini Negara terjadi karena
masyarakat mengadakan kesepakatan/ perjanjian/kontrak untuk membentuk Negara guna menjaga dan
melindungi kepentingan individu mereka. Negara diserahi wewenag untuk mengatur ketertiban dan
keamanan.
4.
Teori Penaklukan
Kelompok menaklukan kelompok lain (pemberontakan, revolusi, peleburan)
5.

Teori Kekuatan

Kelompok kuat menaklukan membuat hukum


6.
Teori garis keturunan
Perkembangan keluarga menjadi besar - negara
7.
Teori Organis
Negara dianalogikan sebagai manusia (Pem adalah Tulang, UU adalah Syaraf, Kep.Neg adalah Kepala,
Masyarakat adalahDaging)
Negara juga mengalami siklus kehidupan yaitu: lahir, tumbuh, mati
8.
Teori Alamiah (Hegel)
Negara terjadi sebagai hasil perkembangan akal budi, manuia semakin beradab. Oleh karena itu
manusia sebagai warganegara yang beradab secara moral tunduk kepada Negara.
9.
Teori Filosofis
Negara terjadi karena adanya renungan filosofis bahwa memang selayaknya negara itu ada.
10.
Teori Historis/teori evolusi
Negara/lembaga negara tumbuh secara evolusioner, tidak dengan sengaja.
Negara terjadi secara sosiologis dari keluarga menjadi masyarakat dan akhirnya menjadi Negara.
11.
Proses terbentuknya negara di zaman moderen
Dalam realitanya negara terbentuk karena peleburan (fusi), pemisahan, penaklukan dan pendudukan
atas negara atau wilayah yang belum ada pemerintahan sebelumnya.
12.
Terbentuknya negara Indonesia.
a. Keyakinan filsafati bangsa Indonesia menyatakan banhwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa.
(Alinea I)
b. Bangsa Indonesia berjuang dengan segala pengorbanan dan tanpa mengenal menyerah dalam jangka
waktu yang lama untuk mewujudkan negara Indonesia yang merdeka, berdaukat, bersatu adil dan
makmur (Alinea II Pembukaan UUD 1945)
c. Perjuangan itu mendapat rakhmat Allah Yang Maha Esa.(Alinea III)
d. Bangsa Indonesia membentuk NKRI melalui Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945
PROSES MENEGARA BANGSA INDONESIA
Awal abad 20 tumbuh kesadaran bangsa Indonesia (pluralistis multidimensional) untuk bersatu
membentuk nation Indonesia [ Boedi Oetomo]
2. 28 oktober 1928 melalui sumpah pemuda, bangsa Indonesia mengikrarkan diri sebagai satu kesatuan
bangsa tanpa menghilangkan keanekaragamannya, yang memiliki budaya nasional yang antara lain
dinyatakan dalam bahasa kesatuan yaitu bahasa Indonesia
3. Teori umum: setiap bangsa atas kesadarannya berhak menentukan nasib sendiri untuk merdeka dan
bernegara
1.

PROSES MENEGARA BANGSA INDONESIA DITINJAU DARI PEMBUKAAN UUD 1945


A. Alinea Pertama UUD 1945 Menjelaskan:
1.
Terjadinya Negara Republik Indonesia atas dasar kesadaran bahwa kemerdekaan adalah hak
segala bangsa dan penjajahan hrus dihapuskan karena bertentangan dengan perikeadilan dan
perikemanusiaan
2.
Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak boleh ada eksploitasi antar
sesama manusia, harus berperikemanusiaan dan berperikeadilan.
3.
Kemerdekaan adalah hak segala bangsa, namun perbedaan ideologi menimbulkan perbedaan
konsep bernegara, karena itu perlu difahami pemikiran filosofis makna kemerdekaan sesuai ideologi
Bangsa Indonesia (freedom and independent)

B. Alinea Kedua Pembukaan Uud 1945


1.
Terjadinya NKRI adalah kehendak seluruh bangsa bukan kehendak dari satu golongan tertentu
saja
2.
Terjadinya Negara Indonesia melalui perjuangan panjang yang semuanya berperan dalam
membentuk nilai dasar tentang negara yang dicita-citakan.
3.
Proklamasi kemerdekaan telah mengantar Bangsa Indonesia ke depan gerbang kemerdekaan
dengan terbentuknya NKRI yang telah memiliki wilayah, pemerintahan dan bangsa, namun tujuan
perjuangan yang sebenarnya masih terus harus diperjuangkan yaitu : Negara Indonesia Yang Merdeka,
Berdaulat, Bersatu, Adil Dan Makmur
C. Alinea Ketiga Pembukaan Uud 1945
1. Menunjukkan religiusitas Bangsa Indonesia yaitu keimanan dan ketakwaan Bangsa Indonesia kepada
Tuhan YME.
2. Unsur ini dijabarkan dalam pokok pikiran keempat pembukaan UUD 1945 yang menyatakan: negara RI
berdasarkan Ketuhanan YME dan pelaksanaannya didasarkan pada kemanusiaan yang adil dan
beradab
3. UUD mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara memelihara budi pekerti yang luhur,
dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
D. Alinea Keempat Pembukaan Uud 1945
1. Menjelaskan bahwa pemerintahan negara yang dibentuk Bangsa Indonesia adalah pemerintahan yang
demokratis
2. Dasar negara Pancasila
1.
2.
3.

TEORI MODEREN
Setiap bangsa menuntut suatu wilayah sebagai wilayah negaranya
Setiap pemerintahan (negara) menuntut hanya bangsa tertentu saja yang menjadi warganegaranya.
Suatu negara harus diproklamirkan agar memperoleh pengakuan internasional
DE JURE UUD 1945 DISAHKAN TANGGAL 18 AGUSTU 1945
DE FACTO NKRI SUDAH LAHIR SEJAK 17 AGUSTUS 1945

BANGSA
PENGERTIAN:
Konsep bangsa (nation) memiliki dua (2) pengertian yaitu bangsa dalam arti sosiologis antropologis dan
bangsa dalam arti politis (Badri Yatim, 1999), Dalam istilah laincultural unity dan political unity (AT
Soegito, 2004)
1. Bangsa dalam pengertian arti sosiologis antropologis (cultural unity) adalah persekutuan hidup
masyarakat yang berdiri sendiri yang masing-masing anggota persekutuan hidup tersebut merasa satu
kesatuan ras, bahasa, agama dan adat istiadat. Jadi mereka menjadi satu bangsa karena disatukan oleh
kesamaan ras, budaya, keyakinan, bahasa , keturunan dan sebagainya. Contoh ; bangsa Kasmir, bangsa
Yahudi, bangsa Kurdi, bangsa Jawa, bangsa Batak,
2. Bangsa dalam pengertian politik (political unity) adalah suatu masyarakat dalam suatu daerah yang sama
dan mereka tunduk kepada kedaulatan negaranya sebagai suatu kekuasaan tertinggi ke luar dan ke
dalam. Bangsa dalam arti politik adalah bangsa yang sudah bernegara. Contoh; bangsa Indonesia,
bangsa India, bangsa Jerman
TEORI PERTUMBUHAN BANGSA
1.
Ernest Renan (1823 1892), menyatakan bahwa bangsa adalah sekelompok manusia yang
memiliki kehendak untuk bersatu sehingga merasa dirinya satu, le desire detre ensemble. Faktor utama
yang membentuk suatu bangsa adalah kehendak untuk bersatu membentuk bangsa.
2.
Otto Bauer (1881 1934 ) mengartikan bahwa bangsa adalah Eine nation ist eine aus
schikalgemeinschaft erwachene characterhemeinschaft. Otto Bauer menitikberatkan pengertian bangsa
dari sudut karakter atau perangai sekelompok manusia yang menjadi jati dirinya. Karakter ini tercermin
dalam sikap dan prilaku warga-bangsa, dan menjadi cirri khas suatu bangsa yang membedakannya

dengan bangsa lain. Karakter terbentuk berdasarkan pengalaman sejarah budaya bangsa yang tumbuh
dan berkembang bersama dengan tumbuh-kembangnya bangsa ybs.
3.
Teori geopolitik. Menurut teori ini factor geografilah yang merupakan factor utama pembentuk
bangsa. Dunia terdiri dari wilayah-wilayah yang terpisah oleh samudra yang luas, gunung yang tinggi,
padang pasir dsb, yang memisahkan penduduk yang tinggal di satu di wilayah dengan penduduk yang
tinggal di wilayah lain, sehingga terbentuklah suatu kesatuan yang kemudian membentuk bangsa.
PROSES PEMBENTUKAN NEGARA BANGSA
Dikenal adanya dua proses pembentukan bangsa negara yaitu model ortodoks dan model mutakhir. (R
Surbakti 1999).
1. Model ortodoks bermula dari adanya suatu bangsa terlebih dahulu untuk kemudian bangsa itu
membentuk satu negara
2. Model mutakhir berawal dari adanya negara terlebih dahulu, yang terbentuk melalui proses tersendiri,
sedangkan penduduk negara merupakan sekumpulan suku bangsa dan ras
Model ortodoks menghasilkan bangsa negara yang relatif homogen. Contoh Israel. Model mutakhir
menghasilkan bangsa negara yang relatif heterogen Contoh INDONESIA

WARGANEGARA
Warganegara: warga suatu negara yang ditetapkan undang-undang
Kewarganegaraan: hal-hal yang berkaitan dengan hubungan antara negara dengan warga negara yang
mengakibatkan adanya hak dan kewajiban dari kedua belah pihak.
Pewarganegaraan: tatacara bagi orang asing untuk memperoleh kewarganegaraan melalui permohonan
ASAS KEWARGANEGARAAN:
1.
Asas perkawinan
a.
Asas persamaan hukum
Asas ini menekankan bahwa suami istri hendaknya tunduk pada hukum yang sama, karena itu suami istri
tidak boleh memiliki kewraganegaraan yang berbeda, salah satu dari mereka hendaknya menyesuaikan
diri dengan kewarganegaraan istri/suami.
b.
Asas persamaan derajat
Asas ini menekankan bahwa suami dan istri memiliki derajat yang sama, karena itu mereka juga memiliki
hak yang sama dalam menentukan kewarganegaraan mereka. Mereka berhak untuk memiliki
kewrganegaraannya masing-masing.
2.
Asas kelahiran
a.
Ius sanguinis ( law of the blood)
Asas ini menekankan bahwa kewaeganegaraan seseorang ditentukan berdasar garis keturunan.
b.
Ius soli (law of the soil)
Asas ini menekankan bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasar tempat/Negara dimana ia
dilahirkan.
WARGANEGARA INDONESIA:
Yang menjadi warganegara Indonesia adalah bangsa Indonesia asli dan bangsa asing yang disahkan
dengan undang-undang sebagai warganegara
Kewarganegaraan Indonesia hanya dapat diperoleh berdasarkan persyaratan yang berdasarkan UU
kewarganegaraan
ASAS KEWARGANEGARAAN INDONESIA:
1.
Ius sanguinis
a.
Ayah dan ibu warganegara Indonesia
b.
Ayah warganegara Indonesia, ibu asing
c.
Ibu warganegara Indonesia, ayah asing
d.
Ibu warganegara Indonesia, ayah tak punya kewarganegaraan
e.
Anak dari ibu Indonesia diluar perkawinan yang sah.
f.
Anak ibu WNA, diakui ayah Indonesia sebelum umur 18 th

2.
Ius soli secara terbatas
a.
Lahir di Indonesia tidak jelas status kewarganegaraan ortu.
b.
Lahir di Indonesia, ortunya tidak diketahui
c.
Lahir di Indonesia ortu tidak punya kewarganegaraan
2
Asas kewrganegaraan tunggal
3
Asas kewarganegaraan ganda terbatas
a.
Anak lahir di luar Indonesia, dari ortu Indonesia, negara tempat kelahiran memberi
kewarganegaraan anak tsb
b.
Anak WNI, diluar perkawinan syah, belum 18th,belum kawin diakui ayahnya yang
berwarganegara asing
c.
Anak WNI, belum 5th, diangkat secara sah sebagai anak oleh WNA.
d.
Hanya sampai 18th/sudah kawin.
KEWARGANEGARAAN
Kewarganegaraan adalah hubungan antara warganegara dengan Negara sehingga timbul hak dan
kewajiban pada kedua belah pihak.
Hubungan antara warganegara dengan Negara dapat bersifat:
1.
Emosional
Hubungan ini berbentuk nilai yang tumbuh dalam masyarakat:
a.
Bangga terhadap negara.
b.
Cinta terhadap negara.
c.
Rela berkorban bagi negara.
2.
Formal.
Hubungan ini memerlukan memerlukan pengetahuan antara lain:
a.
Ilmu politik
b.
Ketatanegaraan
c.
Sejarah perjuangan bangsa
d.
Pendidikan kewarganegaraan.
3.
Fungsional

Hubungan ini menggambarkan peran dan fungsi warganegara dalam kehidupan bermasyarakat
berbangsa dan bernegara, serta partisipasi mereka dalam bidang kehidupan politik, ekonomi, sos

dentitas nasional atau jati diri suatu bangsa (tanah tumpah darah mereka sendiri), pada
hakekatnnya merupakan penjelasan tentang nilai nilai budaya yang tumbuh dan berkembang di
dalam aspek kehidupan suatu bangsa. Bagi saya, identitas berarti ciri ciri, sifat khas yang

melekat pada suatu hal sehingga menunjukan suatu keunikan serta membedakan dengan hal hal
lain. Sedangkan nasional berasal dari kata nation yang memiliki arti bangsa menunjukan
kesatuan komunitas sosio-kultural serta memiliki semangat, cita cita, tujuan, dan ideologi
bersama. Untuk lebih memahami tentang identitas bangsa indonesia adalah selalu menjunjung
nilai nilai bangsa indonesia sekaligus memunculkan rasa kebangsaan, dan semangat
kebangsaan yang sangat diperlukan untuk membangun serta memantapkan persatuan dan
kesatuan bangsa.
Sejarah Budaya Bangsa Sebagai Akar Identitas Nasional
Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang. Berdasarkan
kenyataan objektif tersebut maka untuk memahami jati diri bangsa Indonesia serta identitas
nasional tidak dapat dipisahkan dengan akar budaya yang mendasari identitas nasional Indonesia
yang dimulai sejak zaman Kutai, Sriwijaya, Majapahit, serta kerajaan lainnya.
Nilai nilai esensial yang terkandung dalam pancasila yaitu: Ketuhanan, Kemanusiaan,
Persatuan, Kerakyatan dan keadilan dalam kenyataannya telah dimiliki bangsa Indonesia sejak
zaman dahulu kala sebelum terbentuk negara.
Proses terbentuknya bangsa dan negara Indonesia melalui suatu tahapan sejarah yang cukup
panjang yaitu sejak jaman kerajaan kerajaan pada abad ke-IV kemudian dasar dasar
kebangsaan mulai timbul pada abad ke-VII yaitu ketika timbulnya kerajaan Sriwijaya dibawah
wangsa syailendra di Palembang, kemudian kerajaan Majapahit di JawaTimur. Proses
terbentuknya nasionalisme yang berakar pada budaya ini menurut Yamin diistilahkan sebagai
faseter terbentuknya nasionalisme lama, dan oleh karena itu secara objektif sebagai dasar
identitas nasionalisme Indonesia adalah dasar pembentukan nasionalisme modern yang dirintis
oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia antara lain oleh angkatan 1908, kemudian angkatan
sumpah pemuda 1928, dan akhirnya pada 1945. Oleh karena itu, akar nasionalisme Indonesia
yang berkembang dalam prespektif sejarah sekaligus juga merupakan unsur dari identitas
nasional.
Menghadapi Identitas Nasional
Mengapa selama ini masyarakat indonesia masih bingung dengan identitas bangsannya. Menurut
analisis saya pertama tama kita sebagai bangsa indonesia harus memahami moto nasional kita
sebagai bangsa indonesia Bhineka Tunggal Ika atau kesatuan dalam keragaman. Hal ini
dicptakan oleh para pemimpin publik yang baru diproklamasikan pada tahun 1945 dan tantangan
politik adalah sebagaimana benar mencerminkan hari iniseperti yang lebih dari 50 tahun yang
lalu, karena meskipun setengah abad menjadi bagian dari indonesia yang merdeka telah
menimbulkan perasaan yang kuat tentang identitas nasional di lebih dari 13.000 pulau pulau
yang membentuk kepulauan, banyak kekuatan lain yang masih menarik negara terpisah.
Patriotisme adalah suatu tindakan rela berkorban dalam membela negara melalui profesinya
masing-masing. Sikap Patriotisme dapat diwujudkan dengan cara:

Menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
Membina persatuan dan kesatuan bangsannya.
Menjaga nama baik bangsa dan negara di mata dunia.
Berani minta maaf dan memaafkan.
Belajar dengan sungguh sungguh.

1.
2.
3.
4.

Secara luas nasionalisme menyatakan patriotisme yang merupakan prinsip moral yang
mengandung kecintaan seseorang terhadap negaranya.
Faktor pendukung
Lahirnnya identitas nasional suatu bangsa tidak dapat di lepaskan dari dukungan faktor objektif ,
yaitu faktor faktor yang berhubungan dengan geografis-ekologis dan demografis, dan faktor
subjektif yaitu faktor faktor histories, politik, sosial, dan kebudayaan yang dimiliki bangsa
tersebut.
Kondisi geografis-ekologis yang membentuk indonesia sebagai daerah kepulauan yang
beriklim tropis dan terletak di persimpangan jalan komunikasi antar wilayah dunia di Asia
Tenggara ikut mempengaruhi perkembangan kehidupan demografis, ekonomis, sosial, dan
kultural bangsa indonesia. Selain itu, faktor histories yang dimiliki indonesia ikut mempengaruhi
proses pembentukan masyarakat dan bangsa indonesia beserta identitasnnya, melalui interaksi
dari berbagai faktor yang ada di dalamnnya, hasil interaksi tersebut melahirkan proses
pembentukan masyarakat, bangsa, dan negara beserta identitas bangsa indonesia.
Pencarian identitas nasional bangsa indonesia pada dasarnya melekat erat dalam buah
pikiran masyarakat indonesia, dan sebagai atribut terbentuknnya masyarakat dan bangsa baru
atau indonesia modern, baik bercorak tradisional maupun colonial oleh karena itu pembentukan
persoalan lainnya yang berkaitan dengan dimensi sosial, kultural, ekonomi maupun politik.
Pancasila Sebagai Kepribadian Dan Identitas Nasional
Bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa dari masyarakat Internasional, memiliki sejarah dan
prinsip dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa bangsa lain di dunia.
Prinsip prinsip perumusan ditemukan oleh para pendiri bangsa diangkat dari pandangan bangsa
Indonesia yang kemudian di abstraksikan menjadi suatu prinsip dasar filsafat Negara yaitu
Pancasila.
Pancasila dikatakan bahwa sebagai dasar filsafat bangsa dan Negara pada hakikatnya bersumber
pada nilai nilai budaya dan keagamaan yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai kepribadian
bangsa.
Bentuk Bentuk Identitas Nasional
Dasar dasar falsafah negara yaitu pancasila.
Semboyan negara ialah Bhineka Tunggal Ika.
Lambang negara ialah Garuda Pancasila.
Lagu kebangsaan yaitu Indonesia Raya.

5. Bendera negara yaitu Sang Merah Putih.


Nilai Nilai Yang Dapat Merusak Kepribadian Bangsa
Adapun beberapa nilai nilai yang tidak sesuai atau berlebihan yang dapat merusak kepribadian
bangsa yang harus kita tolak, misalnya :

Sekularisme, yaitu paham atau pandangan falsafah yang berpendirian bahwa moralitas
tidak perlu didasarkan pada ajaran agama.

Individualisme, yaitu sikap yang mementingkan kepentingan sendiri

Hedonisme, yaitu paham yang melihat bahwa kesenangan atau kenikmatan menjadi
tujuan hidup dan tindakan manusia

Materialisme, yaitu sikap yang selalu mengutamakan dan mengukur segala sesuatu
berdasarkan materi. Hubungan batiniah tidak lagi menjadi bahan pertimbangan dalam hubungan
antar manusia

Ekstremisme, yaitu pikiran atau tindakan seseorang yang melampaui batas kebiasaan atau
norma norma yang ada dan berlaku di suatu tempat

Chauvinisme, yaitu paham yang mengagung agungkan bangsa sendiri dan


merendahkan bangsa lain

Elitisme, yaitu sikap yang cenderung bergaya hidup berbeda dengan rakyat kebanyakan

Konsumenisme, yaitu paham atau gaya hidup menganggap barang barang sebagai
ukuran kebahagiaan dan kesenangan

Diskriminatif, yaitu sifat seseorang yang suka membeda bedakan antar yang satu
dengan lainnya

Glamoristik, yaitu sikap atau gaya hidup suka menonjolkan kemewahan.


Hemat saya bagaimana kita bisa mengakui menjadi warganegara Indonesia jika kita tidak
mengetahui dan memahami mengenai Identitas Nasional dari bangsa kita. Setiap orang memiliki
Identitas pribadinya. Begitu juga dengan Negara kita agar negara kita tidak dicemooh oleh
bangsa lain. Identitas Nasional Indonesia dapat terbentuk dari masyarakatnya. Banyak keunikan
keunikan yang bangsa kita miliki dan dapat memancarkan jati diri bangsa ini.
Dengan keunikan inilah, Indonesia menjadi suatu bangsa yang tidak dapat disamakan
dengan bangsa lain dan itu semua tidak akan pernah lepas dari tanggung jawab dan perjuangan
dari warga Indonesia itu sendiri untuk tetap menjaga nama baik bangsanya. Tidak ada lagi sikap
dan rasa tidak bangga menjadi warganegara Indonesia. Oleh sebab itu, Identitas Nasional ini
perlu dibangkitkan dan dipertahankan kembali.
Sumber bacaan

: www.KabarIndonesia.co.id

AdabeberapafaktoryangmenyebabkanlahirnyanasionalismeIndonesia.Secaraumumbisadikelompokkan
menjadidua,yaitufaktoryangberasaldaridalamdanluar.Faktordaridalamantaralainsebagaiberikut.

Seluruh Nusantara telah menjadi kesatuan politik, hukum, pemerintahan, dan berada di bawah
kekuasaankolonialBelanda.IronisnyaadalaheksploitasiBaratitujustrumampumenyatukanrakyat
menjadisenasibsependeritaan.

Munculnyakelompokintelektual sebagaidampaksistempendidikan Barat.Kelompokinilah yang


mampu mempelajari beragam konsep Barat untuk dijadikan ideologi dan dasar gerakan dalam
melawankolonialismeBarat.

Beberapa tokoh pergerakan mampu memanfaatkan kenangan kejayaan masa lalu (Sriwijaya,
Majapahit,danMataram)untukdijadikanmotivasidalambergerakdanmeningkatkanrasapercaya
dirirakyatdidalamberjuangmenghadapikolonialismeBarat.

Kondisiitulahyangmampumemompahargadiribangsauntukbersatu,bebas,danmerdekadaripenjajahan.
Meskipun begitu, harus diakui bahwa munculnya kesadaran berbangsa itu juga merupakan dampak tidak
langsung dari perluasan kolonialisme. Oleh karena itu, para mahasiswa yang menjadi penggerak utama
nasionalismeIndonesiabisadisebutsebagaitokohpenggerakdarimasyarakat.
Faktordariluarantaralainsebagaiberikut.

AdanyaAllIndianNationalCongress1885danGandhiismediIndia.

Adanya kemenangan Jepang atas Rusia (1905), yang menyadarkan dan membangkitkan bangsa
bangsaAsiauntukmelawanbangsabangsaBarat.

MunculnyapahampahambarudiEropadanAmerikayangmasukkeIndonesia,seperti:liberalisme,
demokrasi,nasionalisme;yangkesemuanyamempercepatlahirnyaNasionalismeIndonesia.

NasionalismeIndonesiamunculsebagaireaksidarikondisisosial,politik,danekonomiyangditimbulkanoleh
adanyakolonialisme.Olehkarenaitu,gerakannasionalismepadaawalabadXXtidakbisadipisahkandari
praktik kolonialisme sebab keduanya merupakan hubungan sebab akibat. Hanya saja, pada tahap awal
nasionalismeberkembangpadatingkateliteyaitukelompokbangsawanterpelajar.
Merekalah yang mulamula memiliki kesadaran adanya diskriminasi kehidupan bangsa dan berusaha
mencarikan jawabannya.Bentukgerakannya memilikicorakyangberagammulaidariyangbersifat etnis,

kultural, hingga nasional. Itulah latar belakang munculnya nasionalisme Indonesia. Meskipun banyak
mengadopsinilaidanpengertiandariluar,tetapinasionalismeIndonesiatetapmemilikispesifikasitersendiri.

ETAHANAN NASIONAL

1.
PENGERTIAN
Ketahanan Nasional merupakam kondisi dinamis suatu bangsa yang berisikan keuletan dan ketangguan yang
mengandung kemempuan mengembangkan kekuatan nasional. Kondisi dinamis tersebut pencapainya di
upayakan melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan kehidupan nasional.
Kesejahteraan yang hendak dicapi digambarkan sebagi keamanan bangsa untuk menumbuhkan serta
mengembangkan perangkat nilai nasionalnya guna mewujudkan kemakmura yang adil dan merata.
Sedangkan keamanan yang hendak diwujudkan adalah keamanan bangsa dalm melindungi perangkat nilai
nasionalnya terhadapancaman internal maupun eksternal dan kemampuan untuk lebih mengembangkannya.
2.
SIFAT
KETAHANAN
NASIONAL
A.
Manunggal
Antara TRIGATRA (aspek alamiah) dan PANCAGATRA (aspek social). Sifat intergratip tidak dapat diartikan
pencampuradukan semua aspek social (bukan unifikasi) tetapi integrasi dilaksanakan secara serasi dan
selaras.
B.
Mawas
ke
Dalam
Ketahanan Nasional terutama diarahkan kepada diri bangsa dan Negara itu sendiri, karena bertujuan
mewujudkan hakekat dan sifat nasionalnya sendiri. Hal ini tidak berarti bahwa yang dianut adalah sikap
isolasi atau nasionalisme sempit. Sikap Mawas ke dalam dan hybungan intarnasional yang dipelihara,
memeberikan
kepada
ketahanan
Nasional
impact
dan
effek
ke
luar.
C.
Kewibawaan
Ketahanan Nasional sebagai hasil pandangan yang bersifat MANUNGGAL tersebut mewujudkan
kewibawaan nasional yang harus diperhitungkan oleh pihak lain dan mempunyai daya pencegah (deterrent).
Makin
tinggi
tingkat
kewibawaan
makin
besar
daya
pencegah
tersebut.
D.
Berubah
Menurut
waktu
Kethanan Nasional suatu bangsa tidaklah tetap adanya. Ia dapat meningkatkan atau menurunkan dan
bergantung kepada situas dan kondisi bangsa itu sendiri. Ini sesuai dengan pengertian bahwa segala sesuatu
di
dunia
ini
senantiasa
berubah
dan
bahwa
perubahan
itu
sendiri
berubah.
E. Ketahanan Nasional (National Resilience) tidak Membenarkan sikap adu Kekuasaan dan adu Kekuatan
Konsepsi Ketahanan Nasional dapat dipandang sebagai suatu alternative dari pada konsepsi yang
mengutamakan penggunaan adu kekuasaan dan adu kekuatan (power politics) yang masih dianut oleh
negara-negara maju pada umumnya. Kalau konsep adu kekuasaan dan adu kekuatan (power politics)
bertumpuh pada kekuatan fisik maka sebaliknya ketahanan Nasional tidak mengutamakan kekuatan fisik dan
memanfatkan daya dan kekuatan lainnya, seperti kekuatan moral yang ada pada suatu bangsa, Ketahanan
Nasional mementingkan konsultasi dan saling menghargai di dalam pergaulan hidup manusia dan sebaliknya
menjahui antagonisme dan konfrontasi.
3.
PENGERTIAN
BEBERAPA
ISTILAH
A.
Ketangguan
Kondisi
yang
mampu
memikul
beban
serta
sanggup
dan
tahan
akan
penderitaan.
B.
Keuletan
Suatu
kondisi
atau
sikap
pantang
menyerah
dalam
meriah
suatu
citi-citanya.
C.
Ancaman
Suatu keadaan atau hal yang bertujuan untuk merombak atau merubah tatanan pemerintash yang sah
secara
konsepsional.
D.
Gangguan
Suatu keadaan atau hal yang datang dari luar maupun yang timbul dari dalam yang bertujuan untuk
menghalangi
atau
melemahkan
secara
keadaan
non
konsepsional.
E.
Hambatan
Suatu keadaan yang timbul dari dalam yang bertujuan umtuk menghalangi atau melemahkan secara
keadaan
non
konsepsional.
F.
Tantangan
Sesuatu
yang
menggugah
kemampuan
untuk
melakukan
suatu
kegiatan.
G.
Integritas
Satuan yang menyeluruh dalam segla aspek kehidupan dalam masyarakat baik social, alamiah, potensiil
maupun
fungsionail.
H.
Identitas
Ciri khas suatu bangsa yang diantaranya meliputi wilayah, suku-suku bangsa, ideology, sejarah, pemerintah
dan tujuan nasionalnya serta peranan yang dimainkan di dalam dunia internasional.

4.
KONSEP
DASAR
KETAHANAN
NASIONAL
A.
ASTRAGATRA
Manusia sebagai salah satu jenis mahluk Tuhan pertama-tama berusaha mempertahankan eksistensi dan
kelangsungan hidupnya (survival). Dalam rangka tersebut ia memenui keperluan hidunya dari yang paling
pokok sampai yang mutakhir, baik bersifat materi maupun jiwaan, untuk keperluan tersebut manusia hidup
berkelompok (homosocius) dan memperkaya diri dengan alat peralatan penolong (homo sapiens) serta
menghuni
suatu
wilayah
dan
kekuasaan
(zoon
politicon).
Secara antropologi budaya maka manusia merupakan mahluk Tuhan yang sempurna karena pada manusia
selain kehidupan ia mempunyai kemampuan berfikir serta ketrampilan dan karnanya lahirlah manusia
budaya atau manusia berbudaya. Sebagai manusia budaya ia mengadakan hubungan dengan alam
sekitarnya di dalam usaha eksistensi dan kelangsungan hidupnya. Kita mengenal hubungan tersebut sebagai
berikut
:
1)
Manusia

Tuhan

Agama
atau
kepercayaan
2)
Manusia

cita-cita

Ideologi
3)
Manusia

kekuatan
atau
kekuasaan

politik
4)
Manusia

pemenuhan
kebutuhan

Ekonomi
5)
Manusia

Manusia

Sosial
6)
Manusia

Rasa
keindahan

kesenian
(Kebudayaan
Sempit)
7)
Manusia

Rasa
aman

HANKAM
8) Manusia Penguasaan atau Pemanfaatan Alam dan IPTEK
Kehidupan
Nasioanal
dapat
dibagi
dalam
beberapa
aspek
sebai
berikut
:
1)
Aspek
Alamiah
(TRIGATRA)
yang
meliputi
:
a).
Letak
Kedudukan
Geografi
Negara.
b).
Keadaan
dan
Kekayaan
Alam.
c).
Keadaan
dan
Kemampuan
Penduduk.
2)
Aspek
Sosial
(PANCAGATRA)
yang
meliputi
:
a).
Ideologi
b).
Politik
c).
Ekonomi
d).
Sosial-Budaya
e).
Militer
atau
HANKAM
Antara TRIGATRA dan PANCAGATRA serta antar gatra itu sendiri terdapat hubungan timbale balik yang erat
yang lazim dinamakan korelasi dan interdependensi. Oleh karena itu TRIGATRA dan PANCAGATRA merupakan
suatu kesatuan yang bulat dan dinamakan ASTRAGATRA.
B.
Penjelasan
Tiap-Tiap
Gatra
di
Dalam
ASTRAGATRA
1)
TRIGATRA
a).
Letak
Geografi
Negara
Dari data tentang letak geografis suatu Negara dapat diketahui tempatnya diatas bumi yang memeberikan
gambaran tentang bentuk kedalam dan bentuk keluarnya. Bentuk kedalam menampakkan corak wujud dan
tata susunan kedalam dan dari bentuk keluar dapat diketahui situasi dan kondisi lingkungan serta hubungan
timbale
balik
antara
Negara
dan
lingkungannya.
Bentuk Negara menurut letaknya dapat dibagi dalam Negara yang berada di daratan, di lautan atau di
dalam
lingkungan
daratan
dan
lautan.
Pengaruh letak geografis, istilah archipelago atau kepulauan mengandung pengertian tentang bentuk
geografis dan terbatas pada territoir (political boundaries) seperti telah disepakati di dalam hubungan antara
Negara dewasa ini. Ke dalam sebagai kesatuan laut dengan berapa pulau di dalamnya dan bukan sebaliknya,
yaitu berapa pulauyang dikelilingi oleh laut (air). Ke luar menunjukan keserba terhubungan dengan
lingkungannya, seperti halnya posisi tiap subyek terhadap lingkungannya. Keserba terhubungan tersebut
memepengarui kehidupan bangsa yang mendiami kepulauan itu baik kedalam maupun keluar. Keluar
memberikan suasana kepada hubungan lingkungan, baik yang bersifat kawasan, mandala maupun global.
Sesuai dengan kodrat maka wilayah lingkungan tersebut senantiasa mengarah pengintegrasian yang
disesuikan
dengan
perkembangan
integrasi
kehidupan
sosialnya.
Geopolitik dan Geostrategi, pengaruh letak geografi terhadap politik melahirkan geopolitik serta
geostrategi dan kita kenal beberapa Wawasan Nasional disebabkan karena pengaruh tersebut. Kita kenal
Wawasan benua, Wawasan samudra, Wawasan benua samudra (kombinasi) dan Wawasan dirgantara.
Indonesia berpendapat bahwa pemganutan terhadap salah satu Wawasan saja tidak memadai dan bersifat
rawan serta tidak kekal. Oleh karena itu maka pemanfaatan tanah, air dan ruang yang berintegrasikan

dengan anasir social secara serentak di dalam kerangka dan tata susunan yang serasi dan seimbang dinamis
dapat menunjang penyelenggaraan dan peningkatan Ketahanan Nasiomal.
b).Keadan
dan
Kekayaan
Alam
Hidup berkembang biak dan mempertahankan diri denagan cara memanfaatkan alam dan kekayaan yang
didapatkan di tanah airnya merupakan naluri dan fungsi utama semua mahluk Tuhan.
Kekayaan alam adalah segala sumber dan potensi alam yang didapatkan diatas permukaan serta di dalam
bumi
dan
laut
yang
berda
di
wilayah
kekuasaan
atau
ridiksi
suatu
Negara.
Pola Dasar, Berdasar azas maximal, lestari dan budaya saing maka setiap bangsa wajib menyusun
kebijaksanaan dan peraturan tentang pengamanan penggunaan sumber alam seefisien mungkin agar
memberikan kemanfaatan optimal bagi nusa dan bangsa. Menyusun pola penglolahan sumber alam yang
didasarkan baik pada prinsip kesejahteraan maupun keamanan. Mengembangkan ilmu pemgetahuan dan
teknologi pemanfaatan kekayaan alan seoptimal mungkin. Membina kesadaran nasional untuk pemanfaatan
kekayaan alam, mengadakan program pembangunan serasi, mengadakan pembentujan modal cukup,
menciptakan daya beli atau konsumsi cukup, baik di dalam maupun di luar negeri.
c).
Keadaan
dan
Kemampuan
Penduduk
Pengertian, penduduk adalah manusia yang mendiami suatu tempat atau wilayah yang termasuk di dalam
masalah
penduduk
ialah
:Soal
Jumlah,
Komposisi
dan
penyebaran
penduduk.
Faktor Penduduk yang Mempengaruhi Ketahanan Nasional, Jumlah penduduk berubah karena kematian,
kelahiran, pendatang baru dan orang yang meninggalkan wilayahnya sehingga terjadilah mortalitas, fertilitas
dan migrasi.
d).
Faktor
yang
Mempengaruhi
Penyebaran
Penduduk
Penyebaran penduduk ideal adalah penyebaran yang sekaligus dapat memenuhi persyaratan kesejshteraan
dan keamanan yaitu penyebaran merata.
2).
PANCAGATRA
a).
Ketahanan
di
bidang
Ideologi
Suatu bangsa memerlukan landasan falsafah bagi kelangsungan hidupnya yang sekaligus berfungsi sebagai
dasar dan cita-cita atau tujuan nasional yang hendak dicapai. Falsafah tersebut dapat diberikan istilah lain
misalnya ideologi, falsafah Negara, pandangan hidup dan pandangan dunia, rukun Negara, landasan ideal
dan
sebagainya.
b).
Ketahanan
di
bidang
Politik
Diartikan sebagai kondisi dinamik suatu bangsa, berisikankeuletan dan ketangguan yang mengandung
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, di dalam menghadapi dam mengatasi segala tantangan,
ancaman, hambatan serta gangguan baik dari dalam maupundari luar yang langsung maupun yang tidak
langsung
menbahayakan
kelangsungan
kehidupan
politik
bangsa
dan
Negara.
c).
Ketahanan
di
bidang
Ekonomi
Ekonomi adalah segala kegiatan pemerintah dan masyarakat di dalam pengolahan factor produksi yaitu
bumi, sumber daya alam, tenaga kerja, modal, teknologi dan manajemen di dalam produksi serta distribusi
barang dan jasa demi kesejahteraan rakyat baik fisik materiil maupun mental spiritual.
Ketahanan dibidang Ekonomi diartikan sebagai kondisi dinamik suatu bangsa yang berisikan keuletan dan
ketangguan yang mengandung kemempuan mengembangkan kekuatan nasional di dalam menghadapi dan
mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan serta gangguan baik dari dalam maupundari luar yang
langsung maupun yang tidak langsung menbahayakan kelangsungan kehidupan Ekonomi bangsa dan
Negara.
d).
Ketahanan
di
bidang
Sosial-Budaya
istilah social-budaya di dalam ilmu pengetahuan menunjuk kepada dua segi utama dari kehidupan
bersama
manusia
yaitu
segi
kemasyarakatan
dan
segi
kebudayaan.
Ketahanan dibidang social-budaya diartikan sebagai kondisi dinamik suatu bangsa yang berisikan keuletan
dan ketangguan yang mengandung kemempuan mengembangkan kekuatan nasional di dalam menghadapi
dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan serta gangguan baik dari dalam maupundari luar
yang langsung maupun yang tidak langsung menbahayakan kelangsungan kehidupan social-budaya bangsa
dan
Negara.
e).
Ketahanan
di
bidang
Pertahanan
Keamanan
Pertahanan Keamanan adalah daya upaya rakyat semesta dengan Angkatan bersenjata sebagai inti dan
merupakan salah satu fungsi utama pemerintah Negara di dalam rangka menegakkan Ketahanan Nasional
dengan tujuan mencapai keamanan bangsa dan Negara serta keamanan perjuangan. Dilaksanakan dengan

menyusun, mengarahkan dan menggerakan seluruh potensi dan kekuatan masyarakat di seluruh bidang
kehidupan
nasional
secara
terintegrasikan
dan
terkoordinasikan.

Faktor
yang
mempengaruhi
Ketahanan
Nasional
di
bidang
HANKAM
Doktrin, Wawasan Nasional dam Sistem HANKAM
Doktri HANKAM merupakan azas dan pedoman perwujudan system pertahanan keamanan dengan
pembidangan
sebagai
berikut
:
1.
Masalah
Pertahanan
terhadap
Invasi
dari
Luar.
2.
Masalah
Pemeliharaan
Keamanan
dalam
Negeri.
3. Masalah Akibat Perang Dingin misalnya Psywar, subversi, infiltrasi, sabotage, spionase.
4.
Masalah
Perwujudan
dan
Pemeliharaan
Kestabilan
serta
keamanan
wilayah.
5. Masalah Partisipasi Angkatan Bersenjata di luar bidang HANKAM.

Di era modern, geopolitik suatu bangsa sering terdangkalkan bahkan ada yang dinihilkan dengan
doktrin-doktrin global seperti kebebasan, demokrasi, profesionalisme, globalisasi, HAM dan lainnya.
Ia dituduh sebagai aliran pemikiran bidang pertahanan, dianggap hanya sekedar domain militer saja.
Inti tujuannya mungkin agar tercitra bahwa geopolitik kini sudah tidak relevan lagi di era globalisasi,
terutama bagi fungsi atau institusi non militer.
Teori Machinder, Guilford dan lainnya tentang geopolitik sebenarnya hanya meramu atau mempeta
kawasan berdasar kekayaan minyak, oleh karena dari aspek histori ilmu, geopolitik adalah realitas
politik semenjak Adam turun ke bumi. Perselisihan antara Habil dan Qabil pada awal kehidupan
tempo doeloe merupakan contoh realitas politik yang tak boleh dipungkiri siapapun. Bahkan segala
bentuk peperangan di era Firaun, atau sejak zaman Babylonia, Romawi, Perang Dunia, atau konflikkonflik di berbagai negara baik yang vertikal maupun bersifat horizontal serta modus dan methode
kolonialisme ataupun imperialisme gaya baru di masa kini, disebabkan karena kepentingan
geopolitik. Contoh aktual ialah Syria. Negeri ini meski tak kaya minyak seperti Lybia, Irak, atau Arab
Saudi namun diperebutkan berbagai adidaya dunia semata-mata karena geopolitic pipeline serta
geostrategic possition.
Geopolitik Indonesia
Indonesia memiliki geopolitik yang strategis dalam interaksi global, selain posisinya di antara dua
samudera dan dua benua yang merupakan peluang betapa besar peran yang bisa dimainkan di
panggung internasional, juga memiliki kekayaan alam (SDA) beraneka lagi melimpah ruah. Tetapi
bangsa ini tidak mampu mengelola secara tepat dan baik letak ke-strategis-an posisi dan
kekayaan SDA yang dimiliki. Mungkin hanya di era BK, Indonesia mampu mengelola geopolitiknya.

Makanya ia menggempur Belanda di Irian Barat dan mempermainkan Amerika Serikat. BK


memahami jika Irian Barat lepas maka Biak akan dijadikan pangkalan militer terbesar di Asia Pasifik,
dan nisaya bakal mengancam kedaulatan Indonesia yang baru tumbuh. Kemenangan atas Irian
Barat merupakan kemenangan atas kedaulatan modal terbesar Indonesia. Di wilayah barat memiliki
lumbung minyak Sumatera, Jawa dan Kalimantan, sementara di Irian Barat ada gas dan emas.
Indonesia bersiap menjadi negara paling kuat di Asia.
Sumatera adalah salah satu bukti nyata. Pulau di sebelah barat Indonesia ini tak sekadar cerita
tentang pulau emas, eksotisme alam liar nan indah atau kemashyuran Sriwijaya. Secara geopolitik
Sumatera ini sejatinya sangat strategis, namun celakanya banyak orang Indonesia sendiri yang tidak
menyadarinya. Sumetara adalah tempat pertama sekaligus terakhir di Asia Tenggara yang
ditemukan dunia perjalanan internasional (Baca Sumetara Tempo Doeloe, dari Marcopoli sampai
Tan Malaka, Anthony Reid, ed).
Sebagai semacam barikade yang dihadapkan pada titik-titik masuk maritim ke Asia bagian timur,
Sumatera adalah tempat pendaratan pertama di bidang pelayaran. Emas dari rangkaian
pegunungannnya, lalu kapur barus dari hutan-hutannnya, menarik para pedagang dari seluruh dunia
menuju magnet Suvarna dvipa-Tanah Emas. Bukan itu saja. Beberapa jejak peninggalan tertua dari
pengaruh India, Arab, dan Cina di Asia Tenggara dapat ditemukan di Sumatera. Luar biasa!
Deli, di Sumatera Timur, sekadar ilustrasi yang lain lagi. Jika kita menelisik ke 1919, Tan Malaka
dalam autobiografinya Dari Penjara ke Penjara, sudah melukiskan Deli sebagai tanah emas, surga
buat kaum kapitalis. Di perbatasan Deli dengan Aceh, terdapat minyak tanah yang berpusat di
Pangkalan Brandan, Pangkalan Susu, dan Perlak.
Bahkan, di perbatasan Deli dengan Aceh terdapat besi. Seperti di Singkep, Bangka dan Belitung, di
Jambi sendiri terdapat timah. Bauksit di Riau dan Alumunium terdapat di Asahan, Deli. Bahkan jika
dihubungkan dengan arang di Sawahlunto dan airmancur Sungai Asahan, yang punya kodrat nomor
2 atau nomor 3 di dunia, maka bumi dan air Deli sekitarnya dapat mengadakan perindustrian berat
apapun juga. Apalagi kalau nanti dapat diperhubungkan lagi dengan logam besi, timah, dan lain lain
dari tanah.
Kalau kita mempelajari dan menyerap apa yang menjadi ketahanan budaya dan ketahanan nasional
negara-negara lain, Iran bisa kita jadikan contoh nyata yang paling actual. Betapa kesadaran dan
wawasan geopolitik dan geostrategi para elit pemerintahan di Iran, merupakan salah satu faktor
kebangkitan Iran sebagai kekuatan yang patut diperhitungkan oleh negara-negara adidaya seperti
Amerika Serikat, Uni Eropa, Rusia dan Cina.
Dengan segala kelebihan serta keterbatasannya mampu memaksimalkan peran geopolitik dalam
perpolitikan global. Setidak-tidaknya ancaman penutupan Selat Hormuz oleh Ahmadinejad dalam
psy war kemarin telah membuat kekhawatiran para adidaya dunia, terutama bagi jajaran negara
yang sangat tergantung dari dinamika selat tersebut. Ini cuma sekilas contoh, betapa dahsyat

pemanfaatan geopolitik suatu bangsa bila dikelola secara baik, bahkan dapat dijadikan geopolitic
weapon.
Sebagaimana diurai di atas, ilmu dan wawasan geopolitik di republik tercinta ini terdangkalkan
bahkan terabaikan, sehingga bangsa ini tak mampu mensyukuri, menikmati dan mengelola karunia
Tuhan Yang Maha Esa sehingga rakyat sebagai pemilik kedaulatan justru termarginal dalam
kelimpahan rahmat-Nya.
Tatkala abai terhadap geopolitik, para elit pun seperti kehabisan waktu dan energi berdebat kesanakemari dalam derivatif berbagai paradigma serta teori sosial politik yang sebenarnya telah
dihegemoni oleh kepentingan asing. Terjebak gegap diskusi pada tataran permukaan malah
melupakan hal-hal yang tersirat, apalagi membahas yang di bawah permukaan. Nonsense. Bahwa
debatisasi berbagai elemen bangsa kini diduga kuat telah dirajut oleh asing dan kaum komprador
menjadi industri demokrasi dengan berbagai manufaktur dan fabrikasi, seperti perbedaan
pendapat, demonstrasi, ego sektoral, konflik, parlemen jalanan dan lainnya.
Maka inilah kemenangan wilayah simbol-simbol (kulit) namun tersungkur di ruang hakiki (substansi).
Lembaga pendidikan dan pusat kajian dipompa hanya sekedar mengejar gelar serta status sosial
dengan paradigma dan teori yang telah dikendalikan, berputar-putar dalam isue serta terminologi
rekayasa (demokrasi, HAM, lingkungan dll) yang berpihak kepada kepentingan luar tetapi nihil
terhadap historisme yang mutlak harus dipikul dan menjadi tanggung jawab sejarah, sosial dan
realitas politik terutama bagi kepentingan nasional saat ini.
Dangkalnya Kesadaran dan Wawasan Geopolitik, Mudah Masuk Perangkap Skema Kepentingan
Strategis Asing
Sebagai contoh sederhana ialah maraknya berbagai konflik di tanah air sesungguhnya tak boleh
dilepas dari hipotesa sebagai hajatan asing dalam rangka protection oil flow atau blockade
somebody else oil flow. Pola yang lazim digunakan oleh kolonialisme ialah menghadirkan pasukan
multinasional melalui resolusi PBB dengan alasan HAM dan kemanusiaan, lalu dikeroyok ala NATO
seperti Libya atau berujung referendum sebagaimana terjadi di Sudan, Timor Timur dan lainnya.
Itulah potensi yang bakal terjadi di republik ini, sementara para elit bangsa sibuk dengan dinamika
di permukaan namun melupakan what lies beneath the surface (apa yang terkandung di bawah
permukaan). Sekali lagi, lupa geopolitik ialah awal bercokolnya permain

HUBUNGAN NEGARA HUKUM DENGAN DEMOKRASI Hubungan antara negara hukum


dengan demokrasi dapat dinyatakan bahwa negara demokrasi pada dasarnya adalah negara
hukum. Namun, negara hukum belum tentu negara demokrasi. Negara hukum hanyalah satu
ciri dari negara demokrasi. Franz Magnis Suseno (dalam Dwi Winarno, 2006) menyatakan
adanya 5 gugus ciri hakiki dari negara demokrasi. Kelima ciri tersebut adalah : 1) negara
hukum; 2) pemerintahan di bawah kontrol nyata masyarakat; 3) pemilihan umum yang bebas;
4) prinsip mayoritas; dan 5) adanya jaminan terhadap hak-hak demokratis. Berdasarkan
sejarah, tumbuhnya negara hukum, baik formal maupun materiil bermula dari gagasan
demokrasi konstitusional, yaitu negara demokrasi yang berdasar atas konstitusi. Gagasan
demokrasi konstitusional abad ke-19 menghasilkan negara hukum klasik (formil) dan gagasan
demokrasi konstitusional abad ke-20 menghasilkan Rule of Law yang dinamis (negara hukum
materiil)
HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan
yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Sebagai warga negara
yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia tanpa membeda-bedakan status,
golongan, keturunan, jabatan, dan lain sebagainya.
Melanggar HAM seseorang bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Hak asasi
manusia memiliki wadah organisasi yang mengurus permasalahan seputar hak asasi manusia
yaitu Komnas HAM. Kasus pelanggaran ham di Indonesia memang masih banyak yang belum
terselesaikan / tuntas sehingga diharapkan perkembangan dunia ham di Indonesia dapat
terwujud ke arah yang lebih baik. Salah satu tokoh ham di Indonesia adalah Munir yang tewas
dibunuh di atas pesawat udara saat menuju Belanda dari Indonesia.
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah dan setiap orang,
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia (Pasal 1 angka 1 UU No. 39
Tahun 1999 tentang HAM dan UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM).
Hak-hak Asas Manusia umumnya dipahami sebagai hak-hak yang dimiliki setiap manusia. Konsep
HAM mengakui bahwa setiap manusia berhak menikmati hak asasinya tanpa memandang
perbedaan ras, warna kulit, gender, bahasa, agama, politik atau pendapat lainnya, kebangsaan
atau asal usul sosial, kekayaan, keturunan atau status lainnya. Hak-hak asasi manusia secara
hukum dijamin dengan Hukum HAM yang melindungi individu-individu atau kelompok dari
tindakan-tindakan yang melanggar kebebasan dasar serta harkat dan martabat manusia. Hukum
HAM tersebut dituangkan ke dalam perjanjian kesepakatan, hukum kebiasaan internasional,
sekumpulan prinsip dan sumber-sumber hukum lainnya. Hukum HAM di satu sisi dapat
mengharuskan negara untuk melakukan tindakan tertentu dan di sisi lain melarang pemerintah
untuk melakukan tindakan tertentu. Namun demikian, hukum tidak membentuk HAM. HAM
adalah hak dasar yang dimiliki oleh setiap individu karena dia manusia. Kesepakatan dan
sumber-sumber hukum lainnya umumnya bertujuan melindungi secara formal hak-hak individu

dan kelompok dari tindakan pemerintah baik tindakan yang menekan maupun tindakan yang
mengabaikan yang mempengaruhi pelaksanaan HAM.
Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang dimiliki manusia. Hak dasar ini bersifat universal,
berlaku dimana saja, kapan saja, dan untuk siapa saja. Hak asasi manusia tidak tergantung dari
pengakuan manusia lain, masyarakat lain, atau bahkan negara lain. Hak asasi diperoleh manusia
dari penciptanya, yaitu Tuhan dan merupakan hak yang tidak dapat diabaikan. Pada setiap hak
melekat kewajiban. Karena itu, selain ada hak asasi manusia, ada juga kewajiban asasi manusia

Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia (Internasional dan Nasional)

abstrak : para pakar eropa berpendapat bahwa lahirnya HAM didasari pada lahirnya Magna
Charta, yang kemudian di ikuti dengan lahirnya Bill of Rights yang perkembangannya lebih
konkret. Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan munculnya The American
Declaration of Independence yang lahir dari paham Roesseau dan Montesqueu. Selanjutnya
pada tahun 1789 lahirlah The French Declaration, dimana hak-hak yang lebih rinci lagi
melahirkan dasar The Rule of Law. Keberadaan HAM di Indonesia sebenarnya sudah lama
ada, Sebagai contoh, HAM di Sulawesi Selatan telah dikenal sejak lama, kemudian ditulis dalam
buku-buku adat (Lontarak), namun hal ini kurang diperhatikan karena sebagian ahli hukum
Indonesia sendiri agaknya lebih suka mempelajari teori hukum Barat.
keyword : hak asasi manusia, sejarah perkembangan, sejarah perkembangan HAM
internasional, sejarah perkembangan HAM nasional, dan Human Rights.

SEJARAH PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA INTERNASIONAL

Pada umumnya para pakar Eropa berpendapat bahwa lahirnya HAM dimulai dengan lahirnya
Magna Charta pada tahun 1215 di Inggris. Magna Charta antara lain mencanangkan bahwa raja
yang tadinya memiliki kekuasaan absolut (raja yang menciptakan hukum, tetapi ia sendiri tidak
terikat pada hukum), menjadi dibatasi kekuasaannya dan mulai dapat dimintai
pertanggungjawaban di muka umum. Dari sinilah lahir doktrin raja tidak kebal hukum lagi dan
mulai bertanggungjawab kepada hukum. Sejak itu mulai dipraktekkan kalau raja melanggar

hukum harus diadili dan harus mempertanggungjawabkan kebijakasanaannya kepada parlemen.


Jadi, sudah mulai dinyatakan dalam hukum bahwa raja terikat kepada hukum dan
bertanggungjawab kepada rakyat, walaupun kekuasaan membuat Undang-undang pada masa itu
lebih banyak berada di tangan raja. Dengan demikian, kekuasaan raja mulai dibatasi sebagai
embrio lahirnya monarkhi konstitusional yang berintikan kekuasaan raja sebagai simbol belaka.
Lahirnya Magna Charta ini kemudian diikuti oleh perkembangan yang lebih konkret,
dengan lahirnya Bill of Rights di Inggris pada tahun 1689. Pada masa itu mulai timbul
adagium yang intinya adalah bahwa manusia sama di muka hukum (equality before the
law). Adagium ini memperkuat dorongan timbulnya negara hukum dan demokrasi.
kemudian berkembang lagi dengan lahirnya teori Roesseau (tentang contract
social/perjanjian masyarakat), Motesquieu dengan Trias Politikanya yang mengajarkan
pemisahan kekuasaan guna mencegah tirani, John Locke di Inggris dan Thomas
Jefferson di Amerika dengan hak-hak dasar kebebasan dan persamaan yang
dicanangkannya.
Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan munculnya The American Declaration of
Independence yang lahir dari paham Roesseau dan Montesqueu. Mulailah dipertegas bahwa
manusia adalah merdeka sejak di dalam oerut ibunya, sehingga tidaklah logis bila sesudah lahir,
ia harus dibelenggu.
Selanjutnya pada tahun 1789 lahirlah The French Declaration, dimana hak-hak yang lebih
rinci lagi melahirkan dasar The Rule of Law. Antara lain dinyatakah tidak boleh ada
penangkapan dan penahanan yang semena-mena, termasuk ditangkap tanpa alasan yang sah dan
ditahan tanpa surat perintah yang dikeluarkan oleh pejabat yang sah. Dinyatakan
pulapresumption of innocence, artinya orang-orang yang ditangkap kemudian ditahan dan
dituduh, berhak dinyatakan tidak bersalah sampai ada keputusan pengadilan yang berkekuatan
hukum tetap yang menyatakan ia bersalah. Dipertegas juga dengan freedom of expression (bebas
mengelaurkan pendapat), freedom of religion (bebas menganut keyakinan/agama yang
dikehendaki), the right of property (perlindungan terhadap hak milik) dan hak-hak dasar lainnya.
Perlu juga diketahui The Four Freedoms dari Presiden Roosevelt yang dicanangkan pada tanggal
6 Januari 1941, dikutip dari Encyclopedia Americana, p.654 tersebut di bawah ini :
"The first is freedom of speech and expression everywhere in the world. The second is freedom
of every person to worship God in his own way-every where in the world. The third is freedom
from want which, translated into world terms, means economic understandings which will secure
to every nation a healthy peacetime life for its inhabitants-every where in the world. The fourth is
freedom from fear-which, translated into world terms, means a worldwide reduction of
armaments to such a point and in such a through fashion that no nation will be in a position to
commit an act of physical agression against any neighbor-anywhere in the world."
Semua hak-hak ini setelah Perang Dunia II (sesudah Hitler memusnahkan berjuta-juta manusia)
dijadikan dasar pemikiran untuk melahirkan rumusan HAM yang bersifat universal, yang
kemudian dikenal dengan The Universal Declarationof Human Rights yang diciptakan oleh PBB
pada tahun 1948.

SEJARAH PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA NASIONAL

Deklarasi HAM yang dicetuskan di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 10


Desember 1948, tidak berlebihan jika dikatakan sebagai puncak peradaban umat manusia setelah
dunia mengalami malapetaka akibat kekejaman dan keaiban yang dilakukan negara-negara Fasis
dan Nazi Jerman dalam Perang Dunia II.
Deklarasi HAM sedunia itu mengandung makna ganda, baik ke luar (antar negara-negara)
maupun ke dalam (antar negara-bangsa), berlaku bagi semua bangsa dan pemerintahan di
negara-negaranya masing-masing. Makna ke luar adalah berupa komitmen untuk saling
menghormati dan menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan antar negara-bangsa, agar
terhindar dan tidak terjerumus lagi dalam malapetaka peperangan yang dapat menghancurkan
nilai-nilai kemanusiaan. Sedangkan makna ke dalam, mengandung pengertian bahwa Deklarasi
HAM sedunia itu harus senantiasa menjadi kriteria objektif oleh rakyat dari masing-masing
negara dalam menilai setiap kebijakan yang dikelauarkan oleh pemerintahnya.
Bagi negara-negara anggota PBB, Deklarasi itu sifatnya mengikat. Dengan demikian setiap
pelanggaran atau penyimpangan dari Deklarasi HAM sedunia si suatu negara anggota PBB
bukan semata-mata menjadi masalah intern rakyat dari negara yang bersangkutan, melainkan
juga merupakan masalah bagi rakyat dan pemerintahan negara-negara anggota PBB lainnya.
Mereka absah mempersoalkan dan mengadukan pemerintah pelanggar HAM di suatu negara ke
Komisi Tinggi HAM PBB atau melalui lembaga-lembaga HAM internasional lainnya unuk
mengutuk bahkan menjatuhkan sanksi internasional terhadap pemerintah yang bersangkutan.
Adapun hakikat universalitas HAM yang sesungguhnya, bahwa ke-30 pasal yang termaktub
dalam Deklarasi HAM sedunia itu adalah standar nilai kemanusiaan yang berlaku bagi siapapun,
dari kelas sosial dan latar belakang primordial apa pun serta bertempat tinggal di mana pun di
muka bumi ini. Semua manusia adalah sama. Semua kandungan nilai-nilainya berlaku untuk
semua.
Di Indonesia HAM sebenarnya telah lama ada. Sebagai contoh, HAM di Sulawesi Selatan telah
dikenal sejak lama, kemudian ditulis dalam buku-buku adat (Lontarak). Antara lain dinyatakan
dalam buku Lontarak (Tomatindo di Lagana) bahwa apabila raja berselisih faham dengan Dewan
Adat, maka Raja harus mengalah. Tetapi apabila para Dewam Adat sendiri berselisih, maka
rakyatlah yang memustuskan. Jadi asas-asas HAM yang telah disorot sekarang, semuanya sudah
diterapkan oleh Raja-Raja dahulu, namun hal ini kurang diperhatikan karena sebagian ahli
hukum Indonesia sendiri agaknya lebih suka mempelajari teori hukum Barat. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa HAM sudah lama lahir di Indonesia, namun dalam perkembangannya
tidak menonjol karena kurang dipublikasikan.
Human Rights selalu terkait dengan hak individu dan hak masyarakat. Ada yang bertanya
mengapa tidak disebut hak dan kewajiban asasi. Juga ada yang bertanya mengapa bukan Social
Rights. Bukankan Social Rights mengutamakan masyarakat yang menjadi tujuan ?

Sesungguhnya dalam Human Rights sudah implisit adanya kewajiban yang harus memperhatikan
kepentingan masyarakat. Demikian juga tidak mungkin kita mengatakan ada hak kalau tanpa
kewajiban. Orang yang dihormati haknya berkewajiban pula menghormati hak orang lain. Jadi
saling hormat-menghormati terhadap masing-masing hak orang. Jadi jelaslah kalau ada hak
berarti ada kewajiban. Contoh : seseorang yang berhak menuntut perbaikan upah, haruslah
terlebih dahulu memenuhi kewajibannya meningkatkan hasil kerjanya. Dengan demikian tidak
perlu dipergunakan istilah Social Rights karena kalau kita menghormati hak-hak perseorangan
(anggota masyarakat), kiranya sudah termasuk pengertian bahwa dalam memanfaatkan haknya
tersebut tidak boleh mengganggu kepentingan masyarakat. Yang perlu dijaga ialah keseimbangan
antara hak dan kewajiban serta antara kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum
(kepentingan masyarakat). Selain itu, perlu dijaga juga keseimbangan antara kebebasan dan
tanggungjawab. Artinya, seseorang memiliki kebebasan bertindak semaunya, tetapi tidak
memperkosa hak-hak orang lain. Ada yang mengatakan bahwa pelaksanaan HAM di Indonesia
harus sesuai dengan latar belakang budaya Indonesia. Artinya, Universal Declaration of Human
Rights kita akui, hanya saja dalam implementasinya mungkin tidak sama dengan di negaranegara lain khususnya negara Barat yang latar belakang sejarah dan budayanya berbeda dengan
kita. Memang benar bahwa negara-negara di dunia (tidak terkecualai Indonesia) memiliki
kondisi-kondisi khusus di bidang politik, sosial, ekonomi, budaya dan lain sebagainya, yang
bagaimanapun, tentu saja berpengaruh dalam pelaksanaan HAM. Tetapi, tidak berarti dengan
adanya kondisi yang bersifat khusus tersebut, maka prinsip-prinsip mendasar HAM yang
universal itu dapat dikaburkan apalagi diingkari. Sebab, universalitas HAM tidak identik dengan
"penyeragaman". Sama dalam prinsip-prinsip mendasar, tetapi tidak mesti seragam dalam
pelaksanaan. Disamping itu, apa yang disebut dengan kondisi bukanlah sesuatu yang bersifat
statis. Artinya, suatu kondisi tertentu tidak dapat dipergunakan sebagai patokan mutlak. Kondisi
itu memiliki sifat yang berubah-ubah, dapat dipengaruhi dan diciptakan dari waktu ke waktu.
Sumber: Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia (Internasional dan
Nasional) http://manusiapinggiran.blogspot.com/2013/06/sejarah-perkembangan-hak-asasimanusia.html#ixzz3tdUwmnTO
Follow us: @fajar_berkata on Twitter

HAM di Indonesia bersumber dan bermuara pada Pancasila, yang artinya bahwa HAM adalah
menjadi jaminan filsafat yang kuat dari filsafat bangsa. Beberapa instrument HAM yang ada di
Indonesia antara lain yaitu Undang - Undang Dasar 1945, Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998
tentang Hak Asasi Manusia, Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
dan instrumennya yaitu Komisi Nasional Hak Asasi Manusia atau Komnas HAM . HAM dapat
meliputi Hak hak asasi pribadi (personal rights) yang meliputi kebebasan menyatakan pendapat,
kebebasan memeluk agama, dan kebebasan bergerak. Hak hak asasi ekonomi (property rights)
yang meliputi hak untuk memiliki sesuatu, hak untuk membeli dan menjual serta memanfaatkannya.
Hak hak asasi politik (political rights) yaitu hak untuk ikut serta dalam pemerintahan, hak pilih
(dipilih dan memilih dalam pemilu) dan hak untuk mendirikan partai politik. Hak asasi untuk

mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan ( rights of legal equality). Hak
hak asasi sosial dan kebudayaan ( social and culture rights). Misalnya hak untuk memilih pendidikan
dan hak untuk mengembangkan kebudayaan. Dan hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata
cara peradilan dan perlindungan (procedural rights). Misalnya peraturan dalam hal penahanan,
penangkapan, penggeledahan, dan peradilan. Namun seperti kita ketahui bersama, pelaksanaannya
masih sangat jauh dari apa yang diharapkan oleh semua rakyat Indonesia, masih banyak terjadi
pelanggaran - pelanggaran HAM yang terjadi di negeri kita ini baik itu atas nama negara atau
institusi tertentu .Namun apakah disengaja ataupun tidak , negara (dalam hal ini yaitu Komnas HAM)
sepertinya sangat lamban untuk mengungkap dan mengupas secara detail kasus kasus
pelanggaran HAM yang terjadi baik itu kasus yang disorot media ataupun yang tidak terlalu disorot .
Apalago disaat Orde baru berkuasa , terlalu banyak kasus kasus pelanggaran HAM yang belum
bisa terungkap dan tertutupi awal tebal oleh konspirasi pihak elite kekuasaan pada saat itu dan
diterusakan saat ini . Dimulai sejak Soeharto menjabat sebagai presiden sampai Soeharto lengser
dalam peristiwa Mei 1998 oleh para Mahasiswa banyak sekali peristiwa peristiwa atau kasus
kasus dilakukan pemerintah yang sangat melanggar HAM, beberapa contoh peristiwa atau kejadian
dari pelanggaran HAM yang dilakukan yaitu pada tahun 1965 dimana Penculikan dan pembunuhan
terhadap tujuh jendral Angkatan Darat dan Penangkapan, penahanan dan pembantaian massa
pendukung dan mereka yang diduga sebagai pendukung Partai Komunis Indonesia. Lalu dilanjutkan
pada tahun 1966, pada tahun ini terjadi penangkapan dan pembunuhan tanpa pengadilan terhadap
anggota anggota PKI yang masih terus berlagsung . Hal ini sangat melanggar HAM, namun
mengaa pemerintah seperti tidak tahu - menahu tentang hal tersebut, munkin pada saat itu ada
konfrontasi besar yang ingin dilakukan oleh Soeharto untuk mempertahankan kekuasaannya,
terbukti dengan konfrontasi itu Soeharto dapat memimpin Indonesia selama 36 tahun lamanya,
mungkin bila ada pemilihan siapa politikus paling pintar di Indonesia atau bahkan di Asia, Soeharto
lah orangnya, karena dia seolah memimpin Indonesia tanpa cacat di mata dunia. Benar memang
asa hukum retroaktif tidak dapat diterapkan, namun ini menyangkut kemashlahatan masyarakat kita
sendiri, terlebih untuk keluarga keluarga atau keturunan dari korban korban dari pelanggaran
HAM tersebut agar supaya mereka mendapatkan haknya yang direnngut pemerintah kembali.
Kembali ke masalah HAM di Indonesia, mengapa pelanggaran HAM di Indonesia masih saja terjadi
dari tahun ke tahun dan juga sampai saat ini masih sering terjadi pelanggaran HAM itu, apakah
pemerintah terlalu tegas menindak oknum atau institusi yang menentang kekuasaannya ataukah
memang masyarakat kita yang terlalu anarkis sehingga pemerintah terpaksa melakukan tindakan
progresif untuk mengendalikannya. Mungkin semua itu dapat kita kendalikan jika tidak ada tindakan
tindakan atau kebijakan kebijakan dari pemerintah yang memberatkan rakyat, karena biasanya
rakyat bertindak dikarenakan hal tersebut. Tidak akan ada suatu masyarakat menyerang atau
menuntut ke pemerintahannya jika tidak ada hal dasar yang melatarbelakanginya. Lalu bagaimana
cara untuk menekan pelanggaran HAM yang terjadi selama ini, mungkin salah satunya dengan cara
lebih mensaktikan lagi lembaga khusus Hak Asasi Manusia yang dimiliki pemerintah yaitu
KOMNASHAM (Komisi Nasional Hak Asasi Manusia), karena selama ini KOMNASHAM hanya dapat

memegang suatu kasus pelanggaran HAM sampai batas pengaduan kasus, penyelidikan kasus,
tanpa bias menghakimi siapa oknum oknum yang terlibat dalam kasus itu, alangkah baiknya jika
KOMNASHAM diberi wewenang untuk melaksanakan tindakan penghukuman atas oknum yang
terlibat dalam kasus tersebut. Memang akan butuh dana, butuh tenaga ahli untuk melaksanakannya,
namun bukankah rakyat Indonesia ini lebih dari cukup untuk melaksanakan tugas itu, saya yakin
bahwa rakyat Indonesia mampu untuk itu. Dan memang butuh proses panjang untuk melaksanakan
hal itu, butuh waktu yang mungkin lama untuk merekrut ahli ahli hokum diseluruh Indonesia ini
yang berkomitmen untuk mengamankan, mensejahterakan dan memajukan bangsa ini dibidang
Hak Asasi Manusia, butuh pejuang pejuang HAM layaknya Moenir. Perlu adanya Moenir Moenir
baru untuk bangsa kita ini. Dan sebagai mahasiswa yang dalam konotasinya adalah penyambung
lidah lidah rakyat, jangan sekali kali mengenal kata menyerah untuk memperjuangkan Hak hak
kita dan orang orang yang ada disekitar kita, agar kehidupan kita didunia ini lebih bermanfaat.
Mohamad Aunurrohim /aunurrohim Saya hanyalah seorang manusia kecil Selengkapnya... IKUTI
Memuat... 8 0 0 KOMPASIANA ADALAH MEDIA WARGA, SETIAP KONTEN DIBUAT OLEH DAN
MENJADI TANGGUN
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/aunurrohim/ham-diindonesia_552aa5f26ea834a97d552d03

Antara HAM dan demokrasi memiliki hubungan yang sangat erat. HAM tidak mungkin eksis di
suatu negara yang bersifat totaliter ( tidak demokratis ), namun sebaliknya negara

yang

demokratis pastilah menjamin eksistensi HAM. Suatu negara belum dapat dikatakan demokratis
apabila tidak menghormati dan melindungi HAM. Kondisi yang dibutuhkan untuk memperkokoh
tegaknya HAM adalah alam demokratis di dalam kerangka negara hukum ( rule of law state ).
Konsep negara hukum dapat dianggap mewakili model negara demokratis ( demokrasi ).
Implementasi dari negara yang demokratis diaktualisasikan melalui sistem pemerintahan yang
berdasarkan atas perwakilan ( representative government) yang merupakan refleksi dari
demokrasi tidak langsung. Menurut Julius Stahl dan A.V.Dicey suatu negara hukum haruslah
memenuhi beberapa unsur penting, salah satu unsur tersebut antara lain yaitu adanya jaminan
atas HAM. Dengan demikian untuk disebut sebagai negara hukum harus terdapat perlindungan
dan penghormatan terhadap HAM.[1]
Dari pendapat di atas, sesungguhnya dapat dilihat bagaimana hubungan demokrasi dan Hak
Asasi Manusia. Demokrasi punya keterkaitan yang erat dengan Hak Asasi Manusia karena
sebagaimana dikemukakan tadi, makna terdalam dari demokrasi adalah kedaulatan rakyat, yaitu
rakyatlah sebagai pemegang kekuasaan politik tertinggi dalam suatu negara. Posisi ini berarti,
secara langsung menyatakan adanya jaminan terhadap hak sipil dan politik rakyat (Konvenan
Hak Sipil dan Politik), pada dasarnya dikonsepsikan sebagai rakyat atau warga negara untuk
mencapai kedudukannya sebagai penentu keputusan politik tertinggi. Dalam persepktif kongkret
ukuran untuk menilai demokratis atau tidaknya suatu negara, antara lain; berdasarkan jawaban
atas pertanyaan seberapa besarkah tingkat kebebasan atau kemerdekaan yang dimiliki oleh atau
diberikan kepada warga Negara di Negara itu ? Makin besar tingkat kebebasan, kemerdekaan

dimaksudkan di sini adalah kebebasan, kemerdekaan dan hak sebagaimana dimasukkan dalam
kategori Hak-Hak Asasi Manusia generasi pertama. Misalnya, kebebasan untuk menyatakan
pendapat, kemerdekaan untuk menganut keyakinan politik, hak untuk diperlakukan sama
dihadapan hukum.
Hanya kemudian patut dijelaskan lebih lanjut, bahwa persoalan demokrasi bukanlah sebatas hak
sipil dan politik rakyat namun dalam perkembangannya, demokrasi juga terkait erat dengan
sejauh mana terjaminnya hak-hak ekonomi dan sosial dan budaya rakyat. Sama sebagaimana
parameter yang dipakai di dalam Hak Asasi Manusia generasi pertama (hak sipil dan politik),
maka dalam perspektif yang lebih kongkret negara demokratis juga diukur dari sejauh mana
negara menjamin kesejahteraan warga negaranya, seberapa rendah tingkat pengangguran dan
seberapa jauh negara menjamin hak-hak warga negara dalam mendapatkan penghidupan yang
layak. Hal inilah yang secara langsung ataupun tidak langsung menegaskan bagaimana
hubungan yang terjalin antara demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Secara sederhana dapat
dijelaskan bahwa, Hak Asasi Manusia akan terwujud dan dijamin oleh negara yang demokratis
dan demikian sebaliknya, demokrasi akan terwujud apabila negara mampu manjamin tegaknya
Hak Asasi Manusia. Konsepsi HAM dan demokrasi dalam perkembangannya sangat terkait
dengan konsepsi negara hukum. Dalam sebuah negara hukum, sesungguhnya yang memerintah
adalah hukum, bukan manusia. Hukum dimaknai sebagai kesatuan hirarkis tatanan norma hukum
yang

berpuncak

menghendaki

pada

adanya

konstitusi. Hal
supremasi

ini

berarti

bahwa

konstitusi. Supremasi

dalam

konstitusi

sebuah

negara

disamping

hukum

merupakan

konsekuensi dari konsep negara hukum, sekaligus merupakan pelaksanaan demokrasi karena
konstitusi adalah wujud perjanjian sosial tertinggi.
Oleh karena itu tidak terlalu keliru jika Francis Fukuyama mengatakan bahwa sejarah
telah berakhir (the end of history), manakala harus menjelaskan fenomena yang demikian.
Dengan diadopsinya system nilai demokrasi, terutama liberal, maka secara langsung dan tidak
langsung, telah mengakhiri sebuah evolusi persaingan antara dua ideology besar di dunia, yakni
demokrasi liberal yang berdasarkan ekonomi pasar, di satu pihak, melawan komunisme serta
sentralisme

ekonomi

di

pihak

lain,

dengan

ideology

yang

disebut

pertama

sebagai

pemenangnya, dimasa yang lalu soviet dan AS adalah kubu yg selalu bertikai, bipolar, amerika
yang pro kebebasan dan soviet yang anti kekerasan, tapi sekarang sudah bubar jadi dunia
sekarang seolah olah miring memihak kepada ide kebebasan, yang oleh fukuhiyama disebut the
end of history ( tdk ada lagi otoritarian isu) [2] Pada saat yang sama, mereka melihat banyak
negara barat atau Negara non-barat lainnya yang menerapkan system demokrasi liberal,
mengalami kemajuan yang sangat pesat. Pada tahap inilah pikiran-pikiran demokrasi liberal
mencuat ke permukaan. Apa yang disebut sebagai Gelombang Demokrasi Ketiga, telah menjadi
warna dominan dari wacana bernegara di seluruh dunia. Meski Huntington mengingatkan bahwa
tidak berarti semuanya akan berjalan dengan mulus, namun fenomena global sekarang
mengarah pada apa yang dikatakan Fukuyama tersebut di atas, The End of History. [3]

You might also like