Professional Documents
Culture Documents
PERCOBAAN I
CARA PEMBERIAN OBAT PADA TIKUS
Oleh:
Vensa Paulin Mustamu
0130540191
0130540036
0130540098
20140511064039
Raisah
Risky Amalia
Mimi
Erianus
Tanggal Praktikum
Tanggal Pengumpulan
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 3
A.
Tujuan............................................................................................................... 3
B.
Dasar Teori........................................................................................................ 3
BAB II METODE........................................................................................................... 6
1.
Alat................................................................................................................ 6
2.
Bahan............................................................................................................. 6
3.
Cara Kerja...................................................................................................... 6
Perhitungan Dosis.......................................................................................... 7
2.
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................................. 8
BAB V PENUTUP........................................................................................................ 10
A.
Kesimpulan..................................................................................................... 10
LAMPIRAN GAMBAR.................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 12
BAB I PENDAHULUAN
A. Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui cara pemberian obat secara
parenteral (intramuscular).
B. Dasar Teori
Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai zat-zat
kimia yang berinteraksi dengan manusia. Interaksi ini terbagi menjadi
2 jenis :
a. Farmakodinamik, efek obat terhadap tubuh.
b. Farmakokinetik,
bagaimana
tubuh
mempengaruhi
obat dengan berlalunya
waktu
yaitu
absorbsi,
distribusi,
metabolisme, dan ekskresi (Neal, 2010).
Fenobarbital termasuk golongan barbiturat. Barbiturat ini
mempunyai efek hipnotik sedatif dan golongan barbiturat efektif
sebagai obat antikonvulsi (Syarif, et all, 2008). Fenobarbital asam 5,5fenil-etil barbiturate merupakan senyawa organik pertama yang
digunakan dalam pengobatan antikonvulsi. Kerjanya membatasi
penjalaran aktivitas dan bangkitan dan menaikkan ambang rangsang.
Banyak digunakan karena cukup efektif, murah, dosis efektifnya pun
relative rendah. Mempunyai efek samping yaitu efek sedative. Tapi
dapat diatasi dengan pemberian stimulant sentral tanpa mengurangi
efek antikonvulsinya. Fenobarbital menjadi obat pilihan utama untuk
terapi kejang dan kejang pada anak. Jika memakai fenobarbital harus
sesuai dengan dosis dan penghentian pemeberian fenobarbital pun
harus secara bertahap dengan maksud mencegah kemungkinan
meningkatnya frekuensi bangkitan kembali, atau malahan bangkitan
status epileptikus (Syarif, et all, 2008).
Fenobarbital merupakan salah satu obat yang mempunyai efek
sedatif, hipnotik, psikosis akut, agitasi dan anastetik serta mendepresi
aktivitas susunan saraf pusat pada formatio retikularis. Barbiturat
dapat juga memfasilitasi serta memperpanjang efek inhibitor GABA
dan glycine dengan berikatan pada suatu bagian reseptor GABA,
sehingga dapat memperpanjang durasi pembukaan GABA-mediated
chlorida ion channel yang akhirnya menimbulkan efek depresi saraf.
Karena banyak efek maka yang sering digunakan adalah turunan dari
fenobarbital seperti metabarbirat atau mefobarbital. Terdapat interaksi
b. Apakah kerja awal obat yang dikehendaki itu cepat atau masa
kerjanya lama
c. Stabilitas obat di dalam lambung atau usus
d. Keamanan relatif dalam penggunaan melalui bermacam-macam
rute
e. Rute yang tepat dan menyenangkan bagi pasien dan dokter
f. Harga obat yang relatif ekonomis dalam penyediaan obat melalui
bermacam-macam rute
g. Kemampuan pasien menelan obat melalui oral
Bentuk sediaan yang diberikan akan mempengaruhi kecepatan
dan besarnya obat yang diabsorpsi, dengan demikian akan
mempengaruhi pula kegunaan dan efek terapi obat. Bentuk sediaan
obat dapat memberi efek obat secara lokal atau sistemik. Efek sistemik
diperoleh jika obat beredar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah,
sedang efek lokal adalah efek obat yang bekerja setempat misalnya
salep (Anief, 1990).
Cara pemberian obat melalui oral (mulut), sublingual (bawah
lidah), rektal (dubur) dan parenteral tertentu, seperti melalui
intradermal, intramuskular, subkutan, dan intraperitonial, melibatkan
proses penyerapan obat yang berbeda-beda. Pemberian secara
parenteral yang lain, seperti melalui intravena, intra-arteri, intraspinal
dan intraseberal, tidak melibatkan proses penyerapan, obat langsung
masuk ke peredaran darah dan kemudian menuju sisi reseptor
(receptor site) cara pemberian yang lain adalah inhalasi melalui hidung
dan secara setempat melalui kulit atau mata. Proses penyerapan dasar
penting dalam menentukan aktifitas farmakologis obat. Kegagalan atau
kehilangan obat selama proses penyerapan akan memperngaruhi
aktifitas obat dan menyebabkan kegagalan pengobatan (Siswandono
dan Soekardjo, B., 1995).
Penggunaan hewan percobaan dalam penelitian ilmiah telah
berjalan puluhan tahun yang lalu. Hewan sebagai model atau sarana
percobaan haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu,
antara lain persyaratan genetis/keturunan dan lingkungan yang
memadai dalam pengelolaannya, disamping faktor ekonomis, mudah
tidaknya diperoleh, serta mampu memberikan reaksi biologis yang
mirip kejadiannya pada manusia (Tjay,T.H dan Rahardja,K, 2002).
BAB II METODE
1. Alat
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Sarung tangan
Beaker glass 1000 ml
Spuit 1 ml beserta jarum steril
Papan lilin
Timbangan
Labu ukur
Stopwatch
2. Bahan
a.
b.
c.
d.
Tikus Putih
Phenobarbital
Alcohol
WFI
3. Cara Kerja
50 mg x 2 ml
=2 mg
50 ml
Seda
tif
Onset
31.23
(Tenang)
Hipnotik
Durasi
25.25
TenangTutup Mata
Onset
56.08
(Tutup Mata)
Durasi
58.23
(Bangun)
BAB IV PEMBAHASAN
Pada praktikum ini yang dipelajari adalah rute pemberian obat
parenteral yaitu intramuscular, mengetahui onset dan durasi suatu
obat serta mengetahui efek hipnotik sedative fenobarbital yang
diberikan kepada hewan coba yaitu tikus putih. Pemilihan tikus putih
sebagai hewan coba dikarenakan proses metabolisme dalam tubuhnya
berlangsung cepat sehingga sangat cocok untuk dijadikan sebagai
objek pengamatan (Nugraha A, 2011).
Tikus putih umumnya tenang dan mudah ditangani, tidak begitu
bersifat fotofobia seperti mencit, dan kecenderungan untuk berkumpul
sesamanya tidak begitu besar, hewan ini dapat tinggal sendiri dalam
kandang asal masih mendengar atau melihat tikus lain. Aktivitasnya
tidak terganggu pada kehadiran manusia. Meskipun mudah ditangani,
kadang tikus menjadi agresif terutama saat diperlakukan kasar atau
mengalami defisiensi nutrisi. Oleh karenanya perlakuan hewan ini
dengan halus namun sigap dan makanannya harus dijaga agar tetap
mencukupi kebutuhannya. Tikus tidak dapat muntah seperti hewan
coba lainnya karena struktur anatomi yang tidak lazim di tempat
esophagus bermuara ke dalam lambung dan tikus tidak memiliki
kantong empedu.
Penggunaan hewan percobaan dalam praktikum haruslah
memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, antara lain persyaratan
genetis,
keturunan
dan
lingkungan
yang
memadai
dalam
pengelolaannya, serta mampu memberikan reaksi biologis yang mirip
kejadiannya pada manusia (Tjay, T.H dan Rahardja, K, 2002).
Cara memegang hewan serta cara penentuan jenis kelaminnya
perlu pula diketahui. Cara memegang hewan dari masing-masing jenis
hewan adalah berbeda-beda dan ditentukan oleh sifat hewan, keadaan
fisik (besar atau kecil) serta tujuannya. Kesalahan dalam caranya akan
dapat menyebabkan kecelakaan ataupun rasa sakit bagi hewan (ini
akan menyulitkan dalam melakukan penyuntikan atau pengambilan
darah) dan juga bagi orang yang memegangnya (Katzug, B.G, 1989).
Obat yang digunakan pada percobaan ini adalah Phenobarbital
yaitu asam 5,5-fenil-etil barbiturate merupakan senyawa organic
pertama yang digunakan dalam pengobatan antikonvulsi. Cara
kerjanya membatasi penjalaran aktivitas bangkitan dan menaikkan
ambang rangsang. Efek utama barbiturate ialah depresi SSP. Semua
tingkat depresi dapat dicapai mulai dari sedasi, hypnosis, berbagai
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Cara pemberian obat secara injeksi intramuscular dilakukan dengan
jarum ukuran 1 ml. disuntikkan pada tikus dengan posisi jarum
tegak lurus sebanyak 0,0315 ml.
2. Pemberian Phenobarbital yang diberikan secara intramuscular
dengan dosis 0,0315 didapat onset untuk sedative yaitu menit ke
31 lebih 23 detik dan onset untuk hipnotik yaitu menit 56 lebih 8
detik. Sedangkan durasi obat Phenobarbital adalah menit 58 lebih
23 detik untuk hewan coba dengan berat 140 gram.
LAMPIRAN GAMBAR
Gambar 4
Gambar 6 Injeksi
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh., 1990. Perjalanan dan Nasib Obat dalam Badan. Gadjah
Mada University
Press, D.I Yogayakarta.
Ganiswara, Sulistia G (Ed), 1995. Farmakologi dan Terapi, Edisi IV. Balai
Penerbit
Falkultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Katzug, Bertram G., 1989. Farmakologi Dasar dan Klinik. Salemba
Medika, Jakarta.
Neal, Michael J. 2010. At A Glance : Farmakologi Medis. Jakarta:
Erlangga.
Nugraha A., 2011. Cara dan Rute Pemberian Obat pada Hewan
Percobaan Mencit.
Semarang. Dikutip dari (Http:// www. Academia.edu/ 8361689/
cara_dan_Rute_Pemberian_Obat_pada_Hewan_Percobaan_Mencit)
Setiawan Isept, et al., 2012. Hynotic Effect Ethanol Extract Of Swamp
Cabage (Ipomoea
Aquatica FORSK) In Mail Swiss Webster Mice Induced By
Phenobarbital
:
Bandung.
Dikutip
dari
(Http:/
/Majour.Maranathaedu /index.php/jmp /article /view/982 /970)
Siswandono dan Soekardjo, B, 1995. Kimia Medisinal. Airlangga Press,
Surabaya.
Tjay,Tan Hoan dan K. Rahardja, 2002. Obat-obat Penting. PT Gramedia,
Jakarta.