You are on page 1of 5

- Fuel cell merupakan konverter dari energi kimia ke energi listrik yang

ramah lingkungan
- Reaktan yang biasanya digunakan dalam sebuah sel bahan bakar adalah
hidrogen di sisi anoda dan oksigen di sisi katoda
Prinsip kerja fuel cell yaitu hidrogen di dalam sel dialirkan menuju sisi
anoda sedangkan oksigen di dalam udara dialirkan menuju sisi katoda.
Pada anoda terjadi pemisahan hidrogen menjadi elektron dan proton (ion
hidrogen). Ion hidrogen ini kemudian menyebrang dan bertemu dengan
oksigen dan elektron di katoda dan menghasilkan air. Elektron-elektron
yang mengandung muatan listrik ini akan menuju katoda melalui jaringan
eksternal. Aliran elektron-elektron inilah yang akan menghasilkan arus
listrik.
Anoda : H2 2 H+ + 2 eKatoda : O2 + 2 H+ + 2 e- H2O
Reaksi total : H2 + O2 H2O + energi listrik + kalor

fuel cell memiliki beberapa kelebihan yaitu (Anonim, 2008):


1. Memiliki efiesiensi yang tinggi (60%-70%)
2. Ramah lingkungan (tidak berisik, emisinya rendah)
3. Secara teoritis, limbah atau emisi yang dihasilkan adalah air (H2O).
Fuel cell memiliki beberapa macam tipe yaitu
1. Alkaline Fuel Cell (AFC)
2. Molten Carbonate Fuel Cell (MCFC)
3. Phosphoric Acid Fuel Cell (PAFC)
4. Proton Exchange Membrane (PEM)

5. Solid Oxide Fuel Cell (SOFC)


SOFC adalah suatu jenis perangkat elektrokimia yang menggunakan bahan bakar oksida
padat yang dapat mengkonversi secara langsung dari energi kimia menjadi energi listrik yang
lebih efisien dan bahan bakarnya bebas dari polusi.

SOFC seperti layaknya fuel cell yang lainnya yaitu terdiri dari tiga
komponen utama adalah anoda, elektrolit, dan katoda. Pada anoda terjadi
reaksi oksidasi bahan bakar yaitu hidrogen, CO, atau CH4. Elektron yang
dilepaskan di anoda kemudian dialirkan melalui sirkuit luar untuk
dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik. Elektron tersebut kemudian
masuk ke katoda, sehingga di katoda terjadi reaksi reduksi zat oksidan
yaitu oksigen. Ion oksida hasi reduksi kemudian mengalir melalui
komponen elektrolit untuk bereaksi dengan ion positif atau molekul bahan
bakar di anoda untuk menghasilkan air dan/atau CO2. Agar ion oksida
dapat bergerak dalam material elektrolit dan reaksi katalitik berlangsung
dengan cepat maka dibutuhkan suhu operasional yang sangat
tinggi[2,4,5]. Adapun persamaan reaksi dari reaksi reaksi yang terjadi
pada anoda maupun katoda adalah sebagai berikut:
Katoda : O2 + 2e- O2Anoda : H2 2H+ + 2e- atau
CO + O2- CO2 + 2e- atau
CH4 + 4O2- CO2 + 2H2O + 8ePada suhu tinggi oksigen bermigrasi melalui lapisan elektrolit menuju anoda yang akan
mengoksidasi bahan bakar yang mengandung molekul hidrogen pada anoda yang akan
menghasilkan ion hidrogen dan akan membebaskan elektron. Elektron yang dihasilkan pada
anoda keluar dari sirkuit masuk ke sisi katoda yang akan dipergunakan sebagai tenaga listrik
dengan efisiensi 60%. SOFC memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan jenis fuel
cell yang lain, yaitu (Anonim, 2012):
1. Memiliki efisiensi yang tinggi 60%.

2. Memiliki stabilitas jangka panjang.


3. Ramah lingkungan.
4. Dapat menggunakan beberapa jenis bahan bakar.
5. Emisinya rendah.
6. Biaya yang relatif rendah.
7. Dapat beroperasi pada suhu tinggi yaitu 600 oC - 1000 oC.
Sama seperti fuel cell pada umumnya, SOFC juga memiliki bagian penting, yaitu (De Guire,
2003):
a. Elektrolit
Elektrolit merupakan pemisah antara katoda dan anoda. Elektrolit berfungsi untuk
memindahkan ion-ion yang terlibat dalam reaksi-reaksi reduksi dan oksidasi dalam sel bahan
bakar. Elektrolit sangat berpengaruh pada kinerja fuel cell.
b. Katode
Katode merupakan elektroda yang berinteraksi dengan udara yang berfungsi menjadi batas
untuk oksigen dan elektrolit, mengkatalis reaksi reduksi oksigen dan menghubungkan
elektron-elektron dari sirkuit luar ke tempat reaksi.
c. Anode
Anode merupakan elektroda yang berinteraksi dengan bahan bakar yang berfungsi menjadi
batas untuk bahan bakar dan elektrolit, mengkatalis reaksi oksidasi dan menghubungkan
elektron-elektron dari tempat reaksi elektron dari tempat reaksi ke eksternal sirkuit. Anoda
merupakan bagian terpenting dalam SOFC. Anode dalam sebuah SOFC harus memiliki
beberapa kriteria yaitu
1. Memiliki konduktivitas listrik yang tinggi (10-1- 103 (.cm)-1)
2. Stabil dalam lingkungan reduksi
3. Mempunyai porositas yang spesial dan banyak (20%-40%)
4. Memiliki aktivitas katalik dan elektrokimia yang tinggi untuk mengoksidasi bahan
bakar
5. Memiliki struktur kristal kubik.
dilakukan pembuatan anode dengan bahan dasar CSZ (calcia stabilized
zirconia) dengan metode kompaksi serbuk. Dimana metode kompaksi
serbuk merupakan proses pembuatan serbuk dan benda jadi dari serbuk

logam atau paduan logam dengan ukuran serbuk tertentu dengan cara di
kompaksi tanpa melalui proses peleburan. Teknik metalurgi serbuk
meliputi pencampuran serbuk (mixing), pembuatan pellet (kompaksi),
perlakuan panas (sintering).
Keramik CSZ ini merupakan campuran dari ZrO2 dan CaO dengan
perbandingan persentase mol sebesar 85% dan 15% karena
jika ZrO2 lebih dari 85% maka dikhawatirkan keramik akan menjadi rapuh
sedangkan jika persentase mol kurang dari 85% maka tidak akan
membentuk struktur kristal kubik seperti yang diharapkan. Kemudian
campuran CSZ yang terbentuk ditambahkan dengan NiO dan PVA yang
bervariasi konsentrasi beratnya masing-masing sebesar 2%, 6%, dan 10%
dimana variasi persentase konsentrasi berat PVA seperti ini paling tepat
untuk menghasilkan porositas keramik yang spesial tetapi konsentrasi
berat PVA ini bisa diekstrapolarsi jika ada penelitian lain yang mencoba
dengan persentase konsentrasi berat PVA sebesar 2%, 6%, dan 10%.
Berikut ini adalah tabel karakteristik dari PVA (polyvinyl alcohol). bahan
anode SOFC yang paling baik, maka campuran harus disintering dengan
temperature sintering 1400 oC dan direduksi pada temperatur minimal
800 oC Hal ini terlihat dari Gambar 4, dimana pada gambar ini terlihat
bahwa densitas dari Ni-YSZ meningkat seiring dengan penambahan suhu
sintering tetapi akan kembali menurun jika suhu sinteringnya lebih dari
1500 oC. Sedangkan jika temperatur reduksi kurang dari 800 oC maka
reduksi akan berlangsung tidak sempurna karena masih adanya fase NiO.
Selain suhu sintering dan reduksi, komposisi NiO pada Ni-YSZ juga
mempengaruhi bahan yang akan dijadikan anode. Seperti yang
diharapkan porositas meningkat terhadap NiO sebagai konsekuensi dari
reduksi Ni. Efek ini menguntungkan untuk transport bahan bakar di anoda.
Namun, ketika tingkat porositas terlalu tinggi maka sifat mekanik
berkurang. Berdasarkan pengujian sifat listrik ditemukan bahwa
meningkatnya NiO menyebabkan peningkatan konduktivitas pada Ni-YSZ.
NiO yang lebih rendah dari 40% menghasilkan konduktivitas yang relative
rendah dan material ini tidak sesuai untuk diaplikasikan sebagai anode
pada SOFC. Untuk mempertahankan sifat mekanik yang tinggi yang
diperlukan untuk anoda SOFC, komposisi NiO di NiO-YSZ campuran tidak
boleh lebih tinggi dari 60% tetapi tidak boleh lebih kurang dari 40% agar
harga konduktivitas keramik tidak terlalu rendah (Matula et al., 2008).
Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ
untuk diaplikasikan sebagai anode SOFC dengan komposisi NiO 50%
dengan suhu sintering 1500 oC dan direduksi pada suhu 900 oC.
Syarat umum suatu material elektrolit diantaranya adalah: (1)
konduktivitas ionik (ion oksida) yang tinggi; (2) konduktivitas elektronik

yang rendah; (3) stabilitas kimia yang baik terutama pada lingkungan
oksidasi maupun reduksi; (4) sifat mekanik yang baik; dan (5) stabilitas
termal yang baik dan sesuai dengan komponen penyusun lainnya,
Material yang digunakan sebagai elektrolit untuk SOFC pada dasarnya
merupakan material konduktor ion oksida, dimana arus mengalir akibat
dari pergerakan ion oksida melalui kisi-kisi kristal. Pergerakan ini
merupakan akibat dari loncatan ion oksida yang teraksivasi oleh suhu,
bergerak dari satu posisi kisi kristal ke posisi tetangganya. Agar terjadi
pergerakan tersebut, kristal harus mengandung posisi-posisi yang tidak
terisi yang ekivalen dengan posisi-posisi yang terisi oleh ion oksida.
Berdasarkan strukturnya, secara umum elektrolit terbagi ke dalam 4 jenis,
yakni: (1) elektrolit berstruktur fluorit, sebagai contoh zirkonia (ZnO2)
terdoping, ceria (CeO2) terdoping, dan bismut (Bi2O3) terdoping; (2)
elektrolit berstruktur perovskit dan struktur lapisan, sebagai contoh
turunan dari lantanum galat (LaGaO3), turunan dari Bi4V2O11 atau
seringkali disingkat BIMeVOX, dan brownmilerit; (3) elektrolit lantanum
molibdenat (La2Mo2O9) atau seringkali disingkat LAMOX; dan (4) elektrolit
berstruktur apatit, sebagai contoh silikat (La9.33+x(SiO4)6O2+3x/2) dan
germanat (La9.33+x(GeO4)6O2+3x/2)

You might also like