You are on page 1of 71

LAPORAN

TUTORIAL BLOK 7
SKENARIO B

DISUSUN OLEH

Kelompok Tutorial IV
Tutor : drh. Muhaimin Ramdja, MSc.
Feliani
(04011281320027)
Gerry Armando
(04011281320029)
Muhammad Hadi
(04011281320035)
Rikka Wijaya
(04011281320037)
Akbar Rizky Wicaksana
(04011381320003)
Stefanie Angeline
(04011381320005)
Muhammad Firroy Friztanda (04011381320007)
Kemas M. Afif Rahman
(04011381320019)
Hasna Mujahidah
(04011381320025)
Haidar Adib Balma
(04011381320033)
Aprillia Kartini
(04011181320049)
Nina Vella Rizky
(04011181320051)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
TAHUN PELAJARAN 2013-2014
1

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Illahi Robbi, karena berkat limpahan rahmat dan
hidayahnya jua-lah Penyusun bisa menyelesaikan tugas Laporan Tutorial ini dengan baik
tanpa aral yang memberatkan.
Laporan ini disusun sebagai bentuk dari pemenuhan tugas Laporan Tutorial Skenario
B yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, khususnya pada Blok 7 yaitu Blok Fisiologi
Tubuh.
Terima kasih tak lupa pula Kami haturkan kepada drh. Muhaimin Ramdja, MSc.,yang
telah membimbing dalam proses tutorial ini, beserta pihak-pihak lain yang terlibat, baik
dalam memberikan saran, arahan, dan dukungan materil maupun inmateril dalam penyusunan
tugas laporan ini.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik yang membangun sangat Kami harapkan sebagai bahan pembelajaran yang baru bagi
Penyusun dan perbaikan di masa yang akan datang.

Palembang, 28 Maret 2014


Penyusun

Kelompok Tutorial IV

DAFTAR ISI
2

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ........

DAFTAR ISI ...................................................................................................................

SKENARIO A .................................................................................................................

I. Klarifikasi Istilah ......................................................................................................

II. Identifikasi Masalah .................................................................................................

III.

Analisis Masalah ....................................................................................................... 5

IV.

Keterkaitan antar-Masalah .....................................................................................

22

V. Identifikasi Topik Pembelajaran (Learning Issue)


1. Acute Mountain Sickness .............................................................................
2. Fisiologi Kardiovaskular ..............................................................................
3. Kondisi Lingkungan......................................................................................
4. Fisiologi Sistem Respirasi .............................................................................
5. Homeostasis ...................................................................................................
6. Pemeriksaan Vital Sign.................................................................................
7. Pemeriksaan Lab ..........................................................................................

22
28
34
36
47
58
65

VI.

Kerangka Konsep ..................................................................................................... 73

KESIMPULAN ...............................................................................................................

74

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. ........

75

SKENARIO B
3

Setelah pensiun sebagai Direktur PT. Batubara Palembang, Ir. Cek Nang (56 tahun),
ingin memenuhi cita-cita masa kecilnya yaitu berlibur ke pegunungan Alpen di swiss. Ia pergi
ke resort verbier Les-Quartre di dekat kita St-Bernard yang memiliki ketinggian 3200
meter di atas permukaan laut.
Setelah 1 hari sampai disana, ia mengeluh mengalami sesak nafas, sakit kepala, terasa
melayang, serta susah tidur. Sesak tetap terjadi meski sedang duduk dan bertambah berat bila
berjalan/naik tangga. Ia juga mengeluh mual.
Selama ini ia tidak pernah mengalami gangguan respirasi ataupun gangguan
kardiovaskular. Ir. Cek Nang pergi ke klinik resort.
Pemeriksaan Vital Sign menunjukkan :
Temp. 36,3C, HR: 101x/min, RR:36x/min, TD : 110/80mmHg,
Pemeriksaan Fisik :
Tampak pernapasan cepat dan pendek (tachypneu) dan terlihat kebiruan pada kuku jari
Hasil pemeriksaan lab :
EKG Tampak normal
Tekanan gas arteri : PO2 : 60mmHg, PCO2 : 30mmHg
Dokter yang merawat menyatakan bahwa, Ir. Cek Nang tidak mengidap penyakit
jantung/paru-paru dan hanya tidak terbiasa dengan ketinggian.

I. Klarifikasi Istilah
No
.
1.

Tachypneu

2.

EKG

3.
4.
5.

Gangguan respirasi
Sesak nafas
Pemeriksaan vital
sign

6.

Tekanan gas arteri

7.

Mual

Istilah

Definisi
Pernafasan yang sangat cepat dan dangkal, biasanya di
definisikan lebih dari 60 hembusan/menit.
Grafik yang menelusuri variasi potensial elektrik yang
disebabkan oleh eksitasi otot jantung dan dideteksi oleh
permukaan tubuh.
Gangguan pada pertukaran oksigen dan karbondioksida.
Disebut juga dyspnea, pernapasan yang sukar atau sesak.
Parameter tubuh yang terdiri dari : Tekanan darah, respiratory
rate, temperature, disebut vital sign karena penting untuk
fungsi fisiologis organ tubuh.
Pemeriksaan yang bertujuan untuk mengukur PH, PaO2 , dan
PCO2 , dengan melihat satu rasi hemoglobin.
Sensasi tidak menyenangkan ingin muntah, dan sering
berkaitan dengan keringat dingin, pucat, air liur, nyeri
lambung, kontraksi duodenum, rifluks isi usus kecil ke dalam
lambung.

II.

Identifikasi Masalah

Tabel Identifikasi Masalah


No.

1.

2.

3.
4.
5.

6.

Pernyataan

Problem

Concern

Setelah pensiun sebagai Direktur PT. Batubara Palembang, Ir.


Cek Nang (56 tahun), ingin memenuhi cita-cita masa kecilnya
yaitu berlibur ke pegunungan Alpen di swiss. Ia pergi ke resort
verbier Les-Quartre di dekat kita St-Bernard yang memiliki
ketinggian 3200 meter di atas permukaan laut.
Setelah 1 hari sampai disana, ia mengeluh mengalami sesak
nafas, sakit kepala, terasa melayang, serta susah tidur. Sesak
tetap terjadi meski sedang duduk dan bertambah berat bila
berjalan/naik tangga. Ia juga mengeluh mual.
Ir. Cek Nang tidak terbiasa dengan ketinggian
Pemeriksaan Vital Sign menunjukkan :
Temp.36,3C, HR: 101x/min, RR:36x/min, TD : 110/80mmHg,
Pemeriksaan Fisik :
Tampak pernapasan cepat dan pendek (tachypneu) dan terlihat
kebiruan pada kuku jari
Hasil pemeriksaan lab :
EKG Tampak normal
Tekanan gas arteri : PO : 60mmHg, PCO : 30mmHg

***

**

p
-

**
*

III. Analisis Masalah


A. Setelah pensiun sebagai Direktur PT. Batubara Palembang, Ir. Cek Nang (56
tahun), ingin memenuhi cita-cita masa kecilnya yaitu berlibur ke pegunungan
Alpen di swiss. Ia pergi ke resort verbier Les-Quartre di dekat kita StBernard yang memiliki ketinggian 3200 meter di atas permukaan laut.
a.Bgnimhosteubrckdpa3?20(mitserunkl)
awJb : Bila orang naik ke tempat yang tinggi dari permukaan laut, maka gaya fisiologi akan
terjadi. Tekanan barometer ( udara lingkungan ) menjadi berkurang. Penurunan
barometer membuat tekanan oksigen ikut pula turun dan berkurang jumlahnya,
sehingga pernapasan yang dilakukan paru - paru terganggu
Setelah 1 hari sampai disana, ia mengeluh mengalami sesak nafas, sakit
kepala, terasa melayang, serta susah tidur. Sesak tetap terjadi meski sedang
duduk dan bertambah berat bila berjalan/naik tangga. Ia juga mengeluh mual.
B.

a.Bgnimbpedrkluhtgna?
Jawb:
1.Ketinga

2.Suhndkelmapb:sitgryhuna
3.Gravits:dnhemjlbgkartydpusmi,ne hargkpulmjeistb
4n.Tekaudr:Smigtsp enkahudry.
5.Kandugoksi:Teryhbnatdugokesiplrmnjahd(yuibektgpr-)ansdoilmh
K6ead.nht
b.Bagnimeksjl-ydtrpui?
Jawb:kKetisorngpmujdhaenrygtips,okmbuajlfernth.Mdivpgasbkueontrh.Pdiyasepbmgtruhndlakis.Keprvtnybmgkai57lo.Dsu,IrCnNegmkjtpabiuwhnymerktlsa.Sgd,jiynbkuatompesigdl.Pn2yrhbaktpevusigjdmnl.Gater624jshmpikngbutecar.Th,sl23ipkdnmtuabergjls nhSid.ka,mpeugstbirhlnkadygucet.Kibr,akhmnugteldrkjibapvhgs,ntumoelrdakbinjth.Sge,rsuladbikpt.
c.Bagnimtofslerp?
Jawb:AltpPerns
dHungi

1. NaresAntio
Naresndtiohlumbgn.Sa-srlituekdygbavslum(ron)Hi.Vetpd gbasynrmueklit.Lpoahsjnbreuygditpkl.Kja-bermuongdhi.
2. RongaHidu
Rongahidupsletrykmbhd,asungelpifr tmasynueblgkdroahi.HnuBefs:pyg,lmbdatrnhiup.Sesmkdacvntripeulg aw,smbnkoetiuygldpashnembruko.Didglatcvnsehbxm,puidoa.SlnTgekyhsmatpdilrnoekjcvush:apir,mdnfeo.Tugl-tshbramDkcvunidteolsfapgkcvumdnihlestyabofrndphiel.Mmauksot,bgnpdvimcayekrt,ungslfhmdib.Dare-tswlnocmfiaedkbustlrnvcIofaSi.pdslhrugmtenkyba idvlumcns,bgerf:patkomdusiernba .Sijugpdslhomenrkayb gcvusi.nLmekdal :
a.Lubngdhi
nb.Susiphodeal,tcr
nc.Shusimoetdal,pbrg inmedaothc fr
nd.Sousifrtal,hcmep
e.Ductsnaolrimb,dhwfPgekacvumnsibdlofrpaets.i
aSlunrPeps
n1.Fgari
dalhpobiternygjskmaundgeop tilrawk.Menydbghuiso(f)almtnrdkbgei(f-al)
2.Laring
Laring(teok)ldpbhfnymgaisekruolvtb.Bjdfnampikgersludtawibhny.Ygers ulaoidtn,bhpyerjsulkatngdib,yhelpr.Lantdisumgybenarht.DipsdlkubVTgnrawoteidh,ukspcmnrgaeoiydblhk(tuangrws-ybeklipn).Tuwgaryhdtieoumnlagjsbkdr.,itnwuaefomlgkrystcindabeumplgkw.Lridsaenjutymg irk,calpsdnbgeotyiumrlaps.kdentwgioDraultendygLiaskpulrwndtbemhoiga.Trkpuncltwoidegs,yabrukpnPtSeldhisamrg,bnjkuwtodelhiagbrn,uptsdiekar.Dgmbnls-tpiaurgohebwknsdaict.ygrplmekunsa,djbtglriwmen.Suakdhsgtpiybnuarmelos.B
k3.Tear
kTeartunbgoi-m9pcjyk.Tearlndgsi-tvbkraomeldnpicfjubroks().Teatnm16pi20glksurabecntwygdikrsmolhjabnf egpidslaktr;nujmebpgiok.Tardsluntyepimbadslcgkr.Sneujthai,mdgrknbuet-halsiymrkndegpatlui.Twrbfmspenhgkatu;rib,dlsengykamutpreldgasof,ynmihkurtbel.ajyngmkis-rToetablnmdiu,kgsryethanomdu.gUfsrlkibetaTvynjumhlrdgisaoetk,yKubrngaedilhktp r-avebolismunytkpdgareislohjynm.Bku-bterawhdsnpgimku-o.Barbhlepndi ygkar;stbdpeimuonlgarkshcbydtulo;ngkeaimshcbtwdr,uonkslbah.(imtg3)repudlnjaibcgyerkoustdhw.a
RongaTrks
n1.Sumterdawgli-p,
6

d2.Kueablsrntgpckm(diuvsertbal)yng wk.
3.Iga-besrtnokilmdp
4.Diafrgmwdbh
5.Dhasreldit,
uIsipranley.Pmbgkth,dueaslrpmin.Bokbhgjdalesrpyn,bhwia
Bats-nygmebukrodil:
hSeblankdoirgtspu-bemankdMihlrugoantkedp-.Isiyujgmbhlareo,fsdkticnvaupero,gfsdikjhmblanre.
Paru
Terltakdisbhn gpoujletbsramhdnykigtelamdsu.Pr-phonygbektcdas(u)imnlbhetgpdarvku sl.Pn-pardkitogs,fmu.P-parenyiklgth,prmudaynek-siblgmauthne,dpygisbanujt.P-rd,mepkalnsut.Prgiod
1.Lobuspar-hel(n)
Paru-pgdibmenjlhtosrafu.P-pknmeyiglbdrouaps.Stenblhikarcumsdetpolnibag.Skmjdshyrenitogakcl-,spbrdein.Dmau-gkrdyilmna.
o2.BnkurmsPlai
Trakbetlhmjdiuons.BcageblmkpruD-jnyahi,bokusrmplecngdatiy.Sbsrmpehnkuadgyritmnofbsegaduhltrwnipsemba.Mkcuy,nrgltwadkhi bofsertnlpa.iymuhbf;stelrandigpumyh,sladrnigubet sjapmlhdkriengtvouaspj.
BronkusTemalidygbtv.
m3.PubehlDardArtemiPuonlasbwhdygk eniarvltujgp-;cbnyamehtrsluoki,gdbncampjertolhus;ib-adnmekpriltuyhogavembndr.utisalAyegkmbndphruvaloiyembngspt,kuareldnifsygmp arve.ulnikstp-marwbdhegonikujtsrbaelhmoui.ngdkrtsaep-mbinghtrkospKelauydmit,krpsanel-hd.KiubrtgmsapnjehdlikyrauPmbngdlseitokawhbrngedlmjipu-s.Cakhrtnmbeupliygakjsdtrhnebuoclagipmrs,tedklnahybumvporisdkenwaulmvporis.Shdntakeu-vlobrisdnaypgtmeckuor.Mdniap-meysrhgd.
u4.HTsilamp(Pkr)-nbdte
1)ArteiPulmonas,ygbkhdpelmru-antisog
n2)VaePulmoisygkbdrh apunetjg
o3)Bnkursygbaecdtimphokl,uranjd.t
4)Arteoibnkals,udmgh rteijnupa.
n5)Vaebrokils,mg dhpuankevrios.
b6)Puehlimf,yangksrp tb
7)Persafn.u-pmdtlyivgsarf.
8)Kelnjarimf.supbhygtkradmenlu jygitakpr.
u9)Pra.lepStidsmbnogkua,ypr.lePvistmukadlfnr,geimshobuatdyl.Mnrkeipmbahsutrdnekplais,mgbdnu.Prleyapis-hkotg,bnmuediafrlptk,nbgyehdrialupsv.Pnktoembryagu spli(foSbn)datmrekisulv.Ddpnaretikusmypnadgherkistu-ndayewpbrsgkm.Dlhtduaingeyrbsht.Ruaonpliygrkdt,eamniolurchksadeptngriymjl.
oFlgisnPaper
FungsiparhletkodbPsia.nprmelu-tksa,onigpdmeluh tkwbars;noigumeldpkva,ntbrhugedimlakponrs.Huyteb,imalvp-krngshoedi.Ombunrapghtolesidmbnawkujg.Drpoiltesmabnuhrkgpdateonsi10mHgkhblya95persnjuoDi.dm-,k alhstbungeoim ralvp-kdehonistmlaubrkde,p ilahungmt.Eoserybdapnmulterks:
1.Ventilasmpuor,gkydalvienur.
7

2.Arusdahmelip
3b.Distruadnhkemgljtpadncisubh
4.Difusgnaymebrpholvdki.CO2mubafesrng
mSueaprosindtkhgymalpru-neijhtCO2d.Pkwagrb,ilenyhtdpumawrbkCOn2elsdiuth;j apkrn,mosetiydlhabn.Hmrgsputedalokbncmyperas.PhvtilungkCO2dmebyaPpr.snjgitu eDhylamkjnogbidseh(l)mnutarbkdiypecl,marhgnstb.Sejiuokdarhmgnltisbeu,darhmgntiykboua.Psherp dtjikomuarlv,eyngsbptdraieunsjg.U(tmof)ydihrp:
oNngitr.e 79%
Oknsig.e 20%
bKonardiks. 0-,4%
Udaryngumklvseoiphbtfr
Udaryngiembkus:
ongitr.e 79%
Oknsig.e 16%
bKonardiks. 4-0,%
yDamutdhrople-.Bs aui450mlpt21s/aerud.Hnybgkicl,-1/0atu5mdhrpsng(il),yumakdbensrp igta.KsvlVoumednrypicka -nrespligubtdkav-.nDyrepliomstdPagk-,45ernpsomu3alit.Kkbnergpdyu-a,itj(mbenlkogspur)adht.
kMmaneisprfudtloa,(n)geihsrfbd.wKmpBoaktuengsfryldmiaenuobgt,krspmlaniuygdfskeotpranigmd stl.
1.Pengdalihosrf
Pusatpernfilh omkdubgatynelripsfko.Maubdrsevlimpntkafghorues:Dibnyldapmkg,usberjnioahtmlfksuerngiota.Implbksrdtiafgneolybkcpr-mastin.Iulfeygdpkrmbnatisfvgueprdlma.
2.Pengdaliscrmkw
kFtoawrimndlhfupgearntksi,

knecp,&atdlmgrs.Pu iamnktpedrs:lhuain.Kbodkprsmaetlin,hbkyg rspuaentmiklrfygabejosntpKdu.lik,marfnsecwdhptig.TaluyorknbesDmhpalitrk(ondfg)uvailsepr-t nbuyaglikmjetprs,dhugbayktelirmnsp-.

kFtoarenuylimbphcdakenr.sGbygutmaiknoedl brgyuipnkmaej lduhkarbonism ytpevlaui-r.Emos,dkntyebapuilgmrsntdekbaphiursct-nlygempa.Ifdrikusnblacepmirdgtuny,pakersuntml.Pgdicakerpsmun,tidjlakregyom.tSushnapdlwkgretmbnhaodisyl mrhnakeibust.


d.Bagnimtofslekrvu?
bJaw:Sistemdkovruljng,hpabteyrduscmingl60-1kapet.Sdyumbnhrgliajkesutdmnrpygaie,toldknmbujageivd.Tnstmkoraulhegbidpnzt-yasrukilembhtd.Pnayg,sovrkulmetpd-iabynghskoelutdamiprSgnsj.eokvulabymingresfuladptmovkibh,snygeatuplidrvknsj eh.Pabrt,lidsuknyahporg-vitleujdkyanbfmshrpetikuland.
oAnmatuiJg
ntuJadglhsebor mpnytakdgi,wbherlu astkinm.Jgperdlsbuahtoicnygdeprkm.Kuatjsblhikrdnetav .Aiumrlkdsnteagbp.Aiumvrkldshntaygoeup-.Sikrdnjthsaoeblgiydupmt.Dankorlejicuhdtakm,lpnsjihertadcmu knvilpjtgyseha.SmurbkdnioljtJagmepsurfny.DlSiktoKadvsrujngmephkltbcais-nygerdmpuk .IibtslaeSnujmgopdrhkteansi.Ibulprm(o)
Sirkulastem
Darhumksetidvnpol.armgeiktluparovnAV(),ygekmdbsituvl.rKapnekmisSutjgbandlmrtupehygabisnmlkdurtpehygaibw.Alnkdrvethmubjsaio,yngdetr.hDmlavikoeuptr.hDdankisl utem,raionldpkygumetb vna-.Vdrigwuhbtmeknlavsr,cifo.Vedbgnatuhmklrvcspeiod.Kanmbutk
SirkulasP
Darhditumnkeglv apAViy,ndsebutkmlr(a).Dhdiventkmglrwuap,oniskedmtrla.Apubngcejimolskadryng-iepuka.Dr,tlmonisbecg-ajdrkupil.Setmbsrfdan,eluivho.Smpkryatbnjdeiul,vm.Va-nyteukbvmpolisgDrha.endumlkbitr enysa dh.
oFisglStemdKvarkuHp
Ketikapbnrgdhyu,mlietkrspongfyad.Tieusprnytjaghdkliwusr.Denytadhmgkiujeopalbtndkihyosg.Kemuab,tlnkrpjyefiscamo,utl.Shdrnkpiebayoustmwghlnk.P-parbeuytmfsilokngdbar.Tejpulitkvsonymgarfe.Kiblpduktashrjmiyngepdku,abht lynsedrmpkaitubghl.Ane,rofsaikyblugdt.Perpmn,khaliosAbdteruakimpnlhostygbeakmijrn,pvstlygkad-mberpio,nukastj.Reilhpodngats10kry(pin):ueamdtsrhglp,kinufea(vts)gdyjn,ekiolaurhcJgt(p).nSedkjiublatrgyhespikandtrlfm,eujpngihvas()drbkeufy,pngaDm.ijtderubhops-nalgitekdumychansprfoi(gebl).Stumkandrsipobeg.Phtyak,lnrjdiso mhvpetab,nkgisdruhl(aen),pdtkirjgeaulnhps/o.
8

e.nMgapjl-brumchst1i?
Jawbn:Bisypdcutemokgjl-ash824

sampidtenkg30.uDrlwmbejadn

f.Mengapsktrjdimubheal

berjalnk/tgi?

tand-kreubhmsi gopna(lk

homestai),jkub rng mhlaej-

gejalhipokstrbu.

awJb : Karen cek nag ni naik ke ketinggian yang lebih tinggi, tekanan udara dan jumlah oksigen di udara
berkurang menipis dan memaksa cek nang untuk bernapas lebih keras dan lebih dalam
untuk menghirup oksigen yang cukup.Tersedia oksigen pada 8.000 hingga 13.000
kaki adalah 50% kurang dari yang di permukaan laut. Sehingga tidak bisa
mendapatkan oksigen yang cukup dan mengembangkan hipoksia atau kekurangan
oksigen dalam sel darah merah untuk berfungsi normal. Acute montain sickness (
AMS ) tahap pertama dari penyakit ketinggian, terutama mempengaruhi otak .

g.Banimptelkshob ?
awJb : Hal yang harus dilakukan adalah memberikan bantuan oksigen. Jika tabung oksigen
belum cukup menolong, maka semua pakaian harus dilonggarkan agar pernapasan
menjadi lebih lancar. Kerah baju harus dibuka, ikat pinggang dilepas dan pada
perempuan bra harus segera dilepas supaya saluran napasnya tidak sesak. Namun
yang terpenting adalah dengan membawa penderita Hipoksia sesegera mungkin ke
dataran yang lebih rendah.
Berhati-hatilah karena semakin lama berada dalam kondisi hipoksia, semakin besar
resiko kerusakan organ karena tidak mendapat suplai oksigen. Daya tahan tubuh
seseorang saat berada dalam kondisi hipoksia sangat beragam. Salah satunya
dipengaruhi oleh kadar sel darah merah serta hemoglobin.
Orang-orang yang sehari-hari tinggal di gunung secara alamiah lebih tahan terhadap
hipoksia karena sel darah merahnya lebih banyak.
C.Ir. Cek Nang tidak terbiasa dengan ketinggian
a.pBaerlmjngkuwytbdhi paser

uphberanktig?

Jawb:3-7hritu1mng

D.Pemeriksaan Vital Sign menunjukkan :


Temp.36,3C, HR: 101x/min, RR:36x/min, TD : 110/80mmHg
ag.Bnimterpskvl?
Jawb : Pada pemeriksaan Vital Sign terhadap Ir. Cek Nang yang berusia 56 tahun
sebagai berikut.
No
.

Pemeriksa
an

Hasil
Pemeriksa

Keadaan
Normal
9

Keteranga
n

an Pasien
1.
2.
3.
4.

Temperat
ur
Heart
Rate
Respiratio
n Rate
Tekanan
Darah

36,3C
101
kali/menit
36
kali/menit
110 / 80
mmHg

36C

37,2 C
60 100
kali/menit
12-18
kali/menit
110139/80-89
mmHg

Normal
Tachycard
ia
Tachypnea
Normal

a. Temperatur : tingkat panas atau dingin yang diukur dengan satuan tertentu
Normal: 36,6 C 37,2 C. pada cuaca yang panas dapat meningkat hingga 0,5C
Mekanisme: suhu tubuh dapat meningkat karena olahraga, haid, maupun jam biologis,
oleh karena itu perlu sekali keseimbangan termoregulasi dikontrol. Keseimbangan
termoregulasi dikontrol oleh hipotalamus. Pengeluaran panas disesuaikan dengan
berkeringat dan dengan mengontrol sedapat mungkin gradient suhu antara kulit dan
lingkungan sekitar. Yang terakhir dilakukan dengan mengatur diameter pembuluh
darah kulit yaitu vasokonstriksi (mengurangi aliran darah hangat melalui kulit
sehingga suhu turun) dan vaso dilatasi (membawa lebih banyak darah hangat sehingga
suhu kulit naik). Pada pajanan dingin, hipotalamus berepsons untuk mengurangi
kehilangan panas dengan memicu vasokonstriksi kulit sekaligus meningkatkan
produksi panas melalui menggigil (Sherwood)
b. Heart Rate (HR) : jumlah denyut nadi tiap satuan waktu
Normal : 60-100 x/menit
c. Respiration Rate (RR) : jumlah pergerakan dinding dada tiap satuan waktu,
menandakan inhalasi dan ekshalasi.
Normal : 12-18 x/menit
d. Tekanan Darah (TD) : tekanan pada dinding pembuluh darah, ada dua tekanan yaitu
sistolik dan diastolik.
Normal = Tekanan sistolik 110 mmHg 139 mmHg Tekanan diastolic 80 mmHg89mmHg Interpretasi untuk Cek Nang adalah suhu tubuh dan tekanan darah normal.
Terjadi sedikit peningkatan pada Heart Rate dan respiration Rate meningkat cukup
tinggi.
E.Pemeriksaan Fisik :
Tampak pernapasan cepat dan pendek (tachypneu) dan terlihat kebiruan pada
kuku jari
an.Mpgehtrliukbdj?
Jawb:1Stu.rsiokngdelmyNa95-7%osinkdterpPc(Wl)
Kadgroknesipbu:tmyagi.
Turnyatekgosidpm bnuryatgokesidh pmbunagloidrhtepknsmvaloOi.P2rdh=80-1Hg,mnalovie95
10

kPenyitapru:hmbldgos na,eipruhm.
Shuntjagkpeiry( ols)
2.Polistema
3n.Kelaihmogbdt
4.Birumdetlnkb(apsjgv-wzr,
nSoiasPerf
1.Semunapbydriostlkef.
2n.Terkahwgdi
3h.Cujanrgtykbe;lviso
4u.ObkstriaenvB(jhwpdguyastem
nPapers)
F.Hasil pemeriksaan lab :
EKG Tampak normal
Tekanan gas arteri : PO : 60mmHg, PCO : 30mmHg
a. Berapnilmoktgs?
Jawb:Nmilnortekgsdh
pH:7,35-4TCO2mol/L
PCO2:35-4mHgBE0q/L
PO2:80-1mHg
saturiO2:95%lebh
HCO3:2-6mLEq/
b. gBnaimcrukeEKGdthysl?
Jawbn:Pemptolkdr
Daerhki
V1:RunagtercoislI k
V2:RunagtercoislI k
V3:Pertngah2d
V4:Runagterkoislvmdc
V5:Sejar4kgislpdn
V6:Sejar4giskmdl
11

gBianposter
V7:Runagterkoisl p
V8:Runagterkoislp
V9:Runagterkoislmp b
Daerhnk
V1Rdiletakpnrs
V2Rdiletakpnrs.
V3R:Antar1-4
V4R:unagterkiosl-5vmd
V5R:unagterkiosl-4
V6CR:SkIe-5garismdln
bSelumnahgpoistr(V7-9)dekla16ibtrhudng.Sjelya,pksV7-9tiundorelmap(k iV1-3tu6seng).Mahlj
1.jarkR1kotansedg:30x/mi
2kotansedg:150x/mi
3kotansedg:10x/mi
4kotansedgm:75x/i
5kotansedgm:60x/i
6kotansedgm:50x/i
1.hitungjmlaR-dk6obesr=Jx10hat/mni
2.150/jarkR-(dlm)=hetni
CarMmekEKG
PnersiapubmldoEKG
Pnersiapmg
1p.Persian
1.Beripnjlasmgkdtu
2.Aturposiaenlg,
3u.Anrkjpasiedtmlg nbraus
4.Pertahnkpivs(Ao2m08,)
12

5p.Persianltdbh
nMuetWryal,209:
1p.Persianlt:
1p.PersinkaltEKG,myFduoJC-710angkeilmbtpwr,doekanlsibug,trmdoeapcilsk hutrme.
2.Bengko
3p.Persianhb:
a.Pst/jelykrod
Ablkoh.70%
c.Kaps
1d.Prouse
1m.MpersinkaltEKG
2n.MghubekalpowrS
3n.Mghubekalrodstngebkauilm
4m.Mnastikelbrfugd
5m.MpersinkaP
6.Pasienpdhrlkmbujtoyaseringd
atsempidunr,kj g(l)tamebihu
opsedurnygakil.
7m.Mbersihnktpa-ygdolekash
70%padnbgvitrlekuhw( an)d
gbianltervdkuwh(pgai),sert.
Jikuaperldng c.
8.Kempoatlkdrisbjy
9.Oleskdanitprom-ygdasnk
elktroda.
10n.Pgaskemptoldribu ang k,
ndgektausb:
Merah:lngk(RA)
Kunig:leaLkrA()
13

uHija:TngkLrF()
Hitam:ungk(RF)
1d.Dbaerijlysungokt
12n.Pgasoelkdtrpi(V-6u) b.
13k.TOaneumtdghpil
14u.Arpotsimjaenglkdbh,uimatrenls.
15m.MbueatrknEKGdi;LI, VRaf1234
V5n,d6a.
16k.Rnamestdipbul3
17.SetlahsimbkunrpowOf,dasleitkr
dpnaogrbcieshk lmuaj.
18.Alat-bdersihknmp ula.
c.Bagnimterpsk ?
Jawb:
Range
pH

PO2

PCO2

7,35-7,45

Interpretasi
pH/ H menunjukkan jika pasien academic (PH<7,35;
H>45) atau alkalemic (pH>7,45; H,35)
O2 yang rendah menunjukkan pasien tidak bernapas

9,3-13,3 kPa

secara tepat (hipoksemia).

(80-100

PO2<60 mmHg suplemen oksigen harus diberikan

mmHg)

PO2<26 mmHg pasien beresiko akan kematian dan

4,7-6,0 kPa

harus diberikan oksigen dengan segera


CO2 dan PCO2 menunjukkan masalah pernapasan. Untuk

(35-45 mmHg)

kecepatan metabolik yang konstan PCO2 ditentukan oleh


ventilasi secara menyeluruh. PCO2 yang tinggi/asidosis
respiratorik menunjukkan underventilation. PCO2 yang
rendah/alkalosis respiratorik menunjukkan
hiper/overventilasi.
Tingkat PCO2 dapat menjadi ABN saat sistem respirasi
bekerja untuk mengompensasi masalah metabolik untuk
menormalkan pH darah.
PCO2 yang meningkat diinginkan pada beberapa
14

perubahan yang berhubungan dengan kegagalan


pernapasan yang dikenal sebagai hipercapnia permissive.
Ion HCO3 menunjukkan apakah ada masalah
metabolik/ketoasidosis. HCO3 yang rendah menunjukkan
HCO3

22-26 mmol/l

metabolik asidosis, HCO3 yang tinggi menunjukkan


metabolik alkalosis. Tingkat HCO3 dapat menjadi ABN
saat ginjal bekerja untuk mengompensasi masalah
pernapasan dengan tujuan menormalkan pH darah.
BE digunakan untuk mengkaji komponen metabolik
dari perubahan asam dan basa dan menunjukkan apakah
pasien mempunyai asidosis metabolik atau alkalosis
metabolik.
BE menunjukkan jumlah asam yang dibutuhkan untuk
mengembalikan pH darah individu ke interval pH (7,357,45) dengan jumlah CO2 pada nilai standar.
BE>+3 menunjukkan pasien mempunyai darah yang

Base
Exces
s

-3 +3 mmol/l

memerlukan peningkatan jumlah asam secara ABN untuk


mengembalikan pH ke netral (menunjukkan alkalosis)
atau mengindikasikan pasien dengan asidosis
metabolik/primer atau sekunder terhadap alkalosis
respiratorik.
BE<-3 biasanya menunjukkan pasien dengan asidosis,
misal kebutuhan asam yang berlebihan dipindahkan dari
darah untuk mengembalikan pH kembali ke normal
(pasien dengan asidosis metabolik/primer atau sekunder
terhadap alkalosis respiratorik)

IV. Keterkaitan Antar Masalah


Ir. Cek Nang(56 tahun) tinggal di palembang

Pergi ke gunung Alpen(3200m di atas permukaan laut

15

Setelah 1 hari
HR :101x/min
RR: 36x/min
TD : 110/80
mmhg

Sesak
nafas
Sakit
kepala
Mual
Terasa
melayang

Tachypne
u&
cyanosis

PCO2 :
60mmHg
PO2: 60mmHg

V. Identifikasi Topik Pembelajaran (Learning Issue)


1. ACUTE MOUNTAIN SICKNESS
MENDAKI GUNUNG
Kenikmatan mendaki gunung dan puncak-puncak ketinggian di dunia memang tidak
dapat dipungkiri merupakan harapan banyak orang. Namun demikian berada di puncakpuncak ketinggian di dunia ada bahaya/resiko yang bisa dialami manusia yaitu bahaya
timbulnya penyakit karena berada di ketinggian (Altitude or Mountain Sickness). Penyakit
ketinggian dapat terjadi pada beberapa orang ketika berada di ketinggian minimal 2.500 m
dpl, tetapi gejala serius bisa saja tidak terjadi hingga berada di ketinggian 3.000 m dpl.
Namun demikian di banyak kasus ketinggian pada dasarnya tidaklah penting tetapi seberapa
cepat kita mendaki ke ketinggian tersebut.
Penyakit Akut di Pegunungan (Acute Mountain Sickness (AMS)) ini sebenarnya lebih
sering terjadi pada pria muda yang terlalu bersemangat karena mereka lebih cenderung untuk
mencoba melakukan pendakian cepat dengan berlari menaiki gunung seperti beberapa super
hero yang nekad. Mengikuti petunjuk umum pendakian jauh lebih aman (dan lebih
menyenangkan) untuk menghindari penyakit ketinggian dengan merencanakan jadwal yang
masuk akal yang memungkinkan untuk aklimatisasi bertahap untuk ketinggian saat kita
mendaki, (Kita dapat turun ke daerah yang lebih rendah secepat yang kita inginkan!).
Apa itu Ketinggian (High Altitude) ?
Sulit untuk menentukan siapa yang mungkin akan terpengaruh oleh penyakit
ketinggian karena tidak ada faktor-faktor tertentu seperti usia, jenis kelamin, atau kondisi
fisik yang berkorelasi dengan kerentanan seseorang terhadap sakit karena ketinggian.
Beberapa orang menjadi rentan tetapi beberapa orang lainnya tidak rentan karena berada di
tempat-tempat yang tinggi.
Kebanyakan orang bisa naik ke 2.500 meter dpl. dengan efek sedikit atau tidak ada. Jika
kita telah berada di ketinggian yang sebelumnya tanpa masalah, kita mungkin dapat kembali
ke ketinggian yang sama tanpa masalah selama kita benar-benar berkalimatisasi. Jika kita
belum berkunjung ke ketinggian tinggi sebelum, kita harus berhati-hati ketika melakukannya.
Penyebab Penyakit Ketinggian
Persentase oksigen di atmosfer di permukaan laut adalah sekitar 21% dan tekanan udara
adalah sekitar 1000MB (760 mmHg).
Seiring dengan peningkatan ketinggian, persentase tetap sama tetapi jumlah molekul
oksigen per sekali menarik napas akan berkurang. Pada 3.600 meter dpl tekanan udara hanya
16

sekitar 630 mb (480 mmHg), jadi ada molekul oksigen sekitar 40% lebih sedikit per sekali
menarik napas sehingga tubuh harus menyesuaikan untuk memiliki oksigen kurang.
Selain itu, tekanan udara lebih rendah pada ketinggian yang lebih tinggi dapat
menyebabkan cairan bocor dari kapiler di kedua paru-paru dan otak yang dapat menyebabkan
cairan keluar dan membanjiri paru-paru atau otak. Melanjutkan ke ketinggian yang lebih
tinggi tanpa aklimatisasi yang tepat dapat menyebabkan penyakit, berpotensi serius bahkan
mengancam jiwa di ketinggian.
Aklimatisasi (Acclimatisation)
Penyebab utama penyakit ketinggian ini jika kita terlalu cepat mencapai tempat-tempat
ketinggian. Apabila kita cukup waktu untuk mencapai tempat-tempat yang tinggi, tubuh kita
akan beradaptasi dengan penurunan oksigen di ketinggian tertentu. Proses ini dikenal sebagai
aklimatisasi dan umumnya membutuhkan satu sampai tiga hari pada setiap ketinggian
tertentu, misalnya jika kita naik sampai 3.000 meter dpl dan menghabiskan beberapa hari di
ketinggian itu, tubuh kita akan menyesuaikan diri sampai 3.000 meter. Jika kita kemudian
naik ke 5.000 meter dpl. tubuh kita harus menyesuaikan diri sekali lagi, demikian seterusnya.
Beberapa perubahan yang akan terjadi dalam tubuh kita yang memungkinkan untuk
mengatasi dengan penurunan oksigen di udara :
Meningkatnya kedalaman bernafas.
Tubuh memproduksi lebih banyak sel darah merah (haemoglobin) untuk membawa oksigen.
Tekanan dalam kapiler paru meningkat, "memaksa" darah ke bagian paru-paru yang biasanya
tidak digunakan ketika bernapas di permukaan laut.
Tubuh memproduksi lebih dari enzim tertentu yang menyebabkan pelepasan oksigen dari
hemoglobin ke jaringan tubuh.
Pernapasan Periodik Selama Tidur (Cheyne-Stokes respirasi)
Di atas 3.000 meter dpl kebanyakan orang mengalami pernapasan periodik selama tidur
yang dikenal sebagai respirasi Cheyne-Stokes. Pola ini dimulai dengan beberapa napas
pendek dan meningkat menjadi respirasi mendesah dalam-dalam kemudian jatuh dengan
cepat bahkan berhenti sama sekali selama beberapa detik dan kemudian napas pendek mulai
lagi. Selama periode ketika bernapas berhenti orang sering menjadi gelisah dan mungkin
terbangun dengan perasaan tiba-tiba sesak napas. Hal ini dapat mengganggu pola tidur,
melelahkan pendaki. Jenis pernapasan tidak dianggap normal di ketinggian. Acetazolamide
sangat membantu dalam mengurangi pernapasan periodik.
Penyakit Akut di Pegunungan (Acute Mountain Sickness (AMS))
AMS adalah sangat umum di ketinggian tinggi. Pada lebih dari 3.000 meter dpl 75%
orang akan mengalami gejala ringan. Terjadinya AMS tergantung pada elevasi, laju
pendakian, dan kerentanan individu. Banyak orang akan mengalami AMS ringan selama
proses aklimatisasi. Gejala biasanya mulai 12 sampai 24 jam setelah tiba di ketinggian dan
mulai penurunan keparahan sekitar hari ketiga.
Gejala AMS ringan meliputi:
Sakit kepala
Mual & Pusing
Kehilangan nafsu makan
Kelelahan
Sesak napas
Tidur terganggu
Perasaan malaise Umum

17

Gejala cenderung lebih buruk pada malam hari dan ketika irama pernapasan menurun.
AMS ringan tidak mengganggu aktivitas normal dan gejala umumnya mereda dalam waktu
dua sampai empat hari sebagai aklimatisasi tubuh. Selama terjadinya gejala yang ringan, dan
hanya mengganggu, pendakian dapat melanjutkan pada tingkat moderat. Ketika hiking,
adalah penting bahwa Anda berkomunikasi gejala penyakit segera untuk orang lain pada
perjalanan Anda.
AMS Sedang
Tanda-tanda dan gejala AMS Sedang meliputi:
Sakit kepala parah yang tidak berkurang dengan obat-obatan
Mual dan muntah kelemahan, meningkatkan dan kelelahan
Sesak napas
Penurunan koordinasi (ataksia).
Aktivitas yang normal sulit, meskipun orang masih dapat berjalan sendiri. Pada tahap ini,
hanya obat-obatan canggih atau keturunannya dapat membalikkan masalah. Turun ke tempat
yang lebih rendah hanya 300 meter dpl akan menghasilkan beberapa perbaikan, dan dua
puluh empat jam pada ketinggian yang lebih rendah akan menghasilkan perbaikan yang
signifikan. Orang harus tetap di ketinggian rendah sampai semua gejala sudah reda (sampai 3
hari). Pada titik ini, orang telah menyesuaikan dengan iklim untuk ketinggian itu dan dapat
mulai mendaki lagi.
Tes terbaik untuk AMS sedang adalah menyuruh seseorang yang terkena AMS sedang
berjalan dengan tumit sampai ujung kaki membentuk garis lurus seperti yang dilakukan pada
tes kesadaran. Seseorang dengan ataksia tidak akan mampu berjalan lurus. Ini merupakan
indikasi yang jelas bahwa turun ke ketinggian yang lebih rendah perlu segera dilakukan. Hal
ini penting untuk menghindari sebelum ataksia mencapai titik di mana mereka tidak bisa
berjalan sendiri (yang akan memerlukan evakuasi tandu).
AMS Parah
AMS parah hasil dalam peningkatan keparahan gejala tersebut termasuk : Sesak napas
saat istirahat, Ketidakmampuan untuk berjalan, Penurunan status mental, Bocor cairan di
paru-paru, AMS parah membutuhkan turun ke tempat yang lebih rendah secepatnya dari
ketinggian sekitar 600 meter dpl dan ke ketinggian yang lebih rendah lagi.
Ada dua kondisi serius yang berhubungan dengan ketinggian AMS parah : High Altitude
Cerebral Edema (HACO) dan High Altitude Edema Paru (HAPO). Yang kedua yang lebih
sering terjadi, terutama bagi mereka yang mampu beradaptasi terhadap iklim. Tapi, ketika
mereka lakukan terjadi, biasanya pada orang yang terlalu tinggi terlalu cepat atau pendakian
pada daerah yang sangat tinggi dan tinggal di sana. Dalam kedua kasus kurangnya hasil
oksigen kebocoran cairan melalui dinding kapiler menjadi baik paru-paru atau otak.
High Altitude Edema Paru (HAPO)
HAPO hasil dari cairan yang terbentuk di paru-paru. Cairan ini mencegah pertukaran
oksigen yang efektif. Ketika kondisi menjadi lebih parah, tingkat oksigen dalam aliran darah
berkurang, yang menyebabkan sianosis, gangguan fungsi otak, dan kematian.
Gejala HAPO meliputi :
Sesak napas pada saat istirahat
Sesak di dada, dan batuk terus-menerus membesarkan cairan putih, berair, atau berbusa
Ditandai kelelahan dan kelemahan
Perasaan sesak napas yang akan datang di malam hari
Kebingungan, dan perilaku irasional

18

Kebingungan, dan perilaku irasional adalah tanda-tanda bahwa oksigen tidak cukup
mencapai otak. Salah satu metode untuk pengujian diri sendiri untuk HAPO adalah untuk
memeriksa waktu pemulihan kita setelah pengerahan tenaga. Dalam kasus HAPO, turun ke
tempat yang lebih rendah secepatnya sekitar 600 meter dpl adalah diperlukan untuk
menyelamatkan nyawa. Siapapun yang menderita HAPO harus dievakuasi ke fasilitas medis
untuk tindak lanjut yang tepat pengobatan.
Pernahkah kita, atau seseorang yang kita kenal, menderita HAPO atau hape (ketinggian
edema paru tinggi / edema)? Kemudian bergabung dengan "Database Internasional HAPE"
registri di seluruh dunia HAPE penderita sebelumnya yang mungkin mempertimbangkan
berpartisipasi dalam studi penelitian masa depan. Untuk informasi lebih lanjut, ikuti link ini: "International HAPE Registry"
Cerebral Edema Tinggi Ketinggian (HACO)
HACO adalah hasil dari pembengkakan jaringan otak dari kebocoran cairan.
Gejala HACO meliputi:
Sakit kepala
Kelemahan
Disorientasi
Kehilangan koordinasi
Penurunan tingkat kesadaran
Kehilangan memori
Halusinasi & perilaku psikosis
Coma.
Ini umumnya terjadi setelah seminggu atau lebih pada ketinggian tinggi. Kasus berat dapat
menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan cepat. Turun ke tempat yang lebih rendah
dengan segera sekitar 600 meter dpl adalah upaya menyelamatkan nyawa yang diperlukan.
Ada beberapa obat yang dapat digunakan untuk pengobatan di lapangan, tapi ini memerlukan
pelatihan yang tepat dalam penggunaannya.
Siapapun yang menderita HACO harus dievakuasi ke fasilitas medis untuk tindak lanjut
pengobatan.
Pencegahan Penyakit Ketinggian
Ini melibatkan aklimatisasi yang tepat dan kemungkinan penggunaan obat-obatan.
BEBERAPA PEDOMAN DASAR UNTUK PENCEGAHAN AMS:
Jika mungkin, jangan berlari atau mendaki terlalu cepat untuk ketinggian tinggi. Mulai di
bawah 3.000 meter dpl dan seterusnya.
Jika kita mendaki terlalu cepat, jangan terlalu percaya diri atau bergerak lebih tinggi
selama 24 jam pertama.
Jika kita mendaki di atas 3.000 meter dpl, hanya meningkatkan ketinggian 300 meter dpl
dengan per hari, dan untuk setiap 900 meter dpl dari elevasi yang diperoleh, mengambil hari
istirahat untuk menyesuaikan diri.
Mendaki ke tempat tinggi dan tidur di tempat yang lebih rendah! Kita bisa naik lebih dari
300 meter dpl dalam satu hari selama kita kembali turun dan tidur di ketinggian yang lebih
rendah rendah.
Jika kita mulai menunjukkan gejala penyakit ketinggian moderat, jangan mendaki lebih
tinggi sampai gejala penyakit berkurang.
Jika gejala meningkat, turun, turun, dan turun ke tempat yang lebih rendah !
Perlu diingat bahwa orang yang berbeda ketahanannya berada pada ketinggian yang berbeda.

19

Pastikan setiap orang dalam tim kita benar-benar mampu menyesuaikan dengan iklim dan
ketinggian sebelum mendaki ke tempat yang lebih tinggi.
Tetap terhidrasi dan minum dengan baik. Aklimatisasi sering disertai dengan kehilangan
cairan, sehingga kita perlu untuk minum banyak cairan untuk tetap terhidrasi dengan baik
(setidaknya 4-6 liter per hari). Output urin harus berlimpah dan jernih, kuning pucat.
Tenang dan tidak melapun atau berbangga diri sendiri ketika kita pertama kali mendapatkan
hingga ketinggian tertentu. Tapi, beraktivitas pada cahaya di siang hari adalah lebih baik
daripada tidur karena pernapasan menurun selama tidur, memperburuk gejala.
Hindari tembakau, alkohol dan obat-obatan depresan lainnya termasuk, barbiturat, penenang,
obat tidur dan opiat seperti dihydrocodeine. Ini lebih lanjut menurunkan rithme pernapasan
saat tidur yang mengakibatkan memburuknya gejala.
Makan
makanan
berkalori
tinggi
sementara
pada
ketinggian.
Ingat: Aklimatisasi dihambat oleh kelelahan, dehidrasi, dan alkohol.
Pencegahan Pengobatan
Acetazolamide (Diamox): Ini adalah obat yang paling dicoba dan diuji untuk pencegahan
dan pengobatan penyakit ketinggian. Tidak seperti dexamethasone (di bawah) obat ini tidak
menutupi gejala namun sebenarnya memperlakukan masalah. Tampaknya bekerja dengan
meningkatkan jumlah alkali (bikarbonat) diekskresikan dalam urin, membuat darah lebih
asam. Acidifying darah drive ventilasi, yang merupakan landasan aklimatisasi.
Untuk pencegahan, 125 sampai 250 mg dua kali sehari mulai satu atau dua hari sebelum
dan berlanjut selama tiga hari setelah ketinggian tertinggi tercapai, efektif. Darah konsentrasi
puncak acetazolamide antara satu sampai empat jam setelah pemberian tablet.
Penelitian telah menunjukkan bahwa pemberian profilaksis acetazolamide pada dosis 250
mg setiap delapan sampai dua belas jam sebelum dan selama pendakian cepat untuk hasil
ketinggian dalam waktu kurang dan / atau kurang gejala berat (seperti sakit kepala sesak,
mual, napas, pusing, mengantuk, dan kelelahan) penyakit gunung akut (AMS). Fungsi paru
lebih besar baik pada subyek dengan AMS ringan dan subyek tanpa gejala. Para pendaki
diperlakukan juga mengalami kesulitan kurang tidur.
Pendakian bertahap selalu diinginkan untuk mencoba untuk menghindari penyakit akut
gunung tetapi jika pendakian cepat dilakukan dan actazolamide digunakan, harus dicatat
bahwa penggunaan tersebut tidak meniadakan kebutuhan untuk turun ke tempat yang lebih
rendah jika bentuk parah penyakit ketinggian tinggi terjadi, yaitu paru atau edema serebral.
Efek samping dari acetazolamide mencakup: kesemutan tidak nyaman jari, jari kaki dan
mencicipi minuman berkarbonasi wajah datar; buang air kecil yang berlebihan, dan jarang,
mengaburkan visi.
Pada kebanyakan treks, pendakian bertahap profilaksis adalah mungkin dan cenderung
putus asa. Tentu saja jika trekker mengalami peningkatan sakit kepala dan mual atau gejala
lain dari AMS, maka pengobatan dengan acetazolamide cukup baik. Dosis pengobatan 250
mg dua kali sehari selama sekitar tiga hari.
Sebuah kursus sidang dianjurkan sebelum pergi ke lokasi terpencil di mana reaksi alergi
yang parah bisa membuktikan sulit untuk mengobati jika terjadi.
Deksametason (steroid) adalah obat yang menurunkan pembengkakan otak dan
membalikkan efek dari AMS. Dosis biasanya 4 mg dua kali sehari selama beberapa hari
dimulai dengan pendakian. Hal ini mencegah sebagian besar gejala penyakit ketinggian
berkembang.
Acute Mountain Sickness
Acute Mountain Sickness adalah suatu hambatan dalam pendakian gunung tinggi,
berbagai penyakit yang bisa di jumpai kala mendaki tingginya gunung layak untuk diketahui,
20

agar pendakian relatif aman dan terjaga dengan pengetahuan. Banyak yang akhirnya tak
kembali pulang dengan selamat setelah mengalami aneka penyakit di gunung yang bisa tiba tiba datang tanpa di rencanakan. Tetapi bisa di antisipasi dengan berlebihnya pengetahuan
tentang Acute Mountain Sickness ( AMS ) berikut ini.
High Altitude
Di ketinggian kita akan mengalami penurunan tekanan barometrik ( tekanan udara ).
Oksigen menyumbang sekitar 21 % terhadap tekanan ini, artinya semakin kita naik maka
semakin sedikit oksigen yang didapat. Ini penyebab utama masalah seperti hypoxia. Tapi
dengan naik secara perlahan - lahan, tubuh kita bisa menyesuaikan dengan tipisnya udara,
istilahnya adalah 'aklimatisasi'. Perubahan fisiologis dalam respirasi, sirkulasi, darah dan
lapisan tubuh meningkatkan pengiriman oksigen dalam tubuh sehingga tubuh lebih mampu
mengatasi masalah kurangnya oksigen. Aklimatisasi sendiri tergantung kepada kecepatan
mendaki, tingkat stress dan fisiologis individual. Kemampuan individu beraklimatisasi
berbeda - beda, ada yang cepat menyesuaikan diri, ada yang lama, bahkan ada yang tidak bisa
sama sekali. Orang yang biasa tinggal di ketinggian cenderung lebih mudah beraklimatisasi,
contohnya para sherpa di Himalaya.
Respiratory Change
Saat naik, kecepatan bernafas kita akan bertambah pula. Ini bisa dimulai sejak
ketinggian 1500 M. Istilahnya adalah Hypoxic Ventilatory Response ( HVR ). HVR
bervariasi dalam tiap orang dan dipengaruhi oleh stimulan ( misalnya kafein dan coca ), serta
depresan ( misalnya alkohol dan antihistamin ). Kebugaran fisik tampak tidak berpengaruh
terhadap HVR. Tingkat HVR yang baik akan meningkatkan aklimatisasi, HVR yang jelek
akan memudahkan terkena penyakit ketinggian. Karena kecepatan nafas bertambah, semakin
banyak oksigen yang dihirup. Tapi kita juga akan semakin banyak mengeluarkan
karbon dioksida sehingga terjadi perubahan kimiawi dalam tubuh. Dalam waktu 24 sampai
48 jam, ginjal berusaha menyelaraskan dengan perubahan kimiawi tersebut dengan
mengeluarkan bikarbonat ( artinya kita akan semakin banyak buang air kecil selama
aklimatisasi ). Proses ini bisa dipercepat kalau memakan obat bernama Acetazolimide /
Diamox
Blood Change
Erythropoietin / EPO mendorong sumsum tulang menghasilkan lebih banyak sel darah merah
( yang tugasnya membawa oksigen ). Hormon ini dihasilkan oleh ginjal kalau terjadi level
oksigen yang rendah. Dalam 4 - 5 hari, sel darah merah yang baru itu masuk ke sirkulasi.
Setelah beberapa minggu di ketinggian, tubuh terus memproduksi sel darah merah untuk
membawa oksigen dari paru - paru ke lapisan tubuh yang memerlukan. Darah ini juga
mengalami perubahan kimiawi supaya oksigennya tetap menetap di paru - paru. Ini
mendorong saturasi oksigen atau jumlah oksigen yang dibawa tiap sel darah merah semakin
meningkat
2.OFISLGTEMKARDVU
Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada. Bagian kanan
dan kiri jantung masing-masing memiliki ruang sebelah atas (atrium yang mengumpulkan
darah dan ruang sebelah bawah (ventrikel) yang mengeluarkan darah. Agar darah hanya
mengalir dalam satu arah, maka ventrikel memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu
katup pada jalan keluar. Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh
21

dan membersihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida). Jantung melaksanakan


fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh
dan memompanya ke dalam paru-paru, dimana darah akan mengambil oksigen dan
membuang karbondioksida. Jantung kemudian mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari
paru-paru dan memompanya ke jaringan di seluruh tubuh.
Fungsi jantung
Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah (disebut diastol),
selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari ruang jantung (disebut
sistol). Kedua atrium mengendur dan berkontraksi secara bersamaan, dan kedua ventrikel
juga mengendur dan berkontraksi secara bersamaan.
Darah yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak karbondioksida dari seluruh
tubuh mengalir melalui 2 vena berbesar (vena kava) menuju ke dalam atrium kanan. Setelah
atrium kanan terisi darah, dia akan mendorong darah ke dalam ventrikel kanan.
Darah dari ventrikel kanan akan dipompa melalui katup pulmoner ke dalam arteri
pulmonalis, menuju ke paru-paru. Darah akan mengalir melalui pembuluh yang sangat kecil
(kapiler) yang mengelilingi kantong udara di paru-paru, menyerap oksigen dan melepaskan
karbondioksida yang selanjutnya dihembuskan.
Darah yang kaya akan oksigen mengalir di dalam vena pulmonalis menuju ke atrium kiri.
Peredaran darah diantara bagian kanan jantung, paru-paru dan atrium kiri disebut sirkulasi
pulmoner.
Darah dalam atrium kiri akan didorong ke dalam ventrikel kiri, yang selanjutnya akan
memompa darah yang kaya akan oksigen ini melewati katup aorta masuk ke dalam aorta
(arteri terbesar dalam tubuh). Darah kaya oksigen ini disediakan untuk seluruh tubuh, kecuali
paru-paru.
Pembuluh darah
Keseluruhan sistem peredaran (sistem kardiovaskuler) terdiri dari arteri, arteriola, kapiler,
venula dan vena.
Arteri (kuat dan lentur) membawa darah dari jantung dan menanggung tekanan darah
yang paling tinggi. Kelenturannya membantu mempertahankan tekanan darah diantara denyut
jantung. Arteri yang lebih kecil dan arteriola memiliki dinding berotot yang menyesuaikan
diameternya untuk meningkatkan atau menurunkan aliran darah ke daerah tertentu.
Kapiler merupakan pembuluh darah yang halus dan berdinding sangat tipis, yang
berfungsi sebagai jembatan diantara arteri (membawa darah dari jantung) dan vena
(membawa darah kembali ke jantung). Kapiler memungkinkan oksigen dan zat makanan
berpindah dari darah ke dalam jaringan dan memungkinkan hasil metabolisme berpindah dari
jaringan ke dalam darah.
Dari kapiler, darah mengalir ke dalam venula lalu ke dalam vena, yang akan membawa
darah kembali ke jantung. Vena memiliki dinding yang tipis, tetapi biasanya diameternya
lebih besar daripada arteri, sehingga vena mengangkut darah dalam volume yang sama tetapi
dengan kecepatan yang lebih rendah dan tidak terlalu dibawah tekanan.
Sistem vaskuler memiliki peranan penting dalam fisiologi kardiovaskuler karena
fungsi utamanya yang berhubungan dengan mekanisme pemeliharaan lingkungan internal.
Sirkulasi darah berfungsi sebagai sistem transpor oksigen, karbondioksida, makanan dan
hormon serta obat obatan keseluruh jaringan. Kardiovaskuler dapat dipengaruhi oleh faktor
perubahan volume cairan tubuh dan hormon tertentu yang langsung atau tidak langsung dapat
berpengaruh pada sistem kardiovaskuler.

22

Fisiologi Jantung
Fisiologi Otot Jantung

Otot jantung terdiri dari tiga tipe utama, yaitu otot atrium, otot ventrikel, dan
serat otot. Tipe otot atrium dan ventrikel berkontraksi dengan cara yang sama seperti
otot rangka dengan kontraksi otot yang lebih lama. Sedangkan serat khusus
penghantar dan pencetus rangsangan berkontraksi degan lemah sekali sebab serat
serat ini hanya mengandung sedikit serat kontraktif.

Fungsi umum otot jantung


1. Sifat rhytmicity / otomatis. Otot jantung secara potensial dapat berkontraksi tanpa
adanya rangsangan dari luar.
2. Mengikuti hukum gagal atau tuntas. Bila impuls yang dilepas mencapai ambang
rangsang otot jantung maka seluruh jantung akan berkontraksi secara maksimal
sebab susunan otot jantung merupakan suatu sinsitium sehingga impuls jantung
segera dapat mencapai semua bagian jantung. Kekuatan kontraksi dapat berubah
ubah tergantung pada faktor tertentu, misalnya serat otot jantung, suhu dan
hormon tertentu.
3. Tidak dapat berkontraksi tetanik. Refraktor absolut pada otot jantung berlangsung
sampai sepertiga masa relaksasi jantung yang merupakan upaya tubuh untuk
melindungi diri.
4. Kekuatan kontraksi dipengaruhi oleh panjang awal otot. Bila seberkas otot rangka
direnggangkan kemudian dirangsang secara maksimal maka otot tersebut akan
berkontraksi dengan kekuatan tertentu.

Elektrofisiologi sel otot jantung


Terdapat 3 macam ion yang mempunyai fungsi penting dalam electrofisiologi sel,
yaitu kalium (K), natrium (Na), dan kalsium(Ca).
Aksi potensial di bagi menjadi 5 fase yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Fase istirahat.
Fase depolarisasi(cepat).
Fase polarisasi parsial.
Fase plato(keadaan stabil).
Fase repolarisasi (cepat).

Siklus jantung.
Jantung mempunyai 4 pompa yang terpisah, yaitu 2 pompa primer atrium dan 2
pompa tenaga ventrikel. Periode akhir kontraksi jantung sampai akhir kontaksi berikutnya
dinamakan siklus jantung.

23

Fungsi jantung sebagai pompa.


Pada setiap siklus jantung terjadi sistole dan diastole secara berurutan dan teratur
dengan adanya katup jantungyang terbuka dan tertutup. Pada saat itu jantung dapat bekerja
sebagai suatu pompa sehingga darah dapat beredar ke seluruh tubuh.

Fungsi atrium sebagai pompa.


Dalam keadaan normal, darah mengalir terus dari vena vena besar kedalam atrium.
Kira kira 70 % aliran ini langsung mengalir dari atrium ke ventrikel walaupun atrium belum
berkontraksi.

Fungsi ventrikel sebagai pompa.


1.
2.
3.
4.
5.

Pengisian ventrikel.
Pengosongan ventrikel selama sistole.
Periode ejeksi.
Proto diastole.
Periode relaksasi isometrik.

Volume akhir diastole dan sistole.


Selama diastole pengisian ventrikel dalam keadaan normal meningkatkan volume
setiap ventrikel sekitar 120 130 ml. Volume ini dinamakan volume akhir diastolik. Pada
waktu ventrikel kosong selama sistole berkurang kira kira 70 ml dinamakan isi kuncup
volume yang tersisa dalam tiap tiap ventrikel sekitar 50 60 ml dinamakan volume
akhir sistolik.

Fungsi katup
Katup antrioventrikular (trikuspidalis dan bikuspidalis) mencegah pengaliran balik
darah dari ventrikel ke atrium selama sistole dan katup semilunaris (aorta dan pulmonalis)
mencegah aliran balik dari aorta dan arteri pulmonalis ke dalam ventrikel salama periode
diastole.

Sistem konduksi pada jantung.


Sistem ini merupakan modifikasi dari otot jantung yang disertai tenaga ritmik
spontan dan serabut saraf tertentu, yaitu :
1. Sinoatrial node (SA node) adalah suatu tumpukan jaringan neuromuskular kecil yang
berada didalam dinding atrium kanan di ujung krista terminalis.
2. Atrioventrikular node (AV node).
24

3. Atrioventrikular bundel (AV bundel).


4. Serabut penghubung terminal (serabut purkinje).

Curah jantung.
Jumlah darah yang dipompakan ventrikel dalam satu menit disebut curah jantung dan
darah yang dipompakan ventrikel pada setiap kali sistole disebut isi sekuncup. Dengan
demikian curah jantung = isi sekuncup frekuensi denyut jantung per menit.

Faktor faktor yang mempengaruhi kerja jantung.


Faktor faktor utama yang mempengaruhi pekerjaan jantung yaitu :
1.
2.
3.
4.

Beban awal.
Kontraktilitas (kemampuan).
Beban akhir.
Frekuensi jantung.

Hukum frank-Starling.
1. Makin besar isi jantung sewaktu diastole maka semakin besar jumlah darah yang
dipompakan ke aorta.
2. Dalam batas batas fiisiologis, jantung memompakan seluruh darah yang kembali ke
jantung tanpa menyebabkan penumpukan darah di vena.
3. Jantung dapat memompakan jumlah darah yang sedikit atau yang banyak tergantung
pada jumlah darah yang mengalir kembali ke vena.

Periode kerja jantung.


1. Periode sistol (periode kontriksi).
2. Periode diastol (periode dilatasi).
3. Periode istirahat.
Persarafan jantung.
Jantung mendapat persarafan dari cabang simpatis dan parasimpatis dari susunan
saraf otonom. Sistem simpatis menggiatkan kerja jantung sedangkan sistem parasimpatis
bersifat menghambat kerja jantung. Perangsangan simpatis jantung mempunyai efek, yaitu:
1. Mempercepat denyut jantung sehingga menyebabkan takikardia.
2. Daya kontraksi jantung menjadi lebih kuat terutama kontraksi miokardium ventrikel.

Bunyi jantung.
Bunyi jantung terjadi karena getaran udara dengan intensitas dan frekuensi tertentu.
Bunyi jantung 1 disebabkan oleh :
25

1. Faktor otot.
2. Faktor katup.
3. Faktor pembuluh.

Tahapan bunyi jantung.


1. Bunyi pertama. Bunyi lub yang rendah disebabkan oleh penutup katup mitral dan
trikuspidalis.
2. Bunyi kedua. Bunyi dup yang lebih pendek dan nyaring yang disebabkan oleh
menutupnya katup aortadan pulmonal setelah sistolik ventrikel berakhir.
3. Bunyi ketiga. Bunyi ini lemah dan rendah, didengar kira kira jalan diastolik.
4. Bunyi keempat. Bunyi ini terkadang dapat didengar segera sebelum bunyi pertama.

Energi untuk kontraksi jantung


Energi terutama berasal dari metabolisme asam lemak dalam jumlah yang lebih kecil
dari metabolisme zat gizi, terutama laktat dan glukosa berbagai reaksi yang mengeluarkan
energi.
Konsumsi oksigen jantung. Proses metabolisme jantung adalah aerobik, yang
membutuhkan oksigen yang berhubungan erat dengan aktifitas metabolisme.

Pengaturan fungsi jantung.


Dua cara dasar pengaturan kerja pompaan jantung adalah sebagai berikut :
1. Autoregulasi intrinsik pompaan akibat perubahan volume darah yang mengalir ke
dalam jantung.
2. Refleks yang mengawasi kecepatan dan kekuatan kontraksi jantung melalui saraf
otonom.

Pengaruh ion pada fungsi jantung.


1. Pengaruh ion kalium. Kelebihan ion kalium dalam cairan ekstrasel menyebabkan
jantung sangat dibatasi dan lemas serta frekuensi jantung lambat.
2. Pengaruh ion kalsium. Kelebihan ion kalsium efeknya hampir berlawanan dengan
efek ion kalium yang menyebabkan jantuung berkontraksi spatis.
3. Pengaruh ion natrium. Kelebihan ion natrium dapat menekan fungsi jantung.
4. Pengaruh suhu pada jantung. Peningkatan suhu menyebabkan peningkatan frekuensi
jantung yang besar, sedangkan penurunan suhu sangat mengurangi frekuensi.

Fungsional sirkulasi.
Bagian bagian yang berperan dalam sirkulasi adalah :
1. Arteri berfungsi menstranspor darah dibawah tekanan tinggi ke jaringan.
26

2. Arteriola adalah cabang kecil dari sistem arteri yang berfungsi sebagai kendali
dimana darah dikeluarkan kedalam kapiler.
3. Kapiler berfungsi untuk pertukaran cairan.
4. Venula berfungsi mengumpulkan darah dari kapiler secara bertahap dan
bergabung menjadi vena yang semakin besar.
5. Vena adalah saluran penampung dan pengangkut darah dari jaringan kembali ke
jantung.

Sistem vaskuler
Sistem vaskuler adalah sistem pembuluh darah yang berfungsi sebagai tempat
mengalirnya darah dari jantung dan menyebar ke seluruh jaringan tubuh dan kembali ke
jantung.
Fungsi utama pembuluh darah arteri adalah untuk mendistriibusikan darah yang kaya
oksigen dari jantung ke seluruh jaringan tubuh.
Sedangkan pembuluh darah vena adalah untuk mengalirkan darah yang membawa
sisa metabolisme dan karbondioksida dari jaringan kembali ke jantung.
Secara anatomis sistem vaskuler dibagi menjadi 3 bagian :
1. Sistem distribusi.
2. Sistem difusi.
3. Sistem pengunpul.

Peranan tekanan dan tahanan darah.


Aliran darah dalam arteri ditentukan oleh beberapa faktor :
1. Perbedaan tekanan yang cenderung mendorong cairan darah untuk mengalir dari
suatu tempat ke tempat lain yang mempunyai tekanan yang lebih rendah.
2. Tahanan pembuluh darah yang cenderung memberikan hambatan terhadap
jalannya aliran darah.
3. KONDISI LINGKUNGAN
1. Tekanan udara di dataran rendah lebih tinggi dibanding dengan pegunungan (dataran
tinggi). Hal ini berhubungan dengan faktor adanya gaya gravitasi bumi yang ditimbulkan.
Gravitasi di dataran rendah menjadi lebih tinggi karena kedekatannya dengan pusat bumi,
sedangkan semakin daerah itu tinggi maka semakin pula menjauhi pusat bumi. Jauhnya
dengan pusat bumi berakibat gaya gravitasinya semakin lemah. Lemahnya gravitasi ini
memunculkan tekanan udara menjadi semakin lemah pula. Tekanan udara yang rendah ini
berakibat kandungan oksigen menjadi rendah yang dapat menyebabkan hipoksia. Tekanan
udara di permukaan air laut adalah 76 cmHg dan setiap perubahan tinggi 100 m maka akan
terjadi perubahan tekanan sebesar 1 mmHg.

Rumus menghitung tekanan atmosfer/udara :


27

Ph = (Pu h/100) cmHg


Ph = tekanan pada ketinggian h
Pu = tekanan udara permukaan air laut
h = tinggi suatu tempat

2. Tekanan parsial oksigen di atmosfer menurun dengan bertambahnya ketinggian. Udara


mengandung 78,08 % N2, 0,03 % CO2, 20,95 % O2, dan 0,01 % unsur lain. Gas ini
bersama-sama mempunyai tekanan 760 mmHg pada ketinggian di permukaan air laut dan
disebut dengan tekanan barometer. Tekanan parsial gas dihitung berdasarkan kelipatan
fraksi dari setiap komponen gas di dalam udara dengan tekanan atmosfer.

PN2 = 760 mmHg x 78,08% = 593,4 mmHg


PCO2

= 760 mmHg x 0,03%

= 0,2 mmHg

PO2 = 760 mmHg x 20,95% = 159,2 mmHg


PX = 760 mmHg x 0,01%

= 0,07 mmHg

Pada dataran tinggi yang tekanan total atmosfer menurun (<760 mmHg) mengakibatkan
tekanan parsial gas penyusun juga menurun. Bila tekanan parsial oksigen di atmosfer turun
maka terjadi juga penurunan PO2 dalam alveoli sehingga pertukaran O2 antara udara
alveoli dan darah juga melambat. Lambatnya pertukaran O2 ini menyebabkan kadar O2
dalam darah juga rendah.

3. Daerah Iklim Dingin (>2500M) mempunyai suhu 11,1-6,2C. Jumlah partikel udara
semakin banyak per satuan volumenya di dataran rendah sedangkan di dataran tinggi
jumlah partikel udara semakin sedikit. Semakin tinggi sebuah wilayah, tekanan udara
makin kecil, energi kinetis makin kecil, gesekan antar molekul udara makin berkurang dan
suhu juga makin kecil (dingin).

4. Pada dataran tinggi suhu lebih rendah (dingin) yang menyebabkan tingkat kelembapan
lebih tinggi. Semakin banyak uap air diudara maka semakin besar pula kelembaban udara
ditempat tersebut. Jika tekanan tekanan uap air dalam udara mencapai maksimum maka itu
tanda bahwa akan mulai terjadi pengembunan.

28

KONDISI LINGKUNGAN DI DATARAN TINGGI


Besarnya tekanan udara atau tekanan barometrik di suatu tempat sangat dipengaruhi oleh
ketinggian tempat tersebut dari permukaan laut. Semakin tinggi suatu tempat maka akan
semakin rendah tekanan barometriknya.Udara memiliki berat dan punya kecenderungan
untuk menekan udara di bawahnya. Akibatnya lokasi yang lebih rendah memiliki kerapatan
molekul udara yang lebih tinggi. Intinya, molekul udara di dataran rendah menjadi lebih
padat, sedangkan di dataran tinggi jadi lebih renggang. Berkaitan dengan teori Gerak Brown
(Browning Motion), molekul gas bergerak terus sepanjang waktu, menghasilkan energi
kinetis (energi yang diperoleh karena gerakan). Molekul gas yang bergerak ini akan saling
bergesekan dan bertabrakan sehingga menimbulkan panas. Karena di dataran tinggi molekul
udara lebih renggang, maka energi kinetis yang dihasilkan lebih kecil sehingga suhu di
dataran tinggi lebih rendah daripada di dataran rendah. Jadi semakin tinggi suatu tempat
maka akan semakin rendah suhu udaranya.Penurunan tekanan barometrik merupakan
penyebab dasar semua persoalan hipoksia pada fisiologi tempat tinggi, karena seiring
terjadinya penurunan tekanan barometrik akan terjadi juga penurunan tekanan oksigen parsial
secara proporsional, sehingga tekanan oksigen selalu tetap dari waktu ke waktu, yaitu
sedikitnya 21% dari tekanan barometrik totalpada ketinggian permukaan laut, PO2 bernilai
sekitar 159 mmHg, tetapi pada ketinggian 50.000 kaki hanya 18 mmHg.Pengaruh Pajanan
Akut Tekanan Atmosfer Rendah pada Kadar Gas Alveolus dan Saturasi Oksigen Arteri.
Menghirup Udara

Menghirup Oksigen Murni

PCO2

PO2

Saturasi

PCO2

PO2

Saturasi

dalam

dalam

Oksigen

dalam

dalam

Oksigen

Alveoli

Alveoli

Arteri

Alveoli

Alveoli

Arteri

(mmHg)

(mmHg)

(%)

(mmHg)

(mmHg)

(%)

159

40 (40)

104 (104)

97 (97) 40

673

100

523

110

36 (23)

67 (77)

90 (92) 40

436

100

20.000

349

73

24 (10)

40 (53)

73 (86) 40

262

100

30.000

226

47

24 (7)

18 (30)

24 (38) 40

139

99

40.000

141

29

36

58

84

50.000

87

18

24

16

15

Tekanan

PO2

Barometer

Udara

(mmHg)

(mmHg)

760

10.000

Ketinggia
n (kaki)

di

*Nomor di dalam kurung adalah nilai teraklimatisasi

29

4. FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI


Respirasi merupakan mekanisme yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan Oksigen
(O2)dan mengeluarkan Karbon dioksida (CO2). O2 merupakan aseptor elektron dan hidrogen
akhir pada rangkaian sitokrom dalam fosforilasi oksidasi di mitokondria. Meskipun sel
mampu melakukan reaksi anaerobik-glikolisis dalam menghasilkan energi namun tanpa
O2 dalam waktu yang relatif lama reaksi selular yang menghasilkan energi akan gagal.
Pada manusia, respirasi terdiri dari 3 fase, yaitu:
1. Respirasi eksternal yaitu mekanisme untuk mendapatkan O2 dari lingkungannya dan
membuang CO2.
2. Transportasi gas pernafasan yaitu mekanisme untuk mendistribusikan O2 ke seluruh
sel-sel tubuh yang membutuhkannya dan mekanisme dimana CO2 dipindahkan dari
sel-sel tubuh ke tempat dimana ia dibuang ke lingkungan.
3. Respirasi internal yaitu mekanisme dimana O2 dibutuhkan oleh sel untuk
menghasilkan energi dan reaksi yang menghasilkan CO2.
Sistem respirasi pada manusia terdiri dari beberapa organ yang masing-masing mempunyai
fungsi yang spesifik. Secara umum fungsi respirasi sebagai berikut :

Pertukaran gas O2 dan CO2

Memanaskan udara dan menjenuhkan udara dengan uap air

Membersihkan udara dari debu dan material asing lainnya

Termoregulasi dan keseimbangan air

Memindahkan material beracun dari darah

Reservoir darah
30


Reaksi metabolisme khusus
Struktur sistem respirasi pada manusia terdiri dari saluran terbuka yang membawa udara
(conducting airways) masuk dan ke luar paru-paru. Udara masuk ke sistem respirasi melalui
hidung kemudian mengalir melalui faring, glotis, laring, trakea, bronkus, bronkiolus ke
alveoli paru-paru. Struktur saluran respirasi terdiri dari mukosa, merupakan membran mucus
yang terdiri dari epithelium dengan lapisan jaringan areolar di bawahnya. Di bawah jaringan
areolar terdapat lamina propria yang menunjang epithelium. Pada bagian atas sistem
respirasi, trakea dan bronki, lamina propria mengandung kelenjar mukus yang menyalurkan
seksesinya ke permukaan epithelium sedangkan pada sistem respirasi bagian bawah terdapat
otot polos. Struktur epithelium respirasi berubah sepanjang saluran respirasi. Pada rongga
hidung dan bagian atas faring epithelium berbentuk pseudokomplek bersilia. Pada bronkiolus
kecil epithelium bertingkat semu digantikan oleh epitel berbentuk kubus dengan silia yang
tersebar. Daerah pertukaran gas pada alveoli dilapisi oleh selapis epithelium gepeng .
Hidung : Hidung merupakan lintasan utama masuknya udara dalam sistem respirasi. Udara
masuk melalui nares eksternal yang terbuka ke dalam rongga hidung. Epitelium yang
terdapat pada vestibula mengandung rambut kasar yang meluas sampai nares
eksternal. Partikel-partikel yang ada di udara seperti debu, serbuk gergaji atau bahkan
serangga akan terperangkap dalam rambut. Dengan demikian, mencegah material-material
tersebut masuk ke rongga hidung. Septum nasal membagi rongga hidung menjadi bagian
kiri dan kanan. Rongga hidung terbuka ke nasofaring melalui nares internal.
Faring : Faring merupakan wadah yang digunakan bersama oleh sistem respirasi dan
pencernaan. Faring di bagi 3 bagian yaitu: 1) nasofaring, 2) orofaring dan 3) laryngofaring.
Trakea: Merupakan tabung yang selalu terbuka oleh karena adanya cincin kartilago. Trakea
memasuki rongga thoraks dan bercabang ke-2 jalan udara utama yaitu bronkus.
Bronkus: Bronkus kanan bercabang menjadi 3 lobus bronki dan bronkus kiri bercabang
menjadi 2 lobus bronki. Lobus bronki bercabang-cabang secara dikotomi yang pada akhirnya
membentuk jalan udara yang kecil sampai mencapai bronkiolus.
Bronkiolus: Bronkiolus bercabang hingga mencapai bronkiolus terminal yang merupakan
jalan udara terkecil tanpa alveoli. Terminal bronkiolus bercabang-cabang membentuk
bronkiolus respiratorius.
Bronkiolus respiratorius: Mengandung sedikit alveoli, bercabang-cabang terus sampai
akhirnya membentuk duktus alveolar yang lebih kecil, kemudian saccus alveolar dengan
alveoli.
Alveoli: Berdinding tipis yang merupakan tempat terjdinya pertukaran gas utama antara
udara alveolar dengan kapiler darah. Semua bagian saluran udara mulai dari bronkiolus
respiratorius sampai alveoli merupakan zona respiratorius paru-paru. Dinding alveoli terdiri
dari epitel gepeng selapis (pneumosit 1) yang hampir langsung mengadakan kontak dengan
endothelium kapiler yang sangat tipis yang berasal dari arteri pulmonalis. Pada paru-paru
manusia dewasa terdapat kira-kira 15 juta duktus alveolar dengan kira-kira 300 juta
alveoli yang mengadakan kontak dengan 300 juta kapiler. Jika rata-rata diameter alveolus
kira-kira 250 m maka total luas area permukaan pertukaran gas kira-kira 70 m.
Paru-paru merupakan massa yang berupa spons dan jaringan elastis yang terbentang dalam
rongga thoraks yang kedap udara. Paru-paru dibungkus oleh pleura visceral yang merupakan
membran jaringan pengikat yang secara anatomi merupakan penerusan dari membran
perikardium. Pleura visceral dipisahkan dari pleura parietal oleh ruang intrapleural yang
sempit yang mengandung beberapa ml cairan yang bekerja sebagai pelumas membran selama
pergerakan ventilasi. Permukaan pertukaran respirasi menerima darah dari arteri lintasan
pulmonalis. Arteri pulmonalis memasuki paru-paru pada bagian hilum dan bercabang
bersamaan dengan bronki ketika mencapai lobulus. Setiap lobulus menerima arteriol dan
venula dan jaringan kapiler yang mengelilingi setiap lobulus sebagai bagian dari membran
31

respirasi. Selanjutnya, menyediakan mekanisme untuk pertukaran gas. Darah dari kapiler
alveolar melintasi venula pulmonalis dan kemudian memasuki vena pulmonalis yang
membawanya ke atrium kiri.
MEKANSIME RESPIRASI
Difusi merupakan mekanisme dasar dimana O2 atau CO2 melintasi membran atau berpindah
oleh karena adanya perbedaan konsentrasi. Mekanisme pertukaran gas di paru-paru terdiri
dari inspirasi dimana udara dari luar masuk ke paru-paru dan ekspirasi dimana udara ke luar
dari paru-paru. Selama pernafasan normal, mekanisme inspirasi melibatkan otot-otot
diafragma dan intercostalis eksterna. Ketika diapragma berkontraksi, serabut-serabut otot
memendek sehingga mengakibatkan diafragma mendatar sehingga rongga thoraks membesar.
Demikian juga ketika otot intercostalis eksterna berkontraksi, tulang rusuk bergerak ke atas
dan ke depan sehingga rongga thoraks meluas ke arah lateral dan anterior-posterior. Hal ini
menyebabkan peningkatan volume rongga thoraks sehingga tekanan dalam thoraks lebih
rendah dari tekanan udara luar dan udara masuk ke dalam paru-paru. Pada proses respirasi
normal, ekspirasi merupakan proses pasif akibat 1) relaksasi otot-otot inspirasi sehingga
menurunkan volume rongga thoraks dan, 2) sifat elastic recoil paru-paru yang
mengakibatkan paru-paru mengempis. Ekspirasi akibat penurunan volume rongga thoraks
seiring dengan relaksasi serabut-serabut otot diapragma mengembalikan bentuk konfigurasi
diapragma seperti semula.. Penurunan volume menyebabkan tekanan dalam rongga thoraks
lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan di luar sehingga udara keluar dari paru-paru.
Pertukaran gas dalam membran respirasi sangat efisien yang disebabkan faktor-faktor sebagai
berikut:
Perbedaan tekanan partial yang sangat besar gas-gas pernafasan antara alveoli dengan
darah.
Tekanan parsial O2 (PO2) darah yang kaya oksigen di arteri adalah 100 mmHg
sedangkan tekanan parsial CO2 (PCO2) sebesar 40 mmHg. Sel jaringan tubuh
mempunyai PO2 40 mmHg dan PCO2 45 mmHg. Perbedaan tekanan ini membuat
pertukaran O2 dari darah arteri (PO2 100 mmHg) ke sel jaringan (PO2 40 mmHg).
Sebaliknya, CO2 bertukar dari jaringan (PCO2 45 mmHg) ke darah (PCO2 40 mmHg).
Setelah dari jaringan akhirnya darah vena juga mengandung PCO2 45 mmHg dan
PCO2 40 mmHg yang sama dengan jaringan. Darah vena kemudian sampai ke paru.
Gas dalam alveoli mempunyai PO2 105 mmHg dan PCO2 40 mmHg. Sama seperti di
jaringan, perbedaan tekanan parsial ini membuat pertukaran O2 dari udara dalam
alveoli (PO2 105 mmHg) ke darah (PO2 40 mmHg). Sebaliknya, CO2 bertukar dari
darah(PCO2 45 mmHg) ke udara alveoli (PCO2 40 mmHg). Antara udara dalam alveoli
dan udara atmosfer juga terjadi pertukaran gas CO dari alveoli (PCO2 40 mmHg) ke
udara atmosfer (PCO2 0,3 mmHg), sebaliknya O2 dari udara atmosfer (PO2 158
mmHg) ke udara alveoli (PO2 45 mmHg). Kadar O2 dan CO2 jaringan tergantung
aktivitas sel penyusun jaringan. Pada kondisi istirahat, jaringan hanya butuh 25%
oksigen dari darah yang teroksigenasi sehingga terjadi retensi 75% oksigen. Pada
kondisi olahraga, akan lebih banyk lagi oksigen yang berdifusi ke sel jaringan yang
aktif secara metabolik. Sel aktif memakai lebih banyak oksigen untuk menghasilkan
ATP sehingga kandungan oksigen dalam darah turun di bawah 75% .

32

Jarak yang terlibat dalam pertukaran gas sangat pendek. Membrane respirasi sangat
tipis sekitar 0,5 mikro (1/16 diameter eritrosit) sehingga mempercepat difusi gas.
Adanya cairan diantara alveoli misalnya edema paru akan memperlambat kecepatan
pertukaran gas karena jarak difusi meningkat.
Berat molekul dan tingkat kelarutan gas. Oksigen mempunyai berat molekul yang lebih
rendah daripada CO2 sehingga difusi melalui membrane respiratori juga lebih cepat.
Namun kelarutan CO2 24 kali lipat daripada O2 sehingga pada akhirnya CO2 berdifusi
20 kali lebih cepat dari O2. Akibatnya ketika difusi berjalan lebih lambat misalnya pada
emfisema dan edema paru, maka hipoksia (kekurangan O 2) terjadi lebih dahulu
daripada retensi CO2 yang berarti (hiperkapnia).
Total luas area permukaan dimana terjadi pertukaran gas sangat luas. Permukaan
alveoli sangat luas (total 300 juta alveoli dengan luas permukaan sekitar 70 m2)
sehingga menyebabkan pertukaran udara bisa terjadi dengan cepat. Pada kondisi yang
menurunkan luas permukaan membrane misalnya pada emfisema, pertukaran gas
terjadi lebih lambat.
Struktur aliran darah dan aliran udara yang baik sehingga memperbaiki efisiensi baik
ventilasi paru-paru maupun sirkulasi paru-paru.

Sistem pernafasan terdiri dari organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah pompa
ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernafasan, diagfragma, isi abdomen,
dinding abdomen dan pusat pernafasan di otak. Pada keadaan istirahat frekuensi pernafasan
33

12-15 kali per menit. Ada 3 langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi paru dan
difusi.
1. Ventilasi
Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan paru-paru, jumlahnya sekitar 500
ml. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang elastis serta persyarafan
yang utuh. Otot pernapasan inspirasi utama adalah diagfragma. Diafragma dipersyarafi
oleh saraf frenik, yang keluarnya dari medulla spinalis pada vertebra servikal keempat.
Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan tekanan
udara antara intrapleura dengan tekanan atmosfer, dimana pada inspirasi tekanan
intrapleural lebih negative (725 mmHg) daripada tekanan atmosfer (760 mmHg) sehingga
udara masuk ke alveoli.
Efektifnya ventilasi terganutung pada faktor :
Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas akan
menghalangi masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru-paru.
Adekuatnya sistem saraf pusat dan pusat pernafasan
Adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru-paru
Kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma, eksternal interkosa, internal
interkosa, otot abdominal.
2. Perfusi Paru
Perfusi paru adalah gerakan darah melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi, dimana
pada sirkulasi paru adalah darah deoksigenasi yang mengalir dalam arteri pulmonaris dari
ventrikel kanan jantung. Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam
proses pertukaran oksigen dan karbondioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru
merupakan 8-9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat
mengakodasi variasi volume darah yang besar sehingga digunakan jika sewaktu-waktu
terjadi penurunan voleme atau tekanan darah sistemik.
3. Difusi
Oksigen terus-menerus berdifusi dari udara dalam alveoli ke dalam aliran darah dan
karbon dioksida (CO2) terus berdifusi dari darah ke dalam alveoli. Difusi adalah
pergerakan molekul dari area dengan konsentrasi tinggi ke area konsentrasi rendah. Difusi
udara respirasi terjadi antara alveolus dengan membrane kapiler. Perbedaan tekanan pada
area membran respirasi akan mempengaruhi proses difusi. Misalnya PO 2 di alveoli sekitar
100 mmHg sedangkan tekanan parsial pada kapiler pulmonal 60 mmHg sehingga oksigen
akan berdifusi masuk ke dalam darah. Berbeda halnya dengan CO 2 dengan PCO2 dalam
kapiler 45 mmHg sedangkan pada alveoli 40 mmHg maka CO2 akan berdifusi keluar
alveoli
a. Pernafasan Eksternal
Ketika kita menghirup udara dari lingkungan luar, udara tersebut akan masuk ke dalam
paru-paru. Udara masuk yang mengandung oksigen tersebut akan diikat darah lewat
difusi. Pada saat yang sama, darah yang mengandung karbondioksida akan dilepaskan.
Proses pertukaran oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) antara udara dan darah dalam
paru-paru dinamakan pernapasan eksternal. Saat sel darah merah (eritrosit) masuk ke
dalam kapiler paru-paru, sebagian besar CO2 yang diangkut berbentuk ion bikarbonat
(HCO3- ) . Dengan bantuan enzim karbonat anhidrase, karbondioksida (CO 2) air (H2O)
yang tinggal sedikit dalam darah akan segera berdifusi keluar. Seketika itu juga,
hemoglobin tereduksi (HHb) melepaskan ion-ion hidrogen sehingga hemoglobinnya
(Hb) juga ikut terlepas. Kemudian, hemoglobin akan berikatan dengan oksigen (O2)
menjadi oksihemoglobin (HbO2). Proses difusi dapat terjadi pada paru-paru (alveolus),
karena ada perbedaan tekanan parsial antara udara dan darah dalam alveolus. Tekanan
34

parsial membuat konsentrasi oksigen dan karbondioksida pada darah dan udara berbeda.
Tekanan parsial oksigen yang kita hirup akan lebih besar dibandingkan tekanan parsial
oksigen pada alveolus paru-paru. Dengan kata lain, konsentrasi oksigen pada udara lebih
tinggi daripada konsentrasi oksigen pada darah. Oleh karena itu, oksigen dari udara akan
berdifusi menuju darah pada alveolus paru-paru. Sementara itu, tekanan parsial
karbondioksida dalam darah lebih besar dibandingkan tekanan parsial karbondioksida
pada udara. Sehingga, konsentrasi karbondioksida pada darah akan lebih kecil di
bandingkan konsentrasi karbondioksida pada udara. Akibatnya, karbondioksida pada
darah berdifusi menuju udara dan akan dibawa keluar tubuh lewat hidung.
b. Pernafasan Internal
Berbeda dengan pernapasan eksternal, proses terjadinya pertukaran gas pada pernapasan
internal berlangsung di dalam jaringan tubuh. Proses pertukaran oksigen dalam darah
dan karbondioksida tersebut berlangsung dalam respirasi seluler. Setelah
oksihemoglobin (HbO2) dalam paru-paru terbentuk, oksigen akan lepas, dan selanjutnya
menuju cairan jaringan tubuh. Oksigen tersebut akan digunakan dalam proses
metabolisme sel. Proses masuknya oksigen ke dalam cairan jaringan tubuh juga melalui
proses difusi. Proses difusi ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan parsial oksigen
dan karbondioksida antara darah dan cairan jaringan. Tekanan parsial oksigen dalam
cairan jaringan, lebih rendah dibandingkan oksigen yang berada dalam darah. Artinya
konsentrasi oksigen dalam cairan jaringan lebih rendah. Oleh karena itu, oksigen dalam
darah mengalir menuju cairan jaringan. Sementara itu, tekanan karbondioksida pada
darah lebih rendah daripada cairan jaringan. Akibatnya, karbondioksida yang terkandung
dalam sel-sel tubuh berdifusi ke dalam darah. Karbondioksida yang diangkut oleh darah,
sebagian kecilnya akan berikatan bersama hemoglobin membentuk karboksi hemoglobin
(HbCO2). Namun, sebagian besar karbondioksida tersebut masuk ke dalam plasma
darah dan bergabung dengan air menjadi asam karbonat (H2CO3).
FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI PADA SAAT HIPOKSIA
Adaptasi adalah konsekuensi terjadinya hipoksia karena pengurangan jumlah molekul
oksigen yang dihirup pada waktu bernapas. Hipoksia merupakan keadaan dimana terjadi
defisiensi oksigen yang mengakibatkan kerusakan sel akibat penurunan respirasi oksidatif
aerob sel. Hipoksia merupakan penyebab penting dan umum dari cedera dan kematian sel.
Tergantung pada beratnya hipoksia sel dapat mengalami adaptasi, cedera atau kematian.
Hipoksia merupakan keadaan dimana terjadi kekurangan oksigen yang mencapai jaringan,
gejala yang tampak antara lain mual, nafas pendek, dan pusing. Adaptasi biologis terhadap
hipoksia tertutama tergantung pada tekanan parsial oksigen di atmosfer, yang secara
proporsional menurun dengan bertambahnya ketinggian. Pada ketinggian 3500 m tekanan
barometer berkurang menjadi 493 mmHg dan tekanan oksigen berkurang hingga 35%
dibandingkan dengan permukaan laut. Turunnya tekanan oksigen pada tempat tinggi
menyebabkan berkurangnya saturasi oksigen darah arteri karena proporsi pembentukan
oksihemoglobin dalam darah tergnatung pada tekanan parsial oksigen dalam alveoli. Pada
manusia yang mencapai ketinggian lebih dari 3.000 m (10.000 kaki) dalam waktu singkat,
tekanan oksigen intra alveolar (PO2) dengan cepat turun hingga 60 mmHg dan gangguan
memori, serta gangguan fungsi serebri mulai bermanifestasi. penurunan kemampuan terhadap
adaptasi gelap, peningkatan frekuensi pernapasan, peningkatan denyut jantung, tekanan
sistolik, dan curah jantung (cardiac output). Sedangkan jika berlanjut terus akan terjadi
gangguan yang lebih berat seperti berkurangnya pandangan sentral dan perifer, termasuk
ketajaman penglihatan, dan pendengaran yang terganggu. Demikian juga kemampuan
koordinasi psikomotor akan berkurang. Pada tahapan yang kritis setelah terjadinya sianosis
35

dan sindroma hiperventilasi berat, maka tingkat kesadaran akan berlangsung hilang dan pada
tahaop akhir dapat terjadi kejang dilanjutkan dengan henti napas.
PUSAT KONTROL PERNAPASAN
Pengendalian dan pengaturan pernapasan dilakukan oleh sistem persyarafan, mekanisme
kimia, dan mekanisme non kimia.
A.Sistem Persarafan
Korteks Cerebri: Berperan dalam pengaturan pernapasan yang bersifat volunter
Medulla
oblongata
: Terletak pada batang otak, berperan dalam pernapasan automatik atau
spontan
(pengaturan
irama pernafasan dengan mengatur pergerakan otot bantu nafas).
Pons:
Pusat apneutik (pons bagian bawah)
:
mengkoordinasi transisi antara inspirasi dan
ekspirasi dengan cara mengirimkan rangsangan impuls pada area inspirasi dan
menghambat ekspirasi
Pusat pnumotaksis (pons bagian atas) : Membatasi durasi inspirasi, tetapi
meningkatkan frekuensi respirasi sehingga irama respirasi menjadi halus dan
teratur proses inspirasi dan ekspirasi berjalan secara teratur pula .
B. Kontrol Kimia
Kadar oksigen, karbon dioksida dan ion hidrogen dalam darah arteri. Perubahan tersebut
menimbulkan perubahan kimia dan menimbulkan respon dari sensor
yang
disebut
kemoreseptor.
Ada 2 jenis kemoreseptor, yaitu kemoreseptor pusat yang
berada
di medulla
dan kemoreseptor
perifer
yang berada di badan aorta dan karotid
pada sistem arteri.
a.Kemoreseptor pusat, dirangsang oleh peningkatan kadar karbon dioksida dalam
darah arteri,
cairan serebrospinal peningkatan ion hidrogen dengan meresponpeningkatan frekuensi da
n kedalaman pernapasan.
b. Kemoreseptor perifer, reseptor kimia ini peka terhadap perubahan konsentrasi
oksigen, karbon dioksida dan ion hidrogen.
C. Kontrol Non Kimia
1. Baroreseptor: berada pada sinus kortikus, arkus aorta
atrium, ventrikel dan
pembuluh darah besar
2. Peningkatan suhu tubuh
3. Hormon Epinephrin
4. Refleks hering-breuer, yaitu refleks hambatan inspirasi dan ekspirasi
FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI
Fungsi utama saluran pernafasan adalah untuk memperoleh oksigen agar dapat
digunakan oleh sel-sel tubuh dan mengeliminasi CO2 yang dhasilkan oleh sel. Pernafasan
terdiri atas respirasi internal dan respirasi eksternal. Respirasi internal atau selular mengacu
kepada proses metabolisme intrasel yang berlangsung di dalam mitokondria, yang
menggunakan O2 dan menghasilkan CO2 selama penyerapan energi dari molekul nutrien.
Respirasi eksternal mengacu kepada keseluruhan rangkaian kejadian yang terlibat dalam
pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh.

36

Sistem pernapasan mencakup saluran pernapasan yang berjalan ke paru dan struktur
toraks yang terlibat menimbulkan gerakan udara melalui saluranpernapasan. Saluran
pernapasan adalah saluran yang mengangkut udara antara atmosfer dan alveolus, tempat
terakhir yang merupakan satu-satunya tempat pertukaran gas-gas antara udara dan darah
dapat berlangsung.

FISIOLOGI HIDUNG
Hidung memiliki beberapa fungsi, diantaranya adalah:
1. Penghiduan, yaitu mencium bau apabila partikel zat yang berbau disebarkan secara difusi
lewat udara dan akan menyebabkan reaksi kimia saat mencapai epitel olfaktorius.
2. Tahanan jalan napas. Hidung dan berbagai katup inspirasi dan ekspirasi, termasuk erektil
konka dan septum nasi memiliki kerja sebagai berikut:
a. Menghaluskan dan membentuk aliran udara
b. Mengatur volume dan tekanan udara yang lewat
c. Penyesuaian udara
3. Penyesuaian udara. Aliran udara berubah melalui perubahan fisik jaringan erektil hidung
dan dalam waktu singkat udara inspirasi akan dihangatkan atau didinginkan mendekati suhu
tubuh dan kelembaban mendekati 100%.
4. Purifikasi udara atau pemurnian udara dari kotoran serta benda asing dapat terjadi karena
adanya fungsi dari rambut hidung dan vibrisa pada vestibulum nasi yang berlapis kulit

FISIOLOGI FARING
Benda asing yang tertimbun saat inspirasi

Faring Posterior

Mucus kental dari mukosa siliar

37

Fungsi:
Transpor partikel, Sawar allergen (IgE), virus dan bakteri (fagosit)

FISIOLOGI LARING
Fungsi utama laring adalah melindungi jalan napas. Fungsi lainnya untuk batuk dan
fonasi (bicara). Setelah laring aliran udara akan melewati trakea, yang kemudian terbagi lagi
menjadi 2 cabang utama, Bronkus kanan dan bronkus kiri. Dari masing-masing bronkus akan
terjadi percabangan yang lebih banyak dan kecil seperti ranting yang disebut bronkiolus.
Dimana di ujungujung bronkiolus terkumpul alveolus.
ALVEOLUS
Alveolus merupakan kantung udara berdinding tipis, dapat mengembang dan
berbentuk seperti anggur yang terdapat di ujung percabangan saluran pernapasan. Agar udara
dapat keluar masuk paru, keseluruhan saluran pernapasan dari pintu masuk melalui
bronkiolus terminal ke alveolus harus tetap terbuka.

PROSES PERNAPASAN
1. Ventilasi
Ventilasi adalah proses pergerakan udara ke dan dari dalam paru, terdiri atas dua tahap, yaitu:
a. Inspirasi : pergerakan udara dari luar ke dalam paru. Terjadi inspirasi bila tekanan
intrapulmonal lebih rendah dibanding tekanan udara luar.Penurunan intrapulmonal saat
inspirasi disebabkan oleh mengembangnya rongga toraks akibat kontraksi otot-otot inspirasi.
Proses:
Kontraksi otot diaragma dan intercostalis eksterna

Volume toraks membesar

Tekanan intapleura turun

Paru mengembang

Tekanan intraalveolus menurun

Udara masuk ke paru


b. Ekspirasi : pergerakan udara dari dalam keluar paru. Terjadi bila tekanan intrapulmonal
lebih tinggi dibanding tekanan udara luar sehingga udara bergerak keluar paru. Meningkatnya
tekanan di dalam rongga paru karena volume rongga paru mengecil akibat proses
penguncupan karena daya elastisitas paru. Penguncupan terjadi akibat otot-otot inspirasi
mulai relaksasi. Proses:
Otot inspirasi relaksasi

Volume toraks mengecil


38


Tekanan intrapleura meningkat

volume paru mengecil

Tekanan intrapulmonal meningkat

Udara bergerak keluar paru


2. Difusi
Gas berdifusi secara pasif dari alveolus ke darah di dalam kapiler paru atau sebaliknya
mengikuti penurunan gradien tekanan parsial masing-masing gas.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada difusi gas dalam paru:
a. Gradien tekanan parsial gas
Merupakan perbedaan tekanan suatu gas antara alveolus dan kapiler paru atau kapiler
jaringan dengan sel-sel jaringan. Faktor ini adalah penentu utama kecepatan pertukaran gas.
Semakin tinggi gradien tekanan parsialnya semakin cepat pertukaran gas yang terjadi.
b. Luas membran
Makin luas area membran alveolokapiler yang ikut dalam pertukaran gas, semakin cepat dan
banyak pertukaran gas yang terjadi.
c. Ketebalan sawar pemisah antara udara dengan darah
Sawar yang memisahkan antara udara dengan darah berupa membran alveolokapiler dan juga
jaringan interstisium diantara alveolus dan kapiler paru. Semakin tebal sawar tersebut
semakin menurun kecepatan pertukaran gas yang terjadi.
d. Koefisien difusi
Merupakan besaran daya larut suatu gas di dalam jaringan tubuh. Semakin tinggi koefisien
difusi suatu gas, semakin mudah gas tersebut berpindah mengikuti penurunan gradien
tekanan parsial. Oleh karena itu semakin cepat juga terjadi pertukaran gas.
3. Transportasi
Transportasi adalah proses perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke paru
dengan bantuan aliran darah yang dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Transpor gas O2
Oksigen dalam aliran darah terbagi menjadi 2:
1) Larut dalam plasma (1,5%)
2) Terikat dengan Hb (98,5%)
Karena persentase transportasi O2 lebih banyak yang berikatan dengan Hb, maka jumlah O2
dalam darah sangat dipengaruhi oleh kadar Hb dalam darah dan daya ikat Hb dengan O2. Di
dalam sel darah merah O2 berikatan dengan molekul heme Hb membentuk oksihemoglobin
(HbO2).
b. Transpor gas CO2
CO2 dari jaringan masuk ke plasma untuk kemudian ditransportasikan ke paru melalui
beberapa cara, yaitu:
1) Larut dalam plasma (10%)
2) Berikatan dengan Hb (30%)
Berbeda dengan O2, CO2 di dalam sel darah merah berikatan dengan globin membentuk
karbamino hemoglobin (HbCO2).
3) Sebagai bikarbonat (60%)
CO2 berikatan dengan H2O membentuk asam bikarbonat (H2CO3) untuk kemudian melepas
atom H+ dan berubah lagi menjadi asam karbonat (HCO3
39

-). Paling banyak terjadi di dalam sel darah merah dengan bantuan ezim karbonat anhidrase.

HIPOKSIA
Hipoksia merupakan suatu keadaan yang terjadi secara akut sebagai akibat dari tidak
adekuatnya oksigenasi jaringan. Dulu dikenal dengan istilah anoxia, tapi tidak relevan karena
selama manusia hidup jaringan tidak pernah mengalami keadaan tanpa oksigen sama sekali.
Klasifikasi Hipoksia
1. Hypoxic-Hipoksia, yaitu hipoksia yang terjadi karena menurunnya tekanan parsial oksigen
dalam paru atau karena terlalu tebalnya dinding paru. Hypoxic Hipoksia inilah yang sering
dijumpai pada penerbangan, karena semakin tinggi terbang semakin rendah tekanan
barometernya sehingga tekanan parsial oksigennya pun akan semakin kecil.
2. Anemic-Hipoksia, yaitu hipoksia yang disebabkan oleh karena berkurangnya hemoglobin
dalam darah baik karena jumlah darahnya yang kurang (perdarahan) maupun karena kadar
Hb dalam darah menurun (anemia).
3. Stagnant-Hipoksia, yaitu hipoksia yang terjadi karena adanya bendungan sistem peredaran
darah sehingga aliran darah tidak lancar, sehingga jumlah oksigen yang diangkut dari paru
menuju sel menjadi bekurang. Stagnant hipoksia sering terjadi pada penderita penyakit
jantung.
4. Histotoxic-Hipoksia, yaitu hipoksia yang terjadi karena adanya bahan racun dalam tubuh
sehingga mengganggu kelancaran pemapasan internal. Contohnya pada orang yang
mengkonsumsi alkohol dan narkotika, atau terkena racun sianida, maka kemampuan sel
untuk menggunakan oksigen yang tersedia menjadi menurun.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hipoksia:
1. Ketinggian tempat
2. Kecepatan naik
3. Lamanya di ketinggian
4. Suhu lingkungan
5. Kegiatan fisik
6. Faktor individual:
a. Toleransi perorangan
b. Kesamaptaan jasmani
c. Emosi
d. Aklimatisasi
Pencegahan Hipoksia
Pencegahan hipoksia dapat dilakukan dengan beberapa cara mulai dari penggunaan
oksigen yang sesuai dengan ketinggian tempat kita berada, pernapasan dengan tekanan dan
penggunaan pressure suit, pengawasan yang baik terhadap persediaan oksigen pada
penerbangan, pengukuran pressurized cabin, mengikuti ketentuan-ketentuan dalam
penerbangan dan sebagainya. Cara lain untuk pencegahan yaitu latihan mengenal datangnya
bahaya hipoksia agar dapat selalu siap menghadapi bahaya tersebut.
Pengobatan Hipoksia
Pengobatan hipoksia yang paling baik adalah pemberian oksigen secepat mungkin
sebelum terlambat, karena bila terlambat dapat mengakibatkan kelainan (cacat) sampai
dengan kematian. Pada penerbangan bila terjadi hipoksia harus
40

segera menggunakan masker oksigen atau segera turun pada ketinggian yang aman yaitu di
bawah 10,000 kaki.
5. HOMEOSTASIS
Homeostasis merujuk pada ketahanan atau mekanisme pengaturan lingkungan kesetimbangan
dinamis dalam (badan organisme) yang konstan. Homeostasis merupakan salah satu konsep
yang paling penting dalam biologi. Bidang fisiologi dapat mengklasifkasikan mekanisme
homeostasis pengaturan dalam organisme. Umpan balik homeostasis terjadi pada setiap
organisme.
Terdapat 2 jenis keadaan konstan atau mantap dalam homeostasis, yaitu:
1. Sistem tertutup - Keseimbangan statis
o Di mana keadaan dalam yang tidak berubah seperti botol tertutup.
2. Sistem terbuka - Keseimbangan dinamik
o Di mana keadaan dalam yang konstan walaupun sistem ini terus berubah contohnya seperti
sebuah kolam di dasar air terjun.Organisme mempunyai 2 lingkungan, yaitu:
1. Lingkungan luar yaitu lingkungan yang mengelilingi organisme secara keseluruhan.
Organisme akan hidup berkelompok dengan organisme-organisme (biotik) dan objek-objek
yang mati (abiotik).
2. Lingkungan dalam yaitu lingkungan dinamis dalam badan manusia yang terdiri dari fluida
yang mengelilingi komunitas sel-sel yang membentuk badan.
Biotik ialah komponen hidup yang meliputi semua organisme hidup. Contoh komponen
biosis
Manusia
Tumbuhan
Hewan
Abiotik ialah komponen mati, antara lain:
Suhu
Nilai pH
Cahaya
Kelembapan
Topografi
Iklim
Perubahan lingkungan

41

Perubahan kecil dalam lingkungan dinamis dalam tubuh bisa menyebabkan sel-sel mati.
Contoh-contoh yang akan menyebabkan sel-sel mati walaupun dalam jumlah kecil ialah
seperti:
Dehidrasi - Kurang air
Zat makanan yang kurang
Sisa racun dikumpul dalam badan
Suhu berubah dengan mendadak berubah menjadi es batu
Faktor
Setiap faktor mempunyai jumlah tertentu yang dapat memengaruhi lingkungan dinamis.
Contoh beberapa faktor dalam fluida yang perlu diatur jumlahnya:
pH - 7,3 - 7,4, berbeda dengan salur alimentari jumlah, pH adalah berbeda-beda pada
tempat tertentu.
Suhu - 37oC - 39oC
Glukosa - 4,4 - 5,5 mmol/dm3
Urea - 3,3 - 6,6 mmol/dm3
Kepentingan
Akibat perubahan kecil pada jumlah, hal ini akan menimbulkan masalah kepada organisme
yang senantiasa berada dalam lingkungan luar yang tidak tentu dan cara hidup yang kurang
sehat. Maka, untuk mengadaptasi perubahan ini, Tuhan telah menciptakan organ-organ
tertentu dalam badan organisme untuk mengimbangi, mengatur, mengstabilkan,
menyesuaikan, dan meneruskan lingkungan dalam supaya berada dalam keadaan yang stabil
untuk sel-sel terus hidup dan berfungsi secara optimum.
Beberapa kepentingannya ialah:
Memungkinkan organisme beradaptasi pada lingkungan luar yang mempunyai jumlah dan
habitat yang lebih luas.
Menyediakan keadaan dalam (lingkungan dinamis dalam badan organisme) yang stabil
supaya
sel-sel dapat menjalankan hidup dengan efisien.
Memungkinkan kadar metabolisme diatur secara efisien pada saat tertentu.
BolehMemungkinkan enzim-enzim menjalankan fungsinya dengan optimum.
Mekanisme
Mekanisme ini diatur oleh otak terutama hipotalamus, yang bila terangsang akan merangsang
koordinasi tubuh. Proses ini akan terjadi terus menerus hingga lingkungan dinamis dalam
tubuh akan berada pada jumlah yang normal.
42

2 koordinasi badan yang terlibat ialah:


1. Kordinasi kimia - Seperti hormon
2. Kordinasi saraf - Seperti impuls saraf
Beberapa proses-proses yang terlibat ialah:
1. Umpan balik positif - Contoh demam, badan akan bertambah panas untuk membunuh
bakteri
dan virus.
2. Umpan balik negatif - Contoh keadaan panas, badan akan diatur untuk mengurangi panas
badan.
Contoh homeostasis yang ringkas ialah
Apabila cuaca panas, sistem kulit akan merespon dengan mengeluarkan peluh melalui
kelenjar
keringat pada epidermis kulit untuk mencegah suhu darahnya meningkat, pembuluh darah
akan mengembang untuk mengeluarkan panas ke sekitarnya, hal ini juga menyebabkan kulit
berwarna merah.
Apabila kadar glukosa dalam darah telah habis atau berkurang dari jumlah tertentu, hati
akan dirangsang oleh insulin untuk mengubah glikogen menjadi glukosa supaya dapat
digunakan sebagai tenaga untuk kontraksi otot.
Organ-organ yang terlibat dalam pengaturan homeostasis antara lain:
Hati
Ginjal
Kulit
Proses pengaturan dalam tubuh manusia, di antara kemungkinannya ialah:
1. Apabila banyak garam dalam badan dan kurang air
2. Apabila kurang garam dalam badan dan banyak air
Apabila kadar garam lebih dari jumlah normal dan kurang air dalam badan, tekanan osmosis
darah akan meningkat, osmoreseptor pada hipotalamus akan terangsang kemudian kelenjar
hipofisis akan dirangsang lebih aktif untuk mensekresikan hormon ADH yang bersifat
antidiuretik untuk meningkatkan permeabilitas tubulus ginjal terhadap air, kelenjar adrenal
(hormon aldosteron) akan kurang dirangsang, maka lebih banyak air diserap dan kurang ion
43

natrium dan ion kalsium diserap kembali masuk dalam tubuh, tekanan osmosis darah akan
turun, proses ini akan berulang sehingga tekanan osmosis darah pada jumlah normal.
Apabila kadar garam lebih rendah dari jumlah normal dalam tubuh dan lebih banyak air
dalam tubuh, tekanan osmosis darah akan menurun, osmoreseptor pada hipotalamus akan
terangsang kemudian kelenjar pituitari akan kurang dirangsang untuk mensekresikan hormon
ADH (antidiuresis) untuk mengurangi permeabilitas tubulus ginjal terhadap air, kelenjar
adrenal (hormon aldosteron) akan dirangsang dengan lebih aktif, maka lebih sedikit air
diserap dan lebih sedikit juga natrium dan kalsium diserap kembali masuk dalam tubuh,
tekanan osmosis darah akan naik, proses ini akan berulang sehingga tekanan osmosis darah
berada pada jumlah normal.Fungsi hormon antidiuresis ialah:
Merangsang penyerapan kembali air pada tubulus ginjal - Menambah permeabilitas tubulus
ginjal terhadap air.
Fungsi hormon aldosteron ialah:
Agar ion natrium dan ion kalsium dalam darah tetap seimbang - Penyerapan ion kalsium
dan ion natrium pada tubulus ginjal.
Memelihara keseimbangan air dan garam dalam darah
Air yang tidak diserap masuk kembali dalam tubuh dan akan keluar sebagai air kencing.
Air kencing
Proses pembentukan air kencing terdiri dari 3 proses yaitu:
1. Filtrasi
2. Reabsorpsi
3. Ekskresi
Di antara racun yang disalur keluar ialah:
Urea
Asam urat
Amonia
Obat - Contoh steroid
Kandungan air kencing antara lain:
Air
Urea
Asam urat
Amonia
Natrium
Klorida
Fosfat
Pengaturan suhu badan dalam badan manusia
Terdapat 2 kaidah pengaturan suhu badan yaitu:
1. kaidah fisika
2. Kaidah metabolisme
Semua kaidah untuk mengatur suhu tubuh dibantu koordinasi tubuh.

44

Pengaturan suhu dengan kaidah fisik


Dikenali sebagai kaidah fisik karena pengaturan lebih banyak kepada penggunaan otot-otot
tubuh dan secara fisik. Di antara kemungkinan yang akan terjadi ialah:
1. Suhu badan tinggi melebihi normal
2. Suhu badan rendah melebihi normal
Apabila suhu badan tinggi, termoreseptor akan mentransfer suhu pada kulit, di otak,
hipotalamus akan berfungsi sebagai termostat untuk mengatur suhu darah yang melaluinya,
mekanisme koreksi akan diarahkan atau dirangsang oleh hipotalamus dengan menggunakan
koordinasi
Mekanisme koreksi apabila suhu badan tinggi ialah:
1. Vasodilasi yaitu pembuluh darah mengembang untuk berdekatan dengan kulit (lingkungan
luar) yang memungkinkan panas dibebaskan keluar.
2. Bulu kulit ditegaskkan untuk mengurangi udara yang terperangkap pada kulit supaya panas
mudah dibebaskan karena udara adalah konduktor panas yang baik. Bulu kulit diatur oleh
otot erektor.
3. Lebih banyak darah pada kulit (kulit kelihatan merah) - Memudahkan panas darah terbebas
keluar melalui proses penyinaran.
4. Berpeluh - Air keringat yang dirembes oleh kelenjar keringat mempunyai panas pendam
tentu yang tinggi dapat menyerap panas yang tinggi dan terbebas ke lingkungan sekitar
apabila air peluh menguap.
Apabila suhu tubuh rendah, termoreseptor akan menaikkan suhu pada kulit, di otak
hipotalamus akan berfungsi sebagai termostat mengatur suhu darah yang melaluinya,
mekanisme koreksi akan diarahkan atau dirangsang oleh hipotalamus dengan menggunakan
koordinasi badan.
Mekanisme koreksi apabila suhu badan rendah ialah:
1. Vasokonstriksi yaitu pembuluh darah menyempit untuk menjauhi kulit agar panas tak
banyak keluar ke lingkungan sekitar.
2. Bulu kulit ditegakkan agar lebih banyak udara yang terperangkap pada kulit supaya panas
sukar dibebaskan karena udara adalah konduktor panas yang baik. Bulu kulit diatur oleh otot
erektor.
3. Kurang darah pada kulit (Kulit kurang kelihatan kemerahan atau pucat) - Kurang
mengalami proses penyinaran untuk mencegah panas terbebas keluar lingkungan.
4. Kurangnya keringat - Saat kurang air keringat dirembeskan oleh kelenjar peluh maka panas
tak banyak dibebaskan melalui penguapan air peluh.
Pengawalan suhu dengan kaidah metabolik
Dikenal sebagai kaidah metabolik karena pengaturan lebih kepada penggunaan kimia badan
daripada secara fisik walaupun terdapat pengaturan yang melibatkan otot-otot. Kawalan ini
melibat peranan:
Otot rangka
Kelenjar adrenal
45

Kelenjar tiroid
Dalam keadaan sejuk, hipotalamus akan mengatur otot rangka untuk vasokonstriksi secara
aktif. Hal ini akan menyebabkan seseorang mengigil dan meningkatkan suhu badan. Pada
saat yang sama, kelenjar adrenal akan mensekresikan hormon adrenalin dan noradrenalin
sedangkan kelenjar tiroid akan mensekresikan hormon tiroksin, semua hormon ini bertujuan
untuk meningkatkan suhu badan dengan cara meningkatkan metabolisme tubuh.
Dalam keadaan panas, aktivitas otot rangka akan berkurang, begitu juga dengan sekresi
hormon-hormon tertentu oleh kelenjar adrenal dan kelenjar tiroid akan berkurang.
Hormon epinefrin dan norepinefrin bertindak dengan:
1. Meningkatkan kadar detak jantung dan kadar pernapasan.
2. Meningkatkan tekanan darah
3. Meningkatkan metabolisme badan
4. Meningkatkan kadar gula darah dengan merangsang pengubahan glikogen ke glukosa.
Pengaturan kadar gula sedikit dalam darah atau glukosa. Di antara kemungkinan yang
mungkin terjadi ialah:
1. Kadar gula sedikit atau glukosa terlampau banyak
2. Kadar gula sedikit atau glukosa terlampau sedikit
Apabila kadar glukosa terlampau banyak, lebih dari jumlah normal, sel beta pada Pulau
Langerhans akan mensekresikan lebih banyak hormon insulin, kadar glukosa dalam darah
akan turun, proses ini akan berlanjut hingga kadar glukosa dalam darah berada pada jumlah
yang normal.
Fungsi hormon insulin ialah:
Merangsang pengubahan glukosa ke glikogen untuk disimpan dalam hati.
Merangsang oksidasi glukosa untuk tujuan respirasi dalam sel.
Apabila kadar glukosa terlampau rendah, kurang dari jumlah normal, sel alfa pada kelenjar
pulau-pulau Langerhans akan mensekresikan lebih banyak hormon glukagon, kadar glukosa
dalam darah akan naik, proses ini akan berlanjut sehingga kadar glukosa dalam darah berada
pada jumlah normal.
Fungsi hormon glukagon ialah:
Merangsang pengubahan glikogen ke glukosa dalam darah.
Sel-sel Langerhans terletak dalam pankreas.

1 kaki = 0,3048 m
3200 m dpl jika di jadikan satuan kaki menajdi 10.000 kaki
46

Tekanan udara atau oksigen pada ketinggian 10000 kaki = 110 mmHg
Tekanan udara atau oksigen pada ketinggian 20000 kaki = 349 mmHg
Pada ketinggian 10000 kaki, terjadi hipoksia akut dimana PO2 turun menjadi 60 mmHg
(Normal : 97 mmHg)
Pada ketinggian 23000 kaki pada orang yang belum menyesuaikan diri dapat
menyebabkan koma.
(Guyton dan hall, Fisiologi Kedokteran, 2008)
Stress Lingkungan pada Tempat Tinggi
Lingkungan dataran tinggi mempunyai kondisi yang berbeda dengan dataran rendah,
baik dalam komposisi udara, tekanan oksigen, topografi, cuaca, jenis dan komposisi tanah,
habitat, dan sebagainya yang kesemuanya menuntut jenis dan besar aktivitas fisik yang
berbeda. Phyle dalam Janatin Hastuti (2005) menyatakan bahwa perbedaan dalam ketinggian
mempunyai perbedaan dalam ekologi. Hidup pada tempat tinggi akan menerima stress
ekologis yang kompleks, diantaranya sebagai berikut :
1. Hipoksia
2. Barometer rendah
3. Radiasi matahari tinggi
4. Suhu udara dingin
5. Kelembaban udara rendah
6. Angin kencang
7. Nutrisi terbatas
8. Medan yang terjal
Dengan bertambahnya ketinggian maka tekanan barometer menurun dan kepadatan
udara juga menurun. Lingkungan udara pada tempat tinggi dengan tekanan dan kadar oksigen
rendah merupakan faktor yang berpengaruh besar dalam adaptasi fisik maupun fisiologis
manusia yang tinggal di tempat tinggi. Udara yang tipis (tekanan oksigen atmosfer yang
rendah) pada tempat tinggi menimbulkan permasalahan lingkungan yang tidak dapat
dimodifikasi oleh campur tangan manusia hingga abad ini.
Hipoksia Ketinggian
Dari segi fisiologis, stress lingkungan yang paling penting adalah hipoksia. Telah
diketahui pula secara alami terjadi proses adaptasi fisiologis terhadap kondisi lingkungan
pada tempat yang tinggi. Dimana adaptasi ini adalah konsekuensi terjadinya hipoksia karena
pengurangan jumlah molekul oksigen yang dihirup pada waktu bernapas. Hipoksia
merupakan keadaan dimana terjadi defisiensi oksiegn yang mengakibatkan kerusakan sel
akibat penurunan respirasi oksidatif aerob sel. Hipoksia merupakan penyebab penting dan
umum dari cedera dan kematian sel. Tergantung pada beratnya hipoksia sel dapat mengalami
adaptasi, cedera atau kematian. Hipoksia merupakan keadaan dimana terjadi kekurangan
oksigen yang mencapai jaringan, gejala yang tampak antara lain mual, nafas pendek, dan
pusing. Hipoksia pada tempat tinggi merupakn stress yang tidak mudah dimodifikasi oleh
manusia dengan respon budaya maupun tingkah laku dan lebih jauh, semua sistem organ
dipengaruhi oleh hipoksia.
Adaptasi biologis terhadap hipoksia tertutama tergantung pada tekanan parsial
oksigen di atmosfer, yang secara proporsional menurun dengan bertambahnya ketinggian.
Udara mengandung 78,08 % nitrogen, 0,03 % CO2, 20,95 % O2, dan 0,01 % unsur lain. Gas
47

ini bersama-sama mempunyai tekanan 760 mmHg pada 0 dpl dan disebut dengan tekanan
barometer. Tekanan tiap-tiap gas berhubungan secara proporsional dengan jumlahnya,
sehingga tekanan oksigen sebesar 159 mmHg. Pada ketinggian 3500 m tekanan barometer
berkurang menjadi 493 mmHg dan tekanna oksigen berkurang hingga 35% dibandingkan
dengan permukaan laut, dan pada ketinggian 4500 m tekanan parsial oksigen menjadi 91
mmHg atau turun sebesar 40 %. Turunnya tekanan oksigen pada tempat tinggi menyebabkan
berkurangnya saturasi oksigen darah arteri karena proporsi pembentukan oksihemoglobin
dalam darah tergnatung pada tekanan parsial oksigen dalam alveoli.
Manusia sendiri baru mengenal kehidupan di ketinggian yang direkayasa setelah
mampunya dibuat pesawat terbang pertama kalinya dengan ketinggian jelajah di atas 10.000
kaki, terutama pesawat militer untuk peperangan. Pada manusia yang mencapai ketinggian
lebih dari 3.000 m (10.000 kaki) dalam waktu singkat, tekanan oksigen intra alveolar (PO2)
dengan cepat turun hingga 60 mmHg dan gangguan memori, serta gangguan fungsi serebri
mulai bermanifestasi. Pada ketinggian yang lebih saturasi O2 arteri (Sat O2) menurun dengan
cepat dan pada ketinggian 5.000 m (15.000 kaki), individu yang tidak teraklimatisasi
mengalami gangguan. Resiko klinis hipoksia akut pada ketinggian di atas 10.000 kaki juga
kemudian diketahui terutama pada penerbangan unpressured cabin (kabin tanpa rekayasa
udara). Kondisi-kondisi tersebut diantaranya (pada yang ringan) : penurunan kemampuan
terhadap adaptasi gelap, peningkatan frekuensi pernapasan, peningkatan denyut jantung,
tekanan sistolik, dan curah jantung (cardiac output). Sedangkan jika berlanjut terus akan
terjadi gangguan yang lebih berat seperti berkurangnya pandangan sentral dan perifer,
termasuk ketajaman penglihatan, dan pendengaran yang terganggu. Demikian juga
kemampuan koordinasi psikomotor akan berkurang. Pada tahapan yang kritis setelah
terjadinya sianosis dan sindroma hiperventilasi berat, maka tingkat kesadaran akan
berlangsung hilang dan pada tahaop akhir dapat terjadi kejang dilanjutkan dengan henti
napas.
Radak et al mengemukakan hasil penelitian tentang perubahan aktivitas enzim
antioksidan dan kenaikan level peroksida lipid pada serta otot terhadap pajanan 12 jam di
ketinggian. Hasil serupa ditunjukkan pada studi manusia yang dilakukan oleh Moller et al
(2001). Sebanyak 12 sukarelawan dipajankan pada ketinggian 4559 m yang berakibat
kerusakan pada DNA dan kenaikan peroksida lipid. Pada studi operasi Everest III, pada
ketinggian 6.000 m kenaikan peroksida lipid sebanyak 23 % dan menjadi 79 % pada
ketinggian 8848 m menunjukkan kenaikan level kerusakan oksidatif sejalan dengan
peningkatan ketinggian. Pada level seluler, hipoksia dapat mengakibatkan stress oksidatif
pada sel. Sel menghasilkan energy melalui reduksi molekul O2 menjadi H2O. Dalam proses
metabolism normal, molekul-molekul oksigen reaktif yang tereduksi dihasilkan dalam jumlah
kecil sebagai produk sampingan respirasi mitokondrial. Molekul-molekul oksigen reaktif
tereduksi ini dikenal sebagai spesies oksigen reaktif (reactive oxygen species / ROS). Sel
memiliki mekanisme pertahanan untuk mencegah kerusakan akibat molekul ini yang dikenal
sebagai sistem antioksidan. Ketidakseimbangan antara proses pembentukan dan eliminasi
(scavenging) radikal bebas berakibat pada stress oksidatif.
Seseorang yang belum lama berada pada tempat tinggi akan mengalami adaptasi
fisiologis yang merupakan efek permulaan dan respon cepat terhadap hipoksia. Menurut
Frisancho (1979) dalam Tutiek Rahayu, efek fisiologis hipoksia sangat kompleks dan
bermacam-macam, yang meliputi :
1.
Fungsi Paru-Paru
Efek fisiologis pada paru-paru berupa bertambah besarnya ventilais paru-paru seiring dengan
bertambahnya ketinggian tempat. Volume respirasi per menit pada ketinggian 5000 m naik
sekitar 45-69% daripada di daerah permukaan laut. Menurut hasil penelitian saat ini,
48

kenaikan ventilasi paru-paru disebabkan oleh stimulasi badan varoid dan kemoreseptor
lainnya oleh hipoksemia. Sebagai akibat dari kenaikan ventilasi pembuangan karbondioksida
juga meningkat, yang menyebabkan terjadinya alkalosis respiratorik.
2.
Fungsi Sirkulasi pada Jantung
Dengan bertambahnya hipoksia kecepatan denyut jantung bertambah dari rerata 70 detak per
menit menjadi sekitar 105 per menit pada ketinggian 4500 m. Jam-jam pertama setelah tiba
pada ketinggian tertentu, denyut nadi saat istirahatmenurun dan kemudian meningkat, pada
ketinggian 2000 m peningkatan adalah 10% dan pada ketinggian 4500 m adalah 50%.
3.
Darah
Meliputi kenaikan produksi sel darah merah dan konsentrasi hemoglobin, kenaikan volume
darah serta aktivitas erythropoietik. Pada ketinggian 5000 m jumlah sel darah merah naik dari
5 juta menjadi 7 juta per mm 3, kenaikan terjadi pada hari ke 7-14 setelah berada pada
ketinggian tersebut. Volume darah bertambah dari 40ml/kg menjadi 50 ml/kg pada ketinggian
4540 m selama 1-3 minggu. Kenaikan produksi sel darah merah tersebut disebabkan oleh
kenaikan aktivitas erythropoietik
4.
Sirkulasi Retinal
Setelah 2 jam berada di ketinggian 5330 m diameter arteri dan vena retinal akan naik sekitar
seperlimanya.
5.
Sensitivitas Cahaya
Semakin tinggi tempat semakin besar penurunan sensitivitas cahya. Pada ketinggian diatas
4500 m, dibutuhkan sekitar 2,5 kali intensitas normal pada dpl untuk cahaya agar bisa
nampak.
6.
Memori dan Pembelajaran
Memori akan menurun dengan bertambahnya ketinggian terutama diatas 3660 m.
7.
Pendengaran
Mempunyai sensitivitas paling rendah terhadap hipoksia. Penurunan ketajaman pendengaran
dapat terjadi pada ketinggian lebih dari 6000 m.
8.
Fungsi Motorik
Pada ketinggian lebih dari 4500 m dilaporkan terdapat gejala kelemahan dan inkoordinasi
muskuler yang belum jelas disebabkan oleh penurunan kapasitas fungsional otot itu sendiri
atau ketiadaan stimulasi otot.
9.
Perasa dan Pengecap
Berada pad atempat tinggi mempengaruhi pemilihan makanan, pada umumnya lebih suka
memilih gula dan keinginan untuk lemak menurun. Rasa manis gula berkurang pada tempat
tinggi dan dibutuhkan sekitar dua kali jumlah normal untuk rasa manis yang sama di daerah
rendah.
10. Anoreksia dan Kehilangan Berat Badan
Penurunan berat badan disebabkan oleh penurunan konsumsi makanan dan juga oleh
kehilangan air badan. Salah satu akibat utama anoreksia adaah ketidakseimbangan antara
energi yang masuk dengan energi yang keluar.
11. Aktivitas Ginjal
Terjadi kenaikan aktivitas pada korteks dan medulla ginjal, reduksi sekresi aldosteron dan
kenaikan kadar renin dalam plasma
12. Fungsi Tiroid
Berada pada tempat tinggi menyebabkan penurunan fungsi tiroid serta retensi iodium.
13. Sekresi Testosteron

49

Berada pada ketinggian 4250 m selama 3 hari pertama menyebabkan penurunan sekresi
testosteron lebih dari 50% yang disebabkan oleh turunnya Luiteinizing Hormon dalam
plasma
14. Fungsi Seksual
Meliputi penurunan spermatogenesis, perubahan histologis pada testis, terganggunya seklus
estrus dan meningkatnya gangguan menstruasi
Toleransi terhadap tempat tinggi dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu
umur, ketahanan fisik, dan jenis kelamin. Individu yang masih muda lebihbaik dalam
melakukan adaptasi daripada yang sudah tua, ini disebabkan karena fungsi metabolisme
tubuh pada usia muda masih baik juga mobilisasi air plasma dalam ruang interstitial atau
ekstraseluler. Individu dengan ketahanan fisik yang tinggi memberi toleransi terhadap stress
hipoksia lebih baik. Perempuan melakukan adaptasi terhadap ketinggian dengan lebih baik
daripada laki-laki.
Mekanisme Adaptasi Terhadap Ketinggian
1.
Adaptasi Biologi
a.
Adaptasi Fungsional
Setelah efek permulaan dan respon terhadap stress ketinggian, biasanya dicirikan
dengan menghilangnya gejala mountain sickness akut terjadi respon adaptasi yang
berkembang secara gradual kadang membutuhkan waktu beberapa bulan hingga beberapa
tahun untuk perkembangan yang lengkap. Frisancho (1979) menyebutkan beberapa
mekanisme adaptasi fungsional terjadi melalui aklimatisasi berhubungan langsung dengan
ketersediaan oksigen dan tekanan oksigen pada jaringan, terjadi melalui modifikasi :
a. Ventilasi paru-paru.
b. Volume paru-paru dan kapasitas difusi pulmoner.
c. Transport oksigen dalam darah.
d. Difusi oksigen dari darah ke jaringan.
e. Penggunaan oksigen pada tingkat jaringan.
Penduduk asli kota pada tempat tinggi beraklimatisasi terhadap tempat tinggi sejak lahir
atau selama pertumbuhan mempunyai kapasitas aerobic yang lebih tinggi daripada subjek
yang beraklimatisasi pada saat dewasa. Diantara subjek yang beraklimatisasi pada tempat
tinggi selama masa pertumbuhan hampir 25% variabilitas dalam kapasitas aerobic dapat
dijelaskan dengan faktor perkembangan dan dengan faktor genetis 20-25 % (Frisancho et al
1995 dalam Tutiek Rahayu). Hubungan antara tingkat aktivitas pekerjaan dan aktivitas
aerobic yang lebih besar diantara subjek yang beraklimatisasi pada tempat tinggi sebelum
umur 10 tahun daripada setelah umur tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa kapasitas
aerobiknormal pada tempat tinggi berhubungan dengan aklimatisasi perkembangan dan fakor
genetik tetapi ekspresinya dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti aktivitas pekerjaan dan
komposisi badan.
Kapasitas untuk beradaptasi pada tempat yang tinggi bervariasi pada tiap individu.
Beberapa orang tidak pernah beraklimatisasi dengan sukses sementara lainnya dapat
menyesuaikan diri tetapi tidak dapat bekerja dengan penuh.
Salah satu penyebab stress lingkungan di ketinggian untuk manusia yakni tekanan
udara yang rendah yang menjadi faktor keterbatasan signifikan dalam daerah ketinggian.

50

Gambar 1. Tekanan udara menurun ketika ketinggian meningkat.


Presentase oksigen di udara pada ketinggian 2 mil (3,2 km) sama seperti sea
level (21%). Namun tekanan udara lebih rendah 30 % pada ketinggian yang lebih jauh
disebabkan molekul pada atmosfer lebih jarang sehingga letak molekul-molekul tersebut
saling berjauhan. Ketika kita menghirup udara pada sea level, tekanan atmosfer sekitar 1,04
kg per cm2 yang menyebabkan oksigen dengan mudah melewati membrane permeable
selektif paru menuju darah. Pada ketinggian tekanan udara yang lebih rendah membuat
oksigen sulit untuk memasuki sistem vascular tubuh. Hasilnya berdampak pada hipoksia atau
kekurangan oksigen.
Ketika kita bepergian ke daerah yang lebih tinggi tubuh kita mulai membentuk respon
fisiologis yang efisien. Terdapat kenaikan frekuensi pernapasan dan denyut jantung hingga
dua kali lipat walapun saat istirahat. Denyut nadi dan tekanan darah meningkat karena
jantung memompa lebih kuat untuk mendapatkan lebih banyak oksigen. Kemudian tubuh
mulai membentuk respon efisien secara normal yaitu aklimatisasi. Sel darah merah lebih
banyak diproduksi untuk membawa oksigen lebih banyak. Paru-paru akan lebih mengembang
untuk memfasilitasi osmosis oksigen dan karbondioksida. Terjadi pula peningkatan
vaskularisasi otot yang memperkuat transfer gas.

Gambar 2. Proses aklimatisasi terhadap tekanan oksigen


yang rendah.
Ketika kembali pada level permukaan laut setelah terjadi aklimatisasi yang sukses
terhadap ketinggian, tubuh akan mempunyai lebih banyak sel darah merah dan kapasitas paru
yang lebih besar. Berdasarkan hal ini, Amerika dan beberapa Negara lain sering melatih para
atletnya di pegunungan. Akan tetapi, perubahan fisiologik ini hanya berlangsung singkat.
Pada beberapa minggu tubuh akan kembali pada kondisi normal.

Gambar 3. Kondisi tubuh yang menguat untuk waktu singkat setelah kembali dari
ketinggian.
b.
Adaptasi Biokimia
Pada ketinggian didapati terjadinya stress reduktif yang juga mengakibatkan
peningkatan produksi radikal bebas oleh sistem transport electron mitokondria terutama pada
kompleks I dan III. Pada hipoksia, terjadi penurunan jumlah oksigen yang tersedia untuk
direduksi menjadi H2O pada sitokrom oksidase. Terjadilah akumulasi ekuivalen pereduksi
yang menginduksi auto oksidasi kompleks mitokondria dan membangkitkan spesies oksigen
reaktif. Hipoksia ini dapat menyebabkan peningkatan produksi spesies oksigen reaktif seperti
anion superoksida (O2-), radikal hidroksil (-OH), dan hydrogen peroksida (H2O2) dari sel
parenkim dan endotel vaskuler yang hipoksik. Maka dari itu, sel memiliki mekanisme
pertahanan terhadap radikal bebas yakni berupa sistem antioksidan sebagai adaptasi biokimia
51

dengan memiliki enzim-enzim antioksidan seperti superoksida dismutase (SOD), glutation


peroksidase, dan katalase.
Aklimatisasi Terhadap Ketinggian
Setelah beberapa waktu tinggal di ketinggian terjadilah penyesuaian dengan iklim
lingkungan setempat (aklimatisasi). Ventilasi paru terus meningkat dan juga terjadi
peningkatan progresif dari jumlah eritrosit dan Hb dalam beberapa bulan yang akan
membantu memulihkan kandungan O2 dan transportasinya. Juga terdapat peningkatan
kapilarisasi dan konsentrasi enzym-enzym oksidatif dalam otot-otot yang akan berperan
meningkatkan performance. Perubahan-perubahan adaptif ini meningkatkan kemampuan
endurance, tetapi tidak akan pernah mencapai nilainya di permukaan laut. Waktu untuk
terjadinya aklimatissi penuh tergantung pada ketinggian dan bersifat individual. Diperlukan
waktu sekitar 3 minggu untuk beraklimatisasi terhadap ketinggian sedang (2300-2700 m).
Walaupun telah diperlukan waktu untuk terjadinya penyesuaian-penyesuaian ini, pada
ketinggian 2300 m konsumsi O2 maximal tetap turun 6-7% di bawah nilai yang dapat
diperoleh di permukaan laut. Hal ini berarti bahwa proses aklimatisasi memulihkan 3-4%
kemampuan penampilannya. (Ingat: nilai konsumsi O2 max menurun 3% untuk setiap
kenaikan 300 m di atas ketinggian 1500 m). Tetapi di atas 6000 m aklimatisasi tidak mungkin
dan dengan pemaparan yang lama orang akan mengalami kemunduran, kehilangan berat
badan dan kemampuan penampilannya.
I.

Patofisiologi Ketinggian
Patofisiologi ketinggian yang dimaksud adalah penyakit fisiologis yang disebabkan
oleh stress lingkungan tempat tinggi. Terdapat beberapa penyakit fisiologis pada ketinggian
seperti mountain sickness akut dan edema pulmoner.Mountain sickness akut terjadi selama
beberapa hari pertama berada pada hipoksia tempat tinggi. Gejalanya umumnya meliputi
anoreksia, mual dan muntah, kelelahan fisik dan mental, gangguan tidur dan sakit kepala.
Sementara edema pulmoner mempunyai ciri patologis seperti edema yang tersebar luas pada
alveoli, penyumbatan ekstensif kapiler dengan bekuan sel darah merah dan konstriksi
vaskuler pulmoner. Penyebabnya diduga karena kenaikan tekanan kapiler.
Pendakian yang cepat ke ketinggian sedang dan yang lebih tinggi, sering disertai
dengan berbagai gejala penyakit,
Penyakit Gunung Akut
Ini adalah kondisi yang sering dialami pada 4-72 jam pertama pada ketinggian di atas 2000
m. Hal ini disertai dengan gejala-gejala misalnya sakit kepala, mudah tersinggung, susah
tidur, pusing, mual, tak ada nafsu makan dan muntah. Berat gejala-gejala tersebut bagian
terbesarnya tergantung pada kecepatan pendakian. Penyakit gunung akut (PGA) dapat
diminimalkan bila pendakian dari ketinggian rendah (<1500 m) ke ketinggian sedang (>2000
m) berlangsung lambat meliputi beberapa hari, asupan cairan dan karbohidrat dalam tata-gizi
ditingkatkan dan program latihan diatur pada tingkat yang ringan. Biasanya penyakit itu
hanya berlangsung untuk 2-3 hari. Acetazolamide (Diamox = sejenis diuretika) terbukti dapat
meminimalkan kejadian PGA (Sutton et al. 1979).
6. PEMERIKSAAN VITAL SIGN
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
1.

Pemeriksaan Tekanan Darah

2.

Pemeriksaan Suhu Tubuh


52

3.

Pemeriksaan Frekuensi Nadi

4.

Pemeriksaan Frekuensi Pernafasan

A.

Pemeriksaan Tekanan Darah

Pemeriksaan tekanan darah merupakan suatu tindakan melakukan pengukuran tekanan darah,
yaitu hasil dari curah jantung dan tahanan perifer, menggunakan Sphygmomanometer.
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan ini sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah jantung, ketegangan arteri, dan volume, laju
serta kekentalan (viskositas) darah. Tekanan darah terjadi akibat fenomena siklis. Tekanan
puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi yang disebut tekanan sistolik. Sedangkan tekanan
terendah terjadi saat jantung beristirahat yang disebut tekanan diastolik. Tekanan darah
digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolic dengan nilai dewasa
normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya
120/80.
Pemeriksn tekanan darah bertujuan untuk menilai system kardiovaskular/keadaan
hemodinamik klien (curah jantung, tahanan vaskuler perifer, volume darah dan viskositas,
dan elastisitas arteri). Pemeriksaan dilakukan pada setiap pasien yang masuk ke ruang
pemeriksaan atau ruang perawatan, secara rutin pada pasien yang dirawat, dan sewktu-waktu
sesuai kebutuhan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah, hindari pemeriksaan pada
ekstrimitas yang terpasang infus, trauma ataupun gips; apabila akan mengulang prosedur
pemeriksaan, tunggu sekitar 30 detik sampai satu menit setelah skala nol; serta periksa
terlebih dahulu arteri brachialis dengan tepat.
Tekanan darah dapat diukur secara langsung atau tidak langsung. Pada metode langsung,
kateter arteri dimasukkan langsung ke dalam arteri. Pengukuran tidak langsung dilakukan
dengan sfigmomanometer dan stetoskop.
Sfigmomanometer atau tensimeter dikenalkan pertama kali oleh dr. Nikolai Korotkov,
seorang ahli bedah Rusia, lebih dari 100 tahun yang lalu. Tensimeter atau
sphygmomanometer pada awalnya menggunakan raksa sebagai pengisi alat ukur ini.
Sekarang, kesadaran akan masalah konservasi lingkungan meningkat dan penggunaan dari air
raksa telah menjadi perhatian seluruh dunia. Bagaimanapun, sphygmomanometer air raksa
masih digunakan sehari-hari bahkan di banyak negara modern. Sphygmomanometer terdiri
dari sebuah pompa, sumbat udara yang dapat diputar, kantong karet yang terbungkus kain,
dan pembaca tekanan, yang bisa berupa jarum mirip jarum stopwatch atau air raksa.
Sfigmomanometer tersusun atas manset yang dapat dikembangkan dan alat pengukur tekanan
yang berhubungan dengan rongga dalam manset. Alat ini dikalibrasi sedemikian rupa
sehingga tekanan yang terbaca pada manometer sesuai dengan tekanan dalam millimeter air
raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis. Agar sphygmomanometer masih dapat
digunakan untuk mengukur tekanan darah dengan baik, perlu dilakukan kalibrasi. Cara
melakukan kalibrasi yang sederhana adalah sebagi berikut:
1.
2.

Sebelum dipakai, air raksa harus selalu tetap berada pada level angka nol (0 mmHg).
Pompa manset sampai 200mmHg kemudian tutup katup buang rapat-rapat.
Setelah beberapa menit, pembacaan mestinya tidak turun lebih dari 2mmHg (ke
198mmHg). Disini kita melihat apakah ada bagian yang bocor.

53

3.

Laju Penurunan kecepatan dari 200mmHg ke 0 mmHg harus 1 detik, dengan


cara melepas selang dari tabung kontainer air raksa.

4.

Jika kecepatan turunnya air raksa di sphygmomanometer lebih dari 1 detik, berarti
harus diperhatikan keandalan dari sphygmomanometer tersebut. Karena jika kecepatan
penurunan terlalu lambat, akan mudah untuk terjadi kesalahan dalam menilai. Biasanya
tekanan darah sistolic pasien akan terlalu tinggi (tampilan) bukan hasil sebenarnya.
Begitu juga dengan diastolik.

Komponen suara jantung disebut suara korotkoff yang berasal dari suara vibrasi saat
manset dikempiskan. Suara korotkoff sendiri terbagi menjadi 5 fase yaitu:
- Fase I : Saat bunyi terdengar, dimana 2 suara terdengar pada waktu bersamaan,
disebut sebagai tekanan sistolik.
- Fase II : Bunyi berdesir akibat aliran darah meningkat, intensitas lebih tinggidari
fase I.
- Fase III : Bunyi ketukan konstan tapi suara berdesir hilang, lebih lemah dari fase I.
- Fase IV : Ditandai bunyi yang tiba-tiba meredup/melemah dan meniup.
- Fase V : Bunyi tidak terdengar sama sekali,disebut sebagai tekanan diastolik.

Ukuran Manset
Pengukuran tekanan darah yang akurat tergantung pemakaian manset yang sesuai bagi
pasien. Bila manset terlalu besar untuk lengan pasien, seperti pada anak-anak, maka
pembacaannya akan lebih rendah dari tekanan sebenarnya. Bila manset terlalu kecil, misalnya
pada penggunaan manset ukuran standar pada pasien obesitas, maka pembacaan tekanan akan
lebih tinggi dibanding tekanan sebenarnya. Maka diproduksi berbagai ukuran manset untuk
berbagai ukuran lingkar lengan.

Jenis Manset

Lebar Kantong Karet

Panjang Kantong Karet

(cm)

(cm)

Neonatus

2.5 4.0

5.0 9.0

Bayi

4.0 6.0

11.5 -18.0

Anak

7.5 9.0

17.0 19.0

Dewasa

11.5 -13.0

22.0 26.0

54

Lengan besar

14.0 -150

30.5 33.0

Paha

18.0 -19.0

36.0 38.0

Tabel 1: Ukuran Manset

Rentang Nilai Tekanan Darah


a. Neonatus dan Anak
Umur (Tahun)

Sistole (mmHg)

Diastole (mmHg)

Neonatal

75-105

45-75

26

80-110

50-80

85-120

50-80

90-120

55-85

90-120

55-85

10

95-130

60-85

11

95-135

60-85

12

95-135

60-85

13

100-140

60-90

14

105-140

65-90

Tabel 2: Rentang Nilai (Batasan Normal) Tekanan Darah


pada Bayi dan Anak

b. Remaja dan Dewasa (> 15 tahun)


Kategori

Sistole (mmHg)

Diastole (mmHg)

Hipotensi

< 90

< 60

55

Normal

90 119

60 79

Prehipertensi

120 139

80 89

Hipertensi derajat 1

140 159

90 99

Hipertensi derajat 2

160 179

100 109

Krisis Hipertensi

180 atau lebih

110 atau lebih

Tabel 3: Rentang Nilai Tekanan Darah pada Dewasa

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah (Perry dan Potter, 1993)


a.

Umur

Tekanan darah akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini dikaitkan
dengan berkurangnya elastisitas pembuluh darah arteri, dinsing arteri semakin kaku sehingga
tahanan pada arteri semakin basar dan meningkatkan tekanan darah.
b.

Waktu Pengukuran

Tingkat tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari. Tekanan darah biasanya rendah pada
pagi-pagi sekali, secara berangsur-angsur naik pagi menjelang siang dan sore, dan puncaknya
pada senja hari atau malam. Tidak ada orang yang pola dan derajat variasinya sama.
c.

Latihan dan Aktivitas Fisik

Latihan dan aktivitas fisik dapat meningkatkan cardiac output dan tekanan darah. Hal ini
berkaitan dengan peningkatan metabolism tubuh. Aktivitas fisik membutuhkan energi
sehingga membutuhkan aliran yang lebih cepat untuk mensuplai oksigen dan nutrisi (tekanan
darah naik).
d.

Stress (kecemasan, takut, emosi dan nyeri)

Stress ini akan merangsang syaraf simpatik, mengakibatkan peningkatan denyut jantung serta
peningkatan resistensi atau tahanan arteri. Selain itu juga mengakibatkan vasokonstriksi
arteri.
e.

Miscellaneus Faktor/Posisi Tubuh

Posisi tubuh sangat berpengaruh terhadap tekanan darah. Hal ini berkaitan dengan efek
gravitasi bumi. Pada saat berbaring, gaya gravitasi pada peredaran darah lebih rendah karena
arah peredaran tersebut horizontal, sehingga jantung tidak terlalu memompa dan tidak terlalu
melawan gaya gravitasi. Pada saat duduk maupun berdiri, kerja jantung dalam memompa
darah akan lebih keras karena melawan gaya gravitasi bumi, sehingga kecepatan denyut
jantung meningkat. Posisi berbaring tekanan darah lebih rendah daripada duduk atau berdiri.
Baroresepsor akan merespon saat tekanan darah turun dan berusaha menstabilankan tekanan
darah.
f.

Obat-obatan
56

Terdapat beberapa obat yang dapat menyebabkan peningkatan ataupun penurunan tekanan
darah, seperti analgetik yang dapat menurunkan tekanan arah.
B.

Pemeriksaan Suhu Tubuh

Pemeriksaan suhu tubuh akan memberikan tanda/hasil suhu inti yang secara ketat dikontrol
karena dapat dipengaruhi oleh reaksi kimiawi. Pemeriksaan suhu tubuh dapat dilakukan di
beberapa tempat, yaitu:
a.

Aksila/Ketiak, dilakukan selama 5-10 menit (Eoff dan Joyce, 1981

b.

Oral/mulut, dilakukan selama 2 menit (Baker et.al, 1984)

c.

Rectal/Anus, dilakukan selama 2 menit (Kucha, 1972)

d.

Timpanik/Telinga, dilakukan selama 2 detik (Erickson et.al,1991)

Nilai standar untuk mengetahui batas normal suhu tubuh manusia dibagi menjadi empat
yaitu :
a.
Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36C. Untuk mengukur suhu hipotermi
diperlukan termometer ukuran rendah (low reading thermometer) yang dapat mengukur
sampai 25 derajat Celcius.
b.

Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36,5 - 37,5C

c.

Febris / pireksia / panas, bila suhu tubuh diatas 37,5 - 40C

d.

Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40C

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh


a.

Kecepatan metabolisme basal

Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah
panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Suhu tubuh sangat terkait dengan laju
metabolisme.
b.

Rangsangan saraf simpatis

Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih
cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang tertimbun
dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hampir seluruh metabolisme lemak coklat adalah
produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang
menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan
metabolisme.
c.

Hormone pertumbuhan

Hormone pertumbuhan (growth hormone) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan


metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat.
d.

Hormone tiroid

Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia dalam tubuh
sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat memengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100%
diatas normal.
e.

Hormone kelamin
57

Hormone kelamin pria (testosterone)dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kirakira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan,
fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone progesterone
pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 0,6C di atas suhu basal.
f.

Demam (peradangan)

Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar 120%
untuk tiap peningkatan suhu 10C.
g.

Status gizi

Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 30%. Hal ini
terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan
metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami
penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak tebal
cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup
baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan
yang lain.
h.

Aktivitas

Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan antar


komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat
meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 40,0 C.
i.

Gangguan organ

Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan
mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan
pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa
jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu
tubuh terganggu.
j.

Lingkungan

Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang
atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan
dapat memengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan
terjadi sebagian besar melalui kulit. Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan
karena panas diedarkan melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri
kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran
dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung)
akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan
demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh.
C.

Pemeriksaan Frekuensi Nadi

Pemeriksaan denyut nadi merupakan pemeriksaan pada pembuluh nadi atau arteri, dengan
cara menghitung kecepatan/loncatan aliran darah yang dapat teraba pada berbagai titik tubuh
melalui perabaan. Pemeriksaan nadi dihitung selama satu menit penuh, meliputi frekuensi,
keteraturan dan isi. Selain melalui perabaan dapat juga diperiksa melalui stetoskop.
Pemeriksaan denyut nadi bertujuan untuk mengetahui keadaan umum pasien, mengetahui
integritas system kardiovaskuler, dan mengikuti perkembangan jalannya penyakit.

58

Titik denyut, misalnya: denyut arteri temporalis dan arteri frontalis pada kepala, arteri
karotis pada leher, arteri brachialis pada lengan atas/siku bagian dalam, arteri radialis dan
ulnris pada pergelangan tangan, arteri poplitea pada belakang lutut, dan arteri dorsalis pedis
atau arteri tibialis posterior pada kaki.
Frekuensi denyut nadi sangat bervariasi, tergantung jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan usia.
Demikian juga halnya waktu berdiri, sedang makan, mengeluarkan tenaga atau waktu emosi.
Batasan dan Klasifikasi (Whaley dan Wong, 1993)
Bayi yang baru dilahirkan (1-3 bulan): 120-140 kali/menit, bayi 4 bulan-2 tahun: 80-150
kali/menit, anak 2-10 tahun: 70-110 kali/mnit, anak anak >10 tahun: 55-90 kali/menit,
dewasa: 60-90 kali/menit, dan usia lanjut yang sehat: 60/100 kali/menit.
Nadi yang cepat disebut tathicardia atau pulsus frekuens, dan nadi yang lambat disebut
bradicardia atau pulsus rarus. Pulsus frekuens dijumpai pada demam tinggi, tirotoksikosis,
infeksi streptokokus, difteria dan berbagai jenis penyakit jantung. Nadi yang lambat terdapat
pada penyakit miksudema (kekurangan tiroksin), penyakit kuning dan tifoid. Irama nadi
sifatnya teratur pada orang sehat, akan tetapi nadi yang tidak teratur belum tentu abnormal.
Aritmia sinus adalah gangguan irama nadi, dimana frekuensi nadi menjadi cepat pada saat
inspirasi dan melambat waktu ekspirasi. Hal demikian adalah normal dan mudah dijumpai
pada anak-anak. Jenis nadi tidak teratur lainnya adalah abnormal.
D.

Pemeriksaan Frekuensi Pernafasan

Pemeriksaan frekuensi pernafasan dilakukan dengan menghitung jumlah pernafasan, yaitu


inspirasi yang diikuti ekspirasi dalam satu menit penuh. Selain frekuensi, pemeriksa juga
menilai kedalaman dan irama gerakan ventilasi (jenis/sifat pernafasan). Selain itu,
pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui keadaan umum klien, mengikuti perkembangan
penyakit, dan membantu menegakkan diagnosa.
Jenis Pernafasan
1.

Chyne Stokes: pernafasan yang sangat dalam yang berangsur-angsur menjadi dangkal
dan berhenti sama sekali (apnoe) selama beberapa detik untuk kemudian menjadi dalam
lagi. (keracunan obat bius, penyakit jantung, penyakit paru, penyakit ginjal kronis, dan
perdarahan pada susunan saraf pusat)

2.

Biot : pernapasan dalam dan dangkal yang disertai masa apnoe yang tidak teratur.
(meningitis)

3.

Kusmaul : pernapasan yang inspirasi dan ekspirasi sama panjangnya dan sama
dalamnya, sehingga keseluruhan pernafasan menjadi lambat dan dalam. (keracunan
alkohol dan obat bius, koma, diabetes, uremia

Batasan Normal
Batasan normal beraneka ragam tergantung usia. Pada bayi: 30 60 kali/menit, anak-anak: 20
30 kali/menit, remaja: 15 24 kali/menit, dan dewasa: 16 20 kali/menit.
Jenis Ketidaknormalan Bunyi Pernafasan
1.

Crackel (bunyi nafas seperti retakan/pecahan)


59

2.

Friction (bunyi nafas seperti ada tarikan dinding dada ke dalam)

3.

Grunting (bunyi nafas seperti rintihan)

4.

Ronchi (bunyi nafas seperti terengah-engah)

5.

Stridor (bunyi nafas kasar)

6.

Wheezing (bunyi nafas seperti siulan)

7. PEMERIKSAAN LAB
EKG
EKG atau elektrokardiografi adalah pencatatan grafik variasi-variasi potensial listrik
yang disebabkan oleh aktivitas listrik otot jantung dan terdeteksi pada permukaan tubuh.
Prinsip kerja EKG adalah merekam signal elektrik yang berkaitan dengan aktivitas jantung
dan menghasilkan grafik rekaman tegangan listrik terhadap waktu.
EKG adalah suatu metode untuk mempelajari kerja otot jantung sehingga dapat
membantu diagnosis abnormalitas jantung dan kecenderungan atau perubahan fungsi jantung.
Electrocardiograph adalah alat untuk melakukan elektrokardiografi sedangkan
electrocardiogram adalah kertas yang mencatat grafik variasi-variasi potensial listrik yang
disebabkan oleh eksitasi otot jantung dan terdeteksi pada permukaan tubuh.
Elektrokardiogram yang normal menunjukkan defleksi/pembelokkan yang dihasilkan
dari aktivitas atrial dan ventricular sebagai perubahan kecenderungan tegangan/voltage dan
polaritas (positif dan negatif) terhadap waktu. Defleksi pertama atau P wave adalah hasil
eksitasi atria; Defleksi kompleks QRS adalah hasil eksitasi (depolarisasi) ventrikel dan T
wave sebagai hasil recovery ventrikel (repolarisasi).
Faktor-faktor kritis yang mempengaruhi pemeriksaan EKG :
1. Penempatan elektroda yang tidak benar atau elektroda yang tidak menempel
sempurna di kulit dapat mempengaruhi keakuratan rekaman EKG.
2. Suhu di area pemeriksaan harus dipertahankan pada suhu 20-25 oC dan
kelembabannya harus rendah.
3. Pemeriksaan EKG harus jauh dari peralatan yang menyebabkan bising seperti
ultrasonic, X-ray, handphone atau alat elektronik lainnya.
4. Pasien harus dalam kondisi tenang, tidak bergerak atau berbicara selama pemeriksaan.
Kaki dan lengan pasien dipastikan tidak kontak dengan bahan metal.
5. Data usia dan jenis kelamin pasien harus benar karena beberapa jenis alat EKG
menginterpretasi hasil berdasarkan usia dan jenis kelamin.

60

6. Tidak menggunakan barang yang mengandung logam seperti jam, handphone, kunci
dll
7. Pasien tidak diperkenankan berolah raga sebelum pemeriksaan
A.DEFENISI
Gas darah arteri memungkinkan utnuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan asam
basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan
atau kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan
sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan
menahun.
Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang
yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa hanya dari penilaian
analisa gas darah dan keseimbangan asam basa saja, kita harus menghubungkan dengan
riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya. Pada dasarnya pH
atau derajat keasaman darah tergantung pada konsentrasi ion H+ dan dapat dipertahankan
dalam batas normal melalui 3 faktor, yaitu:
Mekanisme dapar kimia
Terdapat 4 macam dapar kimia dalam tubuh, yaitu:
1. Sistem dapar bikarbonat-asam karbonat
2. Sistem dapar fosfat
3. Sistem dapar protein
4. Sistem dapar hemoglobin
1. Mekanisme pernafasan
2. Mekanisme ginjal
Mekanismenya terdiri dari:
1.Reabsorpsi ion HCO32.Asidifikasi dari garam-garam dapar
3.Sekresi ammonia
Gangguan asam basa sederhana
Gangguan asam basa primer dan kompensasinya dapat diperlihatkan dengan memakai
persamaan yang dikenal dengan persamaan Henderson Hasselbach. Persamaan ini
menekankan bahwa perbandingan asam dan basa harus 20:1 agar pH dapat dipertahankan
dalam batas normal. Persamaan ini juga menekankan kemampuan ginjal untuk mengubah
bikarbonat basa melalui proses metabolik, dan kemampuan paru untuk mengubah PaCO2
(tekanan parsial CO2dalam darah arteri) melalui respirasi. Nilai normal pH adalah 7, 357,45.
Perubahan satu atau dua komponen tersebut menyebabkan gangguan asam dan basa.
Penilaian keadaan asam dan basa berdasarkan hasil analisa gas darah membutuhkan
pendekatan yang sistematis. Penurunan keasaman (pH) darah < 7,35 disebut asidosis,
sedangkan peningkatan keasaman (pH) > 7,45 disebut alkalosis. Jika gangguan asam basa
terutama disebabkan oleh komponen respirasi (pCO2) maka disebut asidosis/alkalosis
respiratorik, sedangkan bila gangguannya disebabkan oleh komponen HCO3 maka disebut
asidosis/alkalosis metabolik. Disebut gangguan sederhana bila gangguan tersebut hanya
melibatkan satu komponen saja (respirasi atau metabolik), sedangkan bila melibatkan
keduanya (respirasi dan metabolik) disebut gangguan asam basa campuran.
Langkah-langkah untuk menilai gas darah:

61

1. Pertama-tama perhatikan pH (jika menurun klien mengalami asidemia, dengan dua


sebab asidosis metabolik atau asidosis respiratorik; jika meningkat klien mengalami
alkalemia dengan dua sebab alkalosis metabolik atau alkalosis respiratorik; ingatlah
bahwa kompensasi ginjal dan pernafasan jarang memulihkan pH kembali normal,
sehingga jika ditemukan pH yang normal meskipun ada perubahan dalam PaCO2 dan
HCO3 mungkin ada gangguan campuran)
2. Perhatikan variable pernafasan (PaCO2 ) dan metabolik (HCO3) yang berhubungan
dengan pH untuk mencoba mengetahui apakah gangguan primer bersifat respiratorik,
metabolik atau campuran (PaCO2 normal, meningkat atau menurun; HCO3 normal,
meningkat atau menurun; pada gangguan asam basa sederhana, PaCO2 dan HCO3
selalu berubah dalam arah yang sama; penyimpangan dari HCO3 dan PaCO2 dalam
arah yang berlawanan menunjukkan adanya gangguan asam basa campuran).
3. Langkah berikutnya mencakup menentukan apakah kompensasi telah terjadi (hal ini
dilakukan dengan melihat nilai selain gangguan primer, jika nilai bergerak yang sama
dengan nilai primer, kompensasi sedang berjalan).
1) Buat penafsiran tahap akhir (gangguan asam basa sederhana, gangguan asam basa
campuran)
Rentang nilai normal
Ph
:
7,35-7,45 TCO2 : 23-27 mmol/L
PCO2

35-45 mmHg BE : 0 2 mEq/L

PO2

80-100 mmHg saturasi O2 : 95 % atau lebih

HCO3

22-26 mEq/L

Klasifikasi gangguan asam basa primer dan terkompensasi:


1. Normal bila tekanan CO2 40 mmHg dan pH 7,4. Jumlah CO2 yang diproduksi dapat
dikeluarkan melalui ventilasi.
2. Alkalosis respiratorik. Bila tekanan CO2 kurang dari 30 mmHg dan perubahan pH,
seluruhnya tergantung pada penurunan tekanan CO2 di mana mekanisme kompensasi
ginjal belum terlibat, dan perubahan ventilasi baru terjadi. Bikarbonat dan base excess
dalam batas normal karena ginjal belum cukup waktu untuk melakukan kompensasi.
Kesakitan dan kelelahan merupakan penyebab terbanyak terjadinya alkalosis
respiratorik pada anak sakit kritis.
3. Asidosis respiratorik. Peningkatan tekanan CO2 lebih dari normal akibat hipoventilasi
dan dikatakan akut bila peninggian tekanan CO2 disertai penurunan pH. Misalnya,
pada intoksikasi obat, blokade neuromuskuler, atau gangguan SSP. Dikatakan kronis
bila ventilasi yang tidak adekuat disertai dengan nilai pH dalam batas normal, seperti
pada bronkopulmonari displasia, penyakit neuromuskuler, dan gangguan elektrolit
berat.
4. Asidosis metabolik yang tak terkompensasi. Tekanan CO2 dalam batas normal dan
pH di bawah 7,30. Merupakan keadaan kritis yang memerlukan intervensi dengan
perbaikan ventilasi dan koreksi dengan bikarbonat.
62

5. Asidosis metabolik terkompensasi. Tekanan CO2 < 30 mmHg dan pH 7,30--7,40.


Asidosis metabolik telah terkompensasi dengan perbaikan ventilasi.
6. Alkalosis metabolik tak terkompensasi. Sistem ventilasi gagal melakukan kompensasi
terhadap alkalosis metabolik ditandai dengan tekanan CO2 dalam batas normal dan
pH lebih dari 7,50 misalnya pasien stenosis pilorik dengan muntah lama.
7. Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian. Ventilasi yang tidak adekuat serta pH
lebih dari 7,50.
8. Hipoksemia yang tidak terkoreksi. Tekanan oksigen kurang dari 60 mmHg walau
telah diberikan oksigen yang adekuat
9. Hipoksemia terkoreksi. Pemberian O2 dapat mengoreksi hipoksemia yang ada
sehingga normal.
10. Hipoksemia dengan koreksi berlebihan. Jika pemberian oksigen dapat meningkatkan
tekanan oksigen melebihi normal. Keadaan ini berbahaya pada bayi karena dapat
menimbulkan retinopati of prematurity, peningkatan aliran darah paru, atau keracunan
oksigen. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan yang lain seperti konsumsi dan
distribusi oksigen.
Tujuan
1. Menilai tingkat keseimbangan asam dan basa
2. Mengetahui kondisi fungsi pernafasan dan kardiovaskuler
3. Menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh
Indikasi
1. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
2. Pasien deangan edema pulmo
3. Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)
4. Infark miokard
5. Pneumonia
6. Klien syok
7. Post pembedahan coronary arteri baypass
8. Resusitasi cardiac arrest
9. Klien dengan perubahan status respiratori
63

10. Anestesi yang terlalu lama


Lokasi pungsi arteri
1. Arteri radialis dan arteri ulnaris (sebelumnya dilakukan allens test)
2. Arteri brakialis
3. Arteri femoralis
4. Arteri tibialis posterior
5. Arteri dorsalis pedis
Arteri femoralis atau brakialis sebaiknya tidak digunakan jika masih ada alternatif
lain, karena tidak mempunyai sirkulasi kolateral yang cukup untuk mengatasi bila terjadi
spasme atau trombosis. Sedangkan arteri temporalis atau axillaris sebaiknya tidak digunakan
karena adanya risiko emboli otak.
Komplikasi
Apabila jarum sampai menebus periosteum tulang akan menimbulka nyeri
1. Perdarahan
2. Cidera syaraf
3. Spasme arteri

Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan AGD


1.Gelembung udara
Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel darah
maka ia cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah kurang
dari 158 mmHg, maka hasilnya akan meningkat.
2.Antikoagulan
Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung. Pemberian heparin
yang berlebihan akan menurunkan tekanan CO2, sedangkan pH tidak terpengaruh karena
efek penurunan CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin.
3.Metabolisme
Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai jaringan hidup, ia
membutuhkan oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh karena itu, sebaiknya sampel diperiksa
dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika sampel tidak langsung diperiksa, dapat disimpan
dalam kamar pendingin beberapa jam.
4.Suhu
64

Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan tingginya PO2
dan PCO2. Nilai pH akan mengikuti perubahan PCO2. Nilai pH darah yang abnormal disebut
asidosis atau alkalosis sedangkan nilai PCO2 yang abnormal terjadi pada keadaan hipo atau
hiperventilasi. Hubungan antara tekanan dan saturasi oksigen merupakan faktor yang penting
pada nilai oksigenasi darah.
Gangguan pernafasan dan gangguan metabolisme.
1.ASIDOSIS RESPIRATORIK
PH turun PCO2 naik
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan
karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan
yang lambat. Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida
dalam darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun
dan darah menjadi asam. Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang
mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam. Penyebab :
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan karbondioksida secara
adekuat.Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru,
seperti:
1. Emfisema
2. Bronkitis kronis
3. Pneumonia berat
4. Edema pulmoner
5. Asma
6. Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada
menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan.seseorang dapat mengalami
asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan
pernafasan
2.ASIDOSIS METABOLIK
PH turun HCO3 turun
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan
rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem
penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam. Seiring dengan menurunnya pH darah,
pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan
kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada
akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan
lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika
tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan
berakhir dengan keadaan koma. Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam
3 kelompok utama.
Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau
suatu bahan yang diubah menjadi asam. Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis
bila dimakan dianggap beracun. Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku
(etilen glikol). Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
65

Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.


Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa
penyakit;
salah
satu
diantaranya
adalah
diabetes
melitus
tipe
I.
Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan
asam yang disebut keton. Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut,
dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme gula. Asidosis metabolik bisa terjadi jika
ginjal tidak mampu untuk membuang asam dalam jumlah yang semestinya.
Bahkan jumlah asam yang normalpun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak
berfungsi secara normal. Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis,
yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi
kemampuan ginjal untuk membuang asam.
Penyebab utama dari asidois metabolik:
1. Gagal ginjal
2. Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
3. Ketoasidosis diabetikum
4. Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
5. Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid,
asetazolamid atau amonium klorida
6. Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare,
ileostomi atau kolostomi
3.ALKALIOSIS RESPIRATORIK
PH naik PCO2 turun
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena
pernafasan yang cepat dan dalam menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi
rendah.
Penyebab :
Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu
banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab
hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan. Penyebab lain dari alkalosis
respiratorik adalah:
1. rasa nyeri
2. sirosis hati
3. kadar oksigen darah yang rendah
4. demam
5. overdosis
ALKALIOSIS METABOLIK
PH naik HCO3 naik
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena
tingginya kadar bikarbonat. Penyebab :Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan
terlalu banyak asam.Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama
periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung
(seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut).
66

Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang
mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat.
Selain itu alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam
jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan
asam basa darah.Penyebab utama akalosis metabolik:
1. Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
2. Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
3. Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan
kortikosteroid).
1.pCO2
PCO2merupakan ukuran tekanan parsial CO2dalam darah. PCO2menunjukkankondisi
ventilasi. Semakin cepat dan dalam klien bernapas, semakin banyak CO2 yang dikeluarkan
dan PCO2 pun akan turun. PCO2 dalam darah dan CSF rupakan stimulusutama bagi pusat
pernapasan di otak. Apabila PCO2 naik, maka pernapasan akanterstimulasi. Jika PCO2naik
terlalu tinggi dan paru-paru tidak dapat mengkompensasinya, maka akan terjadi koma. Nilai
normal PCO2 dalam arteri adalah35-45 mmHg, sedangkan dalam vena adalah 40-50 mmHg.
2.pO2
Tekanan parsial oksigen, PO2, secara tidak langsung menunjukkan nilai
O2dalamdarah. PO2menunjukkan tekanan oksigne yang larut dalam plasma.
PO2jugamerupakana salah satu indicator untuk mengetahui keefektifan terapi oksigen.
3.Ph
pH merupakan logaritma negative dari kosentrasi ion hydrogen di dalam darah. pH
secara terbalik menunjukkan konsentrasi ion hydrogen. Oleh karena itu, ketikakonsentrasi ion
hydrogen menurun, pH akan naik, begitu pula sebaliknya. pH normal pada darah arteri orang
dewasa adalah 7,35 sampai 7,45. Dan 7,31 hingga 7,41 pada vena
4.SO2
aturasi oksigen (SaO2), adalah presentasi ikatan hemoglobin (Hb) denganoksigen.
Pada lansia nilai SaO2ialah 95%. Sedangkan pada orang dewasa 95% sampai100%. Berikut
merupakan nilai normal untuk analisa gas darah arteri dan nilai abnormaldalam gangguan
keseimbangan asam-basa yang tidak terkompensasi
5.HCO3
HCO3-(asam bikarbonat). HCO3-dalahukuran dari komponen metabolic dari
keseimbangan asam-basa dan diatur oleh ginjal.Dalam ketoasidosis diabetic, HCO3-menurun
karena digunakan untuk menetralisir asam-asam diabetic dalam plasma. Nilai normal dari
HCO3-dalam darah adalah 21-28mEq/L.

67

VI. Kerangka Konsep

Ir. Cek Nang (56


tahun)
Kemoresepto
r di arteri

PO2 turun(60
mmHg)

Hiperventilasi
alveolus

CO2 turun

H+

pH naik

PCO3 rendah
(30 mmHg)

3200 m diatas
permukaan
laut

Oksigenisasi
jaringan
menurun
Cyanosis

Vaskularisa
si jaringan
meningkat

Kuku

Suhu rendah

36,3C
(suhu
tubuh

HR
110x/min
(cenderu
ng

Alkalosis
respirato

mua
l

Tekanan
udara

tachypn
eu

Pernafasan di
medulla
oblongata
terganggu

vasokontr
iksi
110/80
mmHg

Intra

Sakit
kepala

Kemoreseptor
pernafasan
perifer di badan
karotid dan
aortik
68

KESIMPULAN
Susah tidur
dan terasa
melayang

Ir. Cek Nang mengalami hipoksia karena belum beraklimatisasi terhadap ketinggian 3200 m
di atas permukaan laut.

69

DAFTAR PUSTAKA
http://studyworld.blog.unissula.ac.id/2012/01/31/fisiologis-sistem-kardiovaskuler/
http://www.belantaraindonesia.org/2011/02/acute-mountain-sickness.html
Anonim. tt.Adaptasiterhadap
Ketinggian.
http://repository.upi.edu/operator/upload/sd51506070 52chapter2.pdf, diunduh pada
tanggal 24 Maret 2014
Kadir, Akmaraita. tt. Fisiologi Respirasi. http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/matkul
/IlmuFaal/KULIAH%20RESPIRASI/FISOLOGI%20RESPIRASI%20LENGKAPakma% 20%5BCompatibility%20Mode%5D.pdf, diunduh pada tanggal 24 Maret
2014
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC
Guyton dan hall, Fisiologi Kedokteran, 2008
Ayu, Anatriera. 2009. Hipoksia. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Conrw,EihlzabJ.et197BukSPgfs:GC
b(w.uneairdcm/fl_2734oxk)spMet01(h:/wunar.licdf?=g2359-Sk08vAts%peiLraud.f)24M01
Guyton, Arthur C. dan John E. Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Jakarta:EGC
(http://www.sith.itb.ac.id/profile/ridwan/RESPIRASI.pdf) diakses pada 25 Maret 2014
www.library.upnvj.ac.id
(http://kedokteran.unsoed.ac.id/Files/Kuliah/modul%20/Genap%20I%20-%20Analisa
%20Gas%20darah%20dan%20injeksi.pdf) diakses pada 24 Maret 2014
(http://staff.ui.ac.id/system/files/users/afifah/material/agd.pdf) diakses pada 24 Maret 2014
http://biologigonz.blogspot.com/2009/12/gangguan-sistem-respirasi.html (Diakses tanggal 31
Maret 2012)
http://kamaruddinkhimenkbima.blogspot.com/2011/02/makalah-sistem-pernapasan.html
(diakses tanggal : 1 April 2012)
Pearce, Evelyn C.2009.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Anonim. 2007. Disitasi dari : Elektrokardiografi.http://image.google.co.id/image/hl-id. Pada
tanggal 10-3-2010 jam 20:07
Anonim. 2007. EKG. Disitasi dari : http://www.alpensteel.com/tools/wikipediaindonesia.html.Pada tanggal 10-3-2010 jam 20:2
70

Anonim, 2007. Belajar Mudah Membaca EKG Untuk Perawat (2) - patologi gelombang P,
kompleks
QRS,
dan
gelombang
T
.
Disitasi
dari
http://nursestock.blogspot.com/2007/08/belajar-mudah-membaca-ekg-untuk-perawat.html Pada tanggal
19 Mei pukul 11.15
Anonim.
2008.
ECG(ElektroCardioGram).
Disitasi
dari:
http:pdfcontac.com/ebook/cara_penggunaan_EKG.html pada tanggal 21 Mei pukul 15.00
Anonim,
2008.
Elektrokardiogram.
Disitasi
http://elhafiz.sangpujangga.com/archives/249.Pada tanggal 19 Mei pukul 11.00

dari

Anonim. 2010. EKG. Disitasi dari: http://www. Biomedical Engineering/ EKG.html. Pada
tanggal 20 Mei 2010 pukul 14.00
Sundana, K. 2008. Interpretasi EKG, Pedoman Untuk Perawat. EGC : Jakarta.
Waluya .2009. Disitasi dari : Pemeriksaan Elektrokardiogram.http://www.pjnhk.go.id. Pada
tanggal 10-3-2010 jam 20:15

71

You might also like