Professional Documents
Culture Documents
BUDIDAYA IKAN
JILID 2
SMK
BUDIDAYA IKAN
JILID 2
Untuk SMK
Penulis
Perancang Kulit
: Gusrina
: Tim
Ukuran Buku
: 17,6 x 25 cm
GUS
b
GUSRINA
Budidaya Ikan Jilid 2 untuk SMK /oleh Gusrina ---- Jakarta
: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
xii.276 hlm
Daftar Pustaka : A1-A8
Glosarium
: B1-B12
ISBN
: 978-602-8320-21-4
Diterbitkan oleh
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2008
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, telah melaksanakan
kegiatan penulisan buku kejuruan sebagai bentuk dari kegiatan
pembelian hak cipta buku teks pelajaran kejuruan bagi siswa SMK.
Karena buku-buku pelajaran kejuruan sangat sulit di dapatkan di pasaran.
Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK dan telah
dinyatakan memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses
pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 45
Tahun 2008 tanggal 15 Agustus 2008.
Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya
kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas
oleh para pendidik dan peserta didik SMK.
Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada
Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (download),
digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat.
Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya
harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan
ditayangkan soft copy ini diharapkan akan lebih memudahkan bagi
masyarakat khsusnya para pendidik dan peserta didik SMK di seluruh
Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri untuk
mengakses dan memanfaatkannya sebagai sumber belajar.
Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada
para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat
memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini
masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik
sangat kami harapkan.
KATA PENGANTAR
Buku Budidaya Ikan merupakan salah satu judul buku teks kejuruan
yang akan digunakan oleh para pendidik dan peserta didik SMK dan lembaga
pendidikan dan pelatihan lainnya. Buku teks kejuruan dalam bidang budidaya
ikan saat ini belum banyak dibuat, yang beredar saat ini kebanyakan bukubuku praktis tentang beberapa komoditas budidaya ikan. Buku Budidaya Ikan
secara menyeluruh yang beredar dimasyarakat saat ini belum memenuhi
kebutuhan sebagai bahan ajar bagi siswa SMK yang mengacu pada Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), Standar Isi (SI), Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) dan model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) SMK.
Dengan melakukan budidaya ikan maka keberadaan ikan sebagai
bahan pangan bagi masyarakat akan berkesinambungan dan tidak akan
punah. Pada buku ini akan dibahas beberapa bab yang dapat digunakan
sebagai dasar dalam melakukan budidaya ikan. Bab pertama berisi tentang
wadah budidaya ikan, bab kedua berisi tentang media budidaya ikan, bab
ketiga berisi tentang hama dan penyakit ikan, bab keempat berisi tentang
nutrisi ikan, bab kelima berisi tentang teknologi pakan buatan, bab keenam
berisi tentang teknologi pakan alami, bab ketujuh berisi tentang
pengembangbiakan ikan dan bab kedelapan berisi tentang hama dan
penyakit ikan. Sedangkan materi penunjang seperti pemasaran, analisa
usaha budidaya ikan dan kesehatan dan keselamatan kerja terdapat pada
bab terakhir.
Agar dapat membudidayakan ikan yang berasal dari perairan tawar,
payau maupun laut ada beberapa hal yang harus dipahami antara lain adalah
memahami jenis-jenis wadah dan media budidaya ikan, pengetahuan tentang
nutrisi ikan dan jenis-jenis pakan alami yang meliputi tentang morfologi,
biologi dan kebiasaan hidup. Selain itu pengetahuan teknis lainnya yang
harus dipahami adalah tentang pengembangbiakan ikan mulai dari seleksi
induk, teknik pemijahan ikan, proses pemeliharaannya sampai pemanenen
ikan.
Akhir kata penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas
berkah dan rahmatNya sehingga dapat menyelesaikan penulisan buku ini
dihadapan pembaca. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada
suami dan anak-anak atas dukungan dan orang tua tercinta serta temanteman yang telah membantu. Selain itu kepada Direktorat Pembinaan SMK
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menegah yang menyediakan
anggaran untuk meyediakan sumber belajar buku teks kejuruan yang sesuai
dengan Standar Isi dan Standar Kompetensi Kelulusan SMK. Semoga buku
ini bermanfaat bagi yang membacanya dan menambah pengetahuan serta
wawasan. Dan juga kami mohon saran dan masukan yang membangun
karena keterbatasan yang dimiliki oleh penyusun.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
JILID 1
KATA PENGANTAR .........................................................................................ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................iii
SINOPSIS........................................................................................................ v
PETA KOMPETENSI......................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
BAB II WADAH BUDIDAYA IKAN ................................................................ 23
2.1. JENIS-JENIS WADAH BUDIDAYA IKAN ....................................... 23
2.2. KONSTRUKSI WADAH BUDIDAYA............................................... 29
2.3. PERSIAPAN WADAH BUDIDAYA.................................................. 45
BAB III MEDIA BUDIDAYA IKAN .................................................................. 51
3.1. SUMBER AIR ..................................................................................... 52
3.2. PARAMETER KUALITAS AIR ............................................................ 54
3.3. PENGUKURAN KUALITAS AIR BUDIDAYA IKAN ........................ 69
BAB IV.
PENGEMBANGBIAKAN IKAN................................................... 75
4.1. SELEKSI INDUK................................................................................. 75
4.2. TEKNIK PEMIJAHAN IKAN.............................................................. 105
4.3 PENETASAN TELUR ........................................................................ 133
4. 4. PEMELIHARAAN LARVA DAN BENIH IKAN ............................... 141
4.5. PEMBESARAN IKAN.................................................................... 149
4.6. PEMANENAN ................................................................................. 160
JILID 2
NUTRISI IKAN ......................................................................... 167
BAB V.
5.1. ENERGI ........................................................................................... 167
5.2. PROTEIN.......................................................................................... 172
5.3. KARBOHIDRAT ............................................................................ 187
5.4. LIPID ............................................................................................. 195
5.5. VITAMIN ....................................................................................... 204
5.6. MINERAL ...................................................................................... 237
BAB VI. TEKNOLOGI PAKAN BUATAN .................................................... 249
6.1. JENIS-JENIS BAHAN BAKU ........................................................ 252
6.2. PENYUSUNAN FORMULASI PAKAN.......................................... 264
6.3
PROSEDUR PEMBUATAN PAKAN ............................................. 282
6.4. UJI COBA PAKAN IKAN............................................................... 292
6.5. MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN ............................................ 315
6.6
PAKAN DAN KUALITAS AIR........................................................ 324
BAB VII. TEKNOLOGI PRODUKSI PAKAN ALAMI ................................. 329
7.1. JENIS-JENIS PAKAN ALAMI ....................................................... 329
7.2. BUDIDAYA PHYTOPLANKTON................................................... 337
7.3. BUDIDAYA ZOOPLANKTON ....................................................... 355
iii
JILID 3
BAB VIII. HAMA DAN PENYAKIT IKAN .................................................... 401
8.1. JENIS-JENIS HAMA DAN PENYAKIT.......................................... 401
8.2. PENCEGAHAN HAMA DAN PENYAKIT IKAN............................. 413
8.3. GEJALA SERANGAN PENYAKIT ............................................... 418
8.4. PENGOBATAN PENYAKIT IKAN................................................ 431
BAB. IX. PEMASARAN .............................................................................. 447
9.1. PENGERTIAN PEMASARAN ....................................................... 447
9.2. CIRI-CIRI PEMASARAN HASIL PERIKANAN.............................. 448
9.3. PERENCANAAN DAN TARGET PENJUALAN ............................ 450
9.4. ESTIMASI HARGA JUAL.............................................................. 452
9.5. SISTEM PENJUALAN .................................................................. 455
9.6. STRATEGI PROMOSI ................................................................... 456
BAB. X. ANALISA KELAYAKAN USAHA ................................................... 465
BUDIDAYA IKAN ..................................................................................... 465
10.1. PENGERTIAN STUDI KELAYAKAN ............................................ 465
10.2. NET PRESENT VALUE (NPV) ..................................................... 478
10.3. NET BENEFIT COST RATIO (NBC RATIO)................................. 479
10.4. INTERNAL RATE OF RETURN (IRR) .......................................... 479
10.5. ANALISIS BREAK EVENT POINT (BEP) ..................................... 480
10.6. APLIKASI ANALISA USAHA ........................................................ 481
BAB. XI. KESEHATAN DAN KESELAMATAN ........................................... 487
KERJA ......................................................................................................... 487
11.1. PENGERTIAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) 487
11.2. PENERAPAN KAIDAH K3 PADA DUNIA USAHA PERIKANAN
BUDIDAYA .............................................................................................. 487
LAMPIRAN A DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN B GLOSARIUM
iv
SINOPSIS
Buku teks dengan judul budidaya ikan dapat dipelajari oleh para
peserta diklat dan pendidik pada Sekolah Menengah Kejuruan yang
mengambil program studi Budidaya Ikan. Menurut SKKNI dalam program
studi Budidaya Ikan dapat dikelompokkan menjadi Budidaya Ikan Air Tawar,
Budidaya Ikan Air Laut, Budidaya Ikan Air Payau dan Budidaya Ikan Hias.
Dalam buku teks ini akan memberikan pengetahuan mendasar tentang
bagaimana membudidayakan ikan dan dapat di aplikasikan pada berbagai
habitat budidaya. Pada buku teks ini berisi tentang wadah budidaya yang
dapat digunakan dalam melakukan budidaya ikan, media yang optimal dalam
budidaya ikan agar proses budidaya dapat berlangsung sesuai dengan
kebutuhan ikan untuk hidup tumbuh dan berkembang, bagaimana melakukan
proses perkembangbiakan ikan budidaya dari sudut biologis ikan budidaya
dan aplikasi pada beberapa ikan budidaya, kebutuhan nutrisi untuk ikan yang
akan dibudidayakan, bagaimana membuat pakan ikan yang harus diberikan
pada ikan budidaya, bagaimana memproduksi pakan alami sebagai pakan
yang sangat dibutuhkan bagi larva ikan dan benih ikan budidaya, hama dan
penyakit ikan yang dapat menyerang ikan budidaya serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam budidaya ikan.
Budidaya ikan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting saat ini
dan masa yang akan datang. Hal ini dikarenakan ikan merupakan salah satu
jenis pangan yang sangat dibutuhkan oleh manusia yang mempunyai harga
jual relatif murah dan mempunyai kandungan gizi yang lengkap. Dengan
mengkonsumsi ikan maka kebutuhan gizi manusia akan terpenuhi. Oleh
karena itu kemampuan sumberdaya manusia untuk memproduksi ikan
budidaya sangat dibutuhkan. Dengan semakin bertambahnya jumlah
penduduk dan keterbatasan lahan budidaya selanjutnya, maka dibutuhkan
suatu teknologi budidaya ikan pada lahan yang terbatas dan produktivitas
tinggi untuk memenuhi kebutuhan pangan. Dengan mempelajari buku teks ini
diharapkan para pembaca dapat mengaplikasikan ilmu budidaya pada
berbagai media dan teknologi budidaya.
Pengetahuan tentang wadah budidaya ikan dan media yang
dibutuhkan bagi ikan budidaya akan memberikan pemahaman tentang
investasi yang harus dipersiapkan sesuai dengan skala produksi yang akan
diterapkan. Dengan menerapkan teknologi budidaya ikan yang intensif
dibutuhkan pemahaman tentang produksi pakan buatan yang ramah
lingkungan tetapi sesuai dengan kebutuhan ikan budidaya. Selain itu dalam
membudidayakan ikan sangat dibutuhkan pakan alami pada fase larva dan
benih, maka sangat dibutuhkan suatu pemahaman bagaimana
membudidayakan pakan alami yang sesuai dengan kebutuhan ikan.
Selain itu dalam suatu budidaya ikan maka akan ada kendala yang dialami
pembudidaya ikan yaitu adanya serangan hama dan penyakit ikan. Oleh
karen itu diperlukan pemahaman tentang jenis-jenis hama dan penyakit yang
dapat menyerang ikan budidaya serta bagaimana tindakan pencegahan dan
pengobatan yang harus dilakukan oleh para pembudidaya agar ikan yang
dibudidayakan tidak terserang hama dan penyakit.
Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
maka penerapan teknologi yang terkini telah merambah dalam budidaya ikan.
Pengembangbiakan ikan secara tradisional akan semakin kurang diminati
dan akan beralih kepada sentuhan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
meningkatkan produksi pada ikan budidaya. Aplikasi teknologi molekuker
dalam budidaya ikan sudah bisa diterapkan mulai dari rekayasa kromosom,
rekayasa gen dan terkini adalah rekayasa sel. Rekayasa kromosom antara
lain adalah melakukan kegiatan ginogenesis, androgenesis dan poliploidisasi
yang tujuan dari manipulasi kromosom ini untuk meningkatkan produktivitas
ikan budidaya dan memberikan nilai tambah pada pembudidaya ikan.
Sedangkan rekayasa gen dapat diterapkan jika peralatan untuk melakukan
rekayasa ini tersedia dimana dengan melakukan rekayasa gen dapat dibuat
komoditas ikan budidaya yang disisipi gen yang menguntungkan bagi
pembudidaya misalnya gen pertumbuhan, gen antibeku dan gen warna
tubuh.
Dengan mempelajari buku teks ini diharapkan dapat memahami
pengetahuan yang sangat mendasar dalam membudidayakan ikan. Dalam
buku teks ini juga dijelaskan berbagai kemampuan dasar untuk melakukan
suatu kegiatan yang langsung dapat diaplikasikan dengan menggunakan
bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh berbagai kalangan.
vi
PETA KOMPETENSI
KODE UNIT
PBD. PL 00.001U.01
PBD. PL 00.002U.01
PBD. PL 00.003U.01
PBD. PL 00.004U.01
PBD. PL 00.005U.01
1.
PBD. PL 00. 006U. 01 2.
3.
4.
vii
PBD.PL 00.007U.01
1. Mengidentifikasi wadah
PBD. PL 00. 009U. 01
2. Menentukan wadah
3. Mengontrol proses penggunaan wadah
4. Membuat laporan
Mengidentifikasi hama dan penyakit ikan
1. Mengambil sampel di lapangan
4. Membuat laporan
Mengemas ikan
1. Menyiapkan teknik pengepakan
2. Menentukan jenis ikan yang dikemas
3. Melakukan pengepakan ikan
4. Membuat laporan
Memasarkan ikan
PBD. PL00.012U. 01 1. Mencari order pemasaran
2. Melaksanakan penjualan
3. Menyiapkan kuota/target
4. Mengontrol proses pemasaran
viii
PBD.PL 01.001I.01
PBD.PL 01.002I.01
PBD.PL 01.003I.01
PBD.PL 01.004I.01
PBD.PL 01.005I.01
PBD.PL 01.006I.01
PBD.PL.01.007I.01
ix
PBD.PL.01.008I.01
PBD.PL 02.009I.01
PBD.PL 02.010I.01
PBD.PL 02.011I.01
PBD.PL 02.012I.01
PBD.PL 02.013I.01
PBD.PL 02.014I.01
PBD.PL 02.015I.01
PBD.PL 02.016I.01
PBD.PL 02.017I.01
PBD.PL 03.018I.01
PBD.PL 03.019I.01
PBD.PL 03.020I.01
PBD.PL 03.021I.01
PBD.PL 03.022I.01
PBD.PL 03.023I.01
PBD.PL 03.024I.01
PBD.PL 03.025I.01
xii
BAB V.
NUTRISI IKAN
5.1. ENERGI
Dalam kehidupan manusia setiap
hari sering mendengar istilah energi.
Energi berasal dari kata Yunani yaitu
En yang berarti in dan Ergar yang
berarti work, dari arti kata asalnya
energi dapat didefenisikan sebagai
kapasitas atau sesuatu yang dapat
diolah kedalam bentuk kerja atau
kemampuan untuk bekerja. Bentuk
energi dalam kehidupan manusia
dapat dikelompokkan berdasarkan
sumbernya yaitu energi mekanik,
energi panas,energi listrik dan energi
molekuler. Energi akan ada dan
hadir dalam setiap bentuk yang
berbeda dan disesuaikan dengan
pekerjaan berbeda. Pada ikan
167
sebagai
organisme
yang
berhubungan
dengan
air
membutuhkan
makanan
untuk
menyediakan energi yang mereka
perlukan. Energi bagi makhluk hidup
berasal dari makanan dimana dari
makanan ini akan diubah menjadi
energi kimia dan disimpan dalam
tubuh dalam bentuk Adenosin Tri
Phosphat (ATP). Dengan adanya
energi ini dapat mengubah energi
kinetik dari suatu reaksi metabolisme
yang menimbulkan kerja dan panas.
Pada ikan sumber energi diperoleh
dari pakan, dimana pada pakan ikan
ini mengandung zat gizi/nutrien yang
berasal dari karbohidrat, lemak dan
protein dan dapat terukur secara
langsung atas pertolongan bom
kalorimeter. Energi diperlukan untuk
melakukan
pekerjaan
mekanis
(aktivitas otot), pekerjaan kimia
(proses kimia yang berlangsung
dalam tubuh), kerja elektrik ( aktifitas
saraf), dan pekerjaan osmotik
(memelihara badan untuk menjaga
keseimbangan satu sama lain dan
dengan medium air tawar, payau
atau air laut dimana organisme air itu
hidup). Energi yang diperoleh oleh
makhluk
hidup
ini
dapat
menimbulkan panas dimana menurut
ilmuwan Lavoiser dan La Place
(1780) Panas dari tubuh hewan
berasal dari oksidasi zat-zat organik
dan
makanan
yang
diberikan
digunakan sebagai sumber energi.
Oleh karena itu nilai energi suatu
bahan makanan dapat dipakai
sebagai dasar dalam menentukan
nilai gizi dari bahan makanan
tersebut.
Energi bebas adalah energi yang
tersedia untuk aktifitas biologi dan
168
Pemanfaatan Energi
Energi yang diperoleh dari pakan
digunakan sebagai sumber energi
utama yang dalam pembagian energi
disebut dengan Gross Energi atau
energi kotor. Gross Energi (GE) nilai
makanan ini dapat didefenisikan
sebagai total energi yang terdapat
dalam makanan. Semua energi yang
diperoleh dari asupan pakan yang
dikonsumsi
oleh
ikan,
tidak
semuanya
dipergunakan
untuk
keperluan
pertumbuhan
dan
perkembangan ikan karena energi
tersebut
akan
dibagi
menjadi
Digestible energy (DE) yaitu energi
yang dapat dicerna dan Fecal energy
(FE) yaitu energi yang digunakan
untuk kegiatan pembuangan hasil
eksresi pada ikan berupa feses. Dari
Digestible
Energy
ini
yang
selanjutnya akan dipergunakan oleh
ikan
untuk
kegiatan
proses
metabolisme dan proses hasil
buangan metabolisme yang terbagi
menjadi Metabolizable Energy (ME)
yaitu
energi
yang
dapat
dipergunakan
untuk
kegiatan
metabolisme
dan
Metabolic
Excretion
yaitu
energi
yang
dikeluarkan oleh ikan untuk proses
pembuangan urin (Urine Excretion)
dan Gill Excretion (GE). Energi yang
dipergunakan
untuk
kegiatan
metabolisme didalam tubuh ikan ini
dibagi lagi menjadi dua yang akan
dipergunakan
untuk
kegiatan
aktivitas
metabolisme
seperti
kegiatan mengkonsumsi oksigen
dalam media pemeliharaan yang
biasa
disebut
dengan
Heat
Increment (HiE) atau dengan kata
lain dalam proses fisiologis ikan yang
disebut dengan Specific Dynamic
Action yaitu energi yang diperlukan
169
Energi Metabolisme
Tingkat kebutuhan energi pada ikan
biasanya dikaitkan dengan tingkat
kebutuhan protein optimal dalam
pakan. Dalam dunia akuakultur biasa
disebut dengan protein energi ratio
(P/e). Nilai protein energi ratio pada
ikan konsumsi sebaiknya berkisar
antara 8 10. Nilai ini diperoleh dari
hasil perhitungan antara kadar
protein dalam pakan dengan jumlah
energi
yang
diperoleh
dalam
formulasi pakan tersebut pada level
energi yang dapat dicerna (DE). Nilai
energi yang diperhitungkan tersebut
biasa
disebut
dengan
energi
metabolisme. Energi metabolisme ini
diperoleh setelah nutrien utama
karbohidrat, lemak, dan protein
mengalami beberapa proses kimia
seperti katabolisme dan oksidasi di
dalam tubuh hewan. Energi bebas
digunakan untuk pemeliharaan pada
proses
kehidupan
seperti
metabolisme
sel,
pertumbuhan,
reproduksi
dan
aktifitas
fisik.
Keseimbangan antara energi dan
protein
sangat
penting
dalam
meningkatkan laju pertumbuhan ikan
budidaya. Apabila kandungan energi
dalam pakan berkurang maka protein
dalam tubuh ikan akan dipecah dan
dipergunakan sebagai sumber energi.
Seperti kita ketahui pada ikan protein
sangat
berperan
dalam
pembentukan sel baru, jika protein
dipakai sebagi sumber energi maka
akan menyebabkan pertumbuhan
ikan terhambat. Oleh karena itu
jumlah energi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan pemeliharaan ikan
budidaya sangat dipengaruhi oleh
jenis ikan, umur ikan, komposisi
pakan, tingkat reproduksi dan tingkat
metabolisme standar.
170
Gross Energy
(kkal/g)
Digestibility
(persent)
Available
(kkal/g)
5,6
9,4
4,1
70
85
40
3,9
8,0
1,6
Gross Energy
(kkal/g)
Digestibility
(persent)
Available
(kkal/g)
5,6
9,4
4,1
80
90
70
4,5
8,5
2,9
171
5.2. PROTEIN
Protein merupakan nutrisi utama
yang mengandung nitrogen dan
merupakan
unsur
utama
dari
jaringan dan organ tubuh hewan dan
juga senyawa nitrogen lainnya
seperti asam nukleat, enzim, hormon,
vitamin
dan
lain-lain.
Protein
dibutuhkan sebagai sumber energi
utama karena protein ini terus
menerus diperlukan dalam makanan
untuk pertumbuhan dan perbaikan
jaringan
yang
rusak.
Protein
mengandung karbon sebanyak 5055%, hidrogen 5-7%, dan oksigen
20-25% yang bersamaan dengan
lemak
dan
karbohidrat,
juga
mengandung nitrogen sebanyak 1518%, rata-rata adalah 16% dan
sebagian lagi merupakan unsur
sulfur dan sedikit mengandung fosfat
dan besi. Oleh karena itu beberapa
literatur mengatakan bahwa protein
adalah makro molekul yang terdiri
dari karbon, hidrogen, oksigen,
nitrogen dan boleh juga berisi sulfur.
Kadar nitrogen pada protein dapat
dibedakan
dari
lemak
dan
karbohidrat serta komponen bahan
organik lainnya.
Protein berasal dari bahasa Yunani
yaitu Proteos yang berarti pertama
atau utama. Hal ini dikarenakan
protein merupakan makromolekul
yang paling berlimpah didalam sel
hidup dan merupakan 50% atau lebih
berat kering sel. Protein dalam setiap
sel mahluk hidup tersimpan dalam
jaringan dan organ dan sebagai
172
173
174
mempengaruhi
primernya.
struktur
Asam amino
Dalam menyusun komposisi pakan
ikan saat ini para peneliti sudah
melakukan penyusunan komposisi
pakan berdasarkan kebutuhan asam
amino setiap jenis ikan. Hal ini
dikarenakan komposisi kebutuhan
asam amino setiap jenis ikan sangat
berbeda dan sangat menentukan laju
pertumbuhan
dari
ikan
yang
dibudidayakan.
Asam
amino
merupakan bahan dasar yang
dihasilkan dari proses pemecahan
atau hidrolisis dari protein. Asam
amino ini membangun blok protein.
Istilah amino datang dari -NH2 atau
suatu
kelompok
amino
yang
merupakan bahan dasar alami dan
asam datang dari perbandingan COOH atau suatu kelompok karboxyl,
oleh karena itu disebutlah asam
amino. Dalam molekul protein asam
amino membentuk ikatan peptida
(ikatan antara amino dan kelompok
karboxyl) di dalam rantai yang
panjang disebut rantai polipeptida.
Ada banyak asam amino di alam
tetapi hanya dua puluh yang terjadi
secara alami. Asam amino sangat
dibutuhkan oleh ikan untuk tumbuh
dan
berkembang.
Dalam
pengelompokkannya dibagi menjadi
dua yaitu asam amino essensial dan
nonessensial. Asam amino secara
umum ditulis dengan satu atau tiga
huruf yang dapat dilihat pada Tabel
5.3.
175
Arg
His
Ile
Leu
Lys
Met
Phe
Thr
Trp
Val
R
H
I
L
K
M
F
T
W
V
Ala
Asn
Asp
Cys
Glu
Gln
Gly
Pro
Ser
Tyr
A
N
D
C
E
Q
G
P
S
Y
176
177
178
179
bagi
pertumbuhan
sel
dan
pembentukan jaringan tubuhnya.
Melalui sistem peredaran darah,
asam amino ini diserap oleh seluruh
jaringan tubuh yang memerlukannya.
Pertumbuhan somatik, pertumbuhan
kelanjar reproduksi, perkembangan
dan pembangunan jaringan baru
ataupun perbaikan jaringan yang
rusak selalu membutuhkan protein
secara optimal yang terutama
diperoleh dari asam-asam amino
essensial yang bersumber dari
pakan ikan yang dikonsumsi.
Ikan tidak mempunyai kebutuhan
protein yang mutlak namun untuk
menunjang pertumbuhannya ikan
membutuhkan suatu campuran yang
seimbang
antara
asam-asam
aminoesensial dan non esensial.
Protein
yang
dibutuhkan
ikan
dipengaruhi
faktor-faktor
yang
bervariasi seperti ukuran ikan,
temperatur air, kecepatan pemberian
pakan, ketersediaan dan kualitas
pakan alami, kandungan energi
keseluruhan yang dapat dihasilkan
dari pakan dan kualitas protein.
Kualitas pakan dikatakan rendah
apabila kadar asam-asam amino
esensial dalam proteinnya juga
rendah. Pemilihan bahan dan
komposisi
bahan-bahan
yang
digunakan dalam pembuatan pakan
akan
sangat
menentukan
kelengkapan dan keseimbangan
antara asam-asam amino esensial
dan tak esensial. Ikan dapat tumbuh
normal apabila komposisi asam
amino esensial dalam pakan tak jauh
berbeda (mirip) dengan asam amino
dalam tubuhnya. Oleh karena itu
adanya variasi keseimbangan antara
asam amino esensial dan non
180
Kualitas
protein
berbeda-beda
tergantung pada jenis dan jumlah
asam
amino
penyusunannya.
Penentuan kualitas protein dapat
dilakukan dengan membandingkan
komposisi asam amino esensial yang
dikandung bahan makanan dengan
standar kebutuhan asam amino
esensial pada hewan uji.
181
berkelanjutan
dapat
apabila
menyebabkan
terganggunya
pertumbuhan. Tingkat penggunaan
lisin dipengaruhi oleh kadar arginin,
urea dan amonia. Ketika terjadi
degradasi arginin, maka penggunaan
lisin akan meningkat.
Metionin (essensial) dan sistein (non
essensial) merupakan asam amino
yang mengandung sulfur. Sistein
mampu mereduksi sejumlah metionin
yang diperlukan bagi pertumbuhan
optimal. Kebutuhan metionin pada
ikan biasanya berkaitan dengan
kadar metionin dalam serum dan
kadar makanan yang dicerna.
Metionin juga merupakan asam
amino pembatas dalam beberapa
bahan makanan sumber protein
nabati. Defisiensi metionin dapat
mengakibatkan penyakit katarak
pada rainbow trout.
Fenil alanin (essensial) dan tirosin
(non
essensial)
keduanya
mempunyai struktur kimia yang mirip
sehingga keduanya bisa saling
menggantikan. Fenil alanin dan
tirosin diklasifikasikan sebagai asam
amnino
aromatik.
Keduanya
diperlukan dalam jumlah yang cukup
untuk mendorong sintesis protein
dan fungsi-fungsi fisiologis lain pada
ikan. Ikan mampu dengan segera
mengubah fenil alanin menjadi tirosin
atau menggunakan tirosin untuk
melakukan
metabolisme
yang
diperlukan bagi asam amino fenil
alanin tersebut. Oleh karena itu
untuk menentukan kebutuhan asam
amino aromatik khususnya fenil
alanin, dalam pengujian haruslah
digunakan bahan pangan tanpa
tirosin atau berkadar tirosin rendah.
182
Tabel 5.4.
Jenis ikan
Chum Salmon
Chinook Salmon
Coho Salmon
Channel Catfish
Common carp
Catle
Nile Tilapia
Milk Fish
Japanese eel
Rainbow trout
Yellow tail
White surgeon
Red drum
Arg
His
Leu
Lys
6,5
6,0
3,2
4,3
4,3
4,8
4,2
5,3
4,5
3,5
3,9
4,8
3,7
1,6
1,8
0,9
1,5
2,1
2,5
1,7
2,0
2,1
1,6
2,6
2,3
1,7
3,8
3,9
3,4
3,5
3,3
3,7
3,4
5,1
5,3
4,4
4,7
4,3
4,7
5,0
5,0
3,8
5,1
5,7
6,2
5,1
4,0
5,3
5,3
5,3
5,4
5,7
Met
+
Cys
3,0
4,0
2,7
2,3
3,1
3,4
3,2
3,3
3,2
2,7
2,4
2,2
2,9
Phe
+
Tyr
6,3
5,1
4,5
5,0
6,5
6,2
5,5
5,2
5,8
5,2
4,5
5,3
4,5
Thr
Trp
Val
Ile
3,0
2,2
2,0
2,2
3,9
5,0
3,8
4,5
4,0
3,4
2,9
3,3
2,8
0,7
0,5
0,5
0,5
0,8
1,0
1,0
0,6
1,1
0,5
0,7
0,3
0,8
3,0
3,2
2,2
3,0
3,6
3,6
2,8
3,6
4,0
3,1
3,0
3,3
3,1
2,4
2,2
1,2
2,6
2,5
2,4
3,1
4,0
4,0
2,4
2,6
3,0
2,9
183
184
=
Nitrogen yang diserap
Dimana : R =
A =
Dan :
I (F - Fo)
A (U Uo)
A =
R =
Dimana : I
F
Fo
U
Uo
=
=
=
=
=
R
BV =
I (FFo) (U Uo)
x 100
x 100
I (F Fo)
Tidak cukup data dalam nilai biologi yang diperoleh untuk pengaturan pakan
ikan dan sulit dalam penentuan metabolisme feses dan endogeneus nitrogen
secara terpisah.
Penggunaan Protein Bersih
Nitrogen yang digunakan
NPU =
x 100
Nitrogen yang diambil
NPU =
Nitrogen yang diambil dari pengujian protein
185
186
Jumlah
kebutuhan
protein
maksimum
merupakan
tingkat
kualitas protein yang tinggi dalam
kandungan pakan yang diperlukan
untuk
pertumbuhan
maksimum.
Untuk
menentukan
kebutuhan
protein suatu jenis ikan dapat
dilakukan
dengan
melakukan
percobaan pemberian pakan yang
akan membantu dalam penggunaan
uji kandungan protein dari sumber
yang nilai biologinya tinggi. Respon
yang akan memberikan keuntungan
dan daya tahan paling tinggi
biasanya diperoleh dari komposisi
pakan ikan terbaik. Protein yang
terdapat dalam jaringan tubuh ikan
dapat digunakan sebagai ukuran
untuk menentukan kebutuhan protein.
Cara
ini
dilakukan
dengan
menganalisis kandungan nitrogen
dalam jaringan dengan interval dua
minggu sampai tidak ada penurunan
nitrogen yang tertahan pada jaringan.
Jumlah kandungan protein yang
minimal dari suatu pakan untuk
menghasilkan
pertumbuhan
maksimum sangat bergantung pada
jenis ikan yang dibudidayakan.
Berdasarkan penelitian beberapa
spesies ikan kebutuhan kandungan
protein pada ikan budidaya berkisar
dari 27% sampai 60%. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5.
Jenis ikan
Asian sea bass
Common carp
Grouper
Japanese eel
Kuruma shrimp
Milk Fish
Sumber protein
Fish meal, soybean meal
Fish meal, casein
Tuna, muscle meal
Fish meal, meat meal, shrimp meal
Casein dan asam amino
Squid meal
Casein + egg albumin
Fish meal, casein
Casein, gelatin
Fish meal, soybean dan cassava meal
Casein
Fish meal
Fish meal, soybean, squid meal
Casein
Fish meal, soybean, shrimp meal
Fish meal, casein
Fish meal
Fish meal, mussel meal, collagen
Squid meal
Fish meal, casein
Soybean meal, rice bran
Fish meal, squid meal
Kadar protein
optimal
43
31 38
40 50
43
44
60
55
40
30 40
24
55
52
44
40
40
30
28
34 42
28 32
55
27
5.3. KARBOHIDRAT
salah
Karbohidrat
merupakan
satumakro nutrien dan menjadi
sumber energi utama pada manusia
dan hewan darat. Pada ikan, tingkat
pemanfaatn karbohidrat dalam pakan
umumnya rendah pada khususnya
hewan karnivora, karena pada ikan
187
adalah
sumber
energi
utama
protein. Ikan karnivora lebih sedikit
mengkonsumsi
karbohidrat
dibandingkan dengan omnivora dan
herbivora. Selain itu ikan yang hidup
diperairan tropis dan air tawar
biasanya
lebih
mampu
memanfaatkan karbohidrat daripada
ikan yang hidup diperairan dingin
dan air laut. Ikan laut biasanya lebih
menggunakan protein dan lemak
sebagai sumber energi daripada
karbohidrat,
tetapi
peranan
karbohidrat dalam pakan ikan sangat
penting
bagi
kehidupan
dan
pertumbuhan ikan. Berdasarkan hasil
penelitian memperlihatkan bahwa
ikan yang diberi pakan dengan
kandungan protein tinggi tanpa
karbohidrat dapat menyebabkan
penurunan laju pertumbuhan dan
retensi protein tubuh. Selain itu
pakan yang mengandung karbohidrat
terlalu sedikit akan menyebabkan
terjadinya tingkat katabolisme protein
dan lemak yang tinggi untuk
mensuplai kebutuhan energi ikan
dan
menyediakan
metabolisme
lanjutan (intermedier) untuk sintesis
senyawa biologi penting lainnya,
sehingga pemanfaatan protein untuk
pertumbuhan
berkurang.
Oleh
karena itu pada komposisi pakan
ikan harus ada keseimbangan antara
karbohidrat, protein dan lemak,
dimana ketiga nutrien tersebut
merupakan sumber energi bagi ikan
untuk tumbuh dan berkembang.
Karbohidrat merupakan senyawa
organik yang tersusun dari atom
karbon (C), hidrogen (H) dan
Oksigen
(O)
dalam
suatu
perbandingan tertentu. Karbohidrat
berdasarkan analisa proksimat terdiri
dari serat kasar dan bahan ekstrak
188
dan
polisakarida.
disakarida,
Pembagian
karbo-hidrat
ini
berdasarkan pada jumlah molekul
pembentuknya, satu, dua atau
beberapa unit gula sederhana.
Disakarida
dan
polisakarida
merupakan turunan (derivat) dari
monosakarida. Monosakarida tidak
dapat dihidrolisa lagi menjadi bentuk
yang lebih sederhana. Disakarida
dapat dihidrolisa menjadi dua
molekul mono-sakarida, sedangkan
polisakarida (termasuk) oligosakarida
akan membentuk lebih dari tiga
molekul monosakarida. Selain itu
karbohidrat
dapat
juga
diklasifikasikan berdasarkan pada
tingkat kecernaan, yaitu karbohidrat
yang dapat dicerna, karbohidrat yang
dapat
dicerna
sebagian
dan
karbohidrat yang tidak dapat dicerna.
Gula, kanji, dextrin, dan glikogen
adalah karbohidrat yang dapat
dicerna, selulosa, serat kasar dan
hemisellulosa adalah karbohidrat
yang tidak dapat dicerna. Galaktogen,
mannosan, inulin dan pentosa
adalah termasuk karbohidrat yang
dapat dicerna sebagian. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.6.
contoh
Pentosa,
Arabinosa,
Ribosa,
Xylosa, Xylulosa, Hexosa, Glucosa,
Fruktosa dan Mannosa
dextrin,
glycogen,
Polisakarida (Glycan, > 10 unit Starch/kanji,
cellulosa,
hemicellulosa,
lignin,
glikosa)
chitin, pectin, gums and mucilages,
alginat, agar, karageenan
Monosakarida
Monosakarida
adalah
bentuk
karbohidrat
yang
tidak
dapat
dihidrolisis menjadi bentuk yang
sederhana
lagi.
Umumnya
monosakarida diperoleh dari hasil
hidrolisis senyawa tanaman yang
lebih kompleks, larut dalam air dan
rasanya manis. Monosakrida utama
Disakarida
Kebanyakan monosakarida diperoleh
dengan hidrolisis unsur yang lebih
komplek. Hidrolisis adalah suatu
reaksi kimia yang mana suatu unsur
yang komplek dipecah menjadi unsur
yang lebih kecil dengan penambahan
suatu
katalisator.
Monosakarida
sering dikatakan sebagai bentuk dari
suatu
gula
sederhana.
Dua
rangkaian gula sederhana secara
komersil penting pentosa atau lima
gula atom karbon dan hexoses atau
enam gula atom karbon. Ribosa dan
Dioxyribosa merupakan struktur RNA
dan DNA. Pentosa mempunyai
rumus yang umum C5 H10 O5. dan
mempunyai komersial yang penting
dalam bentuk aldopentosa silosa dan
arabinosa. Silosa dibentuk dengan
hidrolisis pada pentosa. Jumlah yang
190
Disakarida
merupakan
bentuk
karbohidrat yang kalau dihidrolisis
akan menghasilkan dua molekul
monosakarida.
Rumus
molekul
disakrida adalah C12H22O11, dari
rumus bangun ini memperlihatkan
bahwa satu molekul air telah
dipindahkan
sebagai
dua
monosakarida
yang
telah
dikombinasikan. Dengan hidrolisis
mengakibatkan perpecahan molekul
dan pembentukan hexoses. Ada tiga
bentuk disakarida penting yaitu
sukrosa, laktosa dan maltosa.
Sukrosa, bentuk gula yang biasanya
disebut juga dengan gula meja,
terdiri dari satu molekul glukosa dan
satu
molekul
fruktosa
yang
dinamakan dengan gula invert.
Polisakarida
Polisakarida
merupakan
bentuk
karbohidrat yang kalau dihidrolisis
akan menghasilkan lebih dari
sepuluh
molekul
monosakarida.
Polisakarida biasanya dibentuk oleh
kombinasi
hexosa
atau
monosakarida lain dan biasanya
merupakan
senyawa
dengan
molekular tinggi dan kebanyakan
tidak dapat larut dalam air dan
dipertimbangkan yang paling utama
bahan gizi tumbuhan asli. Ketika
hidrolisis dengan asam atau enzim,
mereka dipecah ke dalam berbagai
produk intermediate dan yang
akhirnya ke dalam gula sederhana,
polisakarida mempunyai formulasi
umum (C6H10O5)n. Tiga bentuk
polisakarida yang banyak terdapat
dalam bahan baku pakan antara lain
adalah pati, dextrin dan glikogen.
Pati/starch
merupakan
bentuk
polisakarida yang banyak terdapat
pada tumbuhan dan diperoleh di
dalam akar umbi (kentang), rhizomes,
dan biji-bijian. Bentuk ini merupakan
sumber bahan makanan yang
191
192
pada
rasio
bergantung
juga
amilosa/amilopektin.
Dimana
semakin
tinggi
rasio
amilosa/
amilopektin
maka
kecernaan
karbohidrat semakin tinggi. Beberapa
perlakuan yang biasa dilakukan pada
saat membuat pakan ikan adalah
dengan melakukan pengukusan pati
dimana
dengan
melakukan
Tabel 5.7. Nilai kecernaan karbohidrat berdasarkan kadar dan sumbernya oleh
beberapa ikan budidaya (Wilson, 1994).
Jenis ikan
Rainbow Trout
Sumber
Dekstrin
Tepung ubi kukus
Tepung dikukus
Channel catfish
Glukosa
Sukrosa
Laktosa
Tepung jagung
dikukus
tidak
Mas
Kadar
Karbohidrat
pakan (%)
Nilai kecernaan
(%)
20
60
20
60
11,5
40,2
20 60
20 60
20 60
12,5
25
50
12,5
25
50
?
?
77,2
45,5
69,2
26,1
90,0
48,2
99 100
99 100
94 97
72,8
60,9
55,1
83,1
78,3
66,5
55,0
85,0
193
194
Jenis ikan
Karbo
hidrat
pakan
(%)
Sumber
karbohidrat
References
Ekor kuning
Seabream merah
Rainbow trout
Kakap putih
Kerapu
Channel catfish
Mas
Tilapia
10
20
10
20
9
30
40
40
Dekstrin
Dekstrin
Dekstrin
Tepung terigu
Tepung terigu
Dekstrin
Dekstrin
Dekstrin
Shimeno et al (1996)
De Silva dan anderson (1995)
De Silva dan anderson (1995)
Catacuta dan Coloso (1997)
Shiau dan Lan (1996)
Wilson (1994)
Wilson(1994),Shimeno et al (1996)
Wilson (1994),Shimeno et al (1996)
5.4. LIPID
Lipid adalah senyawa organik yang
tidak dapat larut dalam air tetapi
dapat diekstraksi dengan pelarut
nonpolar seperti kloroform, eter dan
benzena. Senyawa organik ini
terdapat didalam sel dan berfungsi
sebagai sumber energi metabolisme
dan sebagai sumber asam lemak
esensial yang mempunyai fungsi
specifik dalam tubuh seperti untuk
struktur sel dan pemeliharaan
integritas membran-membran yang
hidup. Fungsi lain dari lipid antara
lain adalah sebagai komponen
utama struktur sel, penyimpan bahan
bakar metabolik, untuk mengangkut
bahan bakar, sebagai pelindung
dinding sel dan juga sebagai
komponen pelindung kulit vertebrata.
Lipid terdiri dari lemak, minyak,
malam dan senyawa-senyawa lain
yang ada hubungannya.
Lipid merupakan komponen penting
dalam pakan ikan karena lipid dapat
Klasifikasi Lipid
Berdasarkan struktur molekulnya
lipid dapat diklasifikasikan kedalam
tiga kelompok yaitu :
195
196
Sumber
dari
asam
lemak
esensial (EFA) yang penting
untuk
pertumbuhan
dan
kelangsungan hidup ikan. EFA
tidak
bisa
disintesis
oleh
organisme air dan akan disintesis
jika jumlahnya tidak cukup untuk
pertumbuhan
dan
harus
disediakan pada pakan ikan,
misalnya : asam arachidonik
(ARA), asam eicosapentaenoie
(EPA),
dan
asam
decosahexaenoic (DHA) adalah
asam
lemak esensial yang
sangat penting di dalam pakan
ikan dan krustasea.
Komponen sellular yang penting
dan
selaput
subsellular,
misalnya:
phospholipid
dan
asam
lemak
polyunsurated
(PUFA).
Sumber
steroid
yang
melaksanakan fungsi penting
seperti
pemeliharaan
sistem
selaput, transportasi lipid dan
prekursor dari hormon steroid.
Asam lemak
Salah satu unsur penting dari lipid
adalah asam lemak. Asam lemak ini
ada juga yang menyebutkan sebagai
lipid dengan makna fisiologis.
Berdasarkan kandungan unsurnya
asam lemak mempunyai rumusan
yang umum yaitu CH3 (CH2)n COOH ,
dimana: n variasi dari 0 sampai ke 24
dan pada umumnya suatu bilangan
genap. Asam lemak diberi suatu
nama umum disamping formulasi
bahan kimianya dan singkatan
stenografi. Di dalam tatanama asam
lemak, sebuah asam lemak di
indentifikasi dengan formula: A:B n-3,
A:B n-6, A:B n-9, kadang-kadang
197
198
x
x
Nama kimia
Notasi singkat
Asam butanoat
Asam pentanoat
Asam keksanoat
Asam oktanoat
Asam dekanoat
Asam dodekanoat
Asam tetradekanoat
Asam heksadekanoat
Asam oktadekanoat
1:0
2:0
3:0
4:0
5:0
6:0
8:0
10:0
12:0
14:0
16:0
18:0
20:0
22:0
24:0
Asam heksadesenoat
Asam oktadesenoat
16 :1 n-7
18 : 1 n-9
Asam oktadekadienoat
Asam oktadekatrinoat
18 : 2 n-6
18 : 3 n-3
Asam eikosatetraenoat
20 : 4 n-6
20 : 5 n-3
22 : 6 n-3
199
Keluarga
Notasi
singkat
Rumus bangun
n-9
Oleat
18 : 1 n-9
20 : 1 n-9
CH3-(CH2)7-CH=CH-(CH2)7-COOH
n-6
Linoleat
18 : 2 n-6
18 : 3 n-6
20 : 3 n-6
20 : 4 n-6
22 : 4 n-6
CH3-(CH2)4-CH=CH-CH2-CH=CH-(CH2)7COOH
n-3
Linolenat
18 : 3 n-3
20 : 5 n-3
22 : 5 n-3
CH3-CH2-CH=CH-CH2-CH=CH-CH2CH=CH-(CH2)7-COOH
200
Tabel 5.11. Kebutuhan asam lemak essensial pada ikan (Watanabe, 1988)
Jenis ikan
Rainbow Trout
Carp
Sidat
Chum Salmon
Coho Salmom
Ikan ayu
Tilapia zilli
Tilapia nilotica
Seabream merah
Turbot
Yellow tail
Yamame
Coregonus
Kebutuhan (%)
18 : 3 3
18 : 3 3
18 : 3 3
3 HUFA
18 : 2 6 dan 18 : 3 3
18 : 2 6 dan 18 : 3 3
18 : 2 6 dan 18 : 3 3
3 HUFA
Tri18 : 3 3
18 : 3 3 atau 20 : 5 3
18 : 2 6 atau 20 : 4 6
18 : 3 6
3 HUFA atau 20 : 5 3
3 HUFA
3 HUFA
18 : 3 3
18 : 3 3
1
0,8
20 % dari lipid
10% dari lipid
1
0,5
1
0,5
1 2,5
1
1
0,5
0,5
0,8
2
1
0,5
201
Tabel 5.12.
Sumber lipid
18 : 2 n6
18 : 3 n3
20 : 5 n3
22 : 6 n3
Sumber Tanaman
Minyak jagung
Minyak kelapa
Minyak bijikapas
Minyak bijilin
Minyak palm
Minyak palm kernel
Minyak Rapeseed
Minyai kacang
Minyak kedele
Minyak bungamatahari
58
2
53
17
10
2
15
30
50
70
1
0
1
56
1
0
8
0
10
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5
5
1
1
2
3
3
1
5
3
0
1
2
1
0
0
1
1
3
3
7
16
12
8
12
10
13
19
7
12
5
14
18
5
7
10
10
14
12
10
202
203
204
5.5. VITAMIN
Vitamin berasal dari kata vitamine
yang berarti zat hidup (vital) yang
mengandung N (amine) atau disebut
juga biokatalis. Vitamin merupakan
senyawa organik dengan berat
molekul rendah (berat molekulnya
biasanya kurang dari 1000) dengan
komposisi dan fungsi yang beragam
yang sangat penting bagi kehidupan
tetapi tidak dapat disintesis oleh
tubuh. Vitamin termasuk kedalam
komponen pelengkap yang mana
kehadirannya
dalam
makanan
sangat
diperlukan
untuk
menormalkan pertumbuhan dan
perawatan
kesehatan
dan
ketidakcukupan
dalam
bahan
makanan
dapat
mengakibatkan
pengembangan
kondisi
specifik
pathologic. Istilah vitamin dengan
kata lain adalah dietary essensial
Klasifikasi Vitamin
Vitamin
dapat
dikelompokkan
menjadi dua golongan menurut
Tacon (1991) yaitu pertama vitamin
yang larut dalam lemak terdiri dari
vitamin A (retinol) , vitamin D
(kolekalsiferol/ergokalsiferol), vitamin
E (alfa tokoferol) dan vitamin K
(menadion), kedua adalah vitamin
yang larut dalam air terdiri dari
vitamin B1 (Tiamin), vitamin B2
(Riboflavin), vitamin B3 (Niasin),
vitamin B5 (asam pantotenat),
vitamin B6 (piridoksin), vitamin B12
(kobalamin), biotin, asam folat,
inocitol, kolin dan vitamin C (asam
askorbat).
Vitamin yang larut dalam lemak
banyak terdapat dalam daging ikan,
minyak ikan dan biji-bijian sebagai
sumber minyak seperti kacang
tanah,kacang
kedelai
dan
sebagainya. Sekali diserap dalam
tubuh,
vitamin-vitamin
tersebut
Vitamin A
Vitamin A atau retinol merupakan
senyawa
poliisoprenoid
yang
mengandung cincin sikloheksanil.
Didalam tubuh, fungsi utama vitamin
A dilaksanakan oleh retinol dan
205
206
Sedang
(RE 1000-20000 ug/100g)
Hati kambing/domba
Hati ayam
Ubi jalar
Wortel
Bayam
Rendah
(RE < 1000 ug/100g)
Roti
Daging (sapi)
Kentang
Ikan
207
Status
pemeliharaan/
wadah/vitamin
Kebutuhan
Referensi
Dalam ruangan/
tangki/bahan murni
400020000IU/kg
Dalam ruangan/
tangki/bahan murni
10002000 IU/kg
Dupre, 1970
Dalam ruangan/
tangki/bahan murni
20002500 IU/kg
Halver,1972
Rainbow trout
25005000 IU/kg
Halver, 1972
Rainbow trout
20002500 IU/kg
Kitamura,1967
Halver, 1972
20004000 IU/kg
Salmon
Ikan Guppy
Dalam ruangan/
tangki/bahan murni
-
Gejala defisiensi
Salmon
Ikan mas
(Cyprinus carpio)
Channel catfish
(Ictalurus punctatus)
Depigmentasi,
mata
menonjol
dan
buram
(xeropthalmia), oedema, atropia, pendarahan pada
ginjal, mortalitas meningkat
Guppy
(Poecilia reticulata)
208
Vitamin D
Menurut Murray (1999), vitamin D
merupakan
prohormon
steroid.
Vitamin ini diwaklili oleh senyawa
steroid yang terutama terdapat pada
hewan, tanaman dan ragi. Melalui
berbagai perubahan metabolik dalam
tubuh, vitamin D menghasilkan suatu
hormon yang dikenal dengan nama
kalsitriol, kalsitriol ini mempunyai
peranan sentral dalam metabolisme
kalsium dan fosfor. Dari beberapa
jenis vitamin D dua diantaranya
dianggap yang paling penting yaitu
vitamin D2 (ergo kalsiferol) dan
vitamin
D3
(7-dehidrokolesterol
kolikolaferol). Struktur kedua vitamin
tersebut sangat mirip. Vitamin ini
merupakan vitamin yang larut dalam
lemak dan sangat sensitif terhadap
adanya oksigen dan sinarmatahari.
Kedua vitamin tersebut merupakan
209
percobaan
yang
dibiarkan
kekurangan vitamin D dengan
memberi
diet
rachitogeni
dan
kelompok lain diberi minyak ikan.
Setelah 7 10 hari tulang-tulang
panjang dianalisis terhadap adanya
calcium line, makin tebal calcium
linenya maka makin tinggi kekuatan
vitamin D tersebut. Kebutuhan
vitamin D pada ikan budidaya juga
bervariasi menurut jenis ikannya
Tabel 5.16.
Tabel 5.16. Kebutuhan vitamin D pada beberapa jenis ikan budidaya (Tacon,
1987 & 1991)
Status
pemeliharaan/
wadah/vitamin
Jenis ikan
Kebutuhan
Referensi
Ikan Mas
(Cyprinus carpio)
Dalam ruangan/
tangki/bahan murni
NR
NRC, 1983
Channel catfish
(Ictalurus punctatus)
Dalam ruangan /
tangki / bahan murni
1000 IU/kg
Murray, 1980
Channel catfish
(Ictalurus punctatus)
Dalam ruangan /
tangki / bahan murni
500 IU/kg
Lowel&Li,
1978
Rainbow trout
(S. gairdneri)
1600 2400IU/kg
Barnet, 1979
Penaeid
(Penaeus japonicus)
Dalam ruangan /
tangki / bahan murni
Kanazawa,
1983
210
sintasan/kelangsungan
hidup
menurun. Kekurangan vitamin D
dapat mengakibatkan :
x Riketsia, ditandai oleh bengkok
tulang belakang kaki sehingga
berbentuk O pada anak-anak.
x Tetani, suatu gejala ditandai
bengkoknya pergelangan tangan
dan sendi akibat rendahnya
kalsium dalam serum karena
Vitamin E
Vitamin E (tokoferol) berperan
sebagai antioksidan dari larutan
lemak ekstraseluler dan intraseluler
dalam
tubuh
hewan.
Dengan
menerima oksigen, vitamin E dapat
membantu
mencegah
okidasi
terhadap vitamin A dalam saluran
pencernaan. Dalam jaringan vitamin
E menekan terjadinya oksidasi asam
lemk tak jenuh. Vitamin E juga
terlibat dalam proses sintesis,
khususnya
dalam
proses
pemasangan pirimidin ke dalam
asam nukleat, serta dalam proses
pembentukan sel darah merah dalam
sumsum
tulang.
Vitamin
E
dibutuhkan dalam sintesis koenzim A
yang penting dalam pernafasan.
Selain itu dapat melindungi HUFA
(Highly
Unsaturated Fatty acid)
dalam sel dan submembran sel dan
senyawa reaktif lainnya (seperti
vitamin A dan vitamin C) dari
pengaruh oksidasi dengan bertindak
211
Kebutuhan
vitamin
E
dalam
komposisi
pakan
ikan
mutlak
diberikan karena vitamin E sangat
membantu dalam proses reproduksi
ikan
dan
sebagai
antibodi.
Kebutuhan vitamin E untuk setiap
jenis ikan budidaya sangat bervariasi,
berdasarkan hasil penelitian oleh
beberapa peneliti sangat beragam.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel 5.17.
Tabel 5.17. Kebutuhan vitamin E pada beberapa jenis ikan (Tacon, 1987,
1991)
Jenis ikan
Status
pemeliharaan /
wadah/vitamin
Kebutuhan
(mg/kg
pakan)
Ikan Mas
Dalam ruangan/
100
(Cyprinus carpio)
tangki / bahan murni
Ikan Mas
Dalam ruangan/
300
(Cyprinus carpio)
tangki / bahan murni
Channel catfish
Dalam ruangan/
30 - 75
(Ictalurus punctatus)
tangki / bahan murni
Tilapia
Dalam ruangan/
50 - 100
(Oreochromis niloticus)
tangki / bahan murni
Rainbow trout
Dalam ruangan/
20 30
(S. gairdneri)
tangki / bahan murni
Rainbow trout
Dalam ruangan/
50 100
(S. gairdneri)
tangki / bahan murni
Penaeid
200
Dalam ruangan/
(Penaeus japonicus)
tangki / bahan murni
Coho salmon
R
Dalam ruangan/
(O. kisuth)
tangki / bahan murni
Chinook salmon
40 50
Dalam ruangan/
(O. tshawytscha)
tangki / bahan murni
Brook trout
R
Dalam ruangan/
(S. fontinalis)
tangki / bahan murni
R:
memperlihatkan kebutuhan akan vitamin, tetapi keperluan
belum diketahui
212
Referensi
Watanabe,
1970
Watanabe,
1970
Murray, 1980
Satoh etal,
1987
Cowey et al,
1981
Watanabeet al,
1981
Kanazawa,
1983
Halver, 1972
Halver, 1972
Halver, 1972
secara kuantitas
Tabel 5.18. Kriteria respon ikan terhadap pemberian vitamin E sesuai dengan
kebutuhan ikan budidaya (NRC, 1993)
Jenis ikan
Atlantik salmon
Pasifik salmon
Pasifik salmon
Rainbow trout
Rainbow trout
Rainbow trout
Rainbow trout
Channel catfish
Channel catfish
Ikan mas
Ekor kuning
Tilapia biru
Ikan nila
Kebutuhan
(berat/kg pakan)
35 mg
30 IU
40 50 mg
30 IU
25 mg
100 mg
50 mg
25 mg
50 mg
100
119
25 mg
50 -100 mg
Takeuchi
(1992),
menjelaskan
bahwa
ikan
grass
carp
(Ctenopharyngodon idella) yang
diberikan -tokoferol 2,0; 4,5; 9,4;
18,7; 27,5; 44,5 mg/100 g pakan,
memberikan hasil pertumbuhan yang
terbaik pada pemberian vitamin E
sebanyak 4,5 dan 9,4 mg/100 g
pakan. Ikan mengalami distropi yang
ditandai hilangnya daging ikan
bagian
punggung
tubuh
jika
diberikan -tokoferol sebanyak 2,0
mg/100 g pakan. Sedangkan Hamre
et al (1994), meneliti ikan salmon
atlantik dengan pemberian DL tokoferol asetat sebanyak 0 dan 15
mg/kg pakan, ikan mengalami
defisiensi. Ikan yang mengalami
defisiensi
vitamin
E
akan
memperlihatkan haemoglobin seluler
rendah, volume dan jumlah sel darah
merah meningkat dan bagian sel
darah merah tidak matang. Kadar
Kriteria
Respon
WG, ADS
WG, ADS
WG, MLS
WG, ADS
WG, ADS
MLS
AASLP
WG, ADS
AASLP
WG, ADS
MLS
WG
WG, ADS
Referensi
Lall et al,1988
Woodall et al,1964
Halver, 1972
Woodall et al, 1964
Hung et al, 1980
Watanabe et al, 1981
Cowey et al, 1983
Murray&Andrew, 1974
Wilson et al, 1984
Watanabe et al, 1970
Shimeno, 1991
Roem et al, 1990
Sotoh et al, 1976
213
Gejala
Ikan mas
(Cyprinus carpio)
Salmon
Channel catfish
(Ictalurus punctatus)
Penaeids
(Penaeus japonicus)
Tilapia
(Oreochromis niloticus)
Vitamin K
Menurut Tacon (1987), di alam
vitamin K terdapat dalam dua bentuk
yaitu vitamin K1 yang disebut mefiton
214
215
216
Kandungan
(mg/kg)
0,5
1
1 -10
10 12
10 12
10 15
10 15
10 15
0,6 2,6
2,5
40
60 - 120
Referensi
Aoe et al, 1969
Mclaren et al, 1978
Halver, 1972
Halver, 1972
Halver, 1972
Halver, 1972
Halver, 1972
Halver, 1972
Cowey et al, 1975
Lim et al, 1991
Kanazawa, 1985
Deshimaru&Kuroki,
1979
Tabel 5.21. Tanda-tanda kekurangan tiamin pada ikan budidaya (Tacon, 1991)
Jenis ikan
Tanda-tanda
Referensi
Salmonids
Common carp
(Cyprinus carpio)
Channel catfish
(Ictalurus punctatus)
Yone, 1975
Eel
(Anguila japonica)
Tilapia
(Oreochromis sp)
Asian seabass
(Lates calcarifer)
Booyaratpalin &
Wanakowat, 1991
Shrimp
(Penaeus japonicus)
Pertumbuhan dan
kelangsungan hidup rendah
Kanazawa, 1985
217
Vitamin B2 (Riboflavin)
Riboflavin berperan dalam proses
oksidasi reduksi dalam jaringan dan
terdapat
dalam
bentuk
koenzim/enzim flavin yang disebut
flavoprotein. Flavoprotein ini sebagai
koenzim pada oksidasi asam amino,
reaksi dihydropolite dehydrogenase
dan transport elektron.
Riboflavin didalam usus diubah
kedalam bentuk koenzimnya dan
setelah itu akan didistribusikan ke
dalam sel-sel agar dapat berfungsi
dalam proses biokimia. Ada dua
koenzim dari riboflavin yaitu Flavin
Mono Nucleotida (FMN) dan Flavin
Adenin
Dinucleotida
(Prawirokusumo, 1991).
(FAD)
Penyerapan
riboflavin
akan
meningkat dengan adanya garamgaram empedu. Hasil metabolisme
riboflavin ini akan dieksresikan ke
dalam urin dan feses dan sejumlah
kecil melalui cairan empedu dan
keringat.
Metabolisme
riboflavin
dipengaruhi oleh hormon tiroid
dimana hormon tiroid ini akan
meningkatkan aktivitas FAD dan
FMN. Pada keadaan hipotiroid akan
terjadi peningkatan laju perubahan
riboflavin menjadi FMN dan FAD.
Kebutuhan ikan akan vitamin B2 ini
berbeda-beda seperti yang telah
dirangkum oleh Tacon (1991) pada
Tabel 5.22. Apabila kandungan
riboflavin dalam pakan berkurang
maka akan menyebabkan gejalagejala penyakit seperti yang tertera
pada Tabel 5.23.
Kandungan
(mg/kg)
Referensi
7
9
2,7
20 30
20 30
20 25
20 25
5 10
0,6 2,6
5
80
218
Tanda-tanda
Referensi
Salmonids
Berkurangnya
nafsu
makan,
pertumbuhan lambat, ada paskularisasi
pada kornea, lensa mata kabur, erosi
pada moncong mulut, erosi sirip ekor
yang
parah,
bertambahnya
laju
kematian, pendarahan pada sirip ekor,
otot yang lemah, bagian dinding perut
mengalami pencekungan, takut pada
cahaya, tulang punggung tidak normal,
pembentukan zat warna yang terang
atau gelap, tidak ada koordinasi, malas
bergerak, kurang darah
Common carp
(Cyprinus carpio)
Channel catfish
(Ictalurus
punctatus)
Dupree, 1966,
Murai& Andrew, 1978
Pertumbuhan lambat
Yone, 1975
Eel (Anguila
japonica)
Walking carfish
(Clarias batracus)
Asian seabass
(Lates calcarifer)
Booyaratpalin &
Wanakowat, 1991
Tilapia
(Oreochromis sp)
Shrimp (Penaeus
japonicus)
Kanazawa, 1985
219
220
Kandungan
(mg/kg)
5,4
3
10 - 15
10 15
10 15
10
15 20
10 15
56
1,25
5 - 10
60
120
80 - 100
Referensi
Ogino, 1965
Murai&Andrew, 1978
Halver, 1972
Halver, 1972
Halver, 1972
Halver, 1972
Hardy et al, 1979
Halver, 1980
Takeda&Yone, 1971
Kissil et al, 1981
Wanakowat et al, 1989
Deshimaru&Kuroki, 1979
Kanazawa, 1985
He&Lawrence, 1991
Tanda-tanda
Referensi
Salmonids
Common carp
(Cyprinus carpio)
Ogino, 1965
Channel catfish
(Ictalurus punctatus)
Dupree, 1966,
Murai& Andrew, 1978
Pertumbuhan lambat
Yone, 1975
Eel
(Anguila japonica)
Turbot (S maximus)
Pertumbuhan menurun
Gilthead bream
(S auratus)
Yellowtail
Pertumbuhan menurun
Snakhead
Agrawal&Mahajan,
1983
221
Jenis ikan
Tanda-tanda
Referensi
Ikan lele
(Clarias batracus)
Asian seabass
(Lates calcarifer)
Penaeid Shrimp
(Penaeus japonicus)
Deshimaru&Kuroki,1
979, Kanazawa, 1985
222
Jenis ikan
Common carp (Cyprinus carpio)
Channel catfish (Ictalurus punctatus)
Rainbow trout (Salmo gairdneri)
Brown trout (Salmo trutta)
Brook trout (Salvelinus fontinalis)
Chinok salmon (O.tshawytscha)
Coho salmon (Oncorhynchus kisutch)
Red sea bream (C.major)
Mexican cichlid (C. urophthalmtus)
Tilapia ( Oreochromis mossambicus)
Shrimp (Penaeus japonicus)
30 - 50
15
40 - 50
40 50
41 50
40 - 50
40 50
10
80
NR
NR
Referensi
Ogino, 1965
Wilson et al, 1983
Halver, 1972
Halver, 1972
Halver, 1972
Halver, 1972
Halver, 1972
Yano et al, 1975
Chaves et al, 1990
Room et al, 1990
Kanazawa, 1985
Tanda-tanda
Referensi
Salmonids
Common carp
(Cyprinus carpio)
Channel catfish
(Ictalurus
punctatus)
Dupree, 1966,
Murai& Andrew, 1978
Eel (Anguila
japonica)
223
Jenis ikan
Tanda-tanda
Ikan lele
(Clarias batracus)
Mexican cichlid
(C urophthalmus)
Chaves de Martinezl
et al, 1990
Asian seabass
(Lates calcarifer)
Boonyaratpalin &
Wanakowat, 1991
Prawn
(M.rosenbergii)
Pertumbuhan menurun
Heinem, 1988
224
Referensi
Biotin
Biotin
berperan
di
dalam
metabolisme
sebagai
fiksasi
karbondioksida yang selanjutnya
ditransfer ke substrat yang lain.
Biotin yang berikatan dengan
karbondioksida
disebut
dengan
karboksibiotin. Biotin juga berperan
dalam reaksi dalam pembentukan
asam lemak, metabolisme beberapa
asam amino dan metabolisme
karbohidrat.
Kebutuhan ikan akan biotin ini
berbeda-beda seperti yang telah
dirangkum oleh Tacon (1991) pada
Tabel 5.28. Apabila kandungan biotin
dalam pakan berkurang maka akan
menyebabkan gejala-gejala penyakit
seperti yang tertera pada Tabel 5.29.
Kandungan
(mg/kg)
1
1 - 25
<1
1 1,2
< 0,5
1 1,2
1,5 - 2
1 1,5
1 1,5
0,05 0,251
NR
>4
Referensi
Ogino et al, 1970
Guther & Meyer, 1990
Lovel & Buston, 1984
Halver, 1972
Walton et al, 1984
Halver, 1972
Halver, 1972
Halver, 1972
Halver, 1972
Poston, 1976
Yone, 1975
Kanazawa, 1985
Tabel 5.29. Tanda-tanda kekurangan biotin pada ikan budidaya (Tacon, 1991)
Jenis ikan
Tanda-tanda
Referensi
Salmonids
Philips&Brockway,
1975, Halver 1957,
Kitamura et al, 1967,
Coat & Halver, 1958,
Poston & Page 1985
Common carp
(Cyprinus carpio)
Channel catfish
(Ictalurus
punctatus)
Eel (Anguila
japonica)
Shrimp (Penaeus
japonicus)
Kanazawa, 1985
225
tepung
alfalfa,
kacang
tanah,
gandum, tepung darah kering,
tepung ikan. Biotin juga bisa dalam
bentuk alkohol yang disebut dengan
biotimal dan dapat disintesis secara
kimia dan mempunyai aktivitas biotin
100% (Tacon, 1991). Kandungan
biotin dari bahan baku akan mudah
hilang karena proses leaching.
Asam Folat
Asam folat merupakan koenzim
untuk beberapa sistem enzim. Di
dalam tubuh asam folat berfungsi
untuk mentransfer satu satuan
karbon seperti gugus metil dimana
unit-unit karbon ini akan dihasilkan
selama metabolisme asam amino.
Oleh karena itu asam folat berperan
di dalam sintesis asam amino. Asam
folat yang terdapat dalam bahan
Tabel 5.30. Kebutuhan Asam folat dalam pakan Ikan (Tacon, 1991)
Jenis ikan
Common carp (Cyprinus carpio)
Channel catfish (Ictalurus punctatus)
Rainbow trout (Salmo gairdneri)
Rainbow trout (Salmo gairdneri)
Brown trout (Salmo trutta)
Chinok salmon (O.tshawytscha)
Coho salmon (Oncorhynchus kisutch)
Atlantic salmon (Salmo salar)
Red sea bream (C.major)
226
Kandungan
(mg/kg)
NR
0,5 - 1
15
6 10
6 - 10
6 10
6 10
5 10
NR
Referensi
Aoe et al, 1969
Duchan& Lovel, 1991
McLaren et al, 1972
Halver, 1972
Halver, 1972
Halver, 1972
Halver, 1972
Halver, 1980
Yone, 1975
Tabel 5.31. Tanda-tanda kekurangan asam folat pada ikan budidaya (Tacon,
1991)
Jenis ikan
Tanda-tanda
Referensi
Salmonids
Eel (Anguila
japonica)
Rohu
(Labeo rohita)
Penurunan
hematocrit,
pertumbuhan
Channel catfish
(Ictalurus
punctatus)
Dupree, 1966,
Duncan & Lovel,1991
Ikan lele
(Clarias
batracus)
Shrimp
( P japonicus)
Kanazawa, 1985
penurunan
227
Tabel 5.32. Kebutuhan Vitamin B12 dalam pakan Ikan (Tacon, 1991)
Jenis ikan
Kandungan
(mg/kg)
Referensi
NR
NR
NR
NR
0,015-0,02
0,015-0,02
Hashimoto, 1953
Kashiwada&Teshima,1966
Limsuwan& Lovel, 1981
Lovel&Limsuwan, 1982
Halver, 1972
Halver, 1972
Tabel 5.33. Tanda-tanda kekurangan vitamin B12 pada ikan budidaya (Tacon,
1991)
Jenis ikan
Tanda-tanda
Referensi
Salmonids
Halver, 1957,
Philips et al, 1963
Channel catfish
(I.punctatus)
Dupree,1966;
Limsuwan & Lovell, 1981
Eel (Anguila
japonica)
Pertumbuhan lambat
Pertumbuhan lambat
Yone, 1975
Rohu
(Labeo rohita)
Shrimp
( P japonicus)
Kanazawa, 1985
228
Kandungan
(mg/kg)
28
14
120 150
10
120 - 150
120 150
150 200
150 200
400
Referensi
Aoe et al, 1969
Murai& Andrews, 1978
Halver, 1972
Poston&Wolfe, 1985
Halver, 1972
Halver, 1972
Halver, 1972
Halver, 1972
Kanazawa, 1985
229
Tabel 5.35. Tanda-tanda kekurangan niasin pada ikan budidaya (Tacon, 1991)
Jenis ikan
Tanda-tanda
Referensi
Salmonids
Common carp
(Cyprinus carpio)
Channel catfish
(Ictalurus
punctatus)
Pertumbuhan lambat
Yone, 1975
Eel (Anguila
japonica)
Ikan lele
(Clarias batracus)
Shrimp
( P japonicus)
Kanazawa, 1985
Inositol
Inositol disebut pula zat lipotropik
yang berarti dibutuhkan untuk
230
Kandungan
(mg/kg)
Referensi
440
NR
250 300
200 300
300 400
300 400
550 900
2000-4000
2000
Tanda-tanda
Referens
Salmonids
Common carp
(Cyprinus
carpio)
Aoe&Masuda, 1967
Pertumbuhan menurun
Yone, 1975
Eel (Anguila
japonica)
Shrimp
( P japonicus)
Pertumbuhan dan
hidup menurun
kelangsungan
231
Kolin
Kolin adalah basa ammonium
bervalensi empat dan tersebar luas
dia alam, produk degradasinya
seperti
betain
(garam
karboksimetiltrimetilammonium
hidroksida. Menurut Halver (1988)
peran dan fungsi dari kolin antara
lain adalah komponen utama dalam
fosfolipid dalam membran sel dan
lipoprotein
serum
(pengemulsi),
donor asam lemak untuk kolesterol
dalam pengelolaan LDL, sumber
Kandungan
(mg/kg)
4000
400
774 - 813
1000
600 800
600 800
500
1700 3100
NR
600
6000
232
Referensi
Ogino et al, 1970
Wilson & Poe,1988
Rumsey, 1991
Ketola, 1976
Halver, 1972
Halver, 1972
Yone et al, 1988
Hung, 1989
Roem et al, 1990
Kanazawa, 1985
Kanazawa et al, 1985
Tabel 5.39. Tanda-tanda kekurangan kolin pada ikan budidaya (Tacon, 1991)
Jenis ikan
Tanda-tanda
Referensi
Salmonids
Common carp
(Cyprinus carpio)
Channel catfish
(I. punctatus)
Penurunan
pertumbuhan,
pendarahan pada ginjal dan usus
Dupree, 1976,
Wilson&Poe, 1988
Yone, 1975,
Yano et al, 1988
Eel (Anguila
japonica)
Sturgeon
(A.transmontanus)
Pertumbuhan
menurun,
penyerapan lemak pada hati
Rumsey, 1991
Shrimp
( P japonicus)
Pertumbuhan dan
hidup menurun
kelangsungan
233
Kandungan
(mg/kg)
Referensi
NR
60
60
880
25 50
NR
11
1250
100 150
40
50 100
20 264
210
10
100 150
50 80
50
10 20
30
700 1100
234
Jenis ikan
Mexican cichlid (C urophthalmus)
Flounder (Paralichthys olivaceus)
Plaice (Pleuronectes platessa)
Prawn (Macrobrachium rosenbergii)
Shrimp (Penaeus japonicus) juvenile
Shrimp (Penaeus japonicus) juvenil
Shrimp (Penaeus japonicus) juvenil
Shrimp (Penaeus japonicus) juvenil
Shrimp (Penaeus vannamei) juvenil
Shrimp (Penaeus japonicus)larva
Kandungan
(mg/kg)
Referensi
40 110
60 100
200
50 100
10.000
3000
1000
215- 430
100
10.000
Tanda-tanda
Referensi
Salmonids
Channel catfish
(I punctatus)
Lovell,1973,
Andrew&Murai, 1974,
Lovel&Lim, 1973,
Wilson&Poe, 1973,
Lim&lovell, 1978,
Wilson et al, 1989
Pertumbuhan menurun
Yone, 1975
Eel (Anguila
japonica)
Snakehead
(C.punctata)
235
Jenis ikan
Tanda-tanda
Referensi
Tilapia
Ikan lele
(C batracus)
Turbot
(S maximus)
Baudin-Laurence et al,
1989, Coustans et al,
1990, Gouillou et al, 1991
Plaice
Asian seabass
(Lates calcarifer)
Pertumbuhan menurun,
pewarnaan gelap, kehilangan
keseimbangan, erosi pada sirip
ekor, pendarahan pada insang,
exophthalmia, badan pendek,
filamen insang rusak
Boonyaratpalin et al,
1989
Mexican Cichlid
Chevas de Martinez,
1990
Udang galah
Kanazawa, 1985,
Guary,1976,
Lightener et al, 1970,
Shigueno&Itoh, 1988,
Lawrence & He, 1991
Shrimp
( P japonicus)
236
5.6. MINERAL
Ikan dalam komposisi zat gizinya
juga membutuhkan mineral dalam
campuran pakannya agar ikan dapat
tumbuh
dengan
baik.
Mineral
merupakan unsur anorganik yang
dibutuhkan oleh organisme perairan
(ikan) untuk proses hidupnya secara
normal. Ikan sebagai organisme air
mempunyai
kemampuan
untuk
menyerap beberapa unsur anorganik
ini, tidak hanya dari makanannya
saja tetapi juga dari lingkungan.
Jumlah mineral yang dibutuhkan oleh
ikan adalah sangat sedikit tetapi
mempunyai fungsi yang sangat
penting. Dalam penyusunan pakan
buatan
mineral
mix
biasanya
ditambahkan berkisar antara 2 5%
dari total jumlah baha baku dan
bervariasa bergantung pada jenis
ikan yang akan mengkonsumsinya.
Walaupun sangat sedikit yang
dibutuhkan oleh ikan, mineral ini
mempunyai fungsi yang sangat
237
Calsium (Ca)
Kalsium merupakan unsur mineral
makro yang didalam tubuh disimpan
pada tulang, gigi dan sebagian besar
pada kulit dan kerangka tubuh.
Peranan dan fungsi kalsium didalam
tubuh antara lain adalah sebagai
komponen utama pembentuk tulang,
gigi, kulit serta sisik dan memelihara
ketegaran
kerangka
tubuh,
mengentalkan
darah,
sebagai intracellular regulator atau
messenger yaitu membantu regulasi
aktivitas otot kerangka, jantung dan
jaringan lainnya, konstraksi dan
relaksasi
otot,
membantu
penyerapan vitamin B12, menjaga
keseimbangan osmotik.
Pengambilan kalsium dari perairan
oleh ikan digunakan atas dasar untuk
kegiatan struktural. Transpor Ca dari
air oleh aliran darah ke jaringan
tulang dan kulit berlangsung secara
cepat. Jumlah lemak dalam pakan
sangat
berpengaruh
dalam
penyerapan Ca oleh usus. Pada
kondisi abnormal, yaitu penyerapan
lemak terganggu maka Ca pun akan
sedikit yang diserap. Hal ini
dikarenakan asam lemak yang tidak
diserap akan berikatan dengan Ca
238
Phosphor (P)
Phosphor
adalah
komponen
pembentuk kerangka tubuh dimana
tulang itu disusun oleh mineral P
sebesar 16% dan Ca 37%. Selain itu
phosphor
berfungsi
dalampengaktifan
proses
metabolisme, komponen DNA, RNA,
ATP
dan
berbagai
koenzim,
pergerakan otot dan memelihara
keseimbangan asam basa.
Phosphor yang diserap oleh tubuh
berasal dari makanan dalam bentuk
ion fosfat. Penyerapan P oleh tubuh
sangat
bergantung
kepada
kandungan P dan Ca dalam pakan.
Tingginya kandungan P dalam pakan
akan
berkorelasi
terhadap
peningkatan penyerapan P. Akan
tetapi, penyerapan P akan semakin
menurun
dengan
meningkatnya
kandungan
Ca
dalam
pakan.
Sebagian besar kebutuhan P untuk
membentuk jaringan struktur tubuh
diperoleh dari pakan. Ketersediaan P
dalam
air
akan
mengganggu
penyerapan P dalam pakan oleh
tubuh. Pakan dengan kandungan Ca
rendah dan P tinggi akan mendorong
ikan untuk mengambil Ca dari
lingkungan perairan.
Kekurangan mineral P pada pakan
ikan
dapat
mengakibatkan
pertumbuhan terhambat, proses
pembentukan tulang terganggu dan
konversi pakan menjadi meningkat.
Kekurangan phosphor pada ikan
mas mengakibatkan pertumbuhan
terganggu, nafsu makan menurun,
tulang belakang bengkok dan rapuh
serta kandungan lemak dalam
daging meningkat. Wilson et al
(1982),
melakukan
penelitian
Magnesium (Mg)
Magnesium merupakan kofaktor bagi
semua enzim yang terlibat di dalam
reaksi
pemindahan
fosfat
(fosfokinase) yang menggunakan
ATP dan fosfat nukleotida yang lain
sebagai substrat. Pada hewan
vertebrata kurang lebih 60% total
magnesium tubuh berada dalam
tulang, sebagian lagi terdapat dalam
bentuk mineral yang mengkristal dan
berada dalam sel jaringan lunak.
Fungsi magnesium bagi ikan dan
udang adalah sebagai komponen
esensial
dalam
menjaga
homeostasis intra dan ekstra seluler.
Magnesium dalam tubuh diserap
oleh usus halus dan hanya sedikit
yang dieksresikan dan hampir
seluruhnya diserap secara sempurna.
Penyerapan
magnesium
dalam
tubuh dipengaruhi oleh masuknya
magnesium dalam usus, waktu
singgah
diusus,
kecepatan
penyerapan air, kadar kalsium fosfat
dan laktosa dalam pakan, sumber
magnesium dan umur serta jenis
ikan. Kandungan magnesium di
dalam ikan jumlahnya relatif rendah
239
maka
dapat
mengakibatkan
pertumbuhan lambat dan pakan
menjadi tidak efisien. Sedangkan
pada ikan yang berukuran 21 gram
yang dipelihara selama delapan
minggu, kekurangan Mg dapat
mengakibatkan
penurunan
kandungan Mg pada plasma, otot
dan tulang.
Konsentrasi
magnesium
dalam
perairan
tawar
sering
tidak
mencukupi
untuk
kebutuhan
metabolisme ikan, oleh karena itu
pemberian mineral magnesium pada
pakan untuk pemeliharaan ikan air
tawar sangat penting. Rendahnya
suplai magnesium dalam pakan
dapat mengakibatkan nafsu makan
berkurang,
pertumbuhan
dan
aktivitas ikan berkurang, kandungan
Ca dan Mg dalam tubuh dan
vertebrae akan berkurang. Selain itu
ikan
akan
memperlihatkan
keabnormalan dalam pertumbuhan
tulang. Pada ikan trout telah diteliti
oleh Cowey et al (1977) bahwa
pertambahan bobot dan penggunaan
pakan pada ikan yang diberi pakan
dengan kandungan Mg sebesar 1000
mg/kg jauh lebih baik dibandingkan
dengan ikan trout yang hanya diberi
Mg sebesar 26
- 63 mg/kg.
Perbaikan kandungan Mg dalam
pakan akan berdampak terhadap
peningkatan Mg dalam serum.
Kekurangan Mg pada kandungan Ca
26 dan 40 g/kg akan menyebabkan
penyakit nephacalcinosis dan di
dalam jaringan otot akan meningkat
kandungan
Na
yang
dapat
meningkatkan cairan ekstraseluler.
Pada ikan rainbow trout berukuran
16 gram atau 35 gram memerlukan
Mg dalam pakan sebesar 500 mg/kg.
Jika kurang dari 500 mg/kg pakan
240
Potassium (K)
Ion potassium (K) adalah elektrolit
yang banyak dijumpai dalam tubuh
dalam bentuk ion terdisosiasi penuh
dan merupakan partikel utama yang
bertanggungjawab
dalam
osmolaritas. Ion K ini akan
mempengaruhi kelarutan protein dan
komponen lainnya. Ion K ini
bersama-sama dengan natrium dan
klorida berperan secara fisiologis
dalam memelihara keseimbangan air
dan
distribusinya,
memelihara
keseimbangan
osmotik
normal,
memelihara keseimbangan asam
basa dan memelihara iritabilitas otot.
Sodium (Na)
Sodium seperti halnya potasium
sangat penting perannya dalam
osmoregulasi dan keseimbangan
asam basa ikan. Pada hewan darat
sodium yang berasal dari makanan
akan diserap oleh tubuh secara
cepat dan efisien dan hanya sedikit
sekali yang dikeluarkan melalui feses.
Kekurangan
sodium
dapat
mengakibatkan dehidrasi, keletihan,
anoeexia dan kram otot. Pemberian
sodium sebesar 2200 mg/kg pakan
pada ikan rainbowtrout sudah
mencukupi kebutuhan ikan tersebut
terhadap sodium. Tetapi dalam
percobaan Salman dan Eddy (1988)
pemberian sodium sebesar 1000
3000 mg/kg pakantidak memberikan
perbedaan pertambahan bobot .
Clorin (Cl)
Clorin berperan besar dalam aktivitas
osmoregulasi.
Pertukaran
klorin
sebagian besar terjadi pada insang.
Pada ikan air tawar pengambilan
klorin terjadi pada kondisi medium
yang
hipotonik,
dengan
cara
memompa NaCl melalui insangnya
dan pengeluaran klorin dilakukan
dalam bentuk urin. Pada ikan air laut
pengambilan klorin dilakukan dengan
cara melakukan banyak minum air
laut sehingga klorin secara difusi ikut
masuk kedalam tubuh ikan. Selain itu
ikan air laut bisa melakukan dengan
cara memompa melalui insang
epithelium pada kondisi medium
hipertonik. Dalam kondisi normal
klorin dikeluarkan dalam bentuk urin
pada jumlah yang sedikit, namun
pada
kondisi
stres
ikan
banyakmengeluarkan urin sehingga
kehilangan NaCl cukup besar. Klorin
keluar dari tubuh melalui urin dan
sedikit melalui feses.
Ketersediaan Cl di dalam air sangat
menguntungkan untuk kehidupan
ikan agar mempunyai toleransi
terhadap perubahan suhu.
Pada
ikan salmon yang dipelihara dengan
kandungan garam 1 1,5%
memberikan pengaruh terhadap
peningkatan
food
intake
dan
transportasi. Pemberian garam pada
bahan pakan dari segi manfaatnya
masih
diperdebatkan.
Hal
ini
dikarenakan dari hasil penelitian
memberikan hasil yang menunjukkan
bahwa pemberian NaCl pada pakan
berakibat buruk pada penambahan
bobot. Pemberian NaCl sebanyak
3% pada pakan mengakibatkan
pertambahan bobot hanya 85%
dibandingkan dengan kontrol. Pada
241
Tabel 5.42. Kebutuhan mineral makro dalam pakan pada berbagai jenis ikan
air tawar (mg/kg atau g/kg berat kering)
Jenis ikan
Ca
Rainbow trout
Mas
Sidat Jepang
Channel catfish
Tilapia
300 mg 3g
300 mg 3g
300 mg 3g
4,5 g
7g
Sekitar 6 g
Sekitar 6 g
Sekitar 6 g
4,2 4,5 g
4,5 6 g
Mg
400 700 mg
400 700 mg
400 700 mg
400 700 mg
400 700 mg
Max 1,6 g
-
Tabel 5.43. Kebutuhan mineral mikro dalam pakan pada berbagai jenis ikan
air tawar (mg/kg pakan)
Jenis ikan
Fe
Cu
Mn
Zn
Co
Se
Rainbow trout
Channel catfish
Tilapia
Common carp
Ikan kerapu
R
30
30
3
5
3
3
13
2,4
1,7
13
5
15 30
20
20
15 30
30
0,5
0,15 - 0,38
0,25
R
0,1
Besi (Fe)
Zat besi merupakan unsur mineral
mikro yang paling banyak terdapat
dalam tubuh ikan dan manusia.
Dalam makanan terdapat dua
242
Jenis ikan
60
30
170
150
60
30
ikan
salmon,
japanese
eel,
common carp dan red sea bream
dapat mengakibatkan hypochromic
microcytic anemia yaitu sel-sel
darah merah berwarna lebih pucat
dengan ukuran sel yang lebih besar.
243
Seng (Zn)
Ikan mengakumulasi seng dari dua
sumber, yaitu pakan dan air,
namun seng yang berasal dari
pakan penyerapannya lebih efisien
daripada dari air. Seng di dalam
tubuh organisme sangat berperan
penting sebagai kofaktor dari
beberapa sistem enzim yng penting
dalam proses metabolisme.
Ikan dapat menyerap seng dari
insang, kulit dan sirip. Seperti unsur
lainnya selain diperoleh dari
lingkungan perairan mineral seng
perlu ditambahkan kedalam sumber
makanannya agar kebutuhan ikan
Jenis ikan
Channel catfish (Ictalurus punctatus)
Tilapia (Oreochromis aurea)
Common carp (Cyprinus carpio)
Rainbow trout (Salmo gairdneri)
Kerapu (Epinephelus sp)
244
Mangan (Mn)
Mangan pada ikan sangat berperan
sebagai enzim aktivator untuk
enzim-enzim yang menjembatani
transfer dari grup phosphatase,
sebagai komponen essensial dari
enzim
piruvate
carboxylase,
sebagai kofaktor atau komponen
kunci dari beberapa sistem enzim,
mangan
essensial
untuk
Jenis ikan
20
20
13
13
Tembaga (Cu)
Tembaga
merupakan
unsur
essensial dari sistem oksidasireduksi-enzim dan terlibat dalam
metabolisme besi. Oleh karena itu
tembaga terlibat dalam sintesis
hemoglobin dan produksi sel darah
dan
perawatannya.
Tembaga
dibutuhkan untuk pembentukan
pigmen melanin dan pigmen pada
kulit, untuk pembentukan tulang
dan penghubung jaringan serta
merawat keseimbangan serabut
myelin dari jaringan syaraf.
Mineral tembaga yang diserap oleh
hewan dan ikan sangat dipengaruhi
oleh jumlah dan bentuk kimia
245
Kebutuhan
mineral
tembaga
berdasarkan hasil penelitian pada
beberapa jenis ikan dapat dilihat
pada Tabel 5.47.
Jenis ikan
Atlantik Salmon (Salmo solar)
Channel catfish (Ictalurus punctatus)
Common carp (Cyprinus carpio)
Rainbow trout (Salmo gairdneri)
Dampak kekurangan tembaga pada ikan sebagai organisme air jarang sekali
terjadi karena mineral ini sudah cukup banyak tersedia dalam air. Pada ikan
dampak mineral tembaga yang sudah diamati adalah kalau terjadi keracunan
tembaga akibat terjadinya pencemaran lingkungan perairan yang dapat
mengakibatkan rusaknya insang, mengurangi pigmentasi dan pertumbuhan
lambat.
Cobalt (Co)
Mineral cobalt pada ikan diserap dari air disekitarnya dan masuk melalui
insang. Konsentrasi cobalt yang masuk kedalam tubuh ikan sanagt dipengaruhi
oleh suhu lingkungan dan konsentrasi kalsium, dimana dengan meningkatnya
suhu dan kalsium dilingkungan akan meningkatkan konsentrasi cobalt.
Cobalt mempunyai fungsi dan peranan pada ikan antara lain adalah
merupakan komponen integral dari Cyanocobalamin (vitamin B12), sangat
dibutuhkan untuk sintesa microflom pada saluran usus serta sangat penting
untuk pembentukan sel darah merah dan perawatan jaringan syaraf, cobalt
juga berfungsi sebagai agen kegiatan untuk sistem variasi enzim.
Penyerapan mineral cobalt oleh ikan akan meningkat jika tubuh
kekurangandan diserap dalam usus halus. Cobalt yang diserap secara normal
tidak selalu dalam bentuk vitamin B12, hanya 1/10 1/12 cobalt pada tubuh
dalam bentuk vitamin. Kebutuhan mineral cobalt oleh ikan berkisar antara 1 6
mg/kg pakan. Meningkatnya kandungan cobalt pada tubuh ikan rainbow trout
dapat menyebabkan racun dan meningkatkan haemorrhages pada saluran
pencernaan dan pola putih pada sel darah. Selama masa perkembangan
embrio telur ikan rainbow trout kebutuhan cobalt meningkat.
246
Yodium (I)
Yodium adalah komponen integral dari hormon thyroid dan sangat penting
untuk sintesis hormon thyroid, yaitu Triiodothyronine (T3) dan thyroxine (Tetra
iodothyronine/ T4). Yodium berfungsi untuk mengatur laju metabolisme seluruh
proses ke dalam tubuh. Ikan memperoleh yodium dari air melalui pompa
brachial dan makanan. Jumlah total yodium yang terkandung dalam kelnjar
thyroid adalah 70 80%. Yodium terdapat dalam saluran pencernaan dalam
bentuk ion I- dan diserap secara sempurna dalam lambung dan usus,
kemudian ditransport ke kelenjar thyroid dan diubah dalam bentuk yodium
inorganik yaitu Monoiodotirosin, Diodotirosin, Triiodothyronine (T3) dan
thyroxine (Tetra iodothyronine/ T4) serta komponen-komponen organik yang
mengandung yodium. Yodium yang tertangkap oleh kelenjar thyroid akan
disimpan dalam bentuk Tiraglobulin merupakan protein yang mengandung
yodium.
Kebutuhan ikan akan yodium berkisar antara 1 5 mg/kg pakan. Dampak
kekurangan yodium pada ikan brook trout mengakibatkan thyroid hyperflasia
(pembengkakan pada kelenjar thyroid), bentuk tubuh kerdil dan pertumbuhan
terhambat.
Selenium (Se)
Selenium adalah bagian yang melengkapi dari enzim Glutation Peroksidase
yaitu suatu enzim yang merubah hydrogen peroxide dan lemak hydroperoxides
ke dalam air dan lemak alkohol secara berurutan. Enzim ini berfungsi dalam
melindungi sel dari pengaruh peroxides. Enzim ini bersama-sama dengan
vitamin E berfungsi sebagai antioksidan biologis yang melindungi
polyunsaturated phospholipid di dalam sel dan sub sel membran dari
kerusakan peroksidatif.
Selenium diserap oleh ikan dari makanan dan lingkungan perairan melalui jalur
gastrointestinal. Duodenum merupakan daerah penyerapan utama mineral ini
dan akan berikatan pada protein dalam bentuk asam amino yang mengandung
ikatan sulfur. Selenium yang berikatan dengan protein ini akan ditransport
kedalam plasma darah dan jaringan lainnya.
Pada ikan selenium sangat dibutuhkan untuk mencegah penyakit otot
menyusut (muscular dystrophy). Kebutuhan selenium untuk mengoptimalkan
pertumbuhan dan memaksimalkan aktivitas glutathione peroxidase adalah 0,15
0,28 mg/kg untuk ikan rainbowtrout dan 0,25 mg/kg untuk ikan channel
catfish. Pada ikan rainbow trout dan channel catfish kekurangan selenium
dapat mengakibatkan depresi pertumbuhan.
247
248
3.
4.
5.
6.
250
yang
mengkonsumsi
pakan
bentuk pellet bervariasi dari
ukuran bukaan mulut lebih dari 2
mm maka ukuran pelet yang
dibuat biasanya 50%nya yaitu 1
mm. Bentuk pellet ini juga dapat
digunakan sebagai pakan ikan
dewasa yang sudah mempunyai
berat > 60-75 gram dan berumur
> 120 hari.
7. Bentuk pellet terapung/floating
Biasa digunakan untuk kegiatan
pembesaran ikan air tawar
maupun ikan air laut yang
mempunyai kebiasaan tingkah
laku ikan tersebut berenang di
permukaan perairan. Ukuran ikan
yang
mengkonsumsi
pakan
bentuk pellet bervariasi dari
ukuran bukaan mulut lebih dari 2
mm maka ukuran pelet yang
dibuat biasanya 50%nya yaitu 1
mm. Bentuk pellet ini juga dapat
digunakan sebagai pakan ikan
dewasa yang sudah mempunyai
berat > 60-75 gram dan berumur
> 120 hari.
Jenis pakan ikan berdasarkan
kandungan
airnya
dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
1. Pakan basah yaitu pakan yang
mengandung air biasanya lebih
dari 50%. Pakan basah biasanya
terdiri dari pakan segar atau
pakan beku, berupa cincangan
atau gilingan daging ikan yang
tidak bernilai ekonomis. Jenis
pakan ini biasa diberikan kepada
induk-induk
ikan
laut/udang,
contoh pakan basah antara lain
adalah cincangan daging cumicumi atau ikan laut.
2. Pakan lembab yaitu pakan yang
mengandung air berkisar antara
20-40%. Pakan lembab dibuat
pertumbuhan
yang
memberikan
optimal
bagi
ikan
yang
mengkonsumsinya. Selain itu pakan
yang dibuat sendiri mempunyai
kandungan protein dan energi yang
sesuai dengan kebutuhan ikan serta
mempunyai harga yang lebih murah
dibandingkan
dengan
membeli
pakan buatan. Pakan merupakan
komponen biaya operasional yang
cukup besar dalam suatu usaha
budidaya
ikan
sekitar
60%
merupakan biaya pakan. Oleh
karena itu dengan mempunyai
kompetensi pembuatan pakan ikan
diharapkan akan mengurangi biaya
produksi yang cukup besar.
Dalam membuat pakan buatan
langkah pertama yang harus
dilakukan adalah melakukan
perencanaan pembuatan pakan
buatan. Perencanaan terhadap
pembuatan pakan harus dibuat
dengan seksama agar pakan yang
dibuat sesuai dengan kebutuhan ikan
yang mengkonsumsinya.
Pengetahuan pertama yang harus
dipahami adalah mengenai
kandungan nutrisi dari pakan buatan.
Kandungan nutrisi yang terdapat
didalam pakan buatan harus terdiri
dari protein, lemak, karbohidrat ,
vitamin dan mineral. Komposisi
nutrisi pakan yang terdapat pada
pakan buatan sangat spesifik untuk
setiap ukuran ikan. Kualitas pakan
buatan ditentukan antara lain oleh
kualitas bahan baku yang ada. Hal
ini disebabkan selain nilai gizi yang
dikandung bahan baku harus sesuai
dengan kebutuhan ikan, juga pakan
buatan ini disukai ikan baik rasa,
252
Kelompok
Herbivora
Jenis ikan
Big head carp (Aristichtus nobilis)
Grass carp/ikan koan (Ctenopharyngodon idellus)
Javanese carp (Puntius gonionotus)
Silver carp (Hypothalmichtys molitrix)
Gurami (Osphyronemus gourami)
Bandeng (Chanos chanos)
Perch (Perca sp)
Rabbit fish/beronang (Siganus guttatus)
Tilapia (Oreochromis spp)
Siamemese gurami (Trichogaster pectoralis)
Omnivora
Karnivora
Mudah diperoleh
Mudah diolah
Harganya relatif murah
Bukan
merupakan makanan
pokok manusia, sehingga tidak
merupakan saingan.
Sedapat mungkin memanfaatkan limbah industri pertanian
254
Tepung ikan
Silase ikan
Tepung udang
Tepung cumi-cumi
Tepung cacing tanah
Tepung benawa/kepiting
Tepung darah
Tepung tulang
Tepung hati
Tepung artemia
Tepung kedelai
Tepung jagung
Tepung terigu
Tepung tapioka
Tepung sagu
Tepung daun lamtoro
Tepung daun singkong
Tepung kacang tanah
Tepung beras
Bahan
pengikat
(Binder),
penambahan bahan pengikat di
dalam ramuan pakan buatan
berfungsi untuk menarik air,
memberikan warna yang khas
dan memperbaiki tekstur produk.
Jenis bahan pengikat yang dapat
digunakan antara lain adalah :
agar-agar, gelatin, tepung kanji,
tepung terigu, tepung maizena,
Carboxymethy Cellulose (CMC),
karageenan,
asam
alginat.
Jumlah
penggunaan
bahan
pengikat ini berkisar antara 5
10%.
Asam amino essensial sintetik,
adalah asam-asam amino yang
sangat dibutuhkan sekali oleh
255
256
kombinasi
antara
17
metiltestoteron dan a-LHRH.
NO
PROTEIN
KARBOHIDRAT
LEMAK
1.
Dedak padi
11,35
28,62
12,15
2.
Dedak gandum
11,99
64,78
1,48
3.
Cantel
13,00
47,85
2,05
4.
Tepung terigu
8,90
77,30
1,30
5.
Tepung kedelai
39,6
29,50
14,30
6.
Tahu
7,80
1,60
4,60
7.
Tepung sagu
7,25
77,45
0,55
8.
Bungkil kelapa
17,09
23,77
9,44
9.
27,40
18,60
5,60
10.
Biji kapas
19,40
19,50
11.
27,54
21,30
4,73
12.
36,82
16,08
5,40
13.
34,21
14,69
4,60
14.
Tepung jagung
7,63
74,23
4,43
15.
Kanji
0,41
86,40
0,54
257
NO
PROTEIN
KARBOHIDRAT
LEMAK
1.
62,65
5,81
15,38
2.
Tepung rebon
59,40
3,20
3,60
3.
Benawa/kepiting
23,38
0,06
25,33
4.
55,6
7,36
11,2
5.
63,76
4,1
3,7
6.
60,0
2,08
15,12
7.
Tepung kepiting
53,62
13,15
3,66
8.
Tepung cumi
62,21
9.
40,63
1,26
5,25
10.
Rebon basah
13,37
1,67
1,52
11.
Tepung bekicot
54,29
30,45
4,18
12.
72,00
13.
Tepung artemia
42,00
14.
Telur ayam/itik
12,80
0,70
11,50
15.
Susu
35,60
52,00
1,00
NO
PROTEIN
KARBOHIDRAT
LEMAK
1.
8,39
5,54
53,51
2.
61,65
27,3
3.
18,7
64
4,5
4.
53,74
6,65
5.
61,56
27,30
258
6.
46,74
29,75
7.
49,5
28,3
11,4
8.
Tepung darah
71,45
13,32
0,42
9.
Silase ikan
18,20
1,20
10.
Ampas tahu
23,55
43,45
5,54
11.
Bekatul
10,86
45,46
11,19
12.
Tepung menir
8,64
88,03
1,92
259
Tabel 6.5. Rekomendasi penggunaan bahan baku untuk pakan ikan dan udang
dalam % (Tacon, 1988)
Tepung Alfalfal
Tepung darah
Cassava/tepung tapioka
Tepung kelapa
Tepung biji jagung
Tepung maizena
Tepung biji kapas
Penyulingan jagung
Dicalsium phosphate
Tepung bulu ayam
Tepung ikan
Konsentrat protein ikan
Tepung giling
Tepung hati
Tepung daging dan tulang
Tepung limbah peternakan
Tepung minyak lobak
Tepung kulit padi
Tepung udang
Tepung cumi
Tepung gandum
Tepung kedelai
Tepung kedele penuh lemak
Tepung terigu
Biji gandum
Tepung kanji
Air dadih
Yeast kering
Ikan
karnivora
Ikan
herbivora/
omnivora
Udang
karnivora
Udang
herbivora/
omnivora
5
10
15
15
20
15
15
10
3
10
Bebas
15
15
50
20
15
20
15
25
Bebas
20
25
35
20
15
15
10
15
10
10
35
25
35
20
20
15
3
10
Bebas
10
25
50
25
20
25
35
25
Bebas
35
35
40
35
30
15
10
15
5
10
15
15
15
15
10
10
3
10
20
15
15
25
15
15
15
15
Bebas
Bebas
15
20
20
20
15
20
10
15
10
10
25
25
20
15
15
3
10
35
15
25
20
20
20
20
35
Bebas
Bebas
35
30
30
35
30
20
10
15
260
Tabel 6.6. Jenis dan Kandungan nutrisi bahan baku ikan karnivora
Jenis bahan
Tepung mujair
Tepung petek
Tepung teri
Tepung tongkol
Tepung kembung
Tepung cumi
Tepung kepala udang
Tepung kerang
Tepung darah
Tepung kedelai
Tepung kanji
Tepung beras
Tepung sagu
Tepung ketan
Tepung dedak
Tepung jagung
Kadar
protein
Kadar
lemak
Kadar
karbohidrat
55,60
66,00
63,76
55,72
40,36
74,80
43,95
66,56
93,00
37,42
0,41
14,10
7,25
8,21
10,86
7,63
11,20
15,12
3,70
4,11
5,25
8,80
5,11
1,40
6,26
0,54
15,10
0,55
2,13
11,19
4,43
7,36
2,08
4,10
6,62
1,26
0,26
47,51
73,24
66,21
83,12
34,73
72,71
Kadar
serat
kasar
0
17,45
1,10
13,16
12,80
11,24
2,26
13,16
1,52
Kadar
air
Kadar
abu
6,34
9,60
10,28
4,95
20,90
6,53
8,48
12,80
8,49
1,32
12,60
11,02
19,50
13,20
18,28
28,60
31,96
3,40
26,70
7,10
4,98
1,55
12,80
1,53
2,96
1,55
2,70
untuk
menambah
Selain
itu
pengetahuan tentang jenis-jenis
bahan baku yang dapat digunakan
untuk membuat pakan ikan,
berdasarkan
hasil
analisa
proksimat kandungan bahan baku
pakan yang telah dilakukan pada
laboratorium
Southeast
Asian
Fisheries Development Center,
Aquaculture Departement. Philipina
dapat dilihat pada Tabel 6.7.
261
Tabel 6.7. Hasil analisa proksimat bahan baku (Mllamena et al, 2000).
Kadar
air
Kadar
protein
Kadar
lemak
Kadar
serat
kasar
Bahan
Ekstra
Tanpa
Nitrogen
Abu
Sumber Hewani
Tepung ikan lokal
Tepung ikan chili
Tepung ikan danish
Tepung ikan Peru 1
Tepung ikan Peru 2
Tepung ikan tuna
Tepung ikan putih
Tepung kepala udang
Tepung udang
Tepung cumi
Tepung kepiting
Tepung kodok
Tepung darah
Tepung daging & tulang
10,3
8,4
9,5
8,3
7,1
9,4
7,2
6,5
8,2
6,9
5,5
7,6
6,3
5,6
64,1
70,1
73,9
68,3
67,9
65,4
69,0
51,2
68,6
78,5
74,1
62,5
87,7
46,8
6,5
8,5
9,4
5,9
10,0
8,0
7,6
5,2
3,9
5,5
7,1
1,7
3,0
9,6
0,8
0,5
0,3
0,8
1,3
0,8
0,6
13,3
3,6
1,3
0,9
1,2
0,4
2,0
8,5
4,1
2,4
7,7
4,1
8,8
4,8
5,3
7,6
6,7
8,1
4,7
3,3
7,5
20,1
16,8
14,0
17,3
16,7
17,0
18,0
25,0
16,3
8,0
9,8
29,9
5,6
34,1
Nabati
Tepung daun akasia
Tepung daun alfalfal
Tepung daun camote
Tepung daun cassava
Tepung daun ipil
Tepung daun kangkung
Tepung malunggay
Tepung daun pepaya
Tepung copra
Cowpea
Mugbean hijau
Mugbean kuning
Butiran beras
Tepung jagung
Tepung tapioka
Tepung roti
Tepung terigu
Tepung pollard
Tepung biji gandum
Tepung maizena
Tepung beras
Dedak
Tepung jagung
4,4
7,2
4,5
5,9
7,8
5,7
3,5
5,4
7,9
8,0
7,1
7,7
5,0
8,4
11,9
12,1
11,3
9,5
6,0
7,3
9,2
7,0
5,6
25,7
17,2
29,7
22,1
25,1
28,5
30,4
20,7
22,0
23,0
23,2
24,1
26,5
7,8
0,4
12,9
15,3
15,4
27,8
62,6
13,3
3,3
35,8
5,6
3,0
4,9
9,3
6,8
5,4
8,4
11,6
6,7
1,3
1,2
1,1
0,8
4,7
0,2
1,2
1,7
4,5
4,3
7,7
14,1
2,0
19,8
21,2
27,7
10,0
12,4
10,6
10,5
8,3
11,2
17,3
4,1
3,1
3,8
4,0
2,6
1,1
0,3
0,8
10,3
3,4
2,2
8,5
32,4
4,9
41,7
42,9
43,2
49,2
44,0
43,6
43,7
42,6
44,3
67,5
68,7
67,1
64,6
83,1
98,2
84,9
81,1
64,0
59,6
25,9
53,4
41,6
33,9
5,8
9,2
12,2
7,0
13,5
12,0
9,2
13,9
9,7
4,1
3,8
3,9
4,1
1,8
0,1
0,7
1,1
5,8
4,9
1,6
10,7
20,7
5,6
262
Kadar
air
Kadar
protein
Kadar
lemak
Kadar
serat
kasar
Bahan
Ekstra
Tanpa
Nitrogen
Abu
7,2
4,2
7,9
5,9
4,4
7,3
4,0
7,2
8,3
89,7
37,9
94,4
64,6
54,6
65,2
52,1
49,4
55,2
0,1
4,1
0,0
8,6
9,4
10,9
1,8
1,6
0,8
0,3
10,7
0,1
3,0
4,0
1,4
2,1
2,4
1,7
8,9
8,9
5,1
12,5
20,1
8,8
15,7
34,5
35,1
1,0
38,4
0,4
11,8
11,9
13,7
28,3
12,1
7,4
7,8
8,0
8,0
8,1
7,6
10,1
10,4
8,5
10,4
10,4
8,0
5,5
9,8
15,2
7,0
6,1
71,2
55,5
27,2
51,9
24,4
35,1
33,6
57,8
9,0
24,7
56,7
49,1
20,6
13,8
10,2
5,4
8,3
6,8
3,4
10,4
7,1
4,2
18,1
7,6
0,8
2,6
2,8
10,7
3,3
1,9
0,4
0,8
5,4
11,3
12,9
3,5
2,5
5,6
4,4
8,4
9,6
0,7
0,6
2,1
16,4
9,3
5,8
6,1
9,9
15,0
36,5
15,3
26,7
27,7
23,0
17,2
46,4
20,2
28,1
19,0
35,9
36,9
44,8
57,3
5,2
11,4
20,0
18,9
39,3
27,4
20,9
9,0
34,2
51,8
11,8
19,1
23,8
38,1
38,8
30,4
Sumber lainnya
Casein
Tepung kepiting
Gelatin
Tepung kerang hijau
Tepung Oyster
Tepung scallops
Tepung snail
Ragi Breewer
Ragi Candida
Pakan alami
Acartia sp
Artemia
Azolla
Brachionus sp
Chaetoceros calcitran
Chlorella air laut
Isochrysis galbana
Moina macrocopa
Sargassum
Skeletonema
Spirulina
Tetraselmis sp
Digman
Enteromorpha
Gracilaria sp
Kappaphycus sp
6.2. PENYUSUNAN
FORMULASI PAKAN
Jenis bahan baku yang harus
disiapkan sangat bergantung kepada
jenis ikan yang akan mengkonsumsi
pakan tersebut dan stadia pemberian
pakannya.
Selain
itu
untuk
mengetahui jenis-jenis bahan baku
yang akan dipilih harus dilakukan
perhitungan. Perhitungan jumlah
bahan baku yang akan digunakan
untuk membuat pakan ikan tersebut
dinamakan
menyusun
formulasi
pakan. Setelah mengetahui tentang
jenis-jenis bahan baku yang akan
digunakan untuk membuat pakan,
kandungan zat gizi dari bahan-bahan
baku tersebut dan cara menyusun
formulasi/ramuan
pakan
buatan
barulah kita dapat membuat pakan
buatan. Pada bagian sebelumnya
telah dibahas tentang jenis bahan
baku
dan
kandungan
gizinya
selanjutnya
adalah
menyusun
formulasi.
Pengetahuan yang harus dipahami
dalam menyusun formulasi pakan
ikan adalah kebutuhan ikan akan
beberapa kandungan zat gizi antara
lain adalah :
1. Protein, kebutuhannya berkisar
antara 20 60%. Untuk ikan-ikan
laut biasanya kebutuhan protein
cukup tinggi karena merupakan
kelompok ikan karnivora yaitu
berkisar antara 30 60%.
Sumber protein dapat diperoleh
dari hewani atau nabati tetapi
264
3.
4.
5.
Ada
beberapa
metode
yang
digunakan
dalam
menyusun
formulasi pakan antara lain adalah :
1. Metode
Pearsons
Square
(Metode segi empat Pearsons)
2. Metode Aljabar
3. Metode Linier (Program linier)
4. Metode coba-coba (Trial and
Error)
5. Metode Work Sheet
pada
bagian
bawah
kiri
segiempat diletakkan nilai ratarata kandungan protein suplemen,
lihat pada gambar dibawah ini ;
Protein basal12,45%
Lakukan
perhitungan
untuk
mengisi kekosongan nilai pada
sisi sebelah kanan segiempat
dengan cara diagonal untuk
setiap kandungan protein basal
dan kandungan protein suplemen
tersebut. Pada bagian tengah
segiempat tersebut diletakkan
kadar protein pakan ikan yang
akan dibuat yaitu 35%. Untuk
mengisi nilai disebelah kanan
segiempat bagian atas adalah
nilai protein bahan baku yang
berasal dari protein suplemen
maka nilai tersebut adalah
melakukan pengurangan nilai
..........%
...........%
19,68%
22,55%
266
19,68%
22,55%
__________ +
42,23%
Langkah
selanjutnya
adalah
melakukan
perhitungan
komposisi setiap bahan baku
yang telah disusun dengan cara
sebagai berikut :
membuat pakan
sebagai berikut :
= 46,60%
22,55%
= ---------- X 100%
42,23%
= 53,40%
-
adalah
19,68%
Protein Basal = ---------- X 100%
42,23%
Protein
Suplemen
ikan
pada
dapat
baku
untuk
26,7%
26,7%
15,53%
15,53%
15,53%
X 62,99%
X 46,36%
X 15,58%
X 9,50%
X 12,27%
= 16,82%
= 12,38%
= 2,42%
= 1,48%
= 1,91%
-------------- +
267
35,01%
Jika akan membuat pakan ikan sebanyak 100 kg maka komposisi bahan baku
yang harus disiapkan adalah sebagai berikut :
Tepung ikan
Tepung kedelai
Dedak halus
Tepung jagung
Tepung terigu
26,70%
26, 70%
15,53%
15,53%
15,53%
X 100 kg
X 100 kg
X 100 kg
X 100 kg
X 100 kg
268
= 26,70 kg
= 26,70 kg
= 15,53 kg
= 15,53 kg
= 15,53 kg
--------------- +
99,99 kg
18,22%
24,01%
18,22%
24,01%
__________ +
42,23%
Protein Basal
Protein Suplemen
18,22%
--------------- X 96% = 41,42%
42,23%
24,01%
--------------- X 96% = 54,58%
42,23%
=
=
Tepung kedelai =
=
54,58% : 2
7,29%
54,58% : 2
27,29%
269
Untuk
membuktikan
bahwa
komposisi
bahan
baku
yang
dipergunakan untuk membuat pakan
ikan mengandung kadar protein 35%
Tepung ikan
Tepung kedelai
Dedak halus
Tepung jagung
Tepung terigu
27,29%
27,29%
13,81%
13,81%
13,81%
X 62,99%
X 46,36%
X 15,58%
X 9,50%
X 12,27%
= 17,19%
= 12,6516%
= 2,1516%
= 1,1320%
= 1,6945%
-------------- +
34,82% mendekati 35%
270
X2
X1
X1
X2
= 125,30%
= 39,60%
= 25,55%
= 108,58%
------------- +
299,03%
Dedak
15,58%X2 = 31,16%
T. Jagung 9,50% X 1 = 9,50%
--------- +
40,66%
X + Y = 100 (persamaan 1)
0,4948X + 0,1355 Y = 100
(persamaan 2)
X adalah kelompok
protein suplemen
Y adalah kelompok
protein basal
sumber
sumber
272
0,3629 Y = 14,84
Y = 14,84
0,3629
= 40,89
Setelah diperoleh nilai Y maka
untuk mencari nilai X dengan
cara memasukkan persamaan 1
sehingga diperoleh nilai X yaitu:
X + Y = 100
X = 100 Y
X = 100 40,89
X = 59,11
Secara substitusi :
X + Y = 100 (persamaan 1)
0,4948 X + 0,1355 Y = 35
(persamaan 2)
Dari
persamaan
1
dapat
diperoleh persamaan X=100Y,
maka jika nilai X dari persamaan
1 dimasukkan dalam persamaan
2 maka nilai Y akan diperoleh
yaitu :
0,4948 (100Y)+0,1355 Y = 35
49,480,4948Y+0,1355 Y = 35
- 0,4948Y+0,1355Y=35 49,48
- 0,3593
Y =
Y =
- 14,48
14,48
0,3593
40,3
2/6
1/6
1/6
2/6
X
X
X
X
59,11%
59,11%
59,11%
59,11%
=
=
=
=
19,70%
9,85%
9,85%
19,70%
+
59,10%
2/3
1/3
X 40,89% =
X 40,89% =
27,26%
13,64%
+
40,90%
273
Untuk membuktikan bahwa kadar protein pakan dari hasil perhitungan ini
mempunyai kadar protein 35% dapat dilakukan pengecekan dengan cara
menghitung sebagai berikut :
Tepung ikan
Tepung kedelai
Ampas tahu
Tepung bekicot
Dedak halus
Tepung jagung
19,70%
9,85%
9,95%
19,70%
27,26%
13,63%
X
X
X
X
X
X
62,65%
39,60%
25,55%
54,29%
15,58%
9,50%
=
=
=
=
=
=
12,34%
3,90%
2,54%
10,69%
4,25%
1,29%
+
35,26%
274
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kadar
Protein (%)
Jumlah
bahan
baku (%)
Tepung ikan
Tepung kedele
Ampas tahu
Tepung bekicot
Dedak halus
Tepung jagung
Nilai X
kuadrat
(Dalam
persen)
X2
Kadar
protein yang
diinginkan
(%)
XY
62,65
39,60
25,55
54,29
15,58
9,50
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
207,17
100%
35%
a =
n
nXYXY
b=
n X 2 ( X )2
275
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kadar
Protein (%)
Jumlah
bahan
baku (%)
Kadar
protein yang
diinginkan
(%)
XY
62,65
39,60
25,55
54,29
15,58
9,50
?
?
?
?
?
?
39,25
15,68
6,53
29,47
2,43
0,90
?
?
?
?
?
?
207,17
100%
94,24
35%
Tepung ikan
Tepung kedele
Ampas tahu
Tepung bekicot
Dedak halus
Tepung jagung
Nilai X
kuadrat
(Dalam
persen)
X2
YbX
a =
n
100% - 0,02. 207,17%
a =
6
nXYXY
100% - 4,14%
b =
n X 2 ( X )2
a =
6
b =
2
6. 94,24 (207,17)
a =
6
210% - 207,17%
a =
b =
15,98
565,44% - 429,19%
2,83
b =
136,25
b = 0,02
Dari
persamaan
tersebut
kemudian
digunakan
untuk
menghitung nilai Y pada tabel
276
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Y
17,23
16,77
16,49
17,07
16,29
16,17
Nilai X
kuadrat
(Dalam
persen)
X2
39,25
15,68
6,53
29,47
2,43
0,90
Kadar
protein yang
diinginkan
(%)
XY
?
?
?
?
?
?
100%
94,24
35%
Kadar
Protein (%)
Jumlah
bahan
baku (%)
X
62,65
39,60
25,55
54,29
15,58
9,50
207,17
No.
Y
17,23
16,77
16,49
17,07
16,29
16,17
Nilai X
kuadrat
(Dalam
persen)
X2
39,25
15,68
6,53
29,47
2,43
0,90
Kadar
protein yang
diinginkan
(%)
XY
10,79%
6,64%
4,21%
9,27%
2,54%
1,54%
100%
94,24
35%
Kadar
Protein (%)
Jumlah
bahan
baku (%)
X
62,65
39,60
25,55
54,29
15,58
9,50
207,17
277
selanjutnya
adalah
Langkah
menyusun formulasi bahan baku
yang akan digunakan untuk
membuat pakan ikan dengan
kadar protein 35% dengan
metode linier adalah sebagai
berikut :
Tepung ikan
Tepung kedelai
Ampas tahu
Tepung bekicot
Dedak halus
Tepung jagung
17,23%
16,77%
16,49%
17,07%
16,29%
16,17%
+
100,02%
278
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tepung ikan
Tepung kedele
Ampas tahu
Tepung bekicot
Dedak halus
Tepung jagung
Kadar protein
bahan baku
(%)
Jumlah bahan
baku (%)
Kadar protein
bahan baku
(%)
62,65
39,60
25,55
54,29
15,58
9,50
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
?
100%
35%
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
bahan baku
Tepung ikan
Tepung kedele
Ampas tahu
Tepung bekicot
Dedak halus
Tepung jagung
Vitamin
Mineral
mengkonsumsi
bahan
baku,
macam-macam bahan baku,
harga dan kebutuhan optimal
bahan baku untuk setiap jenis
ikan
berdasarkan
kebiasaan
makannya.
Kadar protein
bahan baku
(%)
Jumlah bahan
baku (%)
Kadar protein
bahan baku
(%)
62,65
39,60
25,55
54,29
15,58
9,50
-
20
15
16
15
20
10
2
2
?
?
?
?
?
?
100%
35%
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
280
Tepung ikan
Tepung kedele
Ampas tahu
Tepung bekicot
Dedak halus
Tepung jagung
Vitamin
Mineral
Lakukan
perhitungan
untuk
semua bahan baku sehingga
diperoleh nilai seperti dalam tabel
dibawah ini.
Kadar protein
bahan baku
(%)
Jumlah bahan
baku (%)
Kadar protein
bahan baku
(%)
62,65
39,60
25,55
54,29
15,58
9,50
-
20
15
16
15
20
10
2
2
12,51
5,94
4,09
8,14
3,12
0,95
100%
35%
adalah
35%
maka
masih
kekurangan
kadar
protein
sebanyak 0,25%, maka dari
bahan baku yang digunakan
harus ditambahkan bahan baku
yang kadar proteinnya tinggi dan
mengurangi jumlah bahan baku
yang kadar proteinnya rendah
sampai benar-benar diperoleh
nilai kadar protein sebesar 35%.
Maka komposisi pakan ikan
kadar 35% yang telah diperbaiki
menjadi seperti tabel dibawah ini:
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tepung ikan
Tepung kedele
Ampas tahu
Tepung bekicot
Dedak halus
Tepung jagung
Vitamin
Mineral
Kadar protein
bahan baku
(%)
Jumlah bahan
baku (%)
Kadar protein
bahan baku
(%)
62,65
39,60
25,55
54,29
15,58
9,50
-
22
16
15
13
20
10
2
2
13,78
6,34
3,83
7,06
3,12
0,95
-
100%
35,08%
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tepung ikan
Tepung kedele
Ampas tahu
Tepung bekicot
Dedak halus
Tepung jagung
Vitamin
Mineral
Kadar protein
bahan baku
(%)
Jumlah bahan
baku (%)
Kadar protein
bahan baku
(%)
62,65
39,60
25,55
54,29
15,58
9,50
-
22
16
15
13
20
10
2
2
13,78
6,34
3,83
7,06
3,12
0,95
-
100%
35,08%
281
selanjutnya
adalah
Langkah
melakukan perhitungan untuk
kadar lemak dan karbohidrat dari
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tepung ikan
Tepung kedele
Ampas tahu
Tepung bekicot
Dedak halus
Tepung jagung
Vitamin
Mineral
Kadar lemak
bahan baku
(%)
Jumlah bahan
baku (%)
Kadar lemak
bahan baku
(%)
15,38
14,30
5,54
4,18
12,15
4,43
-
22
16
15
13
20
10
2
2
3,38
2,29
0,83
0,54
2,43
0,43
-
100%
9,90%
No.
Jenis bahan
baku
Kadar
karbohidrat
bahan baku (%)
Jumlah bahan
baku (%)
Kadar
karbohidrat
bahan baku (%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tepung ikan
Tepung kedele
Ampas tahu
Tepung bekicot
Dedak halus
Tepung jagung
Vitamin
Mineral
5,81
29,5
26,92
30,45
28,62
74,23
-
22
16
15
13
20
10
2
2
1,28
4,72
4,04
3,96
5,72
7,42
-
100%
27,14%
282
:
:
:
dengan
4,48 kkal/g, sedangkan
untuk satu gram lemak adalah 7,52
kkal/g dan untuk satu gram
karbohidrat adalah 3,28 kkal/g.
Maka dalam komposisi pakan
dengan kandungan protein 35%
berarti dalam satu kilogram pakan
terdapat 350 gram protein, 99 gram
lemak dan 271,4 gram karbohidrat.
Untuk memperoleh nilai jumlah
energi dari formulasi pakan tersebut
dilakukan penjumlahan nilai energi
yang berasal dari protein, lemak dan
karbohidrat yaitu :
formulasi
untuk
memperoleh
formulasi pakan yang lengkap
dengan kandungan energi dari
formulasi pakan yang dibuat. Adapun
langkah-langkah
yang
harus
dilakukan dalam menyusun formulasi
pakan dengan metode worksheet
adalah sebagai berikut :
x
Kadar
protein
(%)
Kadar
lemak
(%)
Kadar
abu
(%)
Kadar
serat
kasar (%)
Kadar
BETN
(%)
Tepung ikan
Tepung kedelai
Tepung keong mas
Tepung terigu
Tepung jagung
Dedak
Vitamin
Mineral
65,8
35,8
52,8
15,3
7,8
13,3
-
6,5
19,8
14,6
1,7
4,7
14,1
-
20,1
1,8
15,3
0,7
1,8
10,7
-
0,8
4,9
0,7
0,8
2,6
8,5
-
8,5
33,9
19,5
81,1
83,1
53,4
-
Dari
tabel
pada
tahap
sebelumnya tentukan terlebih
dahulu jumlah setiap bahan baku
yang akan digunakan untuk
membuat pakan ikan mas dan
kadar
protein,
lemak
dan
karbohidrat serta energi (kalori)
pakan buatan yang akan dibuat.
Misalnya kadar protein pakan
adalah 35%, kadar lemak adalah
284
Jumlah
bahan
baku
(%)
Tepung ikan
Tepung kedelai
Tepung keong
Tepung terigu
Tepung jagung
Dedak
Vitamin
Mineral
Jumlah
x
Kadar
protein
(%)
Kadar
lemak
(%)
Kadar
abu
(%)
65,8
35,8
52,8
15,3
7,8
13,3
-
6,5
19,8
14,6
1,7
4,7
14,1
-
20,1
1,8
15,3
0,7
1,8
10,7
-
35
10
Langkah
selanjutnya
adalah
menentukan jumlah bahan baku
yang akan digunakan dan
Jenis bahan
baku
Tepung ikan
Tepung kedelai
Tepung keong
Tepung terigu
Tepung jagung
Dedak
Vitamin
Mineral
Jumlah
x
100
Jumlah
bahan
baku
(%)
20
15
10
10
15
25
2
3
100
0,8
4,9
0,7
0,8
2,6
8,5
-
Kadar
BETN
(%)
8,5
33,9
19,5
81,1
83,1
53,4
<40
Kadar
protein
(%)
Kadar
lemak
(%)
Kadar
abu
(%)
65,8
35,8
52,8
15,3
7,8
13,3
-
6,5
19,8
14,6
1,7
4,7
14,1
-
20,1
1,8
15,3
0,7
1,8
10,7
-
35
10
Kadar
serat
kasar
(%)
Kadar
serat
kasar
(%)
0,8
4,9
0,7
0,8
2,6
8,5
-
Kadar
BETN
(%)
8,5
33,9
19,5
81,1
83,1
53,4
<40
Jenis bahan
baku
Tepung ikan
Jumlah
bahan
baku
(%)
20
Tepung kedelai
15
Tepung keong
10
Tepung terigu
10
Tepung jagung
15
Dedak
25
Vitamin
Mineral
Jumlah
2
3
100
Kadar
protein
(%)
Kadar
lemak
(%)
Kadar
abu
(%)
65,8
13,16
35,8
5,37
52,8
5,28
15,3
1,53
7,8
1,17
13,3
3,33
30
29,84
6,5
20,1
Kadar
serat
kasar
(%)
0,8
1,8
4,9
15,3
0,7
0,7
0,8
1,8
2,6
10,7
8,5
286
1,3
19,8
2,97
14,6
0,14
1,7
0,17
4,7
0,71
14,1
3,53
10
8,11
seperti
Kadar
BETN
(%)
8,5
0,17
33,9
5,09
19,5
1,95
81,1
8,11
83,1
12,47
53,4
13,35
<40
41,14
Jumlah
bahan
baku
(%)
26
Jenis bahan
baku
Tepung ikan
Tepung kedelai
12
Tepung keong
17
Tepung terigu
10
Tepung jagung
10
Dedak
20
Vitamin
Mineral
Jumlah
2
3
100
Kadar
protein
(%)
Kadar
lemak
(%)
Kadar
abu
(%)
65,8
17,11
35,8
4,29
52,8
8,97
15,3
1,53
7,8
0,78
13,3
2,66
35
35, 34
6,5
1,69
19,8
2,38
14,6
2,48
1,7
0,17
4,7
0,47
14,1
2,82
10
10,01
20,1
Kadar
serat
kasar
(%)
0,8
1,8
4,9
15,3
0,7
0,7
0,8
1,8
2,6
10,7
8,5
Protein
Lemak
Karbohidrat
:
:
:
komposisi
berikut :
bahan
baku
Kadar
BETN
(%)
8,5
2,21
33,9
4,07
19,5
3,32
81,1
8,11
83,1
8,31
53,4
10,64
<40
36,66
sebagai
281
6.3
PROSEDUR
PEMBUATAN
PAKAN
komposisi
Setelah
ditentukan
bahan baku yang akan dibuat
pakan
buatan
dengan
menggunakan salah satu metode,
langkah
selanjutnya
adalah
melakukan pembuatan pakan ikan.
Prosedur dalam pembutan pakan
ikan
dapat
dikelompokkan
berdasarkan skala usahanya yaitu:
1. Skala besar yaitu pembuatan
pakan
ikan
secara
besar/pabrikasi
2. Skala sedang yaitu pembuatan
pakan
untuk
memenuhi
kegiatan
produksi
dengan
peralatan sedang
3. Skala kecil yaitu pembuatan
pakan
secara
sederhana
dengan
menggunakan
peralatan rumahtangga.
Dalam proses pembuatan pakan
ikan diperlukan beberapa peralatan
baik untuk skala pabrikasi, sedang
dan skala rumah tangga. Adapun
peralatan yang digunakan dapat
dikelompokkan menjadi :
1. Alat penepung (grinding)
2. Alat pencampur (mixing)
3. Alat pengukus / pemanas
(steaming)
4. Alat pencetak (pelleting)
5. Alat pengering (drying)
6. Alat
pengepak/pengemasan
(packing)
Alat penepung (Grinding)
Alat penepung digunakan untuk
membuat semua bahan baku yang
akan digunakan berubah menjadi
tepung.
Seperti
penjelasan
282
Alat pencampur
Setelah penepungan bahan baku
dilakukan terhadap semua jenis
bahan baku yang akan digunakan
untuk pembuatan pakan buatan
adalah melakukan penimbangan
ulang bahan baku sesuai dengan
formulasi yang telah ditentukan
sebelumnya. Selanjutnya bahan
baku yang telah ditimbang tersebut
selesai,
dilakukan
proses
pencampuran.
Proses
pencampuran bahan baku harus
dilakukan dengan cara mencampur
bahan baku yang jumlahnya paling
sedikit kemudian secara bertahap
ditambahkan jenis bahan baku
lainnya yang jumlahnya semakin
banyak. Hal ini bertujuan agar
semua bahan baku tersebut dapat
tercampur
secara
homogen.
Pencampuran bahan baku kering
yang sempurna akan sangat
berpengaruh terhadap kekompakan
bahan baku tersebut jika sudah
dicampur dengan air menjadi
adonan dan siap dibentuk sesuai
keinginan.
Proses pencampuran bahan baku
menjadi suatu campuran yang
homogen dapat dilakukan dengan
menggunakan alat pencampur baik
alat pencampur vertikal (Vertical
mixer) (Gambar 6.3) maupun
horizontal
(horizontal
mixer)
(Gambar 6.4). Pemakaian jenis alat
pencampur ini sangat bergantung
kepada kapasitas produksi .
284
Alat pemanas/pengukus
Alat
pemanas
ini
biasanya
dilakukan jika dalam membuat
pakan
ikan
menggunakan
beberapa
bahan
baku
yang
mengandung
zat
antinutrisi.
Dimana
dengan
perlakuan
pemanasan zat antinutrisi ini akan
menjadi tidak aktif dan dapat
meningkatkan pemakaian nutrien
tersebut. Beberapa zat antinutrisi
yang terdapat pada beberapa
bahan
baku
pakan
menurut
dapat
mempengaruhi
laju
pencernaan bahan tersebut di
dalam sistem pencernaan ikan.
Tabel 6.8. Bahan baku pakan yang mengandung zat antinutrisi, dan cara
menghilangkan zat antinutrisi (Millamena et al, 2000)
Zat
antinutrisi
Aksi merugikan
Bahan pakan
Perbaikan
Trypsin
inhibitor
Kedele dan
berbagai legumes
Lectins
Kedele dan
berbagai legumes
Goitrogens
Menghambat penyerapan
iodine kedalam kelanjar
thyroid
Kedele dan
berbagai legumes
Antivitamin D
Mengikat vitamin D
membuatnya tidak
bermanfaat
Kedele dan
berbagai legumes
Antivitamin E
Mengurangi kontribusi
vitamin E
Kedele dan
berbagai legumes
Diautoclave
Thiaminase
Ikan mentah
kerang dan kedele
Diautoclave, dipanaskan
dan dimasak
Estrogens
(isoflavon)
Mengganggu reproduksi
Tanaman glycoside
Gossipol
Menambahkan garam
besi atau phytase
Tannin
Kacang-kacangan
dan legumes
Dehulling
Cyanogens
Daun singkong
Mimosine
Mengganggu sintesis
enzim pada hati, merusak
sel hepatopankreas
udang
Daun ipil-ipil
Peroksida
Penyimpanan
yang jelek
Penyimpanan diperbaiki
Phytates
Dehulling
285
Alat pencetak
Alat pengering
286
Pengemasan pakan
Pengemasan/pengepakan
pakan
buatan merupakan tahap akhir dari
proses pembuatan pakan sebelum
didistribusikan kepada konsumen.
Pengemasan pakan buatan dapat
dilakukan secara langsung dari
proses pembuatan pakan. Dengan
pengemasan yang benar akan
sangat menentukan daya simpan
pakan buatan . pengemasan yang
baik akan dapat meningkatkan daya
simpan pakan buat semakin lama
sebelum
dijual
dan
tetap
mempertahankan kualitas pakan
buatan.
Oleh karena itu, agar pakan buatan
yang sudah kering sampai kadar
airnya berkisar antara 10 12%
sebelum dijual atau digunakan oleh
konsumen dan tetap terjaga kadar
airnya didalam kemasan sehingga
pakan buatan dapat disimpan dalam
jangka waktu yang lama dengan
kualitas tetap terjaga, maka pakan
buatan harus dikemas dengan rapi
dan terisolasi dengan udara bebas,
sehingga tidak mudah terkontaminasi.
288
2.
3.
4.
Jumlah pakan buatan dalam setiap
kantong kemasan berbeda mulai dari
ukuran 5 kg perkemasan sampai 50
kg perkemasan. Ukuran kemasan 5
kg 10 kg biasanya digunakan untuk
mengemas pakan buatan untuk ikan
dalam
kelompok
larva/benih,
sedangkan kemasan 25 kg 50 kg
biasanya
digunakan
untuk
mengemas pakan buatan untuk ikan
kelompok grower/pembesaran dan
induk ikan.
Penyimpanan pakan
Proses terakhir dari suatu usaha
pembuatan
pakan
adalah
penyimpanan. Penyimpanan pakan
buatan yang telah dibuat harus
dilakukan dengan benar agar pakan
yang telah dibuat tidak mengalami
kemunduran mutu pakan. Dalam
menyimpan pakan buatan ada
beberapa
faktor
yang
akan
mempengaruhi stabilitas nutrient
pakan yang disimpan antara lain
adalah :
1. Kadar air pakan yang akan
disimpan sebaiknya tidak lebih
5.
2.
3.
4.
5.
290
Tabel 6.2. Acuan bentuk dan tipe pakan buatan untuk ikan budidaya
(Millamena et al, 2000)
Ukuran ikan
(gram)
Tipe pakan
Diameter pakan
(mm)
Panjang pakan
(mm)
< 0,35
25
5 12
12 20
20 30
Starter
Grower
Grower
Finisher
Finisher
1,0
2,0
3,0
5,0
7,0
23
35
5 -7
tercampur
tersebut
benar-benar
buatlah bentuk adonan tersebut bolabola dan adonana tersebut sudah
tidak lengket ditangan.
Setelah
dilakukan pencampuran bahan baku
secara homogen langkah selanjutnya
adalah membuat pakan buatan
sesuai dengan bentuk pakan buatan
yang ditentukan. Pakan buatan yang
akan diberikan kepada ikan air ada
berbagai macam bentuk antara lain
adalah tepung, remahan dan pellet.
Bentuk pellet ada berbagai macam
ukuran mulai dari 1 mm sampai 5
mm sesuai dengan peruntukkannya.
Proses selanjutnya setelah pakan
buatan dicetak adalah melakukan
pengeringan terhadap pakan yang
telah
dicetak.
Pakan
tersebut
kemudian
dikeringkan
dengan
menggunakan alat pengering atau
dengan menggunakan sumber panas
alami yaitu sinar matahari. Proses
pengeringan dengan menggunakan
sinar matahari bisa memakan waktu
2-3 hari jika sinar matahari bersinar
sepanjang hari. Jika menggunakan
alat pengering hanya beberapa jam
saja tergantung suhu pemanasan
didalam oven sampai kadar air
dalam pakan tersebut adalah kurang
dari 10%. Hal ini bertujuan agar
pakan yang dibuat mempunyai daya
simpan
lama
dan
proses
pembusukan dihambat karena kadar
air dalam bahan pakan sangat
rendah.
Setelah pakan buatan dicetak dan
dikeringkan langkah selanjutnya
adalah melakukan pengemasan dan
penyimpanan pakan ikan seperti
yang dilakukan pada skala pabrikasi.
Jika anda bertujuan untuk menjual
produk
pakan
ikan
kepada
292
6.4.1
pengujian
kadar
air
dilaboratorium adalah bahan
makanan (pellet) dipanaskan
pada suhu 105 110oC, dengan
pemanasan tersebut maka air
akan menguap. Peralatan yang
digunakan untuk melakukan uji
kadar air adalah oven dan
peralatan gelas. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 6.8.
Cara
ini
adalah
dengan
menentukan
kadarN-nya
kemudian mengalikan dengan
protein 6,25. Peralatan yang
digunakan untuk mengukur kadar
protein pakan ikan dengan
peralatan semi mikrokjeldahl .
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 6.9.
293
294
295
Prinsip :
Air
akan
menguap
seluruhnya jika bahan
makanan
dipanaskan
pada suhu 105110 oC.
Peralatan :
y Botol timbang bertutup/cawan
y Dessiccator/Eksikator
y Oven
y Neraca analitik
Gambar 6.12.
Peralatan pengukuran
kadar abu.
Adapun
prosedur
yang
dapat
dilakukan dalam melakukan uji coba
secara kimia yang disebut dengan
melakukan uji analisa proksimat
dapat
menggunakan
beberapa
metode. Dibawah ini akan diuraikan
beberapa metode yang dapat
dilakukan
dalam
melakukan
pengukuran beberapa parameter uji
kimia pakan ikan. Adapun prosedur
yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut :
296
Langkah Kerja 1 :
1. Cawan dipanaskan dalam oven
pada suhu 105 110o C selama
1jam, dinginkan dalam eksikator
selama 10 menit dan ditimbang
(x1).
2. Timbang bahan/contoh yang
telah dihaluskan sebanyak 2 3
gram
(a)
lalu
dimasukkan
kedalam cawan X1 .
3. Cawan dan bahan dipanaskan
dalam oven selama 4 6 jam
pada suhu 105 110o C,
dinginkan
dalam
eksikator
kemudian
timbang,
lakukan
pemanasan kembali dalam oven
selama 30 menit, dinginkan
dalam eksikator dan timbang,
lakukan hal tersebut sampai
tercapai berat yang konstan
(selisih penimbangan berturutturut kurang dari 0,02 gram).
4. Hitunglah persentase kadar air
bahan yang dapat diperoleh
dengan rumus sebagai berikut :
(X1 + a) - X2
Kadar air (%) =
X100%
a
Prosedur pengukuran kadar air dapat
dilakukan berdasarkan prrosedur
Standar Nasional Indonesia (SNI),
dengan menggunakan pengukuran
dengan SNI yang merupakan suatu
standar
dalam
melakukan
Peralatan :
y
y
y
y
Cawan porselen
Tanur listrik
Neraca analitik
Dessicator/eksikator
Langkah Kerja 1 :
1. Cawan dipanaskan dalam oven
pada suhu 105 110 o C selama
1jam, dinginkan dalam eksikator
selama 10 menit dan ditimbang
(X1).
2. Timbang bahan/contoh yang
kering sebanyak 2 3 gram (a)
lalu masukkan ke dalam cawan
X1.
3. Masukkan cawan dan bahan
kedalam oven pengabuan/tanur
dengan cara dipanaskan dengan
suhu 550 600 o C sampai
menjadi abu dan berwarna putih
(selama 3 6 jam).
4. Dinginkan
dalam
eksikator
selama 15 menit dan timbang
cawan dan abu tersebut (X2).
5. Hitunglah persentase kadar abu
bahan yang dapat diperoleh
dengan rumus sebagai berikut :
X2 X1
Kadar Abu (%) =
X 100%
a
297
y
y
y
Neraca analitik
Kapas bebas lemak
Pereaksi : hexane atau pelarut
lemak lainnya
W1 W2
Kadar abu =
X 100%
W
: Bobot
contoh
sebelum
diabukan dalam gram
W1 : Bobot contoh + cawan
sesudah diabukan dalam
gram
W2 : Bobot cawan kosong dalam
gram
298
Kertas saring
Labu lemak
Alat soxhlet
Pemanas listrik
Oven
Langkah kerja 1 :
1. Panaskan cawan labu dalam
oven pada suhu 105110o C
selama satu jam, dinginkan
dalam eksikator selama 10 menit
dan timbang (X1).
2. Timbang bahan/contoh sebanyak
2 5 gram (bahan sebaiknya
dalam bentuk halus dan kering),
dan dibungkus dengan kertas
saring/kertas filter dalam bentuk
silinder (a).
3. Masukkan selongsong kertas
filter kedalam tabung ekstraksi
dan diberi pemberat serta
dihubungkan
dengan
kondensor/pendingin .
4. Pasanglah tabung ekstraksi pada
alat destilasi Soxhlet dengan
pelarut
petroleum
ether/
petroleum
benzena/hexana
sebanyak
150
ml
yang
dimasukkan kedalam soxhlet
sampai kertas saring tersebut
terendam dan sisa larutan
dimasukkan kedalam labu.
5. Panaskan cawan labu yang
dihubungkan dengan soxhlet di
atas water bath sampai cairan
dalam soxhlet terlihat bening.
Pemanasan
ini
berlangsung
selama 2 4 jam, apabila
setelah 4 jam ekstraksi belum
sempurna pemanasan dapat
dilanjutkan selama 2 jam lagi.
6. Lepaskan labu dari soxhlet dan
tetap dipanaskan di atas water
bath untuk menguapkan semua
petroleum ether dari cawan labu.
X2 X1
Kadar Lemak (%)=
X 100%
a
X 100%
W
:
W1 :
W2 :
W2
299
X 100%
W
W :
W1 :
W2 :
y
y
y
Alat
penyulingan
kelengkapannya
Pemanas listrik/pembakar
Neraca analitik
dan
X 100%
a
300
Pengukuran
Kadar
Metode Gunning
Protein
Langkah kerja :
1. Timbang bahan sebanyak 2 5
gram yang telah ditumbuk halus
dan masukkan kedalam labu
kjeldahl, tambahkan 10 gram
K2S atau Na2SO4 anhidrat dan
15 25 ml H2SO4 pekat, kalau
destruksi sukar dilakukan perlu
ditambah
katalis
CuSO4
sebanyak 6 gram dan digoyang.
2. Kemudian dipanaskan pada
pemanas listrik atau api bunsen
dalam almari asanm, mula-mula
dengan api kecil dan setelah
asap hilang api dibesarkan,
pemanasan diakhiri setelah
cairan menjadi jernih tidak
berwarna.
3. Lakukan langkah 1 dan 2 untuk
perlakuan blanko.
X N NaOH X 14,008
Gram contoh X 10
terpisah.
Campur
10
ml
bromcresol green dengan 2 ml
merah metil.
3. Larutan asam borat H3BO3 2 %,
larutkan 10 gr H3BO3 dalam 500
ml air suling. Setelah dingin
pindahkan
kedalam
botol
bertutup gelas. Campur 500 ml
asam borat dengan 5 ml indikator.
4. Larutan asam klorida, HCL 0,01
N
301
Natrium
Hidroksida
5. Larutan
NaOH 30%, larutkan 150 gram
Natrium Hidroksida kedalam 350
ml air, simpan dalam botol
bertutup karet.
Langkah kerja :
1. Timbang
seksama
0,51
g
cuplikan, masukkan ke dalam
labu Kjeldahl 100 ml
2. tambahkan 2 g campuran selen
dan 25 ml H2SO4 pekat.
3. Panaskan diatas pemanas listrik
atau api pembakar sampai
mendidih dan larutan menjadi
jernih kehijau-hijauan (sekitar 2
jam)
4. Biarkan
dingin,
kemudian
encerkan dan masukkan kedalam
labu ukur 100 ml, tepatkan
sampai tanda garis
5. Pipet 5 ml larutan dan masukkan
kedalam
alat
penyuling,
tambahkan 5 ml NaOH 30% dan
beberapa tetes indikator PP,
6. Sulingkan selama lebih kurang
10 menit, sebagai penampung
gunakan 10 ml larutan asam
borat 2% yang telah dicampur
indikator
7. Titar dengan larutan HCL 0,01
N
8. Kerjakan penetapan blanko
Perhitungan :
(V1-V2) X N X 0,014 X f.k X fp
Kadar Protein =
W
W :
V1 :
V2 :
N :
Fk :
fp :
bobot cuplikan
volume HCL 0,01 N yang
dipergunakan
penitaran
contoh
volume
HCl
yang
dipergunkan penitaran blanko
normalitas HCl
faktor konversi untuk protein
6,25
faktor pengenceran
302
Peralatan :
y
y
y
y
Neraca analitik
Pendingin
Corong Buchner
Pompa vakum
Pereaksi :
y
y
y
y
X 100%
w1
X 100%
w2
w :
w1 :
w2 :
Langkah kerja 2 :
1. Timbang bahan sebanyak 0,52
gram (a) lalu masukkan kedalam
erlenmeyer, kemudian tambahkan 50 ml H2SO4 0,3 N dan di
panaskan diatas hot plate selama
30 menit.
2. Tambahkan 25 ml NaOH 1,5 N
kemudian panaskan kembali
selama 30 menit.
3. Panaskan kertas saring di dalam
oven selama 1 jam pada suhu
110 oC
Dan dinginkan dalam eksikator
lalu ditimbang (X1). Pasang
kertas saring pada corong
buchner
yang
dihubungkan
dengan vacuum pump.
Panaskan juga cawan porselen
pada suhu 110 oC selama
satu
jam dan dinginkan didalam
eksikator.
4. Larutan yang telah dipanaskan
dituang ke dalam corong buchner.
Lakukan pembilasan berturutturut menggunakan 50 ml air
panas, 50 ml H2SO4 0,3 N, 50
ml air panas dan 25 ml aceton.
5. Masukkan kertas saring dari
corong buchner kedalam cawan,
panaskan pada suhu 105110 oC
selama 0,51 jam, dinginkan
dalam eksikator dan timbang (X2).
6. Panaskan cawan dalam tanur
listrik bersuhu 600 oC selama 2
303
4.
5.
6.
7.
304
pengukuran
dengan
prosedur
sebagai berikut :
1. Masukkan keranjang kawat ke
dalam oven untuk dikeringkan
pada suhu 100 oC selama 1 3
jam. Kemudian simpan di dalam
desikator
dan
timbanglah
keranjang
tersebut
sampai
diperoleh berat yang konstant.
2. Masukkan sebanyak 5 gram
pakan yang telah diketahui kadar
airnya kedalam keranjang kawat
tersebut.
3. Masukkan keranjang kawat yang
telah berisi pakan kedalam air
pada kondisi perairan yang
dibuat sama dengan kondisi
pakan
ikan
tersebut
akan
diberikan dan dibuat eksperiment
penelitian dengan desain waktu
selama 2, 4, 6 dan 8 jam.
4. Lakukan pengeringan keranjang
basket yang telah direndam
dalam
air
kedalam
oven,
kemudian
simpan
dalam
desikator dan timbang beratnya
sampai diperoleh berat yang
konstan.
5. Persentase berat kering yang
hilang dihitung setelah dikurangi
dengan berat keranjang.
6. Nilai water stability dalam persen
dapat dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut :
Fo
% Water stability =
X 100
Io
Dimana :
Io : adalah berat awal pakan
kering
Fo: adalah berat akhir pakan
kering
305
X 100
5,0
= 90%
Pengukuran water stability yang
paling mudah dilakukan dengan
menghitung lama waktu yang
dibutuhkan oleh pakan tersebut
sampai hancur di dalam wadah
306
bergerak
dan
menimbulkan
gelombang.
pakan
buatan
5. Memasukkan
kedalam wadah uji dan catat
waktu pertama pakan buatan
dimasukkan kedalam wadah uji.
6. Memperhatikan
kekompakan
pakan buatan didalam wadah uji
dan catat waktu pakan tersebut
mulai mengembang serta catat
pula waktu pakan tersebut mulai
hancur.
7. Pakan yang baik akan stabil
didalam air selama 30 menit
untuk pakan udang sedangkan
untuk pakan ikan biasanya
kurang dari tiga puluh menit.
tingkat
kehalusan
308
pertumbuhan,
tingkat
konsumsi
total,
retensi
pakan,kecernaan
protein,lemak dan energi.
Tingkat Konsumsi Pakan
Pada umumnya tingkat konsumsi
pakan yang diberikan pada ikan erat
hubungannya
dengan
besarnya
individu ikan. Semakin kecil bobot
individu ikan tingkat konsumsi pakan
yang
diberikan
persentasenya
semakin besar, sebaliknya semakin
besar bobot individu ikan semakin
menurun tingkat konsumsi pakan
yang diberikan. Tingkat Konsumsi
Pakan (TKP) yang diberikan dapat
dihitung
dengan
menggunakan
berbagai macam rumus antara lain
adalah menurut National Research
Council (NRC), 1977 adalah :
100
TKP = % pakan yang diberikan X bobot total populasi X
Berat kering pakan
TKP = 3 X
L
Dimana :
TKP : Tingkat konsumsi pakan
L : kenaikan harian panjang
tubuh ikan
L
: panjang tubuh ikan
Kecernaan Total
Pencernaan
adalah
proses
penghancuran
pakan
menjadi
molekul-molekul
mikro
melalui
rangkaian proses fisik maupun
kimiawi, sehingga bisa diserap
melalui dinding usus kedalam kapiler
darah. Proses ini terjadi terus
menerus,diawali
dengan
pengambilan pakan dan berakhir
310
X 100 %
I
Keterangan :
D = kecernaan total
total
nutrien
yang
dikonsumsi
total nutrien dalam feses
Np =
Nf =
Kecernaan Protein
Kecernaan Protein = 100 ( 100 X a/a* X b*/b )
dimana :
a = Cr2O3 dalam pakan (%)
a* = Cr2O3 dalam feses (%)
b = protein dalam pakan (%)
b* = protein dalam feses (%)
Kecernaan Lemak
Kecernaan Lemak = 100 ( 100 X a/a* X b*/b )
dimana :
a = Cr2O3 dalam pakan (%)
a* = Cr2O3 dalam feses (%)
b = lemak dalam pakan (%)
311
b* =
Kecernaan Karbohidrat
Kecernaan Karbohidrat = 100 (100 X a/a* X b*/b)
dimana :
a = Cr2O3 dalam pakan (%)
a* = Cr2O3 dalam feses (%)
b = karbohidrat dalam pakan (%)
b* = karbohidrat dalam feses (%)
Kecernaan Energi
Kecernaan Energi = 100 ( 100 X a/a* X b*/b )
dimana :
a = Cr2O3 dalam pakan (%)
a* = Cr2O3 dalam feses (%)
b = energi dalam pakan (%)
b* = energi dalam feses (%)
X 100%
Bobot protein yang diberikan (gram)
X 100%
Bobot lemak yang diberikan (gram)
X 100%
Jumlah energi (kkal) yang diberikan
312
Wt = Wo. egt
Retensi Protein/
Lemak (%)
=
dimana :
Wt : bobot ikan pada saat t
Wo : bobot ikan awal
E
: dasar logaritma natural
(2,7183)
g
: aju pertumbuhan harian
spesifik
t
: waktu
C
X 100
K
Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan
ukuran baik panjang, berat atau
volume dalam jangka waktu tertentu.
Pertumbuhan
ini
secara
fisik
diekspresikan
dengan
adanya
Wt
Wt = Wo. egt
= egt
Wo
Wt
Ln
Ln Wt Ln Wo
= gt g =
313
Wo
Wt - Wo
g=
t
Wt = Wo (1 + g/100) t atau
t
g = (Wt/Wo) 1 X 100%
Model pertumbuhan yang kedua
adalah
berhubungan
dengan
panjang yang dinamakan rumus Von
Bertalanfall dimana rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut :
Lt = L ~ 1 e k (t-to)
dimana :
Lt : panjang ikan pada waktu t
L~ : panjang maksimum ikan
k : koefisien pertumbuhan
e : bilangan yang nilainya adalah
2,7183
Selain itu dari beberapa literatur
pertumbuhan ikan dapat juga
dilakukan
pengukuran
secara
sederhana dengan menggunakan
rumus antara lain adalah :
Pertumbuhan mutlak
Wt = Wf Wi
dimana :
Wt : pertumbuhan mutlak
Wf : berat akhir
Wi : berat awal
Pertumbuhan relatif
Wf - Wi
% Wt =
X 100
Wi
X 100
(Wi) (waktu kultur)
Konversi Pakan
314
F
Untuk
dapat
mengetahui
penggunaan pakan oleh ikan dapat
dihitung
dengan
menentukan
perbandingan faktor konversi pakan.
Ikan hanya diberi pakan buatan
100% nilai konversi pakannya lebih
dari 1. Hal ini disebabkan pakan
tidak dapat dimanfaatkan semua dan
ada yang menjadi feses. Dari segi
ekonomis nilai konversi pakan dapat
juga dipakai untuk menentukan
kualitas pakan. Nilai konversi pakan
yang mendekati nilai satu maka
semakin bagus kualitas pakan yang
diberikan. Konversi pakan dapat
dihitung
dengan
menggunakan
rumus sebagai berikut :
F
Konversi pakan =
(Wt + D) - Wo
dimana :
F
: jumlah
pakan
yang
diberikan
selama
pemeliharaan
Wt : berat akhir ikan rata-rata
Wo : berat awal ikan rata-rata
D
: jumlah ikan yang mati
selama pemeliharaan
Efisiensi Pakan
Sama halnya dengan konversi pakan,
efisiensi pakan merupakan indikator
untuk mengetahui efektivitas pakan
yang diberikan kepada ikan terhadap
pertumbuhan. Untuk menghitung
efisiensi pakan dapat digunakan
rumus menurut NRC (1977) adalah
sebagai berikut :
(Wt + D) - Wo
E (%) =
X 100
dimana :
Wt : bobot ikan pada waktu t
Wo : bobot ikan pada waktu 0
D
: bobot ikan yang mati
selama pengamatan
F
: jumlah
pakan
yang
dikonsumsi
Dari rumus efisiensi pakan juga
dapat dihitung nilai konversi pakan
6.5. MANAJEMEN
PEMBERIAN PAKAN
Dalam
budidaya
ikan
pakan
merupakan salah satu faktor yang
menentukan
dalam
sangat
keberhasilan suatu budidaya ikan
selain kualitas air. Pakan dalam
kegiatan budidaya ikan sangat
dibutuhkan oleh ikan untuk tumbuh
dan berkembang. Pemberian pakan
dalam suatu usaha budidaya sangat
bergantung kepada beberapa faktor
antara lain adalah jenis dan ukuran
ikan, lingkungan dimana ikan itu
hidup dan teknik budidaya yang akan
digunakan. Dalam subbab ini akan
dibahas
tentang
manajemen
pemberian pakan dilihat dari jenis
dan ukuran ikan serta teknik
budidaya. Sedangkan pakan dan
kualitas air akan dibahas pada
subbab selanjutnya.
Pemberian pakan adalah kegiatan
yang rutin dilakukan dalam suatu
usaha budidaya ikan oleh karena itu
dalam manajemen pemberian pakan
harus dipahami tentang beberapa
pengertian dalam kegiatan budidaya
315
316
mempunyai
kekhasan
frekuensi pemberian pakan.
dalam
beberpa
bahan
baku
dan
nutrisinya
tidak
kandungan
selengkap pakan buatan pabrik
sehingga pertumbuhan ikan dari
pakan tambahan ini kurang dari
50%. Biasanya kelompok ikan
yang dipelihara secara semi
intensif adalah kelompok ikan
omnivora misalnya kelompok
carper seperti ikan mas.
3. Budidaya ikan secara intensif
Pada budidaya ikan secara
intensif yang menjadi ciri khasnya
adalah
dalam
melakukan
kegiatan
budidaya
mengandalkan pakan buatan
sebagai sumber makanan utama
ikan yang dibudidayakan. Pakan
yang digunakan adalah pakan
buatan
yang
mempunyai
kandungan gizi yang lengkap.
Karena pakan buatan ini sebagai
sumber energi utama dan materi
bagi kehidupan dan pertumbuhan
ikan. Pakan buatan dalam usaha
budidaya ikan intensif merupakan
komponen terbesar dalam suatu
usaha
budidaya
biasanya
berkisar antara 40 70% dari
total biaya produksi . Oleh karena
itu dalam mengelola pemberian
pakan secara intensif harus
benar-benar dilakukan secara
benar agar efisiensi pakan dan
efektifitas kegiatan budidaya
dapat menguntungkan.
Manajemen pemberian pakan pada
suatu usaha budidaya ikan yang
intensif harus dilakukan . Hal ini
dikarenakan
pada
pengelolaan
pemberian pakan dalam suatu usaha
budidaya ada beberapa elemen kritis
yang harus diperhatikan antara lain
adalah jumlah pakan perhari yang
318
tidak
dalam
jumlah
yang
dibatasai maka larva atau benih
ikan ini dapat makan kapanpun
juga sesuai dengan keinginan
ikan. Tetapi pemberian pakan
secara berlebihan pada fase
setelah larva atau nebih akan
membawa
dampak
yang
merugikan bagi sistem perairan
dalam suatu usaha budidaya.
Dimana
pakan
ikan
yang
berlebihan akan berpengaruh
langsung terhadap organisme
akuatik (ikan) yang hidup dalam
wadah budidaya dan kondisi
lingkungan budidaya tersebut.
Pakan ikan yang berlebihan tidak
akan dimakan oleh ikan dan akan
terjadi penumpukan pakan pada
wadah
budidaya
di
dasar
perairan. Penumpukan pakan
ikan didasar budidaya akan
tercampur dengan hasil buangan
ikan seperti feses, urine yang
nantinya akan menghasilkan
bahan-bahan
toksik
seperti
amoniak, H2S dan sebagainya
yang dihasilkan dari perombakan
bahan-bahan
organiktersebut.
Kandungan toksik yang tinggi
dalam wadah budidaya akan
menyebabkan aktivitas ikan dan
terganggu. Oleh karena itu
manajemen pemberian pakan
pada ikan harus dilakukan
dengan
benar
disesuaikan
dengan melihat jenis dan umur
ikan, lingkungan perairan serta
teknik budidaya yang digunakan.
Pemberian pakan secara ad
libitum dengan menggunakan
pakan buatan akan memberikan
dampak
negatif
karena
mengakibatkan
meningkatnya
biaya produksi.
Tabel 6.3. Skedul pemberian pakan dalam usaha budidaya ikan mas
Stadia
ikan
Umur
ikan
Ukuran
ikan
Bobot ikan
Dosis
pakan
Feeding
frekuensi
Adlibitum
Adlibitum
0,1-0,5 g
Kuning
telur
Pakan
alami &
Emulsi
Emulsi
1 g/1000
2 g/1000
6 - 8 kali
6 8 kali
3-5cm
0,5-2,5 g
Emulsi
3 g/1000
6 -8 kali
3 bl
8-12 cm
100 g
6 bl
> 12 cm
0,5 kg
Remah
Pellet
Pellet
4% biomas
3% biomas
3% biomas
Larva
1-4 hr
0,5-0,6 mm
0,18-20 mg
Kebul
5 hr
1 cm
15-20 mg
Burayak
5-10 hr
1-3 cm
Putihan
10-15 hr
Benih
Induk
320
Jenis
pakan
5 kali
4 kali
3 kali
yang
dipelihara
mempunyai
pertumbuhan yang sudah lebih
lambat sehingga jumlah pakan yang
diberikan berkurang menjadi 3% dari
biomas dengan frekuensi pemberian
pakan sebanyak 3 kali sehari. Pada
stadia
ini
ikan
sudah
akan
mengalami pertumbuhan gonadik
sehingga pakan yang diberikan
harus memiliki kandungan gizi yang
lengkap untuk mempercepat tingkat
kematangan
gonad.
Dengan
demikian
jumlah
pakan
yang
diberikan
selama
pemeliharaan
dibatasi
sehingga
pertumbuhan
mencapai optimal.
Selain
itu
dalam
melakukan
pengelolaan pemberian pakan pada
udang yang telah dilakukukan oleh
Akiyama dalam Goddart (1996)
merupakan salah satu komoditas
organisma air yang mempunyai
kebiasaan makan pada malam hari
dapat dilihat pada Tabel 6.4.
Starter
Grower
Finisher
Feeding Time
Berat udang
<3g
3-15 g
> 15 g
06.00
10.00
14.00
18.00
22.00
30%
20%
20%
15%
15%
35%
15%
15%
30%
30%
35%
20%
20%
Tabel 6.5. Jumlah pakan harian pada udang dengan kelangsungan hidup 80%
Berat udang (gram)
< 10 hari
10 20 hari
20 30 hari
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Biomas
(kg)
240
320
400
480
560
640
720
800
880
960
1040
1120
1200
1280
1360
1440
1520
1600
1680
1760
1840
1920
2000
2080
2160
2240
2320
2400
2480
2560
2640
2720
2800
322
Feed Rate
(%)
5,7
5,4
5,1
4,8
4,6
4,4
4,21
4,0
3,9
3,7
3,6
3,5
3,3
3,2
3,1
2,9
2,8
2,7
2,6
2,6
2,5
2,4
2,3
2,3
2,2
2,2
2,1
2,1
2,1
2,1
2,1
2,1
2,0
Jumlah pakan
harian (kg)
4
8
12
14
17
20
23
26
28
30
32
34
36
37
39
40
41
42
42
43
43
44
45
46
46
46
48
48
49
49
50
52
54
55
56
57
pemberian pakan
dilakukan yaitu :
dapat
yang
Gambar 6.18.
Metode pemberian pakan
dengan demand feeder
3. Pemberian pakan di Hatchery
Gambar 6.17.
Metode pemberian pakan
dengan tangan
2. Pemberian
mekanik
pakan
secara
324
6.6
PAKAN DAN
KUALITAS AIR
Rainbow trout
Atlantic salmon
Common carp
Channel catfish
European eel
Japanese eel
African catfish
Tilapia
Giant tiger shrimp
Giant freshwater prawn
Dari tabel diatas diketahui bahwa setiap jenis ikan mempunyai kebutuhan
terhadap suhu yang berbeda, dimana pada setiap jenis ikan mempunyai
kebutuhan suhu optimum yang berbeda. Pada suhu lingkungan yang optimal
326
328
BAB VII.
tahapan stadia
perkembangbiakkannya, daur hidup
dan habitat, kecepatan dan tingkat
pertumbuhan, kebiasaan dan cara
makan atau unsur hara yang
dibutuhkan untuk hidup dan
pertumbuhan serta nilai gizi pakan
alami.
Pakan alami sangat cocok untuk
benih ikan/udang dan ikan hias
karena pakan alami sangat mudah
dicerna didalam tubuh benih
ikan/udang dan ikan hias. Selain itu
nilai gizi pakan alami sangat lengkap
dan sesuai dengan tubuh ikan, tidak
menyebabkan penurunan kualitas air
pada wadah budidaya ikan,
meningkatkan daya tahan tubuh
benih ikan terhadap penyakit dan
perubahan kualitas air, mudah
ditangkap karena pergerakan pakan
alami tidak begitu aktif dan
berukuran kecil sesuai dengan
bukaan mulut larva.
Pakan alami yang dapat
dibudidayakan dan banyak terdapat
dialam dapat dikelompokkan menjadi
tiga yaitu phytoplankton, zooplankton
dan benthos. Phytoplankton adalah
organisme air yang melayang-layang
mengikuti pergerakan air dan berupa
jasad nabati. Dalam siklus hidupnya
phytoplankton melakukan proses
fotosintesa dan berukuran kecil yaitu
terdiri dari satu sel atau beberapa sel.
Bentuk phytoplankton antara lain:
oval, bulat dan seperti benang.
Phytoplankton yang hidup di dalam
perairan ini akan memberikan warna
yang khas pada perairan tersebut
330
(Kelas
(Kelas
(Kelas
(Kelas
(Kelas
x
x
x
x
Berwarna
hijau
rumput
karena mengandung khlorofil
Mempunyai
empat
bulu
cambuk.
Reproduksi sel terjadi secara
vegetatif
aseksual
dan
seksual
Berwarna
coklat
karena
mengandung silikat
Berbentuk seperti cawan petri
Reproduksi
secara
pembelahan sel
Bersel tunggal, misalnya
Chaetoceros calcitran dan
Skeletonema costatum
Berwarna
hijau
kebiruan
karena mengandung klorofil
dan pigmen kebiru-biruan
yaitu phycocyanin
Berbentuk
benang
yang
melingkar
seperti
spiral,
misalnya Spirulina.
331
332
333
Berwarna putih
Tubuhnya berbentuk seperti
piala
dan
mempunyai
panjang 60 80 mikron
Terlihat
koronanya
dan
terdapat bulu getar yang
bergerak aktif
Perkembangbiakannya
dilakukan dengan dua cara
yaitu
secara
parthenogenesis dan seksual
y
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 7.6.
334
Berwarna
merah
karena
mengandung haemoglobin
Bergerak aktif
Bentuk tubuh membulat untuk
moina dan lonjong untuk
daphnia
Perkembangbiakannya
secara
sexual
dan
parthenogenesis
Bersel tunggal
Berwarna putih
336
7.2. BUDIDAYA
PHYTOPLANKTON
Agar dapat membudidayakan
phytoplankton harus dilakukan
beberapa kegiatan yaitu :
1. Persiapan wadah dan peralatan
budidaya
2. Penyiapan media budidaya
3. Pemilihan bibit dan
menginokulasi bibit
4. Pemeliharaan pakan alami
5. Pemanenan
7.2.1. Wadah dan peralatan
budidaya phytoplankton
337
338
340
Bahan kimia
EDTA
NaH2PO4.2H2O
FeCl3.6H2O
H3BO3
MnCl2.4H2O
NaNO3
Na2SiO3.9H2O
Trace Metal Solution
Vitamin
Aquades sampai
Pupuk
Conwy/wayne
45 gram
20 gram
1,3 gram
33,6 gram
0,36 gram
100 gram
1 ml
1 ml
1000 ml
Pupuk Guillard
10 gram
10 gram
2,9 gram
3,6 gram
100 gram
5 gram/30 ml
1 ml
1 ml
1000 ml
342
Bahan kimia
ZnCL2
CuSO4. 5 H2O
ZnSO4. 7 H2O
CoCl2. 6 H2O
(NH4)6. Mo7O24. 4 H2O
Aquabides sampai
Pupuk
Conwy/Wayne
2,1 gram
2,0 gram
2,0 gram
0,9 gram
100 ml
Pupuk Guillard
1,96 gram
4,40 gram
2,00 gram
1,26 gram
100 ml
Tabel 7.3. Komposisi pupuk pada phytoplankton air tawar (Chlorella sp)
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Bahan kimia
MgSO4
KH2PO4
NaNO3
FeCl3
Ca(NO3)2
KCl
CaCl2.2H2O
MgSO4,7H2O
K2HPO4
NaCl
Media
Benneck
100 mg/l
200 mg/l
500 mg/l
Sedikit
--
Media Demer
550 mg/l
250 mg/l
1000 mg/l
250 mg/l
-
Media Bristole
7 g/400ml
10g/400 ml
1 g/400ml
3 g/400ml
3 g/400ml
1 g/400ml
344
Metode subkultur
Metode subkultur adalah suatu
metode
mengisolasi
mikroalga
dimana metode ini dapat digunakan
jika mikroalga yang kita inginkan
bukan mikroalga yang dominan.
Peralatan yang digunakan dalam
mengisolasi phytoplankton dengan
metode ini adalah mikroskop, pipet,
autoclave, oven, Haemocytometer,
gelas ukur, gelas piala dan tabung
rekasi. Bahan-bahan yang digunakan
adalah medium Bristole, air tanah,
akuades, vitamin B12, vitamin B6,
vitamin B1 dan sampel air kolam.
Adapun prosedur yang digunakan
dalam metode subkultur ada dua
tahapan yaitu pertama melakukan
sterilisasi peralatan dan bahan yang
akan digunakan , kedua adalah
melakukan isolasi.
Sterilisasi dilakukan pada semua alat
dan bahan yang akan digunakan
dalam
kultur
mikroalga/
phytoplankton. Untuk peralatan gelas
seperti pipet, gelas ukur, gelas piala
dan tabung reaksi dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
1. Mencuci
semua
peralatan
tersebut dengan menggunakan
sabun yang tidak mengandung
deterjen kemudian dibilas sampai
bersih.
4. Ambil masing-masing 1 ml
sampel air kolam yang sudah
diencerkan tadi lalu masukkan
masing-masing kedalam tabung
reaksi yang sudah berisi 9 ml
media Bristol dan media air tanah.
5. Letakkan tabung reaksi dalam
rak kemudian di tempatkan
dibawah lampu dan amati
pertumbuhan dan jenis mikroalga
yang tumbuh pada masingmasing media.
346
Bahan kimia
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
NaNO3/KNO3
Na2EDTA
FeCl3
MnCl2
H3BO3
Na2HPO4
Na2SiO3
Trace metal Solution
Vitamin
Aquabides
Urea
ZA
Pupuk
Conwy
Pupuk
Guillard
Pupuk
TMRL
Pupuk
BBL SM
100 gr
5 gr
1,3 gr
0,36 gr
33,6 gr
20 gr
1 ml
1 ml
1000 ml
-
84,2 gr
10 gr
2,9 gr
0,36 gr
10 gr
50 gr
1 ml
1 ml
1000 ml
-
100 gr
3 gr
10 gr
1 gr
1000 ml
-
50 gr
5 gr
1 gr
10 gr
15 ml
0,5 ml
1 ml
1000 ml
40 gr
30 gr
phytoplankton
Teknik
kultur
selanjutnya adalah teknik kultur skala
massal, dengan menggunakan bibit
dari hasil kultur skala semi massal.
Volume media kultur semi massal
100 liter sampai 0,3 meterkubik.
1.
2.
3.
4.
5.
Bahan kimia
Urea
ZA
TSP
Molase/orgami
Silikat Teknis
Pupuk
Yashima
(ppm)
10
100
10
-
348
Pupuk
diatom
(ppm)
30
40
20
10
5-20
Pupuk
Phyto
A
(ppm)
Pupuk
Phyto
B
(ppm)
Pupuk
Phyto
C
(ppm)
30
30
10-15
10
-
50
20
10-15
10
-
50
50
15-20
15
-
inokulasi.
Identifikasi
jenis-jenis
pakan alami air laut telah dipelajari
pada bab sebelumnya . Oleh karena
itu dalam bahasan selanjutnya
diharapkan sudah dikuasai dan
dipahami tentang jenis-jenis pakan
alami yang akan dibudidayakan. Ada
beberapa jenis phytoplakton yang
merupakan pakan alami bagi ikan
hias maupun ikan konsumsi.
Langkah selanjutnya setelah dapat
mengidentifikasi jenis-jenis pakan
alami yang akan ditebar kedalam
media kultur adalah melakukan
pemilihan terhadap bibit pakan alami.
Pemilihan bibit pakan alami yang
akan ditebar kedalam media kultur
harus dilakukan dengan tepat. Bibit
yang akan ditebar kedalam media
kultur harus yang sudah dewasa.
Perkembangbiakan pakan alami di
dalam media kultur dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu secara sexual
dan asexual. Perkembangbiakan
secara asexual (tidak kawin) yang
disebut dengan Parthenogenesis
terjadi dalam keadaan normal.
Pakan alami mempunyai umur hidup
yang relatif singkat, untuk kelompok
phytoplankton hanya dibutuhkan
waktu beberapa hari saja sudah
mencapai puncak populasi dan akan
mati. Setelah dilakukan seleksi bibit
pakan
alami
dari
kelompok
phytoplankton dilakukan penebaran
bibit pakan alami sesuai dengan
jenis dan volume media kultur yang
telah ditentukan. Kultur pakan alami
phytoplankton
biasanya
untuk
kebutuhan produksi menggunakan
teknik kultur massal dan bibit yang
ditebarkan pada teknik kultur massal
ini berasal dari teknik kultur semi
massal, sedangkan bibit yang
349
350
352
K2HPO4 = 10 mg/l
- Agrimin = 1 mg/l
- Besi klorida FeCl3 = 2
mg/l
- EDTA (Ethyelene Dinitro
Tetraacetic Acid) = 2 mg/l
- Vitamin B1 = 0,005 mg/l
- Vitamin B12 = 0,005 mg/l
3. Dalam wadah 200 liter dan 1 ton
x Wadah 200 liter dapat
menggunakan akuarium, dan
untuk 1 ton menggunakan
bak dari kayu, bak semen,
atau bak fiberglass
x Persiapan lain sama
x Medium dipupuk dengan jenis
dan takaran sebagai berikut :
- Urea-46 = 100 mg/liter
- Pupuk 16-20-0 = 5
mg/liter
- Kalium hidrofosfatK2HPO4 = 5 mg/liter atau
Kalium dihidrofosfatK2H2PO4 = 5 mg/liter
- Agrimin = 1 mg/liter
- Besi klorida-FeCl3 = 2
mg/liter
x Untuk wadah 1 ton dapat
hanya menggunakan urea 60
-100 mg/liter dan TSP 20 - 50
mg/liter
Pemeliharaan
1. Dalam wadah 1liter :
x Bibit ditebar dalam medium
yang telah diberi pupuk
sebanyak 100.000 sel/ml.
Airnya
diudarai
terusmenerus
dan
wadah
diletakkan dalam ruang berAC, dan di bawah sinar
lampu neon
x Setelah
4-5
hari
telah
berkembang
dengan
kepadatan 4 - 5 juta sel/ml.
Hasilnya digunakan sebagai
bibit
pada
penumbuhan
berikutnya
2. Dalam wadah 1 galon (3 liter) :
x Bibit dari penumbuhan dalam
wadah 1 liter, ditebar dalam
medium yang telah diberi
pupuk, untuk setiap galon
membutuhkan bibit 100 ml,
hingga kepadatan mencapai
100.000 sel/ml
x Wadah ditaruh di dalam
ruangan ber-AC, di bawah
lampu neon, dan airnya
diudarai terus-menerus
x Setelah
4-5
hari
telah
berkembang
dengan
kepadatan 4-5 juta sel/ml.
Hasilnya digunakan sebagai
bibit
pada
penumbuhan
berikutnya
3. Dalam wadah 200 liter dan 1 ton
x Wadah
200
liter
membutuhkan 3 galon bibit,
sedangkan wadah 1 ton 100
liter
x Dalam
waktu
4-5
hari
mencapai
puncak
perkembangan
dengan
kepadatan 2-4 juta sel/ml
Pemanenan
Cara
pemanenan
langsung
diumpankan
dan
diambil
dari
budidaya masal 1 ton.
Kultur Skeletonema costatum dalam
gelas erlemeyer 1 liter
1. Gelas erlemeyer, selang dan
batu aerasi dibersihkan dengan
cara dicuci bersih dengan
deterjent
kemudian
dibilas
dengan Chlorin 150 ppm (150 ml
chlorine dalam 1000 liter air)
2. Siapkan larutan pupuk A,B,C dan
D. Larutan pupuk A adalah
campuran antara 20,2 g KNO3
dengan 100 cc aquadest. Larutan
pupuk B adalah campuran antara
2,0 g Na2HPO4 dengan 100 cc
aqudest. Larutan pupuk C adalah
campuran antara 1,0 g Na2SiO3
dengan 100 cc aqudest. Larutan
D adalah 1,0 g FeCl3 dengan 20
cc aquadest.
3. Perbandingan antara air laut
dengan pupuk adalah 1 liter air
laut diberi larutan A, B, dan C
masing-masing 1 cc dan 4 tetes
larutan D.
4. Masukkan air laut yang telah
disterilisasi dan dicampur dengan
pupuk kedalam wadah sebanyak
300 500 cc dan ukur kadar
garamnya,
kadar
garam
(salinitas) yang baik untuk kultur
353
V1 =
N1
dimana :
V1 : Volume
Skeletonema
costatum yang diperlukan
untuk penebaran
V2 : Volume kultur Skeletonema
costatum yang dibuat dalam
gelas erlemeyer
N1 : Jumlah
Skeletonema
costatum per cc yang akan
ditebar
Skeletonema
N2 : Jumlah
costatum
per
cc
yang
dikehendaki
dalam
penebaran ( dalam hal ini
misalnya ditentukan
yaitu
70.000 sel per cc)
Makin tinggi jumlah N2 makin
cepat
kultur
ini
mencapai
kepadatan maksimal , oleh
karena itu dalam menentukan
harus
perlu
besarnya
N2
dipertimbangkan
pemenfaatannya.
Dengan
kepadatan awal 70.000 sel
diharapkan dalam waktu 3 4
hari sudah mencapai puncaknya
dan siap dipanen.
6. Aerasi
dipasangkan kedalam
wadah budidaya yang bertujuan
untuk meningkatkan kandungan
Oksigen yang diperlukan dalam
354
proses
metabolisme
dan
mencegah
pengendapan
plankton.
7. Botol kultur diletakkan dibawah
cahaya lampu neon (TL) sebagai
sumber energi untuk fotosintesa.
8. Dalam waktu 3 4 hari
perkembangan diatom mencapai
puncaknya yaitu 6 7 juta sel per
cc dan siap untuk dipanen dan
dapat digunakan sebagai bibit
pada budidaya skala semi
massal
7.3. BUDIDAYA
ZOOPLANKTON
7.3.1. Budidaya Daphnia
Wadah dan peralatan Budidaya
Daphnia
Peralatan dan wadah yang dapat
digunakan dalam mengkultur pakan
alami daphnia ada beberapa macam.
Jenis-jenis wadah yang dapat
digunakan antara lain adalah bak
semen, tanki plastik, bak beton, bak
fiber dan kolam tanah. Sedangkan
peralatan yang dibutuhkan untuk
melakukan budidaya Daphnia antara
lain adalah aerator/blower, selang
aerasi, batu aerasi, selang air,
timbangan, kantong plastik, tali rafia,
saringan halus/seser, ember,gayung,
gelas ukur kaca.
Pemilihan
wadah
yang
akan
digunakan dalam membudidayakan
daphnia sangat bergantung kepada
tujuannya. Wadah yang terbuat dari
bak semen, bak beton, bak fiber dan
tanki plastik biasanya digunakan
untuk membudidayakan daphnia
secara
selektif
yaitu
membudidayakan
pakan
alami
ditempat terpisah dari ikan yang
akan mengkonsumsi pakan alami.
Sedangkan wadah budidaya kolam
tanah biasanya dilakukan untuk
membudidayakan
pakan
alami
nonselektif yaitu membudidayakan
pakan alami secara bersama-sama
dengan
ikan
yang
akan
mengkomsumsi pakan alami tersebut.
Oleh karena itu ukuran dari wadah
yang
akan
digunakan
sangat
menentukan kapasitas produksi dari
pakan alami daphnia.
356
Campuran
ini
telah
tersebut.
mengalami pembusukan sehingga
sudah tidak berbentuk seperti
semula. Pupuk kandang yang akan
dipergunakan sebagai pupuk dalam
media kultur pakan alami adalah
pupuk kandang yang telah kering.
Mengapa pupuk kandang yang
digunakan harus yang kering ?
Pupuk kandang yang telah kering
sudah
mengalami
proses
pembusukan
secara
sempurna
sehingga secara fisik seperti warna,
rupa, tekstur, bau dan kadar airnya
tidak seperti bahan aslinya.
Pupuk kandang ini jenisnya ada
beberapa macam antara lain adalah
pupuk yang berasal dari kotoran
hewan sapi, kerbau, kelinci, ayam
dan kuda. Dari berbagai jenis
kotoran hewan tersebut yang biasa
digunakan adalah kotoran ayam.
Kotoran ayam yang telah kering ini
digunakan dengan dosis yang telah
ditentukan.
Jenis pupuk anorganik juga bisa
digunakan sebagai sumber unsur
hara pada media kultur daphnia jika
pupuk kandang tidak terdapat
dilokasi tersebut. Jenis pupuk
anorganik yang biasa digunakan
adalah pupuk yang mengandung
unsur Nitrogen, Phosphat dan
Kalium. Pupuk anorganik yang
banyak mengandung unsur nitrogen
dan banyak dijual dipasaran adalah
urea, Zwavelzure Ammoniak (ZA),
sedangkan unsur phosphat adalah
Triple Superphosphat (TSP). Untuk
lebih mudahnya saat ini juga sudah
dijual
pupuk
majemuk
yang
mengandung
unsur
Nitrogen,
Phosphate dan Kalium (NPK).
358
1,52%.
Oleh
karena
dalam
menghitung jumlah pupuk anorganik
yang dibutuhkan dalam media kultur
pakan alami dilakukan perhitungan
matematis. Misalnya kebutuhan urea
adalah V1N1 = V2N2, 2X1,5=VX46,
maka kebutuhan urea adalah 3 : 46
= 0,065 kg.
Pupuk yang telah ditentukan akan
digunakan sebagai sumber unsur
hara dalam media kultur pakan alami
selanjutnya dihitung dan ditimbang
sesuai
dengan
dosis
yang
dibutuhkan. Penimbangan dilakukan
setelah wadah budidaya disiapkan.
Kemudian
pupuk
tersebut
dimasukkan kedalam kantong plastik
atau karung plastik diikat dan di
lubangi dengan menggunakan paku
atau gunting agar pupuk tersebut
dapat mudah larut didalam media
kultur pakan alami Daphnia. Pupuk
tersebut akan berproses didalam
media
dan
akan
tumbuh
mikroorganisme sebagai makanan
utama dari Daphnia. Waktu yang
dibutuhkan oleh proses dekomposisi
pupuk didalam media kultur pakan
alami Daphnia ini berkisar antara 7
14 hari. Setelah itu baru bisa
dilakukan penebaran bibit Daphnia
kedalam media kultur.
Selama dalam pemeliharaan harus
terus dilakukan pemupukan susulan
seminggu sekali dengan dosis
setengah dari pemupukan awal.
Pakan alami Daphnia mempunyai
siklus hidup yang relatif singkat yaitu
28 33 hari. Oleh karena itu agar
pembudidayaannya
bisa
berlangsung terus harus selalu
diberikan
pemupukan
susulan.
Dalam memberikan pemupukan
susulan ini caranya hampir sama
kantong/karung
7. Masukkanlah
plastik kedalam wadah budidaya
dan letakkan kedalam media
kultur
sampai
posisi
karung/kantong plastik tersebut
terendam didalamnya.
8. Ikatlah dengan menggunakan tali
rafia agar posisinya aman tidak
terlepas.
9. Biarkan selama 7 -14 hari agar
media kultur tersebut siap untuk
ditebari bibit Daphnia.
360
A
B
C
D
E
F
G
I
J
K
L
M
: Otak
: Ruang pengeraman
: Caecum Pencernaan
: Mata
: Fornix
: Antena Pertama
: Usus
: Jantung
: Ocellus
: Ovarium
: Paruh
: Kelenjar Kulit
362
Cara
yang
dilakukan
dalam
melakukan inokulasi adalah dengan
menebarkannya secara hati-hati
kedalam media kultur sesuai dengan
padat tebar yang telah ditentukan.
Penebaran
bibit
Daphnia
ini
sebaiknya dilakukan pada saat suhu
perairan tidak terlalu tinggi yaitu
pada pagi dan sore hari.
Langkah
kerja
dalam
menginokulasi/menanam bibit pakan
alami Daphnia adalah sebagai
berikut :
1. Siapkan alat dan bahan yang
akan
digunakan
sebelum
melakukan inokulasi/penanaman
bibit pakan alami Daphnia!
2. Siapkan
mikroskop
dan
peralatannya
untuk
mengidentifikasi jenis Daphnia
yang akan dibudidayakan!
3. Ambillah seekor Daphnia dengan
menggunakan pipet dan letakkan
di atas objec glass, dan teteskan
formalin agar individu tersebut
tidak bergerak !
4. Letakkan objec glass dibawah
mikroskop dan amati morfologi
Daphnia serta cocokkan dengan
gambar 1.
5. Lakukan pengamatan terhadap
individu Daphnia beberapa kali
ulangan
agar
dapat
membedakan tahapan stadia
pada Daphnia yang sedang
diamati dibawah mikroskop !
6. Hitunglah panjang tubuh individu
daphnia
dewasa
beberapa
ulangan dan perhatikan ukuran
tersebut dengan kasat mata!
7. Lakukanlah pemilihan bibit yang
akan ditebarkan kedalam media
kultur dan letakkan dalam wadah
yang terpisah!
pembudidayaannya
bisa
berlangsung terus menerus harus
selalu diberikan pemupukan susulan.
Dalam memberikan pemupukan
susulan ini caranya hampir sama
dengan pemupukan awal dan ada
juga yang memberikan pemupukan
susulannya dalam bentuk larutan
pupuk yang dicairkan.
Fungsi utama pemupukan susulan
adalah untuk menumbuhkan pakan
yang dibutuhkan oleh Daphnia agar
tumbuh
dan
berkembang.
Berdasarkan kebutuhan pakan bagi
Daphnia tersebut ada dua metode
yang
biasa
dilakukan
oleh
pembudidaya yaitu Detrital system
dan Autotrophic system. Detrital
System adalah penggunaan pupuk
kandang kering yang dimasukkan
dalam
media
kultur
Daphnia
sebanyak 450 gram dalam 1000 liter
air dan dilakukan pemupukan
susulan dengan dosis 50 100%
dari pemupukan pertama yang
diberikan seminggu sekali. Selain itu
untuk
mempercepat
tumbuhnya
bakteri, fungi, detritus dan beragam
phytoplankton ditambahkan dedak
dan ragi dosis yang digunakan
adalah 450 gram kotoran ayam
kering ditambah 112 gram dedak dan
22 gram ragi kedalam 1000 liter
media kultur.
Autotrophic system adalah sistem
dalam budidaya Daphnia dimana
pakan yang dibutuhkan untuk
tumbuh
dan
berkembangnya
Daphnia tersebut dikultur secara
terpisah
dengan
media
kultur
Daphnia.
Phytoplakton
yang
dibutuhkan dibudidayakan sendiri
dan didalam media kultur Daphnia
tersebut ditambahkan campuran
363
Konsentrasi
(g/l)
5
100
3
250
100
50
50
20
30
90
susulan
Frekuensi
pemupukan
ditentukan dengan melihat sampel
air didalam media kultur , parameter
yang mudah dilihat adalah jika
transparansi kurang dari 0,3 m
didalam media kultur. Hal ini dapat
dilihat dari warna air media yang
364
Pemantauan Pertumbuhan
Daphnia
Mengapa pertumbuhan populasi
pakan
alami
Daphnia
harus
dipantau? Kapan waktu yang tepat
dilakukan
pemantauan
populasi
pakan
alami
Daphnia
yang
dibudidayakan didalam media kultur?
Bagaimana
kita
menghitung
Pemanenan Daphnia
Pakan
alami
yang
telah
dibudidayakan di media kultur
bertujuan untuk diberikan kepada
larva/benih
yang
dipelihara.
Kebutuhan larva/benih ikan akan
pakan
alami
Daphnia
selama
pemeliharaan adalah setiap hari.
Oleh karena itu waktu pemanenan
pakan alami itu sangat bergantung
kepada kebutuhan larva/benih akan
pakan alami Daphnia. Pemanenan
pakan alami Daphnia ini dapat
dilakukan setiap hari atau seminggu
sekali atau dua minggu sekali. Hal
tersebut
bergantung
kepada
kebutuhan suatu usaha terhadap
ketersediaan pakan alami Daphnia.
366
x
x
x
x
367
Gambar 7.21.
Kemasan cyst Artemia
Menurut Balai Besar Pengembangan
Budidaya Air Payau Jepara (2003)
sudah dapat memproduksi Artemia
ini secara massal pada tambak
bersamaan dengan produksi garam.
Dalam satu musim kering diproduksi
sedikitnya 6 bulan dan menghasilkan
kista basah sebanyak 40 kg dari luas
tambak 1.500 m2 dan garam 56 ton.
Budidaya artemia dapat dilakukan
dengan beberapa kegiatan yaitu
mulai
dari
persiapan
tambak,
penebaran
benih,
penumbuhan
makanan
alami,
pemeliharaan,
368
4.
5.
6.
7.
8.
370
dan
wadah
disiapkan
untuk
digunakan dalam budidaya Artemia.
Wadah yang akan digunakan
dibersihkan dengan menggunakan
sikat dan diberikan desinfektan untuk
menghindari terjadinya kontaminasi
dengan mikroorganisme yang lain.
Wadah yang telah dibersihkan
selanjutnya dapat diari dengan air
bersih.
Wadah budidaya yang telah diairi
dapat digunakan untuk memelihara
Artemia. Air yang dimasukkan
kedalam wadah budidaya harus
bebas dari kontaminan seperti
pestisida, deterjen dan chlor. Air
yang digunakan sebaiknya diberi
oksigen
dengan
menggunakan
aerator dan batu aerasi yang
disambungkan dengan selang aerasi.
Aerasi ini dapat digunakan pula
untuk
menetralkan
chlor
atau
menghilangkan
Carbondioksida
didalam air.
Tabel 7.7. Komposisi bahan kimia untuk membuat air laut kadar garam 5
permill
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
372
Jenis bahan
Garam dapur (NaCl)
Magnesium Sulfat (MgSO4)
Magnesium Chlorida (MgCl2)
Kalsium Chlorida (CaCl2)
Kalium Chlorida (KCl)
Natrium Hidrokarbonat (NaHCO3)
Air tawar
Jumlah
50 gram
13 gram
10 gram
3 gram
2 gram
20 gram
10 liter
Tabel 7.8. Komposisi bahan kimia untuk membuat air laut kadar garam 30
permill
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Jenis bahan
Garam dapur (NaCl)
Magnesium Sulfat (MgSO4)
Kalium Iodida (KI)
Kalsium Chlorida (CaCl2)
Kalium Chlorida (KCl)
Natrium Bromida (NaBr)
Kalium Bifosfat (KH2PO4)
Air tawar
Jumlah
280 gram
70 gram
0,05 gram
15 gram
7 gram
1 gram
0,5 gram
10 liter
Inokulasi Artemia
Ada beberapa langkah yang harus
dilakukan
sebelum
melakukan
inokulasi bibit pakan alami kedalam
media
kultur
yaitu
pertama
melakukan identifikasi jenis bibit
pakan
alami
Artemia,
kedua
melakukan seleksi terhadap bibit
pakan
alami
Artemia,
ketiga
melakukan inokulasi bibit pakan
alami sesuai dengan prosedur.
Identifikasi Artemia perlu dilakukan
agar tidak terjadi kesalahan dalam
373
Artemia
melakukan
inokulasi.
merupakan
salah
satu
jenis
zooplankton yang hidup diperairan
laut yang bersalinitas antara 42
sampai
dengan
316
permil.
Berdasarkan klasifikasinya Artemia
sp dapat dimasukkan kedalam :
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Crustacea
Ordo
: Anastraca
Famili
: Artemidae
Genus
: Artemia
Spesies : Artemia salina
Cara
yang
dilakukan
dalam
melakukan inokulasi adalah dengan
menebarkannya secara hati-hati
kedalam media kultur sesuai dengan
padat tebar yang telah ditentukan.
Penebaran
bibit
Artemia
ini
sebaiknya dilakukan pada saat suhu
perairan tidak terlalu tinggi yaitu
pada pagi dan sore hari.
374
Persentase penetasan N
(Hatching Persentase) = ---- X 100%
C
Dimana :
N : jumlah
nauplius
yang
menetas
C : jumlah cyst yang ditebar
Artemia salina merupakan salah satu
zooplankton sebagai sumber pakan
alami yang sangat cocok bagi larva
ikan konsumsi maupun ikan hias.
376
378
melainkan
akan
mati
secara
perlahan-lahan karena kekurangan
energi. Pada beberapa usaha
pembenihan
biasanya
hanya
dilakukan penetasan cyst artemia
tanpa
melakukan
pemeliharaan
terhadap cyst yang telah ditetaskan.
Setelah cyst artemia menetas 24-48
jam setelah ditetaskan maka akan
dilakukan pemanenan cyst artemia
dengan cara sebagai berikut :
1. Lepaskan aerasi yang ada
didalam wadah penetasan.
2. Lakukan
penutupan
wadah
penetasan pada bagian atas
dengan menggunakan plastik
hitam agar artemia yang menetas
akan berkumpul pada bagian
bawah
wadah
penetasan.
Artemia
mempunyai
sifat
fototaksis positif yang akan
bergerak menuju sumber cahaya.
3. Diamkan beberapa lama (kurang
lebih 15-30 menit) sampai
seluruh cyst yang telah menetas
berkumpul didasar wadah.
4. Lakukan penyedotan dengan
selang untuk mengambil artemia
yang
telah
menetas
dan
ditampung dengan kain saringan
yang diletakkan didalam wadah
penampungan.
5. Bersihkan artemia yang telah
dipanen dengan menggunakan
air tawar yang bersih dan siap
untuk
diberikan
kepada
larva/benih ikan konsumsi/ikan
hias.
379
380
382
untuk
383
Tabel 7.9. Ukuran badan dan nilai kalori rotifer (Brachionus sp)
Rotifer
Panjang
lorika
(m)
Betina
Jantan
Telur
Telur Kista
273 13
113 3
128 1
98 4
Lebar
lorika
(m)
Volume
(ml)
Bobot
(g)
Nilai kalori
(10 -7 kkal)
170
92
105
77
1,77
0,29
0,90
0,30
0,195
0,031
0,096
0,033
10,89
1,75
5,50
1,85
384
385
dilakukan
dalam
Cara
yang
melakukan inokulasi adalah dengan
menebarkannya secara hati-hati
kedalam media kultur sesuai dengan
padat tebar yang telah ditentukan.
Penebaran
bibit
Rotifera
ini
sebaiknya dilakukan pada saat suhu
perairan tidak terlalu tinggi yaitu
pada pagi dan sore hari.
Langkah kerja dalam menebar bibit
pakan alami rotifera adalah sebagai
berikut :
1. Siapkan alat dan bahan yang
akan
digunakan
sebelum
melakukan inokulasi/penanaman
bibit pakan alami Rotifera!
2. Siapkan
mikroskop
dan
peralatannya
untuk
mengidentifikasi jenis Rotifera
yang akan dibudidayakan!
3. Ambillah seekor Rotifera dengan
menggunakan
pipet
dan
letakkan diatas objec glass, dan
teteskan formalin agar individu
tersebut tidak bergerak !
4. Letakkan objec glass dibawah
mikroskop dan amati morfologi
Rotifera serta cocokkan dengan
gambar 6.
5. Lakukan pengamatan terhadap
individu Rotifera beberapa kali
ulangan
agar
dapat
membedakan tahapan stadia
pada Rotifera yang sedang
diamati dibawah mikroskop !
6. Hitunglah panjang tubuh individu
Rotifera
dewasa
beberapa
ulangan dan perhatikan ukuran
tersebut dengan kasat mata!
7. Lakukanlah pemilihan bibit yang
akan ditebarkan kedalam media
kultur d an letakkan dalam
wadah yang terpisah!
8. Tentukan padat penebaran yang
akan digunakan dalam budidaya
386
388
Selang
air
digunakan
untuk
memasukkan air bersih dari tempat
penampungan air kedalam wadah
budidaya. Peralatan ini digunakan
juga untuk mengeluarkan kotoran
dan air pada saat dilakukan
pemeliharaan.
Dengan
menggunakan selang air akan
memudahkan dalam melakukan
penyiapan
wadah
sebelum
digunakan untuk budidaya.
Setelah berbagai macam peralatan
dan wadah yang digunakan dalam
membudidayakan
pakan
alami
Tubifex diidentifikasi dan dijelaskan
fungsi dan cara kerjanya , langkah
selanjutnya
adalah
melakukan
persiapan terhadap wadah tersebut.
Wadah budidaya yang telah diairi
dapat digunakan untuk memelihara
Tubifex. Air yang dimasukkan
kedalam wadah budidaya harus
bebas dari kontaminan seperti
pestisida, deterjen dan chlor.
Kedalaman media didalam wadah
budidaya yang optimum adalah 10
cm dan maksimum adalah 20 cm.
Kedalaman media dalam wadah
budidaya berdasarkan habitat asli di
alamnya hidup pada daerah yang
mengandung
lumpur
dengan
distribusi pada daerah permukaan
substrat pada kedalaman tertentu.
Berdasarkan hasil peneltian tubifex
yang berukuran juwana dengan
berat kurang dari 0,1 mg umumnya
terdapat pada kedalaman 0 2 cm,
cacing muda yang mempunyai berat
0,1 5,0 mg pada kedalaman 0 4
cm, sedangkan cacing dewasa yang
mempunyai berat 5,0 mg pada
kedalaman 2 4 cm.
390
Tubifex
tubifex.
Pakan
alami
mempunyai siklus hidup yang relatif
singkat yaitu 50 57 hari. Oleh
karena itu agar pembudidayaannya
bisa berlangsung terus harus selalu
diberikan
pemupukan
susulan.
Dalam memberikan pemupukan
susulan ini caranya hampir sama
dengan pemupukan awal dan ada
juga yang memberikan pemupukan
susulannya dalam bentuk larutan
pupuk yang dicairkan.
Parameter kualitas air didalam
media kultur pakan alami Tubifex
juga harus dilakukan pengukuran.
Tubifex
akan
tumbuh
dan
berkembang pada media kultur yang
mempunyai kandungan Oksigen
terlarut berkisar antara 2,75 5 ppm
dan jika kandungan oksigen terlarut
> 5 ppm dapat meningkatkan
pertumbuhan tubifek, kandungan
amonia < 1 ppm, suhu air berkisar
antara 28 30 oC dan pH air antara
6 8.
Filum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
:
:
:
:
:
:
Annelida
Oligochaeta
Haplotaxida
Tubificidae
Tubifex
Tubifex sp.
392
394
dibudidayakan
didalam
media
kultur ? Bagaimana kita menghitung
kepadatan populasi pakan alami
Tubifex didalam media kultur ? Mari
kita jawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut dengan mempelajari buku
ini selanjutnya. Didalam buku ini
akan diuraikan secara singkat
tentang
pertumbuhan
Tubifex,
menghitung kepadatan populasi dan
waktu pemantauannya.
Tubifex yang dipelihara dalam
media kultur yang tepat akan
mengalami pertumbuhan yang cepat.
Secara biologis Tubifex akan
tumbuh dewasa pada umur 40 45
hari, jika pada saat inokulasi yang
ditebarkan adalah bibit Tubifex yang
dewasa maka dalam waktu sepuluh
sampai duabelas hari bibit Tubifex
tersebut sudah mulai bertelur pada
media yang mempunyai suhu 24
25 oC. Jumlah telur yang dikeluarkan
dari satu induk
Tubifex sangat
bergantung kepada jumlah kokon
yang dihasilkan pada setiap induk.
Kokon ini akan terbentuk pada salah
satu segmen tubuh induk tubifex.
Daur hidup Tubifex adalah 50 57
hari dan Tubifex menjadi dewasa
dalam waktu empat puluh hari,
sehingga
bisa
diperhitungkan
prediksi populasi Tubifex didalam
media kultur.
Berdasarkan siklus hidup Tubifex
maka kita dapat menentukan waktu
yang
tepat
untuk
dilakukan
pemanenan
sesuai
dengan
kebutuhan larva atau benih ikan
yang akan mengkonsumsi pakan
alami Tubifex. Ukuran Tubifex yang
dewasa dan anak-anak berbeda
oleh karena itu perbedaan ukuran
tersebut sangat bermanfaat bagi
50
gram
permeterpersegi, walaupun ada juga
yang mencapai kepadatan 120
150 gram permeterpersegi.
Untuk mengukur tingkat kepadatan
populasi Tubifex didalam media
kultur dilakukan dengan cara
sampling beberapa titik dari media,
minimal tiga kali sampling. Sampling
dilakukan dengan cara mengambil
air media kultur yang berisi Tubifex
dengan menggunakan baker glass
atau erlemeyer. Hitunglah jumlah
Tubifex yang terdapat dalam botol
contoh tersebut, data tersebut dapat
dikonversikan dengan volume media
kultur.
Pemanenan pakan alami Tubifex
dapat
dilakukan
setelah
pemeliharaan selama dua bulan
setelah itu pemanenen dapat
dilakukan setiap dua minggu
biasanya jumlah yang dipanen
adalah
kurang
dari
50%
.
Pemanenan Tubifex dapat juga
dilakukan seminggu sekali atau dua
minggu sekali sangat bergantung
kepada kelimpahan populasi Tubifex
di dalam media kultur. Pada saat
pemanenan
sebaiknya
wadah
395
396
4.
5.
6.
7.
7.5. BIOENKAPSULASI
Untuk meningkatkan mutu pakan
alami dapat dilakukan pengkayaan ,
istilah pengkayaan bisa juga disebut
dengan
bioenkapsulasi.
Pengkayaan terhadap pakan alami
ini
sangat
penting
untuk
meningkatkan kualitas nutrisi dari
pakan tersebut. Jenis pakan alami
yang dapat dilakukan pengkayaan
adalah dari kelompok zooplankton
misalnya artemia, rotifer, daphnia,
moina dan tigriopus. Semua jenis
zooplankton
tersebut
biasanya
diberikan kepada larva dan benih
398
x
x
x
Kuning telur
Aquades
Ragi roti/fermipan
Langkah kerja :
1. Siapkan alat dan bahan
2. Timbanglah
minyak
ikan
sebanyak 5 gram, vitamin yang
larut dalam air sebanyak 10
gram dan kuning telur sebanyak
1 gram dan letakkan dalam
wadah yang terpisah.
3. Masukkan 5 gram minyak ikan
kedalam mixer dan lakukan
homogenisasi selama 2 3
menit dengan alat tersebut.
4. Tambahkan 10 gram vitamin
yang larut dalam air kedalam
mixer dan tambahkan pula
kuning telur mentah sebanyak 1
gram kemudian tambahkan 100
ml aquades.
5. Lakukanlah
pencampuran
dengan mixer selama 2 3
menit sampai terjadi campuran
yang homogen.
6. Ambillah 20 ml emulsi yang telah
dibuat pada langkah sebelumnya
sebanyak 20 ml, dan tambahkan
5 gram ragi roti dan campurlah
dengan air kultur artemia.
7. Jumlah emulsi yang telah dibuat
diatas
tersebut
dapat
dipergunakan
untuk
memperkaya jumlah nauplius
artemia sebanyak 100 200
naupli perml, sedangkan untuk
rotifer emulsi tersebut dapat
dipergunakan
untuk
memperkaya sebanyak 500 1000 individu per liter.
Pemenuhan kebutuhan akan asam
lemak essensial oleh larva ikan
dapat dipenuhi dengan pemberian
Minyak
ikan
lemuru (%)
Minyak
jagung
(g/100g)
20,5
7,1
()
1
14
2
Trace
Trace
10,2
8,2
3,1
Trace
30
-
1,0
50
2
Kuning
telur ayam
(g/100g)
Ragi roti
(% total
asam
lemak)
Minyak
ikan
lemuru
(%)
1,1
11,2
88,4
()
()
12,68
20,41
3,82
0,52
0,34
()
()
()
14,2
38,0
1,6
12,42
4,45
2,70
10,202
0,377
15,1
6,4
1,17
0,88
23,869
399
C 20 : 2
C 20 : 3
Komposisi
asam
lemak
C 20 : 4
C 20 : 5
C 22 : 2
C 22 : 3
C 22 : 4
C 22 : 5
C 22 : 6
Sumber
()
2,8
()
()
()
()
()
0,16
0.40
Minyak
ikan
lemuru (%)
Minyak
jagung
(g/100g)
Kuning
telur ayam
(g/100g)
5,2
17
Trace
Trace
1,2
3,3
6,4
Winarno
(1993)
()
()
()
()
()
()
()
Gurr
(1992)
1,419
0,012
()
()
()
()
0,629
Yuhendi
(1998)
Ragi roti
(% total
asam
lemak)
()
()
()
()
()
()
()
Watanabe
(1988)
Minyak
ikan
lemuru
(%)
2,53
10,61
0,16
1,81
6,28
Dualantus
(2003)
Keterangan :
SFA : Saturated Fatty Acid
MUFA : Monounsaturated Fatty Acid
PUFA : Polyunsaturated Fatty Acid
() : tidak ada data
- : tidak terdeteksi
400
LAMPIRAN A
DAFTAR PUSTAKA
Yogyakarta.
Alimuddin. 1994.
Pengaruh waktu awal kejutan panas terhadap
keberhasilan Triploidisasi Ikan Lele Lokal (Clarias batrachus L).
Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ath_Thar.M.H.F. 2007. Efektivitas promoter -actin ikan medaka Oryzias
latipes dengan penanda gen hrGFP (humanized Renilla reniformis
Green Fluorescent Protein) pada ikan lele Clarias sp keturunan F0.
Skripsi. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Andarwulan, dan S.Koswara. 1992. Kimia Vitamin. Rajawali Press. Jakarta.
Anonymous. 1985. Budidaya Rotifera (Brachionus plicatilis OF Muller) Seri
Ke Tiga. Proyek Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut. Serang.
Antik, E dan Hastuti,W. 1986. Kultur Plankton. Direktorat Jenderal Perikanan
bekerjasama dengan International Development Research Centre.
Jakarta.
Andrew JW, Sick LV. 1972. Studies on the nutritional requirement of
dietary penaeid shrimp. Proceedings of the World Mariculture Society
3:403-414.
Alava VR, Lim C. 1983. The quantitative dietary protein requirement of
Penaeus monodon juveniles in controlled environment.
Aquaculture 30:53-61.
A1
LAMPIRAN A
Avers CG. 1986. molecular cell biology. Rutgers University. The Benjamin
Cummings Publising Co. Inc. 832 p.
Baustista-Teruel MN, Millamena OM. 1999. Diet development and evaluation
for juvenile abalone, Haliotis asinine: protein to energi levels.
Aquaculture 178:117-126.
Bonyaratpalin.M. 1989. Methodologies for vitamin requirement studies.
Fish Nutrition research in Asia. Edited by S.S de Silva. Proceeding of
Third Asian Fish Nutrition Network Meeting International Development.
Reseach Center of Canada. 58 67
Boyd. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Auburn
University. Alabama. USA
Borgstrom G. 1962. Fish as Food Volume III. Nutrition, Sanitation and
Utilization. Academic Press, New York and London.
Bongers ABJ, EPC int Veld, K Abo-Hashema, IM Bremmer, EH Eding,
J.Komen, CJJ Richter. 1994. Androgenesis in common carp
(Cyprinus carpio) using UV irradiation in synthetic ovarian fluid
and heat shocks. Aquaculture, 122 : 119 132.
Catacuta,M.R and Coloso. 1997. Growth of juvenile Asian Seabass, Lates
calcarifer fed varyng carbohydrate and lipid levels. Aquculture, 149:
137-144.
Calduch-Giner. J.A, Duval H, Chesnel F, Boeuf G, Perez-Sanches J and
Boujard D. 2000. Fish Growth Hormone Receptor : Molecular
Characterization of Two Membrane-Anchored Forms. Journal of the
Endocrine Society : 3269 3273.
Campbell.N.A; Reece. J.N; Mitchell. L.G. 2002. Biologi. Edisi Kelima. Erlangga.
Jakarta.
Carman O. 1990. Ploidy manipulation in some warm water fish. Masters
Thesis. Departement of Aquatic Biosciences. Tokyo University of
Fisheries. Japan.
Carman O. 1992. Chromosome set manipulation in some warm water fish.
A Dissertation. Departement of Aquatic Biosciences. Tokyo University
of Fisheries. Japan.
Chumadi dkk. 1992. Pedoman Teknis Budidaya Pakan Alami Ikan dan
Udang. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat
penelitian dan Pengembangan Perikanan. Jakarta.
A2
LAMPIRAN A
Cole, G.A. 1988. Textbook of Limnology. Third Edition. Waveland Press, Inc.
Illionis, USA.
Cowey,C.B and Walton,M.J. 1989. Intermedier metabolism, p : 259-329. In.
J.E Halver (Ed.), Fish Nutrition,2nd. Academic Press. New York.
Chris Andrews, Adrian Exell and Neville Carrington., 1988. The Manual of
Fish Health. New Jersey: Tetra Press,
Davis, D.A and Delhert MG III. 1991. Dietary Mineral Requirment of Fish and
Shrimp. Pages : 49 65. In : Proceedings of The Aquaculture Feed
Processing and Nutrition Workshop. Akimaya, D.M and Ronni K.H.T.
Singapore.
Davis, C.C. 1955. The marine and freshwater plankton. Michigan state
University Press. Chicago.
De Silva,S and T.A. Anderson. 1995. Fish Nutrition in Aquaculture.
Chapman & Hall, London.
Dieter Untergasser Translation by Howard H. Hirschhorn, 1989. Handbook of
Fish Diseases. T.F.H. Publications, Inc
Devlin,R.H, C.A. Biagi, T.Y. Yaseki. 2004. Growth, viability and genetic
characteristic of GH transgenic coho salmon strains. Aquaculture
236 : 607 632.
Dunham RA. 2003. Aquaculture and Fisheries Biotechnology Genetic
Approaches. CABI Publishing. Wallingford, Oxfordshire Ox 10.8 DE.
UK.
Effendi, H. 2000. Telaahan Kualitas Air. Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Effendi, I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Effendi. M.I. 1997. Biologi
Yogyakarta.
LAMPIRAN A
A4
LAMPIRAN A
LAMPIRAN A
A6
LAMPIRAN A
LAMPIRAN A
A8
LAMPIRAN B
GLOSARI
Adenohipofisa
Adaptasi
Masa penyesuaian
lingkungan baru.
Aerasi
Akrosom
Aklimatisasi
Albinisme
Alel
Alel dominan
Alel resesif
Aldehida
suatu
organisme
dalam
B1
LAMPIRAN B
Anadromus
Anafase
Androgen
Androgenesis
Proses penjantanan
Antibiotik
Antibodi
Antigen
Asam amino
Asam
deoksiribonukleat
B2
LAMPIRAN B
Asam nukleat
Aseksual
Autosom
Auksospora
Sel-sel
yang
besar
perkembangbiakan zigot baru
Backross
Basofil
Benthos
Blastomer
Blastula
Blastulasi
Asam
essensial
amino
berasal
dari
B3
LAMPIRAN B
Biomassa
Budidaya
Closed Breeding
Cyste
Dekomposer
Densitas
Deoksiribosa
Detritus
Disipon
Disucihamakan
Dorsal
Bagian punggung
Diagnosis
Diferensiasi gonad
B4
LAMPIRAN B
Diploid
bila
setiap
Diploidisasi
Donor
Pemberi sumbangan
Dormant
Ekspresi gen
Elektroforesis gel
Pemisahan
asam
nukleat
atau
protein
berdasarkan ukuran dan muatan listriknya,
dengan cara mengukur laju pergerakkannya
melalui suatu medan listrik dalam suatu gel.
Embriogenesis
Endokrin
Enzim
Enzim restriksi
Estrogen
Eukaryot
Fekunditas
Feminisasi
Proses pembetinaan
B5
LAMPIRAN B
Fenotipe
Feromon
Fertilisasi
Flagella
Fotosintesis
Galur
Gamet
Gastrula
Gastrulasi
Gelendong
Kumpulan mikrotubula
pergerakan kromosom
eukariotik.
Gen
B6
yang menyelaraskan
selama pembelahan
LAMPIRAN B
Generasi F1
Generasi F2
Genom
Genotipe
Ginogenesis
Gonad
Gonadotropin
Haploid
Heritabilitas
Hermaphrodit
Heliks ganda
Haemoglobin
Herbivora
Heterozigot
Heterosis
dari
perkawinan
B7
LAMPIRAN B
Hibrid
Hibridisasi
Hipofisasi
Hipotalamus
Histon
Homeostasis
Homozigot
Hormon
Ikan transgenik
Inaktivasi sperma
Menonaktifkan sperma
Inbreeding
Perkawinan
antara
individu-individu
yang
sekerabat yaitu berasal dari jantan dan betina
yang sama.
Infeksi Retroviral
B8
LAMPIRAN B
Inkubasi
Masa penyimpanan
Interfase
Karakter kuantitatif
Kariotipe
Katadromus
Kelenjar hipofisa
Kromosom
Kopulasi
Proses perkawinan
Kista
Larva
Larutan hipoklorit
Lokus
Maskul;inisasi
Penjantanan.
Meiosis
Metasentrik
LAMPIRAN B
Metafase
Metamormofose
Mikropil
Mikroinjeksi
Mitosis
Morula
Nauplii
Neurohipofisa
Omnivore
Ovarium
Ovipar
Ovivipar
Outbreeding
B10
LAMPIRAN B
Ovulasi
Partenogenesis
Pemijahan
Pigmen
Plasmid
Polar body
Profase
Progeni
Poliploidisasi
Reproduksi
Seleksi
Sentromer
Seks reversal
Spermatogenesis
Spermatogonium
mitosis
ketika
B11
LAMPIRAN B
Spermatozoa
Spermiasi
Spermiogenesis
Proses
metamorfosa
spermatozoa
Submetacentrik
Subtelocentrik
Spektrofotometer
Telofase
Testis
Tetraploid
perangkat
Triploid
perangkat
Triploidisasi
Vitellogenesis
Zygot
B12
spermatid
menjadi
LAMPIRAN C
DAFTAR GAMBAR
No.
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.
1.6.
1.7.
1.8.
1.9.
1.10.
1.11.
1.12.
1.13.
1.14.
1.15.
1.16.
1.17.
1.18.
1.19.
1.20.
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
2.10
2.11
2.12
2.13
2.14
2.15
2.16
2.17
2.18
2.19
2.20
2.21
Judul
Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Ikan Gurami (Osphronemus gouramy)
Udang galah (Macrobrachium rosenbergii)
Ikan Patin (Pangasius hiphothalamus)
Ikan Bawal (Colosoma brachyponum)
Ikan Tawes (Puntius gonionotus)
Ikan Tambakan (Helostoma temmincki)
Ikan Sepat (Trichogaster pectolaris)
Ikan Kowan (Ctenopharyngodon idella)
Ikan Lele (Clarias sp)
Ikan Sidat (Anguilla sp)
Udang vanamei (Penaeus vannamei)
Ikan Bandeng (Chanos chanos)
Kerapu Merah (Plectopomus maculates)
Ikan Kakap putih (Lates calcarifer)
Ikan Kerapu (Chromileptes altivelis)
Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata)
Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus)
Ikan Beronang (Siganus gutatus)
Kolam tanah
Kolam semiintensif
Kolam intensif
Kolam Pemijahan
Kolam Penetasan
Kolam Pemeliharaan
Kolam Pemberokan
Bak beton
Bak Fiber
Bak Plastik
Akuarium Kelompok
Akuarium sejenis
Akuarium Tanaman
Kolam jaring terapung tampak atas
Kolam jaring terapung tampak depan
Bentuk pematang trapesium sama kaki
Bentuk pematang trapesium tidak sama kaki
Kemiringan dasar kolam
Saluran tengah atau kemalir
Pintu pemasukan dan pengeluaran air di tengah
Pintu pemasukan dan pengeluaran air di sudut
Halaman
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
6
6
6
6
6
6
6
6
7
22
22
22
23
23
23
24
24
24
24
25
26
26
26
27
28
28
28
29
29
29
C1
LAMPIRAN C
2.22
2.23
2.24
2.25
2.26
2.27
2.28
2.29
2.30
2.31
2.32
2.33
2.34
2.35
2.36
2.37
2.38
2.39
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
3.9
3.10
3.11
3.12
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
4.10
4.11
4.12
4.13
4.14
4.15
4.16
C2
30
30
30
32
32
32
32
33
33
34
34
37
38
38
41
43
46
48
71
71
71
71
71
71
72
72
72
72
72
72
95
96
97
100
100
102
102
103
105
106
109
110
111
112
112
112
LAMPIRAN C
4.17
4.18
4.19
4.20
4.21
4.22
4.23
4.24
4.25
4.26
4.27
6.1
6.2
6.3
6.4
6.5
6.6
6.7
6.8
6.9
6.10
6.11
6.12
6.13
6.14
7.1
7.2
7.3
7.4
7.5
7.6
7.7
7.8
7.9
7.10
7.11
7.12
7.13
7.14
7.15
7.16
7.17
7.18
7.19
7.20
7.21
112
113
118
119
120
121
122
123
129
145
159
283
283
284
284
286
287
287
293
294
294
295
296
323
323
331
332
332
333
333
334
334
335
335
335
335
336
337
337
337
337
337
338
338
360
367
C3
LAMPIRAN C
7.22
7.23
7.24
7.25
7.26
8.1
8.2
8.3
8.4
8.5
8.6
8.7
8.8
8.9
8.10
8.11
8.12
8.13
8.14
8.15
8.16
8.17
8.18
8.19
8.20
8.21
8.22
8.23
8.24
C4
Perkembangbiakan Artemia
Rotifera
Daur hidup rotifer
Tubifex
Daur hidup tubifex
Ichthyophthirius multifiliis
Siklus hidup Ichthyophthirius multifiliis
Trichodina tampak bawah
Trichodina tampak atas
Myxobolus sp
Myxosoma sp
Thellohanellus sp
Henneguya sp
Dactylogyrus sp
Gyrodactilus sp
Lernea sp
Argulus indicus tampak bawah
Saprolegnia sp
Achlya sp
Aeromonas sp
Mekanisme kerja mekanik
Penumpukan partikel pada media filter mekanik
Filter air
Dropsy pada ikan plati dan cupang
Dropsy tampak samping
Akumulasi cairan
Contoh kasus kelainan gelembung renang
Gejala umum ulcer
Ikan terserang white spot
373
382
384
391
392
405
406
407
407
407
408
408
408
409
409
410
411
411
411
412
413
414
415
418
419
419
420
421
422
LAMPIRAN C
DAFTAR TABEL
No.
1.1
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
Judul
Komoditas
akuakultur
yang
sudah
lazim
dibudidayakan dalam system budidaya di Indonesia
Perbandingan antara ukuran akuarium dengan
ketebalan kaca
Jenis pelampung dan lama pemakaian
Ukuran mata jaring yang digunakan berdasarkan
ukuran ikan yang dibudidayakan
Perbandingan jumlah mata jarring yang harus
dipotong dalam berbagai ukuran kantong jarring dan
mata jaring.
Dosis kapur tohor (CaO)
Pengaruh suhu air terhadap respon konsumsi pakan
Hubungan antara kadar oksigen terlarut dan suhu
Pengaruh pH terhadap komunitas biologi perairan
Presentase ammonia bebas terhadap ammonia total
Kriteria kualitas air Golongan C
Parameter kualitas air untuk budidaya ikan dan
peralatan pengukuran yang dapat digunakan
Perbandingan strategi, keuntungan dan kerugian dari
seleksi individu (A), seleksi within family (B) dan
seleksi between family (C)
Pengaruh silang dalam terhadap frekuensi genotype
dan frekuensi alel dalam lokus
Ciri-ciri induk jantan dan betina ikan mas
Ciri-ciri induk jantan dan betina ikan mas matang
gonad
Ciri-ciri induk jantan dan betina ikan nila
Dosis pengapuran untuk menetralkan dari berbagai
jenis tekstur tanah dan pH awal yang berbeda
Perkembangan stadia embrio ikan lele pada suhu 28
o
C
Lama pemeliharaan ikan mas berdasarkan sistem
pemeliharaan
Kebutuhan energi untuk ikan Salmon
Kebutuhan energi untuk Catfish
Nama dan singkatan asam amino
Kebutuhan asam amino essensial pada beberapa
jenis ikan dalam % protein pakan
Tingkat kebutuhan protein optimal (% berat kering
pakan) pada beberapa jenis ikan budidaya
Klasifikasi karbohidrat
Halaman
3
31
37
39
42
45
56
60
62
66
69
70
78
94
99
99
101
128
134
150
166
166
171
178
182
184
C5
LAMPIRAN C
5.7
5.8
5.9
5.10
5.11
5.12
5.13
5.14
5.15
5.16
5.17
5.18
5.19
5.20
5.21
5.22
5.23
5.24
5.25
5.26
5.27
5.28
5.29
5.30
5.31
5.32
5.33
5.34
5.35
5.36
5.37
5.38
5.39
5.40
5.41
C6
188
190
194
195
196
197
202
203
203
205
207
208
209
211
212
213
214
215
216
218
218
220
220
221
222
223
223
224
225
226
226
227
228
229
230
LAMPIRAN C
237
237
238
239
240
241
247
251
252
252
254
255
256
285
291
320
321
322
341
341
342
346
347
363
371
372
383
398
402
443
C7
LAMPIRAN C
C8