You are on page 1of 18

PENGARUH ISLAM TERHADAP

KEDOKTERAN MODERN

Disusun oleh :
Kelompok II

Disusun oleh:
A Syafaat Zulkarnain Sp
10542045113

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016

Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
Kedokteran Islam Bank Asi dan Bank Sperma dalam Pandangan Islam.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya
mendapat balasan yang setimpal dari Allah Swt.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.

Makassar, 26 Oktober 2016


Penyusun,
A. Syafaat Zulkarnain SP

Pengaruh Islam terhadap Kedokteran Modern


1.

Pengertian Kedokteran Modern


Ilmu kedokteran modern berkembang pada akhir abad ke-18 dan awal ke19 di Inggris, Jerman, dan Prancis. Yang dimaksud dengan ilmu kedokteran
modern pada umumnya adalah tradisi kedokteran yang berkembang pada
dunia barat sejak awal zaman modern. Disebut juga ilmu kedokteran ilmiah
dimana setiap pengobatan yang diberikan harus dibuktikan dengan uji klinis.
Kedokteran berdasarkan bukti (evidence based medicine) ini dilakukan
dengan tujuan untuk memberikan cara kerja yang efektif dengan
menggunakan metode ilmiah serta informsi sains global yang modern.

2.

Tokoh-tokoh Muslim yang Berpengaruh dalam Kedokteran Modern


Ilmuan muslim sangat berjasa dalam berbagai bidang ilmu di dunia,
termasuk bidang kedokteran. Namun, sayangnya nama nama tokoh muslim
tersebut tenggelam dan yang muncul kemudian hanya tokoh tokoh barat.
Para ilmuwan Muslim tak hanya mempelajari buku-buku yang diterjemahkan
dari bahasa Yunani, namun juga mengembangkan, mengkritisi serta
menemukan sesuatu yang baru dalam studi anatomi dan studi lainnya
terutama yang berhubungan dengan kesehatan.
Dalam bidang ini, dua ahli kedokteran muslim telah menuliskan buku
teks-teks ilmu pengobatan yang menjadi buku standar bagi sekolah ilmu
pengobatan Eropa hingga mendekati abad ketujuh belas. Mereka adalah arRazi atau Rhazes yang telah mempelopori penemuan karakter penyakit
menular dan memberikan penanganan klinis pertama terhadap penakit cacar,
serta Ibnu Sina atau Avicenna yang telah menemukan karakter penyakit
menular terhadap air. Konsep mereka berdua dikembangkan oleh Ibnul
Khatib dan Ibnul Baitar seorang diantara ahli farmasi muslim besar, yang
telah menemukan sebanyak 1400 jenis obat-obatan. Adapun Ibnu Haitsam
dikenal sebagai Alhazen, menulis sebuah buku besar tentang optik berjudul

Optical Thesaurus. Ia mengembangkan teori pemfokusan, pembesaran dan


inversi bayangan mata.
Berikut ini beberapa ilmuan Islam dalam dunia kedokteran yang ternama,
antara lain:
a. Ar-Razi
Ar-Razi dilahirkan pada tahun 846 di Rayy, dekat Teheran, Iran.
Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad bin Zakariyya ar-Razi.
Di barat, ia dikenal dengan sebutan Razhes. Ia juga sering dijuluki
sebagai GALEN-nyaArab. Galen adalah seorang dokter dan filosof
Yunani yang sangat terkenal. sejak kecil,Ar-Razi telah menunjukkkan
minat yang besar terhadap ilmu pengetahuan. Di bidang medis,Ar-Razi
mencurahkan segenap pikirannya untuk mendiagnosa penyakit cacar.
Dalam salah satu karyanya, Ar-Razi memberikan sebuah informasi yang
amat menarik perhatian para peneliti,yaitu tentang small-pox (penyakit
cacar). Sehubungan dengan itu,ia pun dianggap sebagai dokter pertama
yang meneliti penyakit tersebut. Ar-Razi membedakan penyakit cacar
menjadi cacar air( variola) dan cacar merah (rougella). Ar-Razi juga
menulis sejumlah karya. salah satunya adalah Al-Judari wa al-hasbah
(cacar dan campak), yang kemudian diterjemahkan kedalam bahasa
inggris oleh J.Ruska dan diterbitkan dengan judul ar-Razis buch:
geheimnis de gehemnisse, sejak tahun 1498-1866, al judari wa al hasbah
versi bahasa Inggris teleh dicetak sebanyak empat puluh kali. Buku inilah
yang memberikan pengetahuan tentang seluk beluk penyakit cacar
kepada para dokter Eropa.
Selain memperkenalkan penyakit cacar, Ar-Razi juga melakukan
pengobatan khas dengan pemanasan syaraf dan menganggap penting
pengobatan penyakit kepala pening. Lagi-lagi, ia adalah dokter pertama
yang melakukan kedua hal tersebut. Selain itu, ia juga diduga sebagai
dokter pertama yang mendiagnosa penyakit tekanan darah tinggi. Ar-Razi
mengungkapkan tentang kyai,yaitu pengobatan serupa akupuntur .Ia
memanfaatkan pengetahuannya tentang titk-titik penting pada tubuh

manusia untuk pengobatan. Caranya ia menusuk titk tersebut dengan


sebatang besi yang pipih dan rucing,yang sebelumnya telah dipanaskan
dengan minyak mawar atau minyak cendana. Selain itu, Ar-Razi juga
memaparkan tentang beberapa macam luka, penggunaan kayu pengapit
dan penyangga (spalk) untuk keperluan patah tulang, serta injeksi uretha
(saluran kencing dan sperma). Lebih jauh lagi, ia menguraikan jenis sakit
perut yang disebutnya batr (potong), dan fatg (koyak). ia juga menulis
tentang penyakit anak-anak. Selama hidupnya, Ar-Razi telah mengarang
sekitar dua ratus buku ilmiah. salah satu diantaranya adalah al hawi(buku
menyeluruh) yang terdiri dari dua puluh jilid. Al hawi pun dianggap
sebagai karya terbesar Ar-Razi. Buku ini juga dianggap sebagai intisari
ilmu Yunani, Syiria, dan Arab.Kurang lebih setengah abad setelah
kematiannya. Buku tersebut baru ditemukan dua jilid,sebelum akhirnya
ditemukan lagi beberapa jilid. Karya Ar-Razi tersebut tersimpan di
berbagai tempat di Eropa. Abu bakar muhammad bin Zakariya ar-Razi
dilahirkan pada bulan syaban tahun 251 H. dan wafat pada bulan
syaban tahun 313 Hijriyah. Beliau seorang kimiawan yang mampu
mengobati pasiennya dengan makanan. Yang paling banyak membantu
beliau dalam ilmu kimia ialah Jabir bin Hayyan. Dalam kitab Mansuri
beliau menyebutkan semua anggota badan dan menjelaskan fungsinya
masing-masing, beliau menulisnya dengan sangat rinci.
Ahli sejarah sepakat bahwa Ar-Razi adalah mercusuar bagi
kedokteran dalam dunia Islam dan barat sampai abad ke tujuh. Abu
Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi atau dikenali sebagai Rhazes di
dunia barat merupakan salah seorang pakar sains Iran yang hidup antara
tahun 864 930. Ar-Razi juga diketahui sebagai ilmuwan serbabisa dan
dianggap sebagai salah satu ilmuwan terbesar dalam Islam. Ia lahir di
Rayy, Teheran pada tahun 251 H./865 dan wafat pada tahun 313 H/925.
Ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia, matematika dan
kesastraan. Dalam bidang kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin
Ishaq di Baghdad. Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk

memimpin sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga memimpin


Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad. Sebagai seorang dokter utama di
rumah sakit di Baghdad, ar-Razi merupakan orang pertama yang
membuat penjelasan seputar penyakit cacar. Razi diketahui sebagai
seorang ilmuwan yang menemukan penyakit alergi asma, dan ilmuwan
pertama yang menulis tentang alergi dan imunologi. Pada salah satu
tulisannya, dia menjelaskan timbulnya penyakit rhintis setelah mencium
bunga mawar pada musim panas. Razi juga merupakan ilmuwan pertama
yang menjelaskan demam sebagai mekanisme tubuh untuk melindungi
diri. Pada bidang farmasi, ar-Razi juga berkontribusi membuat peralatan
seperti tabung, spatula dan mortar. Ar-razi juga mengembangkan obatobatan yang berasal dari merkuri. Ar Razi (abad ke8); pengarang kitab
Sirr Al Asrar (rahasianya rahasia) tentang penyulingan minyak mentah,
pembuatan ekstrak parfum/minyak wangi (sekarang Perancis yang
terkenal), ekstrak tanaman untuk keperluan obat, pembuatan sabun, kaca
warna-warni, keramik, tinta, bahan celup kain, ekstrak minyak dan
lemak, zat warna, bahan-bahan dari kulit, Mengembangkan penelitian
tentang penyakit wanita dan kebidanan, penyakit keturunan, penyakit
mata, penyakit campak dan cacar.
Prestasinya yang gemilang membuat ia kemudian ditunjuk
sebagai direktur rumah sakit tersebut. Sebagai seorang dokter, Ibnu Nafis
tidak pernah merasa puas dengan ilmu kedokteran yang dimilikinya. Ia
terus memperkaya pengetahuannya melalui berbagai observasi. Hal
inilah yang membuat namanya terkenal. Ia adalah dokter pertama yang
mampu menerangkan secara tepat tentang paru-paru dan memberikan
gambaran mengenai saluran pernapasan, juga interaksi antara saluran
udara dengan darah dalam tubuh manusia. Ibnu Nafis dikenal sebagai
seorang dokter muslim yang mempunyai pendapat dan pemikiran yang
masih murni, terbebas dari berbagai pengaruh Barat. Dalam studinya,
Ibnu Nafis menggunakan beberapa metode, yaitu observasi, survei, dan
percobaan. Ia mempelajari ilmu kedokteran melalui pengamatan terhadap

sejumlah gejala dan unsur yang mempengaruhi tubuh. Menurut Ibnu


Nafis, selain melakukan pengobatan, memeriksa unsur-unsur penyebab
munculnya penyakit juga perlu. Selain itu, ia juga memaparkan mengenai
fungsi pembuluh arteri dalam jantung sebagai pemasok darah bagi otot
jantung (Cardiac Musculature). Penemuannya mengenai peredaran darah
di paru-paru ini merupakan penemuan yang menarik. Sehubungan
dengan hal itu, Nafis dianggap telah memberikan pengaruh besar bagi
perkembangan ilmu kedokteran Eropa pada abad XVI. Lewat
penemuannya tersebut, para ilmuwan menganggapnya sebagai tokoh
pertama dalam ilmu sirkulasi darah. Pendapat yang diyakini selama ini,
teori mengenai sirkulasi paru-paru (kaitan antara pernafasan dan
peredaran darah) ditemukan oleh ilmuwan eropa mulai abad ke 16.
Penggiatnya berturut-turut ialah servetus, Vesalius, Colombo, dan
terakhir Sir William Harvey dari Inggris. Namun dengan meneliti
berbagai manuskrip dan objek sejarah lain maka kejelasan diungkapkan
bahwa penemu sirkulasi paru paru adalah Ibnu an-Nafis pada abad ke
13. Dr. Muhyo al-Deen al-Tawi, psikawan mesir menemukan sebuah
tulisan berjudul "Commentary on The Anatomy of Canon of Avicenna" di
perpustakaan nasional prussia, berlin. Belakangan diketahui bahwa
tulisan itu karya Ibnu an-Nafis. Ini juga mengungkap sesuatu yang
mengejutkan, yaitu diskripsi pertama di dunia mengenai sirkulasi paru
paru. ibnu Nafis atau Ibn Al-Nafis Damishqui, merupakan orang pertama
yang secara akurat mendeskripsikan peredaran darah dalam tubuh
manusia (pada 1242). Penggambaran kontemporer proses ini telah
bertahan. Khususnya, ia merupakan orang pertama yang diketahui telah
mendokumentasikan sirkuit paru-paru. Secara besar-besaran karyanya tak
tercatat sampai ditemukan di Berlin pada 1924. Dia lahir di Damaskus
(kini wilayah Suriah) tahun 1210 dan meninggal di Kairo (kini wilayah
Mesir), 17 Desember 1288 pada umur 77/78 tahun).

b.

IbnuSina
Abu 'Ali al-Husain bin' Abd Allh bin Sn ', yang dikenal
sebagai Abu Ali Sina (Arab : ) atau Ibnu Sina (Arab : ) atau
barat

mengenalnya

dengan

nama

Latin Avicenna (Yunani:A), (lahir c. 980 dekat Bukhara (kini


wilayah Uzbekistan) meninggal 1037 di Hamedan (kini wilayah Iran).
Beliau adalah seorang kebangsaan Persia yang ahli matematikawan,
dokter, ensiklopedis dan filsuf yang tekenal dizamannya. Beliau juga
seorang astronomi, apoteker, ahli geologi, logician, paleontologist, fisika,
penyair, psikolog, ilmuwan, tentara, negarawan, dan guru.
Ibnu Sina telah menulis hampir 450 karya dengan berbagai
disiplin ilmu, namun hanya sekitar 240 yang masih bertahan hingga
kini. Secara khusus, dari 150 karyanya yang masih ada berkonsentrasi
pada falsafah dan 40 diantaranya berkonsentrasi pada kedokteran.
Karyanya

paling

memuat ensiklopedi luas

terkenal
dan

adalah Buku
filosofis

ilmiah

Penyembuhan, yang
(Al

Qanun

Al

Tibb) The Canon of Medicine, yang merupakan standar medis di banyak


perguruan tinggi zaman modern. The Canon of Medicine telah digunakan
sebagai buku teks di perguruan tinggi dari Montpellier dan Louvain pada
akhir 1650.
Ibnu Sina mengembangkan sistem medis yang menkombinasikan
antara pengalaman pribadi dalam pengobatan Islam, sistem pengobatan
Yunani dokter Galen, metafisika Aristoteles serta berbagai sistem
pengobatan kuno dari Persia, Mesopotamian dan India. Dia juga penemu
dari logika Avicennian dan pendiri sekolah filosofis Avicinna, yang
memiliki pengaruh dalam dunia Muslim dan Ilmuwan Modern.
Ibnu Sina dianggap sebagai Bapak dari pengobatan modern, dan
farmakologi khususnya untuk pengenalan sistematis eksperimen dan
hitungan ke dalam studi fisiologi, penemuan itu menular dari sifat
infeksius penyakit, pengenalan karantina untuk membatasi penyebaran

penyakit menular, pengenalan percobaan obat-obatan, berdasarkan buktiobat, uji klinis.


c.

Ibnu an-Nafis (Konsep Sirkulasi Pernafasan)


Nama lengkap Ibnu Nafis adalah al-Din Abu al-Hasan Ali Ibn Abi
al-Hazm al-Qarshi al-Dimashqi. Dia biasa dipanggil dengan AdDimasyqi, karena ia dilahirkan di Syam dan awal masa mudanya ia
habiskan di kota Damaskus, sebagaimana dia juga dipanggil dengan Al
Mishri, karena ia telah mengabiskan sebagian besar usianya di kota Cairo
dan memiliki ikatan yang kuat dengan Mesir dan penduduknya. Selain
itu, ia juga mempunyai nama panggilan lain, yaitu The Second Avicenna
(Ibnu Sina Kedua), yang diberikan oleh para pengagumnya. Ibnu Nafis
lahir pada tahun 1213 di Damaskus referensi lain menyebutkan ia
dilahirkan di Syria pada tahun 607 H (1210 M).
Ia menghabiskan masa kecilnya di kota tersebut hingga
menjelang dewasa. Dia tinggal dan menetap di Mesir hingga ajal
menjemputnya. Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, Ibnu Nafis
menempuh pendidikan kedokteran di Medical College Hospital. Gurunya
adalah Muhalthab al-Din Abd al-Rahim. Selain itu, ia juga mempelajari
hukum Islam. Di kemudian hari, selain sebagai dokter, Ibnu Nafis juga
dikenal sebagai pakar hukum Islam bermazhab Syafi'i. Pada tahun 1236,
setelah menyelesaikan pendidikannya di bidang kedokteran dan hukum
Islam, Ibnu Nafis meninggalkan tanah kelahirannya menuju Kairo, Mesir.
Di sana, ia belajar di Rumah Sakit al-Nassiri.
Prestasinya yang gemilang membuat ia kemudian ditunjuk
sebagai direktur rumah sakit tersebut. Sebagai seorang dokter, Ibnu Nafis
tidak pernah merasa puas dengan ilmu kedokteran yang dimilikinya. Ia
terus memperkaya pengetahuannya melalui berbagai observasi. Hal
inilah yang membuat namanya terkenal. Ia adalah dokter pertama yang
mampu menerangkan secara tepat tentang paru-paru dan memberikan
gambaran mengenai saluran pernapasan, juga interaksi antara saluran

udara dengan darah dalam tubuh manusia. Ibnu Nafis dikenal sebagai
seorang dokter muslim yang mempunyai pendapat dan pemikiran yang
masih murni, terbebas dari berbagai pengaruh Barat. Dalam studinya,
Ibnu Nafis menggunakan beberapa metode, yaitu observasi, survei, dan
percobaan. Ia mempelajari ilmu kedokteran melalui pengamatan terhadap
sejumlah gejala dan unsur yang mempengaruhi tubuh. Menurut Ibnu
Nafis, selain melakukan pengobatan, memeriksa unsur-unsur penyebab
munculnya penyakit juga perlu. Selain itu, ia juga memaparkan mengenai
fungsi pembuluh arteri dalam jantung sebagai pemasok darah bagi otot
jantung (Cardiac Musculature). Penemuannya mengenai peredaran darah
di paru-paru ini merupakan penemuan yang menarik. Sehubungan
dengan hal itu, Nafis dianggap telah memberikan pengaruh besar bagi
perkembangan ilmu kedokteran Eropa pada abad XVI. Lewat
penemuannya tersebut, para ilmuwan menganggapnya sebagai tokoh
pertama dalam ilmu sirkulasi darah. Pendapat yang diyakini selama ini,
teori mengenai sirkulasi paru-paru (kaitan antara pernafasan dan
peredaran darah) ditemukan oleh ilmuwan eropa mulai abad ke 16.
Penggiatnya berturut-turut ialah servetus, Vesalius, Colombo, dan
terakhir Sir William Harvey dari Inggris. Namun dengan meneliti
berbagai manuskrip dan objek sejarah lain maka kejelasan diungkapkan
bahwa penemu sirkulasi paru paru adalah Ibnu an-Nafis pada abad ke
13. Dr. Muhyo al-Deen al-Tawi, psikawan mesir menemukan sebuah
tulisan berjudul "Commentary on The Anatomy of Canon of Avicenna" di
perpustakaan nasional prussia, berlin. Belakangan diketahui bahwa
tulisan itu karya Ibnu an-Nafis. Ini juga mengungkap sesuatu yang
mengejutkan, yaitu diskripsi pertama di dunia mengenai sirkulasi paru
paru. ibnu Nafis atau Ibn Al-Nafis Damishqui, merupakan orang pertama
yang secara akurat mendeskripsikan peredaran darah dalam tubuh
manusia (pada 1242). Penggambaran kontemporer proses ini telah
bertahan. Khususnya, ia merupakan orang pertama yang diketahui telah
mendokumentasikan sirkuit paru-paru. Secara besar-besaran karyanya tak

tercatat sampai ditemukan di Berlin pada 1924. Dia lahir di Damaskus


(kini wilayah Suriah) tahun 1210 dan meninggal di Kairo (kini wilayah
Mesir), 17 Desember 1288 pada umur 77/78 tahun)
d. Al-Balkhi (Perintis Pengobatan Penyakit Jiwa)
Jauh sebelum barat mengenal metode penyembuhan penyakit jiwa
dan tempat perawatannya, pada abad ke 8 M. Di kota baghdad telah
didirikan rumah sakit jiwa atau insane asylums oleh para dokter dan
psikolog islam. Hal itu disampaikan oleh Ibrahim B. PhD. Dalam
bukunya yang berjudul: Islamic Medicine: 1000 years ahead of its
times. Konsep kesehatan mental atau at-Tibb ar-Ruhani pertama kali
diperkenalkan di dunia kedokteran Islam oleh seorang dokter persia
bernama Abu Zayd Ahmad Ibnu Sahl al-Balkhi, beliau lahir pada tahun
850 dan wafat pada tahun 934. Dalam bukunya berjudul Masalih alAbdan wa an-Anfus, Al-Balkhi berhasil menghubungkan peyakit antara
tubuh dan jiwa. Beliau menggunakan istilah ath-Thibb ar-Ruhani untuk
menjelaskan kesehatan spritual dan psikologi.
e. Abu Al Zahraw Filosofi abu al zahraw (Penemu Gips Era Islam)
Abu Al Zahrawi merupakan seorang dokter, ahli bedah, maupun
ilmuan yang berasal dari Andalusia. Dia merupakan penemu asli dari
teknik pengobatan patah tulang dengan menggunakan gips sebagaimana
yang dilakukan pada era modern ini . Sebagai seorang dokter era
kekalifahan, dia sangat berjasa dalam mewariskan ilmu kedokteran yang
penting bagi era modern ini.Al Zahrawi lahir pada tahun 936 di kota Al
Zahra yaitu sebuah kota yang terletak di dekat Kordoba di Andalusia
yang sekarang dikenal dengan negara modern Spanyol di Eropa .Kota Al
Zahra sendiri dibangun pada tahun 936 Masehi oleh Khalifah Abd Al
rahman Al Nasir III yang berkuasa antara tahun 912 hingga 961 Masehi.
Ayah Al Zahrawi merupakan seorang penguasa kedelapan dari Bani
Umayyah di Andalusia yang bernama Abbas . Al Zahrawi selain
termasyhur sebagai dokter yang hebat juga termasyhur karena sebagai
seorang Muslim yang taat. Dalam buku Historigrafi Islam Kontemporer,

seorang penulis dari perpustakaan Viliyuddin Istanbul Turki menyatakan


Al Zahrawi hidup bagaikan seorang sufi .Kebanyakan dia melakukan
pengobatan kepada para pasiennya secara cuma-cuma. Dia sering kali
tidak meminta bayaran kepada para pasiennya. Sebab dia menganggap
melakukan pengobatan kepada para pasiennya merupakan bagian dari
amal atau sedekah. Dia merupakan orang yang begitu pemurah serta baik
budi pekertinya .
Selain membuka praktek pribadi, Al Zahrawi juga bekerja sebagai
dokter pribadi Khalifah Al Hakam II yang memerintah Kordoba di
Andalusia yang merupakan putra dari Kalifah Abdurrahman III (AnNasir). Khalifah Al Hakam II sendiri berkuasa dari tahun 961 sampai
tahun 976. Salah satu sumbangan pemikiran Al Zahrawi yang begitu
besar bagi kemajuan perkembangan ilmu kedokteran modern adalah
penggunaan gips bagi penderita patah tulang maupun geser tulang agar
tulang yang patah bisa tersambung kembali. Sedangkan tulang yang
geser bisa kembali ke tempatnya semula. Tulang yang patah tersebut
digips atau dibalut semacam semen .
Dalam sebuah risalahnya, dia menuliskan, jika terdapat tulang
yang bergeser maka tulang tersebut harus ditarik supaya kembali
tempatnya semula. Sedangkan untuk kasus masalah tulang yang lebih
gawat, seperti patah maka harus digips.Untuk menarik tulang lengan
yang bergeser, Al Zahrawi menganjurkan seorang dokter meminta
bantuan dari dua orang asisten. Kedua asisten tersebut bertugas
memegangi pasien dari tarikan .Kemudian lengan harus diputar ke segala
arah setelah lengan yang koyak dibalut dengan balutan kain panjang atau
pembalut yang lebih besar. Sebelum dokter memutar tulang sendi sang
pasian, dokter tersebut harus mengoleskan salep berminyak ke
tangannya. Hal ini juga harus dilakukan oleh para asisten yang ikut
membantunya dalam proses penarikan. Setelah itu dokter menggerakan
tulang sendi pasien dan mendorong tulang tersebut hingga tulang tersebut
kembali ke tempatnya semula. Salah satu karya fenomenal Al Zahrawi

merupakan Kitab Al-Tasrif. Kitab tersebut berisi penyiapan aneka obatobatan yang diperlukan untuk penyembuhan setelah dilakukannya proses
operasi .
Dalam penyiapan obat-obatan itu, dia mengenalkan tehnik
sublimasi. Kitab Al Tasrif sendiri begitu populer dan telah diterjemahkan
ke dalam beberapa bahasa oleh para penulis. Terjemahan Kitab Al Tasrif
pernah diterbitkan pada tahun 1519 dengan judul Liber Theoricae nec
non Practicae Alsaharavii. Salah satu risalah buku tersebut juga
diterjemahkan dalam bahasa Ibrani dan Latin oleh Simone di Genova dan
Abraham Indaeus pada abad ke-13. Salinan Kitab Al Tasrif juga juga
diterbitkan di Venice pada tahun 1471 dengan judul Liber Servitoris.
Risalah lain dalam Kitab Al Tasrif juga diterjemahkan dalam bahasa
Latin oleh Gerardo van Cremona di Toledo pada abad ke-12 dengan judul
Liber Alsaharavi di Cirurgia. Dengan demikian kitab karya Al Zahrawi
semakin termasyhur di seluruh Eropa. Hal ini menunjukkan betapa
pentingnya karya Al Zahrawi tersebut bagi dunia. Kitabnya yang
mengandung sejumlah diagram dan ilustrasi alat bedah yang digunakan
Al Zahrawi ini menjadi buku wajib mahasiswa kedokteran di berbagai
kampus-kampus.Al Zahrawi menjadi pakar kedokteran yang termasyhur
pada zamannya. Bahkan hingga lima abad setelah dia meninggal,
bukunya tetap menjadi buku wajib bagi para dokter di berbagai belahan
dunia. Prinsip-prinsip ilmu pengetahuan kedokterannya masuk dalam
kurikulum jurusan kedokteran di seluruh Eropa.
f. Abul Qasim Khalaf ibn al-Abbas az-Zahrawi Abul Qasim Khalaf ibn
al-Abbas az-Zahrawi
Abul Qasim Khalaf ibn al-Abbas az-Zahrawi Abul Qasim Khalaf
ibn al-Abbas az-Zahrawi adalah salah satu pakar di bidang kedokteran
pada masa Islam abad Pertengahan. Dia lahir di Madinatuz Zahra, 936
1013 yang dikenal di Barat sebagai Abulcasis. Karya terkenalnya adalah
Al-Tasrif, kumpulan praktik kedokteran yang terdiri atas 30 jilid. Abul
Qasim lahir di Zahra, yang terletak di sekitar Kordoba, Spanyol. Di

kalangan bangsa Moor Andalusia, dia dikenal dengan nama El Zahrawi.


Al-Qasim adalah dokter kerajaan pada masa Khalifah Al-Hakam II dari
kekhalifahan Umayyah. Al-Tasrif berisi berbagai topik mengenai
kedokteran, termasuk di antaranya tentang gigi dan kelahiran anak. Buku
ini diterjemahkan ke bahasa Latin oleh Gerardo dari Cremona pada abad
ke-12, dan selama lima abad Eropa Pertengahan, buku ini menjadi sumber
utama dalam pengetahuan bidang kedokteran di Eropa. Bidang lain:
Surgery, Medicine.
3.

Pengaruh Islam Dalam Perkembangan Kedokteran Modern


Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kajian bidang
ilmu murni dan terapan tidak lepas dari bidang analisis. Begitupun dalam
dunia

medis

yang

perkembangannya

sangat

pesat

seiring

dengan

perkembangan zaman. Hal ini tentu tidak lepas dari hasil kerja keras melalui
penelitian-penelitian penting yang telah dilakukan oleh ilmuan-ilmuan
terdahulu yang mengkaji hal-hal tabu dalam ilmu medis kemudian
dikembangkan oleh ilmuan atau peneliti selanjunya.
Upaya yang dilakukan oleh sarjana muslim pada masa kekhalifahan dalam
memajukan dalam memajukan ilmu kesehatan Islam pada Abad ke-9 hingga
Abad ke-13 bertumpu pada metode rasional dan uji klinis.Beragam jenis
terapi ditemukan oleh dokter muslim seperti Aromaterapi, Kemoterapi,
Hirudoterapi, Fitoterapi, Kromoterapi, Parmacoterapi, Pisiterapi, dan
Psikoterapi. Temuan lainnya adalah terapi kanker, terapi seksual, urologi,
dan litotomi.
Pada bidang aromaterapi, Stanley Finger dalam karyanya berjudul
Origins of Neuroscience: A History of Explorations Into Brain Function,
mengungkapkan bahwa penyulingan uap air pertama kali ditemukan dokter
Muslim bernama Ibnu Sina (980 M - 1037 M). Ibnu Sina menggunakan
penyulingan uap air itu untuk membuat minyak esensial yang digunakan
untuk mengobati pasiennya. Metode pengobatan ini disebut aromaterapi. Ibnu
Sina pun dijuluki sebagai orang pertama yang mengenalkan aromaterapi. Saat

ini Aromaterapi dikenal sebagai salah satu jenis pengobatan alternatif yang
menggunakan bahan cairan tanaman yang mudah menguap, dikenal sebagai
minyak esensial, dan senyawa aromatik lainnya dari tumbuhan yang
bertujuan untuk mempengaruhi suasana hati atau kesehatan seseorang.
Pada bidang kemoterapi, al-Razi alias Rhazes (865 M-925 M) adalah
dokter Muslim yang pertama kali memperkenalkan. Dalam sebuah tulisan
bertajuk The Valuable Contribution of al-Razi (Rhazes) to the History of
Pharmacy,

disebutkan

memperkenalkan

Al-Razi

penggunaan

adalah

zat-zat

dokter

kimia

dan

yang

pertama

obat-obatan

kali
dalam

pengobatan pada abad ke-10 M. Zat-zat kimia itu adalahalkohol, belerang,


tembaga, merkuri dan garam arsenik, sal ammoniac, gold scoria, zat kapur,
tanah liat, karang, mutiara, ter, dan aspal. Kini, Kemoterapi digunakan
sebagai metode perawatan penyakit dengan menggunakan zat kimia. Dalam
kedokteran modern, kemoterapi merujuk kepada penggunaan obat sitostatik
untuk merawat penyakit kanker.
Pada bidang Hirudoterapi, Ibnu Sina adalah peletak dasarnya dan
dikembangkan oleh Abd-el-latif pada abad ke-12 M. pada abad pertengahan,
Terapi Lintah menjadi salah satu metode yang disukai masyarakat Eropa.
Ibnu Sina juga mengenalkan penggunaan lintah sebagai perawatan untuk
penyakit kulit dalam kitabnya The Canon of Medicine. Pada Journal of the
International Society for the History of Islamic Medicine,Nurdeen Deuraseh,
dalam karyanya berjudul "Ahadith of the Prophet on Healing in Three Things
(al-Shifa'

fi

Thalatha):

An

Interpretational",

Hirudoterapi

adalah

penyembuhan penyakit dengan menggunakan pacet/lintah sebagai obat untuk


tujuan pengobatan. Lintah harus dibersihkan sebelum digunakan. Setelah
lintah menghisap lalu darah keluar, harus diteteskan garam padabagian tubuh
manusia.
Pada bidang Fitoterapi, Ibnu Sina (Avicenna) memperkenalkan pertama
kali pengobatan menggunakan Taxus baccata L. dalam kitabnya The Canon
of Medicine. Ramuan obat ala Ibnu Sina bernama "Zarnab" digunakan untuk
menyembuhkan sakit jantung. Seorang sarjana Barat memberikan pengakuan
atas karya Ibnu Sina yakni Yalcin Tekol "The Medieval Physician Avicenna

Used an Herbal Calcium Channel blocker, Taxus baccata L. Menurut Yalcin


Tekol, di dunia barat hingga tahun 1960 belum menggunakan tumbuhtumbuhan dan ekstrak tumbuh-tumbuhan untuk tujuan medis (Fitoterapi).
Pada bidang Psikoterapi, Ibnu Sina dan Al-Razi dikenal sebagai dokter
pertama yang menerapkan ilmu-ilmu psikologi untuk mengatasi gangguan
kejiwaan atau mental seseorang. Saat itu, Ibnu Sina menerapkan ilmu nafs
atau kejiwaan pada dunia Islam yang selanjutnya disebut Psikologi Islam
yang digunakan mulai Abad ke-8 M hingga Abad ke-15 M. Pada Abad ke20/21, ilmu nafs dari Ibnu Sinaberhubungan erat dengan psikologi, psikiatri
dan neurosciences.
Dalam bidang Urologi, Al-Razi adalah peletak dasarnya. Rafik Berjak dan
Muzaffar Iqbal, dalam karyanya Ibn Sina - Al-Biruni correspondence, Islam
&

Science,

mencatat

bahwa

Muhammad

ibnu

Zakariya

Razi

memperkenalkan metode-metode pengobatan saluran air kencing. Al Dayel


juga dalam karyanya "Urology in Islamic medicine" menempatkan Al-Razi
sebagai orang pertama yang menghasilkan obat penguji untuk perawatan
berbagai penyakit saluran kencing. Hingga kini ahli fisika/dokter modern
masih menggunakan metode Al-Razi.
Dalam bidang Litotomi, Abu al-Qasim Khalaf ibn al-Abbas Al-Zahrawi
atau Abulcasis (936 M- 1013M) adalah orang yang pertama yang berhasil
melakukan pencabutan saluran kencing dan batu ginjal dari saluran air
kencing menggunakan instrumen/peralatan baru. Penobatan Al-Zahrawi
dalam bidang lithotomi disebutkan oleh Abdul Nasser Kaadan PhD dalam
karyanya "Albucasis and Extraction of Bladder Stone".
Dalam bidang terapi kanker, Ibnu Sina alias Avicenna adalah dokter
pertama yang berhasil melakukan terapi kanker. Patricia Skinner dalam
bukunya Unani-tibbi: Encyclopedia of Alternative Medicine mengakui
keberadaan Ibnu Sina yang pertama melakukan metode bedah yang disertai
pemotongan atau pembersihan pembuluh darah. Sementara Prof Nil Sari dari
Cerrahpasha Medical School, Universitas Istanbul, Turki, dalam tulisannya
berjudul "Hindiba: A Drug for Cancer Treatment, mengungkapkan temuan
ilmuwan Muslim bernama Ibnu al-Baitar atas ramuan obat kanker atau tumor

bernama "Hindiba" pada abad ke-12 M.Obat kanker warisan peradaban Islam
itu kemudian dipatenkan oleh Prof Nil Sari pada 1997 (Abad ke-20).
Apa yang telah dilakukan dan diusahakan oleh sarjana muslim pada dunia
medis tentu sangat memberi pengaruh terhadap perkembangan ilmu
kedokteran modern yang penerapannya sedikit banyak diadopsi pada ilmu
kedokteran pada masa ini. Hal ini tentu saja memberikan kebanggaan
tersendiri bagi umat muslim yang mempunyai ilmuan yang mampu
memberikan sumbangsi yang sangat berarti bagi perkembangan ilmu
pengetahuan utamanya dibidang medis, dan tentunya kami sebagai generasi
penerus akan lebih berusaha lebih baik agar peranan islam utamanya dalam
ilmu pengetahuan dapat kembali berjaya.

Penutup
1.

Kesimpulan
Dari penjelasan yang panjang lebar di atas, mengenai tema Ilmu
Kedokteran dalam Islam dapat diambil kesimpulan bahwa Khazanah
Pengetahuan Islam dalam bidang kedokteran sangat kaya dan luas. Hal itu
dapat dilihat dari karya-karya para tokoh kedokteran Islam. Saksi sejarah
yang lain juga terlihat pada bangunan-bangunan Institusi kedokteran atau
rumah sakit, apotek dan institusi yang lain.Wearisan-warisan Islam dalam
bidang kedokteran tersebut tidak hanya menjadi kenangan masa lampau. Tapi
lewat karya dokter-dokter Islam, para ilmuwan Timur maupun Barat dapat
menguras habis teori-teori atau metode pengobatan dan analisis berbagai

penyakit beserta obatnya. Dengan begitu literature-literatur Islam dalam ilmu


medis dapat mengilhami banyak ilmuwan atau dokter dunia.Ar-Razi dan Ibnu
Sina adalah salah satu dari sekian banyak dokter Islam yang menurut penulis
paling berpengaruh dalam keilmuan ini. Dimana dapat dilihat penjelasan di
atas, khazanah pemikiran dan kontribusinya sangat luas dan kaya. Dengan
dasar kekhasan pemikiran kedua tokoh tersebut penulis menempatkan bab
khusus untuk membanding metode atau titik fokus dalam kegiatan
kedokterannya. Dan didapatkan suatu keharmonisan yang saling melengkapi
jika metode-metode tersebut dikaji dan diaplikasikan dengan tetap memagang
prinsib keseimbangan.Hal itu sudah terwujud dengan melihat perkembangan
kedokteran sekarang. Seperti, cara pengobatan yang sudah maju, penemua
penawar (obat) bagi penyakit-penyakit, adanya dokter-dokter profesional dan
sebagainya.

You might also like