Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK 4
NYERI DADA
NAMA ANGGOTA :
ROSHENA MANAFE (1408010042)
SRI S.N.P.KUSUMO (1408010034)
MARIA ESTER PAYONG (1408010021)
ERNILINDA E. JAWA (1408010024)
THERESIA A.NOR (1408010005)
HERMARIASI PANJAITAN (1408010004)
ANSIETA V.C.BULU OLU (1408010010)
MELANI P.LETOR (1408010017)
ALOYSIUS ELYAKIM (1408010048)
ATIKA BRIA (1408010054)
EUNIKE FANGGIDAE (1408010044)
INTAN TULLE (1208017038)
SRI ADANG JAHA (1408010013)
Skenario
1
Seorang laki-laki umur 55 tahun datang ke klinik dengan keluhan nyeri dada. Dia mengeluh 6
bulan terakhir mengalami nyeri dada substernal bersifat intermitternt dan menjalar ke lengan
kiri.Nyeri pertama kali terjadi ketika melakukan kegiatan dan menurun ketika istirahat.Dia
menyangkal mengalami napas yang pendek ,mual,muntah,atau diaforesis. Dia memiliki riwayat
penyakit hipertensi dan dislipidemia.Pada riwayat keluarga diperoleh keterangan bahwa
bapaknya meninggal karena infark miokard pada usia 56 tahun. Dia menghabiskan 50 bungkus
rokok per tahun. Pada pemeriksaan fisik diperoleh tekanan darah 145/95 mmHg,nadi 75 kali
permenit dan lainnya dalam batas normal.
KATA KUNCI :
KATA SULIT :
PERTANYAAN :
1. Mekanisme nyeri dada?
2. Hubungan riwayat Hipertensi dan dislipidemia dengan gejala pada skenario?
3. Anatomi Jantung (Inervasi dan Vakuarisasi) & Fisiologi Jantung ?
4. Mengapa nyeri saat beraktivitas dan berhenti saat istirahat ?
5. Klasifikasi Nyeri dada?
6. Mengapa nyeri menjalar ke lengan kiri ?
7. Pengaruh kebiasaan merokok dan factor keturunan dengan gejala?
8. Faktor resiko nyeri dada?
9. Mengapa pasien menyangkal mengalami sesak napas ,mual,muntah,diaforesis?
10. Interpretasi tanda vital?
11. DD (Angina pectoris stabil,Angina pectoris tidak stabil dan non STEMI,Stemi dan
perikarditis)?
12. Etiologi Nyeri dada?
13. Gradasi berat nyeri?
JAWABAN
1. Mekanisme Nyeri Dada :
Ada dua mekanisme yang dapat terjadi : Aterosklerosis Ruptur plak Pembentukan
trombus Penyempitan pembuluh darah Kurangnya suplai O2 Iskemik. Jika
terjadi aterosklerosis pada pembuluh darah, makin banyak akan menyebabkan ruptur
pada plak akibatnya terbentuk trombus. Apabila trombus ini berkumpul semakin banyak
akan dapat menyebabkan obstruksi pada arteri koroner. Apabila terjadi obstruksi, maka
darah kekurangan suplai O2 yang akan menyebabkan iskemik. Iskemik inilah yang akan
menimbulkan rasa nyeri pada daerah dada.
Gangguan hemodinamik Vasokonstriksi Pembentukan trombus Penyempitan
pembuluh darah Kurangnya suplai oksigen Mekanisme anaerob Penumpukan
asam laktat Menekan reseptor nyeri Nyeri dada. Jika terjadi gangguan
hemodinamik pada jantung maka akan menimbulkan vasokonstriksi pada pembuluh
darah yang lama-kelamaan menyebabkan trombus. Trombus yang bertambah besar akan
menyebabkan obstruksi pada arteri koroner sehingga dapat terjadi penyempitan.
Akibatnya, suplai oksigen untuk jaringan dan arteri koroner akan berkurang. Hal ini
mengakibatkan mekanisme anaerob meningkat sebagai mekanisme kompensasi dari
tubuh. Namun, akibatnya akan terbentuk asam laktat yang sangat banyak sehingga
menekan ujung-ujung saraf atau reseptor nyeri pada daerah dada yang akan menimbulkan
respon nyeri.
2. Hubungan riwayat dislipidemia, hipertensi dengan gejala adalah diamana dislipidemia
adalah suatu kondisi kelainan pada metabolisme lipid dalam tubuh, menyebabkan
penumpukkan lipid termasuk dalam pembuluh darah yang pada akhirnya menyebabkan
emboli. Bila emboli terjadi pada arteri koronaria dextra dan sinistra beserta
percabangannya, maka jantung akan kekurangan oksigen yang dibutuhkan dalam
melakukan kontraksi. Kekeurangan oksigen dalam waktu yang relatif lama (lebih dari 3045 menit), akan menyebabkan kerusakan sel jantung yang ireversibel serta nekrosis atau
kematian otot. Bagian yang nekrosis akan berhenti berkontraksi secara permanen. Itulah
yang menyebabkan nyeri pada dada.
Mekanisme bagaimana hipertensi menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian berkaitan
langsung dengan dengan pengaruhnya pada jantung dan pembuluh darah. Peningkatan
tekanan darah sistemik meningkatkan resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel
kiri, sehingga beban kerja jantung bertambah. Sebagai akibatnya, terjadi hipertrofi
ventrikel untuk meningkatkan kontraksi. Akan tetapi kemampuan ventrikel untuk
mempertahankan curah jantung dengan hipertrofi kompensasi akhirnya terlampaui dan
terjadi dilatasi dan payah jantung. Jantung semakin terancam oleh semakin parahnya
aterosklerosis koroner. Bila proses arterosklerosis berlanjut, penyedian oksigen
miokardium berkurang. Peningkatan kebutuhan pada miokardium terjadi akibat hipertrofi
ventrikel dan peningkatan kerja jantung sehingga akhirnya menyebabkan angina sebagai
akibat dari infark miokardium.
3. Anatomi Cor
Vaskularisasi jantung
Jantung mendapatkan darah dari arteria coronaria dextra dan sinistra, yang berasal dari
aorta ascendens tepat di atas valva aortae.Arteriae coronariae dan cabang-cabang
utamanya terdapat di permukaan jantung, terletak di dalam jaringan ikat subepicardium.
I.
Arteria Coronaria Dextra
Arteria coronaria dextra berasal dari sinus anterior aortae dari aorta ascendens. Arteri ini
berjalan kebawah di dalam sulcus atrioventricularis dextra, dan pada pinggir inferior
jantung, kemudian pembuluh ini melanjutkan diri ke posterior sepanjang sulcus
atrioventricularis untuk beranastomosis dengan arteria coronaria sinistra di dalam sulcus
interventricularis posterior. Cabang-cabang berikut ini dari arteria coronaria dextra
mendarahi atrium dextrum dan ventriculus dexter, sebagian atrium sinistrum dan
veniriculus sinister, dan septum atrioventriculare.
Cabang-Cabang Arteria Coronaria Dextra
a. Ramus conica arteriosa dexter. Pembuluh ini mendarahi facies anterior conus
pulmonaris (infundibulum ventriculus dexter) dan bagian atas dinding anterior
ventriculus dexter.
b. Rami ventriculares anteriores. Jumlahnya dua atau tiga, dan mendarahi f acies
anterior ventriculus dexter.
c. Ramus marginalis adalah cabang yang terbesar dan berjalan sepanjang pinggit
bawah facies costalis untuk mencapai apex cordis.
Persarafan Jantung
Jantung dipersarafi oleh serabut simpatik dan parasimpatik susunan saraf otonom melalui
plexus cardiacus yang terletak di bawah arcus aorta. Saraf simpatik berasal dari bagian
cervicale dan thoracale bagian atas truncus sympathicus, dan parasimpatik berasal dari
nervus vagus. Serabut-serabut posganglionik simpatik berakhir di nodus sinoatrialis dan
nodus atrioventricularis, serabut-serabut otot iantung, dan arteriae coronariae.
Perangsangan serabut-serabut saraf ini menghasilkan akdelerasi jantung, meningkatnya
daya kontraksi otot jantung, dan dilatasi dari arteriae coronariae. Serabut-serabut
posganglionik parasimpatik berakhir pada nodus sinoatrialis, nodus atrioventricularis dan
arteriae coronariae. Perangsangan saraf parasimpatik mengakibatkan berkurangnya
deny'ut dan daya kontraksi jantung dan konstriksi arteriae coronariae. Serabutserabut.aferen yang berjalan bersama saraf simpatik membawa impuls saraf yang
biasanya tidak dapat disadari. Akan tetapi, apabila suplai darah ke miokardium terganggu,
impuls rasa nyeri dirasakan melaiui lintasan tersebut. Serabut-serabut aferen yang
berjalan bersama nervus vagus mengambil bagian dalam refleks kardiovaskular.
FISIOLOGI COR
NUTRISI OTOT JANTUNG
Sel-sel otot jantung mengandung banyak mitokondria, organel energi dependen O 2. Pada
kenyataannya, hingga 40% volume sel otot jantung ditempati oleh mitokondria, yang
menunjukkan betapa bergantungnya jantung pada penyaluran O2 dan metabolisme
aerobik untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan untuk kontraksi. Otot
jantung juga memiliki banyak mioglobin, yang menyimpan O 2 dalam jumlah terbatas di
jantung untuk dapat digunakan segera.
Jantung menerima sebagian besar pasokan darahnya melalui sirkulasi koronaria sewaktu
diastol.
Meskipun semua darah melewati jantung namun oror jantung tidak dapat menyerap O 2
atau nutrien dari darah di dalam rongga-rongganya karena dua alasan.
Pertama, lapisan endokardium kedap air tidak memungkinkan darah mengalir dari rongga
jantung ke dalam miokardium.
Kedua, dinding jantung terlalu tebal untuk difusi O2, dan zat lain dari darah di dalam
rongga ke masing-masing sel jantung.
Karena itu, seperti jaringan lainnya, otot jantung harus menerima darah melalui
pembuluh darah, secara spesifik melalui sirkulasi koronaria. Arteri-arteri koronaria
bercabang dari aorta tepat setelah katup aorta , dan venavena koronaria mengalirkan
isinya ke dalam atrium kanan.
Otot jantung menerima sebagian besar pasokan darahnya selama diastol. Aliran darah ke
sel otot jantung berkurang secara substansial selama sistol karena dua alasan.
Pertama,miokardium yang sedang berkontraksi, terutama diventrikel kiri, menekan
cabang-cabang utama arteri koronaria;
Kedua, katup aorta yang terbuka menurup secara parsial pintu masuk ke pembuluh
Koronaria
Karena itu, sebagian besar aliran darah koronaria (sekitar 70%) terjadi selama diastol
didorong oleh tekanan darah aorta dengan aliran menurun seiring dengan turunnya
tekanan aorta.Hanya sekitar 30% aliran arteri koronaria terjadi selama sistol. Waktu aliran
darah koronaria yang terbatas ini menjadi sangat penting ketika jantung berdenyut cepat,
saat waktu
diastolik jauh berkurang. Bersamaan dengan meningkatnya tuntunan atas jantung untuk
memompa lebih cepat, waktu yang tersedia untuk menyalurkan O, dan nutrien ke otototot
jantung itu sendiri berkurang.
PENYAMAAN ALIRAN DARAH KORONARIA DENGAN KEBUTUHAN O 2
JANTUNG
Bagaimanapun, pada kondisi normal otot jantung terap menerima aliran darah yang
memadai untuk menunjang aktivitasnya, bahkan sewaktu olahraga, saat kecepatan aliran
darah koronaria meningkat hingga lima kali lipat daripada saat istirahat.Tambahan darah
yang disalurkan ke sel-sel jantung terutama dilakukan melalui vasodilatasi, atau
pelebaran pembuluh koronaria, yang memungkinkan lebih banyak darah melewatinya,
terutama selama diastol. Meningkatnya aliran darah koronaria ini diperlukan untuk
memenuhi peningkatan kebutuhan O2 jantung karena jantung, tidak seperti sebagian
besar jaringan lain, tidak mampu menyerap tambahan O 2 dari darah yang mengalir
menyempit atau tersumbat sehingga aliran darah tidak dapat memenuhi kebutuhan
jantung, sel- sel miokardium menggunakan metabolisme anaerob, dimana lama kelamaan
terjadi penimbunan asam laktat yang merangsang ujung- ujung syaraf reseptor nyeri.
Dalam keadaan istirahat, kebutuhan sel- sel jantung berkurang, maka suplai oksigen
menjadi adekuat dan sel- sel otot kembali melakukan fosforilasi oksidatif. Proses ini tidak
menghasilkan asam laktat. Dengan hilangnya asam laktat maka hilanglah nyeri.
5. Klasifikasi nyeri dada ?
Klasifikasi nyeri dada :
penyebaran informasi saraf harus terjadi dalam sistem saraf pusat, untuk rasa sakit
kadang-kadang dirasakan di leher dan rahang.
Infark miokard melibatkan dinding inferior atau permukaan diafragma jantung sering
menimbulkan ketidaknyamanan di epigastrium. Kita harus berasumsi bahwa serat nyeri
aferen pada saraf simpatik dan masuk ke medula spinalis di radix posterior nervus
spinalis thorakalis ketujuh, kedelapan, dan kesembilan menimbulkan rasa sakit dimaksud
dalam dermatom nervus thorakalis T7, T8, dan T9 di epigastrium.
Karena jantung dan bagian esofagus pars thorakalis mungkin memiliki jalur nyeri aferen
yang sama, itu tidak mengherankan bahwa esophagitis akut menyakitkan dapat meniru
nyeri infark miokard.
7. Pengaruh kebiasaan merokok dan faktor keturunan dengan gejala yaitu ketika seseorang
merokok, maka radikal bebas masuk ke dalam paru-paru dan kemudian masuk kedalam
pembuluh darah bersama dengan oksigen. Radikal ini menonaktifkan oksida nitrat yaitu
faktor endotelial-relaxing utama. Apabila terjadi hiperlipidemia kronis, lipoprotein
tertimbun dalam lapisan intima di tempat meningkatnya permaebilitas endotel.
Pemajanan terhadap radikal bebas dalam sel endotel dinding arteri menyebabkan
terjadinya oksidasi LDL-C yang berperan dan mempercepat timbulnya plak ateromatosa.
Oksidasi LDL-C diperkuat oleh kadar HDL-C yang rendah, hipertensi dan adanya derivat
merokok. Faktor keturunannya adalah adanya pewarisan pada disfungsi endotel, sehingga
orang yang lahir dari orang tua yang memiliki kelainan pada lapisan endotel pembuluh
darah lebih rentan terkena aterosklerosis yang menyebabkan iskemia miokardium
sehingga menimbulkan nyeri dada.
8. Faktor resiko
Secara umum
1. Kelainan kulit : jerawat dan bisul, sensasi tajam seperti ditusuk-tusuk.
2. Musle spasm: nyeri dalam hitungan detik saat beraktivitas beraat dan dapat
dilokalosasi
3. Memar tulang (kontusio tulang): pukulan atau trauma
4. Penyakit paru: TBC, radang paru, bronchitis, memar paru, tumor paru. Sifat tumpul
dan tidak dapat terlokalisasi. Tidak diiringi gejala simpatis.
5. Diseksi aorta: robekan pada aorta karena trauma
Kondisi medis
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Ras
Penyakit
1. Artherosklerosis
a. Penyakit jantung koroner
b. Diabetes militus
c. Hiperkolesterolemia
d. Hipertensi
2. Obesitas
Frekuensi Nadi : 75 kali/menit Normal karena umurnya 55 tahun dan denyut nadinya
75 kali.
C. Manifestasi Klinis
Keluhan pasien umumnya berupa angina untuk pertama kaliatau keluhan angina yang
bertambah dari biasa. Nyeri dada seperti pada angina biasa tapi lebih berat dan lebih
lama, mungkin timbul pada waktu istirahat, atau umbul karena aktivitas minimal. Nyeri
dada dapat disertai keluhan sesak napas, mual, sampai muntah, kadang-kadang disertai
keringat dingin.
Trauma lokal atau radang dari rongga dada otot, tulang kartilago sering menyebabkan nyeri
dada setempat. Nyeri biasanya timbul setelah aktivitas fisik, berbeda halnya nyeri angina yang
terjadi waktu exercise.
Kecemasan dapat menyebabkan nyeri substernal atau prekordinal, rasa tidak enak di dada,
dipnea, pusing, dan rasa takut mati.
Obstruksi saluran napas atas seperti pada penderita infeksi laring kronis dapat menyebabkan
nyeri dada, terutama terjadi pada waktu menelan. Pada emboli paru akut nyeri menyerupai
infark mikard akut dan substernal.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
Medika
5. IPD FK UI jilid II
6. Kapita Selekta Kedokteran
7. Patologi Robins