You are on page 1of 16

DAFTAR ISI

Halaman
Judul.................................................................................................................

Daftar Isi .........................................................................................................

Daftar Gambar ...............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................

2.1 Definisi...................................................................................................

2.2 Epidemiologi.........................................................................................

2.3 Etiologi dan Patogenesa ........................................................................

2.4 Gejala Klinik ..........................................................................................

2.5 Klasifikasi Rosacea ................................................................................

2.6 Histopatologi ..........................................................................................

2.7 Diagnosis Banding .................................................................................

2.8 Kompliksai .............................................................................................

11

2.9 Terapi .....................................................................................................12


2.10 Prognosis .............................................................................................

14

BAB III RINGKASAN ..................................................................................

15

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

16

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

2.1 Predileksi Rosacea......................................................................................

2.2 Rosacea Subtype 1......................................................................................

2.3 Rosacea Subtype 2......................................................................................

2.4 Rosacea Subtype 3......................................................................................

2.5 Rosacea Subtype 4......................................................................................

2.6 Rinofima.....................................................................................................

11

BAB I
PENDAHULUAN

Rosacea adalah gangguan kulit yang umum mengenai usia paruh baya dan usia tua.
Merupakan suatu gangguan peradangan yang lebih dominan mengenai bagian pusat wajah.
Rosacea jarang menyerang dibawah umur 30 tahun. Kebanyakan pasien salah mengartikan
rosacea yang dini dengan penuaan kulit yang normal dan tidak peduli dengan pengobatan
yang efektif untuk mencegah perkembangan menjadi perubahan-perubahan kulit yang
permanen.
Di sebagian besar populasi terjadi peningkatan insiden rosacea. Keluhan yang sering
adalah kemerahan di wajah. Rosacea bukan keadaan yang mengancam jiwa namun
berdampak pada kualitas hidup seseorang karena gangguan kosmetik mengakibatkan rasa
percaya diri rendah. Semakin dini ditegakkan diagnosa dan faktor pencetusnya maka semakin
efektif pengobatan dan semakin baik prognosanya. Rinofima sebagai komplikasi dari rosacea
sering salah dikaitkan dengan alkoholisme.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka permasalahan yang timbul adalah
apakah Rosacea, bagaimana terjadinya, dan bagaimana penatalaksanaannya. Oleh sebab itu,
dalam referat ini akan dijelaskan mengenai rosacea yang diharapkan bermanfaat sebagai
tambahan informasi dalam mnerapkan ilmu kedokteran khususnya di bidang Kulit dan
Kelamin.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Rosacea atau acne rosacea adalah penyakit kronik pada daerah sentral wajah (yang
menonjol/cembung) yang ditandai dengan kemerahan pada kulit dan telangiektasi disertai
episode peradangan yang memunculkan erupsi papul, pustul, dan edema (Wasitaatmadja,
2010).
Rosacea adalah penyakit kulit kronis yang terutama terdapat di muka bagian tengah
(centro facial). Lokalisasinya terdapat pada hidung, pipi, dagu, dahi dan glabela, ditandai
dengan adanya eritema dan telangiektasia dan kadang-kadang disertai dengan peradangan.
Pada waktu terjadinya peradangan terdapat papula, pustula dan pembengkakan.
2.2 Epidemiologi
Acne rosacea diderita umur 30-40 tahun, namun dapat pula pada remaja maupun
orang tua. Umumnya wanita lebih sering terkena dari pria. Ras kulit putih (Kaukasia) lebih
banyak terkena dari kulit hitam (Negro) atau berwarna (Polinesia) dan di negara barat lebih
sering pada mereka yang bertaraf sosio-ekonomi rendah (Wasitaatmadja, 2010).
2.3 Etiologi dan patogenesis
Penyebab rosacea tidak diketahui. Terdapat banyak faktor berpengaruh tetapi tidak
ada satupun terbukti merupakan penyebab dari rosacea.
1. Makanan
Alkohol merupakan penyebab rosacea yang diutarakan sejak zaman Shakespeare,
konstipasi diare, penyakit gastrointestinal dan bahkan penyakit kelenjar empedu.
Kopi, teh panas, minuman keras, tembakau dan makanan pedas atau banyak rempahrempah yang dapat menyebabkan muka merah bukan merupakan suatu penyebab
tetapi dapat memperhebat rosacea.
2. Psikis
3. Obat
Adanya peningkatan bradinin yang dilepas oleh adrenalin pada saat kemerahan kulit
flushing menimbulkan dugaan adanya peran berbagai obat , baik sebagai penyebab
ataupun yang dapat digunakan sebagai terapi rosacea.
4. Infeksi

Walaupun pada penderita rosacea didapatkan Dermodex folliculurum tetapi peranan


sebagai penyebab dari kutu ini diragukan.
5. Iklim
Diduga paparan terhadap hawa dingin dan perubahan iklim dapat menyebabkan
kerusakan vaskuler dan memegang peranan pada patogenesis rosacea. Pada penelitian
tebaru didapatkan bahwa pada permulaan proses terjadinya rosacea terdapat
degenerasi elastotik pada dermis yang diikuti oleh vasodilatasi dan peradangan.
Berkurangnya jaringan penyangga pada dermis dianggap sebagai penyebab dari
vasodilatasi permanen dan telangiektasia. Tampaknya degenerasi pada dermis
merupakan penyebab utama terjadinya rosacea tetapi peranan iklim pada kelainan
jaringan ikat ini masih belum jelas.
6. Imunologi
Diduga terdapat akumulasi imunoglobulin pada perbatasan epidermis-dermis (dermoepidermal junction) dan antibodi pada kolagen papiler. Sebabnya mungkin adalah
kerusakan kolagen tipe IV karena pengaruh sinar matahari. Dengan ditemukannya
antibodi antinuklear IgM yang beredar dalam darah pada beberapa penderita, diduga
ada hubungan penyakit ini dengan penyakit autoimun dan adanya gejala
imunodefisiensi pada penderita rosacea.
7. Lainnya
Defisiensi vitamin, hormonal dan seboroik pernah disangka berperan pada etiologi
rosacea namun tidak dapat dibuktikan (Wasitaatmadja, 2010).
2.4 Gejala klinik
Tempat predileksi rosacea adalah disentral wajah, yaitu hidung, pipi, dagu, kening dan
alis.

Gambar 2.1 : Predileksi rosacea


Gejala utama rosacea adalah eritema, telangiektasia, papul, edema, dan pustul.
Adanya eritema dan telangiektasia adalah persisten pada setiap episode dan merupakan gejala
khas rosacea. Papul kemerahan pada rosacea tidak nyeri, berbeda dengan acne vulgaris, dan
hemisferikal. Pustul hanya ditemukan 20% penderita, sedangkan edema dapat menghilang
atau menetap antara episode rosacea.
2.5 Klasifikasi Rosacea
1.

Subtype 1 : Vascular type / Erythematotelangiectatic


rosacea (ETR)

Gambar 2.2 : Rosacea subtype 1 (Erythematotelangiectatic rosacea) (Frank,2005)


Subtipe ini dikarakteristikkan oleh erithema pada bagian tengah wajah, sebagai
tambahan adanya telangiectasias dan flushing. Pasien mungkin hanya menunjukkan satu dari
gejala dan tanda yang disampaikan di atas. Banyak pasien merasakan lebih buruk pada gejala
mereka dengan faktor-faktor pemicu seperti minuman panas, makanan pedas, cahaya
matahari, panas dan seterusnya. Pasien ini mempunyai tipe kulit sensitif dan mudah luka.
Oleh karena itu keluhan tentang pembakaran dan kaku pada regimen kulit topical adalah
umum. Banyak pasien dalam subtipe ini tidak menyadari bahwa mereka menderita rosacea
6

dan oleh karena itu tidak menggunakan perawatan kulit benar untuk menghindari
perkembangannya (Jonathan, 2002).
2.

Subtype 2 : Papulopustular rosacea (PPR)

Gambar 2.3 : Rosacea subtype 2 (Papulopustular rosacea) (Frank,2005)


Papulopustualr rosacea, juga disebut rosacea klasik, muncul dengan papules, pustules,
dan erythema pada tengah wajah. Pasien menjelaskan erythema sebagai sesuatu yang telah

lama muncul dan pecahnya papules dan pustule secara episodis. Tipe ini mungkin bisa
didiagnosis salah sebagai jerawat. Usia serangan di atas usia 30 tahun, tidak adanya komedo,
adanya faktor pemicu seperti makanan pedas dapat digunakan untuk membedakan bentuk
papulopustular rosacea dengan jerawat (Jonathan, 2002).
3.

Subtype 3 : Phymatous rosacea

Gambar 2.4 : Rosacea subtype 3 (Phymatous rosacea) (Frank,2005)


Phymatous mempunyai perubahan yang diketahui dengan adanya penebalan kulit yang
tidak biasa pada hidung dengan permukaan tidak teratur dan nodularitas. Walaupun paling
umum mempengaruhi area nasal, tapi juga terjadi pada area malar dan pipi. Tipe ini terlihat
lebih umum pada laki-laki. Modalitas penanganan meliputi isotretinoin, laser resurfacing, dan
intervensi pembedahan. (Jonathan, 2002).
4.

Subtype 4 : Ocula rosacea

Gambar 2.5 : Rosacea subtype 4 (Ocular rosacea) (Frank,2005)


Perwujudan ocular rosacea biasanya tidak spesifik. Sebagian besar pasien dengan
ocular rosacea mengeluhkan merasa terbakar, kaku, gatal, dan berair pada mata. Banyak
yang tidak didiagnosis dan diobati selama bertahun-tahun, karena mereka di interpretasikan
salah menurut gejalanya sebagai bukti alergi terhadap substansi berbeda. Ocular rosacea

harus diperhatikan jika pasien mengeluhkan atau menunjukkan satu dari hal berikut:
interpalpebral conjunctival hyperemia, terbakar atau perih di mata, foto sensitivitas,
telangiectasias pada pelupuk mata, atau conjuctiva, dan erythema seputar mata. Pasien
mungkin juga muncul dengan gambaran klinis conjuctivis, blepharitis, inflamasi kelenjar
meibomai (atau kelenjar tarsal), atau chalazion. Dapat dilihat gejela dari rosacea mungkin
mendahului tanda yang berhubungan dengan kulit, walaupun sebagian besar pasien
mempunyai perwujudan gejala di kulit (Jonathan, 2002).

2.6 Histopatologi
Gambaran histopatologi rosacea khas namun tidak patognomonik. Terdapat ektasia
vaskular, edema dermis, dan disorganisasi jaringan konektif dermis. Derajad keradangan
bergantung pada kondisi dan stadium lesi. Sel radang limfosit dan histiosit dan bahkan sel
raksasa pada dermis dan perivaskuler, sel plasma dan sel mast dapat juga terlihat, apalagi bila
edema berlangsung lama. Pada pustula terdapat sebaran sel PMN sekitar folikel. Dermodex
folliculorum sering dapat ditemukan dalam folikel infundibulum dan duktus sebasea
(Wasitaatmadja, 2010).
2.7 Diagnosis Banding

Acne vulgaris
Merupakan suatu keradangan kronis dari folikel polisebasea yang ditandai dengan
adanya komedo, papula, pustula dan kista daerah-daerah predileksi (muka, bahu,
lengan bagian atas, dada, punggung). Gejala utama terdapat komedo yang jika
meradang bisa disertai papula, pustula, nodula dan kista. Lesi nodula-kistik yang
meradang dapat terasa gatal dan nyeri tekan, bila pecah dapat mengeluarkan pus.

Dermatitis seboroik
Merupakan penyakit kulit dengan keradangan superfisial kronis yang mengalami
remisi dan eksaserbasi dengan area seboroik (daerah kepala, wajah, badan bagian atas,
dan daerah lipatan) sebagai tempat predileksi. Gejala umumnya gatal. Efloresensinya
terdapat makula atau plakat, folikular, perifolikular atau papula, kemerahan atau
kekuningan dengan derajat ringan sampai berat, inflamasi, skuama dan krusta tipis
sampai tebal yang kering, basah atau berminyak.

Dermatitis perioral

Merupakan acne yang paling sering ditemukan wanita dewasa. Perempuan pada usia
20-an dan 30-an dapat mengalami timbulnya pustula, papula superfisial dan bercakbercak eritematosa, berlemak dan bersisik di sekitar mulut. Pasien seringkali
elaporkan adanya riwayat memakai krim steroid fluorinasi yang kuat pada wajah.
Tetapi penyebab dari keadaan ini belum diketahui. Dalam mengobati penyakit ini,
semua krim steroid topikal yang kuat harus dihentikan. Krim hidrokortison 1% dapat
menghilangkan eritema dan mencegah eksaserbasi acne setelah pemakaian
kortikosteroid kuat lain dihentikan. Tetrasiklin oral 250-500 mg/hari biasanya efektif.
Antibiotik ini secara bertahap diturunkan dosisnya dalam waktu beberapa bulan.
Seringkali penyembuhan dari acne peioal terjadi dalam waktu 4 bulan.

Lupus eritematosus
Merupakan penyakit autoimun yanng kronik dan menyerang berbagai sistem dalam
tubuh. Gejala khasnya butterfly appearance. Diagnosanya ditegakkan jika memenuhi
4 dari 11 kriteria ARA, yaitu:
Malar rash
Discoid rash
Fotosensitif
Luka mulut artritis
Serositis
Kelainan fungsi ginjal
Kelainan neurologi
Kelainan darah
Kelainan imunologi
Peningkatan antibody antinuclear

Photodamaged (sun damaged)


Dengan tanda telangiectasias dan erythema di daerah wajah, leher, telinga.

Penggunaan kortikosteroid jangka panjang


Dengan tanda adanya penipisan kulit, telangiektasis, striae (Miller, 2007).

2.8 Komplikasi

10

Acne rosacea yang kronis atau terlambat dalam diagnosis dan penatalaksanaanya
mempunyai komplikasi, yaitu:
1. Rinofima
Rinofima adalah pembesaran hidung tak teratur yang terjadi bertahun-tahun sebagai
akibat penongkatan progresif jaringan ikat, hiperplasi kelenjar sebasea, ektasia vena,
dan inflamasi kronik yang dalam. Rinofima dapat menyertai rosacea stadium III,
sehingga dianggap komplikasi rosacea. Rinofima sering terdapat pada rosacea yang
hebat dan mungkin merupakan satu-satunya gejala. Sering ditemukan pada laki-laki
umur 40-50 tahun dengan kulit seboroik. Tempat predileksi pertama di ujug hidung
yang kemudian melebar ke sekitarnya, ala nasi, dan kolumela. Daerah paranasal,
ujung dagu, dan cuping telinga dapat juga terkena. Warna lesi bervariasi dari warna
kulit sampai warna biru kehijauan dan merah tua. Kadang-kadang dari lubang folikel
yang membesar keluar jaringan keratin yang mengeluarkan bau tidak enak.

Gambar 2.6 : Rinofima (www.Google.com)


Ada 4 tipe penyakit : bentuk glandulear yang terjadi akibat hiperplasia
kelenjar sebasea lebih dominan. Bentuk fibrosa akibat hiperplasia jaringan konektif.
Bentuk fibroangioma akibat hiperplsia jaringan ikat dan pelebaran pembuluh darah.
Bentuk aktinik akibat massa nodular jaringan elastik. Akibat hiperplasia yang hebat
ini hidung terlihat besar seperti bola lampu, berbenjol-benjol dan kadang-kadang

11

membentuk tangkai. Rinofima dapat menyertai acne rosacea stadium III sehingga
dianggap komplikasi dari acne rosacea.
Pada pemeriksaan histopatologi terdapat hiperplasia epitel epidermal. Folikel
sebasea, dan jaringan ikat disertai pelebaran pembuluh darah kulit yang masif.
Sebukan sel radang menahun tersebar di sekitar folikel dan kelenjar sebasea.
Terapinya adalah bedah kulit, baik bedah skapel, bedah listrik, atau
dermabrasi.
2. Inflamasi okular
3. Rosacea limfedema (Wasitaatmadja, 2010).
2.9 Terapi
Pengobatan sukar dan tidak ada kesempatan sembuh sempurna. Paparan sinar
matahari dan faktor-faktor yang dapat menyebabkan eritema dan fase dilatasi pada muka
harus dihindari, seperti paparan terhadap panas dan dingin, minuman panas, makananmakanan yang banyak rempah-rempah atau pedas, dan minuman alkohol.
Pengobatan sistemik

Tetrasiklin
Mekanisme kerja tetrasiklin tidak diketahui dengan pasti mungkin sebagai anti bakteri
dan menekan reaksi radang dari rosacea. Dosis: 4 x 250 mg selama 3-4 minggu
sebelum makan, diturunkan perlahan-lahan dengan dosis 250 mg/1-2 hari. Minosiklin

dan doksisiklin juga efektif. Dosis 2 x 50 mg.hari, dosis 50 mg/hari.


Isotretinoin
Berguna untuk penderita rosacea yang resisten terhadap antibiotika, walaupun
mempunyai efek samping lebih besar. Sebelum pemakaian perlu dipertimbangkan
indikasi, kontraindikasi dan semua efek samping yang mungkin timbul. Mekanisme
kerja belum diketahui karena kelenjar palit dan sebum tidak dianggap berperan utama
dalam patogenesis penyakit ini. Dosis standar: 0,5-1 mg/kgBB/hari. Dosis rendah:
0,1-0,2 mg/kgBB/hari cukup efektif untuk rosacea hebat meski dibutuhkan waktu
yang lebih lama. Dosis mini: 2,5-5 ,g/hari selama 6 bulan atau lebih cukup menolong
pada beberapa tipe rosacea dan efek samping pada mata juga minimal. Efek samping:
kelainan pada mata, rosacea oftalmika dapat bertambah hebat, mata terasa kering dan

dapat menyebabkan blefaritis.


Metronidazol
Terapi oral biasanya efektif untuk semua tipe rosacea, terutama yang tidak
mengadakan respon terhadap tetrasiklin. Karena mempunyai efek samping. Hanya

12

digunakan sebagai obat pilihan kedua dan tidak dianjurkan pada panderita hamil.
Mekanisme kerja tidak diketahui dan diperkirakan mempengaruhi fungsi netrofil.

Dosis: 2 x 500 mg selama 6 hari.


Kortikosteroid
Tidak boleh diberikan kecuali pada acne fulminans. Pada keaaan ini kortikostroid per
oral dan topikal dapat diberikan dalam jangka pendek. Dosis: 1 mg/hari selama 1
minggu untuk menekan reaksi, kemudian diikuti dengan pemberian isotretinoin.

Terapi Topikal
Semua bahan yang dapat menyebabkan iritasi lokal seperti sabun, pembersih yang
mengandung alkohol, tingtur dan astringent, abrasif dan bahan-bahan yang dapat
mengadakan pengelupasan kulit harus dihindari. Terapi topikalnya :

Antibiotika
Antibiotika topikal kadang-kadang efektif. Dipasaran didapatkan topikal klindamisin,
eritromisin dan tetrasiklin. Tetrasiklin walaupun efektif per oral pada pemakaian
topikal tidak memberika hasil yang baik dan tampaknya eritromisin topikal

mempunyai efek paling baik.


Metronidazol
Aman dan efektif untuk rosacea sedang dan keras. Di Amerika terdapat dengan
onsentrasi 0,75% gel, dipakai 2x/hari. Memberikan hasil yang bagus pada lesi papula
dan pustula, tetapi tidak mempengaruhi eritema, telangiektasia atau kemerahan pada

muka (flushing).
Kortikosteroid
Sebaiknya jangan dipakai kecuali pada rosacea fulminans. Kadang-kadang diperlukan

preparat hidrokortison untuk jangka waktu pendek untuk memperbaiki roxacea.


Imidazol
Mempunyai efek anti inflamasi pada bakteri gram positif dan dapat ditoleransi dengan
baik pada kebanyakan enderita rosacea dengan kulit yang sensitif. Ketokonazol:

dalam bentuk cream dipakai 1-2 x/hari.


Obat-obat lama
Sulfur 2-5% dalam bentuk lotion juga memberikan hasil yang baik
Isotretinoin
0,2% isotretinoin dalam bentuk cream kurang bersifat iritasi dibandigkan dengan
tretioin. Dapat menekan lesi beradang pada stadium II dan stadium III.
Obat antiparasit
Dermodex folliculorum sekaang tidak dianggap memegang peranan penting pada
rosacea walaupun bila banyak dapat memperberat keadaan. Parasit ini dapat bereaksi

13

baik dengan lindan (g-hexachlorocylohe-xane), krotamiton, bensoil bensoat 1 x/hari

selama 2-5 hari.


Tabir surya
Diperlukan tabir surya yang dapat menahan sinar UVA dan UVB dengan Sun
Protection factors (SPF) 15 atau lebih tinggi. Untuk beberapa orang adalah sukar

mencari tabir surya yang dapat ditoleransi tanpa terjadinya kombutio atau iritasi.
Obliterasi pembuluh-pembuluh darah
Terutama pada hidung dengan jarum diatermi atau laser argon atau pulse dye laser
(Tiemstra, 2008).

2.10 Prognosis
Rosacea umumya persisten, berangsur bertambah berat melaui episode akut. Namun
adapula yang remisi secara spontan.

14

BAB III
RINGKASAN

Rosacea adalah penyakit kronik pada daerah sentral wajah (yang menonjol/cembung)
yang ditandai dengan kemerahan pada kulit dan telangiektasi disertai episode peradangan
yang memunculkan erupsi papul, pustul, dan edema.
Acne rosacea diderita umur 30-40 tahun, namun dapat pula pada remaja maupun orang
tua. Umumnya wanita lebih sering terkena dari pria. Penyebab rosacea : Makanan, psikis,
obat, infeksi, iklim, imunologi, d efisiensi vitamin, hormonal dan seboroik. Gejala utama
rosacea adalah eritema, telangiektasia, papul, edema, dan pustul.
Klasifikasi rosacea : Vascular type / Erythematotelangiectatic rosacea (ETR), Papulopustular
rosacea (PPR), Phymatous rosacea, Ocular rosacea. Diagnosa banding rosacea: Acne
vulgaris, dermatitis seboroik, dermatitis perioral, lupus eritematosus, photodamaged (sun
damaged), penggunaan kortikosteroid jangka panjang. Komplikasi : Rinofima, inflamasi
okular, rosacea limfedema. Terapi rosacea dapat dengan sistemik maupun topikal. Prognosis
rosaccea umumya persisten, berangsur bertambah berat melaui episode akut. Namun adapula
yang remisi secara spontan.

15

DAFTAR PUSTAKA
Frank. C. 2005. Rosacea. From the Regional Centre of Dermatology, Mater Misericordiae
Hospital, Dublin.
Jonathan. W. 2002.Standard classification of rosacea: Report of the National Rosacea
Society Expert Committee on the Classification and Staging of Rosacea ;
46:584-7.
Miller. P. 2007. Acne Rosacea More Than a Red Nose. Accessed Juni 13, 2010.
Tiemstra, J.D dan Cohen, A.F. 2008. Diagnosa dan Terapi Rosacea. Diambil dari
http://dokterfoto.com/2008/10/19/diagnosa-dan-terapi-rosacea/

pada

tanggal

November 2009
Wasitaatmadja, S. M. 2010. Ilmu Penyait Kulit dan Kelamin. FKUI: Jakarta
www. Google.com

16

You might also like