You are on page 1of 8

TUGAS I

Mata Kuliah : Filsafat Ilmu


Dosen : Dr. Suryo Ediyono, M.Hum.

HUBUNGAN KONSUMSI ZAT BESI DENGAN ANEMIA PADA


WANITA YANG SEDANG MENGALAMI MENSTRUASI

TINJAUAN FILSAFAT ILMU


(LANDASAN ONTOLOGI, EPISTEMIOLOGI, DAN AKSIOLOGI)

Oleh:
Irfan Adi Saputra
C111 07 182

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2008
HUBUNGAN KONSUMSI ZAT BESI DENGAN ANEMIA PADA
WANITA YANG SEDANG MENGALAMI MENSTRUASI

A. LATAR BELAKANG
Masalah gizi ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius karena
berdampak pada perkembangan fisik, psikis, perilaku dan etos kerja seseorang.
Anemia ini merupakan persoalan yang serius bagi bangsa Indonesia karena bisa
berdampak pada siapa saja. Akibat lebih lanjut seperti disebutkan di atas adalah
kelahiran bayi premature, kematian ibu saat melahirkan, penurunan tingkat
intelegensi anak, hilangnya semangat dan motivasi belajar anak.
Ketidakcukupan tersebut terjadi karena beberapa faktor antara lain; kurangnya
pemasukan zat besi, berkurangnya persediaan zat besi dalam makanan, meningkatnya
kebutuhan akan zat besi dan dapat juga karena kehilangan darah yang kronis. Faktor
resiko terbanyak yang mudah terkena anemia besi adalah bayi, anak usia pra sekolah,
remaja dan wanita usia subur terutama yang sedang mengandung bayinya. Namun
tidak menutup kemuningkinan laki-laki dewasa pun mudah terkena bila tidak cukup
mengkonsumsi zat besi ini.
Anemia juga merupakan salah satu masalah gizi utama di dunia. Anemia
merupakan suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin
(protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah normal. Sel darah
merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen
ke paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan
berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah
merah, sehingga darah tidak dapat menganggkut oksigen dalam jumlah sesuai yang
diperlukan oleh tubuh. Anemia menyebabkan terganggunya aktivitas yang dilakukan
sehari-hari, apalagi jika anemia di akibatkan oleh menstruasi yang sering dialami oleh
wanita pada umumnya.
Kekurangan zat besi juga merupakan salah satu penyebab terjadinya anemia pada
seseorang, sehingga penggunaan zat besi dapat mengatasi anemia yang di hadapi.
Akan tetapi pada penelitian ini, penulis ingin mengetahui apakah terdapat hubungan
pemberian atau konsumsi zat besi pada wanita penderita anemia yang sedang
mengalami menstruasi dimana kita ketahui bahwa pada saat menstruasi, wanita
banyak kehilangan darah.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
Apakah terdapat hubungan antara konsumsi zat besi dengan anemia pada wanita yang
sedang mengalami menstruasi?

C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan uraian rumusan masalah masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:
Mengetahui hubungan antara konsumsi zat besi dengan anemia pada wanita yang
sedang mengalami menstruasi.

D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat praktik adalah sebagai sumber informasi bagi masyarakat luas mengenai
hubungan antara konsumsi zat besi dengan anemia pada wanita yang sedang
mengalami mestruasi.
2. Manfaat dalam dunia kedokteran adalah sebagai sumbangsih dalam turut serta
membangun sumber daya manusia yang berkualitas.
3. Manfaat ilmiah secara umum adalah sebagai bahan referensi yang sangat berharga
dalam menambah khasanah literatur studi tentang hubungan antara konsumsi zat
besi dengan anemia pada wanita yang sedang mengalami mestruasi.
4. Manfaat individu adalah sebagai ilmu dan penambahan wawasaan untuk
menumbuhkan dan mengembangkan keinginan dan kemampuan meneliti dalam
rangka menunjang proses pembelajaran seumur hidup bagi mahasiswa
kedokteran.
E. TINJAUAN FILSAFAT
Tinjauan dari segi filsafat meliputi tiga bidang utama filsafat, yaitu ontologi,
epistemiologi, dan aksiologi.

1. Ontologi
Landasan ontologi berkaitan dengan hakikat atau keberadaan ilmu.

Zat besi merupakan unsur logam besi dalam badan yang diperlukan oleh
kebanyakan organisma kecuali sebagian kecil organisme. Bagi manusia, zat besi
diperlukan dalam pembentukan sel darah merah, yaitu hemoglobin.

Jumlah zat besi di dalam tubuh orang dewasa sehat adalah lebih kurang sebanyak
4 gram. Sebagian besar yaitu 2,5 gram berada di dalam sel-sel darah merah atau
hemoglobin. Zat besi yang terdapat di dalam pigmen pada otot disebut myoglobin
yang berfungsi untuk menangkap dan memberikan oksigen. Enzim intraselluler yang
disebut phorphyrin juga mengandung zat besi. Enzim lain yang terpenting
diantaranya adalah cytochrome yang selalu banyak terdapat di dalam sel. Pada orang
yang sehat. sebagian zat besi yaitu lebih kurang 1 gram disimpan didalam hati yang
berikatan dengan protein yang disebut ferritin.

Didalam tubuh, zat besi mempunyai fungsi yang berhubungan dengan


pengangkutan, penyimpanan, dan pemanfaatan oksigen yang berada dalam bentuk
hemoglobin. myoglobin atau cytochrome. Untuk memenuhi kebutuhan guna
pembentukan hemoglobin. sebagian besar zat besi yang berasal dari pemecahan sel
darah akan dimanfaatkan kembali. kemudian baru kekurangannya harus dipenuhi dan
diperoleh melalui makanan.

Keseimbangan zat besi di dalam tubuh perlu dipertahankan yaitu jumlah zat besi
yang dikeluarkan dari tubuh sarna dengan jumlah zat besi yang diperoleh tubuh dari
makanan. Bila zat besi dari makanan tidak mencukupi, maka dalam waktu lama akan
mengakibatkan anemia. Sel-sel darah merah berumur 120 hari. Jadi sesudah 120 hari
sel-sel darah merah mati dan diganti dengan yang baru. Prosespenggantian sel darah
merah dengan sel-sel darah merah baru disebut turn over.

Kebutuhan zat besi pada seseorang sangat tergantung pada usia dan jenis kelamin.
Khususnya pada wanita subur (wanita hamil), bayi dan anak-anak lebih beresiko
untuk untuk menglami anemia zat besi daripada orang lain.

Kebutuhan zat besi berdasarkan zat besi yang terserap


menurut umur dan jenis kelamin
Usia/jenis kelamin µg/kg/hari Mg/hari
4 – 12 bulan 120 0,96
13 – 24 bulan 56 0,61
2 – 5 tahun 44 0,70
6 – 11 tahun 40 1,17
12 – 16 tahun (wanita) 40 2,02
12 – 16 tahun (lelaki) 34 1,82
lelaki dewasa 18 1,14
wanita hamil
wanita menyusui 24 1,31
wanita haid 42 2,38
wanita pasca menopause 18 0,96

Kebutuhan zat besi pada wanita lebih banyak daripada laki-laki karena mereka
mengalami menstruasi yang datang bulanan. Namun demikian wanita mampu
mengabsorpsi zat besi lebih efisien asalkan makanan lainnya cukup beragam seperti
daging, ikan dan sumber vitamin C.

2. Epistemiologi
Landasan epistemologi sangat berkaitan dengan teori tentang pengetahuan itu
sendiri. Dalam epistemologi, dibahas mengenai objek pengetahuan, sumber, dan alat
untuk memperoleh pengetahuan, kesadaaran metode, validitas pengetahuan dan
kebenaran pengetahuan.
Kekurangan zat besi merupakan salah satu penyebab terjadinya anemia pada
seseorang. Anemia Karena Kekurangan Zat Besi adalah suatu keadaan dimana jumlah
sel darah merah atau hemoglobin (protein pengangkut oksigen) dalam sel darah
berada dibawah normal, yang disebabkan karena kekurangan zat besi.
Beberapa zat gizi diperlukan dalam pembentukan sel darah merah.
Yang paling penting adalah zat besi, vitamin B12 dan asam folat; tetapi tubuh juga
memerlukan sejumlah kecil vitamin C, riboflavin dan tembaga serta keseimbangan
hormon, terutama eritropoietin (hormon yang merangsang pembentukan sel darah
merah). Tanpa zat gizi dan hormon tersebut, pembentukan sel darah merah akan
berjalan lambat dan tidak mencukupi, dan selnya bisa memiliki kelainan bentuk dan
tidak mampu mengangkut oksigen sebagaimana mestinya.
Selain itu, penyakit kronik juga bisa menyebabkan berkurangnya pembentukan
sel darah merah di dalam tubuh, sehingga dapat memperburuk penderita anemia
apalagi ketika penderita penyakit kronik tersebut adalah wanita yang sedang dalam
masa menstruasinya.
Asupan normal zat besi biasanya tidak dapat menggantikan kehilangan zat besi
karena perdarahan kronik dan tubuh hanya memiliki sejumlah kecil cadangan zat
besi.
Sebagai akibatnya, kehilangan zat besi harus digantikan dengan tambahan zat besi.
Wanita yang sedang mesntruasi harus mengkonsumsi banyak makanan dengan
kandungan zat besi yang tinggi karena kadar zat besi dalam tubuhnya berkurang
karena banyaknya darah yang terbuang ketika dalam masa menstruasi tersebut. Selain
itu, janin yang sedang berkembang juga menggunakan zat besi untuk
perkembangannya, oleh karena itu wanita hamil sangat memerlukan tambahan zat
besi.
Makanan rata-rata mengandung sekitar 6 mgram zat besi setiap 1.000 kalori,
sehingga rata-rata orang mengkonsumsi zat besi sekitar 10-12 mgram/hari.
Sumber yang paling baik adalah daging. Serat sayuran, fosfat, kulit padi (bekatul) dan
antasid mengurangi penyerapan zat besi dengan cara mengikatnya. Vitamin C
merupakan satu-satunya unsur makanan yang dapat meningkatkan penyerapan zat
besi. Tubuh menyerap sekitar 1-2 mgram zat besi dari makanan setiap harinya, yang
secara kasar sama dengan jumlah zat besi yang dibuang dari tubuh setiap harinya.
Anemia yang biasa dialami oleh wanita dewasa merupakan suatu dampak dari
keperluan yang meningkat pada masa menstruasi, sedang dalam masa kehamilan
ataupun laktasi. Pada saat menstruasi, rata-rata wanita kehilangan darah 30 ml/hari,
dimana ketika dalam fase menstruasi tersebut kandungan zat besi yang dibutuhkan
sekitar 0,1 mg Fe. Hal ini harus dicukupi mengingat absorbsi tubuh terhadap makanan
yang masuk adalah 20%, sehingga dibutuhkan asupan zat besi sebanyak 10 mg dalam
makanan. Pada wanita menstruasi yang mengalami anemia, dapat dianjurkan untuk
memakan-makanan kaya sumber protein hewani karena dapat meningkatkan absorbsi
makanan yang masuk ke dalam tubuh.

3. Aksiologi
Landasan aksiologi berkaitan dengan dampak maupun manfaat ilmu bagi
kesejahteraan umat manusia.
Anemia yang dialami oleh wanita maupun remaja putri yang sedang mengalami
menstruasi dapat diakibatkan oleh karena mereka tidak mengkonsumsi makanan-
makanan yang mengandung zat besi yang tinggi seperti daging dan sebagainya. Pada
anemia, kadar zat besi dalam tubuh kurang, sehingga dapat menimbulkan gejala-
gejala berupa pucat, kuku seperti sendok atau sering disebut spoon nails, dimana kuku
menjadi lebih tipis dan melengkung seperti sendok. Selain itu, juga dapat dilihat
kelemahan pada penderita disertai berkurangnya kekuatan otot, serta peubahan dalam
tingkah laku kognitif.
Dampak dari anemia yang dialami oleh wanita yang sedang mengalami
menstruasi pastinya dapat menyebabkan penurunan kinerja dalam melakukan
kegiatan sehari, sehari-hari. Oleh karena itu, asupan suplemen penambah zat besi
sangat diperlukan. Akan tetapi, asupan yang berlebihan juga dapat menyebabkan
keracunan sehingga penderita dihimbau untuk mengkonsumsi suplemen penambah
zat besi dengan dosis yang telah ditetapkan oleh dokter.
Penelitian mengenai hubungan zat besi dengan anemia pada wanita yang sedang
menstruasi ini bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai penyakit anemia
yang biasa dialami oleh wanita yang sedang menstruasi, sehingga diharapkan mereka
tahu bagaimana mengangi masalah anemia dengan mengkonsumsi suplemen zat besi
yang tidak berlebihan dan sesuai dengan dosis yang dibutuhkan oleh tubuh selama
fase menstruasi. Dengan adanya penelitian yang intensif, maka kita dapat mencegah
terjadinya anemia pada wanita-wanita ataupun remaja putri yang sedang mengalami
fase menstruasi sehingga hal ini diharapkan dapat membantu masyarakat untuk
meningkatkan kualitas hidup masing-masing.

You might also like