You are on page 1of 65

Tinjauan Teori

2.1 Anatomi dan Fisiologi Pancreas


Pankreas adalah kelenjar majemuk bertanda dan strukturnya sangat mirip dengan
kelenjar ludah, panjang kira-kira 15 cm berat 60 100 gram. Letak pada daerah
umbilical, dimana kepalanya dalam lekukanduodenum dan ekornya menyentuh kelenjar
lympe, mengekskresikannya insulin dan glikogen ke darah.
Pankreas terdiri dari tiga bahagian yaitu :
a. Kepala pankreas merupakan bahagian paling besar terletak di sebelah kanan
umbilical dalam lekukan duodenum.
b. Badan pankreas merupakan bagian utama organ itu letaknya sebelah lambung dan
depan vertebra lumbalis pertama.
c. Ekor pankreas adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang sebenarnya menyentuh
lympa.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :
a. Acini yang menyekresi getah pencernaan ke duodenum.
b. Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin
dan glukogen langsung ke darah.
Pulau langerhans manusia mengandung tiga jenis sel utama yaitu sel alfa, beta dan
delta yang satu sama lain dibedakan dengan struktur dan sifat pewarnaannya. Sel beta
mengekresi insulin, sel alfa mengekresi glukagon, dan sel-sel delta mengekresi
somatostatin.
Pankreas terletak melintang dibagian atas abdomen dibelakang gaster didalam ruang
retroperitoneal. Disebelah kiri ekor pankreas mencapai hilus limpa diarah kronio dorsal
dan bagian atas kiri kaput pankreas dihubungkan dengan corpus pankreas oleh leher
pankreas yaitu bagian pankreas yang lebarnya biasanya tidak lebih dari 4 cm, arteri dan
vena mesentrika superior berada dileher pankreas bagian kiri bawah kaput pankreas ini
disebut processus unsinatis pankreas. Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :
1)
2)

Asinus, yang mengekskresikan pencernaan ke dalam duodenum.


Pulau Langerhans, yang tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan getahnya
namun sebaliknya mensekresi insulin dan glukagon langsung kedalam darah.

Pankreas manusia mempunyai 1 2 juta pulau langerhans, setiap pulau langerhans hanya
berdiameter 0,3 mm dan tersusun mengelilingi pembuluh darah kapiler.

Pulau langerhans mengandung tiga jenis sel utama, yakni sel-alfa, beta dan delta. Sel
beta yang mencakup kira-kira 60 % dari semua sel terletak terutama ditengah setiap pulau
dan mensekresikan insulin. Granula sel B merupakan bungkusan insulin dalam sitoplasma
sel. Tiap bungkusan bervariasi antara spesies satu dengan yang lain. Dalam sel B ,
molekul insulin membentuk polimer yang juga kompleks dengan seng. Perbedaan dalam
bentuk bungkusan ini mungkin karena perbedaan dalam ukuran polimer atau agregat seng
dari insulin. Insulin disintesis di dalam retikulum endoplasma sel B, kemudian diangkut
ke aparatus golgi, tempat ia dibungkus didalam granula yang diikat membran. Granula ini
bergerak ke dinding sel oleh suatu proses yang tampaknya sel ini yang mengeluarkan
insulin ke daerah luar dengan eksositosis. Kemudian insulin melintasi membran basalis
sel B serta kapiler berdekatan dan endotel fenestrata kapiler untuk mencapai aliran darah
(Ganong, 2005). Sel alfa yang mencakup kira-kira 25 % dari seluruh sel mensekresikan
glukagon. Sel delta yang merupakan 10 % dari seluruh sel mensekresikan somatostatin
(Pearce, 2012)
Fungsi pancreas ada dua, maka disebut organ rangka, yaitu :
a. Fungsi eksokrin, dilaksanakan oleh sel sekretori lobula yang membentuk getah
pancreas berisi enzim dan elektrolit. Jenis-jenis enzim dari pancreas adalah :
1. Amylase ; menguraikan tepung menjadi maltosa atau maltosa dijadikan
polisakarida

dan

polisakarida

dijadikan

sakarida

kemudian

dijadikan

monosakarida.
2. Tripsin ; menganalisa pepton menjadi polipeptida kemudian menjadi asam amino.
3. Lipase ; menguraikan lemak yang sudah diemulsi menjadi asam lemak dan
gliserol gliserin.
b. Fungsi endokrin atau kelenjar tertutup berfungsi membentuk hormon dalam pulau
langerhans yaitu kelompok pulau-pulau kecil yang tersebar antara alveoli-alveoli
pancreas terpisah dan tidak mempunyai saluran.
Oleh karena itu hormon insulin yang dihasilkan pulau langerhans langsung
diserap ke dalam kapiler darah untuk dibawa ke tempat yang membutuhkan hormon
tersebut. Dua hormon penting yang dihasilkan oleh pancreas adalah insulin dan
glukagon
1) Insulin
Insulin adalah protein kecil yang berat molekulnya 5808 untuk manusia. Insulin
terdiri dari dua rantai asam amino, satu sama lain dihubungkan oleh ikatan
disulfide. Sekresi insulin diatur oleh glukosa darah dan asam amino yang

memegang peranan penting. Perangsang sekresi insulin adalah glukosa darah.


Kadar glukosa darah adalah 80 90 mg/ml.
Mekanisme untuk mencapai derajat pengontrolan yang tinggi yaitu :
1. Fungsi hati sebagai sistem buffer glukosa darah yaitu meningkatkan
konsentrasinya setelah makan, sekresi insulin juga meningkat sebanyak 2/3
glukosa yang di absorbsi dari usus dan kemudian disimpan dalam hati dengan
bentuk glukagon.
2. Sebagai sistem umpan balik maka mempertahankan glukosa darah normal.
3. Pada hypoglikemia efek langsung glukosa darah yang rendah terhadap
hypothalamus adalah merangsang simpatis. Sebaliknya epinefrin yang
disekresikan oleh kelenjar adrenalin masih menyebabkan pelepasan glukosa
yang lebih lanjut dari hati. Juga membantu melindungi terhadap hypoglikemia
berat.
Adapun efek utama insulin terhadap metabolisme karbohidrat, yaitu :
a.)

Menambah kecepatan metabolisme glukosa

b.)

Mengurangi konsentrasi gula darah

c.)

Menambah penyimpanan glukosa ke jaringan.

2) Glukagon
Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa pulau
langerhans mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan insulin. Fungsi
yang terpenting adalah : meningkatkan konsentrasi glukosa dalam darah.
Glukagon merupakan protein kecil mempunyai berat molekul 3842 dan terdiri dari
29 rantai asam amino.
Dua efek glukagon pada metabolisme glukosa darah :
a.)

Pemecahan glikogen (glikogenesis)

b.)

Peningkatan glukogenesis
Pengatur sekresi glukosa darah perubahan konsentrasi glukosa darah

mempunyai efek yang jelas berlawanan pada sekresi glukagon dibandingkan pada
sekresi insulin, yaitu penurunan glukosa darah dapat menghasilkan sekresi
glukagon, bila glukagon darah turun 70 mg/100 ml darah pancreas mengekresi
glukosa dalam jumlah yang sangat banyak yang cepat memobilisasi glukosa dari
hati. Jadi glukagon membantu melindungi terhadap hypoglikemia.
2.2 Definisi Diabetes Melitus

Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik
pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah (Mansjoer dkk,2009). Sedangkan menurut
Francis dan John (2012), Diabetes Mellitus klinis adalah suatu sindroma gangguan
metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi
sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya.
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi
sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin
atau kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddarth, 2013). Diabetes mellitus
merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa
dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner & Suddarth, 2013).
Diabetes Mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor
lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia
kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO, 2015).Diabetes Mellitus
adalah suatu penyakit kronis yang ditemukan di seluruh dunia dengan prevalensi
penduduk yang bervariasi dari 1 6 % (Adam, 2014).
Dari berbagai definisi tersebut didapatkan kesimpulan bahwa diabetes mellitus adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan hormonal (hormon insulin yang
dihasilkan oleh pankreas) dan melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat dimana
seseorang tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin
yang diproduksi dengan baik.
Sementara itu National Diabetes Data Group of The National Institutes of Health
mengklasifikasikan diabetes mellitus sebagai berikut :
1. Diabetes Melitus tipe I atau IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus) atau tipe
juvenil
Yaitu ditandai dengan kerusakan insulin dan ketergantungan pada terapi insulin untuk
mempertahankan hidup. Diabetes melitus tipe I juga disebut juvenile onset, karena
kebanyakan terjadi sebelum umur 20 tahun. Pada tipe ini terjadi destruksi sel beta
pankreas dan menjurus ke defisiensi insulin absolut. Mereka cenderung mengalami
komplikasi metabolik akut berupa ketosis dan ketoasidosis.
2. Diabetes Melitus tipe II atau NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes melitus)
Dikenal dengan maturity concept, dimana tidak terjadi defisiensi insulin secara
absolut melainkan relatif oleh karena gangguan sekresi insulin bersama resistensi
insulin. Terjadi pada semua umur, lebih sering pada usia dewasa dan ada

kecenderungan familiar. NIDDM dapat berhubungan dengan tingginya kadar insulin


yang beredar dalam darah namun tetap memiliki reseptor insulin dan fungsi post
reseptor yang tidak efektif.
3. Gestational Diabetes Disebut juga DMG atau diabetes melitus gestational.
Yaitu intoleransi glukosa yang timbul selama kehamilan, dimana meningkatnya
hormon hormon pertumbuhan dan meningkatkan suplai asam amino dan glukosa
pada janin yang mengurangi keefektifitasan insulin.
4. Intoleransi glukosa Berhubungan dengan keadaan atau sindroma tertentu.
Yaitu hiperglikemi yang terjadi karena penyakit lain. Penyakit pankreas, obat obatan,
dan bahan kimia. Kelainan reseptor insulin dan sindrome genetik tertentu. Umumnya obat
obatan yang mencetuskan terjadinya hiperglikemia antara lain: diuretik furosemid
(lasik), dan thiazide, glukotikoid, epinefrin, dilantin, dan asam nikotinat (Long, 2006).
2.3 Etiologi Diabetes Melitus
Berdasarkan klasifikasi menurut WHO tahun 2015 adalah :
1. DM Tipe I (IDDM)
a. Faktor genetik / herediter
Faktor herediter menyebabkan timbulnya DM melalui kerentanan sel-sel beta
terhadap penghancuran oleh virus
b. Faktor infeksi virus
Berupa infeksi virus coxakie dan Gondogen yang merupakan pemicu yang
menentukan proses autoimun pada individu yang peka secara genetic
2. DM Tipe II (NIDDM)
Terjadi paling sering pada orang dewasa dengan keadaan obesitas. Obesitas
dapat menurunkan jumlah resoptor insulin dari dalam sel target insulin diseluruh
tubuh. Jadi membuat insulin yang tersedia kurang efektif dalam meningkatkan efek
metabolik yang biasa.
3. DM Malnutrisi
a. Fibro Calculous Pancreatic DM (FCPD)
Terjadi karena mengkonsumsi makanan rendah kalori dan rendah protein sehingga
klasifikasi pangkreas melalui proses mekanik (Fibrosis) atau toksik (Cyanide) yang
menyebabkan sel-sel beta menjadi rusak.
b. Protein Defisiensi Pancreatic Diabetes Melitus (PDPD)
Karena kekurangan protein yang kronik menyebabkan hipofungsi sel Beta pancreas
4. DM Tipe Lain
a. Penyakit pankreas seperti : pancreatitis, Ca Pancreas.
b. Penyakit hormonal seperti : Acromegali yang meningkat GH (growth hormon)
yang merangsang sel-sel beta pankeras yang menyebabkan sel-sel ini hiperaktif
dan rusak.

Sedangkan secara umum ada 4 penyebab terjadinya diabetes melitus yaitu :


1. Faktor keturunan
Faktor keturunan dapat menyebabkan terjadinya DM karena pola familial yang
kuat (keturunan) mengakibatkan terjadinya kerusakan sel-sel beta pankreas yang
memproduksi insulin. Sehingga terjadi kelainan dalam sekresi insulin maupun kerja
insulin (Long, 2006).
Karena adanya kelainan fungsi atau jumlah sel sel betha pancreas yang bersifat
genetic dan diturunkan secara autosom dominant sehingga mempengaruhi sel betha
serta mengubah kemampuannya dalam mengenali dan menyebarkan rangsang yang
merupakan bagian dari sintesis insulin. ( Sjaifoellah, 2006 : 692 )
2. Fungsi sel pankreas dan sekresi insulin yang berkurang
Fungsi sel pankreas dan sekresi insulin yang berkurang dapat terjadi karena
insulin diperlukan untuk transport glukosa, asam amino, kalium dan fosfat yang
melintasi membran sel untuk metabolisme intraseluler. Jika terjadi kekurangan insulin
akibat kerusakan fungsi sel pankreas akan menyebabkan gangguan dalam
metabolisme karbohidrat, asam amino, kalium dan fosfat (Long, 2006).
Jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan oleh hati dan yang digunakan oleh
jarinagan perifer tergantung keseimbangan fisiologis beberapa hormon. Hormon yang
menurunkan glukosa darah yaitu insulin yang dibentuk sel betha pulau pancreas.
( Sjaifoellah, 2006 : 692 )
3. Kegemukan atau obesitas
Kegemukan atau obesitas dapat sebagai pencetus terjadinya DM karena insiden
DM menurun pada populasi dengan suplai yang rendah dan meningkat pada mereka
yang mengalami perubahan makanaan secara berlebihan. Obesitas merupakan faktor
resiko tinggi DM karena jumlah reseptor insulin menurun pada obesitas
mengakibatkan intoleransi glukosa dan hiperglikemia (Price dan Wilson, 2012).
Terjadi karena hipertrofi sel betha pancreas dan hiperinsulinemia dan intoleransi
glukosa kemudian berakhir dengan kegemukan dengan diabetes mellitus dan insulin
insufisiensi relative. (Sjaifoellah, 2006 : 692).
4. Perubahan karena usia lanjut berhubungan dengan resistensi insulin.
Perubahan karena usia lanjut berhubungan dengan resistensi insulin dapat
mendukung terjadinya DM karena toleransi glukosa secara berangsur angsur akan
menurun bersamaan dengan berjalannya usia seseorang mengakibatkan kadar glukosa
darah yang lebih tinggi dan lebih lamanya keadaan hiperglikemi pada usia lanjut. Hal

ini berkaitan dengan berkurangnya pelepasan insulin dari selsel beta, lambatnya
pelepasan insulin dan penurunan sensitifitas perifer terhadap insulin (Long, 2006).
Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa
oleh hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya
(terjadi defisiensi relatif insulin).
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic diperkirakan
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola
familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam
kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja
insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel
tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa
menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan
insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat
reseptor yang responsif insulin pada membran sel.
Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan
system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang
cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang
beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price,2012). Diabetes
Mellitus tipe II disebut juga Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau
Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok
heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang
dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.
Menurut Sjaifoellah (2006), Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya
DM tipe II, diantaranya adalah:
a.

Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)

b.

Obesitas

c.

Riwayat keluarga

d.

Kelompok etnis

e.

Gaya hidup

2.4 Patofisiologi dan WOC Diabetes Melitus


Patofisiologi Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses

autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur oleh
hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati
meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah
makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam
urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi
ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini
dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien
akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan
(polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan
kelemahan.
Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa
yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam
amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi
tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu
akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton
yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang
menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan.
Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti
nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani
akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin
bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan
metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan
disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang
penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin
akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin
dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di
dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi

intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk
mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin
yang disekresikan.
Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin
yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau
sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi
diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM
tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah
pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya.
Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun
demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya
yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK). Diabetes tipe
II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30 tahun dan
obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun-tahun)
dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya
dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan,
iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina
atau pandangan yang kabur (jika kadra glukosanya sangat tinggi)( Pearce, 2012).

2.5 Manifestasi Klinis Diabetes Melitus


Tanda dan gejala menurut Sjaifoellah (2006)yaitu:
1. Poliuria
2. Polidipsi
3. Polifagia
4. Penurunan BB
5. Kelemahan, keletihan dan mengantuk
6. Malaise
7. Kesemutan pada ekstremitas
8. Infeksi kulit dan pruritas
9. Timbul gejala ketoasidosis dan samnolen bila berat
Sedangkan diabetes mellitus tipe II muncul secara perlahanlahan sampai menjadi
gangguan kulit yang jelas, dan pada tahap permulaannya seperti gejala pada diabetes
mellitus type I, yaitu cepat lemah, kehilangan tenaga, dan merasa tidak fit, sering buang
air kecil, terus menerus lapar dan haus, kelelahan yang berkepanjangan dan tidak ada
penyebabnya, mudah sakit yang berkepanjangan, biasanya terjadi pada merekayang
berusia diatas 40 tahun tetapi prevalensinya kini semakin tinggi pada golongan anakanak
dan remaja.
Gejalagejala tersebut sering terabaikan karena dianggap sebagai keletihan akibat
kerja. Jika glukosa darah sudah tumpah ke saluran urine sehingga bila urine tersebut tidak
disiram akan dikerubungi oleh semut adalah tanda adanya gula. Gejala lain yang biasa
muncul adalah penglihatan kabur, luka yang lam asembuh, kaki tersa keras, infeksi jamur
pada saluran reproduksi wanita, impotensi pada pria.
Gejala Diabetes Melitus tipe 2 menurut Long (2006), yaitu :
a.

Poliuri (banyak kencing)


Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui
daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula
banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga penderita mengeluh banyak kencing.

b.

Polidipsi (banyak minum)


Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena
poliuri, sehingga untuk mengimbangi penderita lebih banyak minum.

c.

Polipagi (banyak makan)


Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).

d.

Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan
kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat
peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein.

e.

Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari
lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.

2.6 Pemeriksaan penunjang Diabetes Melitus


Pemeriksaan yang dilakukan sebagai penunjang diagnostik medis antara lain:
1. Pemeriksaan elektrolit
Elektrolit yang didapatkan pada penderita diabetes mellitus bisa kurang maupun lebih
dari kadar normal. Normalnya elektrolit pada tubuh adalah sebagai berikut :

2.

a.

Kalium

: 3,6-5,6mEg/l

b.

Natrium : 137-145mEq/l

c.

Klorida

: 98-107mEg/l

Pemeriksaan hematologi
a. Laju endap darah (LED)
Normalnya LED pada pria antara 0 15 mm/jam dan pada wanita antara 0 20
mm/jam. Namun pada penderita diabetes melitus nilainya akan meningkat.
b. Hemoglobin
Normalnya Hb pada pria antara 13,0 16,0 dan pada wanita antara 12,0 14,0.
Namun pada penderita diabetes melitus nilainya akan menurun.
c. Leukosit
Normalnya leukosit pada yang dihasilkan tubuh bernilai antara 5.000 10.000/ul.
Namun pada penderita diabetes melitus nilainya akan meningkat.
d. Trombosit
Normalnya trombosit pada pria yang dihasilkan tubuh bernilai antara 150.000
400.000/ul. Namun pada penderita diabetes melitus nilainya akan meningkat.
3. Pemeriksaan gula darah
Orang dengan diabetes melitus kadar gula darahnya meningkat lebih dari 200 mg/dl.
Pemeriksaan gula darah antara lain :
a. Gula Darah Puasa ( GDP )
Pemeriksaan gula darah dimana pasien sebelum melakukan pengambilan darah
dipuasakan selama 8 12 jam. Semua pemberian obat dihentikan terlebih dahulu.
b. Gula Darah 2 jam Post Prandial (GD 2PP)
Pemeriksaan gula darah yang tidak dapat distandarkankan karena makanan yang
dimakan baik jenis maupun jumlahnya sulit diawasi dalam jangka waktu 2 jam,

sebelum pengambilan darah pasien perlu duduk beristirahat tenang tidak


melakukan kegiatan apapun dan tidak merokok. Obat-obat hipoglikemi yang
dianjurkan dokter harus tetap dikonsumsi.
c. Gula Darah Sewaktu ( GDS)
Pemeriksaan gula darah yang dilakukan tanpa memerhatikan kapan terakhir pasien
makan.
PARAMETE

BAIK

SEDANG

BURUK

R
GDP

80 100

110 125

126

GD 2PP

mg/dl
80 144

mg/dl
145 179

mg/dl
180

GDS

mg/dl
<
110

mg/dl
110 199

mg/dl

200

mg/dl
mg/dl
Tabel 2.1 Nilai Parameter Gula Darah

mg/dl

4. Pemeriksaan leukosit
Normalnya kadar leukosit dalam tubuh berdasarkan jenisnya :
a.

Basofil

:01%

b.

Eusinofil : 1 3%

c.

N. Segmen: 50 75 %

d. N. Batang : 2 3 %
e.

Limfosit : 25 40 %

f.

Monosit : 3 7 %

5. Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan urine dikombinasikan dengan pemeriksaan glukosa darah untuk
memantau kadar glukosa darah pada periode waktu diantara pemeriksaan darah.
6. Pemeriksaan HbA1c
Kadar HbA1c merupakan kontrol glukosa jangka panjang, menggambarkan
kondisi 8-12 minggu sebelumnya, karena paruh waktu eritrosit 120 hari( Kee JL, 2003
), karena mencerminkan keadaan glikemik selama 2-3 bulan maka pemeriksaan
HbA1c dianjurkan dilakukan setiap 3 bulan (Darwis Y, 2005, Soegondo S, 2004).
Peningkatan kadar HbA1c >8% mengindikasikan DM yang tidak terkendali dan
beresiko tinggi untuk menjadikan komplikasi jangka panjang seperti nefropati,
retinopati, atau kardiopati, Penurunan 1% dari HbA1c akan menurunkan komplikasi
sebesar 35% (Soewondo P, 2014).

Pemeriksaan HbA1c dianjurkan untuk dilakukan secara rutin pada pasien DM.
Pemeriksaan pertama untuk mengetahui keadaan glikemik pada tahap awal
penanganan, pemeriksaan selanjutnya merupakan pemantauan terhadap keberhasilan
pengendalian (Kee JL, 2013)
PARAMETE

BAIK

SEDANG

BURUK

R
HbA1c

2,5 6,0 %

6,1 8,00

> 8,00 %

%
Tabel 2.2 Nilai Parameter HbA1c
2.7 Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan Diabetes Mellitus adalah untuk mengatur
glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik. Jika klien berhasil
mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau
hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga
faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral
dan insulin. Penyuluhan kesehatan awal dan berkelanjutan penting dalam membantu klien
mengatasi kondisi ini.
1.

Perencanaan makan
Standar yang dianjurkan adalah makan dengan komposisi seimbangan dalam hal
Karbohidrat (KH), Protein, lemak yang sesuai kecukupan gizi :
a.

KH 60 70 %

b.

Protein 10 15 %

c.

Lemak 20 25 %

Beberapa cara menentukan jumalah kelori uantuk pasien DM melalui perhitungan


mennurut Bocca: Berat badan (BB) Ideal: (TB 100) 10% kg
1) BB ideal x 30% untuk laki-laki
BB ideal x25% untuk Wanita
Kebutuan kalori dapat ditambah lagi dengan kegiatan sehari-hari:
a) Ringan : 100 200 Kkal/jam
b) Sedang : 200 250 Kkal/jam
c) Berat : 400 900 Kkal/jam
2) Kebutuhan basal dihitung seperti 1), tetapi ditambah kalori berdasarkan persentase
kalori basal:

a) Kerja ringan ditambah 10% dari kalori basal


b) Kerja sedang ditambah 20% dari kalori basal
c) Kerja berat ditambah 40 100 % dari kalori basal
d) Pasien kurus, masih tumbuh kumbang, terdapat infeksi, sedang hamil atau
menyesui, ditambah 20 30-% dari kalori basal
3) Suatu pegangan kasar dapat dibuat sebagai berikut:
a)

Pasien kurus

: 2300 2500 Kkal

b)

Pasien nermal

: 1700 2100 Kkal

c)

Pasien gemuk

: 1300 1500 Kkal

Syarat diet DM hendaknya dapat:


1)

Memperbaiki kesehatan umum penderita

2)

Mengarahkan pada berat badan normal

3)

Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda

4)

Mempertahankan kadar KGD normal

5)

Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik

6)

Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.

7)

Menarik dan mudah diberikan

Prinsip diet DM, adalah:


1)

Jumlah sesuai kebutuhan

2)

Jadwal diet ketat

3)

Jenis: boleh dimakan/tidak

Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan


kalorinya.
1)

Diit DM I

: 1100 kalori

2)

Diit DM II

: 1300 kalori

3)

Diit DM III

: 1500 kalori

4)

Diit DM IV

: 1700 kalori

5)

Diit DM V

: 1900 kalori

6)

Diit DM VI

: 2100 kalori

7)

Diit DM VII

: 2300 kalori

8)

Diit DM VIII: 2500 kalori

Keterangan :
Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk
Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal

Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau diabetes
komplikasi.
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J yaitu:
a) J I

: jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau

ditambah
b) J II

: jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya.

c) J III

: jenis makanan yang manis harus dihindari

Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi
penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of relative
body weight (BBR= berat badan normal) dengan rumus:
BB (Kg)
BBR =

X 100 %

TB (cm) 100
a. Kurus (underweight)

: BBR < 90 %

b. Normal (ideal)

: BBR 90 110 %

c. Gemuk (overweight)

: BBR > 110 %

d. Obesitas ringan

: BBR 120 130 %

e. Obesitas sedang

: BBR 130 140 %

f. Obesitas berat

: BBR 140 200 %

g. Morbid

: BBR > 200 %

Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM yang
bekerja biasa adalah:
a. kurus

BB X 40 60 kalori sehari

b. Normal

BB X 30 kalori sehari

c. Gemuk

BB X 20 kalori sehari

d. Obesitas

BB X 10-15 kalori sehari

2. Latihan jasmani
Dianjurkan latihian jasmani secara teratur (3 4 x seminggu) selama kurang lebih 30
menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta. Latihian
yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, jogging, lari, renang, bersepeda dan
mendayung. Sespat muingkain zona sasaran yaitu 75 85 % denyut nadi maksimal :
DNM = 220-umur (dalam tahun).
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:

a. Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan setiap 1


jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita
dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan
sensitivitas insulin dengan reseptornya.
b. Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore
c. Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen
d. Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein
e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang
pembentukan glikogen baru
f. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran
asam lemak menjadi lebih baik.
3. Pengelolaan farmakologi
a) Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
1). Mekanisme kerja sulfanilurea
a. kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas
b. kerja OAD tingkat reseptor
2). Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang
dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:
(a)

Biguanida pada tingkat prereseptor ekstra pankreatik

i.

Menghambat absorpsi karbohidrat

ii.

Menghambat glukoneogenesis di hati

iii.

Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin

(b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin


(c)

Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek intraseluler

b) Insulin
Indikasi penggunaan insulin :
1)

DM tipe I

2)

DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD

3)

DM kehamilan

4)

DM dan gangguan faal hati yang berat

5)

DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)

6)

DM dan TBC paru akut

7)

DM dan koma lain pada DM

8)

DM operasi

9)

DM patah tulang

10) DM dan underweight


11) DM dan penyakit Graves
Beberapa cara pemberian insulin
1). Suntikan insulin subkutan
Insulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam, sesudah

suntikan

subcutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung pada beberapa factor


antara lain:
a. lokasi suntikan
ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yitu dinding perut, lengan, dan
paha. Dalam memindahkan suntikan (lokasi) janganlah dilakukan setiap hari
tetapi lakukan rotasi tempat suntikan setiap 14 hari, agar tidak memberi
perubahan kecepatan absorpsi setiap hari.
b. Pengaruh latihan pada absorpsi insulin
Latihan akan mempercepat absorbsi apabila dilaksanakan dalam waktu 30
menit setelah suntikan insulin karena itu pergerakan otot yang berarti,
hendaklah dilaksanakan 30 menit setelah suntikan.
c. Dalamnya suntikan
Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja insulin dicapai. Ini berarti
suntikan intramuskuler akan lebih cepat efeknya daripada subcutan
d. Konsentrasi insulin
Apabila konsentrasi insulin berkisar 40 100 U/ml, tidak terdapat perbedaan
absorpsi. Tetapi apabila terdapat penurunan dari u 100 ke u 10 maka efek
insulin dipercepat.
2). Pemijatan (Masage), Pemijatan juga akan mempercepat absorpsi insulin.
3). Suhu
Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap) akan mempercepat absorpsi
insulin.
4). Suntikan intramuskular dan intravena
Suntikan intramuskular dapat digunakan pada koma diabetik atau pada kasuskasus dengan degradasi tempat suntikan subkutan. Sedangkan suntikan intravena
dosis rendah digunakan untuk terapi koma diabetik.
Jenis Insulin

a. Insulin kerja cepat : regular insulin, cristalin zink, dan semilente.


b. Insulin kerja sedang : NPH (Netral Protamine Hagerdon)
c. Insulin kerja lambat : PZI (Protamine Zinc Insulin)
4. Penyuluhan
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) merupakan salah satu
bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara
atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan
sebagainya.
2.8 Pencegahan Diabetes Melitus
Beberapa cara untuk mencegah penyakit Diabetes Melitus, yakni :
1. Lakukan lebih banyak kegiatan fisik
Ada banyak manfaat berolahraga secara teratur. Latihan olahraga dapat membantu
meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin, Yng membantu kadar gula darah
dalam kisaran normal.
2. Dapatkan banyak serat dalam makanan.
Makanan berserat tidak hanya mengurangi resiko diabetes mellitus denga
meningkatkan control gula darah tetapi juga mrnurunkan resiko penyakit jantung dan
menjaga berat badan tetap idealdenga membantu merasa kenyang.
3. Makanlah kacang-kacangan dan biji-bijian.
Biji-bijian dapt mengurangi resiko diabetes dan membantu kadar gula darah. Dalam
sebuah study pada 83.000 perempuan, konsumsi kacang-kacangan tampaknya
menunjukkan beberapa efek perlindungan terhadap perkembangan diabetes.
4. Turunkan berat badan.
Sekitar 80% penderita diabetes kegemukan dan kelebihan berat badan. Jika terjadi
kelebihan berat badan, pencegahan diabetes tergantung pada penurunan berat badan.
Setiap kg penurunan berat badan dapat meningkatkan kesehatan. Dalam sebuah
penelitian orang dewasa yang kegemukan mengurangi resiko diabetes sebesar 16%
untuk setiak kilogram penurunan berat badan.
5. Perbanyak minum produk susu rendah lemak.
Para penderita obesitas, semakin banyak susu rendah lemak yang dikonsusmsi,
semakin rendah resiko sindrom metabolic.
6. Kurangi kosumsi gula.
Konsumsi gula saja tidak terkait dengan penembangan diabetes tipe 2. Namun, setelah
disesuaikan dengan berat badan dan variable lainnya, tampaknya ada hubungan antara
minum-minuman serat gula. Seorang yang minum satu atau lebih minuman bergula
sehari, memilihi resiko terhadap diabetes daripada orang yang kadang-kadang atau
tidak minum-minuman bergula.
7. Hindari merokok.

Merokok tidak hanya berkontribusi pada penyakit jantung dan menyebabkan penyakit
paru-paru tetapi juga terkaitt jjuga dengan diabetes. Merokok lebih dari 20 batang
sehari dapat meningkatkan resiko diabetes lebih darii tiga kali lipat dibandingkan
yang tidak merokok. Merokok secara lagsung menurunkan

kemampuan utuk

memanfaatkan insulin. (WHO, 2015)


2.9 Komplikasi pada Diabetes Melitus
Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 2009) adalah
1.

Akut
a.

Hipoglikemia dan hiperglikemia

b.

Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung

koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).


c.
d.

Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.


Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom

berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler (Suddarth & Brunner, 2013).


2.

Komplikasi menahun Diabetes Mellitus


a.

Neuropati diabetik

b.

Retinopati diabetik

c.

Nefropati diabetik

d.

Proteinuria

e.

Kelainan koroner

f.

Ulkus/gangren (Soeparman, 2007, hal 377)

Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:


1)

Grade 0

tidak ada luka

2)

Grade I

kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit

3)

Grade II

kerusakan kulit mencapai otot dan tulang

4)

Grade III

terjadi abses

5)

Grade IV

Gangren pada kaki bagian distal

6)

Grade V

Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal

2.10 Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Identitas pasien berisi nama pasien, tempat dan tanggal lahir, pendidikan terakhir,
agama, status perkawinan, tinggi badan, berat badan, penampilan umum, ciri ciri

tubuh, alamat, orang terdekat yang mudah dihubungi, hubungan dengan klien, tanggal
masuk rumah sakit, diagnosa medis, dan nomer rekam medis.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama luka yang tidak kunjung sembuh dan kelemahan tubuh.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang merupakan pengkajian riwayat kesehatan yang kaji dari
awal klien mengalami sakit, selama sakit, sampai pengkajian di rumah sakit. Biasanya
klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal pada kulit yang disertai
bisul/lalu tidak sembuh-sembuh, kesemutan/rasa berat, mata kabur, kelemahan tubuh.
Disamping itu klien juga mengeluh poliurea, polidipsi, anorexia, mual dan muntah,
BB menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut, kramotot, gangguan
tidur/istirahat, haus-haus, pusing-pusing/sakit kepala, kesulitan orgasme pada wanita
dan masalah impoten pada pria.
4. Riwayat Kesehatan Terdahulu
a. Riwayat hipertensi/infark miocard akut dan diabetes gestasional
b. Riwayat ISK berulang.
c. Penggunaan obat-obat seperti steroid, dimetik (tiazid), dilantin dan penoborbital.
d. Riwayat mengkonsumsi glukosa/karbohidrat berlebihan
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya pasien diabetes melitus mengalami sakit diabetes melitus karena adanya
riwayat anggota keluarga yang menderita diabetes melitus juga.
6. Riwayat lingkungan
Riwayat pengkajian lingkungan merupakan pengkajian untuk mengkaji keadaan
lingkungan tempat tinggal sekitar yang bertujuan mengetahui apakah ada hal hal
yang dimungkinkan menjadi penyebab terjadinya penyakit.
7. Pemeriksaan Fisik
1.

Aktivitas / istirahat
Gejala
-

Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan


Kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur

Tanda

- Takikardia dan takipnea pada keadaan isitrahat atau dengan aktivitas


-

Letargi / disorientasi, koma

Penurunan kekuatan otot

2.

Sirkulasi
Gejala

- Adanya riwayat hipertensi


-

Klaudikasi, kebas dan kesemutan pada ekstremitas

Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama

Tanda

- Takikardia

3.

Perubahan tekanan darah postural, hipertensi

Nadi yang menurun / tidak ada

Disritmia

Krekels

Kulit panas, kering, kemerahan, bola mata cekung

Integritas Ego
Gejala
-

Stress, tergantung pada orang lain


Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi

Tanda

- Ansietas, peka rangsang


4.

Eliminasi
Gejala
-

Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia

Rasa nyeri / terbakar, kesulitan berkemih (infeksi)

Nyeri tekan abdomen

Diare

Tanda
5.

Urine encer, pucat, kuning : poliuri

Makanan / cairan
Gejala

Hilang nafsu makan

Mual / muntah

Tidak mengikuti diet : peningkatan masukan glukosa / karbohidrat.

Penurunan BB lebih dari periode beberapa hari / minggu

Haus

Penggunaan diuretic (tiazid)

Tanda

Disorientasi : mengantuk, letargi, stupor / koma (tahap lanjut). Ganguan

memori (baru, masa lalu) kacau mental.


6.

Nyeri / kenyamanan
Gejala

- Abdomen yang tegang / nyeri (sedang/berat)


Tanda

- Wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati-hati


7.

Pernafasan
Gejala
-

Merasa kekurangan oksigen : batuk dengan / tanpa sputum purulen (tergantung

ada tidaknya infeksi)


Tanda
-

8.

Lapar udara

Batuk, dengan / tanpa sputum purulen (infeksi)

Frekuensi pernafasan

Keamanan
Gejala
-

Kulit kering, gatal; ulkus kulit

Tanda
-

:
:

Demam, diaphoresis

Kulit rusak, lesi / ilserasi

Menurunnya kekuatan umum / rentang gerak

8. Pemeriksaan Penujang
a. Pemeriksaan elektrolit pada penderita diabetes mellitus bisa kurang maupun lebih
dari kadar normal.
b. Laju endap darah (LED) pada penderita diabetes melitus nilainya akan meningkat.
c. Hemoglobin pada penderita diabetes melitus nilainya akan menurun.
d. Leukosit pada penderita diabetes melitus nilainya akan meningkat.
e. Trombosit pada penderita diabetes melitus nilainya akan meningkat (dehidrasi)
f. Gula darah pada pasien diabetes melitus akan meningkat lebih dari 200 mg/dl.
g. Pemeriksaan Urine pada pasien diabetes melitus biasanya terdapat gula dan aseton
positif, berat jenis dan osmolaritas meningkat.

h. Pemeriksaan HbA1c pada penderita diabetes ditemuka kadar HbA1c dalam tubuh
antara 6,1 8,00 %. Peningkatan kadar HbA1c >8% mengindikasikan DM yang
tidak terkendali dan beresiko tinggi untuk menjadikan komplikasi jangka panjang
i. Insulin darah menurun sampai tidak ada (pada tipe I), normal sampai meningkat
pada tipe II yang mengindikasikan insufisiensi insulin
j. Pemeriksaan fungsi tiroid terdapat peningkatan aktivitas hormon tiroid yang
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin
k. Kultur dan sensitivitas kemungkinan ditemukan

adanya infeksi pada saluran

kemih, infeksi pada luka.


9. Terapi
a. Golongan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Contoh glibenklamida (5mg/tablet), glibenklamida micronized (5 mg/tablet),
glikasida (80 mg/tablet), dan glikuidon (30 mg/tablet).
b. Golongan Biguanid / Metformin
c.

Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase

d. Insulin
Contoh regular insulin, cristalin zink, dan semilente, NPH (Netral Protamine
Hagerdon), PZI (Protamine Zinc Insulin)
Analisa Data
NO
1.

Data
Penyebab
DS : - Klien mengeluh agen injuri fisik

Masalah
Nyeri akut

nyeri pada daerah yang


luka.
DO : - terlihat adanya luka
P : luka atau peradangan
Q : nyeri seperti ditimpa
beban berat
R : di daerah yang terluka
S : 6-10
2.

T : selama terjadi luka.


DS : - Klien mengeluh Proses

inflamasi/ Resiko

nyeri pada daerah yang peradangan


luka.

infeksi

tinggi

DO : - Terlihat adanya luka


atau peradangan.
3.

DS : Pasien mengatakan

Ketidakseimbangan
ketidakmampuan

tidak nafsu makan


DO : Porsi makan menurun,
Membran mukosa pucat ,
Turgor kulit buruk, kering,
Pasien tampak lemas, Klien

nutrisi kurang dari

tubuh mengabsorbsi
zat-zat

kebutuhan

gizi

berhubungan dengan
faktor biologis.

tampak menolak pada saat


di beri makan
A

antropometri

(BB

Normal (Kg), TB (Cm)


B : biokimia (hasil
laboratorium)
C : clinical (ku : lemah,
GCS : composmetis)
D : dietary (Nafsu makan
kurang baik karena klien
ada

kesulitan

dalam

menelan makanan)
4.

DS : klien mengeluh haus

Dehidrasi extra sel

DO : -turgor kulit menurun


- Suhu
tubuh

5.

menungkat (>370C)
Ht meningkat
Kosentrasi
urine

meningkat
Nadi (>100x/mnt),

TD menurun,
Klien
tampak

volume cairan

lemah.
DS : - klien mengeluh luka Faktor
atau peradangan.
DO

-terlihat

luka/peradangan

Kekurangan

mekanik: Kerusakan

perubahan sirkulasi, integritas jaringan


adanya imobilitas
penurunan

dan

Adanya

perubahan sensabilitas

dan

kerusakan (neuropati)

jaringan (kulit) pada


6.

daerah yang terluka.


DS :- klien mnegeluh susah penurunan kekuatan Hambatan
untuk bergerak/beraktifitas.

otot,

adanya mobilitas fisik

-klien mengeluh sakit saat penyakit DM


bergerak
DO : - klien tampak lemah
-

Klien tidak mampu


untuk

bergerak.

Secara penuh.
-

Melambatnya
pergerakan

7.

Tampak perubahan

cara berjalan klien


DS : - klien mengeluh Sirkulasi
adanya

perubahan perifer

sensasi/rasa
DO

darah Ketidakefektifan
terganggu, perfusi

proses penyakit DM.


-

jaringan

perifer

perubahan

karakteristik kulit/area yang


terluka.
-

Kelambatan
penyembuhan.

Perubahan

suhu

(>37OC)
8.

Nadi

lemah

(<60x/menit)
: -klien mengeluh glukosa

DS

ketidaknyamanan

saat menurun

beeraktivitas
-

Klien

mlaporkan

keletihan.
DO : -TD tidak normal

intrasel Intoleransi aktifitas

(hipotensi atau hipertensi)


9.

Klien

tampak

lemah.
DS : - klien mengatakan
tidak mengetahui perihal
:

Tidak

mengenal

(Familiar)

penyakitnya.
DO

Defisiensi

-klien

tampak

kebingungan

pengetahuan

dengan

sumber informasi

tentang

penyakit DM tipe 2.
-

Klien tidak mengerti


tentang

10.

penyakit

DM tipe 2.
DS : Melaporkan keletihan Status penyakit
atau

kelemahan

Kelemahan fisik

secara

verbal , pusing
DO : Pasien nampak lemah,
11.

lelah.
DS : -klien mengeluh tidak
mampu beraktifitas secara

Sindrom deficit self


kelemahan,

care

penyakitnya

penuh.
DO : - klien tampak susah
beraktifitas.
-

Klien

tampak

lemah.
B. Diagnose Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Proses inflamasi/ peradangan.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh mengabsorbsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor
biologis.
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan dehidrasi ekstra sel.

5. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik: perubahan


sirkulasi, imobilitas dan penurunan sensabilitas (neuropati)
6. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan tidak nyaman nyeri, penurunan
kekuatan otot
7. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan sirkulasi darah perifer
terganggu, proses penyakit DM.
8. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan glukosa intrasel menurun.
9. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal (Familiar) dengan
sumber informasi.
10. Kelemahan berhubungan dengan status penyakit
11. Deficit self care berhubungan dengan kelemahan, penyakitnya

C. Intervensi Keperawatan
No.

Tujuan dan Kriteria NIC

Dx
1.

Hasil (NOC)
Setelah
dilakukan 1. Manajemen nyeri
asuhan
selama

keperawatan
2x

24

diharapkan

jam
nyeri

Rasional

a. Observasi isyarat non verbal,

nyeri

ketidaknyamanan, khususnya

sampai

tigkat

pada

kenyamana yang dapat

mereka

mampu

1. Tingkat nyeri

efektif

yang

tidak

berkomunikasi

b. Lakukan pengkajian nyeri

kenyamanan

yang komprehensif meliputi

3. Pengendalian nyeri

lokasi, karakteristik, awitan

dengan dengan kriteria

dan

hasil:

kualitas,

1. Klien

mampu

mengontrol nyeri.

atau

mengurangi

berkurang :
2. Tingkat

1. Meringankan

durasi,

keparahan

frekuensi,

intensitas,
penyakit,

faktor presipitasinya.

atau
dan

pada

diterima oleh pasien

2. Klien

mampu

c. Berikan informasi tentang

nyeri

nyeri, seperti penyebab nyeri,

mengenali
(skala,

berapa

intensitas,tanda)

berlangsung, dan antisipasi

3. Klien menyatakan
rasa

nyaman

setelah

nyeri

berkurang
4. Klien

lama

akan

ketidaknyamanan prosedur.
d. Gunakan

tindakan

pengendalian nyeri sebelum


nyeri menjadi lebih berat.

mampu 2. Manajemen sedasi:

melaporkan

2. Memberikan

sedatif,

memantau

respons

nyeri

a. Berikan perawatan dengan

berkurang dengan

tidak terburu-buru dengan

pasien,

menggunakan

sikap yang mendukung

memberikan dukungan

manajemen nyeri.

b. Libatkan

pasien

pengambilan

dalam

keputussan

dan

fisiologis

yang

dibutuhkan

selama

yang menyangkut aktifitas

prosedur

diagnostik

keperawatan

atau terapeutik.

c. Gunakan pendekatan yang


positif

untuk

mengoptimalkan

respon

pasien terhadap analgesik

3. Menggunakan agens3. Pemberian analgesik:


a. Pilih

anakgesik

agens
yang

diperlukan untuk kombinasi

farmakologi

untuk mengurangi atau


menghilangkan nyeri

dari analgesik.
b. Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nhyeri secara teratur.
c. Monitior TTVsebelum dan
2.

Setelah
asuhan

sesudah.
dilakukan 1. Manajemen lingkungan
keperawatan a. Sediakan lingkungan yang aman

1. Memantau
pasien

agar

keadaan
tidak

selama

2x

24

diharapkan

jam

untuk pasien

resiko b. Identifikasi kebutuhan keamanan

terpapar

oleh

lingkungan

yang

infeksi dapat teratasi :

pasien sesuai kondisi fisik dan

dapat

1. Pengendalian resiko
2. Control Infeksi

fungsi kognitif.

peradangan.

c. Menghindarkan lingkungan yang

dengan dengan kriteria


hasil:
1. klien

memperburuk

berbahaya.
d. Berikan penjelasan pada pasien

bebas

dari

adanya

infeksi.
2. Klien

perubahan

status

kesehatan dan penyebab.


mampu

2. Wound Care

menjelaskan
metode

a. Untuk
untuk

a. Monitor karakteristik, warna,

mencegah infeksi.
3. Klien

ukuran, cairan dan bau luka

mampu

b. Bersihkan

mengenali
perubahan

luka

dan

perkembangannya
salin
cairan

isotonis yang sesuai


dengan

mampu

di

c. Rawat luka dengan konsep

dari

lingkungan

cairan

tubuh

menjelaskan faktor
resiko

luka

merupakan

kesehatan.
4. Klien

keadaan

dengan b. Normal

normal salin

status

mengetahui

c. Agar

steril

tidak

terjadi

infeksi dan terpapar

perilaku personal.

oleh
d. Ajarkan klien dan keluarga

kuman

atau

bakteri

untuk melakukan perawatan


d. Memandirikan pasien

luka

dan keluarga
e. Berikan penjelasan kepada
klien dan keluarga mengenai
tanda dan gejala dari infeksi
f. Kolaborasi
antibiotic
3.

Infection Control

pemberian e. Agar keluarga pasien


mengetahui tanda dan
gejala dari infeksi

a. Bersihkan

lingkungan f. Pemberian antibiotic

setelah dipakai klien lain


b. Instruksikan

untuk

mencegah

timbulnya infeksi.

pengunjung

untuk mencuci tangan saat


berkunjung dan setelah
berkunjung
c. Gunakan

a.

Meminimalkan
risiko infeksi

sabun

anti

mikroba untuk cuci tangan

b.

patogen yang ada di

d. Cuci tangan sebelum dan


sesudah

meminimalkan
sekeliling pasien

tindakan

keperawatan
e. Gunakan

universal

precaution dan gunakan


sarung

tangan

selma

kontak dengan kulit yang


tidak utuh
f. Berikan terapi antibiotik
bila perlu
g. Observasi dan laporkan
tanda dan gejal infeksi
seperti kemerahan, panas,
nyeri, tumor
h. Kaji temperatur tiap 4 jam
i. Catat dan laporkan hasil
laboratorium, WBC
j. Kaji warna kulit, turgor
dan tekstur, cuci kulit
dengan hati-hati

c.

mengurangi
mikroba bakteri yang
dapat
infeksi

menyebabkan

k. Ajarkan

keluarga

bagaimana

mencegah

infeksi
3.

Setelah

dilakukan 1. Nutrition Management

1. untuk membantu atau

asuhan

keperawatan

a. Kaji adanya alergi makanan

selama

2x24

b. Kolaborasi dengan ahli gizi makanan dan cairan diet

jam

diharapkan:
Gizi

Asupan

makanan

dan Cairan
Gizi

dan

nutrisi

yang

dibutuhkan pasien.
pasien

untuk

meningkatkan intake Fe
d. Anjurkan

c. Massa Tubuh

pasien

untuk

meningkatkan protein dan

Dengan Kriteria Hasil :


a. Adanya

vitamin C
e. Berikan substansi gula

peningkatan

berat

badan

sesuai

dengan tujuan
sesuai

f. Yakinkan diet yang dimakan


mengandung

tinggi

serat

untuk mencegah konstipasi

b. Berat badan ideal


dengan

tinggi badan

g. Berikan
terpilih

makanan
(

yang
sudah

dikonsultasikan dengan ahli

c. Mampumengidentif
kebutuhan

nutrisi
d. Tidak

kalori

c. Anjurkan

Asupan Gizi

ikasi

asupan

untuk menentukan jumlah seimbang.

a. Status

b. Status

menyediakan

gizi)
h. Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan

ada

tanda

tanda malnutrisi

kandungan kalori

peningkatan fungsi
dari

menelan
f. Tidak
penurunan

kebutuhan nutrisi

terjadi
berat

badan yang berarti

kemampuan

pasien

untuk mendapatkan nutrisi


yang dibutuhkan
2. Nutrition Monitoring

menganalisis

data

pasien untuk mencegah


dan

j. Berikan informasi tentang


k. Kaji

2. untuk mengumpulkan
dan

i. Monitor jumlah nutrisi dan

e. Menunjukkan
pengecapan

harian.

meminimalkan

kurang gizi.

a. BB pasien dalam batas


normal
b. Monitor

adanya

penurunan berat badan


c. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas

yang

biasa

dilakukan
d. Monitor interaksi anak
atau

orangtua

selama

makan
e. Monitor

lingkungan

selama makan
f. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak selama
jam makan
g. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
h. Monitor turgor kulit
i. Monitor
rambut

kekeringan,
kusam,

dan

mudah patah
j. Monitor

mual

dan

muntah
k. Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
l. Monitor

makanan

kesukaan
m. Monitor

pertumbuhan

dan perkembangan
n. Monitor

pucat,

kemerahan,

dan

kekeringan

jaringan

konjungtiva
o. Monitor

kalori

dan

intake nuntrisi
p. Catat

adanya

hiperemik,

edema,

hipertonik

papila lidah dan cavitas


oral.
q. Catat

jika

berwarna
4.

lidah
magenta,

scarlet
dilakukan 1. Manajemen Asam-Basa

Setelah
tindakan

keperawatan

selama

1x24

jam

a. Monitor

status

(kelembapan

1. Meningkatkan
hidrasi

membrane

keseimbangan

asam-

basa dan mencegah

diharapkam

Risiko

mukosa, nadi adekuat TD

komplikasi

Kekurangan

cairan

ortostatis.

ketidakseimbangan

dapat teratasi dengan

b. Monitor tanda-tanda vital

kriteria hasil :

c. Monitor intake cairan atau

1. Tidak

ada

tanda-

tanda dehidrasi pada


pasien
pemahaman tentang

kalori
2. Meningkatkan

a. Monitor sstatus nutrisi


b. Berikan
penggantian
nesogastrik sesuai output.
c. Monitor cairan elektrolit

perlunya
mempertahankan
asupan cairan yang

klien
d. Berikan cairan elektrolit

adekuat

keseimbangan
elektrolit

dan

mencegah komplikasi
akibat

dari

kadar

elektrolit serum yang


tidak normal atau yang

3. Turgor kulit baik 3. Pemantauan Elektrolit


yakni kulit pasien
lembab

a. Monitor

respons

tidak diharapkan
pasien 3. Mengumpulkan

terhadap pemberian cairan.

4. Pasien tampak tidak


lemas

asam-basa

makanan dan dihitung intake


2. Manajemen Elektrolit

2. Pasien menyatakan

akibat

atau

data

pasien untuk mengatur

tidak

keseimbangan

terlihat lemah dan 4. Manajemen Cairan


tidak bertenaga

menganalisis

dan

a. Pemberian cairan IV.


b. Monitor adanya tanda dan

elektrolit
4. Meningkatkan
keseimbangan

cairan

gejala

kelebihan

volume

cairan.

dan

mencegah

komplikasi
kadar

akibat

cairan

yang

abnormal atau yang


5. Pemantauan Cairan
a. Monitor

tidak diharapkan

status

cairan 5. Mengumpulkan

dan

termasuk intake dan output

menganalisis

cairan

pasien untuk mengatur

6. Manajemen Cairan/Elektrolit

data

keseimbangan cairan

a. Monitor masukan makanan 6. Mengatur


atau cairan
b. Monitor serum dan elektrolit
urine
c. Monitor riwayat jumlah dan
tipe

intake

cairan

dan

mencegah komplikasi
akibat perubahan kadar
cairan dan elektrolit

dan

eliminasi
7. Manajemen Hipovolemia
a. Monitor

tingkat

Hb

hematokrit
b. Tawarkan makanan
dapat

dan
7. Mengembangkan
yang

mendukung

penyembuhan klien
8. Terapi Intravena (IV)
a. Kolaborasikan

volume

cairan

intravaskular

pada

pasien

yang

mengalami penurunan
pemberian

volume cairan

cairan IV
8. Memberikan
dan
b. Pemberian cairan IV
memantau cairan dan
c. Berikan cairan IV pada suhu
obat intravena
ruangan
d. Pelihara IV line
9. Manajemen Nutrisi
a. Dorong

pasien

untuk

menambah intake oral


b. Kolaborasikan dengan tim
medis

lainnya

mengatur diet klien


10. Pemantauan Nutrisi

untuk

9. Membantu
menyediakan

atau
asupan

makanan dan cairan


dalam diet seimbang

a. Monitor status nutrisi klien


b. Pertahankan catatan intake
dan output akurat

10. Mengumpulkan

dan

menganalisis

data

pasien

untuk

mencegah
11. Manajemen Syok, Volume
a. Kolaborasi
guna

atau

meminimalkan

dengan dokter

pemberian

malnutrisi

obat

georetik

11. Meningkatkan

b. Monitor tanda-tanda vital


c. Monitor status hemodinamik

keadekuatan

jaringan untuk pasien


yang

mengalami

gangguan

5.

Setelah

dilakukan 1. Pelindunga infeksi

asuhan

keperawatan

selama

2x24

diharapkan
integritas

jam

kerusakan
jaringan

teratasi

tanda

dan

gejala

infeksi
b. Kaji

Dengan Kriteria hasil :

intravaskular

yang

berat
1. Pencegahan

dan

mendeteksi

dini

infeksi pada jaringan.


suhu

tubuh,

denyut

jantung, drainase, penampilan

jaringan

c. Pantau hasil laboratorium


d. Amati

penampilan

praktik

hygiene untuk perlindungan


terhadap infeksi.

normal
2. Pencegahan ulkus dekubitus
2. Mencegah
b. Tidak ada tandaa. Kaji faktor yang dapat
dekubitus
tanda infeksi
c. Ketebalan
dan
meningkatkan
kerentanan
individu
tekstur

jaringan

normal
d. Klien menunjukkan
pemahaman dalam
proses

volume

luka

a. Integritas jaringan
b. Penyembuhan luka
a. Perfusi

a. Pantau

perfusi

perbaikan

terhadap terjadinya ulkus


b. Jelaskan kepada pasien dan
keluarga

untuk

menjaga

hygiene personal
c. Lindungi

pasien

terhadap

beresiko.

ulkus
pada
yang

kulit dan mencegah


terjadinya cidera
e. Klien menunjukkan
proses

kontaminasi silang agar tidak 3. Mencegah komplikasi


terjadi infeksi
3. Perawatan luka
a. Berikan

penyembuhan luka

luka

dan

meningkatkan
terapi

antibiotic

penyembuhan luka.

kepada klien
b. Pertahankan

teknik

isolasi

bila diperlukan.
6.

Setelah

dilakukan 1. Terapi latihan fisik; ambulasi.


1. Meningkatkan
dan
a. Kaji kebutuhan terhadap
asuhan
keperawatan
membantu
dalam
bantuan pelayanan kesehatan
selama
2x24
jam
berjalan
untuk
b. Kaji
kebutuhan belajar
diharapkan hambatan
mempertahankan
pasien.
mobilitas fisik dapat
c. Ajarkan pasien tentang dan
fungsi tubuh.
teratasi
a. Ambulasi
b. Performa mekanika
tubuh
c. mobilitas
1. performa

posisi

tubuh bagus
meningkat

dalam aktivitas fisik


3. klien

mobilitas.
d. Ajarkan teknik ambulasi dan
berpindah yang nyaman.
e. Instruksikan pasien untuk

dengan kriteria hasil :

2. klien

pantau penggunaan alat bantu

mengerti

tujuan

dari

peningkatan

menggunakan

mandiri.
2. Promosi mekanika tubuh.
a. Instruksikan pasien

untuk

menyanggah berat badannya


dan

memperhatikan

kesejajaran tubuh yang benar.


b. Ajarkan pasien bagaimana
menggunakan postur

mobilitas
4. klien

melakukan ambulasi secara

dan

2. Memfasilitasi
penggunaan

postur

dan pergerakan dalam


aktivitas sehari-hari.

mekanika tubuh yang benar


tidak
alat

bantu mobilisasi.

saat beraktivitas
c. Berikan penguatan

positif

selama aktifitas.
3. Terapi latihan fisik: mobilitas.
a. Ajari pasien untuk melakukan
terapi fisik dan okupasi untuk
mempertahankan

dan

meningkatkan mobilitas.
b. Ubah posisi pasien minimal

3. Menggunakan
pergerakan

tubuh

setiap 2 jam.
c. Berikan analgesic

7.

Setelah

dilakukan

asuhan

keperawatan

selama

2x24

jam

diharapkan
ketidakefektifan perfusi
jaringan

perifer

teratasi:
a. Status sirkulasi
b. Perfusi jaringan
Dengan Kriteria Hasil :
1. Klien
dapat
mendemonstrasikan
status sirkulasi (TD
dbn)
2. Klien
kemampuan

mempertahankan
memulai latihan fisik.
fleksi bilitas sendi.
d. Ajarkan pasien senam diabet.
1. Manajemen sensasi perifer.
1. Mencegah
atau
a. Kaji ulkus statis dan gejala
meminimalkan cidera
selulitis.
atau
b. Pantau
pembedaan
ketidaknyamanan
ketajaman atau ketumpulan
pada pasien.
atau panas atau dingin.
c. Pantau parestesia.
d. Anjurkan pasien untuk
memantau bagian tubuh saat
pasien mandi, duduk dan
berbaring.
2. Surveilans kulit.
a. Lakukan

pengkajian

komprehensif

terhadap 2. Mengumpulkan

fisik.
c. Beri

(memproses
informasi, membuat
keputusan

dengan

benar).
3.
Menunjukkan
fungsi

sensori

motori yang utuh.


Setelah
dilakukan
asuhan

tingkat

melakukan
obat

latihan

nyeri

diharapkan

jam

masalah

teratasi:
1. Toleransi aktivitas

untuk

mempertahankan
integritas kulit.

analgesic.
d. Instruksikan keluarga untuk
mengobservasi kulit.
e. Monitor
adanya
tromboplebitis.
1. Manajemen energy
a. Tentukan penyebab keletihan
b. Pantau
kardiorespiratori

respon
terhadap

aktivitas

2. Energy
psikomotorik

pasien

data

atau

keperawatan
2x24

dan

menganalisis

ketidaknyamanan atau nyeri


saat

kognitif

selama

sebelum

sirkulasi perifer.
b. Pantau

mendemonstrasikan

8.

aktif dan pasif untuk

c. Pantau respon oksigen pasien

1. Mengatur

energy

klien

untuk

memulihkan keadaan
klien sehingga dapat
beraktivitas kembali.

3. Kebugaran fisik
Dengan Kriteria Hasil:
1. Mentoleransi
aktivitas

terhadap aktivitas
d. Pantau respon nutrisi untuk

yang

bisasa

dilakukan,

yang

dibuktikan

oleh

toleransi

memastikan

sumber-sumber

energy yang adekuat


e. Pantau dan dokumentasikan

2. Respons

fisiologis

terhadap

gerakan

aktivitas,

pola tidur pasien dan lamanya

yang

ketahanan,

waktu tidur dalam jam

energy dalam aktifitas

penghematan
energy,

sehari-hari.

kebugaran

fisik,

energy

psikomotorik.
2. Klien menunjukkan
toleransi aktivitas
3. Klien
mendemonstrasikan
penghematan
energy.

memakan

2. Terapi aktifitas.
a. Bantu
klien

dalam

mengidentifikasi

aktifitas

yang dapat dilakukan.


b. Bantu
klien
untuk
mengindefikasi kekurangan
dalam beraktifitas.
c. Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan.
d. Monitor respons fisik, emosi,
sosial, dan spiritual.
e. Kolaborasi dengan tenaga
rehabilitasi

medis

merencanakan
9.

dalam
program

terapi yang tepat.


Setelah
dilakukan 1. Edukasi kesehatan.
1. Mengembangkan dan
a. Berikan penilaian tentang
asuhan
keperawatan
memberikan
tingkat pengetahuan pasien
selama
2x24
jam
bimbingan
dengan
tentang proses penyakit DM
diharapkan
masalah
pengalaman belajar
tipe II.
teratasi:
untuk memfasilitasi
b. Jelalskan patofisiologi dari
a. Pengetahuan
:
proses
adaptasi
penyakitndan bagaimana hal
proses penyakit
secara sadar perilaku
b. Pengetahuan
:
ini berhubungan dengan
yang kondusif untuk
kebiasaan
hidup
anatomi fisiologi dengan
kesehatan
sehat
cara yang tepat.
c. Gambarkan proses penyakit
penyuluhan:
Dengan kriteria hasil :
dengan cara yang tepat.

1. Pasien dan keluarga


menyatakan

pasien

pemahaman tentang
DM tipe II.
2. Paisen dan keluarga

informasi
tentang

pada
kondisi

dengan cara yang tepat.


2. Penyuluhan: Prosedur/ terapi.
a. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan.
b. Diskusikan perubahan gaya

mampu
melaksanakan
prosedur

d. Sediakan

dengan

benar.
3. Pasien dan keluarga
mampu
menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan perawat.

hidup

yang

mungkin

2. Mempersiapkan
pasien

untuk

memahami

dan

diperlukan untuk mencegah

mempersiapkan

komplikasi dimasalah yang

secara

akan datang.
c. Gambarkan tanda dan gejala
yang

biasanya

terhadap

mental
prosedur

dan penanganan.

muncul

dengan adanya terapi.


d. Dukung
pasien
untuk
mengeksplorasi
mendapatkan

atau
second

openion dengan cara yang


tepat.
3. Penyuluhan: individual.
a. Bina
hubungan

saling

percaya.
3. Membantu
b. Bangun kredibilitas sebagai
perencanaan,
guru.
c. Ciptakan lingkungan yang
intervensi,
kondusif untuk belajar.
d. Ikut sertakan keluarga dan
orang terdekat.

10.

implementasi
evaluasi

dan
program

penyuluhan.
dilakukan 1. Terapi Aktivitas
1. Memprogamkan dan
a. Observasi
adanya
asuhan
keperawatan
membantu
dalam
pembatasan klien dalam
selama
2x24
jam
aktivitas fisik.
beraktivitas.
diharapkan
masalah
b. Monitor nutrisi dan sumber
teratasi:
energy yang adekuat.
a. Toleransi aktivitas
c. Monitor
respon
b. Penghematan
kardiovaskuler
terhadap
energy
aktifitas.
Dengan kriteria hasil :
d. Bantu aktifitas sehari-hari
Setelah

1. Kecemasan
menurun.
2. Glukosa

darah

adekuat
3. Istirahat cukup
4. Klien
mampu
mempertahankan
kemampuan
berkosentrasi.
5. TD
dbn
(120/80mmHg), S :
37oC, RR : 1620x/mnt, N : 7090x/mnt.

sesuai kebutuhan.
2. Manajemen energy.
a. Ajarkan pasien dan keluarga
untuk mengenali tanda dan
gejala keletihan.
b. Ajarkan pengaturan aktifitas
dan teknik manajemen waktu
untuk mencegah keletihan.
c. Kurangi ketidaknyamanan

2. Mengatur
penggunaan

energy

untuk mengobati dan


mencegah

keletihan

dan mengoptimalkan
energy.

fisik yang dapat mengganggu


fungsi kognitif.
d. Konsultasikan dengan ahli
gizi

tentang

cara

meningkatkan
makanan

untuk
asupan

yang

berenergi

tinggi.
3. Manajemen alam perasaan.
a. Bantu aktifitas sehari-hari.
b. Batasi stimulus lingkungan
untuk
relaksasi.
c. Tentukan

memfasilitasi
3. Memberikan
persepsi

tentang
kelemahan.
d. Beri
dukungan
11.

pasien

penyebab

keamanan stabilisasi,
pemulihan
pemeliharaan

positif

dan
pada

pasien.

terhadap kondisi klien.


dilakukan 1. Bantuan perawatan diri/ hygiene. 1. Membantu
pasien
a. Pantau tingkat kekuatan dan
asuhan
keperawatan
untuk
memenuhi
toleransi aktifitas.
selama
2x24
jam
hygine pribadi.
b. Fasilitasi
pasien
untuk
diharapkan
masalah
berpakaian, berhias, menyisir
teratasi:
rambut.
a. Status
perawatan
c. Gunakan terapi fisik dan
diri
okupasi sebagai sumber
b. Toleransi aktivitas
c. Tingkat kelemahan
dalam perencanaan tindakan.
2. Mandi.
Dengan kriteria hasil :
a. Memantau jumlah dan jenis
1. Klien
mampu
bantuan yang dibutuhkan.
melakukan
tugas
b. Menyediakan artikel pribadi 2. Membersihkan tubuh
Setelah

fisik yang paling

yang diinginkan (deodorant,

yang berguna untuk

mendasar

dan

sikat

relaksasi

perawatan

pribadi

secara mandiri.
2. Klien
mampu
mempertahankan

gigi,

sabun

mandi,

sampo, dan lotion).


c. Memfasilitasi diri

mandi

dan

penyembuhan.

pasien sesuai kenyamanan.


d. Menyediakan
lingkungan

yang terapiutik.
kebersihan pribadi.
3. Perawatan
diri
aktifitas
3. Klien mampu untuk
kehidupan sehari-hari (AKS).
melakukan aktifitas
a. Memonitor
kemampuan
kehidupan seharipasien untuk beraktifitas.
hari.
b. Menyediakan
kebutuhan
4. Klien
mampu
3. Kemampuan untuk
pasien dalam melakukan
menyiapkan
melakukan tugas fisik
aktifitas.
makanan
dengan
c. Memfasilitasi pemeliharaan
yang paling mendasar
mandiri.

rutin dalam aktifitas pasien


sehari-hari.
d. Memberikan bantuan sampai
pasien

sepenuhnya

mengasumsikan
diri.

dapat

perawatan

dan
perawatan

aktifitas
pribadi

secara mandiri.

BAB 3
Aplikasi Teori
Tn. M berusia 35 tahun datang ke rumah sakit dan mengeluh kalau malam sering sekali
bolak balik ke kamar mandi, sehingga saat bangun tidur terasa lemas. Karena lemas
klien sering merasa haus. Tn. M mengatakan sering sekali makan makanan olahan daging
dan makanan manis. Tiga hari sebelum masuk rumah sakit Tn. M terkena paku di tumit
kaki kirinya namun hanya dibersihkan dengan air hangat. Keesokan harinya luka pada
tumit menjadi membengkak dan mengeluarkan nanah dan oleh keluarga segera
diperiksakan ke dokter praktek dan hanya diberikan obat oral. TD: 140/100mmHg, Na: 88
x/menit, RR: 24x/menit, T: 38,50C TB: 171 cm, dan BB 65 kg.
3.1.

PENGKAJIAN
1.

IDENTITAS PASIEN

a.

Nama

: Tn. M

b. Tempat dan tanggal lahir

: Sidoarjo, 14 Maret 1979

c.

: SD

Pendidikan terakhir

d. Agama

: Islam

e.

Status perkawinan

: Menikah

f.

Tinggi Badan / Berat Badan

: 171 cm/75 kg

g.

Penampilan umum

:Composmentis tampak lemah

h.

Ciri ciri tubuh

: Tinggi, kulit sawo matang

i.

Alamat

: Jl. Prayan No. 14, Jetis, Sby

j.

Orang terdekat yang mudah dihubungi : Ny. D

k.

Hubungan dengan klien

: Istri klien

l.

Tanggal masuk RS

: 23 Maret 2016

m. Tanggal pengkajian

: 23 Maret 2016

n.

Diagnosa medis

: Diabetes mellitus

o.

No. RM

: 99.10.10

2. KELUHAN UTAMA
Klien mengeluh ada luka bernanah di tumit kaki kiri dan nyeri pada luka.
3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Tiga hari sebelum masuk RS (tanggal 20 Maret 2016) kaki klien tertusuk paku. Pada
awalnya luka klien hanya dibersihkan dengan air hangat. Keesokan harinya luka
bertambah besar, membusuk, dan mengeluarkan nanah. Klien hanya diperiksa ke
dokter praktek dan diberi obat oral. Luka klien bertambah parah dan klien dirujuk ke
RSU untuk dirawat. Pada saat pengkajian tanggal 23 Maret 2016 luka pada kaki klien
masih basah. Luka dengan kedalaman 0,5 cm, lebar 3 cm, dolor (+), kolor (+), tumor
(+), rubor (+), dan fungsiolasea (+). Klien mengatakan nyeri tersebut sering dirasakan
oleh klien apabila klien melakukan pergerakan/banyak bergerak dan nyeri berkurang
apabila klien beristirahat. Klien mengatakan badannya panas dan lemas. Klien juga
mengeluh sering sekali merasa , haus, dan bolak balik ke kamar mandi di malam
hari dan lemas di pagi hari.
4. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi, jantung koroner,
atau diabetes melitus.
5. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Ayah dari Tn. M memiliki penyakit diabetes mellitus dan hal itu baru diketahui saat
ayah dari Tn. M meninggal dunia.
6. RIWAYAT LINGKUNGAN
Tipe tempat tinggal permanent dengan jumlah kamar ada 3. Jumlah orang yang
tinggal di rumah sebanyak 4 orang, dengan kondisi tempat tinggal penerangan cukup,
kebersihan dan kerapihan cukup, sirkulasi udara cukup, keadaan kamar mandi cukup
baik tidak terlalu tinggi dan tidak licin.
7.

POLA FUNGSI KESEHATAN


a.

Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan


- Sebelum sakit klien beraktivitas dengan normal. Klien dan keluarga tidak
yang diderita klien. Klien menganggap pegal dan nyeri yang sering dialami
hanya akibat dari kelelahan saja. Untuk pemeliharaan kesehatan klien selalu
memeriksakan diri ke dokter praktek atau puskesmas di sekitar rumahnya.
-

Selama sakit klien tidak melakukan aktivitas, klien tidak menyukai

keadaannya dan berharap cepat sembuh.


b.

Pola aktifitas dan latihan


- Sebelum sakit klien bekerja diperusahaan. Klien tidak pernah melakukan
kegiatan olah raga.
- Selama sakit klien hanya tidur dan istirahat.

c.

Pola nutrisi dan metabolik


- Sebelum sakit pasien makan 3 x/sehari, sering makan olahan daging dan
makanan manis, minum air teh atau putih 1500 2000 cc/hari.
- Selama sakit pasien makan 3x/hari dan minum air putih 2300 2500 cc/hari.

d. Pola eliminasi
- Sebelum sakit pasien BAB 1x/hari dengan konsentrasi padat, bau khas dan
warnanya kuning kecoklatan. BAK 900 1000 cc/hari dengan warna kuning
pekat dan bau khas.
- Selama sakit pasien BAB 1x/hari dengan konsistensi padat, bau khas dan
warnanya kuning kecoklatan BAK 2200 - 2400 cc/hari dengan warna kuning
pekat dan bau khas.
e.

Pola istirahat dan tidur


- Sebelum sakit pasien tidur 7-8 jam pada malam hari dan kadang tidur siang
selama 1 jam.
- Selama sakit pasien tidur 4-5 jam dan kadang-kadang sering terbangun.
Tidur siang 1-2 jam.
f.

Pola kognitif persepsi


Pasien dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar. Pasien mengatakan nyeri
tumit kaki kirinya sangat terasa apabila pasien bergerak. Pasien mengatakan
nyerinya hanya akibat dari kelelahan.

g.

h.

Pola sensori visual


-

Test tajam tumpul: dapat membedakan antara tajam dan tumpul

Test panas dingin : dapat membedakan antara panas dan dingin

Pola toleransi dan koping terhadap stress


Apabila pasien ada masalah selalu dibicarakan dengan keluarganya.

i.

Persepsi diri / konsep diri


Klien mengatakan pasrah dengan penyakit yang dideritanya. Klien berharap
dapat sembuh dan dapat menjalankan aktifitasnya dengan normal.

j.

Pola seksual dan reproduksi


Pasien berjenis kelamin pria dan sudah menikah mempunyai 2 anak.

k.

Pola nilai dan keyakinan


-

Sebelum sakit klien selalu menjalankan kewajibannya sebagai umat muslim

(shalat 5 waktu). Klien kurang mengetahui akan penyakitnya namun klien


percaya bahwa penyakitnya dapat disembuhkan.

8.

Selama sakit klien melaksanakan shalat 3 4 waktu dan sering berdoa

PEMERIKSAAN FISIK
a.

Survey umum
1) Keadaan umum

: Lemah

2) Kesadaran

: composmentis

3) Tanda tanda vital


-

TD

: 140/100 mmHg

HR

: 88 x/menit

RR

: 24 x/menit

Suhu

: 38,50C

4) Antropometri

b.

TB

: 171 cm

BB

: 65 kg

Kulit, rambut dan kuku

a) Kulit

: Warna sawo matang, tekstur kasar, kering, turgor kurang elastis,

terdapat luka di tumit kaki kiri dan tampak kotor.


b) Rambut

: Hitam kemerahan, kasar, penyebaran merata, tampak pendek dan

lurus, dan bersih.


c) Kuku

: warna transparan, bentuk cembung 160, dapat kembali dalam 1

detik setelah ditekan, tekstur halus dan tidak ada kotoran.


c.

Kepala dan leher


a) Kepala

: Bentuk bulat lonjong, posisi tegak lurus dengan bahu, tidak ada

benjolan dan lesi, dan bersih


b) Mata

: Simetris ki/ka, konjungtiva anemis.

c) Telinga

: Simetris, serumen tidak ada, tidak ada gangguan pendengaran

d) Hidung

: Simetris ka/ki, bersih, tidak ada gangguan penciuman

e) Mulut

: Gigi utuh, kebersihan cukup baik, mukosa mulut kering, caries tidak

ada
f) Leher

: Tidak ada pembesaran kelenjar teroid, kekauan leher tidak ada

d. Toraks dan paru-paru


a) Toraks
tambahan
b) Jantung

: Simetris ki/ka, RR 24 x/menit, irama teratur dan tidak ada suara

- I : denyut jantung normal, tidak ada dorongan, ictus cordis tidak tampak
- P : tidak ada pulsasi, ictus cordis teraba di midklavikula intercosta 5
- P : ukuran dan bentuk jantung dalam batas normal
- A : terdengar suara lup dan dup, suara jantung tunggal. S1 da S2 normal.
c) Paru paru
-

: Simetris

: Fremitus kanan / kiri : normal kanan/kiri

: Sonor ka/ki

: vesikuler ka/ki

e. Abdomen
-

: Bentuk simetris

: Bising usus 13x/menit

: Hati dan limfe tidak teraba, nyeri tekan (-)

: Tympani

f.

Genetalia

g.

Rectum dan anus : Klien mengatakan tidak ada hemoroid

h.

Ekstremitas
-

: Bersih tidak ada kelainan dibuktikan tidak terpasang kateter

Atas

: tangan kiri terpasang infus dan tangan kanan dapat digerakan

kesegala arah
-

Bawah

: Kaki kanan dapat digerakan kesegala arah dan kaki kiri

tampak sulit digerakan karena adanya luka di telapak kaki. Luka kedalaman
0,5 cm, lebar 3 cm, dolor (+), kolor (+), tumor (+), rubor (+), dan fungsiolasea
(+)
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Elektrolit
a.

Kalium

: 2,9mEq/l (Normal : 3,6 5,6 mEq/l)

b.

Natrium

: 117mEq/l (Normal : 137 145 mEq/l)

c.

Klorida

: 82mEq/l (Normal : 98 107 mEq/l)

Pemeriksaan kimia darah


a.

GDP

b.

Gula Darah 2 jam P.P

c.

GDS

Pemeriksaan HbA1c

: 215mg/dl (Normal : 80 125 mg/dl)


: 266mg/dl (Normal : 80 179 mg/dl)
: 192mg/dl (Normal : 110 199 mg/dl)

HbA1c : 7,1 % (Normal 2,5 6,1 %)


Pemeriksaan leukosit
a.

Basofil

: 0 % (Normal : 0 1 %)

b.

Eusinofil

: 0,5 % (Normal : 1 3 %)

c.

N. Segmen

: 47 % (50 75 %)

d. N. Batang

: 1 % (2 3%)

e.

Limfosit

: 23 % (25 40 %)

f.

Monosit

: 2 % (Normal : 3 7 %)

10.

TERAPI

Infus NaCl 30 tetes per menit

Pronalges 3 x 10 ml (IM)

Cek GDN dan GD 2PP

Kompres NaCl dan sagestam 1 x ganti balutan

Injeksi cefrixon 3x/4 gr

Insulin 15 16 unit

ANALISA DATA
No
1.

Tgl/jam
Rabu/23
Maret
2016
08.00

Data

Problem

DS:
Nyeri Akut
1. Klien mengatakan
nyeri di sekitar
tumit kirinya
2. Klien mengatakan
kaki kirinya
sedikit kaku dan
tidak nyaman saat
digerakkan
3. - P : luka di tumit
kiri
Q : ditekan
R : menjalar ke
kedua kaki
S:5
T : saat kaki
digerakkan
DO :
1. Klien meringis
saat kaki kiri
digerakkan

Etiologi
Agen cidera: fisik

Ada luka di tumit kiri


2.

Rabu/23
Maret
2016
08.00
WIB

DS:
Hipertermi
1. Klien mengatakan
kalau malam
sering sekali
bolak balik ke
kamar mandi
kurang lebih 2200
- 2400 cc/hari
2. Klien mengatakan
saat bangun tidur
terasa lemas
3. Klien merasakan
sering sekali haus
4. Klien mengatakan
saat ini badanya
terasa panas dan
lemas
DO :
1. Membran mukosa
mulut kering,
konjungtiva
anemis, turgor
kulit kembali 5
detik, kulit kering
2. Klien tampak
lemas dan pucat
3. TTV : TD
140/100mmHg, N
88 x/menit, RR
24x/menit, T:
38,50C
4. Elektrolit: Ka
2,9mEg/l (normal
: 3,6-5,6 mEg.l),
Na 117meq/l
(normal 137-145
mEq/l), Cl
82mEg/l
(normal : 98107mEg/l)
5. BAK 2200
2400 cc/hari

Dehidrasi

Intake : Output =
3.

Rabu/23
Maret
2016
08.00
WIB

2725 : 3525 = - 625


DS :
1. Keluarga klien
mengatakan nafsu
makan berkurang
2. Klien mengatakan
sering kencing
3. Klien mengatakan
saat bangun tidur
terasa lemas
DO :
1. Klien tampak
menolak pada
saat di beri makan
2. Membran mukosa
mulut kering,
konjungtiva
anemis, turgor
kulit kembali 5
detik, kulit kering
3. Klien tampak
lemas dan pucat
4.
A : antropometri (BB
75 Kg, TB 171 Cm)
B : biokimia
(Elektrolit: Ka
2,9mEg/l (normal :
3,6-5,6 mEg.l), Na
117meq/l (normal
137-145 mEq/l), Cl
82mEg/l (normal :
98-107mEg/l))
C : clinical (ku :
lemah,

GCS

composmetis)
D : dietary (BAK
2200 2400 cc/hari
Intake : Output =
2725 : 3525 = - 625,

ketidakmampua
n

tubuh n

mengabsorbsi
zat-zat

gizi

berhubungan
dengan
biologis

Ketidakseimbanga

faktor

nutrisi

kurang

dari kebutuhan

klien makan dengan


4.

Rabu/23
Maret
2016
08.00
WIB

porsi sedikit.)
DS:
Gangguan
1. Klien mengatakan integritas kulit
tidak nyaman
dengan
dipasangnya infus
2. Klien mengeluh
luka di kaki kiri
DO :
1. Terpasang infus
NaCl 20
tetes/menit di
tangan kanan
2. Klien meringis
saat kaki kiri
digerakkan .Ada
luka di tumit kiri

Proses peradangan

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
2. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh mengabsorbsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor
biologis.
4. Gangguang integritas kulit berhubungan dengan Proses inflamasi/ peradangan.
3.3 Intervensi Keperawatan

No.
Dx
1.

Nama

: Tn. M

Umur

: 37 tahun

Hari/Tanggal
Rabu/
Maret 2016
07.30 WIB

Kriteria Hasil

23 Setelah

dilakukan 1. Pemberian

tindakan keperawatan
selama

NOC

1x24jam

Analgesik
a. Minta pasien

Rasional

paraf

1. Untuk

Ns.

menggunakan

agens-

Zain

diharapkan nyeri akut

untuk menilai

agens

dapat teratasi dengan

nyeri

farmakologi

kriteria hasil :

ketidaknyama

untuk

1. Mampu mengontrol

nan

mengurangi

nyeri

(tahu

penyebab

nyeri,

skala 0-10
b. Memberi obat

atau
menghilangkan nyeri.

2. Manajemen

menggunakan

Medikasi

teknik
nonfarmakologi,
untuk

mengurangi

nyeri,

mencari

a. Hadir di deket
pasien

untuk

memenuhi

2. Untuk mem-

kebutuhan

bantuan).
2. Melaporkan bahwa
berkurang

dengan
manajemen nyeri.
3. Mampu mengenali
nyeri

(skala,

intensitas, frekuensi

nyaman

dan

aktivitas

lain

untuk

rasa
setelah

nyeri berkurang.

penggunaan
obat

resep

atau

obat

bebas secara

relaksasi

aman

3. Manajemen

dan

efektif

Nyeri
a. Intruksikan
pasien

dan tanda).
4. Menyatakan

fasilitasi

rasa

membantu

menggunakan

nyaman

pada

anti nyeri.

mampu

nyeri

atau

untuk

menginformas
ikann kepada
perwat

jika

peredaan
nyeri
4. Bantuan

kan

pada tingkat
ke-nyamanan

yang

dapat

diterima oleh
pasien

pasien

(patientcontrolled

atau

mengurangi

yang

dikendalikan
oleh

meringan-

myeri sampai
tidak

dapat tercapai
analgesia

3. Untuk

4. Untuk

analgesia )

memudahkan pengendalian

5. Manajemen

pemberian

Sedasi

dan

a. Laporkan

pengaturan

kepada dokter

analgesik

jika

tindakan

oleh pasien.

tidak

berhasil 5. Untuk mem-

atau

jika

berikan

keluhan

saat

sedatif,

ini merupakan

meman-tau

perubahan

respon

yang bermakna

pasien,

dari

memberi-kan

pengalaman

dukungan

nyeri

fisiologis

pasien

dimasa lalu

dan

yang
dibutuhkan
selama
prosedur
diagnostik
atau

2.

Rabu/

23 Setelah

Maret 20160
7.30 WIB

dilakukan 1.Terapi demam

tindakan
selama

terapeutik.
1. Untuk

keperawatn a. Pantau
1x24

jam

diharapkan
hipertermia

suhu

minimal

dua

jam
dapat

teratasi dengan kriteria

sesuai

sekali
dengan

kebutuhan

hasil :
b. Pantau warna
1. Suhu tubuh dalam
kulit dan suhu
rentang normal (36
c. Anjurkan
C).
asupan cairan

penatalaksan
aan

pasien

yang
mengalami
hiperperiksia
akibat faktor
selain
lingkungan

Ns.
zain

2. N (100x/m), RR
(20-50

x/m),

Dalam

rentang

normal.
3. Tidak
perubahan

2 liter sehari

2. Untuk
mencapai

2.Regulasi Suhu
ada
warna

kulit dan tidak ada


pusing.

oral, sedikitnya

atau

a. Gunakan

mempertahan

waslap dingin

kan

(atau

tubuh dalam

kantong

es yan di balut

rentang

dengan kain) di

normal

suhu

aksila, kening
tengkuk,

dan

lipat paha
b. Ajarkan pasien/
keluarga dalam
mengukur suhu
untuk
mencegah dan
mengenali
secara

dini

hipertermia.
3.Pemantauan
TTV
a. Observasi
TTV
b. Berikan obat
antipiretik,
jika

perlu

gunakan
matras dingin
c. Dan mandi air

3. Untuk
mengumpulk
an

dan

menganalisis

hangat untuk

data

mengatasi

kardiovaskul

gangguan

er pernapasan

suhu

dan

tubuh,

jika perlu

suhu

tubuh untuk

menentukan
serta
mencegah
komplikasi
3.

Rabu/
Maret 2016
07.30 WIB

23 Setelah

dilakukan 1. Manajemen

tindakan keperawatan
selama

1x24

jam

1. Untuk

nutrisi

Ns Zain

membantu

a. Pantau nilai

atau

diharapkan

laboraturium,

menyediakan

ketidakseimbangan

khususnya

asupanmaka

transferin,

nan

dan

kebutuhan tubuh dapat

albumin dan

cairan

diet

teratasi dengan kriteria

elektrolit

seimbang.

nutrisi

kurang

dari

hasil :
1. Adanya

2. Terapi nutrisi

peningkatan

berat

badan

sesuai

dengan tujuan.
2. Berat badan ideal
sesuai

dengan

tinggi badan.

a.Buat

2. Untuk
pemberian

perencanaan

makanan dan

makan dengan

cairan untuk

pasien

yang

mendukung

masik

dalam

proses

jadwal makan,

metabolik

lingkungan

pasien yang

mengidentifikasi

makan,

malnutrisi

kebutuhan nutrisi.

kesukaaan dan

atau beresiko

ketidaksukaan

tinggi

pasien

terhadap

3. Mampu

4. Tidak ada tandatanda malnutrisi.


5. Menunjukkan

serta

suhu makanan

malnutrisi.

peningkatan fungsi
pengecapan

dan 3. Pemantauan

menelan.
6. Tidak
penurunan
badan.

nutrisi

mengumpulk

terjadi a. Ajarkan pasien


berat

dan

3. Untuk

keluarga

an

dan

menganalisis

tentang

data

makanan yang

untuk

pasien

bergizi

dan

tidak mahal

mencegah
dan
meminimalk
an

kurang

gizi.
4. Bantuan

4. Untuk

menaikan berat

memfasilitas

badan

i pencapaian

a. Diskusikan
dengan

kenaikan
ahli

gizi

berat badan.

dalam

menentukan
kebutuhan
protein pasien
yang
mengalami
ketidakadekuat
an

asupan

protain

atau

kehilangan
4.

Rabu/
Maret 2016
07.30 WIB

protein.
dilakukan 1. Pelindunga

23 Setelah

1. Pencegahan

tindakan keperawatan

infeksi

dan

selama

e. Pantau

mendeteksi

2x24

jam

diharapkan gangguan

tanda

integritas kulit dapat

gejala

pada

teratasi:
c. Integritas jaringan
d. Penyembuhan luka

infeksi

jaringan.

Dengan Kriteria hasil :


f. Perfusi

jaringan

normal
g. Tidak ada tandatanda infeksi
h. Ketebalan

f. Kaji

dan

suhu

tubuh,
denyut
jantung,
drainase,
penampilan

dan

luka

dini infeksi

tekstur

jaringan

normal
i. Klien

laboratoriu
m

menunjukkan

h. Amati

pemahaman dalam
proses

g. Pantau hasil

perbaikan

kulit

dan

mencegah
terjadinya cidera
j. Klien
menunjukkan
proses
penyembuhan luka

penampilan
praktik
hygiene
untuk
perlindunga
n

terhadap

infeksi.
2. Pencegahan

2. Mencegah

ulkus dekubitus

ulkus

d. Kaji faktor

dekubitus

yang dapat

pada individu

meningkatk

yang

an

beresiko.

kerentanan
terhadap
terjadinya
ulkus
e. Jelaskan
kepada
pasien

dan

keluarga
untuk
menjaga
hygiene
personal
f. Lindungi
pasien
terhadap
kontaminasi
silang agar

3. Mencegah
komplikasi
luka

dan

tidak terjadi

meningkatk

infeksi

an

3. Perawatan luka

penyembuha

c. Berikan

n luka.

terapi
antibiotic
kepada
klien
d. Pertahankan
teknik
isolasi

bila

diperlukan.

5.4 Implementasi Keperawatan


Tanggal / Waktu
23-03-2016
08.00 WIB

Implementasi
1. Meminta pasien

untuk

menilai

nyeri

Paraf
atau Ns.

ketidaknyamanan pada skala 0-10

Zain

2. Hadir di deket pasien untuk memenuhi kebutuhan


08.30 WIB

rasa nyaman dan aktivitas lain untuk membantu


relaksasi

09.00 WIB

3. Mengintruksikan pasien untuk menginformasikann


kepada perwat jika peredaan nyeri tidak dapat
tercapai
4. Memberikan obat anti nyeri
5. Melaporkan kepada dokter jika tindakan tidak
berhasil atau jika keluhan saat ini merupakan
perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri

23-03-2016
09.30 WIB
10.00 WIB

pasien dimasa lalu


1. Memantau suhu minimal dua jam sekali sesuai Ns.
dengan kebutuhan
2. memantau warna kulit dan suhu
3. Menganjurkan asupan cairan oral, sedikitnya 2

Zain

liter sehari
10.15 WIB

4. Menggunakan waslap dingin (atau kantong es yan


di balut dengan kain) di aksila, kening tengkuk,
dan lipat paha
5. Mengajarkan pasien/ keluarga dalam mengukur
suhu untuk mencegah dan mengenali secara dini
hipertermia (misalnya : sangat panas, dan
keletihan akibat panas

10.30 WIB

6. Memberikan obat antipiretik, jika perlu gunakan


matras dingin
Dan mandi air hangat untuk mengatasi gangguan

23-03-2016
10.30 WIB
11.00 WIB

suhu tubuh, jika perlu


1. Memantau
nilai
laboraturium,

khususnya Ns.

transferin, albumin dan elektrolit

Zain

2. Membuat perencanaan makan dengan pasien yang


masik dalam jadwal makan, lingkungan makan,
11.30 WIB
11.31 WIB

kesukaaan dan ketidaksukaan pasien serta suhu


makanan
3. Mengjarkan pasien dan keluarga tentang makanan
yang bergizi dan tidak mahal
4. Meniskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan
kebutuhan

protein

pasien

yang

mengalami

ketidakadekuatan asupan protain atau kehilangan


23-03-2016
11.30 WIB
12.00 WIB

protain
1. Kaji suhu tubuh, denyut jantung, drainase, Ns.Zain
penampilan luka
2. Pantau hasil laboratorium
3. Amati

12.15 WIB

penampilan

praktik

hygiene

untuk

perlindungan terhadap infeksi.


4. Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan

12.30 WIB

terhadap terjadinya ulkus


5. Jelaskan kepada pasien dan keluarga untuk
menjaga hygiene personal

12.40WIB

6. Lindungi pasien terhadap kontaminasi silang agar

tidak terjadi infeksi yang memburuk.


7. Berikan terapi antibiotic kepada klien
8. Pertahankan teknik isolasi bila diperlukan.

3.5 Evaluasi Keperawatan


Nama

: Tn.M

Umur

: 37 tahun

Tanggal / Waktu
23-03-2016
14.40WIB

23-03-2016
14.40WIB

23-03-2016
14.40WIB

Evaluasi
Paraf
S = pasien mengatakan bahwa anaknya sudah tidak Ns. Zain
nyeri pada kaki kirinya.
O = pasien tampak lebih bebas bergerak dan namun
masih nampak peradangan pada kaki kirinya
A = Tujuan belum tercapai
P = Intervensi dilanjutkan , tetap dimonitoring
S = pasien mengatakan bahwa ia sudah tidak Ns. Zain
mengalami panas
O = Suhu 36 C, N 80x/mt
A = Tujuan tercapai
P =Intervensi perlu dimonitoring
S = pasien mengatakan bahwa nafsu makannya Ns. Zain
meningkat, BAK berkurang.
O = BB : 66 kg, TB : 175 kg, BAK 2100 2400
cc/hari

23-03-2016
14.40WIB

Intake : Output = 3725 : 3525


A = Tujuan tercapai
P = Intervensi perlu dimonitoring
S = Klien mengatakan senang tidak terpasang
infuse , Klien mengeluh sakit di kaki kiri.
O = luka kaki kiri mulai membaik, lesi berkurang.
A = Tujuan tercapai sebagian
P = Intervensi dilanjutkan , tetap dimonitoring

Ns.Zain

BAB 4
Pembahasan
Setelah penulis mampelajari tinjauan teori dan membandingkannya dengan tinjauan
kasus, maka penulis mendapat beberapa kesenjangan dan persamaan selama dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn.M dengan penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 yang
antara lain :
Pengkajian.
Pengkajian yang dilakukan meliputi pengumpulan data yang dilakukan dengan
anamneses mulai dari data demografi, pengkajian pola Gordon hingga pemeriksaan fisik
persystem dab head to toe.
Diagnosa.
Setelah data tersebut didapat kemudian dirumuskan diagnosa keparawatan
pasien melalui analisa data dan didapatkan diagnosa keperawatan pasien antara lain :
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (infeksi)
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses peradangan
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhbungan dengan asupan
nutrisi berkurang
4. Resiko infeksi berhubungan dengan proses peradangan
Keempat diagnose di atas di dapatkan pada landasan teori, keadaan tersebut
menunjukkan bahwa keadaan pasien benar mengalami penyakit Diabetes tipe 2. Keenam
diagnosa tersebut tidak muncul karena pasien tidak mengalami tanda-tanda yang
menunjukkan gejala timbulnya masalah masalah di atas seperti adanya adanya keletihan.
Dalam pengkajian dan perumusan diagnosa keperawatan perlu dilakukan hubungan interaksi
yang baik dan komunikasi terapeutik dengan pasien dan keluarga karena menimblkan
perasaan rendah diri pada pasien.
Untuk diagnosa pertama yaitu hipertermia berhubungan dengan dehidrasi. Saya
mengambil diagnosa ini karena melihat keadaan suhu dan tekanan darah pasien yang tinggi.
Ketika seseorang sudah mencapai suhu lebih dari 38 0C maka orang tersebut dikatakan
hipertermia (peningkatan suhu tubuh). Pada kasus ini juga pasien mengalami pucat dan lemas
serta sering merasa haus dan buang air kecil.
Kemudian diagnosa kedua yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera: fisik.
Hal ini diangkat berdasarkan keluhan dari pasien yang mengeluh terjadi nyeri karena adanya

luka pada tumit kirinya. Sehingga untuk mengatasi masalah nyeri penulis menambahkan
diagnosa tersebut. Sedangkan agen cidera fisik dipilih berdasarkan terdapatnya luka pada
tumit.
Diagnosa ketiga yaitu risiko infeksi berhubungan dengan prses peradangan. Diagnosa
ini diambil berdasarkan adanya luka pada kaki kiri pasien. Adanya infus dapat menimbulkan
resiko untuk terkena infeksi apabila pemasangan dan perawatan infus tidak dilakukan secara
aseptik serta faktor faktor luar tidak mendukung.
Pada kasus ini penulis tidak mengangkat diagnosa utama yaitu kebutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh karena pada pasien tidak ditemukan adanya gejala-gejala deficit
nutrisi, seperti : penurunan berat badan, penurunan nafsu makan. Sedangkan kekurangan
volume cairan tidak diambil karena sudah ada infus dan pemberian cairan 2500 cc/hari pada
implementasi diagnosa ke 2 untuk mengatasi kebutuhan cairan.
Perencanaan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan seluruh tindakan keperawatan yang dilakukan selalu berorientasi pada
rencana yang telah dibuat terlebih dahulu. Pelaksanaan tindakan keperawatan yang
berdasarkan teoritis ada yang belum terlaksana, semua, ini disebabkan karena keadaan/sifat
klien yang berbeda dan jenis perawatan yang dilaksanakan di ruang perawatan disesuaikan
dengan keadaan dan sarana serta fasilitas yang tersedia.
Untuk diagnosa pertama (hipertermia berhubungan dengan dehidrasi) pada intervensi
ada 8 perencanaan, yaitu memonitor temperatur setiap 2 jam sekali, memonitor TTV dan
perubahan warna kulit, serta tanda tanda hipertermia, Diagnose ke dua dilakukan intervensi
dengan melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi, mengajarkan tentang teknik
nonfarmakologi (teknik napas dalam).
BAB 5
Penutup

5.1 Kesimpulan
1. Diabetes mellitus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan hormonal
dan melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat dimana seseorang tidak dapat
memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin yang
diproduksi dengan.

2. Klasifikasi DM menurut National Diabetes Data Group of The National Institutes


of Health adalah IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus), NIDDM (Non
Insulin Dependent Diabetes melitus), DMG (Diabetes Melitus Gestational) dan
intoleransi glukosa berhubungan dengan keadaan atau sindroma tertentu.
3. Diabetes mellitus disebabkan oleh faktor keturunan, fungsi sel pankreas dan
sekresi insulin yang berkurang, usia dan obesitas.
4. Tanda dan gejala diabetes mellitus

diantaranya adalah poliuri, polidipsi,

poliphagi, mata kabur, luka sulit sembuh, infeksi, berat badan menurun, lemas,
lekas lelah dan tenaga kurang.
5. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan gula darah,
pemeriksaan Hb, dan pemeriksaan urin.
6. Komplikasi diabetes mellitus dapat menimbulkan

komplikasi akut (diabetik

ketoasedosis, koma hiperosmolar nonketotik, dan hypoglikemia hypoglikemia),


komplikasi kronik (makrovaskuler : neuropati, katarak, dan penyakit ginjal dan
mikrovaskuler : jantung koroner, pembuluh otak, dan pembuluh darah kaki)
7. Penatalaksanaan pada diabetes mellitus antara lain diet, olahraga, edukasi,
farmakologi, dan pemeriksaan diagnostic.
8. Pengkajian pada klien diabetes mellitus antara lain identitas pasien, keluhan
utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit
keluarga, riwayat lingkungan, pola fungsi kesehatan, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang dan terapi.
9. Diagnosa keperawatan pada diabetes melitus antara lain kekurangan volume
cairan berhubungan dengan output berlebihan, perubahan status nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan
masukan oral, resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia, kerusakan
integritas

kulit

berhubungan

dengan

penurunan

imonologis,

kelelahan

berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolic dan kurang


pengetahuan tentang penyakit.
5.2 Saran
5.2.1

Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat memahami materi yang telah kami susun
ini, dan dapat menginterpretasikan di dalam melakukan tindakan
keperawatan dalam praktik, khususnya pada pasien yang menagalami

gangguan sistem endokrin: Diabetes mellitus tipe 2, dan mampu


memberikan asuhan keperawatan yang sesuai.
5.2.2

Bagi pelayanan Kesehatan


1. Bagi pelayanan keperawatan sebaiknya menggunakan food model atau
penyuluhan diet dalam pendidikan kesehatan pada pasien Diebetes
Mellitus tipe 2
2. Bagi masyarakat diharapkan mau menerapkan dan mengerti bagaimana
cara mencegah penyakit Diabetes Mellitus .

Daftar Pustaka
Adam, JMF. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 5. Jakarta: FK-UI
Anonim.2013. www.emedicinehealth.com. Diabetes Mellitus .Diakses pada tanggal 27 Maret
2015 pukul 17:05 WIB
Brunner & Suddarth. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 vol.1.
Jakarta:EGC
Huda, Amin, Hardhi Kusuma.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis& NANDA.Ed.Revisi. Yogyakarta : MediAction
Kee JL. 2013.Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik Cetakan 1 Edisi 8. Jakarta;
EGC
Long, Barbara. 2006. Perawatan Medikal Bedah , Ikatan Alumni Pendidikan Padjajaran
Bandung.
Mansjoer dkk.2010.Kapita Selekta Kedokteran Edisi 4. Jakarta: Media Aesculapius FKUI
Price, Silvia.2013.Patofisiologi Konsep Klinis Proses PenyakitJakarta:EGC.
Soewondo P. 2014. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus. Jakarta: Media Aesculapius FKUI
Wilkinson, Judith.2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC
danKriteria hasil NOC Edisi 9.Jakarta:EGC.
World Health Organization.2015.Diabetes Mellitus. Jakarta :EGC

You might also like