Professional Documents
Culture Documents
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
Teori Motor
Teori Relay Proteksi
Distance Relay atau Relai Jarak
Setting relay
Catalog relay
Cara kerja relay
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keandalan dan kemampuan suatu sistem tenaga listrik dalam melayani konsumen sangat
tergantung pada sistem proteksi yang digunakan. Oleh sebab itu dalam perencangan suatu sistem
tenaga listrik, perlu dipertimbangkan kondisi-kondisi gangguan yang mungkin terjadi pada
sistem, melalui analisa gangguan.
Dari hasil analisa gangguan, dapat ditentukan sistem proteksi yang akan digunakan, seperti:
spesifikasi switchgear, rating circuit breaker (CB) serta penetapan besaran-besaran yang
menentukan bekerjanya suatu relay (setting relay) untuk keperluan proteksi.
Pengetahuan mengenai arus-arus yang timbul dari berbagai tipe gangguan pada suatu lokasi
merupakan hal yang sangat esensial bagi pengoperasian sistem proteksi secara efektif. Jika
terjadi gangguan pada sistem, para operator yang merasakan adanya gangguan tersebut
diharapkan segera dapat mengoperasikan circuit-circuit Breaker yang tepat untuk mengeluarkan
sistem yang terganggu atau memisahkan pembangkit dari jaringan yang terganggu. Sangat sulit
bagi seorang operator untuk mengawasi gangguan-gangguan yang mungkin terjadi dan
menentukan CB mana yang dioperasikan untuk mengisolir gangguan tersebut secara manual.
Mengingat arus gangguan yang cukup besar, maka perlu secepat mungkin dilakukan proteksi.
Hal ini perlu suatu peralatan yang digunakan untuk mendeteksi keadaan-keadaan yang tidak
normal tersebut dan selanjutnya menginstruksikan circuit breaker yang tepat untuk bekerja
memutuskan rangkaian atau sistem yang terganggu. Dan peralatan tersebut kita kenal dengan
relay.
Proteksi sistem tenaga listrik adalah sistem proteksi yang dipasang pada peralatan-peralatan
listrik suatu sistem tenaga listrik, misalnya generator, transformator, jaringan dan lain-lain,
terhadap kondisi abnormal operasi sistem itu sendiri.
Kondisi abnormal itu dapat berupa antara lain: hubung singkat, tegangan lebih, beban lebih,
frekuensi sistem rendah, asinkron dan lain-lain. (untuk jelasnya lihat artikel: "Keandalan dan
Kualitas Listrik")
Dengan kata lain sistem proteksi itu bermanfaat untuk:
1. menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatan-peralatan akibat gangguan
(kondisi abnormal operasi sistem). Semakin cepat reaksi perangkat proteksi yang digunakan
maka akan semakin sedikit pengaruh gangguan kepada kemungkinan kerusakan alat.
2. cepat melokalisir luas daerah yang mengalami gangguan, menjadi sekecil mungkin.
3. dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi kepada konsumen dan juga
mutu listrik yang baik.
4. mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik.
BAB II
A. TEORI MOTOR
Motor AC 3 phase bekerja dengan memanfaatkan perbedaan fasa sumber untuk menimbulkan
gaya putar pada rotornya. Jika pada motor AC 1 phase untuk menghasilkan beda phase
diperlukan penambahan komponen Kapasitor (baca disini), pada motor 3 phase perbedaan phase
sudah didapat langsung dari sumber seperti terlihat pada gambar arus 3 phase berikut ini:
Pada gambar di atas, arus 3 phase memiliki perbedaan phase 60 derajat antar phasenya. Dengan
perbedaan ini, maka penambahan kapasitor tidak diperlukan.
P = Kutub motor
Medan putar stator tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor. Akibatnya pada
batang konduktor dari rotor akan timbul GGL induksi. Karena batang konduktor merupakan
rangkaian yang tertutup maka GGL akan menghasilkan arus (I). Adanya arus (I) di d alam medan
magnet akan menimbulkan gaya (F) pada rotor. Bila kopel mula yan g dihasilkan oleh gaya (F)
pada rotor cukup besar untuk memikul kopel beban, rotor akan berputar searah dengan medan
putar stator. GGL induksi timbul karena terpoton gn ya batang konduktor (rotor) oleh medan
putar stator. Artinya agar GGL induksi tersebut timbul, diperlukan adanya perbedaan relatif
antara kecepatan medan putar stator (ns) dengan kecepatan berputar rotor (nr).
Perbedaan kecepatan antara nr dan ns disebut slip (s), dinyatakan dengan
S= (ns- nr)/ ns
Bila nr = ns, GGL induksi tidak akan timbul dan arus tidak mengalir pada batang konduktor
(rotor), dengan demikian tidak dihasilkan kopel. Dilihat dari cara kerjanya, motor induksi disebut
juga sebagai motor tak serempak atau asinkron.
D. Hubungan antara beban, kecepatan dan torsi (torque)
Gambar di bawah ini menunjukkan grafik hubungan antara torque - kecepatan dengan arus
pada motor induksi 3 phase:
Motor mulai menyala ternyata terdapat arus start yang tinggi akan tetapi torque-nya rendah.
Saat motor mencapai 80% dari kecepatan penuh, torque-nya mencapai titik tertinggi dan
arusnya mulai
menurun.
Pada saat motor sudah mencapai kecepatan penuh, atau kecepatan sinkron, arus torque dan
stator turun ke nol.
Sambungan bintang dibentuk dengan menghubungkan salah satu ujung dari ketiga kumparan
menjadi satu. Ujung kumparan yang digabung tersebut menjadi titik netral, karena sifat arus 3
phase yang jika dijumlahkan ketiganya hasilnya netral atau nol.
A.
Motor induksi merupakan motor listrik arus bolak balik (ac) yang paling luas digunakan.
Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa motor ini bekerja berdasarkan induksi medan
magnet stator ke statornya, dimana arus rotor motor ini bukan diperoleh dari sumber tertentu,
tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan relatif antara putaran
rotor dengan medan putar (rotating magnetic field) yang dihasilkan oleh arus stator.
Motor induksi sangat banyak digunakan di dalam kehidupan sehari-hari baik di industri maupun
di rumah tangga. Motor induksi yang umum dipakai adalah motor induksi 3-fase dan motor
induksi 1-fase. Motor induksi 3-fase dioperasikan pada sistem tenaga 3-fase dan banyak
digunakan di dalam berbagai bidang industri, sedangkan motor induksi 1-fase dioperasikan pada
sistem tenaga 1-fase yang banyak digunakan terutama pada penggunaan untuk peralatan rumah
tangga seperti kipas angin, lemari es, pompa air, mesin cuci dan sebagainya karena motor induksi
1-fase mempunyai daya keluaran yang rendah.
Belitan stator yang dihubungkan dengan suatu sumber tegangan tiga fasa akan menghasilkan
medan magnet yang berputar dengan kecepatan sinkron (ns = 120f/2p). Medan putar pada stator
tersebut akan memotong konduktor-konduktor pada rotor, sehingga terinduksi arus; dan sesuai
dengan Hukum Lentz, rotor pun akan ikut berputar mengikuti medan putar stator.
Perbedaan putaran relative antara stator dan rotor disebut slip. Bertambahnya beban, akan
memperbesar kopel motor, yang oleh karenanya akan memperbesar pula arus induksi pada rotor,
sehingga slip antara medan putar stator dan putaran rotor pun akan bertambah besar. Jadi , bila
beban motor bertambah, putaran rotor cenderung menurun.
B. Konstruksi Motor Induksi
Motor induksi pada dasarnya mempunyai 3 bagian penting sebagai berikut.
1. Stator : Merupakan bagian yang diam dan mempunyai kumparan yang dapat menginduksikan medan
elektromagnetik kepada kumparan rotornya.
2. Celah : Merupakan celah udara: Tempat berpindahnya energi dari startor ke rotor.
3. Rotor : Merupakan bagian yang bergerak akibat adanya induksi magnet dari kumparan stator yang
diinduksikan kepada kumparan rotor.
Konstruksi stator motor induksi pada dasarnya terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut.
1. Rumah stator (rangka stator) dari besi tuang.
2. Inti stator dari besi lunak atau baja silikon.
3. Alur, bahannya sama dengan inti, dimana alur ini merupakan tempat meletakkan belitan
(kumparan stator).
4. Belitan (kumparan) stator dari tembaga.
Rangka stator motor induksi didisain dengan baik dengan empat tujuan yaitu:
1. Menutupi inti dan kumparannya.
2. Melindungi bagian-bagian mesin yang bergerak dari kontak langsung dengan manusia dan dari
goresan yang disebabkan oleh gangguan objek atau gangguan udara terbuka (cuaca luar).
3. Menyalurkan torsi ke bagian peralatan pendukung mesin dan oleh karena itu stator didisain untuk
tahan terhadap gaya putar dan goncangan.
4. Berguna sebagai sarana rumahan ventilasi udara sehingga pendinginan lebih efektif.
Berdasarkan bentuk konstruksi rotornya, maka motor induksi dapat dibagi menjadi dua jenis .
1. Motor induksi dengan rotor sangkar (squirrel cage).
2. Motor induksi dengan rotor belitan (wound rotor)
a) Rangka Stator
b) Rotor Belitan
c) Rotor Sangkar
Diantara stator dan rotor terdapat celah udara yang merupakan ruangan antara stator dan rotor.
Pada celah udara ini lewat fluks induksi stator yang memotong kumparan rotor sehingga
meyebabkan rotor berputar. Celah udara yang terdapat antara stator dan rotor diatur sedemikian
rupa sehingga didapatkan hasil kerja motor yang optimum. Bila celah udara antara stator dan
rotor terlalu besar akan mengakibatkan efisiensi motor induksi rendah, sebaliknya bila jarak
antara celah terlalu kecil/sempit akan menimbulkan kesukaran mekanis pada mesin.
Motor induksi terdiri atas dua bagian utama yaitu rotor dan stator. Ada dua jenis rotor yaitu rotor
sangkar dan rotor belitan. Stator dibuat dari sejumlah stampings dengan slots untuk membawa
gulungan tiga fase. Gulungan ini dilingkarkan untuk sejumlah kutub yang tertentu.
Stator merupakan bagian yang diam dari motor induksi tiga fasa, pada bagian stator terdapat
beberapa slot yang merupakan tempat kawat (konduktor) dari tiga kumparan tiga fasa yang
disebut kumparan stator, yang masing-masing kumparan mendapatkan suplai arus tiga fasa,
maka pada kumparan tersebut segera timbul medan putar. Dengan adanya medan magnet putar
pada kumparan stator akan mengakibatkan rotor berputar, hal ini terjadi karena adanya induksi
magnet dengan kecepatan putar rotor sinkron dan kecepatan putar stator
Ada dua macam jenis Rotor pada motor induksi yaitu rotor sangkar dan rotor belitan. Rotor
sangkar (squirrel cage rotor); kawat rotor terdiri dari batang-batang tembaga yang berat,
aluminium atau alloy yang dimasukkan ke dalam inti rotor. Masing-masing ujung kawat
dihubungkan singkat dengan end-ring.
Motor induksi dengan rotor belitan mempunyai rotor dengan belitan kumparan tiga fasa sama
seperti kumparan stator. Kumparan stator dan rotor juga mempunyai jumlah kutub yang sama.
Penambahan tahanan luar sampai harga tertentu, dapat membuat kopel mula mencapai harga
kopel maksimmnya. Kopel mula yang besar memang diperlukan pada saat start. Motor induksi
jenis ini memungkinkan penambahan (pengaturan) tahanan luar. Tahanan luar yang dapat diatur
ini dihubungkan ke rotor melalui cincin. Selain untuk menghasilkan kopel mula yang besar,
tahanan luar dapat diperlukan untuk membatasi arus mula yang besar pada saat start. Disamping
itu dengan mengubah ubah tahanan luar, kecepatan motor dapat diatur.
C.
Perputaran motor pada mesin arus bolak balik ditimbulkan oleh adanya medan putar (fluks
yang berputar) yang dihasilkan dalam kumparan statornya. Medan putar ini terjadi apabila
kumparan stator dihubungkan dalam fasa banyak umumnya fasa 3. hubungan dapat berupa
hubungan bintang atau delta.
Ada beberapa prinsip kerja motor induksi:
Apabila sumber tegangan 3 fasa dipasang pada kumparan medan (stator), timbullah medan putar
dengan kecepatan rpm dengan fs = frekuensi stator (Stator line frequency) atau frekuensi jalajala dan p = jumlah kutub pada motor. Medan stator tersebut akan memotong batang konduktor
pada rotor. Akibatnya pda kumparan jangkar (rotor) timbul tegangan induksi (ggl). Karena
kumparan jangkar merupakan kumparan tertutup, ggl (E) akan menghasilkan arus (I). Adanya
arus (I) didalam medan magnet menimbulkan gaya (F) pada rotor. Bila kopel mula yng
dihasilkan oleh gaya (F) pada rotor besar akan memikul kopel beban, rotor akan berputar searah
dengan medan putar stator. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa tegangan induksi timbul
karena terpotongnya batang konduktor (rotor) oleh medan putar stator. Artinya agar tegangan
terinduksi diperlukan adanya perbedaan relatif antara kecepatan medan stator dengan kecepatan
berputar rotor (nr). Perbedaan kecepatan disebut slip (S) dinyatakan dengan bila tegangan tidak
akan terinduksi dan arus tidak mengalir pada kumparan jangkar rotor, dengan demikian tidak
dihasilkan kopel. Kopel motor akan ditimbulkan apabila lebih kecil dari . Dilihat dari cara
kerjanya, motor induksi disebut juga sebagai motor tak serempak atau asinkron.
D. Prinsip Kerja Motor Induksi
Motor induksi bekerja berdasarkan induksi elektromagnetik dari kumparan stator kepada
kumparan rotornya. Garis-garis gaya fluks yang diinduksikan dari kumparan stator akan
memotong kumparan rotornya sehingga timbul emf (ggl) atau tegangan induksi dan karena
penghantar (kumparan) rotor merupakan rangkaian yang tertutup, maka akan mengalir arus pada
kumparan rotor. Penghantar (kumparan) rotor yang dialiri arus ini berada dalam garis gaya fluks
yang berasal dari kumparan stator sehingga kumparan rotor akan mengalami gaya Lorentz yang
menimbulkan torsi yang cenderung menggerakkan rotor sesuai dengan arah pergerakan medan
induksi stator. Pada rangka stator terdapat kumparan stator yang ditempatkan pada slot-slotnya
yang dililitkan pada sejumlah kutup tertentu. Jumlah kutup ini menentukan kecepatan
berputarnya medan stator yang terjadi yang diinduksikan ke rotornya. Makin besar jumlah kutup
akan mengakibatkan makin kecilnya kecepatan putar medan stator dan sebaliknya. Kecepatan
berputarnya medan putar ini disebut kecepatan sinkron.
Medan Putar
Sebelum kita membahas bagaimana rotating magnetic field (medan putar) menyebabkan sebuah
motor berputar, marilah kita tinjau bagaimana medan putar ini dihasilkan. Gambar berikut
menunjukkan sebuah stator tiga fasa dengan suplai arus bolak balik tiga fasa pula
Belitan stator terhubung wye (Y). Dua belitan pada masing-masing fasa dililitkan dalam arah
yang sama. Sepanjang waktu, medan magnet yang dihasilkan oleh setiap fasa akan tergantung
kepada arus yang mengalir melalui fasa tersebut. Jika arus listrik yang melalui fasa tersebut
adalah nol (zero), maka medan magnet yang dihasilkan akan nol pula. Jika arus mengalir dengan
harga maksimum, maka medan magnet berada pada harga maksimum pula. Karena arus yang
mengalir pada system tiga fasa mempunyai perbedaan 120o, maka medan magnet yang
dihasilkan juga akan mempunyai perbedaan sudut sebesar 120o pula.
Ketiga medan magnet yang dihasilkan akan membentuk satu medan, yang akan beraksi terhadap
rotor. Untuk motor induksi, sebuah medan magnet diinduksikan kepada rotor sesuai dengan
polaritas medan magnet pada stator. Karenanya, begitu medan magnet stator berputar, maka rotor
juga berputar agar bersesuaian dengan medan magnet stator.
Pada sepanjang waktu, medan magnet dari masing-masing fasa bergabung untuk menghasilkan
medan magnet yang posisinya bergeser hingga beberapa derajat. Pada akhir satu siklus arus
bolak balik, medan magnet tersebut telah bergeser hingga 360o, atau satu putaran. Dan karena
rotor juga mempunyai medan magnet berlawanan arah yang diinduksikan kepadanya, rotor juga
akan berputar hingga satu putaran. Penjelasan mengenai ini dapat dilihat pada gambar
selanjutnya.
Putaran medan magnet dijelaskan pada gambar di bawah dengan menghentikan medan
tersebut pada enam posisi. Tiga posisi ditandai dengan interval 60o pada gelombang sinus yang
mewakili arus yang mengalir pada tiga fasa A,B, dan C. Jika arus mengalir dalam suatu fasa
adalah positif, medan magnet akan menimbulkan kutub utara pada kutub stator yang ditandai
dengan A, B, dan C.
Pada posisi T1, arus pada fasa C berada pada harga positif maksimumnya. Pada saat yang sama,
arus pada fasa A dan B berada pada separuh harga negative maksimumnya. Medan magnet yang
dihasilkan terbentuk secara vertical dengan arah ke bawah, dengan kekuatan medan maksimum
terjadi sepanjang fasa C, antara kutub C (utara) dengan C (selatan). Medan magnet ini dibantu
oleh medan-medan yang lebih lemah yang dihasilkan sepanjang fasa A dan B, dengan kutubkutub A dan B menjadi kutub-kutub utara dan kutub-kutub A dan B menjadi kutub-kutub
selatan.
Pada posisi T2, gelombang sinus arus telah berotasi sebanyak 60o listrik. Pada posisi ini, arus
dalam fasa A telah naik hingga harga negative maksimumnya. Arus pada fasa B mempunya arah
yang berlawanan dan berada pada separuh harga maksimum positifnya. Begitu pula arus pada
fasa C telah turun hingga separuh dari harga maksimum positifnya. Medan magnet yang
dihasilkan terbentuk ke kiri arah bawah, dengan kekuatan medan maksimum sepanjang fasa A,
antara kutub-kutub A (utara) dan A (selatan). Medan magnet ini dibantu oleh medan-medan yang
lebih lemah yang timbul sepanjang fasa B dan C, dengan kutub-kutub B dan C menjadi kutubkutub utara dan kutub-kutub B dan C menjadi kutub-kutub selatan. Di sini terlihat bahwa
medan magnet pada stator motor secara fisik telah berputar sebanyak 60o.
Pada posisi T3, gelombang sinus arus berputar lagi 60o listrik dari posisi sebelumnya hingga total
rotasi pada posisi ini sebesar 120 o listrik. Pada posisi ini, arus dalam fasa B telah naik hingga
mencapai harga positif maksimumnya. Arus pada fasa A telah turun hingga separuh dari harga
negative maksimumnya, sementara arus pada fasa C telah berbalik arah dan berada pada separuh
harga negative maksimumnya pula. Medan magnet yang dihasilkan mengarah ke atas kiri,
dengan kekuatan medan maksimum sepanjang fasa B, antara kutub B (utara) dan B (selatan).
Medan magnet ini dibantu oleh medan-medan yang lebih lemah sepanjang fasa A dan C, dengan
kutub-kutub A dan C menjadi kutub-kutub utara dan kutub-kutub A dan C menjadi kutub-kutub
selatan. Sehingga terlihat di sini bahwa medan magnet pada stator telah berputar 60o lagi dengan
total putaran sebesar 120o.
Pada posisi T4, gelombang sinus arus telah berotasi sebanyak 180 derajat listrik dari titik T1
sehingga hubungan antara arus-arus fasa adalah indentik dengan posisi T1 kecuali bahwa
polaritasnya telah berbalik. Karena fasa C kembali pada harga maksimum, medan magnet yang
dihasilkan sepanjang fasa C kembali berada pada harga maksimum, medan magnet yang
dihasilkan sepanjang fasa C akan memiliki kekuatan medan maksimum. Meskipun demikian,
dengan arus yang mengalir dalam arah yang berlawanan pada fasa C, medan magnet yang timbul
mempunyai arah ke atas antara kutub C (utara) dan C (selatan). Terlihat bahwa medan magnet
sekarang telah berotasi secara fisik sebanyak 180o dari posisi awalnya.
Pada posisi T5, fasa A berada pada harga positif maksimumnya, yang menghasilkan medan
magnet ke arah atas sebelah kanan. Kembali, medan magnet secara fisik telah berputar 60odari
titik sebelumnya sehingga total rotasi sebanyak 240o. Pada titik T6, fasa B berada pada harga
maksimum negative yang menghasilkan medan magnet ke arah bawah sebelah kanan. Medan
magnet pun telah berotasi sebesar 60o dari titik T5 sehingga total rotas adalah 300o.
Akhirnya, pada titik T7, arus kembali ke polaritas dan nilai yang sama seperti pada Posisi T1.
Karenanya, medan magnet yang dihasilkan pada posisi ini akan identik dengan pada posisi T1.
Dari pembahasan ini, terlihat bahwa untuk satu putaran penuh gelombang sinus listrik (360o),
medan magnet yang timbul pada stator sebuah motor juga berotasi satu putaran penuh (360o).
Sehingga, dengan menerapkan tiga-fasa AC kepada tigfa belitan yang terpisah secara simetris
sekitar stator, medan putar (rotating magnetic field) juga timbul.
SLIP
Jika arus bolak balik dikenakan pada belitan stator dari sebuah motor induksi, sebuah medan
putar timbul. Medan putar ini memotong batang rotor dan menginduksikan arus kepada rotor.
Arah aliran arus ini dapat ditentukan dengan menggunakan aturan tangan kiri untuk generator.
Arus yang diinduksikan ini akan menghasilkan medan magnet di sekitar penghantar rotor,
berlawanan polaritas dari medan stator, yang akan mengejar medan magnet pada stator. Karena
medan pada stator terus menerus berputar, rotor tidak pernah dapat menyamakan posisi
dengannya alias selalu tertinggal dan karenanya akan terus mengikuti putaran medan pada stator
sebagaimana ditunjukkan pada gambar di bawah ini.r
Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa rotor pada motor induksi tidak pernah dapat berputar
dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan medan putar. Jika kecepatan rotor sama dengan
keceparan medan putar stator, maka tidak ada gerak relatif antara keduanya, dan tidak akan ada
induksi EMF kepada rotor. Tanpa induksi EMF ini, tidak akan ada interaksi medan yang
diperlukan untuk menimbulkan gerak. Rotor, karenanya ahrus berputar dengan kecepatan yang
lebih rendah dari kecepatan medan putar stator jika gerak relatif tersebut harus ada antara
keduanya.
Persentase perbedaan antara kecepatan rotor dan kecepatan medan putar disebut dengan slip.
Semakin kecil slip, semakin dekat pula kecepatan rotor dengan kecepatan medan putar. Persen
slip dapat dicari menggunakan Equation (12-1).
dimana
NS= kecepatan sinkron (rpm) NR= kecepatan rotor (rpm)
Kecepatan medan putar atau kecepatan sinkron dari suatu motor dapat dicari dengan
menggunakan Equation (12-2).
Torque
Torque motor induksi AC tergantung kepada kekuatan medan rotor dan stator yang saling
berinteraksi dan hubungan fasa antara keduanya. Torque dapat dihitung dengan Equation (12-3).
Selama operasi normal, K, , dan cos adalah konstan, sehingga torque berbanding lurus dengan
arus rotor. Arus rotor meningkat dengan proporsi yang sama dengan slip. Perubahan torque
terhadap slip menunjukkan bahwa begitu slip naik dari nol hingga 10%, torque naik secara
linier. Begitu torque dan slip naik melebihi torque beban penuh, maka torque akan mencapai
harga maksimum sekitar 25% slip. Torque maksimum disebutbreakdown torque motor. Jika
beban dinaikkan melebihi titik ini, motor akan stall dan segera berhenti. Umumnya, breakdown
torque bervariasi dari 200 hingga 300% torque beban penuh. Torque awal (starting torque)
adalah nilai torque pada 100% slip dan normalny 150 hingga 200% torque beban penuh. Seiring
dengan pertambahan kecepatan dari rotor, torque akan naik hingga breakdown torque dan turun
mencapai nilai yang diperlukan untuk menarik beban motor pada kecepatan konstan, biasanya
antara 0 10%. Gambar berikut menunjukkan karakteristik Torque terhadap slip.
1. Elemen pengindera.
Elemen ini berfungsi untuk merasakan besaran-besaran listrik, seperti arus, tegangan,
frekuensi, dan sebagainya tergantung relay yang dipergunakan. Pada bagian ini besaran yang
masuk akan dirasakan keadaannya, apakah keadaan yang diproteksi itu mendapatkan gangguan
atau dalam keadaan normal, untuk selanjutnya besaran tersebut dikirimkan ke elemen
pembanding.
2. Elemen pembanding.
Elemen ini berfungsi menerima besaran setelah terlebih dahulu besaran itu diterima oleh elemen
oleh elemen pengindera untuk membandingkan besaran listrik pada saat keadaan normal dengan
besaran arus kerja relay.
3. Elemen pengukur/penentu.
Elemen ini berfungsi untuk mengadakan perubahan secara cepet pada besaran ukurnya dan akan
segera memberikan isyarat untuk membuka PMT atau memberikan sinyal.
Transformator arus ( CT ) berfungsi sebagai alat pengindera yang merasakan apakah keadaan
yang diproteksi dalam keadaan normal atau mendapat gangguan. Sebagai alat pembanding
sekaligus alat pengukur adalah relay, yang bekerja setelah mendapatkan besaran dari alat
pengindera dan membandingkan dengan besar arus penyetelan dari kerja relay.
Apabila besaran tersebut tidak setimbang atau melebihi besar arus penyetelannya, maka
kumparan relay akan bekerja menarik kontak dengan cepat atau dengan waktu tunda dan
memberikan perintah pada kumparan penjatuh (trip-coil) untuk bekerja melepas PMT. Sebagai
sumber energi penggerak adalah sumber arus searah atau batere.
Syarat-syarat Relai Proteksi
Dalam perencanaan sistem proteksi, maka untuk mendapatkan suatu sistem proteksi yang baik
diperlukan persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
1. Sensitif.
Suatu relay proteksi bertugas mengamankan suatu alat atau suatu bagian tertentu dari suatu
sisitem tenaga listrik, alat atau bagian sisitem yang termasuk dalam jangkauan pengamanannya.
Relay proteksi mendeteksi adanya gangguan yang terjadi di daerah pengamanannya dan harus
cukup sensitif untuk mendeteksi gangguan tersebut dengan rangsangan minimum dan bila perlu
hanya mentripkan pemutus tenaga (PMT) untuk memisahkan bagian sistem yang terganggu,
sedangkan bagian sistem yang sehat dalam hal ini tidak boleh terbuka.
2.
Selektif.
Selektivitas dari relay proteksi adalah suatu kualitas kecermatan pemilihan dalam mengadakan
pengamanan. Bagian yang terbuka dari suatu sistem oleh karena terjadinya gangguan harus
sekecil mungkin, sehingga daerah yang terputus menjadi lebih kecil. Relay proteksi hanya akan
bekerja selama kondisi tidak normal atau gangguan yang terjadi didaerah pengamanannya dan
tidak akan bekerja pada kondisi normal atau pada keadaan gangguan yang terjadi diluar daerah
pengamanannya.
3. Cepat.
Makin cepat relay proteksi bekerja, tidak hanya dapat memperkecil kemungkinan akibat
gangguan, tetapi dapat memperkecil kemungkinan meluasnya akibat yang ditimbulkan oleh
gangguan.
4.
Handal.
Dalam keadaan normal atau sistem yang tidak pernah terganggu relay proteksi tidak bekerja
selama berbulan-bulan mungkin bertahun-tahun, tetapi relay proteksi bila diperlukan harus dan
pasti dapat bekerja, sebab apabila relay gagal bekerja dapat mengakibatkan kerusakan yang lebih
parah pda peralatan yang diamankan atau mengakibatkan bekerjanya relay lain sehingga daerah
itu mengalami pemadaman yang lebih luas. Untuk tetap menjaga keandalannya, maka relay
proteksi harus dilakukan pengujian secara periodik.
5.
Ekonomis.
Sederhana.
Perangkat relay proteksi disyaratkan mempunyai bentuk yang sederhana dan fleksibel.
Karakteristik Waktu Kerja Relai Proteksi
1. Relai arus lebih seketika (instanstaneous over current relay)
Relai arus lebih dengan karakteristik waktu kerja seketika ialah jika jangka waktu relai
mulai saat relai arusnya pick up (kerja) sampai selesainya kerja relai sangat singkat (20-100 ms),
yaitu tanpa penundaan waktu. Relai ini pada umumnya dikombinasikan dengan relai arus lebih
dengan karakteristik waktu tertentu (definite time) atau waktu terbalik (inverse time) dan hanya
dalam beberapa hal berdiri sendiri secara khusus.
1. Relai arus lebih dengan karakteristik waktu tertentu (Definite time over current relay)
Relai arus lebih dengan karakteristik waktu tertentu ialah jika jangka waktu mulai relai
arus pick up sampai selesainya kerja relai diperpanjang dengan nilai tertentu dan tidak
tergantung dari besarnya arus yang menggerakan. Relai ini bekerja berdasarkan waktu
tunda yang telah ditentukan sebelumnya dan tidak tergantung pada perbedaan besarnya
arus.
2. Relai arus lebih dengan karakteristik waktu terbalik (Inverse time over current relay)
Relai dangan karakteristik waktu terbalik adalah jika jangka waktu mulai relai arus pick
up sampai selesainya kerja diperpanjang dengan besarnya nilai yang berbanding terbalik
dengan arus yang menggerakkan. Relai ini bekerja dengan waktu operasi berbanding
terbalik terhadap besarnya arus yang terukur oleh relai. Relai ini mempunyai karakteristik
kerja yang dipengaruhi baik oleh waktu maupun arus.
3. Inverse Definite Time Relay
Relai ini mempunyai karakteristik kerja berdasarkan kombinasi antara relai invers dan
relai definite. Relai ini akan bekerja secara definite bila arus gangguannya besar dan bekerja
secara inverse jika arus gangguannya kecil.
Sistem proteksi memiliki komponen utama yaitu Relay, jenis-jenis relay ini dapat di gunakan
pada system pembangkitan, transmisi tenaga listrik, system distribusi dll.
Jenis-jenis Relay Proteksi
Adapun jenis-jenisnya adalah sbb :
No
Nama Relay
Fungsi Relay
excitation relay)
10
generator.
1. bila terpasang di titik netral
generator atau trafo tegangan
yang di hubungkan segitiga
terbuka untuk mendeteksi
gangguan stator hubungan tanah.
2. bila terpasang pada terminal
generator untuk mendeteksi
tegangan lebih.
11
12
13
14
15
Untuk menerima signal trip dari relayrelay proteksi dan kemudian meneruskan
signal trip ke PMT, alarm dan peralatan
lain serta mengunci.
16
17
Berdasarkan besaran ukur dan prinsip kerja, rele proteksi dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Rele Arus Lebih (Over Current Relay)
Adalah suatu rangkaian peralatan rele pengaman yang memberikan respon terhadap kenaikan
arus yang melebihi harga arus yang telah ditentukan pada rangkaian yang diamankan.
Keuntungan dari penggunaan proteksi rele arus lebih ini antara lain :
Mengamankan gangguan hubung singkat antar fasa, satu fasa ke tanah, dan
Adalah rele yang bekerja berdasarkan Hukum Kirchof, dimana arus yang masuk pada suatu titik
sama dengan arus yang keluar dari titik tersebut. Yang dimaksud titik pada proteksi diferensial
ialah daerah pengamanan, dalam hal ini dibatasi oleh 2 buah trafo arus.
Sehingga,
ZR = Vrelai/Irelai = ( VS VT ) / ( IS IT )
3. Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa Ke Tanah
Untuk mengukur impedansi pada saat hubung singkat satu fasa ke tanah, tegangan yang
dimasukkan ke relai adalah tegangan yang terganggu, sedangkan arus fasa terganggu di tambah
arus sisa dikali faktor kompensasi. Misalnya terjadi gangguan hubung singkat satu fasa R ke
tanah, maka pengukuran impedansi dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Tegangan pada relai: Vrelai = VR
Arus pada relai : Irelai = IR+K0.In
Arus netral : In=IR+IS+IT
Kompensasi urutan nol : K0=1/3(Z0-Z1/Z1)
Z1=VR/(IR+K0.In)
untuk gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah, Impedansi urutan nol akan timbul pada
gangguan tanah. Adanya K0 adalah untuk mengkompensasi adanya impedansi urutan nol
tersebut. Sehingga impedansi yang terukur menjadi benar.
D. Karakteristik Distance Relay (Relai Jarak), Pola Proteksi dan penyetelan Relai
Jarak
Karakteristik dari relai jarak atau distance relay tersebut. Karakteristik relai jarak merupakan
penerapan langsung dari prinsip dasar relai jarak, karakteristik ini biasa digambarkan didalam
diagram R-X.
Diagram R-X
Karakteristik Impedansi
Ciri-cirinya :
- Merupakan lingkaran dengan titik pusatnya ditengah-tengah, sehingga mempunyai sifat non
directional. Untuk diaplikasikan sebagai pengaman SUTT perlu ditambahkan relai directional.
- Mempunyai keterbatasan mengantisipasi gangguan tanah high resistance.
- Karakteristik impedan sensitive oleh perubahan beban, terutama untuk SUTT yang panjang
sehingga jangkauan lingkaran impedansi dekat dengan daerah beban.
Gambar 2b. Karakteristik Mho Z1,Z2 parsial Cross-polarise Mho, Z3 Lensa geser.
Karakteristik Reaktance
Ciri-ciri :
- Karateristik reaktance mempunyai sifat non directional.
- Untuk aplikasi di SUTT perlu ditambah relai directional.
- Dengan seting jangkauan resistif cukup besar maka relai reactance dapat mengantisipasi
gangguan tanah dengan tahanan tinggi.
Penyetelan relai jarak terdiri dari tiga daerah pengamanan, Penyetelan zone-1 dengan waktu
kerja relai t1, zone-2 dengan waktu kerja relai t2, dan zone-3 waktu kerja relai t3.
1. Penyetelan Zone-1
Dengan mempertimbangkan adanya kesalahan-kesalahan dari data saluran, CT, PT, dan peralatan
penunjang lain sebesar 10% - 20 %, zone-1 relai disetel 80 % dari panjang saluran yang
diamankan.
Zone-1 = 0,8 . Z L1 (Saluran)
Waktu kerja relai seketika, (t1= 0) tidak dilakukan penyetelan waktu .
2. Penyetelan Zone-2
Prinsip peyetelan Zone-2 adalah berdasarkan pertimbanganpertimbangan sebagai berikut:
Zone-2 min = 1,2 . ZL1
Zone-2 mak = 0,8 (Z L1 + 0,8. ZL2)
Dengan : ZL1 = Impedansi saluran yang diamankan.
ZL1 = Impedansi saluran berikutnya yang terpendek ()
Waktu kerja relai t2= 0.4 s/d 0.8 dt.
3. Penyetelan zone-3
Prinsip penyetelan zone-3 adalah berdasarkan pertimbanganpertimbangan sebagai berikut:
Zone-3min = 1.2 ( ZL1 + 0,8.ZL2 )
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Distance relay atau relai jarak atau digunakan sebagai pengaman utama (main protection)
pada Suatu sistem transmisi, baik SUTT maupun SUTET, dan sebagai cadangan atau backup
untuk seksi didepan.
Prinsip Kerja Relai Jarak yaitu Relai jarak mengukur tegangan pada titik relai dan arus
gangguan yang terlihat dari relai, dengan membagi besaran tegangan dan arus, maka
impedansi sampai titik terjadinya gangguan dapat ditentukan.
Adapun karakteristik relai jarak dibedakan menjadi:
> Karakteristik impedansi
> Karakteristik Mho
> Karakteristik Reaktance
> Karakteristik Quadrilateral