You are on page 1of 4

ANALISA DATA

1. Karakteristik Dioda
Berdasarkan data percobaan, dapat diketahui bahwa diode akan
menghantarkan arus saat siklus positif (forward) dan akan memotong arus saat
siklus negatif (reverse). Saat dioda dalam mode forward, maka nilai resistansi
dioda sangat kecil, sebaliknya, saat diode dalam mode reverse, maka nilai
resistansi diode sangat besar sehingga menahan arus yang lewat. Sifat inilah
yang membuat diode menjadi semikonduktor.
Dioda ini akan bekerja apabila diberi tegangan di atas 0,7 volt. Hal ini
disebabkan karena di dalam dioda ada suatu lapisan deplesi yang bersifat sebagai
isolator antara anoda dan katoda. Apabila dioda dihubungkan ke catu tegangan
dengan mode forward, maka akan menyebabkan menyempitnya lapisan deplesi.
Dengan menyempitnya lapisan ini, maka (atom+) pada sisi anoda akan bergerak
menuju ke (atom-) pada sisi katoda, sehingga akan ada arus yang mengalir pada
dioda tersebut. Tetapi hal ini bertolak belakang apabila dioda dihubungkan
dengan hubungan reverse. Apabila dioda dihubungkan dengan hubungan
reverse, lapisan deplesi akan menjadi semakin tebal, sehingga atom (+) akan
sulit bergerak menuju atom (-) yang menyebabkan dioda tidak dapat bekerja.
Oleh karena itu, dioda merupakan semikonduktor yang dapat bekerja dengan
satu arah.

Karakteristik v-i pada gambar diatas dapat dinyatakan dengan sebuah


persamaan yang dikenal dengan persamaan diode Schockley, yaitu:
VD
nVT

e 1
)
I D =I S
dengan
ID =
VD =
IS =
n =

arus yang melalui diode (A)


tegangan diode dengan anode positif terhadap katode (V)
arus bocor (saturasi balik), umumnya 10-6 sampai 10-15 A.
konstanta empiris yang dikenal sebagai faktor idealitas atau
koofisien emisi, yang nilainya antara 1 sampai 2.

Koofisien emisi n tergantung pada material dan susunan fisik diode. Untuk
diode germanium, n bernilai 1. Untuk diode silikon, nilai prediksi n adalah 2,
tapi dalam prakteknya nilai n berada dalam rentang 1,1 sampai 1,8.

VT dalam persamaan diode Schockley diatas disebut konstanta tegangan


thermal dan diberikan oleh persamaan:
VT=

kT
q

dengan
q=
muatan elektron (1,6022 x 10-19 coulomb)
T=
temperatur absolut dalam Kelvin (K = 273+oC)
K = konstanta Boltzman (1,2806 x10-23 J/K)
Kurva karakteristik diode pada hasil oscilloscope diatas dapat dibagi
menjadi tiga wilayah, yaitu:

Wilayah bias maju, dengan VD > 0


Pada wilayah bias maju, arus diode ID sangat kecil jika tegangan diode VD
kurang dari nilai spesifik VTD (umumnya 0,7 volt). Diode terkonduksi penuh bila
VD lebih besar dari nilai VTD yang direferensikan pada tegangan treshold,
sehingga tegangan batas adalah tegangan ketika diode terkonduksi penuh.

Wilayah bias mundur, dengan VD < 0


Dalam wilayah bias mundur, dengan VD < 0 maka jika VD negatif, bagian
eksponensial pada persamaan diode Schockley menjadi sangat kecil dan bisa
diabaikan, sehingga arus diode menjadi:

I D =I S e

VD
nV T

1 I S

yang menunjukkan bahwa arus diode ID pada arah negatif (mundur) bernilai
konstan dan sama dengan IS.

Wilayah breakdown
Dalam wilayah breakdown, tegangan mundurnya tinggi, biasanya lebih
besar dari 1000. Besar tegangan mundur pada nilai tertentu dikenal sebagai
tegangan breakdown, VBR. Arus mundur meninggi dengan cepat dengan sebuah
perubahan kecil pada tegangan mundur VBR. Operasi pada wilayah breakdown
tidak akan merusak selama daya disipasi pada tingkat aman yang biasanya
tercantum pada datasheet pabrikannya.

2. Karakteristik Thyristor
Berdasarkan data percobaan, dapat diketahui bahwa thyristor akan
mengalirkan arus ketika tegangan thyristor positif dan terdapat arus trigger
pada gate. Sama halnya dengan diode, thyristor hanya bekerja pada satu arah
saja sehingga bekerja sebagai penyearah. Namun bila tegangan melebihi
tegangan breakdown thyristor akan rusak dan arus akan mengalir.
Kurva karakteristik di atas menunjukkan tingkah laku piranti thyristor untuk
keadaan forward bias (+V) dan reverse bias (-V). Seperti pada dioda, aliran
arus sangat kecil ketika piranti ini dalam keadaan reverse bias sampai tegangan
reverse breakover dicapai. Bagian forward bias di kurva V-I sangat berbeda

apabila dibandingkan dioda biasa. Thyristor tetap dalam keadaan off sampai
tegangan forward breakover dicapai. Setelah tegangan forward breakover
dicapai, switch dioda ini dalam keadaan on, pada saat ini tegangan dioda turun
secara cepat dan arusnya naik. Arus holding adalah batas arus minimum yang
mengalir untuk menjaga agar Thyristor tetap dalam keadaan on.
Karaktristik tegangan versus arus ini diperlihatkan bahwa thyristor
mempunyai 3 keadaan atau daerah, yaitu :
1.
Keadaan pada saat tegangan balik (daerah I)
2.
Keadaan pada saat tegangan maju (daerah II)
3.
Keadaan pada saat thyristor konduksi (daerah III)
Gambar di bawah ini merupakan karakteristik Thyristor yang sesungguhnya :
If (A)

FORWARD REIGON

B
Vf (Volt)

VBD

VBO

Vf (Volt)

REFERESE REGION

Ig (A)

Pada daerah I, thyristor sama seperti diode, dimana pada keadaan ini tidak
ada arus yang mengalir sampai dicapainya batas tegangan tembus (Vr). Pada
daerah II terlihat bahwa arus tetap tidak akan mengalir sampai dicapainya batas
tegangan penyalaan (Vbo). Apabila tegangan mencapai tegangan penyalaan,
maka tiba tiba tegangan akan jatuh menjadi kecil dan ada arus mengalir. Pada
saat ini thyristor mulai konduksi dan ini adalah merupakan daerah III. Arus
yang terjadi pada saat thyristor konduksi, dapat disebut sebagai arus genggam
(IH = Holding Current). Arus IH ini cukup kecil yaitu dalam orde miliampere.
Untuk membuat thyristor kembali off, dapat dilakukan dengan menurunkan
arus thyristor tersebut dibawah arus genggamnya (IH) dan selanjutnya
diberikan tegangan penyalaan.
3. Karakteristik TRIAC
Berdasarkan data percobaan, dapat diketahui bahwa TRIAC bekerja baik
pada siklus positif maupun negative dengan nilai sudut penyalaan sebagai
pengatur besarnya nilai output. TRIAC (bidirectional triode thyristor) bersifat
konduktif dalam dua arah dan digunakan untuk pengendalian AC. TRIAC
merupakan gabungan dua SCR yang dihubungkan paralel berlawanan arah
(anti parallel).
Pada percobaan ini sama seperti thyristor, hanya saja TRIAC tetap
melewatkan arus dan tegangan pada siklus negative. Semakin besar sudut
penyalaannya, arus yang dilewatkan ternyata semakin kecil.

Seperti halnya thyristor, triac akan bekerja apabila terminal gate diberikan
pulsa. Besaran pulsa tersebut bermacam-macam mulai diatas 00 sampai
dibawah 1800 / 3600. Triac merupakan gabuang dua SCR yang dihubungkan
parallel yang saling berbalikan. Ketika salah satu SCR dalam keadaan reverse
bloking, satunya akan mengalirkan arus beban. Oleh karena itu, Triac dapat
ditrigger oleh pulsa gate baik positif maupun negatif.
Salah satu contoh dari pada pentriggeran Triac, Triac ditrigger dengan
sudut 450, tegangan AC pada Vs akan dimakan oleh Triac sebesar 45 0, sisanya
akan dikeluarkan oleh Triac dalam bentuk arus atau tegangan output sebesar
1350.
Dimana TRIAC bersifat bolak-balik. Apabila arus ada maka tegangan tidak
ada, begitu juga apabila tegangan ada maka arus tidak ada.
Karena TRIAC merupakan devais bidirectional, seharusnya
terminalnya tidak dapat ditentukan sebagai anode/katode. Jika terminal MT2
positif terhadap MT1, TRIAC dapat dimatikan dengan memberikan sinyal
pulsa positif antar gerbang G dan MT1. Jika terminal MT2 negatif terhadap
MT1, TRIAC dapat dihidupkan dengan memberikan sinyal pulsa negatif antar
gerbang G dan MT1.
Perbedaan antara SCR dan TRIAC dapat dilihat juga rangkaiannya
yaitu pada rangkaian TRIAC tidak terdapat dioda, hal ini disebabkan karena
TRIAC dapat bekerja atau dipicu dengan tegangan positif, polaritas anoda
harus lebih positif dibandingkan katodanya sedangkan untuk pemicuan dengan
tegangan negatif maka polaritas katodanya harus lebih positif dibandingkan
anodanya.

You might also like