You are on page 1of 10

ANALISIS DAMPAK

LINGKUNGAN (AMDAL )
USAHA PEMBUATAN
TEMPE

Disusun oleh :
1. Ana Sulfia R
2. Anifah
3. Ari Haryati

(12156)
(12118)
(12120)

4. Dian Fauziah P

(12121)

5. Fitriani Saputri

(12130)

6. Ines Kusnandari
7. Istika Indah N

(12171)
(12173)

8. Listriani

(12175)

9. Maya Sagita

(12097)

10.Nurul Lailatul F

(12103)

SMK NEGERI 1 PURBALINGGA


TAHUN AJARAN 2012 / 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur selalu penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat, karunia, dan hidayah-Nya yang diberikan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas analisis dampak lingkungan ini dengan baik tanpa halangan
suatu apapun.
Keberhasilan penulis dalam membuat tugas ini tidak lepas dari bantuan pihak lain,
baik bantuan moril maupun materiil.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.

Bapak dan Ibu tercinta

2.

Drs. Kamson,SH,MM selaku Kepala SMK N 1 Purbalingga

3.

Ibu Dra. Sugiyarti selaku Guru mata pelajaran Kewirausahaan

4.

Teman-teman kelas XII Akuntansi 2

5.

Pihak lain yang telah membantu penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari dalam penyelesaian tugas ini jauh dari sempurna, maka
dari itu penulis mengharap kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
pembuatan tugas ini. Semoga analisa dampak lingkungan yang telah kami buat dapat
bermanfaat bagi pembaca .

Purbalingga, Agustus 2012

Penyusun

PENDAHULUAN

A. ALASAN PEMILIHAN USAHA


Kami memilih usaha pembuatan tempe untuk dijadikan bahan dalam penyusunan
analisis dampak lingkungan ini karena di sekeliling tempat tinggal kami banyak dijumpai
pengusaha tempe yang tidak memperhatikan dampak dari usaha tersebut . Selain itu,
kami juga merasakan secara langsung akibat yang ditimbulkan dari pembuangan limbah
sisa pembuatan tempe.
Masyarakat yang tinggal di sekitar usaha tersebut juga merasa resah akibat dampak
yang ditimbulkan, terlebih saat musim kemarau tiba akan sangat terasa dampaknya
secara langsung seperti bau tak sedap akibat air pencucian dan perendaman bahan baku
pembuatan tempe (kedelai). Oleh karena itu kami tergugah untuk mengingatkan kepada
para pengusaha tempe yang demikian untuk tetap menjaga lingkungan dan
memperhatikan dampak apa yang ditimbulkan dari proses produksi tersebut melalui
analisa AMDAL yang kami buat ini .
B. MAKSUD DAN TUJUAN PENULISAN
Maksud dan tujuan penulis dalam pembahasan analisis dampak lingkungan Usaha
Pembuatan Tempe yaitu :
Untuk memberikan gambaran bagaimana usaha yang baik, terlebih ketika
limbah sisa hasil produksi dibuang sehingga tidak menimbulkan dampak yang
berarti .
1.

2.
Memberikan pemahaman pada pengusaha khususnya pengusaha tempe, untuk
lebih memperhatikan dampak yang ditimbulkan dari usaha yang dijalankan.
3.
Memberikan penjelasan dampak dan solusi akibat pembuangan limbah
pembuatan tempe yang tidak ada keseriuasan dalam penanganannya.
4.

Sebagai bahan pembelajaran bagi calon wirausaha yang lain.

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AMDAL
Amdal adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan atau kegiatan di Indonesia.
B. PENJELASAN USAHA
Dalam penulisan analisis dampak lingkungan ini usaha yang akan kami bahas
adalah Usaha Pembuatan Tempe. Usaha ini bergerak dalam bidang industri perumahan.
Industri ini terletak di desa Makam kecamatan Rembang. Bahan baku pembuatannya
adalah kedelai. Usaha ini telah berjalan cukup lama dan sudah menjadi mata pencaharian
serta lapangan pekerjaan bagi warga setempat. Di desa Makam sendiri terdapat
sedikitnya 5 unit produksi industri rumahan pembuatan tempe yang masih berjalan.
Dalam pengolahannya industri ini masih menggunakan sistem tradisional walaupun
terbilang murah meriah, namun banyak dampak yang ditimbulkan akibat pembuangan
limbah yang kurang diperhatikan .
Tempe sudah diakui mempunyai peranan yang besar untuk meningkatkan gizi
masyarakat terutama bagi golongan menengah kebawah. Sebagian besar industri tempe
masih merupakan industri rumah tangga dan dikerjakan secara tradisional, namun
industri tempe tersebut telah mampu menyerap banyak tenaga kerja. Hampir disetiap
kota di Indonesia, khususnya di pulau Jawa mudah dijumpai pabrik pembuatan tempe.
Indonesia dapat dipandang sebagai salah satu negara yang kaya akan teknologi
fermentasi secara tradisional, dan tempe merupakan salah satu produk yang paling
menonjol.
Dengan teknologi yang masih sederhana dan nilai gizi yang tinggi serta harga yang
relatif murah, maka tempe cukup terjangkau oleh berbagai lapisan masyarakat . Bahan
yang terbuang dalam proses pembuatan tempe yang berasal dari 1000 gram tempe kedelai adalah
sebesar 21,9 % yang terdiri dari 8 % kulit, 12,2 % larut dalam proses perebusan dan 1,7 % hilang
pada proses inkubasi. Selama ini masih banyak para produsen tempe yang menggunakan air
sungai
untuk mencuci kedelai maupun untuk proses pelepasan kulit kedelai dengan cara

menginjak injak kedelai yang sudah direbus setengah matang, supaya mudah lepas dan limbah
langsung dibuang kesungai. Pada proses pembuatan tempe diperlukan proses perebusan kedelai
selama kurang lebih setengah jam kemudian dilakukan perendaman kedelai selama satu malam
dan proses fermentasi selama dua hari.

Secara umum proses pembuatan tempe adalah sebagai berikut :

Bahan baku ( kedelai) direndam dan dicuci sampai bersih, kemudian tiriskan .

Pisahkan bijinya dengan kulit ari dengan cara diinjak injak.

Kedelai yang sudah terpisah dengan kulit ari dicuci lagi sampai bersih.

Setelah tahap pencucian kedua , kedelai direbus sampai matang.

Kedelai diberi ragi untuk membantu proses fermentasi kemudian dibungkus


dengan daun atau plastik.

Simpan tempe tersebut selama beberapa hari hingga menjadi tempe yang siap
dikonsumsi .
Selain penjelasan diatas, kami juga menyajikan gambar tentang proses pembuatan tempe
seperti berikut ini .

Gb. 1 Proses Pembuatan Tempe


Proses pembuatan tempe memerlukan banyak air untuk berbagai proses seperti
perendaman , pencucian , dan perebusan , sehingga dapat menimbulkan banyak
limbah baik limbah padat maupun limbah cair . Jumlah produksi tempe yang terletak
di tepi selokan maupun tepi sungai sangat memudahkan dalam pembuangan air
limbah , namun hal tersebut menjadi penyebab utama pencemaran lingkungan yang
meresahkan masyarakat, karna belum adanya kemampuan untuk menanggulangi
masalah tersebut .

Pembuatan tempe ini terdapat suatu tahap (proses) yang dapat menimbulkan dampak
terhadap lingkungan secara langsung adalah pada proses pencucian dan perendaman
kedelai itu sendiri. Proses tersebut menghasilkan limbah yang mengganggu
kenyamanan warga setempat karena air limbah yang dihasilkan dapat menimbulkan
bau yang menyengat serta membuat keruh air sumur warga setempat . Para pengusaha
nampaknya sudah terbiasa untuk membuang air hasil pencucian langsung ke
lingkungan tanpa menggunakan saluran limbah yang baik dan benar, sehingga
lingkungan padat peduduk ini menjadi target utama yang menjadi korban berbagai
pncemaran akibat adanya limbah tersebut, seperti pencemaran yang melanda sumber
air desa seperti sungai dan sumur-sumur warga. Air yang terkontaminasi oleh limbah
ini menjadi kotor dan biasanya ikut berbau busuk . Hal ini sangat terlihat pada saat
musim kemarau tiba , sumber air bersih menjadi sangat sulit untuk didapatkan.
Padahal kita ketahui bahwa air merupakan sumber penghidupan manusia yang utama .
Dengan tercemarnya sumber air bersih, maka warga merasa dirugikan baik secara
kesehatan dan materil. Selain sumber air, pencemaran selanjutnya yang terjadi adalah
pencemaran pada tanah .Air limbah yang terserap didalam tanah biasanya
mengandung bahan bahan yang dapat merusak kesuburan tanah .

C. ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN USAHA PEMBUATAN TEMPE

Dampak-dampak yang ditimbulkan dari usaha pembuatan tempe :

1. Limbah cair sisa pencucian kedelai yang dibuang secara sembarangan tanpa

memperhatikan dampak apa yang akan ditimbulkan akan mencemari kualitas air di
sekitarnya, terutama air sumur yang biasanya digunakan untuk kegiatan sehari-hari
seperti ; minum, mandi, dan mencuci. Hal ini dapat menyulitkan masyarakat sekitar
untuk memperoleh air bersih dan sehat tentunya, terlebih saat musim kemarau,
sehingga kelangsungan hidup masyarakat sekita akan menjadi terganggu . Selain itu
air yang terkontaminasi limbah tersebut dapat menimbulkan wabah penyakit.
2. Bau dari air sisa rendaman kedelai dapat menjadi masalah bagi kesehatan manusia.

Terutama bagi orang yang tidak terbiasa menghirup bau yang demikian
menyebabkan hilangnya nafsu makan, pusing, mual-mual,dll.

dapat

3. Limbah cair sisa rendaman tersebut dapat mencemari tanah. Tanah yang

terkontaminasi secara fisik dapat berubah warna dan juga mempengaruhi kesuburan
tanah tersebut. Dibawah ini adalah contoh gambar dari air sisa pembuata tempe .

4. Pembuangan yang langsung dialirkan ke sungai atau sawah sawah warga biasanya
menjadi masalah yang sangat berarti . Selain mengakibatkan pencemaran pada air dan
tanah , limbah ini juga dapat mematikan biota biota yang ada di ekosistem sungan dan
sawah . Racun yang terdapat pada air limbah itu dapat merusak tanaman yang ada
disawah, dapat mematikan binatang yang terdapat di sekitarnya . Begitu juga yang
akan terjadi di ekosistem sungai , Semua makhluk hidup yang ada di sungai mungkin
dapat terancam kelangsungan hidupnya bahkan bisa saja musnah . Walaupun
tumbuhan dan binatang yang ada di kedua ekosistem tersebut tidak musnah , akan
tetapi akan menimbulkan banyak penyakit apabila dikonsumsi oleh manusia karena
mengandung banyak racun . Ya seperti itulah kira kira hukum alam , semua yang
dilakukan manusia pasti akan berakibat yang sama pada diri manusia itu sendiri .
5. Limbah cair yang ditimbulkan dari proses perendaman, pencucian, serta perebusan
yang berbau asam dan berbau menyengat akan mengganggu kenyamanan warga
sekitar . Mereka mungkin akan merasa resah dengan timbulnya bau yang tidak sedap
ini , hal ini akan sangat mengganggu aktivitas para warga karena mengharuskan para
warga untuk menutup hidung agar terhindar dari bau tersebut . Bagi anak anak kecil
terurtama bayi ini menjadi masalah yang besar ,karena akan mengganggu system
pernafasan yang masih lemah .

D. PENANGANAN LIMBAH

Penanganan limbah perlu dilakukan secepatnya agar tidak menimbulkan masalah


pencemaran lingkungan. Ada 3 alternatif yang dapat dipilih untuk menangani limbah tempe,
yakni penetralan, pemanfaatan, dan penyaringan limbah. Berikut akan dijelaskan tentang
alternative alternative dalam penanganan limbah , yaitu :

a. Penetralan limbah tempe memerlukan Instalasi Pengolah Limbah (IPAL).


Untuk itu, diperlukan lahan yang luas dan biaya yang relatif besar.
b. Pemanfaatan limbah merupakan salah satu cara mangatasi masalah
pencemaran lingkungan. Berikut ada beberapa solusi untuk mengurangi
pencemaran yang diakibatkan oleh usaha pembuatan tempe :
1. Kulit ari kedelai dalam jumlah sedikit dapat dicampurkan ke dalam
bahan tempe untuk memacu pertumbuhan jamur tempe.
2. Limbah padat basah dapat dikeringkan dan dipak dalam kantong
plastik, kemudian dijual sebagai pupuk atau campuran pakan ternak.
Dalam keadaan kering, kulit kedelai tahan disimpan dalam waktu yang
relatif lama.
3. Limbah cair dari kegiatan pencucian, perebusan, dan perendaman

kedelai dapat dimanfaatkan sebagai minuman ternak dan pupuk cair


untuk tanaman.
c. Bau busuk limbah industri tempe dapat dihilangkan dengan penyaringan.
Penyaringan tidak dilakukan dengan menggunakan peralatan tetapi dengan
menggunakan tumbuh-tumbuhan air yang memiliki kemampuan menghisap
racun dan bau atau menetralisir. Beberapa jenis tumbuhan yang dapat
digunakan untuk menyaring limbah antara lain kapu-kapu(Salvinia cuculata),
ganggang (Utricularia species), dan eceng gondok (Eichornia crassipes
Solms).
Dari ketiga jenis tanaman tersebut, yang paling menguntungkan (dapat dipetik
hasilnya) adalah tanaman eceng gondok. Beberapa keunggulan yang dimiliki
oleh eceng gondok antara lain sebagai berikut :
a. Bibit mudah diperoleh(tidak perlu dibeli) di lokasi-lokasi yang
tergenang air (rawa-rawa, sungai, dan lain-lain).
b. Mudah sekali tumbuh dan berkembang, sekalipun tidak dirawat.
c. Berbunga indah dengan warna nila atau merah muda yang dapat

disusun sebagai rangkaian atau karangan bunga dipadu dengan daun


tua yang berwarna hijau mengkilap .

E. SOLUSI UNTUK MENGATASI LIMBAH

1. Limbah padat kering yang terdiri atas kotoran yang tercampur dalam kedelai
misalnya, kulit, kerikil, batang kedelai , serta kedelai cacat fisik / rusak diatasi

dengan dibakar atau dikubur dalam tanah . Sehingga tidak menimbulkan


banyak masalah .
2. Limbah padat basah seperti kulit kedelai yang berbau asam dapat
dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak dan pupuk tanaman.
3. Limbah air sisa perendaman, pencucian , dan perebusan tempe tidak dibuang
secara langsung dilingkungan melainkan menggunakan saluran seperti pipa
atau paralon .
4. Dibuatkan tempat penampungan air limbah yang benar, baik struktur
bangunannya maupun lokasi tempat penampungan, sehingga air limbah tidak
mengalir atau menyebar kepemukiman .

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Limbah dari produksi tempe harus cepat ditangani agar tidak menimbulkan dampak
yang lebih luas. Dalam pembuatan tempe harus lebih diperhatikan dampak yang
mungkin ditimbulkan agar tidak merugikan warga sekitar. Walaupun pembuatan tempe
dilakukan secara tradisional namun harus tetap memperhatikan kebersihan agar tempe
yang dihasilkan higienis dan berkualitas tinggi.
B. SARAN DAN KRITIK
Demi majunya usaha rumahan ini alangkah lebih baik jika dilakukan penggabungan
usaha dari ke 5 unit usaha tersebut. Hal ini juga dapat menambah kualitas dan kuantitas
produk yang dihasilkan, dimana dalam penanganan limbah yang dihasilkan dapat
diperhatikan dan diolah menjadi produk lain. Usaha tersebut juga dapat dikembangkan
secara universal dan dijadikan produk andalan desa tersebut.

You might also like