You are on page 1of 9

ANALISA MORFOMETRI

A. Pengertian Morfometri
Dalam maknanya, morfometri dapat diartikan sebagai pengukuran secara
kuantitatif bentuk bentang alam. Suatu bentang alam secara ringkas dalam
pengidentifikasiannya dapat melalui karakteristik ukuran, elevasi (maksimum,
minimum atau ratarata), dan lereng (Keller dan Pinter, 1996). Pengukuran
kuantitatif berdasarkan kaidah geomorfologi sebagai obyek membandingkan
bentuk lahan dan menghitung parameter secara langsung (indikasi geomorfik)
yang mempunyai manfaat besar untuk identifikasi karakteristik serta tingkatan
aktivitas tektonik suatu wilayah. Dalam studi tektonik aktif, indikasi-indikasi
geomorfik penting yang umumnya digunakan adalah:
Kurva hipsometrik (hyrsometric curve).
Basin asimetri (drainage basin asymmetry).
Gradien indek panjang sungai (stream lengthgradient index).
Pegunungan muka (mountain front sinuosity).
Perbandingan lebar dan tinggi lembah (ratio of valley floor width to valley
height).

Gambar. 1
Bentukan lahan berkaitan dengan sesar aktif strike slip (Borcherdt, 1975 dalam
Keller dan Pinter, 1996).

Indikasi geomorfik tersebut akan menghasilkan sesuatu yang kemudian


dapat

dikombinasikan

dengan

data/informasi

lainnya,

diantaranya

yaitu

kecepatan pengangkatan/kemiringan untuk menghasilkan tingkatan aktivitas


tektonik yang dalam skala luas bisa sebagai dasar prakiraan/penafsiran tingkatan

relatif aktivitas tektonik pada suatu daerah. Perhitungan indikasi geomorfik


tersebut dilakukan dengan tujuan dapat digunakan untuk membuat sistem kelas
tektonik aktif menjadi tektonik sangat aktif, aktif sedang, dan tidak aktif.
Klasifikasi tektonik aktif pada dasarnya dapat mendeliniasi suatu daerah untuk
studi detil identifikasi struktur aktif dan menghitung kecepatan proses tektonik
aktif.

B.

Kurva Hipsometrik (hyrsometric curve)


Output yang dihasilkan dari kurva hipsometrik adalah penggambaran

distribusi elevasi melintang suatu daerah dari sebuah drainage basin atau sub
drainage basin pada suatu daerah. Pembuatan kurva ini adalah dengan
melakukan pengeplotan perbandingan ketinggian dan luas drainage atau sub
drainage basin suatu daerah dari peta topografi. Pengunaan skala peta topografi,
baik itu skala besar maupun kecil, tidak akan memberikan dampak pada
perhitungan hipsometrik. Metoda pembuatan pembuatan kurva hipsometrik yang
digunakan yaitu dengan mencari perbandingan antara beda tinggi untuk sumbu y
dan perbandingan luas drainage basin untuk sumbu x, seperti tercantum pada
gambar di bawah ini.

Gambar. 2
Metode pembuatan kurva hipsometrik (Strahler, 1952 dalam Keller
dan Pinter, 1996).

Berdasarkan hasil penggambaran kurva hipsometrik akan didapatkan


sesuai polanya dan dapat diinterpretasikan bentuk lahan topografi. Setiap pola
kurva hipsometrik dapat mencerminkan bentuk lahan stadium muda, menengah,
dan tua seperti tercantum pada gambar 3. Berdasarkan bentuk lahan stadium
muda, dapat mencerminkan pengangkatan tektonik berupa torehan dalam dan

bentuk relief kasar. Sedangkan pencerminan keseimbangan proses geomorfik


antara pengangkatan dan erosi bentuk lahan ditunjukkan pada stadium
menengah. Lahan stadium tua mempunyai bentuk yang mencerminkan topografi
relief halus dan proses erosi sangat dominan dibandingkan tektonik.

Gambar. 3
Bentuk kurva hipsometrik yang mencerminkan topografi stadium muda (A),
stadium menengah (B), dan stadium tua (C) untuk analisis tektonik aktif (Strahler,
1952 dalam Keller dan Pinter, 1996).

C.

Faktor Asimetri Sungai (drainage basin asymmetry)


Penjelasan mengenai geometri jejaring sungai dapat secara kualitatif

maupun kuantitatif. Informasi deformasi tektonik aktif bisa didapatkan dari faktor
asimetri (AF) dengan membedakan pola dan geometri. Faktor asimetri
merupakan salah satu analisis kuantitatif drainage basin untuk mendeteksi
kemiringan tektonik (tectonic tilting) baik pada skala drainage basin kecil maupun
luas (Keller dan Pinter, 1996 dan Pinter, 1996). Dari peta topografi dan metode
perhitungan, sangat mudah didapatkan harga faktor asimetri. Seperti tercantum
pada gambar 4 dibawah ini.

Gambar 4
Metoda perhitungan faktor asimetri (Keller dan Pinter, 1996).

Di mana :

Ar = luas cekungan di sebelah kanan dari tubuh aliran sungai


At = luas total dari cekungan sungai.

Sesuai hasil perhitungan faktor asimetri, jika harga yang didapatkan


(AF=50) maka daerah tersebut relatif stabil. Ini berarti proses tektonik yang
bekerja sangatlah kecil di daerah tersebut. Jika didapatkan AF>50 atau AF<50,
maka terjadi kemiringan akibat tektonik. Pada drainage basin yang mendasarinya
pada batuan yang sama, metode ini sangat bagus diterapkan. Dalam aplikasi
tektonik, metode ini cukup baik karena tidak terpengaruh oleh faktor litologi
(seperti perlapisan batuan sedimen) maupun iklim lokal (seperti perbedaan
vegetasi).

D.

Gradien Indek Panjang Sungai (stream length gradient index)


Persamaan yang sesuai dengan Indek gradien panjang sungai (SL)

dihitung dari peta topografi yaitu:


SL = (H / L) x L
Di mana:

H = beda elevasi dari titik yang akan dihitung.


L = panjang sungai hingga titik yang akan dihitung.
L = total panjang sungai hingga ke arah hulu dengan titik yang
akan dihitung.

Metode perhitungannya dapat dilihat pada gambar 5 di bawah ini :

Gambar. 5
Metode perhitungan gradien indeks panjang sungai (Keller dan
Pinter, 1996).

Perubahan lereng sungai sangat dipengaruhi oleh indek SL. Tingkatan


sensitivitas ini dapat untuk mengevaluasi hubungan antara tektonik aktif,
resistensi batuan, dan topografi. Indek SL dapat digunakan untuk identifikasi
tektonik aktif saat sekarang, dengan hasil indek SL tinggi. Suatu daerah yang
memiliki nilai indek SL rendah bisa juga merupakan tektonik aktif sekarang,
contohnya sepanjang lembah linier akibat pergerakan sesar mendatar dan nilai
indek SL akan rendah karena sepanjang lembah telah hancur akibat pergerakan
sesar mendatar.

E.

Pegunungan Muka (mountain front sinuosity).


Rangkaian pegunungan yang terdapat pada bagian depan/muka disebut

dengan pegunungan muka (mountain front sinuosity). Pegunungan muka (Smf)


dapat dihitung menggunakan persamaan:
Smf = Lmf / Ls.
Dimana : Lmf = panjang pegunungan muka sepanjang bagian bawah
Ls = panjang secara lurus pegunungan muka.

Gambar. 6
Metode perhitungan pegunungan muka (Keller dan Pinter,1996).

Pegunungan muka ialah suatu indek yang mencerminkan keseimbangan


antara gaya/kekuatan erosi yang mempunyai kecenderungan memotong
sepanjang lekukan pegunungan muka dan kekuatan tektonik yang menghasilkan
secara langsung pegunungan muka dan bertepatan dengan zona sesar aktif
yang mencerminkan tektonik aktif. Apabila nilai rendah berkaitan dengan tektonik
aktif

dan

pengangkatan

secara

langsung.

Sedangkan

jika

kecepatan

pengangkatan berkurang, maka proses erosi akan memotong pegunungan muka


secara tak beraturan dan nilai Smf akan semakin bertambah. Dari peta topografi
atau foto udara dengan skala besar dan resolusi tinggi smf sangat mudah untuk
dihitung. Lekukan pegunungan muka yang berbentuk tidak teratur tidak akan
tercermin dengan baik jika menggunakan skala kecil

F.

Perbandingan Lebar dan Tinggi Lembah (ratio of valley floor


width to valley height)
Persamaan yang menunjukkan rasio lebar dan tinggi lembah (Vf) adalah
Vf = 2 Vfw / ( Eld Esc ) + ( Erd Esc )

Dimana : Vfw

= lebar dasar lembah.

Eld dan Erd

= elevasi bagian kiri dan kanan lembah.

Esc

= elevasi dasar lembah.

Sungai akan memotong secara luas pada dasar lembah dan bentuk
lembah akan semakin melebar karena nilai Vf tinggi berasosiasi dengan
kecepatan pengangkatan rendah,. Sedangkan jika nilai Vf rendah akan
merefleksikan lembah dalam dan mencerminkan penambahan aktivitas sungai,
hal ini berasosiasi dengan kecepatan pengangkatan. Metode perhitungan Vf
dapat dilihat pada Gambar 7 berikut :

Gambar. 7
Metode perhitungan rasio lebar dan tinggi lembah (Keller dan
Pinter, 1996).

KESIMPULAN
Suatu bentang alam secara ringkas dalam pengidentifikasiannya dapat
melalui karakteristik ukuran, elevasi (maksimum, minimum atau ratarata). Pada
dasarnya morfometri adalah pengukuran secara kuantitatif bentuk bentang alam.,
dan lereng. Pengukuran kuantitatif menurut aturan geomorfologi sebagai obyek
membandingkan bentuk lahan dan menghitung parameter secara langsung
(indikasi geomorfik) yang mempunyai manfaat besar untuk mengetahui
karakteristik serta tingkatan aktivitas tektonik suatu wilayah. Dalam studi tektonik
aktif, indikasi-indikasi geomorfik penting yang umumnya digunakan adalah kurva
hipsometrik, basin asimetri, gradien indek panjang sungai, pegunungan muka,
dan perbandingan lebar dan tinggi lembah.

DAFTAR PUSTAKA

Munif, Fahruddin, 2011, Morfometri, Blog ilmiah tentang proses dinamik dan
produknya. http:// fahrudin - munif. blogspot. com/ 2011_01_01_archive.
html. Diakses: 13 April 2014
Agustian, Agung, 2011, Morfometri DAS, Purnama Terang. http:// utha-miy.
blogspot. com/ 2011/ 05/ morfometri-das-daerah-aliran-sungai-i. html.
Diakses: 13 April 2014

You might also like