You are on page 1of 77

PEMODELAN STRUKTUR BINUS SQUARE DENGAN ETABS

NONLINEAR VERSI 9.5.0

1.

Metode Pembebanan Langsung


Proses pengolahan data untuk metode pembebanan langsung terdiri dari beberapa

tahapan yaitu tahapan persiapan kerangka struktur, penentuan material, penentuan


dimensi rangka, penggambaran model elemen, pemodelan perletakan hingga proses
running.
A. Menyiapkan Grid/Kerangka Struktur
Untuk membuat Grid Lines pada program ETABS, maka langkah-langkah yang
perlu dilakukan adalah sebagai berikut:

Mengatur satuan program ETABS yang digunakan untuk mempermudah pemasukan


data. Set unit menjadi Kgf-m.

Pilih menu File > New Model > No.

L1/1

L1/2

Gambar 1.1 File New Model

Dalam option Building Plan Grid System and Story Definition, pilih Structural
Object : Grid Only.

Gambar 1.2 Building Plan Grid System and Story Definition

L1/3

Isi Edit Boxes sesuai data desain denah yang diperoleh.

Gambar 1.3 Grid System

Gambar 1.4 Story Data

L1/4

Gambar 1.5 Tampilan Grid

B. Penentuan Material Struktur


Untuk menentukan material struktur, langkah-langkah yang dilakukan adalah
sebagai berikut:

Pilih menu Define > Material Properties.

Dalam option Define Materials, pilih CONC (concrete) karena material yang
digunakan merupakan beton, lalu pilih perintah Modify/Show Materials. Ubah nama
CONC menjadi 25 MPa.

Masukkan data material beton gedung, lalu klik OK pada Analysis Property Data
dan dilanjutkan dengan klik OK pada Define Material.

Nilai Edit Box Modulus Elasticity adalah diperoleh dari rumus SNI 03-2847-2002
yaitu 4700

f'c .

L1/5

Gambar 1.6 Data Property Material

Lakukan hal yang sama untuk material dengan mutu beton 30 MPa dan 35 MPa.

C. Penentuan Dimensi Rangka


Dimensi rangka yang didefinisikan antara lain balok, kolom, pelat lantai dan shear
wall. Penentuan dimensi rangka ini disesuaikan dengan data struktur bangunan yang
diperoleh. Dalam pemodelan rangka digunakan sistem beam. Gaya-gaya dalam yang
terjadi pada beam adalah gaya aksial, gaya geser, dan momen. Berbeda dengan truss
yang hanya terdapat gaya aksial dan gaya geser.
a)

Kolom

Define > Frame Sections.

Hapus penampang yang telah tersedia oleh ETABS supaya tidak membingungkan.
Caranya dengan mendrag semua type properties hingga tersisa 1 buah, lalu klik
Delete Property.

Kemudian pada option Define Properties Data, pilih Add Rectangular.

L1/6

Gambar 1.7 Penentuan Penampang Kolom

Pada option Rectangular Section isi Edit Boxes sesuai data yang diperoleh.

Sebagai contoh untuk mendefinisikan kolom 68A (600mm800mm):


-

Beri nama K68A.

Pilih mutu beton yang digunakan yaitu 35MPa.

Masukkan dimensi 0.6 untuk lebar dan 0.8 untuk tebal.

Klik Reinforcement untuk memasukkan data tulangan.

Cover to Rebar (tebal penutup beton) masukkan nilai 0.04.

Number of bar in 3-dir = jumlah tulangan terhadap sumbu lokal 3 = 7 buah.

Number of bar in 2-dir = jumlah tulangan terhadap sumbu local 2 = 9 buah.

Masukkan ukuran tulangan sebesar #6, yang diperoleh dari perhitungan:

Tulangan yang digunakan pada kolom 68A adalah 19 mm. Ukuran 19 mm tidak terdapat
dalam program ETABS, sehingga harus diubah kedalam satuan #.
Diketahui:
1 inch = 25.4 mm, maka 19 mm =

19mm
= 0.748 inch
25.4

L1/7
Karena 1 inch = #8, maka 0.748 inch = 0.748 inch#8 = #6
-

Klik OK pada Reinforcement Data lalu klik Set Modifiers.

Gambar 1.8 Dimensi Penampang dan Jenis Material Kolom

Untuk struktur beton bertulang, sifat kekakuan momen dan geser bruto dari
komponen struktur harus dikalikan persentase efektif penampang < 100%. Untuk
itu pada option Property Modifiers > Analysis Property Modification Factors,
pada Moment of Inertia about 2 Axis dan 3 Axis harus dikali atau diisi dengan 0.7.

Gambar 1.9 Nilai Kekakuan Lentur Kolom

L1/8

Klik OK pada Analysis Property Modification Factors dan kemudian klik OK pada

Rectangular Section.

Lalukan hal yang sama untuk semua jenis kolom yang digunakan.

b)

Balok
Seperti yang dilakukan pada kolom, untuk mendefinisikan balok yang dilakukan

antara lain:

Define > Frame Section.

Kemudian pada option Define Properties Data, pilih Add Rectangular.

Pada option Rectangular Section isi Edit Boxes sesuai data yang diperoleh.

Misalnya pada balok B35 (300 mm500mm):


-

Beri nama B35.

Pilih mutu beton yang digunakan yaitu 30 MPa.

Masukkan dimensi 0.3 untuk lebar dan 0.5 untuk tebal.

Klik Reinforcement untuk memasukkan data tulangan.

Cover to Rebar atas dan bawah sebesar 0.04.

Klik OK pada Reinforcement Data.

L1/9

Gambar 1.10 Dimensi Penampang dan Jenis Material Balok

Kemudian klik Set Modifiers untuk mengisi nilai kekakuan elemen struktur balok
sebesar 0.35.

Gambar 1.11 Nilai Kekakuan Lentur Balok

Klik OK.

c)

Shear Wall
Langkah-langkah untuk mendefinisikan shear wall adalah:

L1/10

Pada menu Define > Wall/Slab/Deck Sections.

Pada option Define Wall/Slab/Deck Sections, pilih add new Wall.

Gambar 1.12 Penentuan Penampang Shear Wall

Pada option Wall/Slab/Deck Sections, isi Edit Boxes sesuai data yang diperoleh.
Misalnya untuk mendefinisikan shear wall koridor yaitu SW LIFT lantai terbawah,

maka langkah-langkah yang dilakukan adalah:


-

Karena elemen shear wall mempunyai kemampuan elemen membrane dan elemen

bending, maka pilih type shell.


-

Isi tebal shear wall pada option Membrane dan option Bending = 0.2 m.

Pilih option Thick Plate, agar shear wall bisa menerima pengaruh deformasi
akibat gaya geser transversal.

L1/11

Gambar 1.13 Parameter Penampang Elemen Shear Wall

Untuk struktur beton bertulang, sifat kekakuan momen dan geser bruto dari
komponen struktur harus dikalikan persentase efektifitas penampang <100%. Untuk
itu pada option Property Modifiers > Analysis Property Modification Factors,
pada Moment of Inertia about 2 Axis dan 3 Axis harus diisi dengan 0.7.

Gambar 1.14 Nilai Kekakuan Lentur Shear Wall

L1/12

Klik OK pada option tersebut dan dilanjutkan dengan klik OK pada option Define

Wall/Slab/Deck Sections.
d)

Pelat Lantai

Langkah-langkah untuk mendefinisikan elemen pelat lantai antara lain:


Misalnya untuk mendefinisikan pelat lantai S10:

Define > Define Wall/Slab/Deck Sections.

Klik Add New Slab.

Beri nama S10 dan masukkan dimensi membrane 0.12 dan bending 0.12.

Pilih type Membrane dan klik OK pada Wall/Slab Sections. Tipe pemodelan
terdapat 3 jenis yaitu shell (shear wall), membrane dan plate. Tipe shell jika elemen
struktur tersebut mempunyai kemampuan elemen membran dan bending (lentur). Di
program ETABS, membrane dipakai dengan fungsi untuk mendistribusikan beban
merata ke balok-balok. Perbedaan membrane dan plate adalah pada membrane
hanya punya kekakuan pada bidang (inplane stiffness) sedangkan plate hanya punya
kekakuan keluar bidang (out of plane stiffness) sedangkan shell memiliki kedua tipe
kekakuan. Selain itu, pemakaian tipe membrane dikarenakan distribusi bebannya
sesuai tributari (trapesium). Jumlah derajat kebebasan (degree of freedom, DOF)
adalah jumlah minimum koordinat independen yang diperlukan untuk menyatakan
posisi suatu massa pada saat tertentu. Untuk struktur tiga dimensi jumlah DOF pada
setiap lantai berjumlah 3, yaitu 2 translasi horisonal pada arah yang saling tegak
lurus dan dan 1 rotasi pada sumbu tegak lurus bidang horisontal.

Kemudian klik OK pada Define Wall/Slab/Deck Sections.

L1/13

Gambar 1.15 Parameter Penampang Elemen Pelat Lantai

D. Penggambaran Model Elemen


a)

Kolom
Untuk melakukan penggambaran elemen kolom terdapat beberapa langkah yang

harus dilakukan.
Misalnya untuk menggambarkan elemen kolom 68A, langkah-langkahnya adalah:

Klik Draw Menu > Draw Line Object > Create Columns in Region or at Clicks

(Plan).

Gambar 1.16 Properties of Column Object

L1/14

Pada properties of object pilih property elemen kolom yang sudah dibuat yaitu
K68A.

Klik pada column line dimana kolom K68A akan dipasang.

Lakukan hal yang sama untuk semua elemen kolom hingga lantai teratas.

Jika ingin melakukan penggambaran dalam arah X-Z atau Y-Z yaitu dalam
tampilan vertikal maka pilih menu view > set elevation view > 1.

Untuk mempercepat penggambaran elemen kolom dapat juga dilakukan replicate.


Caranya blok frame kolom yang sudah dibuat kemudian pilih menu Edit >

Replicate.

Gambar 1.17 Edit Boxes Replicate

Pada replicate arah linear, ketik pada Edit Boxes Increment Data yaitu nilai jarak
yang diinginkan pada boxes dx dan dy, (nilai positif berarti arah replicate searah
sumbu dan nilai negatif berarti arah replicate berlawanan sumbu). Sedangkan nilai
Number adalah jumlah penggandaan yang diinginkan.

L1/15

Gambar 1.18 Penggambaran Elemen Kolom


b)

Shear Wall
Untuk melakukan penggambaran elemen shear wall terdapat beberapa langkah

yang harus dilakukan.


Misalnya untuk menggambarkan elemen shear wall SWLIFT35, langkah-langkahnya
adalah:

Plih menu Draw > Draw Area Object > Draw Walls (Plan).

Pada Properties of Object, pilih property elemen shear wall yang sudah dibuat yaitu
SWLIFT35 dengan tipe Pier.

Gambar elemen SWLIFT35 tersebut pada lokasi yang ada.

Kemudian lakukan Mesh Area terhadap area shear wall agar elemen tersebut dapat
lebih berdeformasi lateral (tidak kaku) dan menghindari perubahan tegangan yang
signifikan maupun konsentrasi tegangan. Dalam melakukan meshing, sebaiknya
tidak perlu terlalu halus karena juga berpengaruh pada lamanya analisis struktur.

Meshing yang dilakukan pada setiap shear wall menjadi 44 segmen, yaitu dengan

L1/16
cara memilih semua area shear wall yaitu pilih menu Select > by Wall/Slab/Deck

Section > Shear Wall.

Setelah shear wall terpilih semua, maka dilakukan meshing yaitu pilih menu Edit >

Mesh Areas > Mesh Quads/Triangles into 4 by 4 Areas.

Gambar 1.19 Mesh Area

Lakukan hal yang sama untuk semua area shear wall.

L1/17

Gambar 1.20 Mesh Area pada SWLIFT35

Setelah semua area shear wall selesai dimesh, maka dilanjutkan dengan pemodelan
area shear wall sebagai pier. Kegunaan pemodelan area shear wall sebagai pier
adalah penggabungan area-area pada tiap tipe shear wall dalam satu kesatuan
sehingga menjadi struktur yang menerima beban aksial dan lentur.

Untuk melakukan pemodelan tersebut agar tampak pada Section Designer, harus
mengatur tampilan tampak atas pada setiap lantai. Pilih/ blok area yang ingin
dimodelkan sebagai suatu pier dengan cara memilih menu Assign > Shell/Area >

Pier Label > Add New Pier > kemudian ketik nama tipe shear wall (misalnya
1LIFT).

L1/18

Gambar 1.21 Permodelan Pier Shear Wall 1LIFT

Lakukan hal yang sama untuk semua jenis shear wall SWLIFT pada semua lantai.

Gambar 1.22 Potongan Struktur Shear Wall SWLIFT

Untuk mengecek apakah bentuk area shear wall yang tampak pada view sudah
sesuai dengan area yang dimodelkan pada pier, maka harus cek pada Section

L1/19

Designer. Pilih menu Design > Shear Wall Design > Define Pier Sections for
Checking > Add Pier Sections > lalu isi Edit Boxes yang ditampilkan.

Gambar 1.23 Data Penampang Pier

Kemudian pilih option Section Designer, maka akan terlihat penampang pier yang
dimodelkan. Atur ukuran tulangan yang digunakan pada shear wall tersebut.

Gambar 1.24 Hasil Pemodelan Penampang Pier Shear Wall 1LIFT

L1/20

Agar dapat mendapatkan diagram interaksi dari pier, maka harus menentukan
ukuran tulangan yang dipakai dengan cara klik kanan pada corner reinforcing dan
pada edge reinforcing.

Gambar 1.25 Desain Penulangan untuk Tepi dan Semua Sudut

Karena tulangan, bentuk geometri penampang pier dan ukuran serta lokasi
penulangan tulangan menggunakan section designer, maka harus memodelkan area

pier sebagai general reinforcement pier section. Untuk memodelkan pier sebagai
general reinforcement pier, pilih suatu jenis pier terdahulu dengan Select > By Pier
ID > 1LIFT > OK, lalu modelkan sebagai general reinforcement pier dengan pilih
menu Design > Shear Wall Design > Assign Pier Section for Checking > General

Reinforcement Pier Sections.

Tentukan option tersebut pada edit boxes yang muncul.

L1/21

Gambar 1.26 Pemilihan Model Tipe Pier untuk Top Section dan Bottom Section

Pada menu Assign General Reinforcement Pier Sections terdapat pemilihan


model tipe pier untuk section top dan section bottom. Pilih 1LIFT pada penampang
untuk atas dan bawah.

Lakukan hal yang sama untuk semua shear wall hingga lantai teratas.

Gambar 1.27 Penggambaran Elemen Shear Wall

L1/22
c)

Balok
Untuk menggambar balok terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan.

Misalnya untuk menggambar balok induk B37A dan balok anak B25A, maka langkahlangkahnya adalah:

Klik Draw Menu > Draw Line.

Pilih Property: B37A, Moment Releases : Continuous.

Kemudian klik dari titik A sampai titik B lokasi balok tersebut terletak.

Sedangkan untuk menggambar balok anak B25A, maka pilih Property: B25A, dan

Moment Releases : Pinned.

Gambar 1.28 Properties of Object untuk Balok Induk

Gambar 1.29 Properties of Object untuk Balok Anak

Lakukan hal yang sama untuk setiap jenis balok induk dan balok anak hingga
termodelkan pada semua lantai bangunan.

L1/23

Gambar 1.30 Penggambaran Elemen Balok


d)

Pelat Lantai
Langkah-langkah yang dilakukan untuk membuat pelat lantai antara lain:

Klik Draw Menu > Draw Area Objects > Draw Area.

Pastikan property yang akan digambarkan.

Pastikan Snap to Grid Intersections and Point akitf dengan cara Draw Menu > Snap

to > Grid Intersections.

Klik semua titik tempat beradanya pelat lantai tersebut, misalnya untuk
menggambar pelat lantai S8 pada tepi lantai 1, yaitu dengan klik C1, C2, G2, G1
dan kemudian kembali ke C1 lalu tekan enter.

Untuk melihat pelat yang sudah dipasang, klik View > Set Building View Options,
beri check list pada bagian Special Effect yaitu Object Fill dan Apply to All

Windows.

Klik OK.

L1/24

Gambar 1.31 Set Building View Options

Lakukan hal yang sama untuk semua jenis pelat lantai pada semua lantai bangunan.

Gambar 1.32 Penggambaran Elemen Pelat Lantai

L1/25

E. Pemodelan Perletakan Struktur


Karena pemodelan perletakan struktur bangunan adalah jepit, maka pada ETABS
dapat dilakukan dengan cara:

Pilih menu View > Select Plan Level > Base.

Kemudian memodelkan perletakan struktur adalah jepit : blok semua joint pada
level base.

Pilih menu Assign > Joint/Point > Restraints (Support).

Pilih gambar jepit atau beri tanda check list pada semua kotak Restraints in Global

Directions.

Gambar 1.33 Pemodelan Perletakan Struktur

L1/26

Gambar 1.34 Denah Pemodelan Perletakan Struktur

F.

Pemodelan Rigid Offset


Dalam membuat model struktur, umumnya mengabaikan dimensi dari titik

sambungan, yang dianggap sebagai suatu titik saja yang sangat kecil. Pada konstruksi
beton, sering dijumpai ukuran kolom yang relatif besar dibandingkan dengan panjang as
ke as balok yang menghubungkannya. Jika ukuran sambungan cukup besar diabaikan,
dapat menghasilkan kesalahan yang signifikan. Maka untuk ukuran sambungan yang
cukup besar, pengaruhnya harus diperhitungkan dalam analisis karena pada daerah
sambungan mempunyai kekakuan yang relatif besar (rigid)
Pada ETABS, pendekatan pengaruh kekakuan sambungan dapat dimodelkan sebagai

Rigid Zone Offset. Nilai default Rigid Zone Factor = 0. Jika Rigid Zone Factor adalah 1,
maka dianggap end-offset sebagai elemen yang sangat kaku. Pada penelitian ini

L1/27
disarankan menggunakan Engineering Judgement dalam memasukkan Rigid-Zone

Factor. Secara umum, manual program menyatakan bahwa Rigid Zone Factor 0.5.
Langkah-langkah dalam melakukan pemodelan Rigid Offset antara lain:

Misalnya untuk kolom 68A, pilih Select > By Frame Section > Kolom 68A

Masukkan nilai Rigid Offset dengan cara pilih Assign > Frame Line > End (Length)

Offsets > masukkan nilai Rigid Zone Factor = 0.5.

Gambar 1.35 Nilai Rigid Offset

G. Mendefinisikan Beban Statik


Beban mati yang dimasukkan dalam penelitian ini adalah beban mati akibat berat
sendiri dan beban mati tambahan yaitu dinding dan pelat lantai.
a)

Mendefinisikan Beban Mati akibat Berat Sendiri

Langkah-langkah untuk mendefinisikan beban mati akibat berat sendiri antara lain:

Klik Menu Define > Static Load Cases

Pastikan selfweight multiplier pada Load DEAD = 1 yang artinya berat sendiri
dimasukkan dalam beban DEAD.

L1/28
b)

Mendefinisikan Beban Mati selain Berat Sendiri

Klik pada kolom Load, kemudian tuliskan SDEAD dengan tipe superdead yang
akan digunakan untuk mendefinisikan beban mati selain berat sendiri. Pastikan

selfweight multiplier =0, lalu klik Add New Load.


c)

Mendefinisikan Beban Mati akibat Dinding/Tembok

Klik pada kolom Load, kemudian tuliskan TEMBOK dengan tipe superdead yang
akan digunakan untuk mendefinisikan beban tembok. Pastikan selfweight multiplier
= 0, lalu klik Add New Load.

Gambar 1.36 Define Static Load Case Names

H. Penempatan Beban Mati


Beban-beban yang bekerja pada struktur bangunan Binus Square yang ditinjau
adalah beban mati akibat berat sendiri, beban pelat lantai dan beban tembok. Beban mati
tidak perlu dihitung lagi, sedangkan beban lainnya harus dihitung terlebih dahulu.
a)

Menempatkan Beban Mati Pelat Lantai


Misalnya untuk beban mati pada lantai atap sebesar 385 kg/m, maka langkah-

langkah yang dilakukan adalah:

L1/29

Klik pada lokasi pelat yang akan diberi beban sehingga pada sekeliling pelat
terdapat garis putus-putus.

Klik Assign > Shell/Area Loads > Uniform.

Klik Load Case Name = SDEAD dan masukkan nilai 385 pada Load dan klik OK.

Gambar 1.37 Definisi Beban Mati Pelat Lantai


b)

Menempatkan Beban Mati pada Tembok


Misalnya untuk beban mati pada tembok B35 lantai atap sebesar 675 kg/m, maka

langkah-langkah yang dilakukan adalah:

Klik pada lokasi balok B35 dimana beban tembok bekerja sehingga pada lokasi
balok tersebut terdapat garis putus-putus.

Klik Assign > Frame/Line Load > Distributed.

Pada Load Case Name pilih TEMBOK lalu isikan nilai 675 pada Uniform Load dan
klik OK.

L1/30

Gambar 1.38 Definisi Beban Mati Tembok

Untuk melihat beban tembok yang bekerja klik tombol 3-d, dan untuk
menghilangkan tampilan beban, klik Assign Menu > Clear Display of Assigment.

I.

Kombinasi Pembebanan
Sesuai tata cara SNI 03-2847-2002, beban kombinasi yang telah disebutkan harus

dimasukkan dalam ETABS. Untuk memasukkan beban kombinasi, langkah-langkah yang


dilakukan adalah:

Plih Define > Load Combination > Add New Combo.

Tentukan beban kombinasi yang akan dimasukkan yaitu 1.4D.

L1/31

Gambar 1.39 Kombinasi Pembebanan

J.

Analisa Struktur
Setelah semua beban ditempatkan dan kombinasi pembebanan ditentukan maka

tahapan selanjutnya adalah proses running. Proses analisa struktur pada pembebanan
langsung dilakukan hanya satu kali.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisa struktur adalah:

Pilih Menu Analyze > Run Analysis atau tekan tombol F5.

Selanjutnya proses running akan berjalan hingga tercapai kondisi complete analysis.
Karena struktur bangunan merupakan 3 dimensi maka dalam analisa struktur harus

mencakup 6 derajat kebebasan. Selain itu, analisa juga ditinjau menggunakan analisa
dinamik.
Tahapan untuk pemodelannya adalah:

Pilih menu Analyze > Set Analysis Options

L1/32

Pilih semua option yaitu UX, UY, UZ, RX, RY, RZ atau dengan pilih ikon Full 3D.

Gambar 1.40 Analysis Option

Pilih menu Analyze > Set Analysis Option > Klik Dynamic Analysis.

Set Dynamic Parameter > Number of Modes = 18 karena jumlah tingkat sebanyak
18 lantai.

Gambar 1.41 Dynamic Analysis Parameters

L1/33

Kemudian dilakukan dua kali proses running yaitu dengan pilih Analyze > Run

Analysis.

Dari proses running ini, kemudian didapat data output yang digunakan sebagai
bahan pembanding. Data output diperoleh pada Menu Display > Show Table atau

Menu Display > Show Member Forces/Stress Diagram.

Gambar 1.42 Run Analysis

2.

Sequential Loading Method


Proses pengolahan data untuk metode sequential loading hampir sama dengan

metode pembebanan langsung. Perbedaan antara kedua metode hanya terletak pada
proses running yaitu dilakukannya dua kali running untuk proses sequential loading.

A. Analisa Struktur
Setelah semua beban ditempatkan dan kombinasi pembebanan ditentukan maka
tahapan selanjutnya adalah proses running. Proses analisa struktur pada pembebanan

sequential dimulai dengan mendefinisikan tahap sequence case pada struktur bangunan
yang dimodelkan.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk memodelkan sequence load case adalah:

Pilih Menu Define > Add Sequential Construction Case.

L1/34

Tentukan bentuk pembebanan.

Klik atau beri tanda check list pada Replace Dead Type Cases with this Case in all

Default Design Combos.

Beri tanda check list pada User Specified Active Structure dan klik OK.

Gambar 1.43 Auto Construction Sequence Case

Kemudian dilakukan dua kali proses running yaitu dengan pilih Analyze > Run

Analysis.

Gambar 1.44 Run Analysis Pertama

L1/35

Setelah proses running pertama selesai, maka dilanjutkan dengan running kedua
yaitu dengan pilih Analyze > Run Construction Sequence Analysis.

Gambar 1.45 Sequence Construction Case Run Analysis

3.

Creep and Crack Sequential Loading Method


Yang membedakan program ETABS untuk metode creep and crack sequential

loading dengan program ETABS untuk metode sequential loading adalah pada definisi
input material elemen struktur yaitu pada modulus elastisitas yang diubah menjadi
modulus elastisitas rangkak dan nilai kekakuan elemen struktur shear wall yang diubah
menjadi 0.35.
Misalnya untuk kolom 68A lantai 1, input data untuk define material menjadi:

L1/36

Gambar 1.46 Data Property Material untuk Rangkak

Gambar 1.47 Nilai Kekakuan Lentur Shear Wall Rangkak


Tahapan semua proses creep and crack sequential loading yang dijalankan sama
dengan sequential loading. Tahapan yang membedakan kedua proses pembebanan ini
hanyalah pada proses definisi material pada tahapan awal, dimana pada metode creep

and crack sequential loading, modulus elastisitas bahan yang digunakan adalah modulus

L1/37
elastisitas rangkak. Selanjutnya pada proses penentuan dimensi rangka, dimana nilai
kekakuan lentur shear wall rangkak yang diisi adalah sebesar 0.35.

L1/38

PERHITUNGAN MANUAL DENGAN METODE TAKABEYA

Salah satu metode yang paling sering digunakan dalam perhitungan konstruksi
statis tak tentu, khususnya pada konstruksi portal adalah metode Takabeya. Dalam
perhitungan untuk konstruksi portal dengan metode Takabeya, didasarkan pada asumsiasumsi bahwa deformasi akibat gaya aksial dan gaya geser dalam diabaikan serta
hubungan antara balok-balok dan kolom pada satu titik kumpul adalah kaku sempurna.
Untuk perjanjian tanda pada perhitungan yaitu momen ditinjau terhadap ujung batang
dinyatakan positif (+) apabila berputar ke kanan dan sebaliknya negatif (-) apabila
berputar ke kiri.

Gambar 2.1. Portal Kolom C25 dan C28


Langkah-langkah perhitungan manual gaya dalam struktur bangunan Binus Square:

L1/39
A.

Menghitung Momen-Momen Parsiil

1.

Hitung Angka Kekakuan Batang (k)

Diketahui:

I=

1 3 1
bh = 0.6m 0.8 3 m 3 = 0.0256m 4
12
12

H = 3.24 m
KA1 = KBa

= I/H = 0.0256 m 4 /3.24 m = 0.0079 m

Lakukan perhitungan yang sama untuk semua nilai kekakuan batang yaitu batang kolom
dan batang balok, seperti yang ditampilkan dalam tabel 4.37.
Tabel 2.1 Angka Kekakuan Batang
Kolom
Lantai
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
14
15
16
17
18
atap

Nama
Kekakuan
Batang
K1A kBa
k12 kab
k23 kbc
k34 k cd
k45 kde
k56 kef
k67 kfg
k78 kgh
k89 khi
k910 kij
k1011 kjk
k1112 kkl
k1214 klm
k1415 kmn
k1516 kno
k1617 kop
k1718 kpq
k18atap kqr

Balok
H
(m)

I
(m 4 )

Nilai k
(m)

3.24
5.04
5.04
3.96
3.96
3.2
3.2
3.2
3.2
3.2
3.2
3.2
3.2
3.2
3.2
3.2
3.2
3.2

0.026
0.026
0.026
0.026
0.026
0.026
0.026
0.026
0.026
0.026
0.026
0.026
0.026
0.026
0.026
0.026
0.026
0.026

0.0079
0.0051
0.0051
0.0065
0.0065
0.0080
0.0080
0.0080
0.0080
0.0080
0.0080
0.0080
0.0080
0.0080
0.0080
0.0080
0.0080
0.0080

Nama
Kekakuan
Batang
k1a
k2b
k3c
k4d
k5e
k6f
k7g
k8h
k9i
k10j
k11k
k12l
k14m
k15n
k16o
k17p
k18q
katapr

L
(m)

I
(m 4 )

5.1
5.1
5.1
5.1
5.1
5.1
5.1
5.1
5.1
5.1
5.1
5.1
5.1
5.1
5.1
5.1
5.1
5.1

0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01

Nilai
k
(m)
0.002
0.002
0.002
0.002
0.002
0.002
0.002
0.002
0.002
0.002
0.002
0.002
0.002
0.002
0.002
0.002
0.002
0.002

L1/40
2.

Hitung Nilai Tiap Titik Hubung

1 = 2 (k1A + k1a + k12 ) = 2 (0.0079 + 0.002 + 0.0051) = 0.0299


2 = 2 (k 21 + k 2b + k 23 ) = 2 (0.0051 + 0.002 + 0.0051) = 0.0242
Lakukan perhitungan yang sama untuk semua nilai tiap titik hubung seperti yang
ditampilkan dalam tabel 4.38
Tabel 2.2 Nilai Tiap Titik Hubung
Nama
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
14
15
16
17
18
atap

3.

Nilai
0.0299
0.0242
0.0270
0.0298
0.0329
0.0359
0.0359
0.0359
0.0359
0.0359
0.0359
0.0359
0.0359
0.0359
0.0359
0.0359
0.0359
0.0199

Nama
a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
n
o
p
q
r

Nilai
0.0299
0.0242
0.0270
0.0298
0.0329
0.0359
0.0359
0.0359
0.0359
0.0359
0.0359
0.0359
0.0359
0.0359
0.0359
0.0359
0.0359
0.0199

Hitung Nilai Koefisien Rotasi Batang ( )

Tahapan selanjutnya yaitu menghitung nilai koefisien rotasi batang.


1A = k1A/1 = 0.0079 / 0.0299 = 0.2644
12 = k12 /1 = 0.0051/ 0.0299 = 0.1700

L1/41
Tabel 2.39 Nilai Koefisien Rotasi Batang
Nama

Nilai

Nama

Nilai

Nama

Nilai

Nama

Nilai

Nama

Nilai

Nama

Nilai

A1
21
32
43
54
65
76
87
98
109
1110
1211
1412
1514
1615
1716
1817
atap

0.2227

aB
ba
cb
dc
ed
fe
gf
hg
ih
ji
kj
lk
kl
nm
on
po
qp

0.0546

Ba
ab
bc
cd
de
ef
fg
gh
hi
ij
jk
kl
lm
mn
no
op
pq

0.0546

a1
b2
c3
d4
e5
f6
g7
h8
i9
j10
k11
l12
m14
n15
o16
p17
q18

0.2227

1a
2b
3c
4d
5e
6f
7g
8h
9i
10j
11k
12l
14m
15n
16o
17p
18q

0.4016

atapr

0.0984

ratap

0.0984

qr

0.2227

rq

1A
12
23
34
45
56
67
78
89
910
1011
1112
1214
1415
1516
1617
1718
18at

0.2644
0.1700
0.2096
0.2393
0.2171
0.2435
0.2227
0.2227
0.2227
0.2227
0.2227
0.2227
0.2227
0.2227
0.2227
0.2227
0.2227

ap

4.

0.2227

18

0.0000
0.2096
0.1881
0.2171
0.1968
0.2227
0.2227
0.2227
0.2227
0.2227
0.2227
0.2227
0.2227
0.2227
0.2227
0.2227

0.0656
0.0809
0.0726
0.0658
0.0597
0.0546
0.0546
0.0546
0.0546
0.0546
0.0546
0.0546
0.0546
0.0546
0.0546
0.0546

0.0656
0.0809
0.0726
0.0658
0.0597
0.0546
0.0546
0.0546
0.0546
0.0546
0.0546
0.0546
0.0546
0.0546
0.0546
0.0546

0.2644
0.1700
0.2096
0.2393
0.2171
0.2435
0.2227
0.2227
0.2227
0.2227
0.2227
0.2227
0.2227
0.2227
0.2227
0.2227

Hitung Momen Primer ( M )

Diketahui:
Beban bangunan = beban kolom + beban balok + beban dinding
Beban lantai 1 = (b h 2400 kg/m) + (b h 2200 kg/m) + (h 250 kg/m))
Beban lantai 1 = (0.6 m 0.8 m 2400 kg/m) + (0.35 m 0.7 m 2200 kg/m)
+ (2.54 m 250 kg/m)
Beban lantai 1 = (1152 + 539 + 635) kg/m = 2326 kg/m
M 1a =
M a1 =

1 2
1
ql = 2326 5.12 = 5041.605 kg-m
12
12

1 2 1
ql = 2326 5.12 = 5041.605 kg-m
12
12

0.0000
0.2096
0.1881
0.2171
0.1968
0.2227
0.2227
0.2227
0.2227
0.2227
0.2227
0.2227
0.2227
0.2227
0.2227
0.2227
0.2227
0.4016

L1/42
Tabel 2.4 Nilai Momen Primer
beban (kg/m)

L (m)

2326

5.1

2776

5.1

2776

5.1

2506

5.1

2506

5.1

2316

5.1

2316

5.1

2316

5.1

2316

5.1

2316

5.1

2316

5.1

2316

5.1

2316

5.1

2316

5.1

2316

5.1

2316

5.1

2316

5.1

2316

5.1

5.

M
M 1a
M a1
M 2b
M b2
M 3c
M c3
M 4d
M d4
M 5e
M e5
M 6f
M f6
M 7g
M g7
M 8h
M h8
M 9i
M i9

Nilai (kg-m)
-5041.605
5041.605
-6016.980
6016.980
-6016.980
6016.980
-5431.755
5431.755
-5431.755
5431.755
-5019.930
5019.930
-5019.930
5019.930
-5019.930
5019.930
-5019.930
5019.930

M
M 10j
M j10
M 11k
M k11
M 12l
M l12
M 14m
M m14
M 15n
M n15
M 16o
M o16
M 17p
M p17
M 18q
M q18
M atapr
M ratap

Nilai (kg-m)
-5019.93
5019.93
-5019.93
5019.93
-5019.93
5019.93
-5019.93
5019.93
-5019.93
5019.93
-5019.93
5019.93
-5019.93
5019.93
-5019.93
5019.93
-5019.93
5019.93

Hitung Jumlah Momen Primer Tiap Titik Hubung ( )

1 = M 1a + M 1A + M 12 = -5041.605 kg-m + 0 + 0 = -5041.605 kg-m

a = M a1 + M aB + M ab = 5041.605 kg-m + 0 + 0 = 5041.605 kg-m

L1/43
Tabel 2.5 Jumlah Momen Primer Tiap Titik Hubung

Nilai (kg-m)
1
-5041.605
2
-6016.98
3
-6016.98
4
-5431.755
5
-5431.755
6
-5019.93
7
-5019.93
8
-5019.93
9
-5019.93
10
-5019.93
11
-5019.93
12
-5019.93
14
-5019.93
15
-5019.93
16
-5019.93
17
-5019.93
18
-5019.93
atap
-5019.93

6.

Nilai (kg-m)
a
5041.605
b
6016.98
c
6016.98
d
5431.755
e
5431.755
f
5019.93
g
5019.93
h
5019.93
i
5019.93
j
5019.93
k
5019.93
l
5019.93
m
5019.93
n
5019.93
o
5019.93
p
5019.93
q
5019.93
r
5019.93

Hitung Momen Rotasi Awal (m)

m1 = - ( 1/ 1) = - (-5041.605/0.0299) = 168712.7850 kg-m


m2 = - ( 2/ 2) = - (-6016.98/0.0242) = 248235.1918 kg-m

L1/44
Tabel 2.6 Momen Rotasi Awal
m
m1
m2
m3
m4
m5
m6
m7
m8
m9
m10
m11
m12
m14
m15
m16
m17
m18
matap

B.

Nilai (kg-m)
168712.7850
248235.1918
222771.9717
182395.1250
165345.8918
139746.9596
139746.9596
139746.9596
139746.9596
139746.9596
139746.9596
139746.9596
139746.9596
139746.9596
139746.9596
139746.9596
139746.9596
251984.6752

m
ma
mb
mc
md
me
mf
mg
mh
mi
mj
mk
ml
mm
mn
mo
mp
mq
mr

Nilai (kg-m)
-168712.7850
-248235.1918
-222771.9717
-182395.1250
-165345.8918
-139746.9596
-139746.9596
-139746.9596
-139746.9596
-139746.9596
-139746.9596
-139746.9596
-139746.9596
-139746.9596
-139746.9596
-139746.9596
-139746.9596
-251984.6752

Pemberesan Momen-Momen Parsiil


Pemberesan momen parsiil dimulai dari titik 1 ke titik a ke titik b hingga kembali

ke titik 1 secara beraturan. Pemberesan momen parsiil dilakukan sampai diperoleh hasil
yang hampir konvergen.
Tahap 1
m1 1 = m1 + (- 1a ma) + (- 12 m2)
m1 1 = 168712.7850 + (-0.0656 -168712.7850) + (-0.1700 248235.1918)
m1 1 = 137588.9017 kg-m
ma 1 = ma + (- a1 m1 1 ) + (- ab mb)
ma 1 = -168712.7850 + (-0.0656 137588.9017 ) + (-0.1700 -248235.1918)

L1/45
ma 1 = -135546.6805 kg-m
Tabel 2.7 Pemberesan Momen Parsiil Tahap 1
Momen Parsiil
m1 1
m2 1
m3 1
m4 1
m5 1
m6 1
m7 1
m8 1
m9 1
m10 1
m11 1
m12 1
m14 1
m15 1
m16 1
m17 1
m18 1
matap 1

Nilai (kg-m)
137588.9017
201593.6624
159579.315
117190.9796
115210.8457
87105.02195
93145.49822
93069.95695
93086.57165
93083.80943
93080.2128
93099.92561
93010.61768
93411.80449
91610.35771
99699.21575
63378.65514
220338.5815

Momen Parsiil
ma 1
mb 1
mc 1
md 1
me 1
mf 1
mg 1
mh 1
mi 1
mj 1
mk 1
ml 1
mm 1
mn 1
mo 1
mp 1
mq 1
mr 1

Nilai (kg-m)
-135546.6805
-193229.0453
-158950.4561
-124006.4508
-116780.1668
-90244.5734
-96154.2470
-94838.1188
-95131.2303
-95065.9522
-95080.4901
-95077.2524
-95077.9735
-95077.8129
-95077.8487
-95077.8407
-70081.6700
-248643.2836

Tahap 2
m1 2 = m1 + (- 1a ma 1 ) + (- 12 m2 1 )
m1 2 = 168712.7850 + (-0.0656 -135546.6805) + (-0.1700 201593.6624)
m1 2 = 177606.8006 kg-m

L1/46
Tabel 2.8 Pemberesan Momen Parsiil Tahap 2
Momen Parsiil
m1 2
m2 2
m3 2
m4 2
m5 2
m6 2
m7 2
m8 2
m9 2
m10 2
m11 2
m12 2
m14 2
m15 2
m16 2
m17 2
m18 2
matap 2

Nilai (kg-m)
177606.8006
192403.0898
166156.8887
128799.3322
126293.4779
96290.1233
103266.5358
101820.6549
101860.4286
101852.9278
101847.8832
101878.3492
101744.2468
102325.6946
99809.7728
110680.2240
65149.4958
250940.5751

Momen Parsiil
ma 2
mb 2
mc 2
md 2
me 2
mf 2
mg 2
mh 2
mi 2
mj 2
mk 2
ml 2
mm 2
mn 2
mo 2
mp 2
mq 2
mr 2

Nilai (kg-m)
-147522.2367
-200320.5247
-167004.4377
-128507.5300
-124957.0358
-95258.4764
-102495.3979
-100814.2802
-101204.1224
-101113.9132
-101134.5282
-101130.8525
-101126.8320
-101149.6183
-101046.2132
-107077.6066
-63984.8102
-247976.8559

Tahap 3
m1 3 = m1 + (- 1a ma 2 ) + (- 12 m2 2 )
m1 3 = 168712.7850 + (-0.0656 -147522.2367) + (-0.1700 192403.0898)
m1 3 = 145688.6043 kg-m

L1/47
Tabel 2.9 Pemberesan Momen Parsiil Tahap 3
Momen Parsiil
m1 3
m2 3
m3 3
m4 3
m5 3
m6 3
m7 3
m8 3
m9 3
m10 3
m11 3
m12 3
m14 3
m15 3
m16 3
m17 3
m18 3
matap 3

Nilai (kg-m)
145688.6043
198537.5453
168129.5161
127696.0729
124509.5916
94143.6694
101618.9750
99887.8147
100236.2344
100222.9646
100218.0935
100253.0965
100100.3439
100752.8687
97971.0755
109514.4069
62777.6818
250537.5126

Momen Parsiil
ma 3
mb 3
mc 3
md 3
me 3
mf 3
mg 3
mh 3
mi 3
mj 3
mk 3
ml 3
mm 3
mn 3
mo 3
mp 3
mq 3
mr 3

Nilai (kg-m)
-144222.5119
-198580.7960
-166731.7951
-127556.0052
-124584.7685
-94430.5319
-101901.3102
-100071.7680
-100501.4819
-100400.7809
-100423.7510
-100421.1938
-100409.3686
-100466.7697
-98973.4180
-109496.4494
-63691.1960
-251106.7712

Tahap 4
m1 4 = m1 + (- 1a ma 3 ) + (- 12 m2 3 )
m1 4 = 168712.7850 + (-0.0656 -144222.5119) + (-0.1700 198537.5453)
m1 4 = 144429.3773 kg-m

L1/48
Tabel 2.10 Pemberesan Momen Parsiil Tahap 4
Momen Parsiil
m1 4
m2 4
m3 4
m4 4
m5 4
m6 4
m7 4
m8 4
m9 4
m10 4
m11 4
m12 4
m14 4
m15 4
m16 4
m17 4
m18 4
matap 4

Nilai (kg-m)
144429.3773
199056.8570
167106.9375
127232.0192
124659.0354
94447.3313
102037.3236
100174.7432
100603.7065
100521.1368
100517.0077
100554.7861
100389.8094
101090.4553
98188.5574
109934.1525
62771.3868
251520.1645

Momen Parsiil
ma 4
mb 4
mc 4
md 4
me 4
mf 4
mg 4
mh 4
mi 4
mj 4
mk 4
ml 4
mm 4
mn 4
mo 4
mp 4
mq 4
mr 4

Nilai (kg-m)
-144435.5994
-199089.5146
-167007.0751
-127504.4184
-124690.0695
-94422.2238
-101978.5911
-100105.5359
-100564.1246
-100456.1535
-100480.5031
-100479.6244
-100458.6985
-100831.5575
-98253.1172
-109658.6195
-62828.5583
-251413.5133

Tahap 5
m1 5 = m1 + (- 1a ma 4 ) + (- 12 m2 4 )
m1 5 = 168712.7850 + (-0.0656 -144435.5994) + (-0.1700 199056.8570)
m1 5 = 144355.0885 kg-m

L1/49
Tabel 2.11 Pemberesan Momen Parsiil Tahap 5
Momen Parsiil
m1 5
m2 5
m3 5
m4 5
m5 5
m6 5
m7 5
m8 5
m9 5
m10 5
m11 5
m12 5
m14 5
m15 5
m16 5
m17 5
m18 5
matap 5

Nilai (kg-m)
144355.0885
199104.0564
166957.3256
127430.1054
124757.0241
94424.5515
101988.9847
100092.1489
100555.7474
100451.5537
100462.4234
100502.4182
100327.2225
101053.4895
98112.5406
109921.3828
62667.6240
251536.9504

Momen Parsiil
ma 5
mb 5
mc 5
md 5
me 5
mf 5
mg 5
mh 5
mi 5
mj 5
mk 5
ml 5
mm 5
mn 5
mo 5
mp 5
mq 5
mr 5

Nilai (kg-m)
-144344.2547
-199092.9794
-166944.5357
-127464.5815
-124708.8521
-94417.4052
-101994.9795
-100103.5971
-100572.2830
-100457.9732
-100483.4012
-100484.4607
-100392.1810
-101025.2150
-98185.7430
-109888.6519
-62708.6710
-251558.3747

Tahap 6
m1 6 = m1 + (- 1a ma 5 ) + (- 12 m2 5 )
m1 5 = 168712.7850 + (-0.0656 -144435.5994) + (-0.1700 199056.8570)
m1 5 = 144341.0721 kg-m

L1/50
Tabel 2.12 Pemberesan Momen Parsiil Tahap 6
Momen Parsiil
m1 6
m2 6
m3 6
m4 6
m5 6
m6 6
m7 6
m8 6
m9 6
m10 6
m11 6
m12 6
m14 6
m15 6
m16 6
m17 6
m18 6
matap 6

Nilai (kg-m)
144341.0721
199112.3398
166938.4680
127470.4224
124723.9310
94401.6146
101992.5114
100098.8811
100572.3540
100459.1747
100475.1639
100514.0222
100332.8048
101068.6926
98112.7400
109942.5708
62658.1898
251580.6285

Momen Parsiil
ma 6
mb 6
mc 6
md 6
me 6
mf 6
mg 6
mh 6
mi 6
mj 6
mk 6
ml 6
mm 6
mn 6
mo 6
mp 6
mq 6
mr 6

Nilai (kg-m)
-144342.7461
-199110.2190
-166939.9672
-127474.5383
-124713.9149
-94411.3844
-101994.1135
-100097.4646
-100570.6256
-100453.8987
-100480.2520
-100497.1174
-100342.8169
-101049.1957
-98125.0231
-109928.1775
-62661.9428
-251578.7917

Tahap 7
m1 7 = m1 + (- 1a ma 6 ) + (- 12 m2 6 )
m1 7 = 168712.7850 + (-0.0656 -144342.7461) + (-0.1700 199112.3398)
m1 7 = 144339.5651 kg-m

L1/51
Tabel 2.13 Pemberesan Momen Parsiil Tahap 7
Momen Parsiil
m1 7
m2 7
m3 7
m4 7
m5 7
m6 7
m7 7
m8 7
m9 7
m10 7
m11 7
m12 7
m14 7
m15 7
m16 7
m17 7
m18 7
matap 7

Nilai (kg-m)
144339.5651
199113.5453
166935.0955
127476.7376
124714.4438
94407.7494
101997.8526
100098.2626
100571.6901
100455.8489
100473.6700
100512.5488
100329.6548
101069.3362
98108.2082
109944.6843
62652.0101
251585.1663

Momen Parsiil
ma 7
mb 7
mc 7
md 7
me 7
mf 7
mg 7
mh 7
mi 7
mj 7
mk 7
ml 7
mm 7
mn 7
mo 7
mp 7
mq 7
mr 7

Nilai (kg-m)
-144339.7169
-199112.4812
-166935.7897
-127477.0007
-124712.9213
-94410.5465
-101995.8584
-100097.8126
-100572.3620
-100454.6293
-100477.9660
-100509.2537
-100335.0781
-101065.2718
-98112.6510
-109942.4961
-62653.6919
-251586.4041

Tahap 8
m1 8 = m1 + (- 1a ma 7 ) + (- 12 m2 7 )
m1 8 = 168712.7850 + (-0.0656 -144339.7169 ) + (-0.1700 199113.5453)
m1 8 = 144339.1615 kg-m

L1/52
Tabel 2.14 Pemberesan Momen Parsiil Tahap 8
Momen Parsiil
m1 8
m2 8
m3 8
m4 8
m5 8
m6 8
m7 8
m8 8
m9 8
m10 8
m11 8
m12 8
m14 8
m15 8
m16 8
m17 8
m18 8
matap 8

C.

Nilai (kg-m)
144339.1615
199113.8385
166934.5090
127477.9272
124712.5955
94410.1061
101996.7737
100097.0212
100571.8091
100455.9098
100474.1457
100513.0373
100329.5142
101070.3968
98107.5121
109946.1200
62650.8071
251587.7978

Momen Parsiil
ma 8
mb 8
mc 8
md 8
me 8
mf 8
mg 8
mh 8
mi 8
mj 8
mk 8
ml 8
mm 8
mn 8
mo 8
mp 8
mq 8
mr 8

Nilai (kg-m)
-144339.3059
-199113.5403
-166934.7563
-127477.8565
-124712.3906
-94410.6110
-101996.0581
-100097.3476
-100572.2666
-100454.9782
-100475.1039
-100511.5342
-100330.8180
-101069.0110
-98108.3820
-109945.3997
-62651.0126
-251587.9267

Perhitungan Momen Akhir


Dari hasil perhitungan pemberesan momen parsiil pada tahapan sebelumnya,

dicapai hasil konvergensi pada langkah ke-8. Besarnya jumlah momen-momen akhir
dari struktur pada satu titik temu sama dengan nol.
Pada struktur yang ditinjau yaitu pada portal batang C25 dan batang C28 terdapat
36 titik temu ditambah titik A dan titik B pada dasar tumpuan jepit.
-

Titik A

MA1 = kA1 ((2mA) + m1) + M A1


MA1 = 0.0079 ((20) + 144339.1615) + 0
MA1 = 1140.458 kg-m

L1/53
-

Titik B

MBa = kBa ((2mB) + ma) + M Ba


MBa = 0.0079 ((20) + -144339.3059) + 0
MBa = -1140.459 kg-m
-

Titik 1

M1A = k1A ((2m1) + mA) + M 1A


M1A = 0.0079 ((2144339.1615) + 0) + 0 = 2280.9151 kg-m
M1a = k1a ((2m1) + ma) + M 1a
M1a = 0.002 ((2144339.1615) - 144339.3059 ) - 5041.605 = - 4758.5873 kg-m
M12 = k12 ((2m1) + m2) + M 12
M12 = 0.0051 ((2144339.1615) +199113.8385 ) + 0 = 2477.6745 kg-m
Jumlah momen pada titik 1 = M1A + M1a + M12
Jumlah momen pada titik 1 = 2280.9151 kg-m - 4758.5873 kg-m + 2477.6745 kg-m
Jumlah momen pada titik 1 = 0 OK!
Nilai momen pada batang kanan dengan batang kiri pada lantai yang sama
seperti momen MA1 pada titik A dan momen MBa pada titik B adalah sama. Yang
membedakannya hanyalah nilai +/- atau arah gaya momennya saja. Lakukan perhitungan
yang sama untuk semua titik temu pada portal C25-C28 hingga diperoleh semua nilai
momen akhir setiap batang baik batang kolom maupun batang balok.

L1/54
Tabel 2.15 Momen Akhir Portal C25
Titik Temu
A
B
1

10

11

12

Nama Batang
MA1
MBa
M1A
M1a
M12
M21
M2b
M23
M32
M3c
M34
M43
M4d
M45
M54
M5e
M56
M65
M6f
M67
M76
M7g
M78
M87
M8h
M89
M98
M9i
M910
M109
M10j
M1011
M1110
M11k
M1112
M1211
M12l
M1214

Momen Akhir (kg-m)


1140.4576
-1140.4587
2280.9151
-4758.5873
2477.6745
2755.8951
-5626.5601
2870.6651
2707.2145
-5689.6579
2982.4449
2727.3720
-5181.7981
2454.4223
2436.5454
-5187.2201
2750.6824
2508.2625
-4834.8131
2326.5359
2387.2292
-4819.9349
2432.7245
2417.5265
-4823.6620
2406.1268
2409.9251
-4822.7313
2412.7962
2411.8690
-4822.9558
2411.0877
2411.2336
-4822.9238
2411.6906
2412.0018
-4822.8427
2410.8447

L1/55
Lanjutan Tabel 2.15 Momen Akhir Portal C25
Titik Temu
14

15

16

17

18

atap

Nama Batang
M1412
M14m
M1415
M1514
M15n
M1516
M1615
M16o
M1617
M1716
M17p
M1718
M1817
M18q
M18atap
Matap18
Matapr

Momen Akhir (kg-m)


2409.3765
-4823.2080
2413.8354
2419.7625
-4821.7500
2401.9864
2378.2834
-4827.5640
2449.2892
2543.9980
-4804.3480
2260.3444
1881.9819
-4897.0857
3015.1153
4526.6112
-4526.6208

Dari data perhitungan manual yang diperolah dapat disimpulkan bahwa nilai
momen yang diperoleh perhitungan manual memiliki kemiripan dengan nilai momen
yang dihasilkan dari program ETABS. Walaupun tidak memiliki nilai yang mirip
sempurna tetapi nilai momen maksimum tiap lantai tidak beda jauh. Hal ini dikarenakan
pada perhitungan manual hanya diambil bentuk portal sebagian dari seluruh portal
bangunan yang ada. Akibatnya kekakuan-kekakuan dari batang-batang di sekeliling
tidak dapat dimasukkan semuanya.

L1/56

DENAH LANTAI 1-LANTAI ATAP BANGUNAN BINUS SQUARE

Gambar 3.1 Denah Lantai 1

L1/57

Gambar 3.2 Denah Lantai 2

L1/58

Gambar 3.3 Denah Lantai 3

L1/59

Gambar 3.4 Denah Lantai 4

L1/60

Gambar 3.5 Denah Lantai 5

L1/61

Gambar 3.6 Denah Lantai 6

L1/62

Gambar 3.7 Denah Lantai 7

L1/63

Gambar 3.8 Denah Lantai 8

L1/64

Gambar 3.9 Denah Lantai 9

L1/65

Gambar 3.10 Denah Lantai 10

L1/66

Gambar 3.11 Denah Lantai 11

L1/67

Gambar 3.12 Denah Lantai 12

L1/68

Gambar 3.14 Denah Lantai 14

L1/69

Gambar 3.15 Denah Lantai 15

L1/70

Gambar 3.16 Denah Lantai 16

L1/71

Gambar 3.17 Denah Lantai 17

L1/72

Gambar 3.18 Denah Lantai 1

L1/73

8
Gambar 3.19 Denah Lantai Atap

L1/74

DENAH TULANGAN KOLOM DAN SHEAR WALL

Gambar 4.1 Denah Tulangan Kolom dan Shear Wall Lurus

L1/75

Gambar 4.2 Denah Tulangan Shear Wall SW LIFT

Gambar 4.3 Denah Tulangan Shear Wall SW BSR ATAS KANAN

L1/76

Gambar 4.4 Denah Tulangan Shear Wall SW BSR ATAS KIRI

Gambar 4.5 Denah Tulangan Shear Wall SW BSR BAWAH KANAN

L1/77

Gambar 4.6 Denah Tulangan Shear Wall SW BSR BAWAH KIRI

You might also like