You are on page 1of 28

BAB I

PENDAHULUAN
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badan
lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram).
Bertahun-tahun lamanya bayi baru lahir berat badannya kurang atau sama dengan
2.500 gram disebut bayi premature atau yang menjadi penyebab terbanyak terjadinya
BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang dapat menjadi penyebab
meningkatnya angka kejadian BBLR ini ialah umur, penyakit, jumlah paritas, dan
lain-lain.

Sedangkan

faktor

plasenta

seperti

penyakit

vaskuler, kehamilan

kembar/ganda, serta faktor janin seperti hidramion, kehamilan kembar/ganda


(gemeli), dan kelainan kromosom juga merupakan penyebab terjadinya BBLR.
Prinsip pengangan pada bayi berat badan lahir rendah ialah mengingat belum
sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan
dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup diluar uterus maka perlu diperhatikan
pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan, dan bila perlu pemberian oksigen,
serta mencegah infeksi. 1

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI


RS PENDIDIKAN : RSUD KOTA BEKASI
STATUS PASIEN
Nama Mahasiswa
NIM

: Yasmine Salida
: 030.10.279

Pembimbing : dr. Mas Wishnuwardhana, Sp.A


Tanda tangan :

BAB II
ILUSTRASI KASUS
I.

IDENTITAS
Data
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Agama
Suku bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
Keterangan

Pasien
By. K
3 hari
Perempuan

Ayah
Ibu
Tn. A
Ny. K
25 tahun
23 tahun
Laki-laki
Perempuan
Jln. Masjid Al Ikhlas, Bekasi Barat
Islam
Islam

Islam
Sunda
Hubungan dengan

SMK
Wiraswasta
-

SMP
IRT
-

orang tua : Anak


Tanggal Masuk

Kandung
16 Juni 2015

RS
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis kepada ayah pasien.
a. Keluhan Utama
:
Berat badan lahir rendah.
b. Keluhan Tambahan :
Menangis lemah dan gerakan sedikit (tidak aktif).
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
Telah lahir bayi perempuan tanggal 16 Juni 2015, pukul 12.35 wib
secara SC atas indikasi preekalmsia berat dan oligohidromnion, di tolong oleh
dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi di RSUD Kota Bekasi. Bayi lahir tunggal
dengan berat badan 1800 gram, panjang badan 40cm, usia kehamilan 33-34
minggu. Pada waktu lahir bayi menangis lemah dan gerakan sedikit (tidak aktif),
2

tubuh kemerahan, frekuensi jantung 135x/menit, frekuensi nafas 50x/menit, Apgar


Score 7/8. Air ketuban sedikit dan berwarna jernih.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit
Alergi
Cacingan
DBD
Typhoid
Otitis
Parotis

Umur
-

Penyakit
Difteria
Diare
Kejang
Gastritis
Varicela
Asma

Umur
-

Penyakit
Jantung
Ginjal
Darah
Radang Paru
Tuberkulosis
Morbili

Umur
-

e. Riwayat Penyakit Keluarga


Di dalam keluarga pasien tidak ada yang mengalami hal yang sama seperti pasien.
f. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
KEHAMILAN

Morbiditas
Perawatan antenatal

Tidak ada
Periksa ke bidan 1 kali tiap

KELAHIRAN

Tempat kelahiran
Penolong persalinan

bulan
Rumah Sakit
Spesialis Obstetri dan

Cara persalinan
Masa gestasi
Keadaan bayi

Ginekologi
SC atas indikasi PEB dan
oligohidromnion
33-34 minggu
BBL : 1800 gram
PB : 43 cm
Apgar Score : 7/8
Tidak ada kelainan bawaan

Penilaian pertumbuhan bayi berdasarkan Klasifikasi neonatus menurut


Lubchenco

Kesan : berat badan sesuai dengan masa kehamilan.

Fenton Chart
BBL
PB
Lingkar Kepala

: 1800 gram
: 40cm
: 27 cm

Kesan : di bawah presentil rata-rata

g. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan :


Pertumbuhan gigi I
Psikomotor
Tengkurap
Duduk
h. Riwayat Makanan

:::5

Umur (bulan)
ASI/PASI
Buah/biscuit
Bubur susu
Nasi tim
0-2
2-4
4-6
6-7
8-10
10-12
*Pasien sudah mulai mendapat tambahan ASI di hari ke-3, namun tidak
menentu atau tidak teratur.
i. Riwayat Imunisasi
Vaksin
Dasar (umur)
BCG
DPT
POLIO
CAMPAK
HEPATITIS B
Kesan : Belum diberikan vaksinasi

Ulangan (umur)

j. Riwayat Keluarga
Ayah
Ibu
Nama
Tn. A
Ny. K
Perkawinan le
1
1
Umur
25 tahun
23 tahun
Keadaan kesehatan
Sehat
Sehat
Kesan : Keadaan kesehatan kedua orang tua dalam keadaan baik
k. Riwayat Perumahan dan Sanitasi :
Pasien tinggal di rumah pribadi, dinding terbuat dari tembok, atap terbuat dari
genteng, dan ventilasi cukup. Menurut pengakuan ayah pasien, keadaan lingkungan
rumah padat, ventilasi, dan pencahayaan baik. Sumber air bersih berasal dari PAM.
III.

PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum
: Tanpak sakit sedang.
b. Stable
S
: 84 mg/dL.
T
: 36,5o C
A
: nafas spontan, retraksi (+), NCH (-/-), RR :
50x/menit
B
: sianosis (-), pucat (-), CRT < 3, HR :
135x/menit

L
E

::-

c. Tanda Vital
Kesadaran
Tekanan darah
Frekuensi nadi
Frekuensi pernapasan
Suhu tubuh

: Aktif, menangis
:: 135x/menit
: 50x/menit
: 36,5o C

d. Data antropometri
o Berat badan
o Panjang badan

: 1800 gram

o
o
o
o
o

e. Kepala
Bentuk
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Leher

f. Thorax
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pulmo
Cor

g. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi

Perkusi
h. Kulit
i. Ekstremitas
j. Genitalia

: 40cm
: Normocephali, simetris, ubun-ubun belum
menutup.
: Rambut hitam, distribusi merata.
: Congjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-,
pupil bulat isokor, RCL +/+, RCTL +/+.
: Normotia, serumen -/-.
: Bentuk normal, secret -/-, nafas cuping hidung
-/-, terdapat hematom (-).
: Bibir kering -, lidah kotor -.
: Bentuk simteris, trachea ditengah.

: Pergerakan dinding dada simetris, retraksi +,


areola berbintil, benjolan 1-2mm.
: Gerak nafas simetris.
: Sonor pada kedua lapang paru.
:
: Suara nafas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/: BJJ I dan II reguler, murmur -, gallop
: Perut datar
: Bising usus (+) normal 3x/menit
: Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak
teraba membesar.
: Shifting dullness -, nyeri ketuk : Ikterik -, petechie , merah muda, lanugo
tampak tipis.
: Akral hangat, sianosis (-), oedem (-), ikterik(-),
CRT<3 detik.
: Klitoris menonjol, labia minora kecil.
7

IV.

Ballard Score

Posture
Square window
Arm recoil: 3
Politeal angle
Soarf sign
Heel to ear

:2
:3

Skin
Lanugo
Plantar Surface
Breast
Eye/Ear
Genitals male
Genitals female
Total

:1
:2
:1
:2
:1
::0
: 24, sesuai pada usia 32-34 minggu.

:3
:3
:3

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (16 Juni 2015)

Pemeriksaan
GDS
V.

Hasil
84

Nilai normal
Satuan
60-110
mg/dL

RESUME
Seorang bayi datang dengan keluhan berat badan lahir rendah. Berat badan

lahir 1800 gram, panjang badan 40cm, usia kehamilan 33-34 minggu, bayi lahir
secara SC atas indikasi preekalmsia berat dan oligohridromnion. Pada waktu lahir
bayi menangis lemah dan gerakan sedikit (tidak aktif), tubuh kemerahan, frekuensi
jantung 135x/menit, frekuensi nafas 50x/menit, Apgar Score 7/8. Air ketuban sedikit
dan berwarna jernih.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,
compos mentis, nadi 135x/menit, RR 50x/menit, suhu 36,5 o C. Retraksi sela iga (+).
Penilaian Fenton Charts hasil dibawah presntil rata-rata. Ballard Score 24, sesuai pada
usia 32-34 minggu. Kurva Lubchenco berat badan sesuai dengan masa kehamilan.
Pemeriksaan lab GDS 84 mg/dL.

VI.

DIAGNOSIS KERJA
Berat badan lahir rendah
Neonatus preterm (prematuritas murni)

VII.

DIAGNOSIS BANDING
Dismaturitas

VIII.

PENATALAKSANAAN
Rawat inkubator
O2 nasal
Pemberian nutrisi (susu) bertahap dimulai dari 8 x 5 cc (OGT).

IX.

PROGNOSIS
Ad vitam
Ad fungsionam
Ad sanationam

: ad bonam
: ad bonam
: ad bonam

X.
FOLLOW UP
Tanggal 17 Juni 2015, BBS : 1760 gram
S : T : 36,3o C
A : nafas spontan, retraksi (-), NCH (-/-), RR : 40x/menit
B : sianosis (-), pucat (-), CRT < 3, HR : 145x/menit
L : E :Pemberian nutrisi (susu) : 8 x 5 cc.
Tanggal 18 Juni 2015, BBS : 1760 gram
S : T : 36,3o C
A : nafas spontan, retraksi (-), NCH (-/-), RR : 42x/menit
B : sianosis (-), pucat (-), CRT < 3, HR : 148x/menit
L : E :Pemberian nutrisi (susu) : 8 x 7 cc.
Tanggal 19 Juni 2015, BBS : 1760 gram
S : T : 37o C
A : nafas spontan, retraksi (-), NCH (-/-), RR : 40x/menit
B : sianosis (-), pucat (-), CRT < 3, HR : 140x/menit
L : E :Pemberian nutrisi (susu) : 12 x 15 cc.
Tanggal 20 Juni 2015, BBS : 1760 gram
S : T : 36o C
A : nafas spontan, retraksi (-), NCH (-/-), RR : 40x/menit
B : sianosis (-), pucat (-), CRT < 3, HR : 144x/menit
L : E :Pemberian nutrisi (susu) : 12 x 15 cc.
Tanggal 22 Juni 2015, BBS : 1800 gram

S :T : 36o C
A : nafas spontan, retraksi (-), NCH (-/-), RR : 40x/menit

10

B : sianosis (-), pucat (-), CRT < 3, HR : 140x/menit


L : E :Pemberian nutrisi (susu) : 12 x 15 cc.
Tanggal 23 Juni 2015, BBS : 1850 gram
S : T : 36,3o C
A : nafas spontan, retraksi (-), NCH (-/-), RR : 42x/menit
B : sianosis (-), pucat (-), CRT < 3, HR : 140x/menit
L : E :Pemberian nutrisi (susu) : 12 x 20 cc.

BAB III
ANALISIS KASUS
Diagnosis pada bayi ini ialah berat badan lahir rendah pada kelahiran
premature. Berat badan lahir 1800 gram, panjang badan 40cm, usia kehamilan 33-34
minggu, bayi lahir secara SC atas indikasi preekalmsia berat dan oligohridromnion.
Pada waktu lahir bayi menangis lemah dan gerakan sedikit (tidak aktif), tubuh
kemerahan, frekuensi jantung 135x/menit, frekuensi nafas 50x/menit, Apgar Score
7/8. Air ketuban sedikit dan berwarna jernih.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,
compos mentis, nadi 135x/menit, RR 50x/menit, suhu 36,5 o C. Retraksi sela iga (+).
11

Penilaian Fenton Charts hasil dibawah presntil rata-rata. Ballard Score 24, sesuai pada
usia 32-34 minggu. Kurva Lubchenco berat badan sesuai dengan masa kehamilan.
Pemeriksaan lab GDS 84 mg/dL. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang, maka diagnosis pada pasien ini yang pertama ialah berat
badan lahir rendah dan yang kedua merupakan neonatus preterm (prematuritas
murni).
Faktor resiko pada kasus ini ialah kelahiran prematuritas, mengingat ibu
mengalami

preeklamisia

berat

dalam

masa

kehamilannya

dan

terjadinya

oligohidromnion, sehingga kehamilan harus diterminasi secepat mungkin. Akan tetapi


akibatnya ialah terjadinya berat badan lahir rendah seperti yang dialami oleh bayi ini.

BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan
lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Dahulu bayi baru lahir
yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram (2500 gram) disebut
bayi prematur. Tetapi ternyata morbiditas dan mortalitas neonatus tidak hanya
bergantung pada berat badannya, tetapi juga pada maturitas bayi itu.1
Untuk mendapat keseragaman, pada kongres European Perinatal Medicine di
London telah diusulkan definisi berikut2 :

Bayi kurang bulan adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37
minggu.

12

B a yi c u k u p b u l a n a d a l a h b a yi d e n g a n m a s a k e h a m i l a n
m u l a i d a r i 3 7 m i n g g u sampai 42 minggu.
B a yi l e b i h b u l a n a d a l a h b a yi d e n g a n m a s a k e h a m i l a n m u l a i
4 2 m i n g g u a t a u lebih.
Dengan pengertian seperti yang telah diterangkan diatas, bayi BBLR dapat
dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1. Prematuritas Murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat
badan untuk masa gestasinya atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai
untuk masa kehamilannya.
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
gestasi tersebut. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan
merupakan bayi kecil untuk masa kehamilannya.

Epidemiologi
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh
kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara
berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian
BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi
dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram.3
BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan
disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang
terhadap kehidupannya dimasa depan.4
Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah
lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh
angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut
SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang
ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni
maksimal 7%.5
Etiologi
13

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang
lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler,
kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya
BBLR.5
(1) Faktor ibu
a. Penyakit seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain
b. Komplikasi pada kehamilan.
Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan antepartum, preeklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.
c. Usia Ibu dan paritas
Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu
dengan usia <>
d. Faktor kebiasaan ibu
Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu alkohol
dan ibu pengguna narkotika.
(2) Faktor Janin
Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.
(3) Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi,
sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun.
Tanda dan Gejala Bayi Berat Lahir Rendah : 6

Umur kehamilan kurang dari 38 minggu


Berat badan lahir kurang dari 2500 gram
Panjang badan lahir kurang dari 46 cm
Kuku panjangnya belum melewati ujung jari
Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas
Lingkar kepala lahir kurang dari 33 cm
Lingkar dada lahir kurang dari 30 cm
Rambut lanugo masih banyak
Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga seolah-olahtidak

teraba tulang rawan daun telinga


Tumit mengilap, telapak kaki halus
14

Alat kelamin pada bayi pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang, testis
belumturun ke dalam skrotum. Untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia
minora belum tertutup oleh labia mayora
Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah
Fungsi saraf yang belum matang, mengakibatkan reflek hisap, menelan dan
batuk masih lemah atau tidak efektif, dan tangisannya lemah
Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan
lemak masih kurang
Verniks kaseosa sedikit atau tidak ada.

Stadium Bayi Berat Lahir Rendah dengan tanda wastingatau insufisiensi plasenta
(Clifford):

Stadium I
Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang, kulitnya longgar, kering seperti perkamen,
tetapi belum terdapat noda mekonium.
Stadium II
Terdapat tanda stadium I, ditambah warna kehijauan pada kulit plasenta dan umbilikus,hal
ini disebabkan oleh mekonium yang tercampur dalam amnion yang kemudian akan
mengendap ke dalam kulit, umbilikus dan plasenta sebagai akibat anoksia intrauteri.

Stadium III
Terdapat tanda stadium II ditambah dengan kulit, kuku dan tali pusat yang
berwarna kuning, ditemukan juga anoksia intrauterin yang lama.

PATOGENESIS
Bayi lahir prematur yang BBLR-nya sesuai dengan umur
kehamilan pretermnya biasanya dihubungkan dengan keadaan
m e d i s d i m a n a t e r d a p a t ketidakmampuan uterus untuk mempertahankan janin
(incompetent cervix/premature dilatation), gangguan pada perjalanan kehamilan,
pelepasan plasenta, atau rangsangan t i d a k

pasti

ya n g

menimbulkan

k o n t r a k s i e f e k t i f p a d a u t e r u s s e b e l u m k e h a m i l a n mencapai umur cukup


bulan.2
Dismaturitas dihubungkan dengan keadaan medik yang menggangu
sirkulasi dan efisiensi plasenta, pertumbuhan dan perkembangan janin, atau
kesehatan umum d a n n u t r i s i i b u . D i s m a t u r i t a s m u n g k i n m e r u p a k a n
r e s p o n j a n i n n o r m a l t e r h a d a p kehilangan nutrisi atau oksigen. Sehingga
15

masalahnya bukan pada dismaturitasnya, t e t a p i a g a k n ya p a d a r e s i k o


m a l n u t r i s i d a n h i p o k s i a ya n g t e r u s m e n e r u s . S e r u p a halnya dengan
beberapa kelahiran preterm yang menandakan perlunya persalinan cepat
karena lingkungan intrauteri berpotensi merugikan.7

GEJALA KLINIK
A. Prematuritas murni
Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau sama dengan45 cm,
lingkaran dada kurang dari 30 cm, lingkaran kepala kurang dari 33 cm, masagestasi
kurang dari 37 minggu. Kepala relatif besar dari badannya, kulitnya tipis,
transparan, lanugo banyak, lemak subkutan kurang. Ossifikasi tengkorak
sedikit, ubun-ubun dan sutura lebar, genitalia imatur. Desensus testikulorum
biasanya belum sempurna dan labia minora belum tertutup oleh labia mayora. Rambut
biasanya tipisdan halus. Tulang rawan dan daun telinga belum cukup,
sehingga elastisitas daunt e l i n g a m a s i h k u r a n g . J a r i n g a n m a m m a
b e l u m s e m p u r n a , p u t i n g s u s u b e l u m terbentuk dengan baik. Bayi kecil,
posisinya masih posisi fetal, yaitu posisi dekubitus lateral, pergerakannya kurang
dan masih lemah. Bayi lebih banyak tidur daripada bangun. Tangisnya
lemah, pernapasan belum teratur dan sering terdapat serangan apnoe. Otot
masih hipotonik, sehingga kedua tungkai selalu dalam keadaan abduksi,sendi lutut
dan sendi kaki dalam fleksi dan kepala menghadap ke satu jurusan.1,2
Refleks moro dapat positif. Refleks mengisap dan menelan belum
sempurna, begitu juga refleks batuk. Kalau bayi lapar, biasanya menangis,
gelisah, aktivitas bertambah. Bila dalam waktu tiga hari tanda kelaparan ini
tidak ada, kemungkinan besar bayi menderita infeksi atau perdarahan intrakranial.
Seringkali terdapat edema pada anggota gerak, yang menjadi lebih nyata
sesudah 24-48 jam. Kulitnya tampak mengkilat dan licin serta terdapat pitting
edema. Edema ini seringkali berhubungan dengan perdarahan antepartum, diabetes
mellitus, dan toksemia gravidarum.
Frekuensi

pernapasan

bervariasi

terutama

pada

hari-hari

p e r t a m a . B i l a frekuensi pernapasan terus meningkat atau selalu diatas


60x/menit, harus waspada kemungkinan terjadinya penyakit membran
hialin, pneumonia, gangguan metabolik a t a u g a n g g u a n s u s u n a n s a r a f
16

p u s a t . D a l a m h a l i n i , h a r u s d i c a r i p e n y e b a b n y a , misalnya dengan
melakukan pemeriksaan radiologis toraks.
B. Dismaturitas
Dismaturis dapat terjadi preterm, term, dan postterm. Pada preterm
a k a n terlihat gejala fisis bayi prematur murni ditambah dengan gejala d ismaturitas.
Dalamh a l i n i b e r a t b a d a n k u r a n g d a r i 2 5 0 0 g r a m , k a r a k t e r i s t i k f i s i s
s a m a d e n g a n b a yi prematur dan mungkin ditambah dengan retardasi
pertumbuhan

dan

wasting.

Pada b a yi

cukup

bulan

dengan

d i s m a t u r i t a s , g e j a l a ya n g m e n o n j o l a d a l a h w a s t i n g , demikian pula
pada post term dengan dismaturitas
Bayi dismatur dengan tanda wasting tersebut, yaitu :
1.Stadium pertama
Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang, kulitnya longgar, kering
seperti perkamen, tetapi belum terdapat noda mekonium.
2.Stadium kedua
Didapatkan tanda stadium pertama ditambah dengan warna kehijauan pada
kulit, plasenta, dan umbilikus. Hal ini disebabkan oleh mekonium yang
tercampur d a l a m a m n i o n y a n g k e m u d i a n m e n g e n d a p k e d a l a m
k u l i t , u m b i l i k u s , d a n plasenta sebagai akibat anoksia intrauterin.
3.Stadium ketiga
Ditemukan tand stadium kedua ditambah dengan kulit yang berwarna
kuning,demikian pula kuku dan tali pusat. Ditemukan juga tanda anoksia
intrauterinyang sudah berlangsung lama.1,2

DIAGNOSIS
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka waktu 1
jam setelah lahir, dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
A.Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan dan
mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR :
1. U m u r

i b u

2. Riwayat hari pertama haid terakir

17

3. Riwayat persalinan sebelumnya


4. Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
5. Kenaikan berat badan selama hamil
6.Aktivitas
7. Penyakit yang diderita selama hamil
8.Obat-obatan yang diminum selama hamil

B.Pemeriksaan Fisik.
C. Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain :
1.Berat badan > 2500 gram
2. Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
3. T a n d a b a y i c u k u p b u l a n a t a u l e b i h b u l a n ( b i l a b a y i
k e c i l u n t u k m a s a kehamilan).
D.Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
1. Pemeriksaan Skor Ballard

18

2. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan.


3. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa
kadar elektrolit dan analisa gas darah.
4.Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan
umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakanakan
terjadi sindrom gawat nafas.

KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah8 :
A. Enterokolitis nekrotikans neonatal
Enterokolotis nekrotikan merupkan penyakit saluran cerna yang serius pada bayiyang baru lahir
dan ditandai dengan bercak nekrosis atau nekrosis difus pada mukosatau submukosa
usus serta vaskularisasi usus. Insidensi terjadinya dihubungkan dengan umur
kehamilan yang kurang, dan merupakan komplikasi yang penting yang terjadi pada
kelahiran premature. Terhitung 7,5 % kasus EKN sebagai penyebab kematian neonatal.
Ileum bagian distal dan kolon proksimal sangat sering terlibat. Beberapa
stress perinatal, terutam asfiksia dan hipotermia dianggap sebagai factor predisposisi
terjadinya EKN. Permulaan penyakit biasanya pada 2 minggu pertama tetapi dapat
terlambat sampai umur 2 bulan. Dapat menimbulkan gejala seperti apneu,
bradikardi, dan distensi abdominal. Mekonium keluar secara normal dan sebagai tanda
19

pertama ialah distensi perut dengan retensi lambung. Timbulnya penyakit ini sering tidak
jelas, dan dapat terjadi sepsis sebelum dicurigai terjadi lesi pada usus. Sekali terkena
kondisi anak biasanya buruk, dengan cepat menjadi lemah dan asidosis serta dapat
berkembang kearah syok dan DIC.
b.Hipotermia
Perbedaan suhu di dalam kandungan dan lingkungan akan memberi pengaruh pada kehilangan
panas tubuh bayi, selain itu hipotermia dapat terjadi karena kemampuan untuk untuk
mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi panas sangat
terbatas,

karena

pertumbuhan

otot-otot

yang

belum

cukup

matang,

lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu
tubuh, luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibanding dengan berat badan
sehingga mudah kehilangan panas.
Tanda klinis hipotermia :

Suhu tubuh dibawah normal


Kulit dingin
Akral dingin
Sianosis

c. Sindrom Gawat Nafas


Sampai saat ini penyakit membrane hyaline dianggap terjadi karena
defisiensi pembentukan surfaktan pada paru bayi yang belum matang. Surfaktan
adalah zat yang penting dalam pangembangan paru dan merupakan suatu kompleks
yang terdiri dari protein, karbohidrat dan lemak. Senyawa utama zat tersebut adalah
lesitin dan mulait erbentuk pada kehamilan 22 24 minggu dan berjumlah lengkap dan mulai
berfungsi normal pada minggu ke-35 kehamilan.
Defisiensi
kemampuan

paru

surfaktan

menyebabkan

gangguan

u n t u k mempertahankan stabilitasnya, alveolus akan

kembali kolaps setiap akhir ekspirasi sehingga untuk pernafasan berikutnya dibutuhkan
tekanan negatif intratoraks yang lebih besar yang disertai usaha inspirasi yang kuat.Pada
aspirasi mekonium terjadi hipoksia intrauterin akan mengakibatkan janin
mengalami gasping dalam uterus, selain itu mekonium akan dilepaskan dan bercampur dengan
cairan amnion, cairan amnion yang mengandung mekonium tersebut
20

akanmasuk ke dalam paru janin karena inhalasi. Ketika bayi lahir akan menderita
gangguan pernafasan karena melekatnya mekonium dalam saluran pernafasan.
Tanda klinis sindrom gawat nafas :

Pernafasan cepat
Sianosis perioral
Merintih sewaktu ekspirasi
Retraksi substernal dan interkostal

d.Hipoglikemia.
P e n ye l i d i k a n

kadar

gula

darah

pada

12

jam

pertama

m e n u n j u k k a n b a h w a hipoglikemia dapat terjadi sebanyak 50% pada bayi matur.


Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu
karena terputusnya hubungan plasenta dan janin yang menyebabkan terhentinya
pemberian glukosa.
Bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dL selama
72 jam pertama, sedangkan bayi berat badan lahir rendah dalam kadar 40 mg/dL. Hal
ini disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi. Hipoglikemia terjadi bila kadar gula
darah 20mg/dL.
Tanda klinis hipoglikemia :

Gemetar
Sianosis
Apatis
Kejang
Apnea Intermiten
Tangisan lemah atau melengking
Kelumpuhan atau letargi
Kesulitan minum
Terdapat gerakan putar mata
Keringat dingin
Hipotermia
Gagal jantung dan henti jantung

Hipoglikemia pada neonatus terjadi bila gula darah < 47 mg/dl, Pada hipoglikemia berat
didapatkan hasil gula darah < 25 mg/dl, dan hipoglikemia ringan/sedang jika kadar gula darah >25
- <47 mg/dl.
e. Perdarahan Intrakranial

21

Pembuluh darah pada bayi prematur masih sangat rapuh dan mudah pecah, sehingga perdarahan
intrakranial dapat terjadi karena trauma lahir, diseminated intravascular coagulopathy
atau trombositopenia idiopatik. Matriks germinal epidimal yang kaya pembuluh darah
merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap perdarahan selama minggu pertama
kehidupan.
Tanda klinis perdarahan intrakranial :

Kegagalan untuk bergerak normal


Refleks moro menurun atau tidak ada
Letargi
Pucat dan sianosis
Apnea
Kegagalan menetek dengan baik
Muntah yang kuat
Tonus otot menurun
Tangisan bernada tinggi dan tajam
Kejang

f.Hiperbilirubinemia
Terjadi karena belum maturnya fungsi hepar, dimana terjadi kekurangan
enzimglukoronil transferase sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin
direk belum sempurna, dan kadar albumin darah yang berperan dalam transportasi
bilirubindari jaringan ke hepar berkurang. Kadar bilirubin normal pada bayi prematur 10 mg/dL.
Jika terjadi hiperbilirubinemia pada bayi prematur, bila tidak segera diatasi
dapat menjadi kern ikterus yang akan menimbulkan gejala yang permanen.
Tanda klinis hiperbilirubinemia :

Sklera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan ekstremitas berwarna kuning
Letargi
Kemampuan mengisap menurun
Kejang

I k t e r u s ya n g k e m u n g k i n a n m e n j a d i p a t o l o g i a t a u d a p a t d i a n g g a p
s e b a g a i hiperbilirubinemia adalah :

Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran.


Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau lebih setiap 24 jam.
Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonatus kurang bulan dan 12,5mg%
pada neonatus cukup bulan.
Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi
enzim G6PD dan sepsis).
Ikterus yang disertai berat lahir kurang dari 2000 gram, masa gestasi kurang dari
22

36 minggu, asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan pernafasan, infeksi


hipoglikemia,hiperkapnia, hiperosmolalitas darah.

g. Lebih rentan terhadap infeksi :


Bayi prematur mudah menderita infeksi karena imunitas humoral dan seluller masih kurang,
sehingga bayi mudah menderita infeksi. Selain itu pada kulit dan selaput lendir membran tidak
memiliki perlindungan seperti pada bayi cukup bulan. Sensitivitas yang kurang akan
memudahkan terjadinya kerusakan integritas kulit, terutama pada daerah yang sering
tertekan dalam waktu yang lama.
Defisit in uteri mengakibatkan gawat janin, dan dalam arti luas gawat janin dibagi
menjadi 3 golongan, yaitu :
1. Gawat janin akut, defisit mengakibatkan gawat perinatal, tetapi tidak mengakibatkan
retardasi pertumbuhan dan pelisutan (wasting).
2. Gawat janin subakut, bila defisit tersebut menunjukan tanda pelisutan (wasting) tetapi
tidak mengakibatkan retardasi pertumbuhan.
3. Gawat Janin Kronik, bila bayi jelas menunjukkan retardasi pertumbuhan.

PENATALAKSANAAN 9
Bayi berat bayi lahir rendah biasanya tampak haus dan harus diberikan makanan dini (early
feeding), hal ini sangat penting untuk menghindari terjadinya hipoglikemia, kadar gula darah harus
diperiksa setiap 8-12 jam. Frekuensi pernafasan terutama dalam 24 jam pertama
harus selalu diawasi untuk mengetahui adanya sindrom aspirasi mekonium atau
sindrom gangguan pernafasan idiopatik, sebaiknya setiap jam dihitung frekuensi pernafasan
lahir dan bila frekuensi lebih dari 60 x/menit dibuat foto thoraks.
Pencegahan terhadap infeksi sangat penting, karena bayi sangat rentan terhadap infeksi,
yaitu karena pemindahan IgG dari ibu ke janin terganggu. Tem p e r a t u r
diperbaiki,

jangan

s a mp a i

kedinginan

karena

mudah

harus
terjadi

hipotermik, hal ini disebabkan oleh karena luas permukaan tubuh bayi relatif
lebih besar dan jaringan lemak subkutan kurang.
M e n g i n g a t b e l u m s e m p u r n a n ya k e r j a a l a t - a l a t t u b u h ya n g
perlu

u n t u k pertumbuhan,

perkembangan,

dan

penyesuaian

diri

dengan

lingkungan hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan,
23

pemberian makanan dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi serta mencegah
kekurangan vitamin dan zat besi.
a. Pengaturan Suhu
Untuk mencegah hipotermi, diusahakan lingkungan yang cukup hangat untuk bayi, bila
dirawat dalam inkubator, maka suhunya unuk bayi dengan berat badan kurang dari
2000 gram adalah 35C dan untuk bayi dengan berat badan 2000-2500 gram adalah 34C, agar
bayi dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar 37C. Kelembaban inkubator berkisar antara
50-60%. Saat ini telah digunakan inkubator yang dilengkapi dengan alat temperatur
sensor, yang ditempelkan pada kulit bayi.
Kelembaban yang tinggi diperlukan pada bayi dengan sindroma gangguan pernafasan,
suhu inkubator dapat diturunkan 1C per minggu untuk bayi dengan berat badan 2000 gram dan
secara berangsur-angsur ia dapat diletakkan di dalam tempat tidur bayi
dengan suhu lingkungan 27C - 29C. Bila inkubator tidak ada, pemanasan
dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol hangat di
sekitarnya atau dengan memasang lampu pijar atau petromaks di dekat tempat
tidur bayi.
b.Nutrisi Enteral
Pada bayi prematur reflek isap, telan dan batuk belum sempurna,
kapasitas l a m b u n g m a s i h s e d i k i t , d a ya e n z i m p e n c e r n a a n t e r u t a m a
l i p a s e m a s i h k u r a n g , disamping itu kebutuhan protein 3-5 g/hari dan tinggi kalori (110
kal/kg/hari) agar berat badan bertambah baik.
Pemberian nutrisi enteral dimulai pada bayi dengan berat lebih dari 1500 gram, dan masa
gestasi lebih dari 32 minggu serta tidak terdapat distres dimulai saat berumur 2-4 jam agar bayi
tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Pada bayi lebih kecil, walaupun tidak
distress, jangan diberikan nutrisi enteral selama 12-24 jam pertama, lebih baik
diberikan infus larutan glukosa 5-10 % sejak lahir dan diobservasi, bila keadaan bayi
stabil maka pemberian nutrisi enteral dapat dimulai. Syarat lain untuk memulai
nutrisi enteral adalah keluarnya mekonium, yang menunjukkan adanya
kontinuitas dan motilitas traktus gastrointestinal.
Masalah yang sering menghambat pemberian nutrisi enteral adalah sindrom
distress pernafasan, sindrom aspirasi, pneumonia, apnea karena prematuritas dan gagal jantung
akibat duktus arteriosus paten. S e b e l u m p e m b e r i a n m i n u m p e r t a m a h a r u s24

d i l a k u k a n p e n g i s a p a n c a i r a lambung, hal ini perlu untuk mengetahui ada tidaknya


atresia esofagus dan mencegah muntah. Pada umumnya bayi dengan berat lahir 2000
gram atau lebih dapat menyusu pada ibunya, bayi dengan berat kurang dari 1500 gram
kurang mampu mengisap air susu ibu atau susu botol, terutama pada hari-hari
pertama, dalam hal ini bayi diberi minum melalui sonde lambung (orogastric-intubation).
Sesudah 5 hari bayi dicoba menyusu pada anaknya, bila daya isap cukup baik, maka
pemberian air susu ibu diteruskan. Adakalanya daya isap bayi kecil ini lebih baik dengan dot
dibandingkan dengan puting susu ibu, pada keadaan ini air susu ibu dipompa
dan diberikan melalui botol, cara pemberian melalui susu botol adalah dengan frekuansi
pemberian

yang

lebih

sering

dalam

jumlah

susu

yang

sedikit.

Frekuensi pemberian minum makin berkurang dengan bertambahnya berat bayi,


jumlah cairanyang diberikan pertama kali adalah 1-5 ml/jam dan jumlahnya dapat
ditambah sedikit demi sedikit setiap 12 jam. Penambahan susu tersebut tergantung
dari jumlah susuyang tertinggal pada pemberian minum sebelumnya, untuk
mencegah regurgitas ( m u n t a h ) a t a u d i s t e n s i a b d o m e n . B a n ya k n ya
c a i r a n ya n g d i b e r i k a n a d a l a h 6 0 ml/kg/hari, dan setiap hari dinaikkan sampai 200
ml/kg/hari pada akhir minggu kedua. Bila air susu ibu tidak ada, susunya dapat
diganti dengan susu buatan yangm e n g a n d u n g

lemak

ya n g

mudah

d i c e r n a b a yi ( m i d d l e c h a i n t r i g l yc e r i d e s ) d a n mengandung 20 kalori per 30


ml air atu sekurang-kurangnya bayi mendapat 110 kal/kg berat badan perhari.
Kadang-kadang diperlukan pemberian makanan melalui kateter (polietilen)
yang dapat tinggal di lambung selama 4-5 hari tanpa iritasi, kateter no. 8 untuk bayi
kurang dari 1500 gram dan no.10 untuk bayi diatas 1500 gram. Kateter yang telah
dimasukkan ke dalam lambung dihubungkan dengan botol infus yang berisi susu yang
digantungkan setinggi 1 meter dari atas bayi, susu diberikan dengan tetes yang
teratur sebanyak 60 ml/kg berat badan sehari, dan tiap hari dinaikkan sampai 200 ml/kg
berat badan pada akhir minggu kedua. Bila daya isap dan menelan mulai baik, kateter
secara berangsur-angsur dapat diganti dengan pipet, sendok atau botol dengan dot.
c. Kebutuhan Cairan
Kehilangan air insensible secara tidak langsung terkait dengan umur kehamilan, keadaan
lingkungan, dan status penyakit, bayi preterm yang amat imatur (<1000 gram) memerlukan
sebanyak 2-3 mL/kg/jam. Bayi yang premature akan kehilangan cairan insisible
sebesar 0,6 0,7 ml/kgBB/jam, bila dirawat dalam incubator. Jumlah cairan yang25

dianjurkan pada neonatus yang memerlukan susu botol atau cairan intravena
adalah 60-70 mL/kgBB pada hari pertama dan dinaikkan sampai 100-120
mL/kgBB pada hari ke-2 dan ke-3, dan pada hari ke 4-5 mencapai 150 ml/kgBB,
selanjutnya dapat mencapai 160 - 180ml/kgBB/hari.
Bayi lebih prematur dan kecil dimulai dengan 70-100 mL/kgBB pada hari pertama dan
dilanjutkan sampai 150 mL/kgBB atau lebih pada hari ke-3 dan ke-4. Penimbangan badan
setiap hari, pengeluaran urin, pemeriksaan fisik harus dipantau secara cermat untuk
mendeteksi adanya kelainan status hidrasi.
d. Nutrisi Parenteral Total
Bila

pemberian

makanan

oral

untuk

masa

waktu

y a n g l a m a t i d a k memungkinkan, makanan intravena total dapat memberikan cairan


yang cukup, kalori, asam amino, elektrolit dan vitamin untuk mempertahankan
pertumbuhan pada bayi BBLR. Tujuan dari pemberian nutrisi parenteral adalah
memasukkan kalori nonprotein yangcukup, sehingga memungkinkan bayi menggunakan
sebagian terbesar proteinnya untuk pertumbuhan. Infus harus mengandung asam amino
sintetik 2,5-3 g/dL dan glukosa hipertonik pada kisaran antara 10-25 g/dL
sebagai tambahan disamping kuantitas elektrolit, mineral, dan vitamin yang cukup.
Infus awal harian harus memasukkan 10-15 g/kgBB/24 jam glukosa dan
menambahsedikit demi sedikit sampai 25-30 g/kgBB/24 jam, bila hanya
glukosa saja yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan penuh nonprotein 100-120
kkal/kgBB/24

jam.

Jika

yang

digunakan

vena

perifer,

dianjurkan

untuk

mempertahankan kadar glukosa dibawah 12,5 g/dL. Emulsi lemak intravena seperti 20%
intralipid (2,2 kkal/mL) dapat digunakan untuk memberikan kalori tanpa beban osmotik
yang nyata, sehingga dapat mengurangi akan kebutuhan infus dengan kadar glukosa yang
lebih tinggi, melalui venasentral

atau

perifer,

dan

biasanya

mencegah

perkembangan defisiensi asam lemak essensial. Intralipid dapat dimulai pada 0,5
g/kgBB/24 jam dan selanjutnya diberikan sampai 3 g/kgBB/24 jam.
Komplikasi makanan intravena terkait dengan kateter, sepsis adalah
masalahyang paling penting pada infus vena sentral dan dapat diminimalkan dengan perawatan
keteter yang cermat dan prefarat infus aseptic. Komplikasi metabolic meliputi hiperglikemia
yang berasal dari kadar glukosa infusyang tinggi, yang dapat menyebabkan diuresis
osmotic dan dehidrasi, azotemia, hipoglikemia, hiperlipidemia, dan hipoksemia.
e. Infeksi

26

Bayi prematur mudah sekali diserang infeksi, hal ini disebabkan oleh
karenadaya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relatif belum sanggup
membentuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik. Oleh
karenaitu perlu dilakukan tindakan pencegahan yang dimulai pada masa
perinatal, yaitu dengan memperbaiki keadaan lingkungan, kebersihan makanan, mencegah
terjadinya infeksi silang para dokter, perawat, bidan dan petugas lain.

PROGNOSIS
Prognosis BBLR ini tergantung dari berat ringannya masa perinatal, misalnya
masa gestasi (makin muda masa gestasi/makin rendah berat badan, makin tinggi
angka kematian), asfiksia atau iskemia otak, sindroma gangguan pernafasan,
perdarahan intraventrikuler, fibroplasias retrolental, infeksi, gangguan metabolic.
Prognosis ini juga tergantung dari keadaan social ekonomi, pendidikan orang tua dan
perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan postnatal. 10

DAFTAR PUSTAKA

27

1. H a s a n R , Al a t a s H . P e r i n a t o l o g i . D a l a m : I l m u K e s e h a t a n
A n a k 3 ; e d i s i k e - 4 . Jakarta : FKUI, 1985;1051-7.
2. W i k n j o s a s t r o H , S a i f u d d i n A B . B a y i
Redah.

Dalam:

Jakarta

IlmuK eb id an a n ;
yayasan

Berat
edisi

Bina

Lahir
ke-3.

Pustaka

S a r w o n o Prawirohardjo, 2002;771-83
3. World Health Organization (WHO). Development of a strategy towards
promoting

optimal

fetal

growth.

Avaliable

http://www.who.int/nutrition/topics/feto_maternal/en.html.

from

Last

update

January 2007 [diakses pada tanggal 19 Juni 2015].


4. United Nations Childrens Fund/World Health Organization. Low Birthweight.
UNICEF,

New

York,

2004.

Avaliable

from

http://www.childinfo.org/areas/birthweight.htm. Last Update : Nov 2007


[diakses tanggal 19 Juni 2015].
5. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam :
Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta : 2004 ; 307-313.
6. Current : Pediatric Diagnosis and Treatment: Neonatal Intensive Care, page
22-30.Edition 15 Th 2001 Mc Graw Hill Companies.
7. Arifuddin
J,
Palada
P.
B B LR -LB W.

Dalam

P e r i n a t o l o g i d a n T u m b u h Kembang. Jakarta : FKUI, 2004;9-11


8. Avery Gordon B : Neonatologi, Pathology and Management Of The
New Born,Page 182-200. Second Edition.JB Lippincott Company Philadelphia1981.
9. Rudolfs Fundamental Of Pediatric, Page 161-164 Mc Graw Hill Companies
2002
10.

Behrman,

RE,

Kliegman

RM.

The

Fetus

and

the

N e o n a t a l I n f a n t , I n : N e l s o n Textbook of pediatrics; 17 th ed.


California: Saunders. 2004; 550-8.

28

You might also like