You are on page 1of 17

KERJA PRAKTEK DI PROYEK

JALAN LAYANG NON TOL


(JLNT) ANTASARI BLOK M
PAKET PASAR CIPETE
Di tengah krisis moral yang dihadapi negara Indonesia, kita selaku warga negara
harus tetap optimis dan berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang
terbaik demi mencapai Indonesia yang adil dan sejahtera. Belajar adalah salah satu
cara yang saat ini dirasa cukup bagi mahasiswa untuk berjuang dalam menegakkan
keadilan dan moral di negara ini. Dengan terus belajar, saya yakin insyaALLAH jika
suatu saat salah satu dari kita (mahasiswa) menjadi orang yang paling berpengaruh
di negara ini (wakil rakyat), akan memberikan yang terbaik untuk bangsa ini dengan
apa yang mereka pelajari semasa menjadi mahasiswa. Semoga kita sebagai penerus
bangsa tidak menjadi orang yang haus akan kekuasaan, uang dan wanita. Aamiin.
Dalam kesempatan kali ini, saya hendak menuturkan hasil kerja praktek (KP) saya
selama semester 6 di Proyek Jalan Layang Non Tol Antasari Blok M. Semoga dengan
penyampaian ini dapat bermanfaat bagi teman2 sekelian, dan semoga bisa berkah
untuk kita semua. Jika apa yang disampaikan dalam kalimat kurang berkenan atau
tidak sesuai dengan teori yang ada, insyaALLAH saya siap menerima kritik dan saran
dari teman-teman sekalian
1. Latar Belakang
Semakin besar perkembangan teknologi di wilayah perkotan semakin membuat
masyarakat memiliki jiwa persaingan yang kuat untuk menjadi yang terdepan di
wilayah tersebut. Jika hal itu tak terkendali akan mengakibatkan jumlah penduduk
yang melonjak dan dapat mengakibatkan kepadatan penduduk. Hal ini yang sedang
dirasakan oleh warga Jakarta.
Jumlah penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya di Jakarta sangat menuntut
pemerintah Jakarta untuk terus menemukan solusi demi solusi agar warga Jakarta
dapat tinggal dengan aman dan nyaman baik dalam pembangunan maupun sosial.
Salah satu masalah besar yang dihadapi warga Jakarta adalah kemacetan.
Meningkatnya jumlah penduduk inilah yang menyebabkan kemacetan Jakarta
semakin parah. Hal inilah yang menuntut pemerintah untuk membuat suatu solusi
untuk mengurai kemacetan yang terjadi. Salah satu solusi yang diusulkan adalah

pembangunan sarana dan prasana transportasi yang mana hal ini tidak lepas dari
peranan seorang insinyur teknik sipil.
Proses yang dibutuhkan oleh seorang insinyur sipil untuk dapat membangun dan
menciptakan bangunan yang kuat, aman, dan nyaman bukanlah merupakan sebuah
proses singkat dan instan, melainkan harus melalui proses belajar yang panjang dan
matang untuk dapat memahami ilmu-ilmu yang dibutuhkannya dalam proses
konstruksi.
Proses belajar ini dilakukan baik dengan mempelajari dan memahami ilmu-ilmu dari
dosen di dalam kelas, kegiatan-kegiatan praktikum di laboratorium, ataupun lebih
jauh lagi dengan terjun langsung ke lapangan melalui kegiatan Kerja Praktek di
proyek pembangunan.
Kegiatan Kerja Praktek di proyek pembangunan dalam kurikulum jurusan teknik sipil
adalah salah satu kegiatan wajib yang harus dilakukan seluruh mahasiswa untuk
memenuhi tahapan dalam jenjang pendidikannya di bangku perkuliahan. Kerja
Praktek ini memiliki peranan yang penting untuk seorang calon insinyur karena ilmuilmu yang selama ini hanya dipelajari di dalam kelas tentu dapat dilihat aplikasi
kegunaannya dalam kehidupan nyata yaitu dalam pelaksanaan kegiatan
pembangunan ataupun bahkan dengan adanya kerja praktek ini tentu dapat ditarik
ilmu-ilmu pelaksanaan yang tidak bisa didapatkan di bangku kuliah.
Melalui kegiatan ini pula mahasiswa memiliki wawasan yang luas terhadap
perkembangan pembangunan di bidang konstruksi serta dapat melihat dan
mempelajari kebijakan dan cara kontraktor utama sebagai pembangun dalam
menghadapi permasalahan yang tidak timbul secara terduga. Sehingga pada
akhirnya setelah selesai menyelesaikan pendidikannya di bangku perkuliahan, lulus,
dan mendapat gelar, mahasiswa tidak hanya memiliki teori literatur saja namun
telah memiliki pengalaman dan gambaran tentang kehidupan pembangunan dan
pelaksanaan kegiatan di proyek yang dapat dijadikan bekal untuk kedepannya.
Laporan Kerja Praktek ini disusun berdasarkan data serta pengamatan langsung
selama 40 hari yang dilakukan pada PT. PP (Persero), Tbk. selaku kontraktor utama
dalam proyek Pembangunan Jalan Layang Non Tol Antasari Blok M.
2. Latar Belakang Proyek
Jakarta kini telah menginjak usianya hampir mencapai setengah abad sudah tumbuh
dan berkembang dengan pesat. Seiring dengan pesatnya perkembangan tersebut,
Jakarta masih harus berpacu untuk mengatasi berbagai problematika, khususnya
terkait dengan lingkungan dan transportasi.

Di bidang transportasi, pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor setiap tahun


sangat pesat. Dari pertumbuhan kendaraan bermotor ini, penambahan panjang dan
lebar jalan ini hanya mencapai 0,01 %. Hal ini sangat tidak seimbang dengan total
pertumbuhan kendaraan bermotor yang mencapai 9,9 juta unit pada tahun 2009
sedangkan pada tahun 2007 hanya mencapai 5,2 juta kendaraan bermotor.
Menyikapi hal ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengambil langkah strategis,
yakni membangun sistem transportasi sebagai salah satu program unggulan
(dedicated programme). (Majalah Techno Konstrusi, 2010)
Dengan kondisi demikian perlu strategi penanganan yang tepat. Strategi dual
approach dan triple approach cukup tepat yang direncanakan oleh Pemprov DKI
Jakarta, yaitu mengarah pada penambahan sistem
Pembangunan Jalan Layang Non Tol Antasari Blok M.

jaringan

jalan

seperti

Dalam rangka menunjukan keseriusan dari Pemprov DKI Jakarta, maka ditunjuk
Dinas Pekerjaan Umum sebagai pengurus sistem transportasi di Indonesia untuk
memilih pelaksana-pelaksana terbaik yaitu PT. Waskita Karya, PT. Hutama Karya PT.
Nindya Karya, PT. Yasa Patria Perkasa, PT. Modern-PT. Lampiri, KSO dan PT. PP
(Persero), Tbk.
3. Maksud dan Tujuan Proyek
Maksud dan tujuan dibangunya Jalan Layang Non Tol Antasari Blok M adalah
sebagai salah satu cara Pemprov DKI Jakarta untuk mengatasi masalah kemacetan
dan kepadatan kendaraan yang terjadi di Jakarta agar warga Jakarta serta para
pengguna jasa transportasi lainnya dapat melakukan perjalanan yang aman serta
nyaman.
4. Data Umum Proyek
Proyek Pembangunan Jalan Layang Non Tol Pangeran Antasari Blok M dikerjakan
oleh lima kontraktor utama. Berikut panjang jalan layang dikerjakan oleh kelima
kontraktor.
Tabel 2.1 Kontraktor Proyek JLNT P. Antasari Blok M
N
o

Kontraktor

Panjang
yang
Ditangani

Paket

PT. PP (Persero), Tbk

1170 m

Pasar Cipete

PT. Waskita

803 m

Cipete Utara

PT.

926 m

Taman

Hutama

Karya

&

Nidya Karya

Brawijaya

PT. Yasa Patria Perkasa

1062 m

Prapanca

PT. Modern
KSO

904 m

Lapangan
Mabak

Lampiri,

1. Nama Proyek

Pembangunan Jalan Layang Non

TolAntasari Blok M (Stage 1 : PasarInpresCipete LapanganMabak Blok


M) Paket Pasar Cinere (Multy Years)
2. Surat Perjanjian Jasa

3. Lokasi Proyek

Nomor 10037/-1.792
:

Pasar Cipete, Jalan P. Antasari

4. Pemilik Proyek
:
Pemerintah Daerah Khusus Ibukota
Jatakarta dan Dinas Pekerjaan Umum
5. Konsultan Struktur

PT. Perentjana Djaja

6. Konsultan Supervisi

PT. Virama Karya

PT. PP (Persero), Tbk.

PT. Karya Cipta Utama Mandiri


1. Kontraktor Utama
2. Sub Kontraktor Struktur
1. Beton Ready Mix

PT. Adimix Precast

PT. Pionir Beton


1. b.

Stressing

2. c.

Tim Erection

PT. Dinamical Structural System

PT. Kharisma Karya Kencana

3. Sumber Dana

APBD Provinsi DKI Jakarta

4. Sistem Pelelangan

Pelelangan Umum

5. Sistem Kontrak

6. Waktu Pelaksanaan
2012
7. Jenis Pekerjaan

Multy Years
:

22 November 201012 Oktober

Struktur, Mekanical dan Elektrical

8. Kuantitas Pekerjaan
1. Deskripsi Proyek
:
1.170 m dan Lebar 8,75 m x 2

Jembatan dengan Panjang

2. Jenis Pondasi
3. Jenis Struktur :

Bore Pile

Struktur Beton Prategang

5. Data Teknis Proyek


1. Panjang Jembatan

: 1.170 m

2. Konstruksi Bangunan
Pondasi

: Bore Pile

Pier

: Beton Bertulang

Pier Head

: Beton Prategang

Girder

: Box Girder

Pelat Lantai

: Aspal

Railing Jembatan

: Beton Bertulang

1. Fungsi Bangunan
1. Pondasi
: Sebagai penyalur beban terakhir pada
struktur ke tanah agar bangunan tidak terjadi penurunan
yang tidak wajar ataupun guling.
2. Pile Cap
: Digunakan agar beban yang tersalur
daripier dapat menyebar dengan merata kepondasi
(khususnya pondasi kelompok).
3. Pier
: Sebagai penyalur beban dari pier
head kepile cap yang bertujuan agar beban yang tersalur
dari pier head danbox girder dapat diarahkan dengan baik.
1. Pier
Head
:
Sebagai
dudukan box
girder serta sebagai penyalur beban lalu lintas
dan box girder ke pier.
2. Girder
: Sebagai balok dengan
panjang bentang tertentu yang berfungsi
sebagai penyalur utama dari beban lalu lintas
yang nantinya akan di salurkan ke pondasi
3. Parapet
jembatan.

: Sebagai jagaan di sisi-sisi

4. Railing
jembatan.

: Sebagai jagaan di sisi-sisi

5. Lantai Jembatan : Sebagai perkerasan lentur


pada jalan.
2. Pondasi

1. Jenis Pondasi

Bore Pile

2. Kedalaman Pondasi

26 40 meter

3. Diameter Pondasi

1,5 m

4. fc

29 MPa

5. Tebal pile cap

1,75 m 2,75 m

3. Struktur Bawah
1. Pondasi

2. Pile Cap

Mutu Beton K-350

Mutu Beton K-350

4. Struktur Atas
1. Pier

Mutu Beton K-600

2. Pier Head

Mutu Beton K-600

3. Box Girder
(Precast )

4. Parapet dan Railing

5. Tendon
270

6. Baja Tulangan

Mutu Beton K-600


Mutu Beton K-350
7 Wire-Strand mutu tinggi G-

D > 13 mm BJTD 40

D < 13 mm BJTP 24
6. Data Administrasi Proyek
1. Tipe Kontrak

2. Sistem Pembayaran

Unit Price Contract


:

Unit Price Contract.

3. Nilai Proyek

Rp. 325.499.285.000,00

4. Nilai Kontrak (Penawaran)

Rp. 309.347.000.000,00

5. Uang Muka

5% dari nilai proyek

7. Definisi Managemen Proyek


Pelaksanaan pembangunan Jalan Layang Non Tol Antasari Blok M Paket Pasar
Cipete adalah suatu pekerjaan yang mengharuskan pemahaman dalam perencanaan
proyek manajemen, manajemen harga, manajemen waktu, manajemen kualitas,
administrasi kontrak, manajemen keselamatan, dan praktek profesional agar
terciptanya hasil pekerjaan yang baik dan sesuai dengan harapan.
Manajemen proyek itu sendiri memiliki definisi pengelolaan perencanaan (rencana
kerja), pelaksanaan, pengendalian dan koordinasi suatu proyek dari awal
pelaksanaan pekerjaan sampai selesainya proyek secara efektif dan efisien, untuk

menjamin bahwa proyek dilaksanakan tepat waktu, tepat biaya, dan tepat mutu
(Ervianto, 2003).
Dalam proses pelaksanaan sebuah proyek ada 3 hal yang sangat berkaitan erat dan
mempengaruhi kualitas suatu pengerjaan proyek (triple constrainst), yakni jadwal,
mutu dan dan anggaran biaya proyek. Dibutuhkan pengaturan khusus yang tersusun
secara sistematis dan terkonsep dengan baik agar ketiga aspek tersebut dapat
terpenuhi sehingga diperoleh hasil yang baik yang sesuai perencanaan proyek.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen proyek adalah:
1. Perencanaan (planning)
Setiap proyek selalu dimulai dengan proses perencanaan. Dalam tahap perencanaan
biasanya diawali dengan brainstorming dalam team. Dibutuhkan pengalamanpengalaman yang cukup dan analisa suatu masalah yang matang dalam proses
perencanaan. Sasaran perencanaan yang harus direncanakan diantaranya:
perencanaan biaya, perencanaan rnutu, perencanaan waktu dan perencanaan
kearnanan kerja. Dalarn perencanaannya, proyek Pembangunan Jalan Layang Non Tol
Antasari Blok M Paket Pasar Cipete ini akan rnernakan waktu pelaksanaan
konstruksi struktur selarna dua tahun (2010 2012). Penjadwalan awal (Master Time
Schedule) pada proyek ini dibuat dalam bentuk kurva S yang dapat dilihat pada
larnpiran dari laporan ini.
1. Penjadwalan (scheduling)
Merupakan implementasi dari perencanaan yang dapat memberikan informasi
tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek yang meliputi sumber daya (biaya,
tenaga kerja, peralatan, material), durasi, dan progress waktu untuk menyelesaikan
proyek.Penjadwalan proyek mengikuti perkembangan proyek dengan berbagai
permasalahannya.
Proses monitoring dan updating dalam suatu proyek harus selalu dilakukan untuk
mendapatkan
penjadwalan
yang
realistis
agar
sesuai
dengan
tujuan proyek.Adabeberapa metode untuk mengelola penjadwalan proyek, yaitu
kurva S (hanumm curve), barchart, penjadwalan linear (diagram vektor), network
planning waktu dan durasi kegiatan.Bila terjadi penyimpangan terhadap rencana
semula, maka dilakukan evaluasi dan tindakan koreksi.
Pada lampiran dicantumkan s curve pelaksanaan proyek pembangunan Jalan
Layang Non Tol Antasari Blok M, dimana keterangan dalam s curve itu adalah
sebagai berikut:
1. Sisi atas menunjukkan waktu pelaksanaan pekerjaan.

2. Sisi bawah menunjukkan total rencana dan total pelaksanaan dalam


persentase.2
3. Sisi kanan menunjukkan pembagian pekerjaan dalam persentase.
4. Sisi kiri menunjukkan nilai bobot pekerjaan dalam persentase.
5. Pengarahan (Directing)
Pengarahan adalah kegiatan mobilisasi sumber-sumber daya yang dimiliki agar
dapat bergerak secara satu kesatuan sesuai rencana yang telah dibuat, termasuk
didalamnya melakukan motivasi dan koordinasi terhadap seluruh staffnya.
1. Pelaksanaan (Actuating)
Mengkoordinasi pelaksanaan proyek agar sesuai dengan perencanaan (Planning),
spesifikasi teknik dan gambar proyek yang telah disepakati dalam tender.
1. Pengendalian (Controlling)
Pengendalian merupakan tindakan memonitor, memantau dengan cara mengukur
kualitas penampilan dan penganalisaan serta pengevaluasian penampilan yang
diikuti dengan tindakan perbaikan yang harus diambil terhadap penyimpangan yang
terjadi (diluar batas toleransi). Dalam pengendalian ini, mencakup kegiatan
pengawasan yang dilakukan secara kontinu dari waktu ke waktu guna mendapatkan
keyakinan bahwa pelaksanaan kegiatan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan
guna mencapai hasil yang diinginkan. Tugas tindakan mengontrol bukan berarti
hanya menyalahkan orang lain, tetapi juga mencari dan menentukan alternatif
terbaik dalam tindakan pencegahan (preventive action) dan perbaikan atas
ketidaksesuaian yang terjadi.
Tindakan tersebut meliputi, pengukuran kualitas hasil, membandingkan hasil
terhadap kualitas, mengevaluasi penyimpangan yang terjadi, memberikan saransaran perbaikan dan menyusun laporan kegiatan.
1. Evaluasi (Directing)
Evaluasi adalah spesifikasi pekerjaan, membandingkan realisasi dengan rencana,
pengambilan langkah-langkah yang diperlukan dan jika perlu diadakan perencanaan
ulang (replanning).
8. Struktur Organisasi Proyek

Gambar 1. Struktur Organisasi Proyek


9. Pengendalian Proyek (Mutu, Waktu dan Biaya)
Pengawasan dan pengendalian dalam suatu proyek konstruksi merupakan sesuatu
yang penting dilaksanakan secara ketat untuk menghindari hal-hal yang merugikan
terutama bila berada dalam kondisi rentang waktu yang sempit karena pada saatsaat itulah sering terjadi kelalaian untuk mutu yang harus dicapai.
Umumnya pengawasan proyek bersifat preventif sejauh mana peningkatan
pekerjaan dan memeriksa apakah pekerjaan tersebut sudah memenuhi spesifikasi
gambar rencana dan tujuan yang telah dibuat.Sedangkan pengendalian perlu
dilakukan sebagai tindak lanjut dari pengawasan untuk mengontrol kualitas
pekerjaan agar sesuai dengan rencana.
Tujuan yang ingin dicapai dari pengendalian ini adalah:
1. Agar memperoleh bangunan yang sesuai dengan standar mutu, serta
memperhatikan ketentuan dan prosedur dari instansi yang berwenang
dalam masalah pengendalian mutu.
2. Waktu pelaksanaan proyek sesuai dengan time schedule sehingga pihak
pemilik proyek maupun pelaksana tidak merasa dirugikan karena
adanya keterlambatan (pengendalian waktu).

3. Peningkatan efisien pekerjaan sehingga dapat


pengeluaran keuangan proyek (pengendalian biaya).

meminimalkan

Maka untuk terciptanya itu semua diperlukan beberapa pertimbangan agar


mendapatkan rencana kerja yang baik dan teliti, yaitu sebagai berikut:
1. Metode pelaksanaan pekerjaan.
2. Dana yang tersedia.
3. Bahan bangunan/material yang tersedia.
4. Peralatan yang digunakan.
5. Waktu yang telah ditentukan.
6. Tenaga kerja yang tersedia.
9.a Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu/kualitas (quality control) merupakan salah satu pelaksanaan
pengendalian proyek, yaitu kualitas hasil pekerjaan yang sesuai dengan spesifikasi
yang telah ditentukan. Pengendalian mutu dilaksanakan secara terus-menerus mulai
dari tahapan pra pelaksanaan, pelaksanaan, sampai pasca pelaksanaan. Pada
pelaksanaan pekerjaan proyek, bahan-bahan bangunan mutlak berpengaruh
terhadap kualitas produk fisik proyek. Untuk itu bahan-bahan yang digunakan
haruslah memenuhi spesifikasi, karena akan berpengaruh terhadap kekuatan dan
daya tahan konstruksi. Hal lain yang harus diperhatikan adalah tempat dan cara
penyimpanan, sehingga tidak merusak kualitas bahan itu sendiri.
Dalam mencapai kualitas bahan yang baik maka digunakan standar mutu dalam
perencanaan dan pelaksanaan konstruksi yang meliputi:
1. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBI 1971)
2. Peraturan Semen Portland Indonesia (SNI 08)
3. Standar Pembebanan untuk Jembatan (RSNI T-02-2005)
4. Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan (SNI-12-2004)
5. Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan mengenai Persyaratan Tahan
Gempa (BMS 1992)
6. ASTM (American Society for Testing and Material)
Pada umumnya penilaian material meliputi segi kualitas material mudah tidaknya
mendapatkan material tersebut, harga material.
a. Mutu Betom

Pelaksanaan pengendalian mutu pekerjaan beton dilakukan dengan semua bahan


beton yang akan dipergunakan. Bahan-bahan yang digunakan harus memenuhi
persyaratan SNI 03-2847-2002. Beton yang digunakan adalah beton ready
mixdengan mutu beton K-350 utnuk beton bore pile, parapet, railing dan pile cap, K600 untuk beton pier, hammer head dan box girder.
Untuk setiap pengiriman beton ready mix dipilih secara acak dari satu batch yang
akan diambil benda uji silinder namun seharusnya pada proyek JLNT ini diambil
sampel
pada
setiap
pengiriman
10
m 3.
Dengan
kesepakan
dari
pihak monitoring DPU, konsultan supervisi dan kontraktor diambil sample secara
acak setiap 10 molen yang datang.
b. Mutu Beton Box Girder
Box girder adalah bahan utama dalam pembangunan JLNT ini.Ada sesuatu yang
istimewa dari box girder dibandingkan dengan bagian lain yang terbuat dari beton.
Hal istimewa tersebut adalah dari pembuatannya yaitu dibuat dimana batching
planberada dan dipasang pada lokasi proyek setelah umur beton mencapai 28 hari.
Pada proyek JLNT ini menggunakan beton precast PT. Adimix Precast yang ada di
Cibitung, Cikarang.

Gambar 3.2 Box Girder


Untuk menjaga mutu dan ukuran dari box girder sesuai yang direncanakan dari
pihak kontraktor mengirimkan tim yang akan tinggal di tempat pembuatan box
girderuntuk mengawasi pengecoran. Selain tim tersebut, kontraktor juga
mengirimkan tim bersama konsultan supervisi untuk melakukan inspeksi
terhadap box girder yang sudah siap pasang. Hal ini dilakukan agar jika ada mutu
dan ukuran yang menyimpang dapat segera diatasi sehingga tidak akan
menghambat pekerjaan di lapangan.
Untuk satu buah box girder ini memerlukan sebanyak 18 m3 dengan mutu K-600
yang mana dalam melakukan pengecoran tidak diperkenankan tertunda. Jadi, dalam
proses ini, 5 buah molen sudah disiapkan didekatkan box yang akan dicor yang
masing-masing terdiri dari 4 m3 beton. Jika dalam pengecoran terputus atau tertunda

yang akan terjadi adalah perbedaan warna sehingga tidak estetik dan akan terlihat
adanya keretakan yang disebabkan adanya rongga akibat bekas coran yang lama
dengan yang baru.
c. Mutu Air
Pengendalian terhadap air yang digunakan haruslah bebas dari bahan organik,
garam, zat asam, ataupun minyak dan kotoran-kotoran lainnya dalam jumlah cukup
besar yang dapat mengurangi ketahanan beton dan baja tulangan. Sedangkan
apabila terdapat keraguan terhadap air yang digunakan dapat dilakukan pengetesan
di laboratorium untuk mendapatkan keterangan tentang kelayakan air.
Dalam hal pengendalian material agar terjaga kelancaran pelaksanaan proyek dan
mengurangi sampah yang dihasilkan (waste) maka diperlukan pula beberapa
kebijakan oleh material manager yang meliputi:
1. Menggunakan material baru sesuai dengan yang tercantum dalam
Rencana Kerja dan Syarat-syarat Struktur dan tidak memperbolehkan
pekerja untuk membawa serta memiliki material bekas untuk mencegah
penyalahgunaan bahan.
2. Menyetujui dan memesan material hanya sebesar kebutuhan yang
dibutuhkan dalam kurun waktu terbatas.
3. Material sisa yang masih berkualitas baik dan sekiranya masih dapat
digunakan untuk keperluan pelengkap disimpan dan dicatat secara
khusus untuk menghindari terjadinya kehilangan.
d. Pembesian
Besi beton yang dipakai adalah besi beton ulir (deformamed bar) untuk D>13
dengan tegangan leleh 4000 kg/cm2 (BJTD-40) dan besi polos (plain bar) untuk
D<13 dengan tegangan leleh 2400 kg/cm2 (BJTP-24).

Gambar 3.3 Pembesian Parapet dan Railing


e. Bekisting
Bekisting yang digunakan adalah terbuat dari pelat phenol film yang mana salah
satu bidangnya mempunyai sifat yang licin. Phenol film ini memiliki keunggulan
dibandingkan bekisting yang biasa, salah satunya yaitu bisa digunakan beberapa kali
sehingga dapat menghemat juga berpartisipasi dalam program bangunan ramah
lingkungan (green building).

Gambar 3.4 Bekisting


9.b Pengendalian Waktu Pelaksanaan
Pengendalian waktu pada suatu proyek pada umumnya dilakukan dengan sistem
penjadwalan yaitu pembuatan time schedule. Time Schedule adalah metode

pengendalian proyek yang merupakan proses pemikiran yang tangguh dalam


mengatasi persoalan pelaksanaan pekerjaan berdasarkan teori dan pengalaman.
Pembuatan Time Schedule dapat menentukan saat mulai pelaksanaan dan
berakhirnya suatu pekerjaan, memperkirakan jumlah dan jenis material yang
dibutuhkan
maupun
yang
tersedia
Schedulemembutuhkan data tentang:

di

proyek.

Penyusunan Time

1. Waktu yang tersedia, meliputi waktu yang diperlukan untuk


menyelesaikan masing-masing pekerjaan proyek secara keseluruhan.
2. Pertimbangan tenaga kerja yang tersedia/dibutuhkan berdasarkan
keterampilan, keahlian buruh serta harga bahan dan upah.
Keadaan lingkungan (lokasi proyek) sebelum proyek tersebut dilaksanakan.
1. Gambar-gambar bestek adalah gambar arsitek, struktural, mekanikal,
elektrikal, plumbing, penangkal petir dan pekerjaan halaman.
2. Peraturan dan persyaratan bestek.
3. Kondisi, kapasitas alat kerja yang dibutuhkan dalam pelaksanaan suatu
proyek dari segi mutu dan kualitas.
Tujuan dari pembuatan Time Schedule adalah:
1. Mengatur pekerjaan secara teliti.
2. Memudahkan penentuan pelaksanaan pekerjaan pada waktunya.
3. Dapat menentukan kegiatan kritis karena akan mempengaruhi cepat
atau lambatnya penyelesaian pekerjaan suatu proyek.
Pembuatan Time

Schedule dapat

memudahkan

pelaksanaan

dan

pengawasan

pekerjaan. Pembuatan Time Schedule sangat membutuhkan kemampuan berfikir


secara logis, pengetahuan tentang teknik sipil, pengalaman kerja sehingga
mendapat hasil maksimal. Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan dalam
menyusun pembuatan Time Schedule diantaranya adalah:
1. Time Schedule harus dapat dipertanggungjawabkan secara teknis.
2. Disusun berdasarkan forecast yang akurat.
3. Sesuai dengan sumber daya yang tersedia.
4. Fleksibel

terhadap

perubahan-perubahan,

misalnya

perubahan

spesifikasi proyek.
5. Cukup mendetail untuk dipakai sebagai alat pengukur progress proyek.

Pembuatan Time Schedule sangat mempengaruhi kondisi situasi proyek sehingga


pelaksanaan suatu proyek dapat dikontrol, tidak menyimpang dari ketentuan dan
dapat dipertanggungjawabkan.
9.c Pengendalian Biaya
Yang dimaksud dengan pengendalian biaya proyek adalah semua upaya atau usaha
yang dilakukan oleh seluruh staf proyek (kepala proyek dan staf), agar biaya
pelaksanaan proyek menjadi wajar, murah, dan efisien sesuai dengan rencana atau
hasil evaluasi yang telah dilakukan. Pengendalian biaya pelaksanaan proyek terkait
erat dan sangat dipengaruhi oleh :
1. Pengendalian waktu pelaksanaan proyek (efek dari penambahan biaya
tidak langsung).
2. Pengendalian mutu dan hasil pelaksanaan proyek (efek dari pekerjaan
ulang, finishing, pembongkaran, dan lain-lain yang harus menambah
biaya lagi, yaitu biaya langsung maupun tidak langsung).
3. Pengendalian
bersangkutan,

sistem
manajemen
operasional
proyek
yang kurang baik
atau tidak konsisten

yang
dalam

pelaksanaannya atau penerapannya (efek penambahan biaya karena


inefektivitas dari cara dan sistem kerja serta efisiensi realitas biaya
pekerjaan dari yang seharusnya direncakanan).
Pengendalian biaya dilakukan secara rutin selama pelaksanaan proyek, dan hasilnya
diwujudkan dalam bentuk laporan yang berisikan rincian pemasukan dan
pengeluaran operasional dan non operasional. Sistem pengupahan pada joint
operation dibayar dengan empat macam cara, yaitu sebagai berikut :
1. Upah Bulanan
Upah bulanan yaitu upah yang dibayarkan setiap bulan kepada tenaga kerja tetap
dan tidak tetap. Perbedaannya adalah jika tenaga kerja tetap (staff) selain upah
bulanan tidak akan ada potongan gaji bila tidak masuk kerja dengansuatu alasan.
1. Upah Mingguan
Upah mingguan yaitu upah yang dibayarkan berdasarkan volume pekerjaan yang
dicapai. Hasil pekerjaan diperiksa setiap hari Sabtu. Sistem pembayarannya adalah
kontraktor membayar kepada bos borong/mandor berdasarkan volume pekerjaan
yang telah diselesaikan atau sesuai progress/kemajuan per 15 hari, lalu bos
borong/mandor yang akan mengatur pembayarannya kepada para pekerja.
1. Upah Harian

Upah harian yaitu upah yang diperhitungkan secara harian tergantung pekerjaan
(tukang, K3). Upah harian ini dibayar seminggu sekali yaitu setiap hari
Sabtu.Pembayaran upah dihitung dari jumlah hadir, sedangkan besar atau kecilnya
upah per harinya tergantung keterampilan dan prestasi kerja yang bersangkutan.
1. Upah Lembur
Upah lembur yaitu upah yang dibayarkan untuk kerja diluar jam kerja biasa.Besarnya
disesuaikan dengan perjanjian yang telah disetujui oleh pekerja sebelum kerja
lembur dilaksanakan.
9.d Pengendalian Keselamatan Kerja
K3 sangat penting dalam pelaksanaan suatu proyek. Semakin kecil tingkat
kecelakaan dalam suatu proyek, maka nama baik suatu perusahaan kontraktor akan
semakin baik. Oleh karena itu, di PT. PP (Persero), Tbk ini, K3
sangat diutamakan.Salah satu kegiatannya adalah selalu melakukan pendekatan
psikis kepada para pekerja mengenai pentingnya K3 setiap minggunya. Dengan hal
ini, diharapkan para pekerja menyadari akan dibutuhkannya peralatan K3, karena
tanpa kesadaran dari pekerja, tim safety tidak ada gunanya.
Pada penerapan program K3 pada proyek JLNT Antasari-Blok M terdiri dari beberapa
point utama, yaitu:
1)
2)

SHE Introduction
SHE Talk

yaitu pengarahan K3 kepada pekerja baru

yaitu pengarahan K3 kepada pekerja setiap hari

jumat
3)

Inspeksi

4)
Training K3
tentang K3

:
:

yaitu monitoring pelaksanaan K3 di lapangan


pelatihan kepada pekerja, sub kontraktor

Gambar 3.5 SHE Introduction (kiri), SHE Talk (tengah), Rambu-rambu K3 (kanan)

You might also like