You are on page 1of 7

1

ILUSTRASI KASUS

SURVEY PRIMER
Penilaian Airway, Breathing, Circulation, Disability, dan Exposure
a.
b.
c.
d.
e.

Penilaian jalan napas: airway clear


Penilaian pernapasan: spontan, sianosis (-), otot bantu nafas (-), terlihat nafas teratur
Penilaian sirkulasi: akral hangat
Penilaian disabilitas: kesadaran compos mentis, GCS 15
Penilaian eksposur: tidak tampak adanya jejas maupun tanda-tanda trauma

Evaluasi Masalah
Tatalaksana Awal
Cek tanda vital

SURVEY SEKUNDER
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Alamat
Agama
Suku
Tanggal Periksa

: Ny.RN
: Perempuan
: 47 th
: Jl.Cempaka putih barat RT 08,RW 08 N0 120
: Islam
: Betawi
: 30 Agustus 2016

B. ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan di poli umum puskesmas kecamatan cempaka putih pada tanggal 30
Agustus 2016 . pukul 14.15 WIB
Keluhan utama

Lenting lenting yang terasa gatal disertai pegal pada pinggang sebelah kiri sejak 5 hari

yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli umum Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih dengan keluhan muncul
lenting - lenting bergerombol dengan terdapat cairan jernih di dalamnya makin lama makin
keruh dan kemerahan. Keluhan muncul di pinggang sebelah kiri dan terasa gatal, panas dan
pegal. Lenting lenting tersebut tidak didapatkan di wilayah tubuh yang lain dan makin lama
makin banyak dan melebar. Pasien jarang menggaruk lenting tersebut. Keluhan sudah
dirasakan sejak 5 hari sebelum pemeriksaan. Sebelumnya, pasien mengeluhkan demam,
pusing, dan lidah terasa pahit. Nyeri tulang atau otot disangkal oleh pasien. Keluhan ini
merupakan yang pertama dialami oleh pasien. Pasien pernah menderita cacar air saat usia

pasien anak-anak.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama
Riwayat Pengobatan
Pasien hanya memberikan bedak salicyl
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada yang menderita sakit yang sama

C. STATUS GENERALIS

Kesadaran
Keadaan umum :
Tekanan darah
Nadi
Pernafasan
Suhu

Pemeriksaan Fisik
Kepala
Mata

: Kompos mentis
: Tampak sakit sedang
: 120/80 mmHg
: 90 kali/menit
: 20 kali/menit
: Afebris

: Normocephali, rambut hitam, tidak ada kelainan kulit


: Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, alis mata hitam, tidak

ada madarosis.
Telinga
: Normotia, tidak ada kelainan kulit
Hidung
: Normal, deviasi (-), secret (-), tidak ada kelainan kulit
Mulut
: Bibir tidak kering, carries dentis (+), faring hiperemis (-)
KGB
: Tidak membesar
Thoraks
: Bentuk normal, pergerakan pergerakan simetris
Paru : Suara nafas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/ Jantung : Bunyi jantung 1 dan 2 reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen
: Datar, supel, hepar dan lien tidak teraba membesar, terdapat kelainan
kulit.

Ekstremitas atas
: Akral hangat, tidak terdapat edema, tidak sianosis
Ekstremitas bawah : Akral hangat, tidak terdapat edema, tidak sianosis

Status Dermatologikus
Distribusi
: Unilateral
Lokasi
: Dermatomal pada regio thorakal setinggi thorakal 11-12 kiri
Sifat Lesi
: Multiple, polimorfik dengan ukuran milier bergerombol diatas bagian
kulit yang eritematosa, herpetiformis dengan batas tegas.
Efloresensi
: vesikel dan papula diatas macula eritem.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG ( Tidak dilakukan )


Rencana Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Tzanck untuk menemukan sel datia berinti banyak

E. RESUME
Seorang wanita dewasa berusia 47 tahun, beragama Islam datang untuk berobat ke poli
umum Puskesmas Kecamatan Cempaka putih tanggal 30 Agustus 2016 dengan keluhan muncul
lenting - lenting bergerombol dengan terdapat cairan jernih di dalamnya makin lama makin keruh
dan kemerahan. Keluhan muncul di pinggang sebelah kiri dan terasa gatal, panas dan pegal.

Lenting lenting tersebut tidak didapatkan di wilayah tubuh yang lain dan makin lama makin
banyak dan melebar. Pasien jarang menggaruk lenting tersebut. Keluhan sudah dirasakan sejak 5
hari sebelum pemeriksaan. Sebelumnya, pasien mengeluhkan demam, pusing, dan lidah terasa
pahit. Nyeri tulang atau otot disangkal oleh pasien.
Keluhan ini merupakan yang pertama dialami oleh pasien. Pasien pernah menderita cacar
air saat usia pasien kanak kanak. Riwayat penyakit asma dan alergi disangkal oleh pasien.
Riwayat penyakit yang sama pada keluarga disangkal.
Pada pemeriksaan fisik , status generalis didapatkan dalam batas normal. Pada
pemeriksaan dermatologis didapatkan lesi yang distribusinya unilateral pada regio thorakal
setinggi T11-T12. Lesi multiple dengan ukuran milier bergerombol diatas bagian kulit yang
eritematosa, herpetiformis dengan batas tegas. Efloresensi terdapat vesikel vesikel dan papula
diatas macula eritem.

F. DIAGNOSIS BANDING
1. Herpes Zoster
2. Herpes simpleks
3. Varisella
G. DIAGNOSIS KERJA
Herpes Zoster

H. PENATALAKSANAAN
1. Herpes zoster
Edukasi: mengurangi sementara aktivitas fisik, jangan digaruk walaupun terasa
sedikit gatal, hindari lenting yang pecah, jangan berdekatan dengan anak-anak atau
orang lain yang belum pernah mengalami cacar air sebelumnya. Konsumsi obat harus
teratur, termasuk jam-jamnya, sehingga perlu menggunakan alarm jika diperlukan
untuk membangunkan pasien.
Asiklovir, 5 x 800 mg p.o selama 7 hari
Cetirizine 2 x 10 mg p.o jika gatal
Kontrol kembali ke dokter dalam waktu 7 hari
2. Neuralgia akibat herpes zoster
Asam mefenamat, 3 x 500 mg p.o jika nyeri
3. Topikal
Pemberian bedak Salycil 2 % untuk mencegah vesikel pecah

I.PROGNOSIS
o
o
o

Ad Vitam
Ad Functionam
Ad Sanactionam

: Ad Bonam
: Ad Bonam
: Ad Bonam

I.PEMBAHASAN
Pada kasus ini di diagnosis Herpes zoster berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis. Riwayat
dan gejala klinis herpes zoster ditemukan pada kasus ini. Dari anamnesis didapatkan keluhan rasa gatal
dan nyeri seperti terbakar pada daerah pinggang sebelah kiri sejak 5 hari yang lalu dengan timbulnya
kelainan kulit berupa kulit kemerahan disertai lenting - lenting yang berisi cairan. Dengan riwayat
menderita cacar air saat masih kanak kanak.
Pada gambaran klinis ditemukan pada pinggang kiri ditemukan vesikel dan papula bergerombol
pada dasar eritem tersusun. Gambaran ini sesuai dengan gambaran klinis herpes zoster dimana ditemukan
bentuk yang bermacam-macam (polimorfik) dan bergerombol.
Lesi yang terlihat cukup karakteristik untuk herpes zoster, yang mana timbul gejala kulit yang
unilateral, bersifat dermatomal sesuai dengan persarafan. Lesi yang timbul juga khas berupa vesikel yang
berkelompok, dengan dasar berupa kulit yang eritematosa (kemerahan). Keseluruhan penampakan kulit
maupun gejala subjektif berupa nyeri sangat menyokong ke arah herpes zoster, mengingat penyakit ini
memiliki perjalanan berupa masa tunas 7-12 hari, dengan timbulnya lesi dalam 1 minggu berikutnya,
kemudian masa penyembuhan sendiri selama 1-2 minggu berikutnya. Pada pasien ini, keterlibatan
dermatomal yang terlibat adalah T11 sampai T12.
Pada reaktivasi herpes zoster, perlu ditanyakan gejala prodromal. Gejala prodromal berupa
demam yang di akui oleh pasien, pasien juga mengeluhkan timbulnya nyeri pada pinggang yang terjadi
kurang lebih bersamaan dengan timbulnya lesi pada kulit. Mialgia yang terjadi dapat merupakan gejala
prodromal dari reaktivasi herpes zoster. Gejala prodromal lainnya berupa pusing dan malaise disangkal
oleh pasien.

Pada pasien ini diagnosis bandingnya adalah :

1. Herpes Simpleks
Gejala prodromal dan kelainan klinis sama-sama dijumpai berupa vesikel yang

berkelompok berisi

cairan jernih yang kemudian menjadi seropurulen dapat pecah dan menjadi krusta.Predileksi VHS
tipe II didaerah pinggang kebawah.
2. Varisela
Merupakan penyakit dengan etiologi sama dengan Herpes zoster yaitu virus varisela zoster. Penyakit
ini merupakan penyakit infeksi primer varisela zoster. Apabila terjadi reaktivasi virus tersebut baru
timbul penyakit herpes zoster. Gejala prodromal dan gambaran klinis mirip namun penyebaran
sentrifugal dari badan ke ekstremitas dan muka. Dapat menyerang orang dewasa namun lebih sering
pada anak.
Penatalaksanaan dari herpes zoster pada pasien ini secara umum adalah dengan istirahat yang
cukup, makan makanan bergizi. Sebagai edukasi pasien diingatkan untuk menjaga kebersihan lesi agar
tidak terjadi infeksi sekunder. Edukasi larangan menggaruk karena garukan dapat menyebabkan lesi lebih
sulit untuk sembuh atau terbentuk skar jaringan parut, serta berisiko terjadi infeksi sekunder. Selanjutnya
pasien tetap dianjurkan mandi, mandi dapat meredakan gatal. Untuk mengurangi gatal dapat pula
menggunakan losio kalamin. Untuk menjaga lesi dari kontak dengan pakaian dapat digunakan dressing
yang steril, non-oklusif, dan non-adherent.
Pasien mendapatkan pengobatan sistemik berupa Asiklovir 5x800 mg/hr selama 7 hari dan asam
mefenamat 3x500 mg/hr. Pengobatan lokal yang diperoleh yaitu bedak salisil 2%. Pasien dianjurkan
kontrol 7 hari kemudian setelah obat habis atau jika keluhan bertambah.
Sediaan asiklovir pada umumnya adalah tablet 200 mg dan tablet 400 mg. Pilihan antiviral
lainnya adalah valasiklovir 3 x 1000mg per hari, famsiklovir atau pensiklovir 3 x 250 mg per hari,
ketiganya memiliki waktu paruh lebih panjang dari asiklovir. Obat diberikan terus bila lesi masih tetap
timbul dan dihentikan 2 hari setelah lesi baru tidak timbul lagi.
Untuk pengobatan topikal, pada lesi vesikular dapat diberikan bedak kalamin atau phenol-zinc
untuk pencegahan pecahnya vesikel. Bila vesikel sudah pecah dapat diberikan antibiotik topical untuk
mencegah infeksi sekunder. Bila lesi bersifat erosif dan basah dapat dilakukan kompres terbuka.

Daftar Pustaka

Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit Dan
Kelamin. Edisi kelima. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;

2010
Federal Bureau of Prisons. Management of varicella zoster virus infections
[Internet].

[cited

2013

May

6].

Available

http://www.bop.gov/news/PDFs/varicella.pdf
http://emedicine.medscape.com/article/1132465-overview

from:

You might also like