Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
ERNA SAFITRI PURWANINGTYAS
A 14204060
RINGKASAN
ERNA
SAFITRI
PURWANINGTYAS.
STUDI
GENDER
DALAM
MHP).
Publikasi
berkenaan
keberhasilan
Yayasan
IBEKA
dalam
yang
berkenaan
dengan
gender
dan
pembangunan,
pendekatan
dari adanya perempuan yang akses dan kontrol terhadap kelembagaan pendukung
PLTMH
Mengacu pada Longwe, terlihat bahwa Program PLTMH tampaknya telah
memasuki area pemberdayaan pada tingkat akses terhadap sumberdaya program,
tingkat kontrol serta partisipasi. Dalam konteks pemberdayaan level isu-isu
perempuan, pembangunan PLTMH termasuk pada level negatif.
Beberapa kendala dalam Program PLTMH antara lain, adanya pergantian
operator
PLTMH
karena
kelalaian
dalam
bertugas,
adanya
isu
yang
Oleh:
ERNA SAFITRI PURWANINGTYAS
A 14204060
Skripsi
Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian
pada
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL
STUDI
GENDER
DALAM
PROGRAM
PEMBANGKIT
LISTRIK
MANAPUN
UNTUK TUJUAN
MEMPEROLEH
LEMBAGA LAIN
GELAR AKADEMIK
TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG
BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH
PIHAK
LAIN
KECUALI
SEBAGAI
BAHAN
RUJUKAN
YANG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Wonogiri Propinsi Jawa Tengah pada tanggal 15 Mei
1987, sebagai anak pertama dari pasangan Bapak Widodo dan Ibu Sunarti.
Pada tahun 1995 penulis menamatkan pendidikan dasar di SDN 02
Jatinegara Pagi, Kelurahan Jatinegara, Kecamatan Cakung, kemudian pada tahun
yang sama penulis melanjutkan ke SLTPN 1 Manyaran, Kecamatan Manyaran,
Kabupaten Wonogiri sampai tahun 2001. Pada tahun 2001 penulis melanjutkan
pendidikan di SMUN 1 Wonogiri dan lulus pada tahun 2004.
Pada tahun yang sama penulis di terima menjadi mahasiswa Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada
Fakultas Pertanian, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian dengan program studi
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat.
Selama menempuh kegiatan akademik, penulis pernah aktif sebagai staf
public relation Koran Kampus IPB pada tahun 2008 dan menjadi pimpinan
perusahaan Buletin DGreen Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas
Pertanian pada tahun 2007. Penulis aktif menjadi panitia kegiatan kemahasiswaan,
seperti acara Pekan Olahraga Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi. Penulis
juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Ilmu Penyuluhan pada tahun
2008.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI.................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................
1.1 Latar Belakang .....................................................................................
1.2 Perumusan Masalah .............................................................................
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................
1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................................
1
1
4
6
7
9
9
18
19
23
23
29
29
30
30
31
32
32
33
34
40
40
42
44
9
11
13
15
47
47
47
48
49
51
52
53
53
54
56
57
59
59
61
61
63
64
64
66
67
71
71
73
74
74
75
76
76
76
78
79
81
81
81
81
83
83
83
84
86
88
88
89
89
91
91
93
93
94
95
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
Teks
33
34
35
36
36
37
38
45
48
48
50
51
52
53
55
55
70
Tabel 19. Jumlah dan Persentase Tingkat Akses RML dan RMP
terhadap Tahap Perencanaan Program PLTMH,
Desa Cinta Mekar, Tahun 2008 ........................................................ 88
Tabel 20.Jumlah dan Persentase Tingkat Kontrol RML dan RMP
terhadap Tahap Perencanaan Program PLTMH,
Desa Cinta Mekar, Tahun 2008 ........................................................ 88
Tabel 21.Jumlah dan Persentase Tingkat Akses RML dan RMP
terhadap Tahap Pelaksanaan Program PLTMH Desa Cinta Mekar,
Tahun 2008 ....................................................................................... 90
Tabel 22.Jumlah dan Persentase Tingkat Kontrol RML dan RMP
terhadap Tahap Pelaksanaan Program PLTMH,
Desa Cinta Mekar, Tahun 2008 ........................................................ 91
Tabel 23.Jumlah dan Persentase Tingkat Partisipasi RML dan RMP
terhadap Tahap Pelaksanaan Program PLTMH Desa Cinta Mekar,
Tahun 2008 ....................................................................................... 92
Tabel 24.Jumlah dan Persentase Tingkat Akses RML dan RMP
terhadap Tahap Pemanfaatan Program PLTMH,
Desa Cinta Mekar, Tahun 2008 ........................................................ 93
Tabel 25.Jumlah dan Persentase Tingkat Kontrol RML dan RMP
terhadap Tahap Pemanfatatan Program PLTMH,
Desa Cinta Mekar, Tahun 2008 ........................................................ 94
Tabel 26.Jumlah RML dan RMP Penerima Program PLTMH,
Desa Cinta Mekar, Tahun 2008 ........................................................ 95
Tabel 27.Jumlah dan Persentase Tingkat Manfaat RML dan RMP
terhadap Hasil Program PLTMH, Desa Cinta Mekar, Tahun 2008.. 95
Tabel 28.Tingkat Akses dan Kontrol RML serta RMP
terhadap Program PLTMH Menurut Tingkat Pendidikan
Desa Cinta Mekar, Tahun 2008 ........................................................ 99
Tabel 29.Tingkat Akses dan Kontrol RML serta RMP terhadap Program
PLTMH Menurut Status Bekerja, Desa Cinta Mekar Tahun 2008... 100
Tabel 30.Tingkat Akses dan Kontrol RML serta RMP Terhadap Program
PLTMH Menurut Tingkat Kekayaan, Desa Cinta Mekar
Tahun 2008 ....................................................................................... 101
Tabel 31.Tingkat Akses dan Kontrol RML serta RMP Terhadap
Program PLTMH Menurut Status Rumahtangga,
Desa Cinta Mekar Tahun 2008 ......................................................... 102
Tabel 32.Tingkat Akses dan Kontrol RML dan RMP terhadap Program
PLTMH Menurut Tingkat Partisipasi, Desa Cinta Mekar,
Tahun 2008 ....................................................................................... 104
Tabel 33.Tingkat Manfaat Program PLTMH bagi RML dan RMP
Menurut Tingkat Partisipasi pada Tahap Pelaksanaan Program
PLTMH, Desa Cinta Mekar, Tahun 2008......................................... 105
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
Teks
17
22
41
46
DAFTAR SINGKATAN
5P
ARML
ARMP
BPS
IBEKA
OKM
PLN
PLTMH
PUG
RMKL
RMKP
RPJMN
UNESCAP
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dengan kekayaan alam yang melimpah, Indonesia memiliki potensi energi
yang cukup banyak dan beragam yang dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan
masyarakat luas sebagaimana diamanatkan oleh pasal 33 Undang-Undang Dasar
1945. Dalam upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat, pemanfaatan
sumberdaya energi -termasuk di dalamnya tenaga listrik air- berperan besar dalam
peningkatan perekonomian masyarakat, namun demikian, pemerintah mengakui
belum meratanya pelayanan ketenagalistrikan seperti yang dinyatakan dalam
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun (RPJMN) 2004-2009.
Dikemukakan pula bahwa rasio elektrifikasi nasional pada tahun 1997 baru
mencapai sekitar 50 persen. Pada tahun 1998 pertumbuhan kebutuhan tenaga
listrik mengalami penurunan, namun demikian pada periode 1999-2004
meningkat dengan rata-rata 10,5 persen untuk Jawa Madura dan Bali (Jamali) dan
8,5 persen untuk Luar Jamali. Pertumbuhan dalam kurun waktu tersebut lebih
rendah dari masa sebelum krisis yang rata-rata tumbuh sekitar 12 persen per
tahun. Sejak tahun 1997 sampai dengan tahun 2004 relatif tidak ada penambahan
kapasitas baik pada sistem Jamali maupun sistem Luar Jamali. Hal tersebut
mengakibatkan cadangan listrik yang lebih rendah dari yang seharusnya ada (25
persen).
sarana
dan
prasarana
ketenagalistrikan.
Programnya
kelistrikan
dan
pemberdayaan
ekonomi
masyarakat
desa
yang
1.2
Perumusan Masalah
Sebagaimana dinyatakan Yayasan IBEKA, target sasaran PLTMH adalah
pihak lain, BPS (2005) memiliki kriteria dalam penentuan rumahtangga miskin
berdasar pendekatan kebutuhan dasar. 1 Sehubungan dengan itu, apakah kriteria
lokal tersebut juga mencerminkan kriteria rumahtangga miskin menurut BPS
(2005)? Selain itu, fakta menunjukkan bahwa keluarga miskin di pedesaan
mencakup rumahtangga yang dikepalai laki-laki dan perempuan (BPS, 2005).
Oleh karena itu, apakah target sasaran yang telah ditetapkan oleh IBEKA
mencakup rumahtangga miskin yang dikepalai laki-laki (RML) dan rumahtangga
miskin yang dikepalai perempuan (RMP)?
Menurut Kuntoadji (2007) introduksi Program PLTMH dilandasi
pendekatan community partnership yang dilakukan melalui langkah persiapan
sosial berupa kegiatan sosial kemasyarakatan yang terbagi lagi menjadi tahap
kegiatan persiapan masyarakat (community preparation) dan tahap pembentukan
kapasitas dan kepemilikan. Di lain pihak, Ife (1995) dalam Nasdian (2003)
menyatakan bahwa pengembangan masyarakat akan berkelanjutan jika dilandasi
dua prinsip penting: pemberdayaan dan partisipasi. Sehubungan dengan itu,
apakah pemberdayaan masyarakat melalui program PLTMH itu juga dilandasi
kedua prinsip tersebut? Bagaimanakah prinsip-prinsip tersebut diwujudkan dalam
pelaksanaannya ?
Para ahli gender dan pembangunan memandang penting aplikasi Teknik
Analisis Gender (TAG) untuk menganalisis ada tidaknya ketimpangan
(ketidaksetaraan dan ketidakadilan) gender dalam penyelenggaraan program
Terdapat 10 indikator untuk menentukan rumahtangga itu miskin atau tidak, mencakup: (1) luas
lantai rumah per kapita, (2) jenis lantai rumah, (3) ketersediaan air bersih untuk pemenuhan
kebutuhan dasar, (4) ketersediaan jamban/WC (5) kepemilikan aset, ekonomi dan benda
berharga, (6) total pendapatan rumahtangga per bulan), (7) pengeluaran rumahtangga untuk
makanan, (8) ada tidaknya dan variasi konsumsi lauk pauk dalam menu makan, (9) aspek
sandang, dan (10) kegiatan sosial yang diikuti anggota rumahtangga (BPS, 2005)
1.3
Tujuan Penelitian
Terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh penelitian ini, yakni
untuk:
1. Mengetahui ada tidaknya kesesuaian penetapan kriteria rumahtangga
miskin yang dipakai Yayasan IBEKA dengan kriteria BPS (2005),
serta ketercakupan Rumahtangga Miskin yang dikepalai Laki-laki
1.4
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi kegunaan (manfaat) baik bagi peneliti,
akademisi serta bagi penentu kebijakan dan pemangku kepentingan yang
meminati bidang Gender dan Pembangunan. Secara rinci kegunaan
penelitian tersebut sebagai berikut:
pada
umumnya
dan
khususnya
bagi
pelaksanaan
BAB II
PENDEKATAN TEORITIS
2.1
2.1.1
Tinjauan Pustaka
Pengertian Konsep dan Prinsip Pengembangan Masyarakat
Menurut Conyers (1996) dalam Nasdian (2003) konsep pengembangan
berbentuk sarang atau mulai dari lingkaran kecil hingga lingkaran luar yang besar.
Pengambilan keputusan tersebut dipengaruhi oleh usia, pekerjaan, etnis, orang di
luar komunitas, kemanfaatan serta gender (Uphoff, 1986).
yang
dikemukakan
oleh
lembaga,
ahli
atau
peminat
studi
sosial yang bervariasi lintas budaya, berubah sejalan perjalanan waktu dalam
suatu kebudayaan tertentu dan bersifat relasional, karena feminitas dan
maskulinitas memperoleh maknanya dari fakta dimana masyarakatlah yang
menjadikan mereka berbeda (Wood, 2001). Sehubungan dengan itu, unsur-unsur
kebudayaan yang didalamnya mencakup adat, aturan, dan harapan untuk
berperilaku, menjadi sumber kekuasaan yang mempengaruhi persepsi tentang
gender. Ini berarti gender bukan jenis kelamin. Gender juga bukan perempuan.
Gender dikonstruksikan secara sosial-budaya. Dengan demikian, gender itu
dibentuk, sementara seks itu diberikan (gender must be enacted, while sex is
assigned). Perbedaan gender sesungguhnya tidaklah menjadi masalah sepanjang
tidak melahirkan ketidakadilan gender (gender inequality). Ketidakadilan gender
merupakan sistem dan struktur dimana baik kaum laki-laki dan atau perempuan
menjadi korban dari sistem tersebut (Fakih, 1996).
Moser (1993) dalam Mugniesyah (2004) mengemukakan bahwa dalam
perencanaan pembangunan dapat dibedakan dua tujuan pembangunan yakni
pemenuhan kebutuhan praktis dan strategis gender (practical and strategical
gender needs). Kebutuhan praktis gender mencakup kebutuhan-kebutuhan
perempuan yang diidentifikasi dari peranan perempuan secara sosial dalam
masyarakatnya. Kebutuhan praktis gender tidak menantang pembagian kerja
gender atau posisi subordinasi pembagian kerja perempuan dalam masyarakatnya.
Kebutuhan praktis gender merupakan respon terhadap kepentingan yang bersifat
segera, diidentifikasi sebagai dalam suatu konteks khusus, bersifat praktis dan
sering berkenaan dengan ketidaklayakan kondisi hidup, seperti ketersediaan air,
kesehatan dan ketenagakerjaan. Dengan perkataan lain, pemenuhan kebutuhan
2.1.3
dari bahasa Inggris dari program atau programme) adalah kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan dengan rencana untuk mencapai tujuan. Menurut Raudabough
dalam Mugniesyah (2006) program secara sederhana mencakup 2 komponen
utama, yaitu komponen perencanaan program dan komponen pelaksanaan
derajat
komitmen
kelembagaan/organisasi
penyelenggara
Christine King (n.d.) Gender and rural community development III: tools and frameworks for
gender analysis. Diambil dari www.regional.org.au. Diterjemahkan oleh Siti Sugiah Mugniesyah.
dkk. (1999) dalam King (n.d) terdapat dua alat utama dari Kerangka Longwe,
yaitu Tingkatan Kesetaraan (levels of equality) dan Tingkatan Pengakuan atas
isu-isu perempuan (level of recognition of womens issues).
Tingkatan Kesetaraan dalam Kerangka Pemberdayaan perempuan
digunakan untuk menganalisis tahapan perkembangan pemberdayaan perempuan
dalam
suatu
merupakan
program/proyek
upaya
pemerataan/persamaan
untuk
bagi
pembangunan.
mengatasi
laki-laki
dan
Pemberdayaan
hambatan
perempuan,
guna
perempuan
mencapai
meliputi
lima
proyek pembangunan, namun masih diragukan ada tidaknya dampak positif dan
negatif pada perempuan. Dikategorikan level positif, jika tujuan-tujuan proyek
pembangunan secara positif merespon isu-isu perempuan dan tujuan proyek
diarahkan untuk memperbaiki posisi perempuan relatif terhadap laki-laki.
Gambar 1.Kerangka Pemberdayaan Perempuan Longwe dalam Prasodjo, dkk
(2003)
Kriteria Pembangunan Perempuan
5. Penguasaan
4. Partisipasi aktif
3. Penyadaran
2. Akses
1. Kesejahteraan
Peningkatan
pemerataan
Peningkatan
empowerment
2.1.5
2.2
Kerangka Pemikiran
Secara umum, Studi Gender dalam Program PLTMH Bagi Rumahtangga
Subang, Jawa Barat) ini mengacu kepada beragam konsep, pendekatan, dan teoriteori dalam bidang-bidang gender dan pembangunan, pendekatan pemberdayaan
masyarakat, evaluasi program dan sistem, serta beragam aspek berkenaan
Program PLTMH sebagaimana dirancang oleh Yayasan IBEKA dan PT HIBS.
Sebagaimana diketahui Program PLTMH Desa Cinta Mekar terdiri dari
tiga tahap yakni: perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan hasil program.
Tahap perencanaan terdiri dari kegiatan pencatatan data awal, penetapan tujuan
program,
penetapan
rencana
kerja,
penentuan
prioritas
dan
aktivitas,
PLTMH Desa Cinta Mekar ini meliputi empat variabel utama, yaitu: Tingkat
Akses, Tingkat Kontrol, Tingkat Partisipasi dan Tingkat Manfaat yang diperoleh
anggota Rumahtangga Miskin Laki-laki dan Perempuan (selanjutnya ditulis
sebagai RMKL dan RMKP) dari Program PMLTH. Lebih lanjut, karena studi ini
menelaah tiga tahapan dalam siklus program (perencanaan, pelaksanaan dan
keluaran atau manfaat), maka dua variabel pertama dirinci kembali ke dalam
beberapa variabel, sehingga dalam studi ini variabel tidak bebasnya meliputi
delapan variabel yang meliputi: Tingkat Akses RMKL dan RMKP terhadap
Perencanaan Program PLTMH (Y1), Tingkat Akses RMKL dan RMKP terhadap
Pelaksanaan Program PLTMH (Y2), Tingkat Akses RMKL dan RMKP terhadap
Pemanfaatan Hasil Program PLTMH (Y3), Tingkat Kontrol RMKL dan RMKP
terhadap Perencanaan Program PLTMH (Y4), Tingkat Kontrol RMKL dan
RMKP terhadap Pelaksanaan Program PLTMH (Y5), Tingkat Kontrol RMKL dan
RMKP terhadap Pemanfaatan Hasil Program PLTMH (Y6), Tingkat Partisipasi
RMKL dan RMKP terhadap Pelaksanaan Program PLTMH (Y7), dan Tingkat
Manfaat yang diperoleh RMKL dan RMKP terhadap Hasil Program PLTMH
(Y8).
Variabel-variabel terpengaruh tersebut di atas, diduga dipengaruhi oleh
beberapa variabel pengaruh atau variabel bebas (independent variables) dari
beberapa faktor yang mencakup: karakteristik sumberdaya pribadi dan
rumahtangga, stimulan Program PLMTH, pendampingan dari fasilitator, dan
lingkungan. Pada karakteristik sumberdaya pribadi, dua variabel yang diduga
berpengaruh yaitu: Tingkat Pendidikan Formal (X1) dan Status Bekerja (X2);
sementara pada karakteristik sumberdaya rumahtangga meliputi: Tingkat
Karakteristik
Sumberdaya
Rumahtangga
X3: Tingkat Kekayaan
X4: Status Rumahtangga
X5: Tingkat Kontrol dalam
Rumahtangga
Faktor Lingkungan
X9: Tingkat Dukungan dari Pemerintah
Pendampingan Fasilitator
X7: Frekuensi Kunjungan
Fasilitator
Keterangan:
: Analisis kuantitatif
: Analisis kualitatif
2.3
Hipotesis Penelitian
Hipotesis Kerja:
1) Semakin rendah variabel-variabel pada karakteristik sumberdaya individu
dan sumberdaya RMKL dan RMKP, semakin tinggi akses dan kontrol
mereka terhadap Program PLTMH.
2) Semakin tinggi frekuensi kunjungan fasilitator semakin tinggi akses,
kontrol, partisipasi dan manfaat yang diperoleh RMKL dan RMKP
terhadap Program PLTMH.
3) Semakin tinggi jumlah dana Program PLMTH dan tingkat kesesuaian,
program dengan kebutuhan rumahtangga miskin semakin tinggi akses,
kontrol, partisipasi dan manfaat RMKL dan RMKP terhadap Program
PLTMH.
4) Semakin tinggi akses dan kontrol RMKL dan RMKP terhadap Program
PLTMH, semakin tinggi tingkat partisipasi mereka dalam pelaksanaan
Program PLTMH.
5) Semakin tinggi tingkat partisipasi RMKL dan RMKP dalam pelaksanaan
Program PLTMH semakin tinggi manfaat yang mereka peroleh mereka
dari Program PLMTH.
2.4
Definisi Operasional
Di bawah ini dikemukakan definisi operasional dari semua variabel tidak
bebas dan bebas pada penelitian ini.
1) Tingkat Akses RMKL dan RMKP terhadap Perencanaan Program PLTMH
(Y1) adalah jumlah total skor yang diperoleh RMKL dan RMKP dalam
dibedakan ke dalam tiga kategori: (a) rendah, jika hanya suami sendiri atau
istri sendiri yang berperanserta, (b) sedang, jika suami dan istri keduanya
berperan serta, namun salah seorang diantara mereka dominan, dan (c)
tinggi, jika suami dan istri berperanserta, tanpa adanya dominasi salah
seorang diantara mereka.
6) Tingkat Kontrol RMKL dan RMKP terhadap Pemanfaatan Hasil Program
PLTMH (Y6) adalah peranserta ARMKL/ARMKP dalam pengambilan
keputusan pada setiap kegiatan dalam pemanfaatan hasil Program
PLTMH; dibedakan ke dalam tiga kategori: (a) rendah, jika hanya suami
atau istri yang berperanserta, (b) sedang, jika suami dan istri berperanserta,
namun salah seorang diantara mereka dominan, dan (c) tinggi, jika suami
dan istri berperanserta, tanpa adanya dominasi salah seorang diantara
mereka.
7) Tingkat Partisipasi RMKL dan RMKP dalam Pelaksanaan Program
PLTMH (Y7) adalah peranserta RMKL dan RMKP dalam semua kegiatan
dalam
pelaksanaan
Program
PLTMH,
(berupa
peranserta
dalam
anggota RMKL dan RMKP, dan (c) tinggi, jika yang menikmati program
seluruh atau semua anggota RMKL dan RMKP.
9) Tingkat Pendidikan Formal (X1) adalah lamanya (tahun) pendidikan yang
dinikmati anggota RMKL dan RMKP di bangku sekolah; dibedakan ke
dalam tiga kategori: (a) rendah, jika tidak lulus SD atau tamat SD), (b)
sedang, jika tamat SMP dan SMA), dan (c) tinggi, jika tamat
akademi/perguruan tinggi.
10) Status Bekerja (X2) adalah kondisi bekerja yang dialami individu dalam
hubungannya dengan ada tidaknya dukungan tenaga kerja lainnya,
dibedakan ke dalam: (a) rendah, jika berstatus sebagai pekerja keluarga
atau bekerja tanpa upah, (b) sedang, jika bekerja selaku buruh tidak tetap
atau berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain/pekerja keluarga, dan (c)
tinggi, jika bekerja sebagai karyawan PNS/swasta (dengan gaji tetap)
dan/atau berusaha sendiri dengan bantuan pekerja upahan.
11) Tingkat
Kekayaan
(X3)
adalah
kumulatif
dari
faktor-faktor:
puluh tiga rupiah), dan (c) tinggi, jika jumlah kekayaan diatas
Rp.37.787.383,0 (tiga puluh tujuh juta tujuh ratus delapan puluh tujuh ribu
tiga ratus delapan puluh tiga rupiah).
12) Status Rumahtangga (X4) adalah kondisi rumahtangga miskin berdasarkan
kriteria rumahtangga miskin menurut kriteria lokal yang mencakup ciriciri tidak mempunyai lahan, tidak bermodal, tidak mempunyai pekerjaan
tetap, dan tidak berpendidikan tinggi. Dibedakan ke dalam tiga kategori:
(a) Kategori Miskin I: memiliki semua karakteristik kriteria lokal, (b)
Kategori Miskin II: memiliki kombinasi tiga kriteria rumahtangga miskin
lokal, (c) Kategori Miskin III: memiliki dua karakteristik kriteria
rumahtangga miskin lokal, dan (d) Kategori Miskin IV, jika hanya
memiliki salah satu karakteristik dari kriteria rumahtangga miskin secara
lokal.
Status rumahtangga miskin menurut kriteria BPS 2000/2005 dibedakan ke
dalam: (a) miskin, jika memenuhi lima atau lebih dari variabel kemiskinan
yang berskor satu dan (b) tidak miskin, jika lebih dari lima variabel
kemiskinan yang berskor satu.
13) Tingkat Kontrol dalam Rumahtangga (X5) adalah dominasi anggota
RMKL dan RMKP dalam menentukan kegiatan/penggunaan sumberdaya
dalam rumahtangga, dibedakan ke dalam tiga kategori, yakni: (a) rendah,
jika hanya suami sendiri atau istri sendiri, (b) sedang, jika suami dan istri
tapi suami dominan atau suami dan istri tapi istri dominan, dan (c) tinggi,
jika suami dan istri setara.
musyawarah program, dan (c) tinggi, jika aparat desa lebih dari sekali
menghadiri rapat atau musyawarah program.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Strategi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi hasil (sumatif) dengan
3.2
Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian ini dipilih secara
sengaja (purposive). Dengan pertimbangan bahwa di lokasi ini terdapat program
pembangunan PLTMH yang dilaksanakan pada periode 2004-2008 dan
dinyatakan Yayasan IBEKA sebagai proyek percontohan (pilot project)
pembangunan PLTMH. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu pada
bulan Mei sampai dengan Juni 2008. Adapun jadwal penelitian dapat dilihat pada
Lampiran 3.
3.3
Desa Cinta Mekar. Adapun populasi sasaran pada penelitian ini adalah seluruh
rumahtangga miskin penerima program PLTMH.yang berdomisili di Kampung
Tangkil yang berada di wilayah Dusun II, Desa Cinta Mekar. Total populasi
sampel terdiri atas 100 rumahtangga, khususnya yang berdomisili di RT 05
sampai dengan RT 08. Responden pada rumahtangga miskin pada RMKL adalah
suami dan isteri, sementara pada RMKP hanya isterinya saja, karena mereka
terdiri atas janda mati dan cerai. Responden pada koperasi Mekarsari terdiri atas
sekretaris koperasi, adapun untuk mengetahui operasional PLTMH respondennya
terdiri dari operator, andir dan penjaga taman. Adapun informan terdiri atas
pengurus koperasi lainnya (tiga orang), fasilitator (seorang), serta aparat
pemerintahan desa (dua orang).
3.4
BAB IV
PROFIL DESA CINTA MEKAR
4.1
4.2
Luas (Ha)
Persentase (%)
117,00
68,37
34,55
Lahan kering
10,00
Pemukiman
3,00
Kuburan
3,00
Pekarangan
2,00
Prasarana umum lainnya
1,50
Taman
0,07
Perkantoran
171,12
Total
Sumber: Laporan Pendataan Profil Desa Cinta Mekar Tahun 2007
20,19
5,84
1,75
1,75
1,16
0,87
0,04
100,00
Seperti terlihat pada Tabel 1, lebih dari dua pertiga wilayah Desa Cinta
Mekar merupakan areal persawahan. Setengah wilayah persawahan di desa ini
tergolong sawah beririgasi teknis yang memanfaatkan air dari Sungai Ciasem.
Rata-rata luas lahan pertanian yang diusahakan oleh warga Desa Cinta Mekar
sekitar kurang dari satu hektar per rumahtangga. Sebagian besar warga petani di
Desa Cinta Mekar membudidayakan padi sawah. Selain itu, mereka juga
berbudidaya talas, padi ladang (tumpangsari) dan ubijalar. Terdapat beberapa
komoditi buah-buahan yang dibudidayakan oleh warga desa ini, diantaranya
pisang, rambutan, pepaya, kokosan (sejenis duku) dan nangka.
Peruntukan lahan terluas kedua di Desa Cinta Mekar yaitu sebagai lahan
kering. Warga Desa Cinta Mekar tidak membudidayakan komoditas perkebunan
besar seperti teh, kelapa, kelapa sawit, cengkeh karet dan sebagainya, melainkan
berupa tanaman buah-buahan yang dibudayakan di areal kebun dekat rumah.
Wilayah pemukiman menempati peruntukkan lahan terluas ketiga di desa Cinta
Mekar. Namun demikian, pemukiman penduduk terkonsentrasi pada wilayahwilayah tertentu yang dipisahkan oleh areal persawahan serta jalan desa. Pada
rumahtangga yang memiliki lahan pekarangan, ada mereka yang beternak ayam
kampung, domba dan kerbau, meskipun jumlahnya sedikir. Namun demikian, di
desa ini juga dijumpai lahan yang menjadi sarana budidaya ayam ras secara
komersil untuk memproduksi telurnya. Mengingat desa ini tergolong desa lahan
kering, di desa ini tidak dijumpai adanya warga yang berusaha di sektor
perikanan. Sebagaimana terlihat pada Tabel 1, peruntukkan lahan yang
mempunyai persentase yang tidak terlalu besar digunakan untuk kuburan,
pekarangan, perkantoran dan lain-lain.
4.3
tercatat sebanyak 2.313 jiwa. Dengan total Kepala Keluarga (KK) sebanyak 688
KK, kepadatan penduduk di desa ini sebesar 13,52 jiwa per hektar. Seperti terlihat
pada Tabel 2, jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki sedikit lebih tinggi
dibandingkan dengan penduduk perempuan (0,82 persen).
Tabel 2. Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Desa Cinta
Mekar, Tahun 2007
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
Laki-laki
Jenis Kelamin
1166
50,41
Perempuan
1147
49,59
Total
2313
Sumber: Laporan Pendataan Profil Desa Cinta Mekar Tahun 2007
100,00
Laki-laki
Jumlah
%
(jiwa)
73
6,26
Perempuan
Jumlah
%
(jiwa)
79
Total
Jumlah
(jiwa)
6,89
152
6,57
59
99
8,49
95
8,28
10 14
99
8,49
82
7,15
15 19
83
7,12
91
7,93
20 24
86
7,38
86
7,50
25 29
91
7,80
82
7,15
30 34
93
7,98
83
7,24
35 39
65
5,57
71
6,19
40 45
84
7,20
94
8,20
46 49
84
7,20
98
8,54
50 54
98
8,40
86
7,50
55 59
78
6,69
80
6,97
60 64
41
3,52
35
3,05
65 69
38
3,26
35
3,05
70
54
4,63
50
4,36
Sumber: Laporan Pendataan Profil Desa Cinta Mekar Tahun 2007
194
181
174
172
173
176
136
178
182
184
158
76
73
104
8,39
7,83
7,52
7,44
7,48
7,61
5,88
7,70
7,87
7,96
6,83
3,29
3,16
4,50
antara 15-19 tahun hingga 50-54 tahun (59,46 persen) Adapun mereka yang
tergolong di bawah lima tahun hingga 14 tahun sebesar 22,79 persen Kemudian
bila dibandingkan dengan kelompok umur muda, yaitu antara 0-4 tahun hingga
10-14 tahun. Yang menarik, untuk kelompok umur tua (manula, 60 tahun ke atas)
sebagaimana terlihat pada Tabel 3, menunjukkan persentase yang lebih rendah
dari RMKL sebesar sekitar satu persen
Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa hampir semua rumahtangga di Desa
Cinta Mekar adalah rumahtangga yang dikepalai oleh laki-laki, dan sisanya adalah
rumahtangga yang dikepalai oleh perempuan.
Tabel 4. Jumlah dan Persentase Kepala Keluarga (KK) Menurut Jenis Kelamin
Kepala Keluarganya, Desa Cinta Mekar, Tahun 2007
Jenis Kelamin KK
Laki-laki
Perempuan
Jumlah (KK)
Persentase (%)
662
96,22
26
3,78
Total
688
Sumber: Laporan Pendataan Profil Desa Cinta Mekar Tahun 2007
100,00
Jumlah (Rumahtangga)
Persentase (%)
217
31,54
452
65,70
1,16
1,45
0,15
100,00
Laki-laki
Jumlah
%
(jiwa)
Perempuan
Jumlah
%
(jiwa)
Total
Jumlah
(jiwa)
SD
280
44,23
260
43,33
540
43,79
SMP
215
33,97
216
36,00
431
34,95
240
12
10
1233
19,46
0,97
0,83
100,00
SMA
120
18,96
120
20,00
Diploma
11
1,73
1
0,17
Strata 1
7
1,11
3
0,50
Total
633
100,00
600
100,00
Sumber: Laporan Pendataan Profil Desa Cinta Mekar Tahun 2007
jauhnya lokasi gedung SLTP dan SMA, yakni berjarak sekitar 10 kilometer dari
Desa Cinta Mekar. Selain itu, juga karena masih relatif banyaknya rumahtangga
miskin di desa ini. Untuk diketahui, biaya transportasi ke sekolah (pulang-pergi)
kalau menggunakan mobil umum sebesar Rp.4.000,0 (empat ribu rupiah),
sebelum harga BBM naik sebesar Rp.3.000,0 (tiga ribu rupiah) setiap harinya,
sementara jika memanfaatkan jasa tukang ojek sebesar Rp.6.000,0 (enam ribu
rupiah) yang sebelumnya hanya Rp.4.000,0 (empat ribu rupiah).
Data penduduk Desa Cinta Mekar menurut jenis mata pencaharian mereka
disajikan pada Tabel 7 di bawah ini.
Tabel 7. Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan, Desa Cinta
Mekar, Tahun 2007
Mata Pencaharian
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
702
30,35
Pedagang
25
1,08
Pegawai Negeri
11
0,48
0,17
Petani
TNI/POLRI
Pensiunan TNI/POLRI
8
Buruh/karyawan pabrik
30
Pengrajin/Industri Kecil
55
Tukang Bangunan
30
Supir Angkutan (Mobil)
30
Buruh Tani
687
Pengangguran
731
Total
2.313
Sumber: Laporan Pendataan Profil Desa Cinta Mekar Tahun 2007
0,35
1,30
2,38
1,30
1,30
29,70
31,60
100,00
BAB V
PROFIL KELEMBAGAAN PROGRAM PLTMH DESA CINTA MEKAR
5.1
lembaga non-pemerintah atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) (nongovernment organization) yang bergerak di bidang ekonomi dan permasalahan
energi di pedesaan. Aktivitas utamanya adalah menerapkan elektrifikasi pedesaan
dengan menggunakan energi terbaharui, membangun infrastruktur untuk tujuan
pengembangan desa, riset atas sumber energi yang dapat diperbaharui,
pengembangan dan pelatihan program PLTMH serta menciptakan kegiatan
ekonomi di pedesaan. Salah satu instrumen untuk mencapai tujuan tersebut adalah
penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) / ( Micro Hydro
Power Plant or MHP) (Profil Yayasan IBEKA, 2004).
Secara hukum, Yayasan IBEKA didirikan pada 18 Maret 1993 dengan
akta notaris No.120, oleh Wiratni Ahmadi, SH. Kantor Yayasan IBEKA terletak
di Kampung Panaruban RT 023/05 Desa Cicadas Kecamatan Sagalaherang
Kabupaten Subang Jawa Barat dan Jl. Sulaiman No. 7A1,RT 02/03, Kelurahan
Sukabumi Utara, Jakarta Barat. Struktur organisasi IBEKA dapat dilihat pada
Gambar 4. Kegiatan yang telah dilaksanakan oleh IBEKA antara lain berupa
program membersihkan persediaan air mulai pada tahun 1999, dan proyek energi
alternatif lainnya. Sejak itu, lebih dari 40 sumber daya pembangkit listrik
(PLTMH) menyebar di berbagai provinsi, antara lain Aceh, Sumatera Barat,
Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Sumatera Selatan, dan Jawa Barat.
Executive Director
Tri Mumpuni Iskandar
Managing
Director
S t N
h
Environmental
Division
Adi Laksono
Finance Division
Yety Sovi Rahayu
Project and
Planning Division
Dede Cahyadi
Social Division
Guruh Aryo
Programme Oficer
Yety Sovi Rahayu
Environmenta
l Division
Sumpena
Finance
Division
Isti
Kristianto
Engineering and
Construction
Haris Y D
Bayu Megantara K
Cristianus Legowan
Social
Division
Aman
Programme
Division
Aan
Suparmin
Soleh
Kementerian Energi dari 11 provinsi di Indonesia, dua kali untuk peserta dari
India, Pakistan, Sri Lanka dan Nepal dan dua kali untuk LSM Indonesia, serta staf
pemerintah lokal dari lima provinsi. Peran IBEKA dan keterlibatannya dalam
proyek PLMTH berstatus sebagai pengembang, pelatih (trainer) pada pelatihan
PLTMH, panitia pelaksana pada seminar PLTMH dan perencana pengembangan
komunitas. Dalam merealisir Program PLMTH, yayasan ini mengalokasikan dana
sekitar 10.000 sampai dengan 655.000 dolar Amerika Dana yang dialokasikan
Yayasan IBEKA tersebut diperoleh dari beragam sumber, antara lain dari:
Pemerintah Jepang, Japan International Cooperation Agency (JICA), dan Tokyo
Electric Power Company. Pendapatan Yayasan IBEKA selama tiga tahun terakhir
berjumlah rata-rata 150.000 US$ (seratus lima puluh ribu dolar Amerika) per
tahun. Kegiatan yang dilakukan oleh IBEKA tidak hanya pada bidang teknis atau
mekanikal saja, melainkan juga di bidang sosial, seperti peningkatan usaha
produktif masyarakat melalui pembuatan gula aren.
5.2
HIBS) terbentuk pada tanggal 29 November 2005, sesuai Akta Notaris Galuh
Candrarini, SH dengan nomor C-31366 HT 01 01 TH 2006. Badan usaha ini
berkedudukan di Kampung Panaruban Desa Cicadas Kecamatan Sagalaherang,
Kabupaten Subang, Jawa Barat. Tujuan pembentukan PT HIBS adalah berusaha
dalam bidang jasa, perdagangan, percetakan dan transportasi.
Kegiatan usaha yang dilakukan badan usaha ini secara umum antara lain
meliputi:
13) Menjalankan
usaha-usaha
dalam
bidang
perdagangan,
termasuk
perdagangan ekspor dan impor antar pulau dan lokal, serta antar negara.
14) Menjalankan usaha-usaha dalam bidang kontraktor umum untuk segala
macam dan segala jenis komoditi, terutama bangunan, gedung, jembatanjembatan, jalan-jalan, bandara, dermaga, instalasi air dan listrik,
telekomunikasi, konstruksi besi dan baja, dan irigasi serta pekerjaanpekerjaan sipil lainnya dan bertindak sebagai pengembang.
Kegiatan PT HIBS pada awalnya ialah membina bengkel-bengkel kecil
untuk dapat mengeksploitasi kemampuan dan keahlian mereka. Kemudian
berkembang ke kegiatan pengembangan teknologi mesin untuk produksi seperti
penghasil gula dan pembuat singkong goreng. Hasilnya dijual ke luar negeri
sesuai dengan standar barang yang diminta pemesan. Kegiatannya lebih kearah
pengemasan dan pengawasan mutu. PT HIBS juga pernah mengekspor turbin ke
luar negeri.
Kepengurusan PT HIBS terdiri dari:
Direktur
: Iskandar B Kuntoadji
Komisaris I
: Tri Mumpuni
5.3
Koperasi Mekarsari
Pada bulan Mei 2003, Yayasan IBEKA mengadakan sosialisasi rencana
Tabel 8.Program Kegiatan Koperasi Mekarsari, Desa Cinta Mekar, Tahun 2003
Prioritas
Program
Persentase
II
Pendidikan
8,00
III
Modal Usaha
8,00
IV
Kesehatan
V
Infrastruktur
VI
Operasional Koperasi
VII
Operasional Desa
Sumber: Publikasi Profil Koperasi Mekarsari Tahun 2003
62,50
4,00
5,00
10,00
2,50
Ketua
Endang S
Badan Pengawas
(BP)
Sekretaris
Asep Kusnanto
Bidang
Pendidikan
Ade Saodi
Bendahara
Entin Sutini
Bidang
Kesehatan
Bidan
Desa
Bidang Modal
Usaha/SP
Yuyun
Yunengsih
Bidang Infrastruktur
Para Kepala
Dusun
Bidang
Urusan
Listrik
A. Wawan
BAB VI
PROFIL RUMAHTANGGA PADA KOMUNITAS KAMPUNG TANGKIL
DI DESA CINTA MEKAR
Bab ini mendeskripsikan profil rumahtangga miskin hasil survei yang
dilakukan di Kampung Tangkil yang berada di Dusun II, khususnya di empat RT,
dari RT 05 sampai dengan RT 08. Profil rumahtangga miskin ini mencakup
karakteristik sumberdaya individu dan rumahtangga. Karakteristik individu
meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan status
bekerja, sementara karakteristik rumahtangganya meliputi tingkat kekayaan,
status kategori rumahtangga, dan pola pengambilan keputusan. Sebagaimana
dikemukakan sebelumnya, jumlah rumahtangga yang dicacah meliputi 100
rumahtangga, dengan jumlah anggota rumahtangga sebanyak 354 orang.
6.1
6.1.1
Karakteristik Individu
Jenis Kelamin
Dari 100 rumahtangga penerima program PLTMH, terdapat 89
RMKP
Total
Jenis Kelamin
Laki-laki
165
50,30
17
65,38
182
51,41
Perempuan
Total
163
328
49,70
100,00
9
26
34,62
100,00
172
354
48,59
100,00
Dari 100 rumahtangga miskin contoh atau dari total rumahtangga miskin
contoh, terdapat 354 anggota rumahtangga. Dengan perkataan lain, rata-rata
anggota per rumahtangga sebesar 3.54 atau lebih kecil dari empat. Diduga
sebagian besar rumahtangga di Dusun Tangkil telah mengikuti Program Keluarga
Berencana (KB). Dapat dilihat pada Tabel 9 bahwa mayoritas RMKL dan RMKP
mempunyai anggota rumahtangga laki-laki lebih banyak jika dibandingkan
dengan anggota rumahtangga perempuan.
6.1.2 Umur
Tabel 10 menyajikan data kondisi rumahtangga miskin menurut kelompok
umur.
Tabel 10. Jumlah dan Persentase Rumahtangga Miskin Menurut Kelompok
Umur dan Jenis Kelamin Kepala dan Anggota Rumahtangga,
Kampung Tangkil, Tahun 2008
RMKL
Lakilaki
RMKP
Lakilaki
Total
Lakilaki
Perempuan
Kelompok
Umur
(Tahun)
14
47
28,48
54
32,73
57,14
17,65
29,65
31,31
15 - 64
98
59,39
97
58,79
42,86
52,94
58,72
58,42
65
20
12,12
14
8,48
0,00
29,41
11,63
10,45
165 100,00
165
100,00 7
100,00
17 100,00
100,00
100,00
Total
Perempuan
Perempuan
6.1.3
Tingkat Pendidikan
Seperti kondisi masyarakat pedesaan pada umumnya yang kurang akses
pada pendidikan, warga Desa Cinta Mekar mayoritas diantaranya hanya lulusan
Sekolah Dasar (SD). Kecenderungan yang sama juga dijumpai pada kedua
* Rumus untuk menghitung depedency ratio = Jumlah penduduk umur 0 14 tahun
dan 65 tahun ke atas
Jumlah penduduk umur 15 64 tahun
Tingkat Pendidikan
RMKP
Laki-laki
Perempuan
Total
LakiPeremlaki
puan
Laki-laki
Perempuan
n
10
%
n
6,06 0
%
0,00
n
6
%
35,29
%
0,58
%
8,79
Tidak Sekolah
%
0,61
Belum Sekolah
19
11,52
19
11,52 1
14,29
5,88
11,63
10,99
Bersekolah di SD
17
10,30
26
15,76 3
42,86
5,88
11,63
14,84
Bersekolah di SMP
5,45
11
6,67 0
0,00
5,88
5,23
6,59
Bersekolah di SMA
0,00
1,21 0
0,00
0,00
0,00
1,10
Tamat SD
76
46,06
70
42,42 1
14,29
29,42
44,77
41,21
Tamat SMP
28
16,97
18
10,91 1
14,29
17,65
16,86
11,54
Tamat SMA
Tamat Akademi/
Universitas
14
8,48
4,85 0
0,00
0,00
8,14
4,40
0,61
0,61 1
14,29
0,00
1,16
0,55
100,00
100,00
165 100,00
Total
6.1.4
Jenis Pekerjaan
Pada Tabel 12 disajikan data mengenai kondisi rumahtangga berdasarkan
jenis pekerjaannya.
Tabel 12. Jumlah dan Persentase Rumahtangga Miskin Menurut Jenis Pekerjaan,
Jenis Kelamin Kepala dan Anggota Rumahtangga, Kampung Tangkil,
Tahun 2008
RMKL
RMKP
Total
Laki- Peremlaki
puan
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
55
33,33
41
3,03
28,57
10
29,41
33,13
28,02
0,61
0,00
0,00
0,00
0,58
2,75
Petani Pemilik
Petani Penggarap
11
12
6,67
7,27
6
0
3,64
0,00
0
0
0,00
0,00
0
0
0,00
0,00
6,40
6,98
3,30
0,00
Buruh Tani
39
23,64
19
11,52
0,00
5,88
22,67
10,99
Pedagang
4,85
4,24
0,00
5,88
4,65
4,40
Warung
0,00
1,82
0,00
11,76
0,00
2,75
28
16,96
0,00
71,43
0,00
19,18
0,00
Tukang Ojek
5,45
0,00
0,00
0,00
5,23
0,00
Supir
Ibu rumahtangga
2
0
1,21
0,00
0
89
0,00
53,94
0
0
0,00
0,00
0
3
0,00
17,65
1,16
0,00
0,00
50,54
100,00
Jenis Pekerjaan
Tidak Bekerja
PNS/ABRI
Kuli Bangunan
Total
Persentase terbesar kedua pada ARTL dalam RMKL ialah buruh tani,. Hal
ini berkaitan dengan kepemilikan lahan atau sawah untuk diolah. Pada Kampung
Tangkil hanya beberapa orang yang mempunyai lahan atau sawah pertanian, itu
pun letaknya agak jauh dari kampung. Kondisi tersebut dimanfaatkan oleh
anggota rumahtangga yang ingin bekerja menjadi buruh tani, dengan rata-rata
upah harian Rp.25.000,0 (dua puluh lima ribu rupiah) tanpa makan. Pekerjaan
sebagian buruh tani ini berumur 30 tahun ke atas. Penduduk yang berusia muda
kurang meminati pekerjaan ini, mereka lebih suka menghabiskan waktu untuk
berkumpul dan main bersama teman-teman sebayanya.
6.1.5
Status Bekerja
Berdasarkan Tabel 13, RMKL dan RMKP, baik ARTL dan ARTP,
n
43
36
10
89
RMKL
%
48,31
40,45
11,24
100,00
RMKP
n
%
8
72,73
3
27,27
0
0,00
11
100,00
Total
n
51
39
10
100
%
51,00
39,00
10,00
100,00
Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 13, baik pada RMKL dan RMKP
termasuk kategori status pekerjaan rendah (pekerja keluarga tanpa upah). Pada
RMKP mayoritas ARTL berstatus buruh atau karyawan, sedangkan ARTP
mayoritas berstatus sebagai pekerja keluarga. Status karyawan/buruh adalah
mereka yang bekerja sebagai buruh tani, PNS, dan kuli bangunan. Mereka yang
bekerja serabutan dan tidak tetap waktunya kategorikan sebagai buruh tani/non
tani atau keduanya; dan status bekerjanya sebagai karyawan atau buruh.
6.2
6.2.1
Karakteristik Rumahtangga
Tingkat Kekayaan
Tingkat kekayaan pada rumahtangga miskin dihitung berdasarkan nilai
n
51
26
11
89
RMKL
%
57,95
29,54
12,51
100,00
n
11
0
0
11
RMKP
%
100,00
0,00
0,00
100,00
Total
n
62
26
11
100
%
62,00
26,00
11,00
100,00
Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa tingkat kekayaan mayoritas RMKL dan
RMKP termasuk kategori rendah. Seluruh RMKP termasuk golongan rendah.
Kondisi rumah pada rumahtangga miskin penerima Program PLTMH sebagian
besar berkeramik dan bertembok.
Meskipun sebagian besar tingkat kekayaan mereka tergolong rendah,
diketahui bahwa dari 100 KK rumahtangga miskin di Dusun Tangkil, sebagian
besar rumah mereka berstatus milik sendiri, berupa bangunan rumah tunggal,
berdinding tembok, berlantai keramik dan beratap dari genting. Yang menarik,
hampir semua rumahtangga miskin ini ternyata memiliki barang-barang elektronik
seperti televisi, Video Compact Disc (VCD) , kursi tamu dan lemari pajangan3. 3 .
Dengan demikian, meskipun secara umum tergolong miskin, namun tampaknya
gaya hidup mereka menyamai mereka yang tidak tergolong miskin. Selain sebagai
media hiburan bagi semua anggota rumahtangga, tampaknya kepemilikan barangbarang elektronik dan rumah berlantai keramik tersebut juga dimungkinkan
karena adanya persaingan gengsi antar rumahtangga miskin.
Adanya kenyataan dimana sebagian besar jenis pekerjaan anggota
rumahtangga miskin bekerja sebagai buruh tani dan non-tani (serabutan) hanya 38
persen yang memiliki lahan dengan luas rata-rata 84,84 bata atau sekitar 350 m2 4.
4
Lahan tersebut sebagian besar milik sendiri dan diperoleh melalui warisan dan
6.2.2
miskin dalam studi ini menggunakan indikator yang ditetapkan BPS (Lampiran 3)
dan ukuran lokal (Yayasan IBEKA). Tabel 15 menyajikan data status
rumahtangga menggunakan indikator BPS pada kedua kategori rumahtangga,
3
Harga perhiasan rata-rata yang dimiliki anggota rumahtangga miskin sebesar Rp. 250.000,0.
Harga rata-rata untuk barang elektronik, televisi: Rp.500.000,0 VCD: Rp. 300.000,0 kursi tamu:
Rp.175.000,0 lemari pajangan: Rp.100.000,0. Untuk harga kendaraan bermotor berkisar antara
Rp.7.000.000,0 hingga Rp.10.500.000,0.
4
Untuk masyarakat Desa Cinta Mekar, 1 bata setara dengan 14 m2 dengan harga perbata rata-rata
Rp.500.000,0 sementara itu, harga tanah permeter persegi rata-rata Rp.50.000,0 harga bangunan
rumah rata-rata antara Rp.1.000.000,0 hingga Rp.3.000.000,0.
5
Harga hewan ternak (rata-rata) berukuran sedang, kambing: Rp 500.000,0/ekor;
domba:Rp 500.000,0/ekor; bebek: Rp.20.000,0/ekor; ayam: Rp.15.000,0/ekor;.
RMKL dan RMKP. Seperti terlihat pada Tabel 15, mayoritas kedua kategori
rumahtangga tergolong rumahtangga miskin menurut kriteria BPS. Meskipun
jumlah RMKP yang tergolong bukan miskin lebih rendah dibanding RMKL,
namun persentase RMKP yang tergolong bukan miskin menurut kriteria BPS
tersebut lebih tinggi dibanding RMKL (sekitar 30 persen).
Tabel 15. Jumlah dan Persentase Status Rumahtangga Miskin Menurut Kategori
Kepala Rumahtangga, Kampung Tangkil, Tahun 2008
RMKL
RKMP
Total
Miskin
84
94,38
63,64
91,00
Tidak Miskin
5,62
36,36
9,00
Total
89
100,00
11
100,00
100,00
RMKP
Total
Miskin I
53
59,55
10
90,91
63
63,00
Miskin II
35
39,33
9,09
36
36,00
Miskin IV
1,12
0,00
1,00
Total
89
100,00
11
100,00
100
100,00
Berdasar data pada Tabel 15 dan Tabel 16, diketahui bahwa meskipun
mayoritas rumahtangga di Kampung Tangkil tergolong miskin, ternyata dengan
menggunakan ukuran lokal status rumahtangga miskin juga bersifat lebih
terdiferensiasi. Hal ini dimungkinkan karena dimensi yang diukur melalui ukuran
lokal lebih bersifat kualitatif, sementara pada indikator BPS cenderung kuantitatif.
Namun demikian, setidaknya indikator lokal pun tidak terlalu menyimpang dari
indikator BPS. Ini berarti penetapan partisipan program PLMTH telah memenuhi
kriteria baik indikator lokal maupun BPS.
6.2.3
RMKP
Total
Rendah
11
12,36
11
100
22
22
Sedang
43
48,31
43
43
Tinggi
35
39,33
35
35
Total
89
100
11
100
100
100
sedang dan tinggi tersebut hanya dijumpai pada RMKL. Hal ini dimungkinkan
karena
pada RMKL
program cenderung melibatkan kedua pihak, suami dan isteri; karena masyarakat
di Kampung Tangkil, Desa Cinta Mekar adalah masyarakat Sunda yang sistim
kekerabatannya tergolong bilateral. Adapun pada RMKP, tingkat kontrol
tergolong rendah karena semua kepala rumahtangga berstatus janda, dan tidak
memiliki anggota rumahtangga laki-laki yang tergolong dewasa yang dapat
dimintai kepala rumahtangga dalam proses pengambilan keputusan.
6.3
Kesimpulan
Pada 100 rumahtangga penerima program PLTMH yang disurvei,
mayoritas tergolong RMKL (89 persen), dimana jumlah ARTP lebih tinggi
sebesar 77 persen dibanding ARTL. Berdasar kelompok umurnya, sebagian besar
ART tergolong kelompok umur produktif dengan rasio ketergantungan individu
kurang dari satu. Mayoritas rumahtangga sampel tergolong miskin, baik itu
menurut indikator BPS maupun lokal, meskipun menurut kriteria lokal ada sedikit
diferensiasi. Fakta dimana sebagian besar rumahtangga tergolong miskin baik itu
menurut indikator lokal maupun BPS bersamaan dengan ketiadaan gedung
sekolah lanjutan (SLTP dan SMA) di desa Cinta Mekar, menyebabkan ART pada
kedua kategori rumahtangga (RMKL dan RMKP) memiliki akses yang rendah
terhadap pendidikan karena mayoritas berpendidikan tamat SD. Namun demikian,
terdapat kecenderungan dimana persentase ARTP dan ARTL pada RMKL lebih
akses terhadap pendidikan lanjutan dan tinggi daripada mereka yang tergolong
RMKP.
Sebagian besar ARTL dan ARTP pada RMKL bekerja sebagai buruh
serabutan atau buruh tidak tetap dan pengangguran, sedang pada RMKP tergolong
tidak bekerja karena berstatus sebagai ibu rumahtangga dengan ARTP yang belum
sekolah. Menurut status pekerjaannya, ART pada kedua kategori rumahtangga
miskin lebih banyak berstatus pekerja keluarga, karena terdiri dari ibu
rumahtangga, anak-anak, pengangguran, pelajar dan lanjut usia. Adanya
kecenderungan persaingan dalam hal gengsi antar rumahtangga, tingkat
kekayaan rumahtangga sampel di desa ini hampir homogen, khususnya dalam hal
kepemilikan barang-barang berharga. Yang menarik adalah bahwa karena
penduduk desa terdiri dari etnik Sunda yang bersistim kekerabatan bilateral,
terdapat kecenderungan bahwa pola pengambilan keputusan dalam rumahtangga
tergolong lebih setara karena melibatkan suami dan isteri baik setara maupun
salah seorang diantaranya dominan. Sebaliknya, pada RMKP perempuan baik itu
sebagai isteri maupun anak, dominan dalam pengambilan keputusan dalam
rumahtangga mereka.
BAB VII
PENYELENGGARAAN PROGRAM PLTMH DESA CINTA MEKAR
Pada bab ini akan diuraikan proses pembangunan PLTMH yang terdiri
dari beberapa tahapan. Dimulai dengan latar belakang adanya program PLTMH,
aspek-aspek
yang
menyertai
konsep
pembangunan
PLTMH,
kemudian
7.1
(resources),
sehingga
hasil
pembangunan
seharusnya
menguntungkan kedua belah pihak. Selanjutnya, pada tahun 2002 konsep tersebut
berubah nama menjadi public private partnership. Konsep tersebut diusulkan Tri
Mumpuni (Yayasan IBEKA) ke forum internasional dalam bentuk program
PLTMH dan mendapat perhatian dari UNESCAP Usulan Tri Mumpuni
meyakinkan UNESCAP, sehingga lembaga PBB tersebut bersedia menghibahkan
dana sebesar U$ 75.000 untuk aplikasi PLTMH yang dikembangkan melalui
konsep kemitraan swasta untuk masyarakat miskin. Berdasar prinsip 5P tersebut
terciptalah
suatu
model
pengelolaan
bersama
PLTMH
yang
saling
7.2
Perencanaaan Program
7.2.1 Persiapan Masyarakat
Setelah matang pada tahap konseptual, program PLTMH dipandang telah
siap untuk diterapkan di lapangan. Kegiatan ini diawali dengan forum pertemuan
antara pihak Yayasan IBEKA dan PT HIBS dengan masyarakat desa Cinta Mekar,
yang dimaksudkan sebagai tahap sosialisasi awal untuk menginformasikan adanya
program PLTMH yang akan dibangun di desa tersebut.
Dalam pertemuan tersebut Yayasan IBEKA mengundang tokoh-tokoh
masyarakat sebagai perwakilan dari setiap dusun yang ada di Desa Cinta Mekar.
Menurut informan, karena mayoritas mereka berstatus pemimpin formal (kepala
desa, kepala dusun, tokoh karang taruna), tokoh agama, serta guru, karenanya
mayoritas undangan berjenis kelamin laki-laki. Namun demikian, terdapat seorang
perempuan (Ibu Mrd) yang mewakili suaminya yang berhalangan hadir dalam
pertemuan tersebut; karena masih bekerja di sawah.
Dalam pertemuan tersebut pihak Yayasan IBEKA dan PT HIBS
mengemukakan bahwa pembangunan PLTMH akan memanfaatkan air Sungai
Ciasem dengan cara membendungnya, sehingga mampu menghasilkan tenaga
listrik. Oleh karena mayoritas besar warga desa berbudidaya padi di sawah
beririgasi teknis yang juga bersumber dari Sungai Ciasem, awalnya warga Desa
Cinta Mekar tidak setuju dengan adanya program PLTMH, karena mereka
khawatir PLTMH akan mengganggu sistem pengairan bagi sawah mereka dan
berdampak pada gagal panen. Namun demikian, setelah adanya penjelasan dari
pihak IBEKA dan PT HIBS serta bantuan dari aparat desa untuk menyakinkan
warga, maka warga pun mau berbagi air untuk pembangunan PLTMH.
status ekonomi yang rendah, (5) rendahnya infrastruktur desa, dan (6) rasa
kekeluargaan yang kurang (kesatuan) dalam memecahkan permasalahan umum.
Dalam diskorah tersebut tergali informasi tentang harapan-harapan rumahtangga
miskin untuk dapat mengatasi permasalahan lokal melalui program PLTMH.
Setelah adanya sosialisasi program, diupayakan penguatan kelembagaan
sosial dan ekonomi yang menjadi bagian dari penanggulangan permasalahan lokal
tersebut. Untuk itu diadakan musyawarah desa guna membentuk lembaga
ekonomi pengelola keuangan hasil penjualan listrik, yang hasilnya berupa
kesepakatan untuk mendirikan Koperasi Mekarsari dengan segala atribut lembaga
yang ditentukan oleh musyawarah desa yang didampingi oleh Yayasan IBEKA.
Selain itu, disepakati bahwa penguatan lembaga koperasi juga dilakukan oleh
lembaga pemerintahan desa dalam bentuk upaya sosialisasi yang ditujukan untuk
memperlancar pembangunan PLTMH.
7.2.2
kegiatan utama seperti yang dijelaskan sebelumnya, yakni: (1) pelatihan dan
magang, (2) peningkatan pendapatan, (3) inisiatif wirausaha, serta (4) pendidikan
anak dan remaja. Bantuan dalam bentuk beasiswa pendidikan yang diprogramkan
oleh koperasi. ini bersifat jangka panjang. Tahap pembentukan ini merupakan
kegiatan
pembangunan
keberlanjutan.
Kegiatan
desa
yang
pelatihan
mengarah
dilakukan
pada
pemberdayaan
sebagai
upaya
dan
untuk
operator maupun pihak luar yang ingin mengetahui mengenai mekanikal dan
elektrikal pembangkit. Kegiatan pembentukan wirausaha dan peningkatan
pendapatan dapat dikategorikan sebagai bagian dari aspek modal usaha pada tahap
pemanfaatan program. Dengan adanya modal usaha maka diharapkan dapat
menumbuhkan
keinginan
warga
untuk
berwirausaha
sehingga
dapat
7.3
Pelaksanaan Program
7.3.1 Pembangunan Fisik/Sipil PLTMH dan Koperasi
Bangunan fisik PLTMH berupa bendungan, saluran pembawa/air, bak
penenang, bak pengendap, serta rumah pembangkit. Penyediaan material
difasilitasi oleh PT HIBS selaku kontraktor bangunan serta alat-alat mekanik dan
elektrik. Pihak IBEKA mengatur jadwal kerja serta sumberdaya manusia yang
akan dipergunakan. Dalam pembangunan fisik sarana PLTMH, dikerjakan oleh
tenaga ahli dari luar desa. Masyarakat desa hanya berperan sebagai tenaga kasar
dan lapangan saja. Dengan adanya tenaga ahli dari luar, maka jumlah warga desa
yang
ikut
berpartisipasi
hanya
sedikit.
Hal
tersebut
dilakukan
untuk
7.3.2
operator, dua orang andir serta satu orang penjaga taman. Tugas operator adalah
mengontrol berjalannya semua peralatan mekanik (antara lain turbin, runner, dan
bearing) dan elektrik (antara lain generator dan panel kontrol). Ada persyaratan
khusus untuk menjadi operator yakni mempunyai pengetahuan dasar mengenai
listrik, minimal STM atau SMA (IPA), dan mempunyai pengalaman sebelumnya
di bidang elektrik. Selama berjalan kurang lebih empat tahun, hanya sekali terjadi
penggantian operator. Andir bertugas menjaga saluran pembawa/air dari sampah
serta mengatur debit air dari bendungan.
Dalam pembagian kerja setiap satu operator berpasangan dengan satu
andir. Pekerjaan operator dimulai pukul 06.00 WIB dan diakhiri pukul 06.00 WIB
keesokan harinya, untuk digantikan operator lainnya. Waktu istirahat pada saat
pukul 12.00 WIB. Diperlukan stamina yang tinggi untuk menjadi operator dan
andir. Penjaga taman bertugas menata dan merawat taman yang berada di sekitar
rumah pembangkit. Dalam kondisi tertentu, seluruh pekerja PLTMH, baik
operator, andir dan penjaga taman biasa bekerja bersama untuk merawat dan
menjaga kebersihan saluran pembawa, bak, serta rumah pembangkit. Penjaga
taman ini bekerja setiap hari mulai pukul 07.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB.
Dengan demikian, operator dan andir jumlah hari kerja dalam satu bulan adalah
15 hari kerja. Untuk penjaga taman sebanyak 30 hari kerja dalam sebulan. Kepada
tenaga teknis diberikan gaji tetap bulanan. Gaji operator sebesar Rp.900.000,0
(sembilan ratus ribu rupiah) per bulan, andir sebesar Rp.550.000,0 (lima ratus
lima puluh ribu rupiah) per bulan, penjaga taman sebesar Rp.400.000,0 (empat
ratus ribu rupiah) perbulan.
Setiap harinya rata-rata dihasilkan listrik sebesar 100 kW. Pihak PLN
Purwakarta membelinya dengan harga Rp. 432,0 (empat ratus tiga puluh dua
rupiah) perkW. Tugas operator adalah mencatat kWh yang dihasilkan per harinya
serta memantau kinerja mesin. Selain itu juga melakukan perawatan instalasi yang
dilakukan secara berkala, yakni pada setiap hari Jumat. Jika ada pelatihan,
operator bertugas menerangkan kepada peserta pelatihan keseluruhan bagian dari
PLTMH, baik tentang mesin, bangunan rumah, serta saluran pembawa. Dalam
pelatihan dilakukan pendampingan oleh PT HIBS, khususnya jika ada kendala
atau kesulitan dalam hal aspek-aspek mekanik dan elektrik, seperti penyediaan
alat-alat yang telah rusak.
Kesemua tenaga kerja dalam pembangkit berjenis kelamin laki-laki. Tidak
ada perempuan satu pun. Hal ini dikarenakan adanya anggapan masyarakat lokal
yang menganggap bahwa perempuan tidak cocok dengan pekerjaan yang berbau
teknologi dan kelistrikan. Pandangan bahwa tugas perempuan hanya mengurus
rumah, suami dan anak, bersamaan anggapan bahwa untuk tugas-tugas
operator,andir dan taman membutuhkan orang dengan stamina yang kuat,
menyebabkan adanya bias gender dalam operasionalisasi PLTMH.
7.3.3
Data hasil penjualan listrik sejak periode 2004 sampai dengan 2008
selengkapnya disajikan pada Lampiran 7. Pembayaran tunai hasil penjualan listrik
dilakukan setiap dua sampai lima bulan sekali. Rata-rata hasil penjualan listrik
tergantung dari jumlah kW yang dihasilkan oleh PLTMH. Rata-rata per bulan
sekitar Rp.12.000.000,0 (dua belas juta rupiah) dengan demikian rata-rata per
tahun sekitar Rp. 144.000.000,0 (seratus empat puluh empat juta rupiah).
Dana yang diperoleh dari hasil penjualan listrik dialokasikan untuk
beberapa kegiatan. Untuk lebih jelasnya, data pengalokasiaan dana hasil peualan
listrik Desa Cinta Mekar dapat dilihat pada Tabel. 18.
Tabel.18 Persentase Pengalokasian Dana Hasil Penjualan Listrik Tahun 2004 dan
Tahun 2007, Koperasi Mekarsari, Desa Cinta Mekar, Tahun 2008
Program Koperasi
Pemasangan
sambungan
listrik
Pendidikan
Kesehatan
Modal usaha
Infrastuktur
Biaya Operasional Desa
Biaya Operasional Koperasi
Total (persen)
62,50
8,00
4,00
8,00
5,00
3,00
10,00
100,00
0,00
9,50
5,00
60,00
6,00
3,50
16,00
100,00
7.4
Pemanfaatan Program
7.4.1 Pemasangan Listrik bagi Orang Kurang Mampu
Dari pendataan awal diketahui ada 127 kepala keluarga kurang mampu
yang rumahnya belum terpasangi listrik. Kemudian perwakilan dari rumahtangga
kurang mampu tersebut diundang untuk menghadiri musyawarah desa guna
mendapat bantuan pemasangan listrik. Undangan dibuat oleh Yayasan IBEKA
dan para tokoh masyarakat setempat. Yang hadir dalam rapat mayoritas para
suami, kalaupun ada perempuan, maka hanya mewakili suami yang berhalangan
hadir karena kesibukan mereka. Dalam musyawarah tersebut dipertimbangkan
kemampuan rumahtangga untuk membayar tagihan bulanan selanjutnya dan
tingkat
kategori
rumahtangga
miskin.
Kategori
rumahtangga
miskin
mempengaruhi tingkat bantuan yang didapat, semakin tinggi kategori atau status
rumahtangga maka bantuan yang diterima akan lebih sedikit.. Adapun tingkat
bantuan pemasangan listrik bagi rumahtangga miskin dibedakan ke dalam empat
kategori, yakni:
1. Mendapat hibah 100 %, jika termasuk Rumahtangga MiskinI
2. Membayar 25 %, jika termasuk Rumahtangga Miskin II
3. Membayar 50%, jika termasuk Rumahtangga Miskin III dan
4. Membayar 75%, jika termasuk Rumahtangga Miskin IV.
Proses pemasangan listrik dilakukan dalam dua tahap. Pada tahap awal
dipasang untuk sebanyak 127 rumahtangga dan tahap kedua sebanyak 29
rumahtangga. Daya yang terpasang pada setiap rumahtangga sebesar 450 W. Pada
pemasangan tahap pertama, tarif pemasangan dari PLN sebesar Rp.500.000,0
(lima ratus ribu rupiah), sedang untuk pemasangan tahap kedua sebesar
Rp.750.000,0 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) , atau lebih mahal karena
rentang waktu dengan tahap pertama jauh, sehingga tarif telah naik. Selain itu,
juga dikarenakan terbatasnya dana untuk pemasangan atau operasional listrik.
Untuk menutup kekurangan biaya (pada pemasangan tahap pertama) pada bulan
April 2004 koperasi meminjam dana ke Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebesar 60
juta rupiah, yang harus dilunasi pada Desember 2007. Pada akhir tahun 2007 telah
terpasang listrik pada 156 rumahtangga, yang berarti
listrik
digunakan
untuk
keperluan
seluruh
anggota
Terjadi perubahan kepemilikan barang elektronik seperti televisi dan rice cooker,
tetapi jumlahnya hanya sedikit. Ada tujuh RMKL dari 89 RMKL yang
mempunyai televisi sejak mendapat bantuan pemasangan listrik. Kepemilikan rice
cooker hanya ditemui pada tiga rumahtangga responden (RMKL). Bantuan
7.4.2
Kesehatan
Bentuk program kesehatan berupa pemberian makanan tambahan, bantuan
biaya persalinan, hepatitis, serta kasus akut atau penyakit lainnya. Pelayanan
kesehatan bagi masyarakat yang kurang mampu bisa lapor ke RT kemudian
pengurus koperasi dan ke bidan. Biaya pengobatan masyarakat yang dilakukan di
bidan desa bagi masyarakat yang kurang mampu mendapat ganti dari koperasi,
jika telah terdaftar sebagai anggota koperasi. Seperti biaya persalinan bagi warga
desa, akan mendapat bantuan sebesar Rp.100.000;(seratus ribu rupiah) setiap kali
melahirkan untuk kasus akut atau penyakit yang lain akan mendapat bantuan
Rp.50.000;(lima puluh ribu rupiah) perkunjungan Pemberian makanan tambahan
ditujukan untuk balita sebesar Rp.50.000;(lima puluh ribu rupiah) perbulan.
Jumlah balita pada dusun II sejumlah 25 orang. Pemberian makanan tambahan
berupa bubur kacang hijau atau pisang goreng. Tidak ada keterbatasan penerima
makanan tambahan baik laki-laki atau perempuan, anggota atau bukan anggota
koperasi.
Alhamdulillah, dibantu koperasi pas ngalahirkeun, ongkosna te sadayana
mung sapalihna, ngabantulah Neng (Zub, 44tahun)
7.4.3
Pendidikan
Program pendidikan berupa pemberian beasiswa untuk tingkat Sekolah
Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Besarnya bantuan program
beasiswa yaitu untuk SD sebesar Rp.30.000,0 (tiga puluh ribu rupiah) dan
Rp.60.000,0 (enam puluh ribu rupiah) untuk beasiswa SMP. Beasiswa ini
dibayarkan tiap tiga bulan sekali, sehingga setahun hanya ada empat kali
pemberian beasiswa. Pemberian beasiswa ini bergilir, sehingga tidak ada anggota
rumahtangga (usia SD dan SMP) yang mendapat beasiswa dua kali. Beasiswa
yang didapat biasanya digunakan untuk membeli peralatan dan perlengkapan
sekolah.
Uangnya itu untuk membeli peralatan sekolah, seperti buku tulis, tas, atau
sepatu, supaya anak tidak menangis (Ups, 50tahun)
Pemanfaat program ini adalah anggota rumahtangga usia SD dan SMP baik lakilaki dan perempuan. Diakui dari beberapa responden bahwa beasiswa pendidikan
sangat membantu memperlancar kegiatan belajar anak-anak mereka.
7.4.4
Modal Usaha
Bantuan modal usaha berupa simpan pinjam untuk modal berusaha. Syarat
bagi anggota rumahtangga yang ingin meminjam adalah harus menjadi anggota
koperasi. Saat ini ada 90 anggota yang ikut simpan pinjam. Mayoritas berjenis
kelamin laki-laki (suami). Besarnya pinjaman pun beragam antara Rp.50.000,0
(lima puluh ribu rupiah) hingga Rp.1.000.000,0 (satu juta rupiah).
Dulu teh kurang modal, warung rek bangkrut. untung aya simpan pinjam,
jadi dilanjutkeun deui, meser deui daganganna ka pasar atawa ka mobil nu
nguriling (Ai, 30tahun)
7.4.5
Rencana awal, dana yang dialokasikan akan digunakan untuk air bersih di dusun
empat. Untuk merealisasikannya diperlukan waktu yang tidak sedikit serta biaya
yang sangat besar. Akhirnya dana untuk pembangunan infrastruktur desa
disimpan dalam bentuk tabungan yang jumlahnya sekitar Rp.6.000.000,0 (enam
juta rupiah).
7.4.6
7.5
Kerangka Pemberdayaan
7.5.1 Level Kesetaraan
Mengacu kepada konsep Moser mengenai pemenuhan kebutuhan yang
dicapai melalui pembangunan, di bawah ini dijelaskan apa yang mampu
diwujudkan oleh program PLTMH Desa Cinta Mekar.
Kebutuhan praktis gender mencakup kebutuhan perempuan yang
diidentifikasi dari peranan perempuan secara sosial dalam masyarakat. Melalui
program PLTMH kebutuhan praktis yang dapat dipenuhi berupa listrik, bantuan
kesehatan, simpan pinjam dan beasiswa. Keempat jenis bantuan ini segera dapat
meringankan beban kehidupan dalam rumahtangga secara langsung tanpa
menyinggung masalah ketimpangan antara laki-laki dan perempuan akibat
pembagian kerja dalam masyarakat. Kebutuhan strategis yang terpenuhi dengan
adanya program PLTMH ialah kedudukan perempuan dalam kelembagaan
masyarakat. Dalam Koperasi Mekarsari ada dua perempuan yang memiliki posisi
yang sangat penting yakni bendahara dan pengelola program hasil dana penjualan
listrik (bidang usaha). Tanpa mereka operasional koperasi akan berjalan sangat
lamban. Hal ini berhubungan pula dengan kemampuan kerja yang berhubungan
dengan koperasi, misalnya kompetensi pengurus dalam bidang administrasi dan
pembukuan yang dinilai oleh perwakilan Yayasan IBEKA serta musyawarah
masyarakat Desa Cinta Mekar.
Tingkatan proses pembangunan PLTMH diawali dengan tahap: (1)
sosialisasi program, (2) peningkatan akses terhadap sumberdaya program, (3)
peningkatan kontrol terhadap sumberdaya program, (4) partisipasi warga berupa
peranserta aktif warga dalam pelaksanaan, dan (5) peningkatan kesejahteraan
melalui program-program yang dikelola oleh koperasi.
Dengan mengacu pada Kerangka Pemberdayaan Longwe, khususnya
Level Kesetaraan, tampaknya Program PLTMH tidak menempuh jenjang
kesetaraan sebagaimana dikemukakan Longwe. Hal ini disebabkan oleh
berbedanya tahapan proses pembangunan yang dilakukan oleh PLTMH dengan
yang dimaksud oleh Longwe. Seperti diketahui, program PLTMH dilaksanakan
tidak dimulai dengan pemberian kesejahteraan akan tetapi dimulai dengan tahap
sosialisasi
program
yang
sebagaimana
dijelaskan
sebelumnya
lebih
tidak
menggunakan
perspektif
gender,
oleh
karena
7.5.2
kategori yakni negatif, netral dan positif. Dengan mengacu pada proses
perencanaan dan pelaksanaan program PLTMH Desa Cinta Mekar, tampaknya
program ini tergolong level negatif, dalam artian bahwa program PLTMH dalam
perencanaannya tidak secara eksplisit mengakui adanya isu-isu perempuan.
Namun demikian dalam pelaksanannya, program ini sebagaimana telah dijelaskan
7.6
Kesimpulan
Pembangunan PLTMH dilandasi oleh prinsip 5P. Pihak yang terlibat yakni
BAB VIII
STIMULAN, PENGELOLAAN, FAKTOR LINGKUNGAN
SERTA PERMASALAHAN PADA PROGRAM PLTMH
Ada beberapa aspek yang diduga mempengaruhi program PLTMH dalam
hal akses, kontrol, partisipasi dan manfaat program PLTMH. Antara lain adalah
stimulan program, pengelolaan, dan faktor lingkungan dalam program PLTMH
Stimulan program berupa rangsangan program agar program dapat berjalan lancar
dan mencapai tujuan. Pengelolaan program termasuk bagian dari pelaksanaan
program PLTMH. Faktor lingkungan berupa pengaruh dari luar sistem.
8.1
8.1.1
merupakan realisasi dari konsep 5P. Program PLTMH pun termasuk bentuk
program kemitraan yang melibatkan berbagai pihak. Sumber dana program
berasal dari UNESCAP, Yayasan IBEKA dan PT HIBS, yang besarnya masingmasing US$ 75.000,0 (tujuh puluh lima ribu dolar Amerika). Dana yang berasal
dari UNESCAP merupakan dana hibah yang disumbangkan untuk Koperasi
Mekarsari. Dana dari IBEKA dialokasikan untuk bangunan fasilitas pelatihan dan
penyebaran pembangkit mikrohidro. PT HIBS merupakan pemilik 50 persen
saham badan usaha patungan.
Indikator dari keberhasilan program ini antara lain memberdayakan
masyarakat di bidang ekonomi (rumahtangga) dengan memanfaatkan bantuan
program PLTMH. Caranya melalui program bantuan modal usaha yang berbentuk
pinjaman modal. Dana pinjaman berasal dari simpanan anggota koperasi serta
alokasi dari penghasilan penjualan listrik ke PLN. Adanya program PLTMH ini
merupakan inisiatif dari pihak Yayasan IBEKA yang kemudian mencari mitra
kerjasama. Untuk mendukung berjalannya program, maka diperlukan dukungan
dari pihak yang bermodal, seperti lembaga donor atau fundation.
Bantuan program yang diterima masyarakat berupa bantuan dana
pendirian atau pembangunan PLTMH hingga selesai pengerjaannya. Masyarakat
Cinta Mekar hanya tinggal menikmati hasil dari program PLTMH. Hibah dari
UNESCAP yang sering disebut sebagai peranserta yang mewakili warga Cinta
Mekar dalam pembangunan PLTMH. Dapat dikatakan bahwa tingkat bantuan
dana program merata bagi seluruh warga Desa Cinta Mekar, karena pada dasarnya
hasil program PLTMH dinikmati bersama khususnya bagi rumahtangga miskin.
8.1.2
gagasan oleh warga Desa Cinta Mekar. Dari hasil penggalian gagasan tersebut,
disimpulkan ada beberapa permasalahan lokal yang dianggap krusial atau penting.
Penyusunan prioritas permasalahan pun dilakukan bersama-sama, sehingga upaya
penanggulangannya dapat diprediksi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
koperasi merupakan upaya untuk mengatasi permasalahan yang ada. Misalnya
beasiswa diupayakan dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Secara
umum tingkat kesesuaian program telah tercapai, dikarenakan rumahtangga
miskin sendiri yang menilai dalam forum diskorah.
8.2
Pengelolaan Program PLTMH dan Faktor Lingkungan
8.2.1 Frekuensi Kunjungan Pendampingan oleh Fasilitator
Fasilitator merupakan pihak luar yang aktif membantu terlaksananya
program. Fasilitator yang bertugas di Cinta Mekar berjumlah satu orang.
Fasilitator yang bekerja sekarang tergolong baru, sehingga kurang mengetahui
tahap
perencanaan
mendampingi
dan
koperasi
pelaksanaan
dan
program.
operasional
Fasilitator
PLTMH.
ini
bertugas
Fasilitator
tersebut
berpikir kedepan sehingga warga desa akan maju. Sosialisasi pun dilakukan
dengan cara mengumpulkan masing-masing kepala dusun atau mendatangi tiaptiap kampung. Pemerintah desa mendukung pembangunan PLTMH karena
berpikir jangka panjang demi kemajuan Desa Cinta Mekar.
Keterlibatan aparat desa terlihat dari hadir atau tidaknya dalam
musyawarah atau rapat yang berhubungan dengan PLTMH. Kehadiran pihak
aparat desa tentu tidak keseluruhan staf, melainkan hanya wakilnya saja. Pada
kenyataannya setiap rapat pasti selalu dihadiri pihak aparatur pemerintahan desa,
walaupun hanya seorang saja yang merangkap sebagai Badan Pengawas koperasi
(Bapak Asp). Dapat dikatakan tingkat dukungan aparat tinggi, hal ini dibuktikan
dengan kehadiran dalam rapat atau musyawarah PLTMH.
Pelibatan pemerintahan desa tidak hanya pada tahap perencanaan,
melainkan hingga tahap pelaksanaan dan pemanfaatan hasil. Dalam pemilihan
operator BPD juga turut dilibatkan. Tahap pemanfaatan program pemerintah desa
memberikan data rumahtangga yang kurang mampu sehingga dapat menerima
dana bantuan program. Pada tahun 2008 telah berganti kepemerintahan desa.
Dengan bergantinya kepala desa membuat pemerintahan desa yang sekarang
kurang memahami betul proses pembangunan PLTMH mulai dari awal program
berjalan.
8.3
koperasi dan PLTMH hingga saat ini belum dijumpai permasalahan yang besar
dalam pelaksanaan program PLTMH. Dari segi kepengurusan PLTMH pernah ada
pergantian operator sekali, hal ini dilakukan karena kelalaian operator dalam
bertugas. Hal ini sempat membuat kondisi memanas, penyelesaian yang dilakukan
berupa musyawarah internal yang dilakukan oleh tokoh masyarakat, pihak
koperasi dan IBEKA. Hal ini berhubungan dengan seleksi operator beserta
pengurus PLTMH yang lainnya. Dalam kepengurusan koperasi, tidak ada kendala
besar. Kepengurusan koperasi telah berganti satu kali. Untuk urusan teknis
PLTMH, seperti jika ada kerusakan mesin, maka operator sendiri yang harus bisa
memperbaikinya, jika tidak bisa maka alat yang rusak tersebut dibawa ke bengkel
di luar kota untuk diperbaiki. Dalam hal ini PT HIBS juga ikut serta membantu.
Pernah juga muncul isu yang mempertanyakan kejelasan status bangunan atau
fasilitas PLTMH seperti gedung koperasi. Ada anggapan bahwa sebetulnya hibah
dari UNESCAP bisa saja dibagikan secara tunai kepada tiap-tiap kepala keluarga.
Rumahtangga yang kurang mampu sangat terbantu dengan adanya
program PLTMH ini. Diakui oleh mereka beban hidup sedikit berkurang, bahkan
terbantu dengan adanya dana simpan pinjam yang dapat merangsang anggota
rumahtangga untuk berusaha produktif. Namun demikian, ada beberapa
rumahtangga yang telat membayar pinjaman sehingga menghambat aliran dana
pinjaman walaupun setiap tiga bulan ada dana tetap. Terbatasnya jumlah bantuan
dana untuk beasiswa yang diberikan tiap tiga bulan sekali tidak menimbulkan
polemik dalam masyarakat. Walaupun dirasakan kurang, akan tetapi cukup
membantu beban orang tua yang menyekolahkan anaknya.
8.4
Kesimpulan
Tingkat bantuan dana program dan tingkat kesesuaian program terhadap
BAB IX
ANALISIS GENDER DALAM PROGRAM PLTMH
9.1
RMKL dan RMKP terhadap perencanaan program dapat dilihat dari tingkat akses
rumahtangga pada masing-masing komponen kegiatan, yakni tahap persiapan,
penetapan tujuan program, penetapan rencana kerja, penentuan prioritas dan
aktivitas, pengalokasian sumberdaya, diskusi sosialisasi program dan pertemuan
dengan stakeholders. Tabel 19 menyajikan data mengenai tingkat akses RMKL
dan RMKP terhadap tahap perencanaan program PLTMH.
Tabel 19.
n
38
4
7
49
RMKL
%
77,55
8,16
14,29
100,00
n
11
0
0
11
RMKP
%
100,00
0,00
0,00
100,00
Total
n
49
4
7
60
%
81,67
6,67
11,66
100,00
Dari Tabel 19 diketahui bahwa tingkat akses mayoritas RMKL dan RMKP
terhadap tahap perencanaan program tergolong rendah. Namun demikian, pada
RMKL ditemukan adanya mereka yang tingkat akses terhadap Tahap Perencanaan
Program PLTMH tergolong tinggi. Dikatakan tinggi karena ARTL dan ARMP
dalam RMKL mempunyai peluang yang lebih besar untuk dapat akses ke dalam
tahap perencanaan program, hal ini dikarenakan status sosial yang ada dalam
masyarakat lebih banyak ditemukan pada RMKL.
9.2
ditentukan dari peranserta RMKL dan RMKP dalam pengambilan keputusan pada
sumberdaya pada tahap perencanaan Program PLTMH. Termasuk didalamnya
siapa yang harus hadir musyawarah atau rapat dan mengeluarkan pendapat atau
tanggapan dalam diskusi. Untuk data yang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel
20.
Tabel 20. Jumlah dan Persentase Tingkat Kontrol RMKL dan RMKP terhadap
Tahap Perencanaan Program PLTMH, Desa Cinta Mekar, Tahun 2008
Tingkat Kontrol Perencanaan
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
n
2
36
11
49
RMKL
%
4,08
73,47
22,45
100,00
n
11
0
0
11
RMKP
%
100,00
0,00
0,00
100,00
Total
n
13
36
11
60
%
21,67
60,00
18,33
100,00
9.3
Tabel 21.
n
16
31
2
49
RMKL
%
32,65
63,27
4,08
100,00
n
11
0
0
11
RMKP
%
100,00
0,00
0,00
100,00
n
27
31
2
60
Total
%
45,00
51,67
3,33
100,00
Pada Tabel 21 secara umum dapat diketahui bahwa dari total rumahtangga
contoh, mayoritas diantara mereka memiliki tingkat akses terhadap tahap
pelaksanaan Program PLTMH yang tergolong sedang. Namun demikian, jika
dilihat menurut kategori jenis kelamin kepala rumahtangganya diketahui bahwa
mereka yang memiliki tingkat akses terhadap tahap pelaksanaan Program PLTMH
yang tergolong sedang tersebut hanya dijumpai pada RMKL dengan persentase
sebanyak 63,27 persen atau sekitar 31 persen lebih tinggi dari RMKL yang
memiliki akses terhadap pelaksanaan program yang tergolong kategori rendah.
Hal ini dimungkinkan karena keterlibatan ART dalam RMKL lebih banyak jika
dibandingkan dengan keterlibatan ART dalam RMKP mengingat komposisi
anggota rumahtangga pada RMKL lebih banyak jika dibandingkan dengan
RMKP.
Lebih lanjut, adanya RMKL dengan tingkat akses terhadap tahap
pelaksanaan Program PLTMH yang tergolong tinggi dimungkinkan karena
adanya dua orang RMKL yang bertugas menjadi pengurus operasional PLTMH.
Berbeda halnya dengan RMKP yang seluruhnya tergolong rendah. Hal ini terjadi
karena jenis kegiatan dalam tahap pelaksanaan lebih banyak menggunakan, tenaga
laki-laki daripada perempuan.
9.4
n
48
1
0
49
RMKL
%
97,96
2,04
0,00
100,00
n
11
0
0
11
RMKP
%
100,00
0,00
0,00
100,00
n
59
1
0
60
Total
%
98,33
1,67
0,00
100,00
Dari Tabel 22 dapat dilihat bahwa baik pada RKML dan RKMP,
mayoritas kontrol pelaksanaan program tergolong rendah. Hal ini dikarenakan
anggota rumahtangga yang terlibat dalam tahap pelaksanaan (mayoritas suami
saja) memutuskan sendiri mengenai aktivitas yang akan diikuti pada tahap
pelaksanaan, seperti ikut menjadi buruh dalam pembangunan PLTMH. Namun
demikian gaji yang diperoleh dari buruh tersebut dipergunakan untuk membiayai
seluruh anggota keluarga.
9.5
dan turut ikut gotong royong dalam kegiatan PLTMH. Partisipasi warga desa
Cinta Mekar juga ditunjukkan dengan menjadi anggota Koperasi Mekarsari. Hal
tersebut tidak menjadi ukuran dalam tahap ini, karena secara langsung anggota
rumahtangga miskin yang menerima bantuan program merupakan anggota
koperasi Mekarsari. Pada awalnya ada persyaratan bahwa jika ingin mendapat
bantuan program, harus menjadi anggota koperasi terlebih dahulu. Hal ini menjadi
polemik warga, sehingga disiasati dengan cara memberikan bantuan program
tanpa syarat, akan tetapi ada potongan untuk membayar iuran wajib dan pokok
sebagai anggota koperasi.
Tabel 23 menyajikan data mengenai tingkat partisipasi RMKL dan RMKP
terhadap tahap pelaksanaan program PLTMH.
Tabel 23. Jumlah dan Persentase Tingkat Partisipasi RMKL dan RMKP terhadap
Tahap Pelaksanaan Program PLTMH Desa Cinta Mekar, Tahun 2008
Tingkat Partisipasi
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
n
20
27
2
49
RMKL
%
40,82
55,10
4,08
100,00
RMKP
n
%
10
90,91
1
9,09
0
0,00
11
100,00
n
30
28
2
60
Total
%
50,00
46,67
3,33
100,00
9.6
n
13
34
2
49
RMKL
%
26,53
69,39
4,08
100,00
n
5
6
0
11
RMKP
%
45,45
54,55
0,00
100,00
Total
n
18
40
2
60
%
30,00
66,67
3,33
100,00
Dari Tabel 24 dapat diketahui bahwa baik RMKL dan RMKP mayoritas
tergolong sedang dalam akses pemanfaatan program. Hal ini dikarenakan setiap
rumahtangga miskin terdiri dari anggota rumahtangga yang heterogen, sehingga
akan mempengaruhi akses terhadap program yang dinilai sesuai untuk pemenuhan
kebutuhannya.
9.7
RMKL
n
%
4
8,16
29
59,18
16
32,65
49
100,00
n
11
0
0
11
RMKP
%
100,00
0,00
0,00
100,00
n
15
29
16
60
Total
%
25,00
48,33
26,67
100,00
9.8
ditentukan dari pola pemanfaatan hasil program PLTMH oleh ARTL dan ARTP.
Penerima manfaat program dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26. Jumlah RMKL dan RMKP Penerima Program PLTMH, Desa Cinta
Mekar, Tahun 2008
Bantuan Program
Listrik
Beasiswa
Simpan pinjam
Kesehatan
RMKL
25
26
32
11
RMKP
5
4
3
3
Total
30
30
35
14
Pada Tabel 26 dapat dilihat jumlah RMKL dan RMKP penerima program
PLTMH. Bantuan terbanyak diperoleh dari bantuan simpan pinjam dengan jumlah
total penerima RMKL dan RMKP sebesar 36 rumahtangga. Masing-masing
rumahtangga bisa mendapatkan lebih dari satu bantuan program PLTMH. Tabel
27 menyajikan data mengenai tingkat manfaat RMKL dan RMKP terhadap hasil
Program PLTMH.
Tabel 27. Jumlah dan Persentase Tingkat Manfaat RMKL dan RMKP terhadap
Hasil Program PLTMH, Desa Cinta Mekar, Tahun 2008
Tingkat Manfaat
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
n
4
5
40
49
RMKL
%
8,16
10,20
81,63
100,00
RMKP
n
%
0
0,00
5
45,45
6
54,55
11
100,00
n
4
10
46
60
Total
%
6,67
16,67
76,66
100,00
9.9
Kesimpulan
Meskipun tingkat akses mayoritas RMKL dan RMKP terhadap tahap
BAB X
RELASI GENDER DALAM PROGRAM PLTMH
10.1
hubungan antara peubah tingkat pendidikan dan status bekerja dari individuindividu ART pada kedua kategori rumahtangga contoh dengan enam variabel
yang menunjukkan Tingkat Akses dan Tingkat Kontrol mereka terhadap
RMKL
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
Akses terhadap Perencanaan Program
8,16
44,89
24,49
90,90
0,00
12,24
8,16
9,10
0,00
2,04
0,00
0,00
Kontrol terhadap Perencanaan Program
2,04
57,14
18,37
90,90
2,04
14,29
4,08
9,10
0,00
2,04
0,00
0,00
Akses terhadap Pelaksanaan Program
26,53
46,94
4,08
90,90
4,08
16,33
0,00
9,10
2,04
0,00
0,00
0,00
Kontrol terhadap Pelaksanaan Program
77,56
0,00
0,00
90,90
20,40
0,00
0,00
9,10
0,00
2,04
0,00
0,00
Akses terhadap Pemanfaatan Program
18,36
55,10
4,08
36,36
6,12
14,28
0,00
9,10
2,04
0,00
0,00
0,00
Kontrol terhadap Pemanfaatan Program
8,16
44,89
24,48
90,90
0,00
12,24
12,24
9,10
0,00
2,04
0,00
0,00
RMKP
Sedang
Tinggi
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
54,54
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Pada Tabel 28, dapat terlihat ada beberapa rumahtangga pada RMKL yang
memiliki tingkat pendidikan rendah justru memiliki tingkat akses dan kontrol
terhadap program PLTMH cenderung tinggi. Namun demikian, secara umum
tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan tingkat akses dan kontrol, karena
tingkat pendidikan RMKL dan RMKP secara umum homogen sehingga tidak
dapat dilakukan analisis hubungan.
Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin rumahtangga, tingkat akses dan
kontrol pada RMKL lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat akses dan kontrol
pada RMKP. Dapat dikatakan tingkat akses dan kontrol RMKL dan RMKP
terhadap program PLTMH lebih dipengaruhi oleh jenis kelamin kepala
rumahtangga penerima program PLTMH, dimana rumahtangga yang dikepalai
laki-laki lebih akses dan kontrol terhadap program PLTMH jika dibandingkan
dengan rumahtangga yang dikepalai perempuan.
Tabel 29. Tingkat Akses dan Kontrol RMKL serta RMKP terhadap Program
PLTMH Menurut Status Bekerja, Desa Cinta Mekar, Tahun 2008
Status Bekerja
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
Sedang
Tinggi
RMKL
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
Akses terhadap Perencanaan Program
6,12
0,00
0,00
54,54
69,38
8,16
12,24
45,46
2,04
0,00
2,04
0,00
Kontrol terhadap Perencanaan Program
0,00
4,08
2,04
54,54
4,08
65,31
20,41
45,46
0,00
4,08
0,00
0,00
Akses terhadap Pelaksanaan Program
0,00
6,12
0,00
54,54
30,61
57,14
2,04
45,46
2,04
0,00
2,04
0,00
Kontrol terhadap Pelaksanaan Program
6,12
0,00
0,00
0,00
89,79
0,00
0,00
0,00
2,04
2,04
0,00
0,00
Akses terhadap Pemanfaatan Program
0,00
6,12
0,00
36,36
24,49
63,27
2,04
9,10
2,04
0,00
2,04
0,00
Kontrol terhadap Pemanfaatan Program
2,04
2,04
2,04
54,54
6,12
55,10
28,57
45,46
0,00
2,04
2,04
0,00
RMKP
Sedang
Tinggi
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
18,20
36,36
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Pada Tabel 29 dapat dilihat hubungan tingkat akses dan kontrol RMKL
dan RMKL berdasarkan status pekerjaan. Berdasarkan status pekerjaan, diketahui
bahwa sebagian besar dari RMKL dan RMKP penerima program PLTMH
memiliki status pekerjaan tergolong sedang. Diantaranya bekerja sebagai buruh
tani dan pekerja tak tetap atau buruh serabutan. Secara umum disimpulkan bahwa
tingkat akses dan kontrol RMKL dan RMKP terhadap program PLTMH tidak
dipengaruhi oleh status pekerjaan pada RMKL dan RMKP. Tidak ada hubungan
antara status dengan akses dan kontrol program PLTMH.
Informasi yang berkenaan dengan hubungan antara peubah tingkat
kekayaan dan status rumahtangga dari rumahtangga miskin pada kedua kategori
rumahtangga contoh dengan enam variabel yang menunjukkan Tingkat Akses dan
Tingkat Kontrol mereka terhadap perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan
Program PLTMH.Selengkapnya data tersebut disajikan pada Tabel 30.
Tabel 30. Tingkat Akses dan Kontrol RMKL dan RMKP terhadap Program
PLTMH Menurut Tingkat Kekayaan, Desa Cinta Mekar, Tahun 2008
Tingkat
Kekayaan
RMKL
Rendah
Sedang
RMKP
Tinggi
Rendah
Sedang
Tinggi
38,78
6,12
10,20
100,00
0,00
0,00
Sedang
28,56
2,04
2,04
0,00
0,00
0,00
Tinggi
10,20
0,00
2,04
0,00
0,00
0,00
2,04
42,86
10,20
100,00
0,00
0,00
Sedang
0,00
22,45
10,20
0,00
0,00
0,00
Tinggi
2,04
8,16
2,04
0,00
0,00
0,00
24,49
30,61
0,00
100,00
0,00
0,00
Sedang
6,12
24,49
2,04
0,00
0,00
0,00
Tinggi
2,04
8,16
2,04
0,00
0,00
0,00
55,10
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Sedang
32,65
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Tinggi
10,20
2,04
0,00
0,00
0,00
0,00
12,24
40,80
2,04
45,54
64,46
0,00
Sedang
10,20
22,45
0,00
0,00
0,00
0,00
Tinggi
4,08
6,12
2,04
0,00
0,00
0,00
2,04
32,65
20,41
100,00
0,00
0,00
Sedang
6,12
22,45
4,08
0,00
0,00
0,00
Tinggi
0,00
4,08
8,16
0,00
0,00
0,00
Dari Tabel 30 dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan yang nyata
antara tingkat kekayaan dengan tingkat akses dan kontrol terhadap program
PLTMH. Hal tersebut dikarenakan tingkat kepemilikan kekayaan hampir seragam
pada seluruh rumahtangga miskin penerima program PLTMH.
Status rumahtangga yang digunakan untuk menentukan hubungan atau
pengaruh menggunakan status rumahtangga berdasarkan hasil diskorah. Terlihat
pada Tabel 31 bahwa tingkat akses dan kontrol RKML dan RKMP terhadap
PLTMH tidak dipengaruhi oleh status rumahtangga tersebut. Hal ini dikarenakan
baik RMKL dan RMKP secara umum tergolong miskin, walaupun berbeda
tingkatan.
Tabel 31. Tingkat Akses dan Kontrol RMKL dan RMKP terhadap Program
PLTMH Menurut Status Rumahtangga, Desa Cinta Mekar, Tahun
2008
Status
Rumahtangga
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
Sedang
Tinggi
RMKL
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
Akses terhadap Perencanaan Program
51,02
6,12
6,12
90,90
24,49
2,04
8,16
9,10
2,04
0,00
0,00
0,00
Kontrol terhadap Perencanaan Program
2,04
48,98
12,24
90,90
2,04
22,45
10,20
9,10
0,00
2,04
0,00
0,00
Akses terhadap Pelaksanaan Program
20,41
42,86
0,00
90,90
10,20
20,41
4,08
9,10
2,04
0,00
0,00
0,00
Kontrol terhadap Pelaksanaan Program
63,27
0,00
0,00
0,00
34,69
0,00
0,00
0,00
0,00
2,04
0,00
0,00
Akses terhadap Pemanfaatan Program
14,29
46,94
2,04
45,45
10,20
22,45
2,04
0,00
2,04
0,00
0,00
0,00
Kontrol terhadap Pemanfaatan Program
4,08
38,78
20,41
90,90
4,08
18,37
12,24
9,10
0,00
2,04
0,00
0,00
RMKP
Sedang
Tinggi
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
45,45
9,10
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
10.2
Tabel 32. Tingkat Akses dan Kontrol RMKL dan RMKP terhadap Program
PLTMH Menurut Tingkat Partisipasi, Desa Cinta Mekar, Tahun 2008
Tingkat Partisipasi
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
Sedang
Tinggi
10.3
RMKL
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
Akses terhadap Perencanaan Program
32,65
0,00
8,16
90,90
44,89
8,16
2,04
9,10
0,00
0,00
2,00
0,00
Kontrol terhadap Perencanaan Program
4,08
30,61
6,12
90,90
0,00
38,78
16,33
9,10
0,00
4,08
0,00
0,00
Akses terhadap Pelaksanaan Program
22,45
18,37
0,00
90,91
10,20
44,89
0,00
9,10
0,00
0,00
4,08
0,00
Kontrol terhadap Pelaksanaan Program
38,78
2,04
0,00
90,90
55,10
0,00
0,00
9,10
4,08
0,00
0,00
0,00
Akses terhadap Pemanfaatan Program
2,04
36,73
2,04
45,45
24,49
30,16
0,00
0,00
0,00
2,04
2,04
0,00
Kontrol terhadap Pemanfaatan Program
4,08
24,49
12,24
90,90
4,08
32,65
18,37
9,10
0,00
2,04
2,04
0,00
RMKP
Sedang
Tinggi
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
45,46
9,10
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
hasil PLTMH bagi anggota rumahtangga miskin. Program hasil PLTMH yang
sedang berjalan yaitu pemasangan listrik, bantuan beasiswa, bantuan kesehatan
dan simpan pinjam. Untuk tingkat partisipasi ditentukan dari keterlibatan anggota
rumahtangga pada tahap pelaksanaan program.
Tabel 33. Tingkat Manfaat Program PLTMH bagi RMKL dan RMKP Menurut
Tingkat Partisipasi pada Tahap Pelaksanaan Program PLTMH, Desa
Cinta Mekar, Tahun 2008
Tingkat Partisipasi
Tingkat Manfaat
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
2,04
4,08
34,69
RMKL
Sedang
6,12
6,12
42,86
Tinggi
0,00
0,00
4,08
Rendah
0,00
36,360
54,54
RMKP
Sedang
0,00
9,10
0,00
Tinggi
0,00
0,00
0,00
Pada Tabel 33 terlihat bahwa tidak ada hubungan antara tingkat partisipasi
dengan tingkat manfaat program. Hal ini berkaitan dengan fakta bahwa anggota
rumahtangga yang berpartisipasi dalam tahap pelaksanaan program berjumlah
sangat sedikit (hanya 10 orang anggota rumahtangga laki-laki) sedangkan
pemanfaat program hampir seluruh anggota rumahtangga miskin di Kampung
Tangkil.
10.4
10.5
10.6
Kesimpulan
Pelaksanaan program PLTMH yang dilandasi nilai kesetaraan gender
dilihat dari tingkat akses, kontrol, partisipasi dan manfaat terhadap dan dari
program PLTMH. Karakteristik individu dan karakteristik rumahtangga tidak
berpengaruh terhadap tingkat akses dan kontrol terhadap program PLTMH.
Tingkat akses dan kontrol RMKL dan RMKP tidak berpengaruh terhadap tingkat
partisipasi pada pelaksanaan program. Hal ini karena anggota rumahtangga yang
berpartisipasi dalam tahap pelaksanaan program berjumlah sangat sedikit. Tidak
ada hubungan antara tingkat partisipasi dengan tingkat manfaat program.
Pengelolaan program PLTMH tidak berhubungan dengan tingkat akses, kontrol,
partisipasi dan manfaat program PLTMH. Terdapat hubungan antara tingkat
kesesuaian program dengan tingkat akses, kontrol, partisipasi dan manfaat dan
dari program PLTMH.
BAB XI
PENUTUP
11.1
Kesimpulan
Hampir semua rumahtangga penerima program PLTMH adalah mereka
yang tergolong rumahtangga miskin sesuai dengan kriteria baik yang ditetapkan
oleh Yayasan IBEKA maupun BPS. Rumahtangga penerima program sudah
mencakup rumahtangga miskin yang dikepalai laki-laki maupun perempuan.
Yayasan IBEKA bergerak di bidang elektrifikasi pedesaan serta
pemberdayaan ekonomi pedesaan. Yayasan IBEKA merupakan lembaga pionir
dalam pembangunan PLTMH. Sampai saat ini, lebih dari 40 sumber daya
pembangkit listrik (PLTMH) menyebar di berbagai provinsi, antara lain Aceh,
Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Sumatera Selatan, dan
Jawa Barat. PLTMH di masing-masing provinsi tersebut berkapasitas di bawah
250 Watt kilo.
Kelembagaan
Koperasi
Mekarsari
merupakan
kelembagaan
yang
terbentuk untuk memperkuat operasional PLTMH Desa Cinta Mekar. Sejak awal
pembentukannya (tahun 2003), kepengurusan koperasi telah berganti dua kali.
Kepengurusan koperasi melibatkan perempuan sebagai pengurus harian.
Dalam pelaksanaan pembangunan fisik PLTMH, khususnya yang
berhubungan dengan teknologi elektrik dan mekanik, sepenuhnya menjadi
tanggung jawab
representasi atau perwakilan masyarakat Desa Cinta Mekar dan PT HIBS sebagai
private sector yang mendukung pembangunan PLTMH Cinta Mekar.
Tingkat akses RMKL baik terhadap tahap perencanaan, maupun
pelaksanaan program mayoritas lebih tinggi dari RMKP, sedangkan pada tahap
pemanfaatan program tergolong sedang. Pada RKML mayoritas pengambilan
keputusan dilakukan bersama antara suami dan istri yang salah satunya dominan.
Untuk kontrol perencanaan, pelaksanaan serta pemanfaatan program, secara
umum RMKL dan RMKP mayoritas tergolong sedang, dalam artian ada
keterlibatan laki-laki dan perempuan dalam menentukan pengambilan keputusan.
Namun demikian, dijumpai pada tahap pemanfaatan dalam RMKL yang lebih
dominan adalah laki-laki karena status laki-laki dalam RMKL sebagian besar
sebagai kepala keluarga, sehingga lebih berhak untuk mengambil keputusan. Pada
RMKP seluruhnya tergolong rendah, karena pengambilan keputusan sepenuhnya
dilakukan oleh istri (perempuan). Untuk tingkat partisipasi program PLTMH,
RMKL mayoritas lebih tinggi/ lebih berpartisipasi, karena menyangkut jenis
pekerjaan yang dilaksanakan ada tahap ini berupa pekerjaan fisik. Pada tingkat
manfaat program, ditemukan bahwa RMKL lebih tinggi 27 persen jika
dibandingkan dengan RMKP, hal ini karena pengaruh jumlah anggota keluarga
yang turut memanfaatkan hasil program.
Mengacu pada pelaksanaan program, tingkat manfaat pada sebagian
kebutuhan rumahtangga miskin yang terpenuhi. Pada kebutuhan praktis, anggota
rumahtangga miskin terbantu dengan adanya pemasangan listrik, sehingga mereka
dapat mengerjakan tugas rumah dengan cepat, misalnya dengan menggunakan
rice cooker. Bantuan beasiswa pun dapat membantu orang tua yang kurang
11.2
Saran
Program PLTMH telah berjalan selama kurang lebih empat tahun,
Beberapa hal yang dapat menjadi masukan atau saran dalam pelaksanaan
status
bangunan
sipil),
serta
Yayasan
IBEKA
lebih
bisa
DAFTAR PUSTAKA
Biro Perencanaan dan Keuangan Departemen Pertanian 2004. Pedoman Umum
Pengarusutamaan Gender Dalam Penyusunan Rencana Aksi Pembangunan
Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.
Biro Perencanaan Departemen Dalam Negeri 1998. Perencanaan Pembangunan
Berwawasan Jender (P2BJ). Prepared by Project Gender Responsive
Development Planning.
Biro Pusat Statistik 2005. Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan Tahun
2005. Katalog BPS; 2320. Jakarta.
Cornwall, Andrea 2003. Whose Voices? Reflections on Gender and Participatory
Development. World Development Vol. 31 No.8, pp.1325-1342.
http://www.elsevier.com/locate/worlddev. Diakses Sugiah Mugniesyah
Christine King (n.d.) Gender and rural community development III: tools and
frameworks for gender analysis. Dalam www.regional.org.au Diterjemahkan
oleh Siti Sugiah Mugniesyah
Directorate General for Internacional Co-operation. Netherlands Ministry of
Foreign Affaire February, 1994. Gender Assesment Study. A Guide for Policy
Staff. Special Programme Women and Development.
Fakih, Mansour 1996. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Pustaka Belajar.
Yogyakarta.
Hartini, Titi 2005. Input Teknologi Tepat Guna dan Perempuan Usaha Kecil,
Memarginalkan / Membebaskan? dalam www.PenulisLepas.com. Diakses
tanggal 27 Februari 2008.
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2000 Tentang
Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional 2007. Diambil dari
http://www.menegpp.go.id/. Diakses tanggal 15 November 2007.
Koperasi Mekarsari 2003. Publikasi Profil Koperasi Mekarsari. Desa Cinta
Mekar, Kecamatan Serangpanjang, Kabupaten Subang.
Kuntoadji, Iskandar 2007. PLTMH Berbasis Masyarakat dalam Pikiran Rakyat,
Senin 21 Mei 2007. Bandung.
Lubis, Djuara P dan Sarwiti S. Agung 2004. Bahan Kuliah Perencanaan dan
Evaluasi Partisipatif. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan.
Mies Grijns, Ines Smyth, Anita van Velzen, Sugiah Machfud, Pudjiwati Sajogyo
1991. Different Women Different Work. Gender and Industrialisation in
Indonesia. Averbury Ashgate Publishing Group. Gower House, Croft
Road, Aldershot Hampshire GU 17 3HR, England.
Mugniesyah, Siti Sugiah M. 2004. Gender, Lingkungan dan Pembangunan
Berkelanjutan dalam Adiwibowo, dkk. Ekologi Manusia. Fakultas Ekologi
Manusia. Institut Pertanian Bogor.
____________ 2006. Diktat Mata Kuliah Ilmu Penyuluhan. Institut Pertanian
Bogor. Tidak dipublikasikan.
____________ 2005. Teks Kuliah Komunikasi Gender. Program Studi
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Departemen Sosial Ekonomi
Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan.
Nasdian, Fredian Tonny 2003. Diktat Mata Kuliah Pengembangan Masyarakat
(Community Development). Bagian Ilmu-ilmu Sosial Komunikasi Dan
Ekologi Manusia Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 2009. Republik
Indonesia.
Prasojo, dkk 2003. Modul Mata Kuliah Gender dan Pembangunan. Jurusan Ilmuilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Tidak dipublikasikan.
Said, Rusli 1996. Pengantar Ilmu Kependudukan. LP3ES. Jakarta.
Singarimbun, Masri & Effendi, Sofian (Editor) 1990. Metode Penelitian Survai.
LP3ES. Jakarta.
United Nations Development Programme January, 2001. Gender in Development
Programme Learning and Information Pack. Gender Analysis.
Uphoff, Norman 1986. Local Institutional Development: An Analytical
Sourcebook with cases. Kumarian Press.
Yayasan IBEKA 2004. Publikasi Program PLTMH. Kabupaten Subang.
LAMPIRAN
Sebelumnya Desa Cinta Mekar termasuk Kecamatan Segalagerang, sejak 15 Mei 2008 termasuk
Kecataman Serangpanjang.
Maret
I II III IV
April
II III
IV
I II
Mei
III
IV
I II
Juni
III
IV
Juli
II III IV
Agustus
II III
Rahasia
Nama
Hub.
dgn
KK
2)
Status
Perkawinan
3)
Umur
(thn)
Tgkt
Pend
4)
A. SERUMAH TANGGUNGAN KK
1...........................
2..........................
3.........................
4............................
5.........................
6......................
7......................
1) Isikan: 1. Laki-laki
2) Isikan: 1. KK
2.Isteri/Suami
6. Ayah/Ibunya Suami
2. Perempuan
3. Anak
4. Menantu
7. Lainnya, sebutkan..
5.Ayah/Ibunya Isteri
) Kuesioner ini diambil dari Kuesioner Riset Unggulan Terpadu (RUT). Mugniesyah dkk.,
2001. Pusat Studi Wanita, Lembaga Penelitian, IPB
Jenis
Pek
5)
Status
Pek
6)
Jenis
Nama
Kelamin 1)
B. TIDAK SERUMAH TANGGUNGAN KK
Hub.
dgn
KK
2)
Status
Perkawinan
3)
Umur
(thn)
Tgkt
Pend
4)
Jenis
Pek
5)
Status
Pek
6)
1...................
2...............................
C. TIDAK SERUMAH MANDIRI
1..........................
2............................
3) Isikan: 1. Kawin
2. Belum Kawin 3. Janda/Duda Cerai
4. Janda/Duda Mati
4) Isikan: 1. Tak Sekolah
2. Belum Sekolah 3. Bersekolah di SD kelas 4. Bersekolah di SLTP kelas....
5. Bersekolah di SMU/K kelas...
6. Tamat SD
7. Tamat SLTP
8. Tamat SMU
9. Akademi/Universitas tak tamat
10. Tamat Akademi/Univ. 11. Sedangmesantren tingkat.....di..........(...tahun)
12. Tamat pesantren tingkat.......di .......
13. Lainnya, sebutkan...........................
5)Isikan: 0.Tidak bekerja, karena...................
1. PNS/ABRI
2. Pensiunan PNS/ABRI
3. Petani Pemilik 4. Petani Penggarap
5.Buruh Tani
6. Pedagang
7. Industri RMT 8. Dagang. 9. Warung.. 10. Buruh Angkut..
11. Kombinasi, sebutkan
12. Lainnya, sebutkan
6) Isikan: 1. Berusaha Sendiri
2. Berusaha+TK.Keluarga 3. Berusaha+TK Upahan
4. Karyawan/Buruh
5. Pekerja Keluarga
6.Lainnya, sebutkan
Lokasi
Tahun
Dimiliki
Luas
(Are)
Pemilik
1)
Cara 2)
Harga
Taksiran
1. Sawah
2. Kebun
Desa
3. Pekarangan
4. Kolam
1) Isikan: 1. Milik Sendiri
2) Isikan: 1. Jual Beli
2. Gaduhan, dari..
2. Warisan
3. Lainnya, sebutkan.
3. Milik Orang Lain
4. Lainnya, sebutkan..
DJ
Jumlah
DB
Anak
Sumber
1)
Tahun
Pemeliharaan
Saat Beli
3. Gaduhan IDT
Harga
Sekarang
4. Lainnya, sebutkan.......
Jumlah
Tahun Memiliki
Harga Pembelian
Harga Taksiran
sekarang
Pertanyaan:
Akses (A): Apakah dalam keluarga ini/anggota keluarga (Suami/Istri/Anak Lakilaki (AL)/Anak Perempuan (AP)) yang memperoleh/mempunyai
kesempatan dalam mengikuti............... (Isikan: 1. Ya; 2. Tidak)
Kontrol (K): Siapakah anggota keluarga (Suami/Istri/Anak Laki-laki (AL)/Anak
Perempuan (AP)) turut mengambil keputusan untuk menentukan atas
komponen/kegiatan......(Isikan: 1.Ya; 2. IBEKA; 3. Kepala Desa; 4.
PLN; 5..PT. HIBS; 6.Lainnya, sebutkan...........)
Kegiatan
PERENCANAAN PROGRAM
Suami
Istri
A K A K
AL
A K
A. Persiapan Masyarakat
A.1 Pencatatan data awal:
-Identifikasi Rumahtangga Miskin
A.2 Pembentukan Organisasi:
Koperasi Mekarsari
- Pertemuan 1
- Pertemuan 2
- Pertemuan 3
- Pertemuan 4
B. Penetapan Tujuan Program
C. Penetapan Rencana Kerja
D. Penentuan Prioritas dan Aktivitas
E. Pengalokasian Sumberdaya
F. Diskusi untuk Sosialisasi Program
- Pertemuan 1
- Pertemuan 2
- Pertemuan 3
- Pertemuan 4
- Pertemuan 5
G. Pertemuan dengan Stakeholders (PLN, DGEEU, IBEKA, HIBS)
- Pertemuan 1
- Pertemuan 2
- Pertemuan 3
AP
A K
Keterangan
Pelaksanaan Program
Suami
Istri
A K P A K P
Kegiatan
A. Pembangunan fisik/sipil PLTMH
B.Operasional PLTMH
Operator PLTMH
Andir
Penjaga Taman
C. Kegiatan Gotong Royong
AL
K P
AD
K P
Keterangan
Kolom keterangan pada isikan jumlah jam atau hari kerja (dalam jama/hari) serta upah yang
didapat (dalam rupiah)
Kegiatan
1. Pemasangan sambungan listrik untuk
rumahtangga yang kurang mampu
2. Kegiatan Produktif
Kredit usaha
Kewirausahaan
3. Pendidikan
a. Beasiswa
- Sekolah Dasar, Rp............./bulan
- Sekolah Menengah Pertama, Rp............./bulan
b. Pelatihan........
Pelatihan 1
Pelatihan 2
Pelatihan 3
4. Kesehatan
a. Biaya ganti persalinan, Rp................
b. Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
c. Vaksinasi Hepatitis B
d. Kasus akut
5. Modal (dalam bentuk simpan pinjam dari
koperasi)
Kolom keterangan isikan jumlah uang (Rupiah) yang diterima dari program
AL
A K M
AD
A K M
Keterangan
Kegiatan
A. Pengelolaan Organisasi
A.1 PLTMH
Operator/Kepala Turbin
Andir
Penjaga taman
A.2 Koperasi
Pengurus Harian
PELAKSANAAN PROGRAM
Suami
Istri
A K P A K P
AL
K P
AD
K P
Keterangan
Anggota Koperasi
Mengadiri rapat koperasi............kali
B. Perawatan Bangunan/Komponen
B.1 PLTMH
Generator
Turbin
Pipa Saluran
Bendungan/dam
Rumah pembangkit
B.2 Koperasi
Gedung Koperasi
* Kolom keterangan isikan jam kerja,hari kerja (dalam jam/hari) serta upah pekerja (dalam rupiah)
PEMANFAATAN PROGRAM
Suami
Istri
AL
A K M A K M A K M
AD
Kegiatan
A K M
1. Biaya Operasional Koperasi
a. Biaya administrasi
b. Gaji pengurus
c. Simpanan untuk anggota
2. Biaya Operasional PLTMH
a. Gaji operator
b. Gaji teknisi
Kolom keterangan isikan besarnya biaya iuran dan biaya yang diterima (dalam
rupiah)
Keterangan
1.a*
b.
c.
d.
2.a
b.
Keterangan Foto :
1. Tahap perencanaan program
a. Sosialisasi kepada tokoh masyarakat
b. Rapat di kantor desa
c. Focus Group Discussion (FGD) 1
d. Penggalian gagasan (FGD) 2
* Foto 1a hingga 2a merupakan dokumentasi dari pihak IBEKA, selebihnya dokumentasi penulis.
c.
d.
3.a
b.
c.
Keterangan Foto:
2. Bagian Pelaksanaan Program:
c. Bangunan PLTMH (dari belakang)
d. Gedung/bangunan koperasi
3. Bagian Pemanfaatan Hasil:
a. Pemberian Makanan Tambahan (bubur kacang hijau)
b. Simpan Pinjam
c. Penerima Pemasangan Listrik pada Orang Kurang Mampu (OKM)
Tabel 2. Nama dan Harga Barang Dagangan Mang Snb, Desa Cinta Mekar,
Tahun 2008
Nama Item
Harga Beli (Rp) Harga Jual (Rp) Ongkos (Rp)
Pisang 1 kg
500
700
7000
Kelapa 1 gedeng (2 buah)
1000
3000
Sumber : Dikumpulkan oleh penulis berdasarkan survei tahun 2008
Untuk kelapa Mang Snb memanjat sendiri pohon kelapa yang akan
dibelinya. Setiap kali hari pasar, Mang Snb biasanya membawa 70 kg
pisang.
Dengan demikian perhitungan untuk penjualan pisang sebagai berikut:
Pembelian
: 70kg x Rp.500; = Rp.35.000;
Penjualan
: 70kg x Rp.700; = Rp.49.000;
Ongkos angkot
:
Rp. 7.000;
Untung
:
Rp. 7.000;
Keuntungan perbulan sebesar Rp. 56.000;
Untuk kelapa terkadang hanya membawa 5 gedeng (10 buah), sehingga
keuntungannya:
Pembelian
: 5 x Rp.1.000; = Rp.5.000;
Penjualan
: 5 x Rp.3.000; = Rp.15.000;
Ongkos
:
Rp.7.000;
Untung
:
Rp.3.000;
Kentungan perbulan sekitar Rp. 24.000;
Tidak ada perubahan harga pisang dan kelapa ketika BBM naik, hanya
ongkos angkot yang naik. Sebelum BBM naik ongkosnya Rp.6.000; untuk
pulang dan pergi, setelah BBM naik menjadi Rp.7.000;.
Pedagang Gorengan (Bu Han, 30thn)
Jenis gorengan yang dijual berupa bala-bala, combro, peuyeum goreng dan
pisang goreng. Bu Han membeli bahan-bahan seminggu dua kali (pada hari
pasar). Rincian bahan-bahan serta harga dapat dilihat pada Tabel 3.
Bahan Tambahan :
Lepet : Rp.5.000;