Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama
: Ny.J
Umur
: 45 tahun
Alamat
: Mekar Asri
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
Medrek
: 87-73-XX
MRS
KRS
: 01 Agustus 2016
Ruangan
: Jade
Nama Suami
: Tn. R
Umur
: 55 tahun
Alamat
: Mekar Asru
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Buruh
2. Anamnesis
Dikirim oleh
: Dokter Sp.OG
Sifat
: Rujukan
Keterangan
:A. Keluhan Utama
:
Keluar darah dari jalan lahir
B. Anamnesis Khusus
G8P7A0, pasien perempuan merasa hamil 4 bulan datang ke Rumah Sakit
Umum dr. Slamet Garut dengan membawa rujukan dari dokter spesialis obgyn karena
mengalami hamil anggur. Pasien mengaku memiliki keluhan keluar darah dari jalan
lahir sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Keluhan darah yang keluar mulanya
sedikit-sedikit dan sering berwarna darah merah segar dan bergumpal disertai
gelembung-gelembung seperti telur ikan.
C. Riwayat Obstetri
Kehamila
n ke
Tempat
Penolong
Cara
Kehamila
Cara
BB
Jenis
Usi
Keadaan
Persalinan
Rumah
Paraji
Aterm
Spontan
II
Rumah
Paraji
Aterm
Spontan
III
Rumah
Paraji
Aterm
Spontan
IV
Rumah
Paraji
Aterm
Spontan
Rumah
Paraji
Aterm
Spontan
VI
Rumah
Paraji
Aterm
Spontan
Bidan
Aterm
Spontan
VII
Puskesma
s
Lahir
Kelamin
2500
Perempua
gr
2700
gr
2500
gr
2600
gr
2500
gr
2500
gr
3700
gr
a
23
Laki-laki
21
Laki-laki
15
10
Laki-laki
Laki-laki
3hr
7 hr
Perempua
n
Perempua
n
Kehamila
VIII
n Saat ini
D. Riwayat Perkawinan :
Status
Usia saat menikah
E. Haid
Siklus haid
: Teratur
Lama haid
: 7 hari
Banyaknya darah : Biasa
Nyeri haid
: Tidak dirasakan
Menarche usia
: 15 tahun
HPHT
: 25 Maret 2016
F. Riwayat kontrasepsi
Tidak pernah menggunakan kontrasepsi
G. Prenatal Care
Datang untuk kontrol kehamilan ke Bidan dan dokter spesialis kandungan dengan
jumlah kunjungan 3 kali selama kehamilan, terakhir 1 hari yang lalu.
:
:
:
:
:
:
:
Sakit sedang
Compos mentis
120/80 mmHg
82 x/menit
20 x/menit
36,2 C
Konjungtiva Anemis : -/Sklera ikterik : -/: Tiroid : tidak ada kelainan
KGB : Tidak ada kelainan
: Bunyi jantung I-II murni reguler
Gallop (-), Murmur (-)
: VBS kiri = kanan, Rhonki -/-, Wheezing -/: Cembung lembut, NT (-), DM (-)
Hepar dan Lien: Sulit dinilai
: Edema tungkai -/-,
Varises -/-
4. Status Ginekologi
1) Pemeriksaan luar
Inspeksi
Palpasi
: cembung, simetris
: Fundus Uteri: 1 jari diatas pusat
Massa Tumor : teraba / tidak teraba
Uk : Permukaan : Mobilitasi : mobile / immobile
Posisi : sentral / lateral
Konsistensi : kistik / padat / mixed
Perkusi/ Auskultasi : Redup / dalam batas normal
2) Inspekulo :
Fluksus
:+
3) Pemeriksaan Dalam :
Vulva
Vagina
Portio
Ostium uteri eksternum
Corpus uteri
Parametrium kanan-kiri
Cavumdouglas
:
:
:
:
TAK
TAK
Tebal lunak
Terbuka
5. Pemeriksaan Penunjang
1) Hematologi (27/07/2016)
Darah Rutin
Hemoglobin (12.0 16.0 g/dL)
Hematokrit (35 47 %)
Leukosit (3.600 10.600/mm3)
Trombosit (150.000 440.000/ mm3)
Eritrosit (3.6 5.8 juta/ mm3)
2) Imunoserologi
HCG Kuantitatif
<4
3) Kimia Klinik
AST
s/d 31
ALT
s/d 31
Ureum
15-50
Kreatinin
0.5-1.3
Kolesterol Total
<200
Trigliserida
<135
Glukosa Darah Pusa
70-110
:
:
:
:
:
13.5 g/dL
40 %
11.280 /mm3
350.000 /mm3
4.36 juta/mm3
56545.56
14
18
17
0.7
155
19.5
98
6. Diagnosis
Mola Hidatidosa
7. Rencana Pengelolaan
1) Observasi KU, TTV, Perdarahan
2) Cek hematologi rutin
3) R/ OP
4) Informed Consent
8. USG
Telah dilakukan oleh dokter spesialis Kandungan
9. Laporan Operasi
Jam Operasi Mulai : 13.25
Nama : Ny. J
No. CM :8773xx
Umur : 45 Tahun
Ruang : Jade
Operator :
Asisten I :
Perawat Instrumen:
Asisten II :
Sirkulasi:
Ahli Anestesi :
Asisten Anestesi :
Fitri
Diagnosa Pra-Bedah :
Indikasi Operasi :
Mola Hidatidosa
Mola hidatidosa
Jenis Operasi :
Dari hasil pemeriksaan patologi anatomi didapatkan kesan Hiperplasia Atipik Endometrii
Catatan
Instruksi
S/
Mual
O/
KU
: CM
TD
: 110/90 mmHg
N
: 82 x / menit
R
: 20 x / menit
S
: 36,0o C
Mata
: CA( - / -) , SI (- / -)
Abdomen : Cembung, lembut, NT (-), DM
(-)
TFU
: 2 jari diatas pusar
Perdarahan : (+)
BAB/BAK : (-/+)
R/ Hysterectomi totalis in
toto
A/
Mola Hidatidosa
30/7/16
POD 1
31/7/16
POD II
S/
Mual, nyeri ulu hati
O/
KU
: CM
TD
: 120/90 mmHg
R
: 22 x / menit
N
: 107 x / menit
S
: 36,2o C
Mata
: CA( - / -) , SI (- / -)
Abdomen : datar lembut,, NT ( -), DM (-)
Lo: Tertutup verban
Perdarahan : (-)
BAB/BAK : (-/-)
A/
Post histerektomi totalis ai mola hidatidosa
S/
O/
KU
: CM
TD
: 100/70 mmHg
R
: 20 x / menit
N
: 80 x / menit
S
: 36,6o C
Mata
: CA( - / -) , SI (- / -)
Abdomen : datar lembut,, NT ( -), DM (-)
Lo: Kering terawat
Perdarahan : (-)
BAB/BAK : (+/+)
p/
-Cefotaxime 2x1 gr/iv
-Metronidazole 3x500
-Kaltrofen supp 2x1
P/
-Cefadroxil 2x500 mg
-As. Mefenamat 3x500 mg
-Metronidazole 3x500 mg
-Aff Infus
A/
Post histerektomi totalis ai mola hidatidosa
01/8/16
POD III
S/
O/
KU
: CM
TD
: 100/70 mmHg
R
: 20 x / menit
N
: 80 x / menit
S
: 36,5o C
Mata
: CA( - / -) , SI (- / -)
Abdomen : datar lembut,, NT ( -), DM (-)
Lo: Kering terawat
Perdarahan : (+) banyak
BAB/BAK : (+/+)
A/ Post histerektomi
hidatidosa
totalis
ai
mola
P/
Cefadroxil 2x500 mg
-As. Mefenamat 3x500 mg
-Metronidazole 3x500 mg
BLPL
BAB II
PERTANYAAN KASUS
2.1.
fluksus (+), FU: 2 jari diatas pusar OUE terbuka Mola hidatidosa
Jadi diagnosis untuk pasien ini: G8P7A0 dengan Mola hidatidosa
2.2.
Pengelolaan pasien ini sudah tepat, karena penderita golongan risiko tinggi, yakni
berusia >35 tahun dengan jumlah anak hidup cukup.
2.3.
Quo ad vitam pada pasien ini ad bonam karena setelah dilakukan terapi berupa
tindakan histerektomi totalis. Menilai sudut pandang pasien yang telah memiliki 5
orang anak dari 7 kelahiran dan usia pasien memiliki faktor resiko tinggi terjadinya
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Mola Hidatidosa
3.1.1. Definisi
Suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin dan
hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa degenerasi ektopik. Secara
makroskopik, mola berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berupa
cairan jernih, dengan ukuran bervariasi. Gambaran histopatologik yang khas dari mola
hidatidosa ialah edema stroma vili, tidak ada pembuluh darah pada vili/degenerasi
hidropik dan proliferasi sel-sel trofoblas
3.1.2. Klasifikasi
a. Molahidatidosa komplit
Merupakan kehamilan abnormal tanpa embrio yang seluruh vili korialisnya
mengalami degenerasi hidropik yang menyerupai anggur hingga sama sekali tidak
ditemukan unsur janin. Secara mikroskopik tampak edema stroma vili tanpa
vaskularisasi disertai hyperplasia dari kedua lapisan trofoblas.
Kadang kadang pembuahan terjadi oleh dua buah sperma 23 X dan 23 Y
(dispermi) sehingga terjadi 46 XX atau 46 XY. Disini MHK bersifat heterozigot, tetapi
tetap androgenetik dan bisa terjadi, walaupun sangat jarang terjadi hamil kembar
dizigotik yang terdiri dari satu bayi normal dan satu lagi MHK.
Secara makroskopis MHK mempunyai gambaran yang khas, yaitu berbentuk kista
atau gelembung-gelembung dengan ukuran antara beberapa mm sampai 2-3cm,
berdinding tipis, kenyal, berwarna putih jernih, berisi cairan seperti cairan asites atau
edema. Kalau ukurannya kecil, tampak seperti kumpulan telur katak, tetapi kalau besar
tampak seperti serangkaian buah anggur yang bertangkai. Oleh karena itu MHK disebut
juga kehamilan anggur. Tangkai tersebut melekat pada endometerium.
Umumnya seluruh endometerium dikenai, bila tangkainya putus terjadilah
perdarahan. Kadang-kadang gelembung-gelembung tersebut diliputi oleh darah merah
atau coklat tua yang sudah mengering. Sebelum ditemukan USG, MHK dapat mencapai
ukuran besar sekali dengan jumlah gelembung melebihi 2.000 cc.
b. Molahidatidosa parsialis
MHP harus dipisahkan dari MHK, karena keduanya terdapat perbedaan yang
mendasar, baik dilihat dari segi patogenesisnya (sitogenetik), klinis, prognosis, maupun
gambaran PA-nya.
Pada MHP hanya sebagian dari vili korialis yang mengalami degenerasi hidropik
sehingga unsur janin selalu ada. Perkembangan janin akan tergantung kepada luasnya
plasenta yang mengalami degenerasi, tetapi janin biasanya tidak dapat bertahan lama
dan akan mati dalam rahim, walaupun dalam kepustakaan ada yang melaporkan tentang
Gambaran
Kariotipe
Sering ada
Tidak ada
Sering ada
Tidak ada
fetal
Fokal, bervariasi
Diffuse
Edema vili
Proliferasi trofoblast
sampai berat
Diagnosa
Abortus tertunda
Kehamilan mola
Ukuran uterus
kehamilan
kehamilan
Gambaran Klinis
Kista theca-lutein
Komplikasi medis
25-30%
Jarang
Jarang
Sering
Analisis sitogenetik pada jaringan yang diperoleh dari kehamilan mola memberikan
beberapa petunjuk mengenai asal mula dari lesi ini. Kebanyakan mola hidatidosa
adalah mola lengkap dan mempunyai 46 kariotipe XX. Penelitian khusus
menunjukkan bahwa kedua kromosom X itu diturunkan dari ayah. Secara genetik,
sebagian besar mola hidatidosa komplit berasal dari pembuahan pada suatu telur
kosong (yakni, telur tanpa kromosom) oleh satu sperma haploid (23 X), yang
kemudian berduplikasi untuk memulihkan komplemen kromosom diploid (46 XX).
Hanya sejumlah kecil lesi adalah 46 XY.
Pada mola yang tidak lengkap atau sebagian, kariotipe biasanya suatu triploid,
sering 69 XXY (80%). Kebanyakan lesi yang tersisa adalah 69 XXX atau 69 XYY.
Kadang-kadang terjadi pola mozaik. Lesi ini, berbeda dengan mola lengkap, sering
disertai dengan janin yang ada secara bersamaan. Janin itu biasanya triploid dan cacat.
Gambar 3. Susunan sitogenetik dari mola hidatidosa. A. Sumber kromosom dari mola
lengkap. B. Sumber kromosom dari mola sebagian yang triploid
Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblas:
1. Teori missed abortion.
Teori ini menyatakan bahwa mudigah mati pada usia kehamilan 3-5 minggu (missed
abortion). Hal inilah yang menyebabkan gangguan peredaran darah sehingga terjadi
penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembunggelembung. Menurut Reynolds, kematian mudigah itu disebabkan karena kekurangan gizi
berupa asam folik dan histidine pada kehamilan hari ke 13 dan 21. Hal ini menyebabkan
terjadinya gangguan angiogenesis.
2. Teori neoplasma
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Park. Pada penyakit trofoblas, yang abnormal
adalah sel-sel trofoblas dimana fungsinya juga menjadi abnormal. Hal ini menyebabkan
kehamilan
biasa, kadar Hcg darah paling tinggi 100.000 IU/L, sedangkan pada mola
hidatidosa komplit dapat mencapai 5.000.000 IU/L.
c. Adanya kista lutein, baik unilateral maupun bilateral, umumnya akan hilang
setelah jaringan mola dikeluarkan. Kasus mola dengan kista lutein mempunyai
resiko 4 kali lebih besar untuk terjadinya degenerasi keganasan dikemudian hari
daripada kasus yang tanpa kista.
3. Adanya penyulit :
a. Preeklampsia
b. Tirotoksikosis. Akibat rangsangan kadar -hcg yang tinggi
c. Emboli trofoblas ke paru-paru
Pada kehamilan normal selalu ada migrasi sel trofoblas ke paru-paru namun tanpa
menimbulkan gejala apapun, namun dalam mola hidatidosa jumlah sel trofoblas
lebih banyak sehingga dapat menimbulkan emboli paru akut yang bisa
menyebabkan kematian.
3.1.7. Diagnosis
1.
Anamnesis
Ada kehamilan disertai gejala dan tanda kehamilan muda yang berlebihan,
perdarahan pervaginam berulang cenderung berwarna coklat dan kadang
bergelembung seperti busa.
-
kehamilan biasa
-
terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak, tidak teratur, warna tengguli tua
atau kecoklatan
pembesaran rahim yang tidak sesuai (lebih besar) bila dibandingkan dengan
usia kehamilan seharusnya
keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan (tidak selalu ada) yang
merupakan diagnosa pasti
(1) Perdarahan vaginal. Gejala klasik yang paling sering pada mola komplet adalah
perdarahan vaginal. Jaringan mola terpisah dari desidua, menyebabkan
perdarahan. Uterus membesar (distensi) oleh karena jumlah darah yang banyak,
dan cairan gelap bisa mengalir melalui vagina. Gejala ini terdapat dalam 97%
kasus.
(2) Hiperemesis. Penderita juga mengeluhkan mual dan muntah yang berat. Hal ini
merupakan akibat dari peningkatan secara tajam hormon -HCG.
(3) Hipertiroid. Setidaknya 7% penderita memiliki gejala seperti takikardi, tremor
dan kulit yang hangat. Didapatkan pula adanya gejala preeklamsia yang terjadi
pada 27% kasus dengan karakteristik hipertensi ( TD > 140/90 mmHg),
protenuria (>300 mg.dl), dan edema dengan hiperefleksia
2.
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Palpasi :
3.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan kadar B-hCG
BetaHCG urin
Berikut adalah gambar kurva regresi hCG normal yang menjadi parameter
dalam penatalaksanaan lanjutan mola hidatidosa.
3.1.9
Tatalaksana
Untuk pasien berusia 35 tahun atau lebih dengan jumlah anak cukup,
dilakukan histerektomi totalis baik dengan jaringan mola in toto atau beberapa
hari pasca kuret
3. Terapi profilaksis dengan sitostatika
Diberikan pada kasus mola dengan resiko tinggi akan terjadinya keganasan
di bawah pengawasan dokter. Misalnya umur tua dan paritas tinggi yang menolak
untuk dilakukan histerektomi, atau kasus dengan hasil histopatologi yang
mencurigakan. yaitu :
yang menjadi ganas tidak banyak dan sitostatika merupakan obat yang berbahaya.
Goldstein
berpendapat
menghindarkan
bahwa
keganasan
pemberian
metastasis,
sitostatika
serta
profilaksis
mengurangi
dapat
terjadinya
Jadwal pengawasan :
3 bulan ke-1
: 2 minggu sekali
3 bulan ke-2
: 1 bulan sekali
6 bulan terakhir
: 2 bulan sekali
Foto toraks pada bulan ke-6 dan ke-12 atau bila ada keluhan
memastikan pada mola hidatidosa telah sembuh sempurna dan pemberian kemoterapi jika
diperlukan.
Klinis, laboratorium dan radiologi dicari mengenai keluhan utama dan juga H,B,E,S
yaitu :
3.1.10 Komplikasi
kehamilan mola. Untuk alasan ini, hCG kuantitatif serial harus dipantau
Faktor yang dilepaskan oleh jaringan molar bisa memicu kaskade koagulasi.
Pasien harus dipantau untuk terjadinya koagulopati intravaskular diseminata
(DIC).
3.1.11 Prognosis
Sebuah mola hidatidosa dianggap ganas jika metastasis atau invasi destruktif
dari miometrium yaitu mola invasif atau ketika tingkat serum hCG tiba-tiba tinggi
atau meningkat selama follow up kecuali pada kehamilan. Keganasan didiagnosis
pada 15-20% pasien dengan mola hidatidosa komplit dan 2-3% dari mola parsial.
Metastasis ke paru-paru ditemukan 4-5% pasien dengan mola hidatidosa sempurna
dan jarang dalam kasus mola hidatidosa parsial.
Kematian pada mola hidatidosa disebabkan oleh perdarahan, infeksi, payah
jantung atau tirotoksikosis. Kematian akibat mola di negara berkembang cukup
tinggi berkisar antara 2,2% dan 5,7%. Sebagian kelompok perempuan kemudian
menderita degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma.
DAFTAR PUSTAKA
1.