You are on page 1of 11

IMPLIKASI TEORI PROSSER

DALAM PROSES PENYELENGGARAAN


PENDIDIKAN TEKNIK KEJURUAN

Di susun Oleh :
Enggar Dista Pratama

14504241031

Ahmad Faisal Murfi

14504241031

Pendidikan Teknik Otomotif


Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta
2016

A. Implikasi Teori Prosser Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Teknik Kejuruan


Menurut teori Charles Prosser dalam buku Vocational Education in a Democracy, (Prosser
& Quigley, 1950) dalam Wardinam (1998) bahwaterdapat 16 prinsip pendidikan kejuruan dan
vokasi yaitu;
1. Pendidikan kejuruan akan efisien jika lingkungan dimana siswa dilatih merupakan
replika lingkungan dimana nanti ia akan bekerja.
2. Pendidikan kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan dimana tugas-tugas latihan
dilakukan dengan cara, alat dan mesin yang sama seperti yang ditetapkan di tempat kerja.
3. Pendidikan kejuruan akan efektif jika melatih seseorang dalam kebiasaan berpikir dan
bekerja seperti yang diperlukan dalam pekerjaan itu sendiri.
4. Pendidikan kejuruan akan efektif jika dapat memampukan setiap individu memodali
minatnya, pengetahuannya dan keterampilannya pada tingkat yang paling tinggi.
5. Pendidikan kejuruan yang efektif untuk setiap profesi, jabatan atau pekerjaan hanya dapat
diberikan kepada seseorang yang memerlukannya, yang menginginkannya dan yang
mendapat untung darinya.
6. Pendidikan kejuruan akan efektif jika pengalaman latihan untuk membentuk kebiasaan
kerja dan kebiasaan berpikir yang benar diulang-ulang sehingga sesuai seperti yang
diperlukan dalam pekerjaan nantinya.
7. Pendidikan kejuruan akan efektif jika gurunya telah mempunyai pengalaman yang sukses
dalam penerapan keterampilan dan pengetahuan pada operasi dan proses kerja yang akan
dilakukan.
8. Pada setiap jabatan ada kemampuan minimum yang harus dipunyai oleh seseorang agar
dia tetap dapat bekerja pada jabatan tersebut.
9. Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar.
10. Proses pembinaan kebiasaan yang efektif pada siswa akan tercapai jika pelatihan
diberikan pada pekerjaan yang nyata (pengalaman sarat nilai).
11. Sumber yang dapat dipercaya untuk mengetahui isi pelatihan pada suatu okupasi tertentu
adalah dari pengalaman para ahli okupasi tersebut.
12. Setiap pekerjaan mempunyai ciri-ciri isi (body of content) yang berbeda- beda antara satu
dengan yang lain.

13. Pendidikan kejuruan akan merupakan layanan sosial yang efisien jika sesuai dengan
kebutuhan seseorang yang memang memerlukan dan memang paling efektif jika
dilakukan lewat pengajaran kejuruan.
14. Pendidikan kejuruan akan efisien jika metode pengajaran yang digunakan dan hubungan
pribadi dengan peserta didik mempertimbangkan sifat-sifat peserta didik tersebut.
15. Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien jika luwes.
16. Pendidikan kejuruan memerlukan biaya tertentu dan jika tidak terpenuhi maka
pendidikan kejuruan tidak boleh dipaksakan beroperasi.
Penerapan PTK( Pendidikan Teknologi Kejuruan) di Indonesia didasari oleh undangundang
no. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, dimana dalam pelaksanaannya menggunakan prinsipprinsip Pendidikan Kejuruan menurut Charles Prosser yang telah di sebutkan di atas. Namun
dalam pelaksanaannya semua prinsip-prinsip tersebut belumlah dapat terpenuhi seluruhnya.
Dalil atau Prinsip Pendidikan Kejuruan Prosser sebagian besar sangat sulit untuk diterapkan
dengan baik dalam sistem pendidikan kejuruan kita saat ini dikarenakan berbagai masalah
diantaranya kurangnya peralatan, manajemen, biaya, dan lain - lain. Hal ini sangat menyedihkan
mengingat semakin banyaknya sekolah kejuruan didirikan di Indonesia. Bahkan rasio sekolah
umum vs sekolah kejuruan akan segera mencapai 30:70, suatu ledakan jumlah yang sangat besar,
namun tidak diimbangi oleh penerapan prinsip-prinsip yang benar.
Implementasi paling nyata dari sejumlah teori Prosser tersebut di atas adalah
dilaksanakannya Pendidikan Sistem Ganda (PSG) dan Praktek Kerja Industri (Prakerin).
Pendidikan kejuruan (vokasi), orientasi pendidikannya harus diarahkan pada kebutuhan dunia
kerja atau dunia industri dengan pola pendekatan kemitraan yang berkesinambungan. Bukan
menggunakan pola asumsi.
Sejumlah sekolah telah menjalin kerja sama yang intensif dengan dunia industri, bahkan
melibatkan industri dalam penyusunan kurikulumnya, telah disadari bahwa dengan melibatkan
industri, arah penyelenggaraan pendidikan kejuruan tentu akan lebih jelas dan mampu
mengurangi bahkan menghilangkan gap antara lulusan sekolah kejuruan dengan kebutuhan dunia
kerja. Manfaat kerja sama industri tidak hanya sampai disitu, Menurut Pardjono dalam dalam
Delly (2013) bahwa peran DUDI bagi sekolah diantaranya:
1. Sebagai Tempat Praktek Peserta Didik

Banyak SMK yang tidak memiliki peralatan dan mesin untuk praktek dalam memenuhi
standar kompetensi atau tujuan yang ditentukan, menggunakan industri sebagai tempat
praktek (outsourcing). Permasalahannya adalah pada saat ini jumlah industri tidak
sebanding dengan jumlah peserta didik SMK yang memerlukannya sebagai tempat
praktek ini. Sementara itu, masing-masing industri memiliki kapasitas yang terbatas
untuk bisa menampung peserta didik SMK untuk praktek di industri tersebut. Kebijakan
pemerintah yang mendorong tumbuhnya jumlah SMK hingga menjadi 70% SMK dan
30 % SMA semakin menambah masalah yang terkait dengan hal ini. Karena anggaran
untuk penyediaan alat dan bahan praktek masih kurang, maka akan semakin banyak
SMK baru yang tidak mampu memenuhi kebutuhan alat dan bahan yang sesuai dengan
tuntutan kurikulum dan standar kompetensi dunia kerja.
2. Industri Sebagai Tempat Magang Kerja
Sistem Magang (apprenticeship) merupakan sistem pendidikan kejuruan yang paling tua
dalam sejarah pendidikan vokasi. Sistem magang merupakan sistem yang cukup efektif
untuk mendidik dan menyiapkan seseorang untuk memperdalam dan menguasai
keterampilan yang lebih rumit yang tidak mungkin atau tidak pernah dilakukan melalui
pendidikan masal di sekolah. Dalam sistem magang seorang yang belum ahli (novices)
belajar dengan orang yang telah ahli (expert) dalam bidang kejuruan tertentu. Sistem
magang juga dapat membantu peserta didik SMK memahami budaya kerja, sikap
profesional yang diperlukan, budaya mutu, dan pelayanan konsumen
3. Industri Sebagai Tempat Belajar Manajemen Industri dan Wawasan Dunia Kerja
Selama ini, industri dimanfaatkan oleh sekolah sebagai tempat pembelajaran tentang
manajemen dan organisasi produksi. Peserta didik SMK kadang-kadang melakukan
pengamatan cara kerja mesin dan produk yang dihasilkan dengan secara tidak langsung
belajar tentang mutu dan efisiensi produk. Selain itu peserta didik juga belajar tentang
manajemen dan organisasi industri untuk belajar tentang dunia usaha dan cara
pengelolaan usaha, sehingga mereka memiliki wawasan dan pengetahuan tentang dunia

usaha. Melalui belajar manajemen dan organisasi ini juga bisa menambah wawasan
peserta didik pada dunia wirausaha.
Dengan menjalin kerjasama antara sekolah dengan DUDI, maka terdapat beberapa poin-poin
dari teori Charles Prosser yang dapat dikembangkan dengan cara menjalin kerjasama yang
maksimal dengan dunia industry yaitu; (1)Pendidikan kejuruan akan efisien jika lingkungan
dimana siswa dilatih merupakan replika lingkungan dimana nanti ia akan bekerja. (2) Pendidikan
kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan dimana tugas-tugas latihan dilakukan dengan cara,
alat dan mesin yang sama seperti yang ditetapkan di tempat kerja. (3) Pendidikan kejuruan akan
efektif jika melatih seseorang dalam kebiasaan berpikir dan bekerja seperti yang diperlukan
dalam pekerjaan itu sendiri (6) Proses pembinaan kebiasaan yang efektif pada siswa akan
tercapai jika pelatihan diberikan pada pekerjaan yang nyata (pengalaman sarat nilai). (8) Setiap
pekerjaan mempunyai ciri-ciri isi (body of content) yang berbeda-beda antara satu dengan yang
lain.
Hal tersebut merupakan salah satu cara untuk penerapan prinsip prosser walaupun dalam
penerapan tidak maksimal di karenakan keadaan sekolah kejuruan di Indonesia. Hal terjauh yang
bisa dilaksanakan sekolah kejuruan adalah menyediakan fasilitas praktek dasar sehingga lulusan
nanti akan memiliki kompetensi dasar yang kuat untuk dikembangkan lebih lanjut jika sudah
diterima di industri.
Implikasi teori prosser di Indonesia:
1. Pendidikan kejuruan akan efisien jika lingkungan dimana siswa dilatih merupakan
replika lingkungan dimana nanti ia akan bekerja.
Prinsip ini akan sangat sulit untuk bisa diterapkan diIndonesia karena pembuatan replika
akan memerlukan biaya besar dan harus selalumengikuti perkembangan yang terjadi di
dunia industri. Melihat keadaan sekolahkejuruan di Indonesia, sangat sulit mewujudkan
prinsip ini. Hal terjauh yang bisa dilaksanakan adalah menyediakan fasilitas praktek dasar
sehingga lulusan nanti akan memiliki kompetensi dasar yang kuat untuk dikembangkan
lebih lanjut jika sudah diterima di industri.
2. Pendidikan kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan dimana tugas-tugas latihan
dilakukan dengan cara, alat dan mesin yang sama seperti yang ditetapkan di tempat kerja.
Jika sekolah mampu menyelenggarakan praktek kerja langsung di industri secara memadai
dari sisi waktu, intensitas dan dengan pengawasan yang baik, maka prinsip ini bisa

terpenuhi. Dalam kenyataan sekolah kewalahan harus menempatkan siswa dalam jumlah
banyak untuk melaksanakan praktek yang sesuai kurikulum langsung dilokasi industri.
3. Pendidikan kejuruan akan efektif jika melatih seseorang dalam kebiasaan berpikir dan
bekerja seperti yang diperlukan dalam pekerjaan itu sendiri.
Hal ini juga sangat sulit diterapkan di Indonesia karena budaya dan lingkungan sekolah yang
sangat berbeda dengan lingkungan industri sebenarnya. Idealnya sekolah bisa menciptakan
kondisi yang mendukung pembentukan pola pikir dan pola kerja bagi siswanya, namun
kendala terbesar adalah bahwa manajemen sekolah tidak memiliki latar belakang industri
yangkuat. Hampir semua sekolah vokasi dipimpin dan diajar oleh para professional
pendidikan yang tidak memiliki pengalaman industri cukup. Maksud latar belakang dalam
hal ini adalah pengalaman bekerja dan etos kerja industri, sehingga mustahil bisa
menciptakan suasana industri didalam sekolah.
4. Pendidikan kejuruan akan efektif jika dapat memampukan setiap individu memodali
minatnya, pengetahuannya dan keterampilannya pada tingkat yang paling tinggi.
Prinsip ini sudah banyak diterapkan dan berhasil di banyak sekolah kejuruan. Sistem
pendidikan kita memungkinkan bagi individu siswa untuk maju dan meraih tingkat
kompetensi dan keberhasilan yang setinggi-tingginya.Ini kemungkinan akibat liberalnya
sistem pendidikan kita sehingga memungkinkansiswa yang memiliki potensi, rajin dan
memiliki kemauan kuat dapat melajucepat. Namun hal ini juga berlaku bagi siswa yang
lemah, dimana siswa sepertiini akan tertinggal jika tidak memiliki keinginan dan motivasi
yang kuat untuk maju. Sistem pendidikan yang ada memberikan keleluasaan besar pada guru
untukmenentukan kualitas proses pembelajaran. Guru akan cenderung memberikan
prioritaspada siswa yang potensial dan aktif. Sistem kontrol pembelajaran kurang
bisamemastikan pemerataan prioritas terhadap semua siswa untuk mendapat pelajaran yang
sama kuantitas dan kualitasnya.
5. Pendidikan kejuruan yang efektif untuk setiap profesi, jabatan atau pekerjaan hanya dapat
diberikan kepada seseorang yang memerlukannya, yang menginginkannya dan yang
mendapat untung darinya.
Idealnya memang semua calon siswa yang masuk ke sekolah kejuruan sudah melewati
seleksi potensi teknis dan non-teknis, sehingga siswa yang masuk adalah siswa yang secara
bakat dan minat sesuai dengan jurusan yangdipilih serta memiliki motivasi intrinsik yang
besar untuk menjalanipembelajaran. Namun ada banyak faktor yang menyebabkan hal ini
kurang bisadilaksanakan di sebagian besar sekolah. Salah satu faktor penting adalah karena

tidak adanya bimbingan dan konseling karir atau vokasional di level SMP sebelummasuk
SMK dan juga di level SMA/SMK ke program vokasi lanjutannya. Ini menyebabkan calon
siswa sekolah kejuruan tidak memiliki pengertian yang cukup mengenai dunia kerja,
sehingga dalam banyak kasus terjadi ketidaksesuaian siswa yang masuk ke sekolah vokasi.
6. Pendidikan kejuruan akan efektif jika pengalaman latihan untuk membentuk kebiasaan kerja
dan kebiasaan berpikir yang benar diulang-ulang sehingga sesuai seperti yang diperlukan
dalam pekerjaan nantinya.
Prinsip ini banyak diabaikan dan memang sulit untuk diterapkan sepenuhnya karena
banyaknya beban kurikulum sekolah kejuruan di Indonesia. Siswa tidak hanya belajar mata
pelajaran teknis namun juga pelajarannormatif dan adaptif yang memakan porsi hingga 3040% dari total waktu pembelajaran. Waktu pembelajaran praktek kejuruan juga tidak bisa
melaksanakan kegiatan berulang karena kurangnya sarana prasarana penunjang praktek
sehingga harus bergantian dengan siswa lain. Pada saat Praktek Industri sebenarnya siswa
mendapat waktu panjang untuk mengulang-ulang kegiatan praktek, namun banyak siswa
terkendala dengan penempatan praktek yang tidak sesuai jurusan.
7. Pendidikan kejuruan akan efektif jika gurunya telah mempunyai pengalaman yang sukses
dalam penerapan keterampilan dan pengetahuan pada operasi dan proses kerja yang akan
dilakukan.
Prinsip ini juga sangat sulit diterapkan di Indonesia.Praktisi yang sukses tidak akan memilih
dunia pendidikan sebagai pilihan karirutama mereka karena banyak faktor. Pendidik di
sekolah kejuruan sebagaian besar adalah pendidik murni dengan ketrampilan teknis tingkat
pemula. Solusinya adalah dengan mendatangkan pengajar tamu dari industri ke sekolah,
namun karena terbatasnya waktu biasanya kegiatan ini hanya bisa memberi wawasan
pengetahuan saja ke siswa dan tidak bisa sampai pada pemberian ketrampilan. Akhirnya
memangkita harus realistis, sekolah kejuruan kita baru bisa memasok calon tenaga kerja
yang siap latih ketika masuk ke dunia industri. Mereka dibekali pengetahuan dan
ketrampilan dasar pada bidangnya. Jika industri ingin mendapat pekerja dengan level
kompetensi lebih tinggi atau lebih spesifik, mereka harusmelakukan pelatihan lanjutan
secara in-company.
8. Pada setiap jabatan ada kemampuan minimum yang harus dipunyai oleh seseorang agar dia
tetap dapat bekerja pada jabatan tersebut.
Saat ini sudah ada standar kompetensi baku yang dipakai sebagai acuan di SMK yaitu
SKKD dan Program Diploma banyak mengacu pada SKKNI. Hal ini sudah cukup memadai,

namun masih ada kendala dalam implementasi di lapangan seperti tidak standarnya proses
pembelajaran antar sekolah dan antar daerah dalam satu bidang keahlian. Kesulitan lain
adalah pada saat uji kompetensi yang juga tidakstandar antar sekolah dan antar daerah
karena menggunakan penguji yang berbedadan tidak profesional. Seharusnya uji kompetensi
dilakukan oleh satu lembaga khusus dibawah asosiasi industri tertentu, namun secara
kelembagaan hal ini belum bisa diwujudkan sepenuhnya di Indonesia. Masih banyak sekolah
kejuruanyang tidak bisa mendapatkan mitra penguji kompetensi yang benar-benar kompeten
dan layak menjadi penguji.
9. Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar.
Secara alamiah prinsip ini mulai berlaku dan diterapkan terutama di sekolah kejuruan yang
memiliki birokrasi lebih fleksibel seperti sekolah swasta. Prinsip ekonomi supply-demand
berlaku saat ini, program keahlianyang tidak dibutuhkan industri akan dengan sendirinya
mendapatkan peminat yangsedikit. Jika sekolah tidak mampu menyesuaikan dengan cepat,
maka besarkemungkinan sekolah akan kesulitan menjaring siswa. Namun banyak kendala
yang harus dihadapi sekolah agar bisa menjadi sekolah yang mampu selalu memenuhi
permintaan pasar kerja. Penghapusan program keahlian yang ada pasti akan menimbulkan
konsekuensi besar dan menimbulkan kerugian bagi sekolah. Pembukaan program keahlian
baru juga tidak mudah karena mahal dan rumitnya persiapan.Dalam realita, banyak sekolah
yang akhirnya mengorbankan kesiapan penyelenggaraan demi mengejar permintaan pasar,
hal ini sangat berbahaya danpada akhirnya akan membuat nama baik sekolah tercemar
karena gagal menghasilkan lulusan yang berkualitas.
10. Proses pembinaan kebiasaan yang efektif pada siswa akan tercapai jika pelatihan diberikan
pada pekerjaan yang nyata (pengalaman sarat nilai).
Secara sistem prinsip ini sudah diterapkan di sekolah kejuruan kita. Ada Praktek Industri dan
Pemagangan di SMK yang diberikan alokasi waktu cukup panjang hingga 1 tahun.
Kesempatan juga dibuka lebar dalamhal penempatan, bisa diluar kota, luar negeri, dll.
Bahkan siswa diperbolehkan untuk masuk ke industri yang relevansinya kurang dengan
jurusan yang dimiliki.Ini adalah hal yang salah dan tidak sesuai dengan prinsip pendidikan
kejuruan,namun sekolah harus menghadapi kenyataan bahwa penempatan praktek
lapangansiswa sangat sulit. Ini disebabkan kurangnya jumlah industri yang mau
menerimasiswa praktek dan semakin banyaknya jumlah siswa sekolah kejuruan pada saatini.

Sayangnya tidak ada upaya konkrit untuk memecahkan masalah rasio yang timpang ini dari
pemerintah.
11. Sumber yang dapat dipercaya untuk mengetahui isi pelatihan pada suatu okupasi tertentu
adalah dari pengalaman para ahli okupasi tersebut.
Prinsip ini sudah cukup luas diterapkan oleh sekolahkejuruan, materi belajar memang
disediakan dari sumber yang cukup terpercaya.Ini disebabkan semakin mudahnya pencarian
informasi melalui teknologi informasi sehingga dimungkinkan penggunaan dokumen untuk
belajar yang berasal dariberbagai sumber. Bahkan saat ini hampir tidak ada perbedaan materi
belajar antar sekolah dan antar daerah karena sumber yang dipakai sangat banyak
dantersedia bebas. Namun utnuk beberapa jurusan tertentu, sekolah harus lebihproaktif
membangun hubungan dengan industri lokal karena adanya materi yang harus disesuaikan
dengan kebutuhan lokal.
12. Setiap pekerjaan mempunyai ciri-ciri isi (body of content) yang berbeda- beda antara satu
dengan yang lain.
Prinsip ini sudah didekati oleh sistem pendidikan kejuruan dengan adanya pengelompokan
jurusan dan program keahlian. Sekolah jugacenderung membuka program keahlian yang
serumpun agar bisa terjadi efisiensidalam proses mengajar karena adanya kompetensi atau
sub-kompetensi yang dipakai bersama dalam bidang keahlian yang berbeda.
13. Pendidikan kejuruan akan merupakan layanan sosial yang efisien jika sesuai dengan
kebutuhan seseorang yang memang memerlukan dan memang paling efektif jika dilakukan
lewat pengajaran kejuruan.
Prinsip ini memerlukan banyak sumber daya dalam penerapannya. Setiap bidang keahlian
memerlukan materi, metode belajar dan pendekatan yang berbeda satu sama lain. Kebutuhan
masing-masing jurusan harusdipenuhi agar hasil dari proses pembelajaran bisa maksimal. Di
Indonesia sudah diterapkan dalam skala tertentu seperti adanya pelajaran Matematika khusus
untuk bidang keahlian bisnis dan manajemen, ada Matematika khusus bidang Teknologi, dll.
Hal yang sama juga sudah diterapkan di masing-masing rumpunseperti antar jurusan
Multimedia dan Animasi ada pelajaran Gambar Grafis yang sedikit berbeda karena berbeda
tujuan.
14. Pendidikan kejuruan akan efisien jika metode pengajaran yang digunakan dan hubungan
pribadi dengan peserta didik mempertimbangkan sifat-sifat peserta didik tersebut.
Prinsip ini sudah cukup luas diterapkan karena karakter sosial masyarakat Indonesia yang
sangat menghargai hubungan sosial yang harmonis.Hubungan antara sekolah, guru, siswa
dan orangtua siswa tergolong baik jika dibanding dengan negara lain. Ini adalah hal positif

karena siswa dapat secara positif mengembangkan minat dan bakatnya karena hubungan
guru-siswa berjalan sehat dalam proses belajar. Namun kendala utama prinsip ini adalah
karena banyaknya siswa yang harus diajar oleh 1 guru, artinya rasio guru-siswa masihsangat
timpang sehingga masih sulit bagi guru untuk dapat memberikan perhatian khusus pada
setiap siswanya.
15. Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien jika luwes.
Pada umumnya manajemen administrasi sekolah di Indonesia relatif fleksibel dan tidak
kaku. Ini juga berhubungan dengan karakter social masyarakat Indonesia yang
mengedepankan rasa saling percaya dan keterbukaan.Bahkan dalam banyak kasus terlalu
fleksibel dan mengabaikan prinsip tertib administrasi. Namun dengan semakin banyaknya
penerapan standar manajemen mutu terpadu di sekolah, hal ini semakin baik, artinya tetap
luwes namun tertib.
16. Pendidikan kejuruan memerlukan biaya tertentu dan jika tidak terpenuhi maka pendidikan
kejuruan tidak boleh dipaksakan beroperasi.
Prinsip ini banyak dilanggar. Prinsip sebaliknya yang justru sering dipakai yaitu, biarpun
biaya tidak cukup yang penting dibuka dulu. Ini adalah prinsip yang salah namun justru
menjadi mainstream di kalangan sekolah kejuruan. Pembukaan sekolah kejuruan
membutuhkan dana sangat besar,pemerintah saat ini tidak bisa memenuhi seluruh kebutuhan
di seluruh penjuru Nusantara, demikian juga swasta. Hanya beberapa sekolah saja, baik
negerimaupun

swasta,

yang

mampu

membiayai

sekolah

yang

dikelola

secara

memadai,sebagian besar lainnya tidak didukung sumber pembiayaan yang cukup.


B. Saran Kebijakan
Menurut saya dalam pelaksanaan PTK seharusnya benar benar memegang prinsip teori
prosser yang secara keseluruhan memang menuju dalam pelaksanaan PTK yang efektif.
Dalam hal ini pemerintah harus menyediakan sekolah kejuruan yang benar benar sesuai,
tidak hanya asal berdiri saja namun harus memperhatikan keseluruhan. Tidak seperti apa
yang di lakukan pemerintah saat ini yang hanya mengejar perbandingan jumlah SMK dan
SMA yang sudah di targetkan. Namun kualitas SMK yang di dirikan masih sangat jauh dari
sesuai yang seharusnya perlu perhitungan yang matang baik dari segi penataan ruang
bengkel, alat, mesin, dan sebagainya. Dalam proses pendidikan SMK sebenarnya tidak
hanya pemerintah saja yang bertanggung jawab, industri juga mempunyai tanggung jawab
besar karena mereka sendiri lah yang memakai jasa lulusan SMK nantinya. Oleh karena itu,

industri juga harus mengambil jatah dalam PTK agar output yang di hasilkan nantinya sesuai
dengan apa yang mereka inginkan. Tanggung jawab industri dapat di tuangkan dengan ikut
dalam penyusunan kompetensi, pemberian bantuan alat, media pembelajaran, pengadaan
pelatihan, dan lain sebagainya.

You might also like