You are on page 1of 30

Akreditasi Puskesmas.

Apa, Mengapa, Siapa, Kapan,


Bagaimana? Temukan Disini.
Oleh: Amrin Madolan Pada: 5/08/2016

Mungkin tidak asing lagi bagi kita semua tentang pelaksanaan Akreditasi Puskesmas,
namun pada kali ini kami akan menambahkan sedikit informasi yang mungkin anda
butuhkan sehingga kita semua bisa lebih tahu betapa pentingnya pelaksanaan Akreditasi
Puskesmas tersebut. Yang kami sajikan di sini hanya merupakan garis-garis besar dari
pelaksanaan Akreditasi Puskesmas yang kami ambil dari berbagai sumber.

Apa Itu Akreditasi Puskesmas?


Pengertian:
Akreditasi adalah suatu pengakuan yang diberikan oleh lembaga eksternal terhadap hasil
penilaian kesesuaian proses dengan standar yang berlaku (digunakan).
Akreditasi Puskesmas adalah suatu pengakuan terhadap hasil dari proses penilaian
eksternal, oleh Komisioner Akreditasi terhadap Puskesmas, apakah sesuai dengan standar
akreditas yang ditetapkan.

Standar Akreditasi Puskesmas:


Standar

Akreditasi

Puskesmas

terdiri

dari

bagian

dan

1. Standar Administrasi dan Manajemen, terdiri dari:

Bab I. Penyelenggaraan Pelayanan Puskesmas (PPP)

Bab II. Kepemimpinan dan Manajemen Puskesmas(KMP)

Bab III. Peningkatan Mutu Puskesmas (PMP)


2. Standar Program Puskesmas

Bab IV. Program Puskesmas yang Berorientasi Sasaran (PPBS)

Bab V. Kepemimpinan dan Manajemen Program Puskesmas (KMPP)

Bab VI. Sasaran Kinerja dan MDGs (SKM)


3. Standar Pelayanan Puskesmas

Bab VII. Layanan Klinis yang Berorientasi Pasien (LKBP)

Bab VIII. Manajemen Penunjang Layanan Klinis (MPLK)

Bab IX. Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien (PMKP)

bab:

Dasar Hukum Akreditasi Puskesmas

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,


pasal 54 ayat (1) menyatakan bahwa penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilaksanakan
secara bertanggungjawab, aman, bermutu serta merata dan non diskriminatif.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik


Kedokteran, Pasal 49 bahwa setiap dokter/dokter gigi dalam melaksanakan praktik
kedokteran atau kedokteran gigi wajib menyelenggarakan kendali mutu.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem


Kesehatan Nasional, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 193;
Pelayanan kesehatan kepada Peserta Jaminan Kesehatan harus memperhatikan mutu
pelayanan, berorientasi pada aspek keamanan pasien, efektivitas tindakan, kesesuaian
dengan kebutuhan pasien, serta efisiensi biaya.

Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012:


Pembagian sub sistem upaya kesehatan:
1. Upaya kesehatan
2. Fasyankes
3. Sumber Daya upaya Kesehatan
4. Pembinaan dan Pengawasan
Pembinaan dan pengawasan upaya kesehatan:
1. Pelayanan kesehatan harus diberikan berdasarkan standar pelayanan yang
telah ditetapkan oleh Pemerintah dengan memperhatikan masukan dari
Pemerintah Daerah, organisasi profesi, dan/atau masyarakat.
2. Pembinaan dan pengawasan upaya kesehatan dilakukan secara berjenjang
melalui standarisasi, sertifikasi, lisensi, akreditasi, dan penegakan hukum
yang dilakukan oleh pemerintah bersama dengan organisasi profesi dan
masyarakat.

Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013:


pasal 42:
1. Pelayanan kesehatan kepada Peserta Jaminan Kesehatan harus
memperhatikan mutu pelayanan, berorientasi pada aspek keamanan pasien,
efektivitas tindakan, kesesuaian dengan kebutuhan pasien, serta efisiensi
biaya.
2. Penerapan sistem kendali mutu pelayanan Jaminan Kesehatan dilakukan
secara menyeluruh meliputi pemenuhan standar mutu Fasilitas Kesehatan,
memastikan proses pelayanan kesehatan berjalan sesuai standar yang
ditetapkan, serta pemantauan terhadap luaran kesehatan Peserta.

3. Ketentuan mengenai penerapan sistem kendali mutu pelayanan Jaminan


Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat(2) diatur dengan Peraturan
BPJS.
Pasal
43:
Dalam rangka menjamin kendali mutu dan biaya, Menteri bertanggungjawab untuk:
1. Penilaian teknologi kesehatan (health technology assessment);
2. Pertimbangan klinis (clinical advisory) dan Manfaat Jaminan Kesehatan;
3. Perhitungan standar tarif; dan
4. Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pelayanan Jaminan Kesehatan;

Mengapa Perlu Akreditasi Puskesmas?


Isu Kualitas Pelayanan Kesehatan Dasar:
1.
Pemberian pelayanan publik yang berkualitas dan mampu memberikan kepuasan
bagi masyarakat merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh pemerintah;
2.
Puskesmas sebagai ujung tombak dan sekaligus sebagai tolok ukur pelayanan
publik di bidang kesehatan, merupakan salah satu pilar dalam memenuhi tuntutan
reformasi birokrasi;
3.
Penilaian kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas menunjukkan hasil yang
belum memenuhi standar kualitas.
Penyebab Masalah Mutu:
Variasi Proses

Proses tidak diukur dengan baik

Proses tidak dimonitor dengan baik;

Proses tidak dikendalikan dengan baik;

Proses tidak dipelihara dengan baik;

Proses tidak disempurnakan.

Apa Manfaat Akreditasi Puskesmas?


Inilah manfaat akreditasi puskesmas:
1.
Memberikan keunggulan kompetitif
2.
Memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap fasyankes
3.
Menjamin diselenggarakannya pelayanan kesehatan primer kepada pasien dan
masyarakat.

4.
Meningkatkan pendidikan pada staf Fasyankes primer untuk memberikan
pelayanan terbaik bagi masyarakat
5.
Meningkatkan pengelolaan risiko baik pada pelayanan pasien baik di Puskesmas
maupun fasyankes primer lainnya, dan penyelenggaraan upaya Puskesmas kepada
masyarakat
6.
Membangun dan meningkatkan kerja tim antar staf fasyankes primer
7.
Meningkatkan reliabilitas dalam pelayanan, ketertiban pendokumentasian, dan
konsistensi dalam bekerja
8.
Meningkatkan keamanan dalam bekerja.

Siapakah Pelaksana Akreditasi Puskesmas?

Tim Akreditasi Puskesmas


Tim di Puskesmas yang bertanggungjawab menyiapkan Puskesmas dalam
memperoleh Akreditasi Puskesmas;
Tim yang dibentuk dan ditetapkan oleh Kepala Puskesmas;
Bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan persiapan akreditasi Puskesmas.
Tim Pendamping Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Tim yang telah dilatih dan ditugaskan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota untuk mendampingi Puskesmas dalam penyelenggaraan akreditasi
Tim yang dibentuk oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan anggota yang
berasal dari pejabat fungsional atau struktural Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau
pihak ketiga atau lembaga lain;
Telah mengikuti dan dinyatakan lulus Pelatihan Pendamping Akreditasi Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
Ditetapkan dengan SK Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Tim Akreditasi Dinas Kesehatan Provinsi
Tim Pelatih Calon Pendamping Akreditasi
Terdiri dari Widyaiswara dan staf Dinas Kesehatan Provinsi atau peserta dari
individu atau Pihak Ketiga yang diusulkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi;
Kriteria pendidikan dokter dan/atau tenaga kesehatan dengan pendidikan minimal
D3 yang masing-masing memiliki kompetensi dalam bidang manajemen kesehatan,
program kesehatan dan pelayanan klinis yang akan diakreditasi.
Telah mengikuti dan dinyatakan lulus Pelatihan TOT/Pelatih Pendamping
Akreditasi Puskesmas.
Tim Surveyor
Tim pelaksana penilaian akreditasi yang ditugaskan oleh Komisi Akreditasi
Fasyankes Primer

Terdiri dari Widyaiswara dan staf Dinas Kesehatan Provinsi atau peserta dari
individu atau Pihak Ketiga yang diusulkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi;

Kriteria pendidikan dokter dan/atau tenaga kesehatan dengan pendidikan minimal


D3 yang masing-masing memiliki kompetensi dalam bidang manajemen kesehatan,
program kesehatan dan pelayanan klinis yang akan di akreditasi.

Telah mengikuti dan dinyatakan lulus Pelatihan TOT/Pelatih Pendamping


Akreditasi Puskesmas.

Bagaimana Proses dan Mekanisme Akreditasi Puskesmas?


Proses Survei Akreditasi:
1.
Survei akreditasi dilaksanakan selama 3 (tiga) hari
2.
Jumlah surveyor tergantung pada banyaknya program yang akan diakreditasi
3.
Survei berdasarkan pada standar instrumen akreditasi
4.
Disusun kesimpulan hasil penilaian akreditasi yang akan dilaporkan kepada
Komisi Akreditasi Puskesmas.
Proses Penetapan Akreditasi
1.
Komisi Akreditasi Puskesmas menerima hasil penilaian/rekomendasi dari tim
surveyor
2.
Penerbitan sertifikat kelulusan sertifikasi oleh Komisi Akreditasi
3.
Pengiriman sertifikat kelulusan akreditasi kepada Dinas Kesehatan Provinsi;
Mekanisme Akreditasi Puskesmas:
Perhatikan alur gambar berikut untuk mengetahui mekanisme Akreditasi Puskesmas:

Mekanisme Akreditasi Puskesmas

Keterangan:
1.
Pengajuan permohonan akreditasi

2.
Cek kesiapan Puskesmas
3.
Mengirimkan surat permohonan akreditasi kepada Dinas Kesehatan Provinsi
4.
Meneruskan permohonan kepada Komisi Akreditasi
5.
Menugaskan koordinator untuk membentuk tim surveyor
6.
Survei Akreditasi
7.
Pengiriman hasil survei kepada koordinator surveyor
8.
Meneruskan rekomendasi hasil survei kepada Komisi Akreditasi
9.
Penerbitan sertifikasi oleh Komisi Akreditasi yang kemudian dikirimkan kepada
Dinas Kesehatan Provinsi
10.
Meneruskan sertifikasi kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
11.
Menyerahkan sertifikasi akreditasi kepada Puskesmas atau Klinik.

Kapankah Pelaksanaan Akreditasi?

Akreditasi Puskesmas dilaksanakan sesuai dengan usulan Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota

Akreditasi Klinik dilaksanakan sesuai dengan usulan Klinik yang bersangkutan

Pada tahun 2019 akreditasi akan menjadi persyaratan PPK 1 sebagai provider
JKN (recredentialing fasilitas primer).
Demikianlah yang dapat kami bagikan kepada Mitra Kesehatan Masyarakat, semoga
dapat bermanfaat untuk kita semua.

Langkah-Langkah Persiapan Akreditasi Puskesmas


Oleh: Amrin Madolan Pada: 8/14/2016

Puskesmas yang akan diakreditasi ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.


Pelaksanaan penyiapan akreditasi dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Tim Pendamping Akreditasi Puskesmas
dan/atau Pihak Ketiga yang ditunjuk dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Lokakarya di Puskesmas selama dua hari efektif untuk menggalang komitmen dan
pemahaman tentang Standar dan Instrumen Akreditasi, pembentukan Panitia Persiapan
Akreditasi Puskesmas, dan pembentukan kelompok kerja, yaitu Kelompok Kerja
Manajemen, Kelompok Kerja Upaya Puskesmas, dan Kelompok Kerja Pelayanan Klinis.

Pendampingan di Puskesmas diikuti oleh seluruh karyawan Puskesmas untuk


memahami secara rinci standar dan instrumen akreditasi Puskesmas dan persiapan selfassessment.

Pelaksanaan self-assessment oleh Panitia Persiapan Akreditasi Puskesmas.

Panitia Persiapan Akreditasi Puskesmas melakukan pembahasan hasil selfassessment bersama Tim Pendamping Akreditasi dan menyusun Rencana Aksi untuk
persiapan akreditasi.

Penyiapan Dokumen Akreditasi, dengan tahapan:


1. Identifikasi dokumen yang dipersyaratkan oleh standar akreditasi;
2. Penyiapan tata naskah penulisan dokumen termasuk di dalamnya
pengendalian dokumen akreditasi yang meliputi pengaturan tentang
kewenangan pemuatan, pemanfaatan dan penyimpanan seluruh dokumen
puskesmas;
3. Penyiapan dokumen akreditasi
dokumen internal, meliputi: Surat-surat keputusan, pedoman mutu, pedoman-pedoman
yang terkait dengan pelayanan, kerangka acuan, standar prosedur operasional (SPO) dan
rekam implementasi (dokumen sebagai bukti telusur).
Dokumen eksternal yang perlu disediakan. Penyiapan dokumen sebagai regulasi internal
tersebut membutuhkan waktu lebih kurang 4 bulan. Selama penyiapan dokumen
dilakukan pendampingan lebih kurang sampai dengan 5 kali @ 2 hari.

Setelah dokumen yang merupakan regulasi internal disusun, berikut dengan


program-program kegiatan yang direncanakan, maka dilakukan implementasi sesuai
dengan kebijakan, pedoman/panduan, prosedur dan program kegiatan yang direncanakan.
Pelaksanaan kegiatan implementasi tersebut diperkirakan dilaksanakan dalam kurun
waktu 5 sampai dengan 6 bulan dengan pendampingan 3 sampai dengan 5 kali @ 2 hari.

Penilaian Prasertifikasi oleh Tim Pendamping Akreditasi, untuk mengetahui


kesiapan puskesmas untuk diusulkan dilakukan penilaian akreditasi.

Pengusulan Puskesmas yang siap diakreditasi dilakukan oleh Kepala Dinas


Kesehatan Kabupaten/Kota berdasarkan rekomendasi hasil Penilaian Prasertifikasi oleh
Tim Pendamping Akreditasi.

Struktur Standar, Metode Penilaian dan Keputusan


Akreditasi Puskesmas
Oleh: Amrin Madolan Pada: 8/28/2016

Struktur Standar Akreditasi Puskesmas


Struktur standar akreditasi puskesmas terdiri dari 9 Bab, dengan total 802 elemen
penilaian, setiap bab akan diuraikan dalam standar, tiap standar akan diuraikan dalam
kriteria, tiap kriteria diuraikan dalam elemen penilaian untuk menilai pencapaian kriteria
tersebut:
1.
Bab I : Penyelenggaraan Pelayanan Puskesmas (PPP) dengan 59 Elemen Penilaian
(EP)
2.
Bab II : Kepemimpinan dan Manajemen Puskesmas (KMP) dengan 121 Elemen
Penilaian (EP);
3.
Bab III : Peningkatan Mutu dan Manajemen Risiko (PMMR) dengan 32 Elemen
Penilaian (EP);
4.
Bab IV : Upaya Kesehatan Masyarakat yang Berorientasi Sasaran (UKMBS)
dengan 53 Elemen Penilaian (EP);
5.
Bab V : Kepemimpinan dan Manajemen UKM Puskesmas (KMUP) dengan 101
Elemen Penilaian (EP);
6.
Bab VI : Sasaran Kinerja MDG's (SKM) dengan 55 Elemen Penilaian (EP);
7.
Bab VII : Layanan Klinis yang Berorientasi Pasien (LKBP) dengan 151 Elemen
Penilaian (EP);
8.
Bab VIII : Manajemen Penunjang Layanan Klinis (MPLK) dengan 172 Elemen
Penilaian (EP);
9.
Bab IX : Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien (PMKP) dengan 58
Elemen Penilaian (EP).

Metode Penilaian Akreditasi Puskesmas


Penilaian akreditasi dilakukan dengan menilai tiap elemen penilaian pada tiap kriteria.
Pencapaian terhadap elemen-elemen penilaian pada setiap kriteria diukur dengan
tingkatan sebagai berikut:
1.
2.
3.

Terpenuhi : bila pencapaian elemen 80% dengan nilai 10;


Terpenuhi sebagian : bila pencapaian elemen 20% - 79%, dengan nilai 5;
Tidak terpenuhi : bila pencapaian elemen < 20%, dengan nilai 0;

Penilaian tiap Bab adalah penjumlahan dari nilai tiap elemen penilaian pada masingmasing kriteria yang ada pada bab tersebut dibagi jumlah elemen penilaian bab tersebut
dikalikan 10, kemudian dikalikan dengan 100%.

Keputusan Akreditasi Puskesmas


Penetapan keputusan akreditasi puskesmas adalah sebagai berikut:
1.
Tidak terakreditasi: Jika pencapaian bab I, II, dan III kurang dari 75% dan Bab
IV, V, dan VI kurang dari 60%, Bab VII, VIII dan IX kurang dari 20%;
2.
Terakreditasi Dasar: Jika pencapaian nilai Bab I, II, dan III 75%, Bab IV, V dan
VI 60%, Bab VII, VIII dan IX 20%;
3.
Terakreditasi Madya: jika pencapaian nilai Bab I, II, III , IV, V 75%, Bab VI
dan VII60%, Bab , VIII dan IX 20%;
4.
Terakreditasi Utama: jika pencapaian nilai Bab I, II, III , IV, V, VI dan VII75%,
Bab , VIII dan IX 60%;
5.
Terakreditasi Paripurna : jika pencapaian nilai semua bab 75%.

Dokumentasi Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat


Pertama
Oleh: Amrin Madolan Pada: 8/18/2016

Sistem manajemen mutu dan sistem pelayanan di FKTP serta sistem penyelenggaraan
upaya kesehatan masyarakat di Puskesmas perlu dibakukan berdasarkan regulasi internal.
Regulasi internal ini disusun dalam bentuk dokumen akreditasi yang harus dipersiapkan
oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama mandiri untuk memenuhi standar akreditasi.
Penyusunan regulasi internal perlu didukung regulasi eksternal yang berupa peraturan
perundangan dan pedoman-pedoman yang diberlakukan oleh Kementrian Kesehatan,
Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Organisasi Profesi,
yang merupakan acuan bagi Puskesmas dalam menyelenggarakan manajemen
Puskesmas, upaya kesehatan masyarakat, dan upaya kesehatan perorangan. Dokumendokumen tersebut sebaiknya ada di Puskesmas/Klinik, dan merupakan dokumen eksternal
yang dikendalikan, meskipun dokumen eksternal tersebut tidak merupakan persyaratan
dalam penilaian akreditasi.

Dokumen-dokumen yang perlu dipersiapkan dapat dibedakan sebagai berikut:

Dokumen Di Puskesmas

Penyelenggaraan manajemen Puskesmas:


1.
Kebijakan Kepala Puskesmas/Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama;
2.
Rencana Lima Tahunan Puskesmas;
3.
Pedoman/manual mutu;
4.
Pedoman/panduan teknis yang terkait dengan manajemen;
5.
Standar Prosedur Operasiona (SPO);
6.
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP): Rencana Usulan Kegiatan (RUK) dan
Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK);

7.

Kerangka Acuan Kegiatan.

Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat Puskesmas:


1.
2.
3.
4.
5.

Kebijakan Kepala Puskesmas;


Pedoman untuk masing-masing upaya kesehatan masyarakat;
Standar Prosedur Operasional (SPO);
Rencana Tahunan untuk masing-masing UKM;
Kerangka Acuan Kegiatan pada tiap-tiap UKM.

Penyelenggaraan Pelayanan Klinis/Upaya Kesehatan Perorangan:


1.
Kebijakan tentang pelayanan klinis;
2.
Standar Prosedur Operasional (SPO) klinis;
3.
Pedoman pelayanan klinis;
4.
Kerangka Acuan terkait dengan Program/Kegiatan Pelayanan Klinis dan
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien.

Dokumen di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Lainnya


Dokumen-dokumen yang perlu dipersiapkan oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
lainnya, seperti klinik pratama dan praktik dokter/dokter gigi mandiri antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Rencana strategik/rencana lima tahunan;


Rencana tahunan
Kebijakan Kepala Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama;
Pedoman/panduan mutu;
Standar Prosedur Operasional (SPO);
Panduan-panduan teknis;
Kerangka Acuan Kegiatan.

Berbagai bukti pelaksanaan kegiatan dan pelayanan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
perlu menyiapkan rekam implementasi (bukti tertulis kegiatan yang dilaksanakan) dan

dokumen-dokumen pendukung lain, seperti foto copy ijazah, sertifikat pelatihan,


sertifikat kalibrasi dan sebagainya.

Sumber:
Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar
Tahun 2014

Standar Prosedur Operasional (SPO) untuk Akreditasi


Puskesmas/FKTP
Oleh: Amrin Madolan Pada: 8/18/2016

Pengertian
Istilah prosedur ada beberapa pengertian, diantaranya:
1.
Standar Operating Procedures (SPO) adalah serangkaian instruksi tertulis yang
dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan administrasi pemerintah,
(Kepmenpan No. 021 tahun 2008).
2.
Instruksi kerja adalah petunjuk kerja terdokumentasi yang dibuat secara rinci dan
bersifat instruktif yang dipergunakan oleh pekerja sebagai acuan dalam melaksanakan
suatu pekerjaan spesifik agar dapat mencapai hasil yang sesuai persyaratan yang telah
ditetapkan (Susilo, 2003). Langkah dalam penyusunan instruksi kerja sama dengan
penyusunan prosedur, namun ada perbedaan, instruksi kerja adalah suatu proses yang
melibatkan suatu bagian/unit profesi, sedangkan prosedur adalah suatu proses yang
melibatkan lebih dari satu bagian/unit/profesi. Prinsip dalam penyusunan prosedur dan
instruksi kerja adalah kerjakan yang ditulis, tulis yang dikerjakan, buktikan dan tindaklanjut serta dapat ditelusur hasilnya.
3.
Standar Prosedur Operasional (SPO) adalah suatu perangkat instruksi/langkahlangkah yang dibakukan untuk menyelesaikan proses kerja rutin tertentu. Istilah ini
digunakan di Undang-undang No. 29 Tahun 2004, tentang Praktik Kedokteran dan
Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

Beberapa istilah prosedur yang sering digunakan yaitu:


1.
Prosedur yang telah ditetapkan disingkat Protap;
2.
Prosedur untuk panduan kerja (Prosedur Kerja disingkat PK);
3.
Prosedur untuk melakukan tindakan;
4.
Prosedur penatalaksanaan;

5.
Petunjuk pelaksanaan disingkat Juklak;
6.
Petunjuk pelaksanaan secara tehnis, disingkat Juknis;
7.
Prosedur untuk melakukan tindakan klinis: protokol klinis, Algoritma/Clinical
Pathway.
Walaupun banyak istilah tentang pengertian prosedur tidak menjadikan salah tapsir maka
yang dipergunakan didalam dokumen akreditasi Puskesmas dan Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama didalam pembahasan ini adalah "Standar Prosedur Operasional
(SPO)". Sedangkan pengertian SPO adalah Suatu perangkat instruksi/langkah-langkah
yang di bakukan untuk menyelesaikan proses kerja rutin tertentu.

Tujuan Penyusunan SPO


Agar berbagai proses kerja rutin terlaksana dengan efisien, efektif, konsisten/seragam dan
aman, dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan melalui pemenuhan standar yang
berlaku.

Manfaat SPO
1.
Memenuhi persyaratan standar pelayanan Puskesmas
2.
Mendokumentasikan langkah-langkah kegiatan;
3.
Memastikan staf Puskesmas memahami bagaimana melaksanakan pekerjaannya.
Contoh: SPO Pemberian Informasi, SPO Pemasangan Infus, SPO Pemindahan Pasien
dari tempat tidur ke kereta dorong.

Format SPO
1.
Format SPO dibakukan agar tidak terjadi banyak format yang digunakan;
2.
Format yang dibahas disini merupakan format minimal, oleh karena itu format ini
dapat diberi tambahan materi kolom misalnya, nama penyusun SPO, unit yang
memeriksa SPO. Untuk SPO tindakan agar memudahkan didalam melihat langkahlangkahnya dengan bagan alir, persiapan alat dan bahan dan lain-lain, namun tidak boleh
mengurangi ite-item yang ada di SPO.
3.
Contoh format SPO sebagai berikut:

Penjelasan: Penulisan SPO yang harus tetap didalam tabel kotak adalah: nama
puskesmas dan logo, judul SPO, nomor dokumen, tanggal diterbitkan, dan tandatangan
kepala puskesmas, sedangkan untuk pengertian, tujuan, kebijakan, prosedur/langkahlangkah, dan unit terkait boleh tidak diberi kotak/tabel.

Petunjuk Pengisian SPO


1.
Logo yang dipakai adalah logo Pemerintah kabupaten/kota, nama organisasi
adalah nama Puskesmas, atau logo dan nama dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.
2.
Kotak Heading: masing-masing kotak (Puskesmas, judul SPO, No. Dokumen,
Nomor Revisi, Halaman SPO, Tanggal Terbit, ditetapkan Kepala Puskesmas) diisi
sebagai berikut:

Heading dan kotaknya dicetak pada setiap halaman. Pada halaman pertama kotak
heading harus lengkap, untuk halaman-halaman berikutnya kotak heading dapat hanya
memuat: kotak nama puskesmas, judul SPO, No. Dokumen, Nomor Revisi dan Halaman.

Kotak Puskesmas/Klinik diberi nama puskesmas dan Logo Pemerintah daerah atau
logo dan nama Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.

Judul SPO: diberi Judul/nama SPO sesuai proses kerjanya;

No. Dokumen: diisi sesuai dengan ketentuan penomoran yang berlaku di


Puskesmas/FKTP yang bersangkutan, dibuat sistematis agar ada keseragaman.

No. Revisi: diisi dengan status revisi, dapat menggunakan huruf. Contoh:
dokumen baru diberi huruf A, dokumen revisi pertama diberi huruf B dan seterusnya.
Tetapi dapat juga dengan angka, misalnya untuk dokumen baru dapat diberi nomor 0,
sedangkan dokumen revisi pertama diberi 1, dan seterusnya.

Halaman: diisi nomor halaman dengan mencantumkan juga total halaman untuk
SPO tersebut. misalnya: halaman pertama: 1/5, halaman kedua: 2/5, halaman terakhir 5/5,
ini jika SPO ada memiliki 5 halaman.


SPO diberi penamaan sesuai ketentuan (istilah yang digunakan Puskesmas/FKTP,
misalnya SPO, Prosedur, Prosedur tetap, petunjuk pelaksanaan, prosedur kerja dan
sebagainya, namun didalam akreditasi Puskesmas dan FKTP memakai istilah SPO.

Tanggal terbit: diberi tanggal sesuai tanggal terbitnya atau tanggal


diberlakukannya SPO tersebut.

Ditetapkan Kepala Puskesmas/FKTP: diberi tandatangan Kepala Puskesmas/FKTP


dan nama jelasnya.

Isi SPO
Isi dari SPO minimal adalah sebagai berikut:
1.
Pengertian: yang paling awal diisi adalah Judul SPO adalah, dan berisi penjelasan
dan atau definisi tentang istilah yang mungkin sulit dipahami atau menyebabkan salah
pengertian/menimbulkan multi persepsi;
2.
Tujuan: berisi tujuan pelaksanaan secara spesifik. Kata kunci: "Sebagai acuan
penerapan langkah-langkah untuk ....".
3.
Kebijakan: berisi kebijakan Kepala Puskesmas/FKTP yang menjadi dasar
dibuatnya SPO tersebut. Dicantumkan kebijakan yang mendasari SPO tersebut, contoh
untuk SPO imunisasi pada bayi, pada kebijakan dituliskan: Keputusan Kepala Puskesmas
No. 005/2014 tentang Pelayanan Imunisasi.
4.
Referensi: berisikan dokumen eksternal sebagai acuan penyusunan SPO, bisa
berbentuk buku, peraturan perundang-undangan, ataupun bentuk lain sebagai bahan
pustaka.
5.
Langkah-langkah prosedur: bagian ini merupakan bagian utama yang menguraikan
langkah-langkah kegiatan untuk menyelesaikan proses kerja tertentu.
6.
Unit terkait: berisi unit-unit yang terkait dan atau prosedur terkait dalam proses
kerja tersebut.
Dari keenam isi SPO sebagaimana diuraikan diatas, dapat ditambahkan antara lain: bagan
alir, dokumen terkait, dan sebagainya menyesuaikan dengan format SPO yang ditentukan
oleh Pemerintah Daerah, yang penting dalam satu organisasi menggunakan satu format
yang seragam.

Diagram Alir/Bagan Alir (Flow Chart)


Didalam penyusunan prosedur maupun instruksi kerja sebaiknya dalam langkah-langkah
kegiatan dilengkapi dengan diagram alir/bagan alir untuk memudahkan dalam
pemahaman langkah-langkahnya. Adapun bagan alir secara garis besar dibagi menjadi
dua macam, yaitu diagram alir makro dan diagram alir mikro.

Diagram alir makro, menunjukkan kegiatan-kegiatan secara garis besar dari proses
yang ingin kita tingkatkan, hanya mengenal satu simbol yaitu simbol blok:

Diagram alir mikro, menunjukkan rincian kegiatan-kegiatan dari tiap tahapan


diagram makro, bentuk simbol sebagai berikut:
Awal kegiatan:

Akhir kegiatan:

Simbol keputusan:

Penghubung:

Dokumen:

Arsip:

Tatacara Pengelolaan SPO


1.
Agar ditetapkan siapa yang mengelola SPO;
2.
Pengelola SPO harus mempunyai arsip seluruh SPO Puskesmas/Klinik;
3.
Pengelola SPO agar membuat tatacara penyusunan, penomoran, distribusi,
penarikan, penyimpanan, evaluasi dan revisi SPO.

Tatacara Penyusunan SPO

Hal-hal yang perlu diingat:


1.
Siapa yang harus menulis atau menyusun SPO;
2.
Bagaimana merencanakan dan mengembangkan SPO;
3.
Bagaimana SPO dapat dikenali;
4.
Bagaimana memperkenalkan SPO kepada pelaksana dari unit terkait;
5.
Bagaimana pengendalian SPO: penomoran, revisi yang berkala, dan distribusi
kepada siapa.

Syarat Penyusunan SPO


1.
Identifikasi kebutuhan, yakni mengidentifikasi apakah kegiatan yang dilakukan
saat ini sudah memiliki SPO atau belum, dan bila sudah agar diidentifikasi apakah SPO
masih efektif atau tidak, jika belum apakah kegiatan tersebut perlu disusun prosedurnya.
2.
Perlu ditekankan bahwa SPO harus ditulis oleh mereka yang melakukan pekerjaan
tersebut atau oleh unit kerja tersebut. Tim atau panitia yang ditunjuk oleh kepala
Puskesmas/FKTP hanya untuk menanggapi dan mengoreksi SPO tersebut. Hal tersebut
sangatlah penting, karena komitmen terhadap pelaksanaan SPO hanya diperoleh dengan
adanya keterlibatan personel/unit kerja dalam penyusunan SPO.
3.
SPO harus merupakan flow charting dari suatu kegiatan. Pelaksana atau unit kerja
agar mencatat proses kegiatan dan membuat alurnya kemudian Tim Mutu diminta
memberikan tanggapan.
4.
Di dalam SPO harus dapat dikenali dengan jelas siapa melakukan apa, dimana,
kapan dan mengapa.
5.
SPO jangan menggunakan kalimat majemuk. Subjek, predikat dan ojek harus
jelas.
6.
SPO harus menggunakan kalimat perintah/instruksi dengan bahasa yang dikenal
pemakai;
7.
SPO harus jelas, ringkas, dan mudah dilaksanakan. Untuk SPO pelayanan pasien
maka harus memperhatikan aspek keselamatan, keamanan dan kenyamanan pasien.
Untuk SPO profesi harus mengacu kepada standar professi, standar pelayanan, mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) kesehatan, dan memperhatikan
aspek keselamatan pasien.

Proses Penyusunan SPO

SPO disusun dengan menggunakan format sesuai dengan panduan penyusunan


dokumen akreditasi Puskesmas/FKTP.

Penyusunan SPO dapat dikoordinir oleh tim mutu/tim akreditasi puskesmas/FKTP


dengan mekanisme sebagai berikut:

1. Pelaksana atau unit kerja/upaya menyusun SPO dengan melibatkan unit


terkait;
2. SPO yang telah disusun oleh pelaksana atau unit kerja disampaikan ke tim
mutu/tim akreditasi;
3. Fungsi tim mutu/tim akreditasi Puskesmas didalam penyusunan adalah:
Memberikan tanggapan, mengkoordinir dan memperbaiki SPO yang telah
disusun oleh pelaksana atau unit kerja baik dari segi bahasa maupun
penulisan;
Mengkoordinir proses pembuatan SPO sehingga tidak terjadi duplikasi
SPO/tumpang tindih SPO antar unit;
Melakukan cek ulang terhadap SPO-SPO yang akan ditandatangani oleh
Kepala Puskesmas;
Penyusunan SPO dilakukan dengan mengidentifikasi kebutuhan SPO.
Untuk SPO pelayanan dan SPO administrasi, untuk melakukan identifikasi
kebutuhan SPO bisa dilakukan dengan menggambarkan proses bisnis di
unit kerja tersebut atau alur kegiatan dari kerja yang dilakukan di unit
tersebut. Sedangkan untuk SPO klinis, identifikasi kebutuhan dilakukan
dengan mengetahui pola penyakit yang sering ditangani di unit kerja
tersebut. Dari identifikasi kebutuhan SPO dapat diketahui berapa banyak
dan macam SPO yang harus dibuat/disusun. Untuk melakukan identifikasi
kebutuhan SPO dapat pula dilakukan dengan memperhatikan elemen
penilaian pada standar akreditasi, minimal SPO-SPO apa saja yang harus
ada. SPO yang dipersyaratkan di elemen penilaian adalah SPO minimal
yang harus ada di Puskesmas/FKTP. Sedangkan identifikasi SPO dengan
menggambarkan terlebih dahulu proses bisnis di unit kerja adalah seluruh
SPO secara lengkap yang harus ada di unit kerja tersebut;
Mengingat SPO merupakan flow charting dari proses kegiatan maka untuk
memperoleh pengertian yang jelas bagi subyek, penulisan SPO adalah
dimulai dengan membuat flow chart dari kegiatan yang dilaksanakan.
Caranya adalah membuat diagram kotak sederhana yang menggambarkan
langkah penting dari seluruh proses. Setelah dibuatkan diagram kotak maka
diuraikan kegiatan masing-masing kotak dan dibuat alurnya.
Semua SPO harus ditandatangani oleh Kepala Puskesmas/Kepala Klinik.
Agar SPO dapat dikenali oleh pelaksana maka perlu dilakukan sosialisasi
SPO-SPO tersebut dan bila SPO tersebut rumit maka untuk melaksanakan
SPO tersebut perlu dilakukan pelatihan.

Hal-Hal yang Memengaruhi Keberhasilan Penyusunan SPO

Adanya komitmen dari Kepala Puskesmas/FKTP yang terlihat dengan adanya


dukungan fasilitas dan sumber daya.

Adanya fasilitator/petugas yang mempunyai kemampuan dan kemauan untuk


menyusun SPO;

Adanya target waktu yaitu ada target dan jadwal yang disusun dan disepakati;

Adanya pemantauan dan pelaporan kemajuan penyusunan SPO.


Tatacara penomoran SPO
Penomoran SPO maupun dokumen lainnya diatur pada kebijakan pengendalian dokumen
dengan ketentuan:
1. Semua SPO harus diberi nomor;
2. Puskesmas/FKTP agar membuat kebijakan tentang pemberian nomor untuk
SPO sesuai dengan tata naskah yang dijadikan pedoman;
3. Pemberian nomor mengikuti tata naskah Puskesmas/FKTP, atau ketentuan
penomoran yang khusus untuk SPO (bisa menggunakan garis miring atau
dengan sistim digit). Pemberian nomor sebaiknya dilakukan secara terpusat.

Kode-Kode dapat dipergunakan untuk pemberian nomor, seperti contoh berikut:


1. Kode unit kerja: masing-masing unit kerja di Puskesmas/FKTP mempunyai
kode sendiri-sendiri yang dapat berbentuk angka atau huruf. Sebagai contoh
pada Program Bab VI, dengan VI/SPO/KIAKB, dan lain sebagainya
(namun tergantung didalam pedoman tata naskah yang berlaku);
2. Nomor urut SPO adalah urutan nomor SPO di dalam unit kerja upaya
Puskesmas/FKTP;
3. Satu SPO dipergunakan oleh lebih dari ssatu unit yang berbeda misalnya
SPO rujukan pasien maka diberi kolom unit terkait/unit pemakai SPO.

Tatacara Penyimpanan SPO


1.
Penyimpanan adalah bagaimana SPO tersebut disimpan;
2.
SPO asli (master dokumen/SPO yang sudah dinomori dan sudah ditandatangani)
agar disimpan di sekretariat Tim Akreditasi Puskesmas/FKTP atau Bagian Tata Usaha
Puskesmas/FKTP, sesuai dengan ketentuan yang berlaku di organisasi tersebut tentang
tata cara pengarsipan dokumen yang diatur dalam tata naskah. Penyimpanan SPO yang
asli harus rapi sesuai metode pengarsipan sehingga mudah dicari kembali bila diperlukan.
3.
SPO fotocopy disimpan di masing-masing unit upaya Puskesmas/FKTP dimana
SPO tersebut dipergunakan. Bila SPO tersebut tidak berlaku lagi atau tidak dipergunakan
maka unit kerja wajib mengembalikan SPO sudah tidak berlaku tersebut ke sekretariat
mutu atau Bagian Tata Usaha sehingga di unit kerja hanya ada SPO yang berlaku saja.
Sekretariat Tim Mutu atau bagian Tata Usaha organisasi dapat memusnahkan fotocopy
SPO yang tidak berlaku tersebut, namun untuk SPO yang asli agar tetap disimkpan,

dengan lama penyimpanan sesuai ketentuan dalam ketentuan retensi dokumen yang
berlaku di Puskesmas/FKTP;
4.
SPO di unit upaya Puskesmas/FKTP harus diletakan ditempat yang mudah dilihat,
mudah diambil, dan mudah dibaca oleh pelaksana.

Tatacara Pendistribusian SPO


1.
Distribusi adalah kegiatan atau usaha menampaikan SPO kepada unit upaya atau
pelaksana yang memerlukan SPO tersebut agar dapat digunakan sebagaimana panduan
dalam melaksanakan kegiatannya. Kegiatan ini dilakukan oleh tim mutu atau bagian Tata
Usaha Puskesmas/FKTP sesuai pedoman tata naskah.
2.
Distribusi harus memakai ekspedisi dan/atau formulir tanda terima.
3.
Distribusii SPO bisa hanya untuk unit kerja tertentu tetapi bisa juga untuk seluruh
unit kerja lainnya.
4.
Bagi Puskesmas/Klinik yang sudah menggunakan e-file maka distribusi SPO bisa
melalui jejaring area local, dan diatur kewenangan otoritasi disetiap unit kerja, sehingga
unit kerja dapat mengetahui batas kewenangan dalam membuka SPO.

Evaluasi SPO

Evaluasi SPO dilakukan terhadap isi maupun penerapan SPO.


1.
Evaluasi penerapan/kepatuhan terhadap SPO dapat dilakukan dengan menilai
tingkat kepatuhan terhadap langkah-langkah dalam SPO. Untuk evaluasi ini dapat
dilakukan dengan menggunakan daftar tilik/check list.
2.
Daftar tilik adalah daftar urutan kerja (actions) yang dikerjakan secara konsisten,
diikuti dalam pelaksanaan suatu rangaian kegiatan, untuk diingat, dikerjakan dan diberi
tanda (check-mark).
3.
Daftar tilik merupakan bagian dari sestem manajemen mutu untuk mendukung
standarisasi suatu proses pelayanan.
4.
Daftar tilik tidak dapat digunakan untuk SPO yang kompleks;
5.
Daftar tilik digunakan untuk mendukung, mempermudah pelaksanaan dan
memonitor SPO bukan untuk menggantikan SPO itu sendiri.
Langkah-langkah Menyusun Daftar Tilik
Langkah awal menyusun daftar tilik dengan melakukan identifikasi prosedur yang
membutuhkan daftar tilik untuk mempermudah pelaksanaan dan monitoringnya.
Gambaran flow-chart dari prosedur tersebut;
Buat daftar kerja yang harus dilakukan;
Susun urutan kerja yang harus dilakukan;
Masukan dalam daftar tilik sesuai dengan format tertentu;
Lakukan uji-coba;

Lakukan perbaikan daftar tilik;

Standarisasi daftar tilik;

Daftar tilik untuk mengecek kepatuhan terhadap SPO dalam langkah-langkah


kegiatan, dengan rumus sebagai berikut:
Evaluasi Isi SPO

Evaluasi SPO dilaksanakan sesuai kebutuhan dan minimal sekali dalam dua tahun
yang dilakukan oleh masing-masing unit kerja.

Hasil evaluasi: SPO masih tetap bisa dipergunakan, atau SPO tersebut perlu
diperbaiki/direvisi. Perbaikan/Revisi isi SPO bisa dilakukan sebagian atau seluruhnya.

Perbaikan/revisi perlu dilakukan bila:


1. Alur SPO sudah tidak sesuai dengan keadaan yang ada;
2. Adanya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
pelayanan kesehatan;
3. Adanya perubahan organisasi atau kebijakan baru;
4. Adanya perubahan fasilitas.

Penggantian Kepala Puskesmas, bila SPO memang masih sesuai/dipergunakan


maka tidak perlu direvisi.
Sumber:
Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar
Tahun 2014

Akreditasi Puskesmas dan Ketersediaan Sumber Daya di


Puskesmas
Oleh: Amrin Madolan Pada: 7/18/2016

Melakukan akreditasi puskesmas merupakan hal yang wajib bagi setiap puskesmas
sebagaimana yang telah diatur dalam Permenkes Nomor 46 Tahun 2015. Batas akhir
pelaksanaan akreditasi puskesmas yaitu pada tahun 2019.
Sebagaimana kita ketahui bahwa kondisi puskesmas di seluruh Indonesia masih memiliki
banyak kekurangan baik dari segi sarana prasarana, ketenagaan maupun pembiayaan
terutama bagi puskesmas-puskesmas yang berada di daerah terpencil dan tidak menutup

kemungkinan juga masih ditemukan pada puskesmas pedesaan yang tersebar di seluruh
kabupaten kota di Indonesia.
Dari hal tersebut diatas, maka saya membuat tulisan ini sebagai bahan yang mungkin
dapat menjadi bahan pertimbangan untuk kita semua dalam mempersiapkan pelaksanaan
akreditasi puskesmas. Tulisan ini kami beri judul "Akreditasi Puskesmas dan
Ketersediaan Sumber Daya di Puskesmas". Yang kami maksudkan sumber daya disini
adalah menyangkut Ketersediaan Sumber Daya Tenaga serta Sumberdaya Sarana dan
Prasarana di Puskesmas.

Sumber Daya Tenaga


Ketersediaan tenaga di Puskesmas menjadi salah satu elemen dalam pelaksanaan
akreditasi di puskesmas. Mengenai ketenagaan tersebut telah diatur dalam permenkes
Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas yang mana jumlah dan spesifikasi dari tenagatenaga yang dibutuhkan juga telah diatur secara lengkap untuk masing-masing kriteria
puskesmas.
Masalahnya, apakah seluruh puskesmas di seluruh Indonesia khususnya di daerah
terpencil telah memiliki tenaga dokter, dokter gigi dan beberapa jenis tenaga sebagaimana
yang dicantumkan pada Permenkes tersebut?
Salah satu kasus yang ditemukan, ada puskesmas yang tidak teregistrasi hanya karena
tidak memiliki jenis tenaga tertentu. Sementara syarat utama untuk melakukan akreditasi
adalah puskesmas tersebut harus telah di registrasi di Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. Dengan uraian tersebut, kita pasti bisa menyimpulkan apa yang terjadi pada
Puskesmas di daerah-daerah terpencil.

Sumber Daya Sarana dan Prasarana


Ketersediaan sarana dan prasarana di puskesmas juga merupakan bagian yang akan
mendukung terlaksananya Akreditasi Puskesmas. Standar peralatan yang harus ada di
Puskesmas juga telah di atur pada Permenkes Nomor 75 Tahun 2014.
Seperti halnya pada sumber daya tenaga, sumber daya sarana dan prasarana juga terdapat
berbagai kekurangan pada puskesmas di daerah-daerah terpencil sehingga kita juga tahu
apa akibat dari kekurangan tersebut.
Namun, apakah dengan hal tersebut dapat terpenuhi sampai akhir 2019? Ataukah ini akan
menjadi bumerang bagi pelaksanaan akreditasi puskesmas bagi puskesmas-puskesmas di
yang berada di daerah-daerah terpencil? Jawabannya ada pada kita semua yang akan
menyimpulkan.

Terima kasih telah berkunjung pada blog sederhana ini, semoga bermanfaat.

Persyaratan Puskesmas Berdasarkan PMK No. 75 Tahun


2014
Oleh: Amrin Madolan Pada: 2/14/2016

Seperti yang kami janjikan sebelumnya pada pembahasan Prinsip Penyelenggaraan,


Tugas, Fungsi dan Wewenang Puskesmas Berdasarkan PMK No. 75 Tahun 2014 maka
kali ini kami bagikan informasi mengenai Persyaratan Puskesmas Berdasarkan PMK No.
75 Tahun 2014.
Baiklah kita langsung saja pada topik pembahasan sebagai berikut:

Persyaratan Puskesmas
Di dalam PMK No. 75 Tahun 2014 disebutkan bahwa:
Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan, dalam kondisi tertentu, pada 1 (satu)
kecamatan dapat didirikan lebih dari 1 (Satu) puskesmas; yang mana kondisi tertentu
dimaksud ditetapkan berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk
dan aksesibilitas.
Pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, peralatan
kesehatan, ketenagaan, kefarmasian dan laboratorium.

Persyaratan Lokasi:
Lokasi pendirian puskesmas harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. geografis;
b. aksesibilitas untuk jalur transportasi;
c. kontur tanah;
d. fasilitas parkir;
e. fasilitas keamanan;
f. ketersediaan utilitas publik;
g. pengelolaan kesehatan lingkungan; dan
h. kondisi lainnya.
Selain persyaratan tersebut, pendirian Puskesmas harus memperhatikan ketentuan teknis
pembangunan bangunan gedung negara

Persyaratan Bangunan:

Bangunan Puskesmas harus memenuhi persyaratan yang meliputi:


1.
Persyaratan administratif, persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja, serta
persyaratan teknis bangunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2.
Bersifat permanen dan terpisah dengan bangunan lain; dan
3.
Menyediakan fungsi, keamanan, kenyamanan, perlindungan keselamatan dan
kesehatan serta kemudahan dalam memberi pelayanan bagi semua orang termasuk yang
berkebutuhan khusus, anak-anak dan lanjut usia
Selain bangunan Bangunan Puskesmas sebagaimana dimaksud tersebut di atas, setiap
Puskesmas harus memiliki bangunan rumah dinas Tenaga Kesehatan yang didirikan
dengan mempertimbangkan aksesibilitas tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan.

Persyaratan Prasarana:
Puskesmas harus memiliki prasarana yang berfungsi paling sedikit terdiri atas:
a. sistem penghawaan (ventilasi);
b. sistem pencahayaan;
c. sistem sanitasi;
d. sistem kelistrikan;
e. sistem komunikasi;
f. sistem gas medik;
g. sistem proteksi petir;
h. sistem proteksi kebakaran;
i. sistem pengendalian kebisingan;
j. sistem transportasi vertikal untuk bangunan lebih dari 1 (satu) lantai;
k. kendaraan Puskesmas keliling; dan
l. kendaraan ambulans.

Persyaratan Peralatan:
Peralatan kesehatan di Puskesmas harus memenuhi persyaratan:
a. standar mutu, keamanan, keselamatan;
b. memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
c. diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi penguji dan pengkalibrasi yang
berwenang.

Persyaratan Sumber Daya Manusia:


Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas Tenaga Kesehatan dan tenaga non
kesehatan. Jenis dan jumlah Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan dihitung
berdasarkan analisis beban kerja, dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang
diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas

wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di


wilayah kerja, dan pembagian waktu kerja.
Jenis Tenaga Kesehatan sedikit terdiri atas:
a. dokter atau dokter layanan primer;
b. dokter gigi;
c. perawat;
d. bidan;
e. tenaga kesehatan masyarakat;
f. tenaga kesehatan lingkungan;
g. ahli teknologi laboratorium medik;
h. tenaga gizi; dan
i. tenaga kefarmasian.
Tenaga non kesehatan harus dapat mendukung kegiatan ketatausahaan, administrasi
keuangan, sistem informasi, dan kegiatan operasional lain di Puskesmas.
Tenaga Kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi, menghormati hak pasien, serta
mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien dengan memperhatikan keselamatan
dan kesehatan dirinya dalam bekerja.
Setiap Tenaga Kesehatan yang bekerja di Puskesmas harus memiliki surat izin praktik
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
Demikianlah
yang
dapat
kami
bagikan
kepada Mitra
Kesehatan
Masyarakat tentangPersyaratan Puskesmas Berdasarkan PMK No. 75 Tahun 2014,
pada pembahasan berikutnya kami akan membagikan informasi tentang Kategori
Puskesmas Berdasarkan PMK No. 75 Tahun 2014.

Upaya Kesehatan yang Dilaksanakan Di Puskesmas


Berdasarkan Permenkes Nomor 75 Tahun 2014
Oleh: Amrin Madolan Pada: 6/26/2016

Upaya kesehatan yang dilaksanakan di Puskesmas berdasarkan Peraturan Menteri


Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 secara umum terdiri dari:
1.
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama;
2.

Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama.

Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Tingkat Pertama


Pada UKM tingkat pertama terdiri dari: UKM Esensial dan UKM Pengembangan.

Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Esensial


Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Esensial harus diselenggarakan oleh setiap
Puskesmas untuk mendukung pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten/kota
bidang kesehatan. UKM Esensial terdiri dari:
1.
Pelayanan Promosi Kesehatan;
2.

Pelayanan Kesehatan Lingkungan;

3.

Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak dan Keluarga Berencana;

4.

Pelayanan Gizi; dan

5.

Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.

Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Pengembangan


Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Pengembangan merupakan kegiatan yang
memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi dan
intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan
wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing Puskesmas.

Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) Tingkat Pertama


Sebagaimana dalam pasal 37 Permenkes Nomor 75 Tahun 2014, disebutkan bahwa
Upaya Kesehatan Perseorangan Tingkat Pertama dilaksanakan dalam bentuk:
1.
Rawat jalan;
2.

Pelayanan Gawat Darurat;

3.

Pelayanan satu hari (one day care);

4.

Home care; dan/atau

5.

Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.

Kegiatan-kegiatan tersebut di atas dilaksanakan sesuai dengan standar prosedur


operasional dan standar pelayanan.

Mitra Kesehatan Masyarakat

Untuk melaksanakan upaya kesehatan sebagaimana tersebut di atas, puskesmas harus


menyelenggarakan:
1.
Manajemen Puskesmas;
2.

Pelayanan Kefarmasian;

3.

Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat; dan

4.

Pelayanan Laboratorium.

Demikianlah
yang
dapat
kami
bagikan
kepada Mitra
Kesehatan
Masyarakat tentangUpaya Kesehatan yang Dilaksanakan Di Puskesmas
Berdasarkan Permenkes Nomor 75 Tahun 2014, semoga dapat bermanfaat.

BUKU PEDOMAN WAJIB YANG HARUS DIMILIKI SEBELUM AKREDITASI


PUSKESMAS
Tyanstory 08:26 Add Comment BUKU PEDOMAN, DOWNLOAD

Mau tidak mau semua Puskesmas di Indonesia harus mempersiapkan diri dalam rangka
akreditasi Puskesmas sebagai salah satu syarat kerjasama dengan JKN atau BPJS. maka dari
itu disinilah tempat untuk semua Puskesmas di indonesia bisa berbagi, saling sharing
mengenai buku pedoman dan materi akreditasi di puskesmas. Tentu semua ingin belajar
namun kadang materi yang dibutuhkan kurang tersedia di Puskesmas sendiri. dan ketika
kita cari di internet kita juga kesulitan untuk mendownloadnya.

buku akreditasi puskesmas pdf download

Di blog ini kami akan memberikan beberap buku pedoman wajib bagi anda yang kami
usahakan selalu bisa kami update setiap hari dan bulannya. namun juga bukan berarti anda
yang sudah pandai bisa transfer ilmu dan jangan pelit kepada teman Puskesmas lain yang
masih membutuhkan.
Berikut ini buku wajib yang harus anda pelajari sebelum melangkah ke akreditasi :
1.
Download standart akreditasi puskesmas pdf tahun 2014
2.
Download Permenkes No 75 tahun 2014 tentang sarpras Puskesmas.
3.
Download Permenkes No 46 tahun 2015 tentang AKREDITASI PUSKESMAS,
KLINIK PRATAMA, TEMPAT PRAKTIK MANDIRI DOKTER, DAN TEMPAT PRAKTIK
MANDIRI DOKTER GIGI (Terbaru)
4.
Silahkan di baca dahulu Download Peraturan BPJS Norma Kapitasi No 02
Thn 2015 (Terbaru)
5.
Materi Manajemen Puskesmas
6.
Draft contoh Penyusunan Manual Mutu Puskesmas
7.
Buku Instrumen/ Elemen Penilaian tiap BAB Akreditasi Puskesmas
8.
Download Buku saku permenkes no 75 tahun 2014
9.
Buku Pedoman penyusunan dokumen akreditasi Puskesmas tahun
2015 (update)
Buku diatas adalah update terbaru terutama mengenai elemen penilaian akreitasi terbaru
tahun 2015. Dan berita hangat mengenai Peraturan BPJS tentang norma kapitasi juga kami
cantumkan. Semoga bermanfaat bagi anda yang membutuhkan.

You might also like