You are on page 1of 11

BARIUM

ACTIVITY NUMBER

I. Maksud dan Tujuan

Agar paktikan mengetahui cara pengujian untuk menunjukan adanya reaksi antara

kapas dengan larutan merserisasi. Selai itu juga, praktikum ini bertujuan untuk
mengidentifikasi benang dan kain dari kapas yang telah dimerser baik yang telah maupun
yang tidak dicelup, secara kualitatif dan kuantitatif, agar dapat diketahui reaksi antara kapas
dan larutan merserisasi dengan sempurna.


II. Teori dasar

Sifat Kimia Serat Kapas
Beberapa zat pengoksidasi dan penghidrolisa akan merusak kapas sehingga
kekuatanya menjadi turun. Kerusakan karena oksidasi dengan terbentuknya oksi selulosa,
biasanya terjadi pada pengelantangan yang berlebihan, penyinaran dalam keadaan lembab
atau pemanasan yang lama pada suhu diatas 140 oC
Asam akan merusak kapas dan membentuk hidroselulosa. Alkali yang pekat akan
menyababkan penggelembungan yang besar pada serat seperti pada proses merserisasi,
yang menyebabkan serat menjadi lebih mengkilap dan kekuatannya menjadi lebih tinngi.
Pelarut yang biasa digunakan adalah kuproamonium hidroksida dan kuproatelina diamina.
Kapas mudah diserang oleh jamur dan bakteri, terutama pada keadan lembab dan suhu
hangat.
Kapas memiliki beberapa sifat istimewa misalmya mudah dicuci, enak dipakai dan
murah, sehingga kapas lebih unggul disbanding serat lainnya.
Barium Hidroksida dapat dilarutkan didalam air.
BaO + 9H2O Ba(OH)28H2O

Pada suhu 100 C dalam vacuum. Dapat menghasilkan BaO. Barium hidroksida
biasanya digunakan untuk kimia analisa dalam titrasi untuk asam lemah, biasanya untuk
asam organic. Dalam larutan jernih dapat dipastikan tidak mengandung karbonat, seperti
dalam sodium hidroksida dan potassium hidroksida , sebagai barium karbonat. Biasanya
digunakan phenolphthalein sebagai indicator, tanpa haruskhawatir adanya ion karbonat.

Biasanya juga digunakan untuk hidrolisa ester pada dimethyl hendecanedioate.


Phenolphthalein adalah senyawa kimia yang memilki formula C20H14O4. Biasa
digunakan untuk titrasi dalam suasana asam. Jika dalam larutan dengan konsentrasi tinggi
akan mencapai warna ungu.


Jenis

In

In2

H2In

In(OH)3

Struktur

Model

pH
Warna







< 0

08.2

8.212.0


>12.0

Merserisasi
Serat kapas akan menggembung secara lateral dan mengkeret ke arah panjangnya
bila direndam dalam larutan soda kostik pekat. Perubahan dimensi ini diikuti oleh
perubahan-perubahan penting pada sifat-sifat benang maupun kain yang terbuat dari serat
tersebut, seperti meningkatnya :
Kekuatan tarik,
Higroskopisitas (moisture regain)
Daya serap terhadap zat warna dan
Reaktifitasnya terhadap pereaksi-pereaksi kimia.
Pemberian tegangan pada benang atau kain selama proses menimbulkan efek kilau
yang bersifat tetap, sedangkan pengerjaan tanpa tegangan memberikan pertambahan
mulur yang besar yang sesuai untuk produk-produk stretch. Proses ini disebut merserisasi
dan ditemukan pertama kali oleh John Mercer pada tahun 1844 (patennya baru terdaftar
kemudian pada tahun 1850) di tengah penelitiannya mengenai kemungkinan pemisahan
berbagai macam hidrat dengan cara penyaringan fraksional perlahan. Pada saat itu Mercer
mengamati adanya perubahan-perubahan seperti tersebut di atas, kecuali kilau, pada kain
kapas yang digunakannya untuk menyaring larutan natrium hidroksida. Mercer juga
mendapati adanya penurunan konsentrasi larutan di akhir proses yang disebabkan oleh
absorpsi preferensial alkali oleh selulosa. Efek kilau baru ditemukan sekitar lima puluh
tahun kemudian (1889) oleh Horace Lowe secara tidak sengaja ketika mencoba mencegah
mengkeret benang yang dimerser dengan cara memberikan tegangan selama proses.


Penampang Lintang Serat Kapas Pada Proses Merserisasi
Gambar memperlihatkan perubahan penampang lintang serat kapas selama
merserisasi yang berlangsung secara bertahap mulai dari bentuknya yang pipih hingga

mencapai penggembungan maksimum pada tahap 5, tahap 6 dan 7 masing-masing


memperlihatkan kontraksi yang terjadi pada saat pencucian dan pengeringan.

Uji Angka Aktifitas Barium (SNI 08-0300-1989)
Cara pengujian ini dipergunakan untuk identifikasi benang dan kain dari kapas yang
telah dimerser baik yang telah maupun tidak dicelup, secara kuantitatif dan kualitatif. Cara
pengujian ini untuk menunjukkan adanya reaksi yang sempurna antara kapas dan larutan
merserisasi. Car apengujian ini tidak dapat memberikan hasil yang memuaskan apabila
terdapat serat-serat bukan kapas dan bahan penyempurnaan permanen pada bahan yang
diuji.

Prinsip Pengujian
Dalam cara ini diperlukan kapas yang tidak dimerser, biasanya berbentuk benang
sebagai kapas standar; dan larutan barium hidroksida 0,25 N yang dibuat dengan cara
melarutkan serpih Ba(OH)2 , 8 H2O 39,43 gram didalam 1 liter air.
Kain yang diuji harus bebas dari bahan penyempurnaan, kemudian 2,5 gram (atau 5
gram untuk dua pengujian) kain yang diuji bersama-sama kapas standar dengan berat yang
sama dimasak didalam larutan yang mengandung 10 gram sabun netral dan 2 gram
natrium karbonat dalam 1 liter air, pada suhu didih selama 1 jam. Setelah dicuci berkali-kali
dengan air hingga bebas alkali, kemudian dikeringkan kemudian dikondisikan didalam
atmosfer standar selama beberapa jam.
Kain yang telah dimurnikan seberat 2 gram dan kapas standar seberat 2 gram masing
masing dimasukkan kedalam tabung Erlenmeyer berisi 30 ml. Larutan barium hidroksida
0,25 N dan ditutup rapat. Kain direndam dalam larutan tersebut selama paling sedikit 2 jam
pada suhu kamar sambil dikocok. Setelah 2 jam masing-masing larutan diambil 10 ml. dan
dititrasi dengan larutan asam klorida 0,1 N dengan indicator fenoptalein. Selain itu juga
dilakukan titrasi terhadap 10 ml larutan barium hidroksida 0,25 N asli. Dari hasil titrasi
tersebut angka aktifitas barium dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Angka aktifitas barium =

x 100

keterangan:

a :

Volume asam klorida ( dalam ml) untuk titrasi 10 ml. Larutan barium hidroksida

0,25 N asli

b :

Volume asam klorida ( dalam ml) untuk titrasi 10 ml. Larutan yang mengandung

contoh uji

c :

Volume asam klorida (dalam ml) untuk titrasi 10 ml. Larutan yang mengandung

kapas standar




















III. Alat dan Bahan


Alat:
1. Buret 50 ml

2. Botol penyimpanan 200-250 ml

7. Pembakar bunsen

8. Penangas air

3. Erlenmeyer dengan Pendingin Refluks

9. Pipet gondok 10 ml

4. Erlenmeyer tutup asah

10. Pipet gondok 30 ml

5. Piala gelas 1500 ml

11. Tungku pengering

1. Barium Hidroksida 0,25 N

2. Asam Klorida 0,1 N

3. Fenoftalein (indicator PP)

6. Mikroskop lengkap

Bahan:

4. Bahan contoh uji (9)


IV. Cara kerja


Contoh uji ditimbang tepat sebanyak 2 gram + larutan barium hidroksida 30 ml


dimasukkan kedalam Erlenmeyer tutup asah 100 ml diamkan selama 2 jam pada suhu
kamar sambil dikocok-kocok.

Kapas pembanding (kapas standar) ditimbang tepat sebanyak 2 gram + larutan barium
hidroksida 30 ml dimasukkan kedalam erlenmeyer tutup asah 100 ml diamkan selama 2
jam pada suhu kamar sambil dikocok-kocok.

Untuk blanko, larutan barium hidroksida 30 ml dimasukkan kedalam Erlenmeyer tutup


asah 100 ml diamkan selama 2 jam pada suhu kamar sambil dikocok-kocok.

Pipet 10 ml (dengan pipet volume) masing-masing larutan tsb masukkan kedalam


Erlenmeyer 250 ml, tambahkan indicator PP 2-3 tetes lalu titrasi dengan larutan HCL 0,1
N titrasi sampai tepat tak berwarna

Titrasi dilakukan minimal 2 kali.

V. Data Percobaan





Pengujian

Blanko

Kapas Contoh Uji

Kapas Pembanding

22.5 ml

20.5 ml

19.5 ml

II

22.6 ml

21 ml

19.6 ml

Rata-rata

22.55 ml

20.75 ml

19.55 ml

Angka aktifitas barium =

x 100

= 22.55-20.75/22.55-19.55 x 100

= 60



VI. Diskusi

Praktikum Barium Activity Number ini bertujuan untuk mengidentifikasi kapas yang

sudah melewati proses merserisasi apakah kapas yang baik atau kapas yang kurang baik, pada
saat titrasi berlangsung, hal yang harus sangat diperhatikan adalah konsentrasi yang dihasilkan
untuk titrasi contoh uji dan kapas pembanding karena perbedaanya dengan larutan blanko
sangat kecil. Prinsip pada pengujian ini adalah semakin tinggi derajat merserisasi, maka semakin
banyak barium hidroksida yang diserap oleh kapas dari larutan. Sisa barium hidroksida didalam
larutan ditentukan dengan cara titrasi menggunakan asam klorida.

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, diperoleh nilai rata-rata hasil titrasi

contoh uji sebesar 20.75 ml, sementara rata-rata titrasi pada kain kapas pembanding yaitu
19.55 ml , dan rata-rata pada larutan blanko hasil titrasinya sebesar 22.55 ml.

Volume yang diperoleh dari titrasi kain kapas pembanding lebih kecil daripada volume

rata-rata yang diperoleh kain kapas contoh uji kode 16 ini, hal tersebut menunjukan bahwa
larutan barium hidroksida yang terserap pada kain kapas contoh uji kode 16 lebih sedikit jika
dibandingkan dengan kain kapas pembanding tersebut. Sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa kain kapas contoh uji kode 16 ini tidak melalui proses merserisasi dengan baik.



VII. Kesimpulan

Jadi, berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, kain kapas kode 16 ini memiliki
angka aktivitas barium (BAN) sebesar 60%, hasil tersebut membuktikan bahwa kain kode 16
tidak dimerserisasi dengan baik.





















PRAKTIKUM EVALUASI TEKSTIL KIMIA I


BARIUM ACTIVITY NUMBER

Nama

: Putri Indah Permata Sari

NPM

: 14020084

Group

: 2K4

Dosen

: Khairul U., S.ST.

Asisten

: Eka O.,S.ST.

Witri,S.ST.

Samuel M.,S.ST.

POLITEKNIK STTT BANDUNG


2016

You might also like