You are on page 1of 12

NAMA

: SYARIFAH NURAENI S

NIM

: A31113311
PSAK 103 & 104

Murabahah
Istishna
salam
Transaksi penjualan barang Pemesanan
pembuatan Akad jual beli dengan uang
dengan menyatakan harga barang dengan spesifikasi muka
perolehan dan keuntungan/ tertentu

yang

dan

pengiriman

disepakati barang di belakang. Harga,

margin yang disepakati oleh antara penjual dan pemesan

spesifikasi,karakteristik dan

penjual dan pembeli

kuantitas barang ditentukan

Murabahah dengan pesanan Istishna

dalam

(mengikat) dan murabahah pemesanan


tanpa

pesanan

(tidak barang

mengikat)

diawal ketika akad terjadi


bentuk Salam
parallel,
yaitu

pembuatan melaksanakan 2 transaksi

tertentu.

Istishna salam. Antara pemesan dan

parallel, penjual melakukan penjual dan antara penjual


subkontrak

uintuk dengan pemasok

memenuhi pesanan
Mashnu

Musim fihi

Mengikat secara ikutan

Mengikat secara asli

PSAK 103 : AKAD SALAM


Pengertian Akad Salam
PSAK 103 mendefinisikan salam sebagai akad jual beli barang pesanan (muslam fiih)
dengan pengiriman dikemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya dilakukan
oleh pembeli (al muslam) pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu
Jenis Akad Salam

1. Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada ketika
transaksi dilakukan, pembeli melakukan pembayaran dimuka sedangkan penyerahan
barang baru dilakukan dikemudian hari.
2. Salam paralel, artinya melaksanakan dua transaksi salam yaitu antara pemesan pembeli
dan penjual dengan pemasok (supplier) atau pihak ketiga lainnya. Hal ini terjadi ketika
penjual tidak memiliki barang pesanan dan memesan kepada pihak lain untuk
meyediakan barang tersebut. Salam paralel dibolehkan asal melarang transaksi salam
paralel terutama jika perdagangan dan transaksi semacam itu dilakukan secara terus
menerus, karena dapat menjurus kepada riba. akad kedua tidak tergantung pada akad
pertama, tetapi beberapa ulama kontemporer melarang transaksi salam paralel terutama
jika perdagangan dan transaksi semacam itu dilakukan secara terus menerus, karena dapat
menjurus kepada riba.
Perlakuan Akutansi (PSAK 103)
-

Akutansi untuk Pembeli

Hal-hal yang harus dicatat oleh pembeli dalam tarnsaksi secara akutansi:
1. Pengakuan piutang salam, piutang salam diakui pada saat modal usaha salam dibayarkan
atau dialihkan kepada penjual. Modal usaha salam disajikan sebagai piutang salam.
2. Pengukuran modal usaha salam
Modal usaha salam dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan, modal
usaha salam dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar dan nilai tercatat modal
usaha nonkas yang diserahkan diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat
penyerahan modal usaha tersebut.
a. Pencatatan apabila nilai wajar lebih kecil dari nilai tercatat
b. Pencatatan apabila nilai wajar lebih besar dari nila tercatat
3. Penerimaan barang pesanan
a. Jika barang pesanan sesuai dengan akad, maka dinilai sesuai nilai yang disepakati
b. Jika barang pesanan berbeda kualitasnya
a) Nilai wajar dari barang pesanan yang diterima nilainya sama atau lebih tinggi dari
nilai barang pesanan yang tercantum dalam akad, maka barang pesanan yang
diterima diukur sesuai dengan nilai akad
b) Jika nilai wajar dari barang pesanan yang diterima lebih rendah dari nilai barang
pesanan yang tercantum dalam akad; maka barang pesanan yang diterima diukur

sesuai dengan nilai wajar pada saat diterima dan selisihnya dikaui sebagai
kerugian.
c. Jika pembeli tidak menerima sebagian atau seluruh barang pesanan pada tanggal jatuh
tempo pengiriman, maka :
a) Jika tanggal pengiriman diperpanjang, maka nilai tercatat piutang salam sebesar
sebagian yang belum dipenuhi sesuai dengan nilai tercantum dalam akad
b) Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya, maka piutang salam
berubah menjadi piutang yang harus dilunasi oleh penjual sebesar bagian yang
tidak dapat dipenuhi
c) Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya dan pembeli mempunyai
jaminan atas barang pesanan serta hasil penjualan jaminan tersebut lebih kecil
dari nilai piutang salam, maka selisih antara nilai tercatat piutang salam dan hasil
penjualan jaminan tersebut diakui sebagai piutang kepada penjual. Jika hasil
penjualan tersebut lebih besar dari nilai tercatat piutang salam maka selisihnya
menjadi hak penjual.
4. Denda yang diberlakukan dan diterima oleh pembeli diakui sebagai bagian dana
kebajikan. Denda hanya boleh dikenakan kepada penjual yang mampu menyelesaikan
kewajibannya, tetapi sengaja tidak melakukannya lalai. Hal ini tidak berlaku bagi pejual
yang tidak mampu menunaikan kewajibannya karena force majeur.
5. Penyajian
a. Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai piutang salam
b. Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat memenuhi kewajibannya
dalam transaksi salam disajikan secara terpisah dari piutang salam
c. Persediaan yang diperoleh melalui transaksi salam diukur sebesar nilai terendah biaya
perolehan atau nilai bersih yang dapat diraelisasi. Apabila nilai bersih yang apat
direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian
6. Pengungkapan
a. Besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri maupun yang dibiayai secara
bersama-sama dengan pihak lain;
b. Jenis dan kuantitas barang pesanan; dan
c. Pengungkapan sesuai dengan PSAK NO. 101 tentang Laporan Keuangan Syariah.
- Akutansi untuk Penjual
1. Pengakuan kewajiban salam, kewajiban salam diakui pada saat penjual menerima modal
usaha salam. Modal usaha salam yang diterima disajikan sebagai kewajiban salam.

2. Pengukuran kewajiban salam, jika modal usaha salam dalam bentuk kas diukur sebesar
jumlah yang diterima, jika modal usaha salam dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar
nilai wajar.
3. Kewajiban salam dihentika pengakuannya (derecognation) pada saat penyerahan barang
kepada pembeli.
4. Jika penjual melakukan transaksi salam paralel, selisih antara jumlah yang dibayar oleh
pembeli akhir dan biaya perolehan barang pesanan diakui sebagai keuntungan atau
kerugian pada saat penyerahan barang pesanan oleh pehjual kepembeli akhir. Pencatatan
ketika menyerahkan persediaan, jika jumlah yang dibayar oelh pembeli akhir lebih kecil
dari biaya perolehan barang pesanan. Pencatatan ketika menyerahkan persediaan, jika
jumlah yang dibayar oleh pembeli akhir lebih besar dari biaya perolehan barang pesanan
5. Pada akhir periode pelaporan keuangan, persediaan yang diperoleh melalui transaksi
salam diukur sebesar nilai terendah biaya perolehan atau nila bersih yang dapat deralisasi.
Apabila nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka
selisihnya diakui sebagai kerugian
6. Penyajian, penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima sebagai kewajiban
salam
7. Pengungkapan,
a. Piutang salam kepada produsen (dalam salam paralel) yang memiliki hubungan
istimewa;
b. Jenis dan kuantitas barang pesanan; dan
c. Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK No. 101 tentang Penyajian Laporan
Keuangan Syariah.
Akuntansi Salam
Contoh soal:
Pada tanggal 1 april 2008, seorang petani datang pada bank syariah untuk mendapatkan
pembiayaan salam.dia memiliki sawah 2 ha yang bisa ditanami.Dia mengajukan dana sebesar
Rp. 10.000.000. yg digunakan untuk memebeli bibit padi dan pemeliharaan. Perkiraan untuk 2 ha
sawah, bisa menghasilkan 6 ton beras sudah digiling, bila dijual per-kg nya Rp. 4000. dia akan
menyerahkan beras 3 bulan lagi.
Jawab:

Bank akan mendapatkan beras Rp. 10.000.000/4.000=Rp. 2500kg. beras tersebut dapat dijual
kembali pada pihak ke 3 dengan harga Rp/4.400/kg. jadi total pendapatan Rp. 4.400 x
2.500kg=Rp.11.000.000. Jadi keuntunganya: Rp. 11.000.000-Rp. 10.000.000= Rp. 1.000.000.
Dijurnal:
Saat bank membayarkan dana:
Piutang salam

Rp. 10.000.000

Kas Nasabah

Rp.10.000.000

Pada saat bank menerima beras 2500kg


Barang dagangan salam

Rp.10.000.000

Piutang salam

Rp. 10.000.000

Pada saat penjualan pada puhak ke 3


Kas

Rp. 11.000.000
Barang dagangan salam

Rp. 10.000.000

keuntungan salam

Rp. 1.000.000

Pengertian Akad Istishna


Akad Istishna adalah akad jual beli untuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan
kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli/Mustashni) dan
penjual (pembuat/Shani)- (fatwa DSN MUI). Shani akan menyiapkan barang yang dipesan
sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati dimana ia dapat menyiapkan sendiri atau melalui
pihak lain (Istishna Paralel). Dalam PSAK 104 per 8 dijelaskan barang pesanan harus memiliki
kriteria:
1. Memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati.
2. Sesuai dengan spesifikasi pemesan (customized), bukan produk massal dan
3. Harus diketahui karekteristiknya secara umum yang meliputi jenis, spesifikasi tekhnis,
kualitas, dan kuantitasnya.

Dalam Istishna paralel, penjual membuat akad Istishna kedua dengan subkontraktor
untuk membantunya memenuhi kewajiban akad Istishna pertama (antara penjual dan pemesan).
Pihak yang bertanggung jawab pada pemesan tetap terletak pada penjual tidak dapat dialihkan
pada subkotraktor karena akad terjadi antara penjual dan pemesan bukan pemesan dengan
subkontraktor. Sehingga penjual tetap bertanggung jawab atas hasil kerja subkontraktor.
Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari penjual atas (a) jumlah yang
telah dibayarkan; dan (b) penyerahan barang pesanan sesuai dengan spesifikasi dan tepat waktu
(PASAK 104 per 13). Begitu akad sudah disepakati maka akan mengikat para pihak yang
bersepakat dan pada dasarnya tidak dapat dibatalkan, kecuali :
a. Kedua belah pihak setuju untuk menghentikanya; atau
b. Akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat menghalangi
pelaksanaan atau penyelesaian akad (PSAK 104 per 12).
Akad berakhir apabila kewajiban kedua belah pihak sudah terpenuhi atau kedua belah pihak
bersepakat untuk menghentikan akad
Jenis Akad Istishna
1. Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan

kriteria

dan

persyaratan

tertentu

yang

disepakati

(pembeli/mustashni) dan penjual.


Skema Istishna
(1)
penjual

(2)
(3)
Keterangan :
Melakukan akad istishna
1. Barang diserahkan kepada pembeli
2. Pembayaran dilakukan oleh pembeli

pemb

antara

pemesan

Istishna paralel adalah suatu bentuk akad istishna antara penjual dan pemesan dimana untuk
memenuhi kewajibannya kepada pemesan , penjual melakukan akad istishna dengan pihak
lain (subkontraktor) yang dapat memenuhi aset yang dipesan pemesan. Syaratnya akad
istishna pertama (antara penjual dan pemesan) todak bergantung pada istishna kedua (antara
penjual dan pemasok). selain itu akad antara pemesan dengan penjual dan akad antara
penjual dan pemesan harus terpisah dan penjual tidak boleh mengakui adanya keuntungan
selama konstruksi.
Skema Istishna paralel

penjual

pembe

Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.

Melakukan akad istishna


Penjual memesan dan membeli pada supplier/produsen
Barang diserahkan dari produsen
Barang diserahkan kembali kepada pembeli
Produsen/pemas
Pembayarannya dilakukan oleh pembeli

Berakhirnya akad istishna

dipenuhinya kewajiban secara normal oleh kedua belah pihak


persetujuan bersama kedua belah pihak untuk menghentikan kontrak
pembatalan hukum kontrak. Ini jika muncul sebab yang masuk akal untuk mencegah

dilaksanakanya kontrak atau penyelesaiannya, dan masing-masing pihak bisa menuntut


pembatalanya
Perlakuan Akuntansi Istishna dengan cara pembayaran tangguh
Contoh soal:

Bank Syariah Insan Kamil mendapatkan pesanan pembangunan gedung untuk perkantoran
dengan nilai kontrak pembangunan sebesar Rp. 500.000.000, biaya yang dikeluarkan Rp.
400.000.000termasuk biaya pra kontrak sebesar Rp. 15.000.000
Untuk pemesanan tersebut bank syariah menunjuk satu kontraktor untuk mengerjakanya. Data
yang diperoleh sehubungan dengan pembangunan tersebut:
Tahun 1
Total biaya

Rp. 300.000.000

Tagihan termin

Tahun 2

Rp. 400.000.000

Rp. 285.000.000

Rp. 100.000.000

Rp. 230.000.000

Rp. 270.000.000

Penerimaan tagihan dari


Pembeli

Jurnal-jurnal dari transaksi diatas:


Pembayaran beban pra akad:
1. Pada saat dikeluarkan biaya akad:
Beban pra akad istishna ditangguhkan

Rp. 15.000.000

Kas

Rp. 15.000.000

2. Pada saat ada kepastian penandatangan akad


Aktiva istishna dalam penyelesaian

Rp. 15.000.000

Beban pra akad istishna ditangguhkan

Rp. 15.000.000

3. Bila akad tidak jadi ditandatangani


Beban pra akad istishna

Rp. 15.000.000

Beban pra akad istishna ditangguhkan

Rp. 15.000.000

PEMBAYARAN untuk pembangunan gedung perkantoran bersangkutan tahun pertama


Rp. 300.000.000, diantaranya untuk material, tenaga kerja dll (termasuk Rp. 15.000.000 beban
pra akad).dan tahun kedua Rp. 100.000.000.

Dijurnal:
Aktiva Istishna dalam penyelesaian tahun 1

Rp. 285.000.000

Aktiva Istishna dalam penyelesaian tahun 2

Rp. 100.000.000

Kas tahun 1

Rp. 285.000.000

Kas tahun 2

Rp. 100.000.000

Penagihan bank syariah kepada pihak pembeli akhir untuk tahun 1 Rp. 230.000.000 dan tahun
ke-2 Rp. 270.000.000.
Piutang Istishna tahun-1

Rp. 230.000.000

Piutang Istishna tahun-2

Rp. 270.000.000

Termin Istishna tahun-1

Rp. 230.000.000

Termin Istishna tahun-2

Rp. 270.000.000

Penerimaan pembayaran dari pembeli akhir oleh bank syariah pada tahun 1 Rp. 230.000.000 dan
tahun ke-2 Rp. 270.000.000
Kas tahun-1

Rp. 230.000.000

Kas tahun-2

Rp. 270.000.000

Piutang Istishna tahun 1

Rp. 230.000.000

Piutang Istishna tahun 2

Rp. 270.000.000

Metode pengakuan pendapatan istishna dengan cara pembayaran tangguh:


Cara-1:
Metode penyelesaian prosentase
Tahun 1
300/400 X 100%= 75%

Penerimaan dari pembeli akhir 500.000.000 X 75%=Rp. 375.000.000


Pendapatan Rp. 375.000.000 Rp. 300.000.000= Rp. 75.000.000
Metode penyelesaian prosentase
Tahun 2
100/400 X 100%= 25%
Penerimaan dari pembeli akhir 500.000.000 X 25%= Rp. 125.000.000
Pendapatan Rp. 125.000.000 Rp. 100.000.000= Rp. 25.000.000

Jurnal:
Harga pokok Istisna tahun 1

Rp. 300.000.000

Harga pokok Istisna tahun 2

Rp. 100.000.000

Aktiva Istishna dalam penyelesaian Th 1

Rp. 75.000.000

Aktiva Istishna dalam penyelesaian Th 2

Rp. 25.000.000

Nilai kontrak Istishna tahun 1

Rp. 375.000.000

Nilai kontrak Istishna tahun 2

Rp. 125.000.000

Cara 2:
Metode akad selesai
Tahun 1 tidak ada perhitungan pendapatan karena belum selesai
Tahun ke-2
Harga pokok Istishna

Rp. 400.000.000

Aktiva Istishna dalam penyelesaian Rp. 100.000.000

Nilai kontrak Istishna

Rp. 500.000.000

PERLAKUAN AKUNTANSI ISTISHNA PARALEL dengan cara pembayaran tangguh


Penerimaan tagihan termin dari subkontraktor, pada tahun 1 Rp. 300.000.000 dan tahun ke-2 Rp.
100.000.000
Dijurnal:
Aktiva Istishna dalam penyelesaian tahun 1

Rp. 300.000.000

Aktiva Istishna dalam penyelesaian tahun 2

Rp. 100.000.000

Kas tahun 1

Rp. 300.000.000

Kas tahun 2

Rp. 100.000.000

Penagihan bank syariah kepada pihak pembeli akhir untuk tahun 1 Rp. 230.000.000 dan tahun
ke-2 Rp. 270.000.000.
Piutang Istishna tahun-1

Rp. 230.000.000

Piutang Istishna tahun-1

Rp. 270.000.000

Termin Istishna tahun-1

Rp. 230.000.000

Termin Istishna tahun-2

Rp. 270.000.000

Penerimaan pembayaran dari pembeli akhir oleh bank syariah pada tahun 1 Rp. 230.000.000 dan
tahun ke-2 Rp. 270.000.000
Kas tahun-1

Rp. 230.000.000

Kas tahun-2

Rp. 270.000.000

Piutang Istishna tahun 1

Rp. 230.000.000

Piutang Istishna tahun 2

Rp. 270.000.000

Pembayaran Termin kepada subkontraktor th-1 Rp. 290.000.000 dan th-2 Rp. 110.000.000.

Hutang Istishna th-1

Rp. 290.000.000

Hutang Istishna th-2

Rp. 110.000.000

Kas th-1

Rp. 290.000.000

Kas th-2

Rp. 110.000.000

You might also like