You are on page 1of 18

ALKOHOL MENURUT TINJAUAN MEDIS DAN ISLAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah agama


Dosen Pengampu : M. Zaiki Suaidi, S. Ag. M. Horns

TTEJA KUSUMA
31132639 J

DIII ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa, karena
dengan pertolonganNya kami dapat menyelesaiakan karya ilmiah yang berjudul
Alkohol Menurut Tinjauan Medis dan Islam.
Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses
pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikannya dengan baik.
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Terima kasih kepada bapak Zaki selaku dosen mata kuliah Agama Islam
2. Terima kasih kepada semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak
langsung.
Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada masyarakat dari
hasil makalah ini. Apabila dalam penulisan makalah ini ada kesalahan mohon
kritik dan sarannya. Karena itu kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi
sesuatu yang berguna bagi kita bersama.
Surakarta, 03 Desember 2013
Penulis

Teja Kusuma

ii

DAFTAR ISI
COVER...............................................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................4
C. Tujuan......................................................................................................5
D. Manfaat...................................................................................................5
BAB II ISI...........................................................................................................6
A. Alkohol Najis atau Tidak.........................................................................6
B. Akohol dalam Makanan dan Minuman...................................................7
C. Alkohol dalam Parfum dan Obat.............................................................8
D. Alkohol dalam Medis..............................................................................13
E. Alkohol Menurut Medis...........................................................................14
BAB III PENUTUP............................................................................................17
A. Simpulan.................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................18

iii

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Alcohol untuk zaman sekarang adalah sudah biasa. Terutama pada

kehidupan sehari hari. Padahal alcohol itu hampir sama dengan yang namanya
minuman keras, tetapi untuk zaman sekarang itu sudah sangat tidak mungkin
untuk menghindari yang namanya alcohol, karena hampir di setiap makanan,
minuman, parfum, alat kosmetik, bahkan alat alat untuk kesehatan semuanya
menggunakan alcohol sebagai bahan utama maupun tambahan.
Dalam makalah ini akan diterangkan bagaimana hukumnya alcohol
menurut tinjauan islam dan bagaimana menurut medis. Karena alcohol sampai
sekarang masih diperdebatkan dalam hukum islam boleh atau tidak karena
mengingat alcohol identic dengan minuman keras dan juga dalam dunia medis
alcohol sangat diperlukan terutama dalam menstrilkan alat alat bedah.
Dalam makalah ini juga akan membahas tentang hukum alcohol dalam
makanan, minuman dan berbagai alat kosmetik menurut tinjauan islam. Karena
alcohol identic dengan minuman keras maka kalau kita sebagai orang muslim
mengonsumsi makanan yang mengandung alcohol diperbolehkan apa tidak.
Karena sabda Nabi Sesuatu yang memabukkkan adalah Khamr. Maka dalam
makalah ini akan mencoba menguaraikan masalah masalah yang ada diatas.
B.

Rumusan Masalah
1. Apakah alcohol itu najis ?
2. Bagaimana hukum alcohol dalam makanan menurut islam ?
3. Bagaimana hukum alcohol dalam parfum dan obat menurut islam ?
4. Apakah alkohol dalam medis sangat diperlukan dan bagaimana
menurut pandangan islam ?
5. Bagaimana alcohol menurut pandangan dalam dunia medis dari segi
baik atau buruknya ?

C.

Tujuan
1. Supaya mengetahui alcohol itu najis atau tidak
2. Supaya mengetahui bagaimana hokum alcohol dalam makanan
3. Agar dapat mengetahui hokum alcohol dalam parfum
4. Supaya tahu alcohol dalam medis diperlukan atau tidak menurut islam
5. Supaya masyarakat mengetahui sisi baik dan buruk alcohol menurut
medis

D.

Manfaat
Dalam pembahasan ini, mempunyai manfaat yang ditujukan pada tiga

aspek. Pertama bagi penulis, yaitu selain bisa menulis tentang hokum alkohol juga
diharapkan bisa merubah pola hidup yang sehat sesuai ajaran islam.
Kedua, bagi pembaca yang mengonsumsi maupunn yang tidak
mengonsumsi alkohol. Jika mengonsumsi alcohol maka haruslah berhati hati
dan dilihat alcohol bagi tubuh itu banyak manfaatnya atau banyak mudhorotnya.
Ketiga, bagi kemajuan IPTEK diharapkan dapat menyebarluaskan pada
masyarakat dengan berbagai alat komunikasi tentang bagaimana alcohol dalam
kehidupan sehari harinya jika digunakan sesuai aturan dan yang tidak sesuai
aturan.

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Alkohol Najis atau tidak


Al-Muzani dari Asy-Syafiiyah dan Daud Azh-Zhahiri berpendapat bahwa

mereka berdalilkan dengan hadits Anas ketika beliau menceritakan kisah


pengharaman khamar awal kali:





Kemudian Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- memerintahkan seorang
penyeru untuk menyerukan bahwa khamar telah diharamkan. Anas berkata,
Maka Abu Tholhah berkata kepadaku, Keluar dan tumpahkanlah. Maka aku
keluar lalu aku tumpahkan. Maka khamar mengalir di jalan-jalan kota Madinah.
(HR. Al-Bukhari no. 2884, 4254 dan Muslim no. 3662)
Imam Al-Bukhari memberikan judul bab pada tempat yang pertama: Bab
Menumpahkan Khamar di Jalan. Sisi pendalilan dari hadits ini bahwa khamar
bukanlah najis adalah karena khamar-khamar tersebut di buang ke jalanan,
sementara telah ada larangan dari Nabi -alaihishshalatu wassalam- untuk
membuang najis di jalan yang dilalui oleh kaum muslimin, jadi khamar tidak
mungkin najis.
Sisi pendalilan yang kedua bahwa Nabi Muhammad SAW tidak
memerintahkan mereka untuk mencuci bejana-bejana bekas penyimpanan khamar
mereka, seandainya dia najis maka tentunya tempat penyimpanannya harus dicuci.
Jika ada yang mengatakan bahwa perintahnya diundurkan, maka kita katakan
bahwa itu bertentangan dengan sifat amanah Nabi karena seorang nabi tidak
boleh mengundurkan penjelasan sesuatu dari waktu penjelasan itu dibutuhkan.
Dan di sini mereka sangat membutuhkan penjelasan tersebut karena mereka akan
segera memakai bejana mereka, wallahu alam.

Jadi, khamar bukanlah najis dan inilah pendapat yang dikuatkan oleh AsySyaukani dan Ash-Shanani -rahimahumallah-. Hanya saja perlu diingatkan
bahwa

kewajiban

seorang

muslim

ketika

melihat

khamar

adalah

menumpahkannya (jika dia berhak melakukannya) sebagaimana perbuatan para


sahabat di atas. Karenanya walaupun dia bukan najis, akan tetapi seorang muslim
tidak boleh membawanya apalagi memasukkannya ke dalam rumahnya.
B.

Alkohol dalam Makanan dan Minuman


Ibnu Rusyd setelah menceritakan perbedaan pendapat dikalangan para

ulama Hijaz dan Iraq tentang apakah yang diharamkan pada khomr itu zatnya atau
karena ia memabukkan menyebutkan :
1. Secara ijma dan atas dasar keadaan syara sudah ada ketetapan bahwa
yang dimaksud khomr adalah pada jenisnya bukan pada kadar (banyak
atau sedikitnya). Maka segala sesuatu yang di dalamnya terdapat hal-hal
yang menutupi akal dinamakan khomr.
2. Para ulama bersepakat bahwa memeras anggur adalah halal selama belum
menjadi

keras

sehingga

mengandung

khomr

sebagaimana

sabda

Rasulullah saw : Maka peraslah anggur, dan segala yang memabukkan itu
haram. Begitu juga hadits bahwa Nabi saw memeras anggur
menuangkannya pada hari kedua dan ketiga. (Bidayatul Mujtahid juz 1 hal
347)
Sayyid Sabiq di dalam Fiqhus Sunah mengatakan, Segala sesuatu yang
memabukkan adalah termasuk khomr dan tidak menjadi soal tentang apa asalnya.
Oleh karena itu, jenis minuman apa pun sejauh memabukkan adalah khomr
menurut pengertian syariat dan hukum-hukum yang berlaku terhadap khomr
adalah juga berlaku atas minuman-minuman tersebut, baik ia terbuat dari anggur,
madu, gandum dan biji-bijan lain maupun dari jenis-jenis lain.
Karena alcohol hanya menjadi khamar (memabukkan) ketika mencapai
ukuran tertentu, sehingga bisa disimpulkan bahwa khomr tidaklah identik dengan
alkohol dan sebaliknya tidak setiap alkohol adalah khomr. Jadi khomr adalah

segala sesuatu yang mengandung ethanol atau zat lain yang memabukkan dari
apapun ia dibuatnya.
1. Dengan demikian setiap makanan atau minuman yang mengandung
ethanol disebut khomr dan haram untuk dikonsumsi. Pengharaman tidak
dilihat dari aspek memabukkan atau tidak namun pada zatnya itu sendiri.
Karena jika berpatokan dengan alasan memabukkan maka akan ada yang
berpendapat selama khomr itu tidak memabukkan seseorang maka
diperbolehkan padahal ini tidak betul. Namun jika seseorang berpatokan
pada zat khomrnya; berapapun banyaknya kandungan zat (yang
memabukkan) itu dalam suatu makanan / minuman maka ia haram
dikonsumsi.
2. Adapun terhadap alkohol yang digunakan untuk bahan pensteril makanan
atau roti maka selama ia bukan dari bahan ethanol yang berbahaya dan
memabukkan maka halal digunakan.
C.

Alkohol dalam parfum dan Obat


Pada dasarnya segala bentuk pengobatan dibolehkan, kecuali jika

mengandung hal-hal yang najis atau yang diharamkan syariah. Untuk obat-obatan
yang mengandung alkohol, selama kandungannya tidak banyak serta tidak
memabukkan, maka hukumnya boleh. Adapun dasar dari penetapan hukum ini
adalah sebagai berikut:
Pertama, bahwa yang menjadi 'illah (alasan) pengharaman khamr adalah
karena memabukkan. Jika faktor ini hilang, haramnya pun hilang. Ini sesuai
dengan kaidah Ushul fiqih,


"Hukum itu mengikuti keberadaan 'illah (alasannya). Jika ada 'illahnya,
hukum itu ada. Jika 'illah tidak ada maka hukumnya pun tidak ada."
Kedua, unsur alkohol dalam obat tersebut sudah hancur menjadi satu
dengan materi lain, sehingga ciri fisiknya menjadi hilang secara nyata. Para ulama
menyebutnya dengan istilah Istihlak, yaitu bercampurnya benda najis atau haram

dengan benda lainnya yang suci atau halal yang jumlahnya lebih banyak
sehingga menghilangkan sifat najis dan keharaman benda yang najis tersebut.
Hal ini berdasarkan hadits Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bahwa
beliau bersabda,


"Jika air telah mencapai dua kullah, maka tidak mungkin dipengaruhi
kotoran (najis)." (HR. Daruquthni, Darimi, Hakim dan Baihaqi)
Hal ini sama dengan setetes air kencing bercampur dengan air yang sangat
banyak, air itu tetap suci dan menyucikan selama tidak ada pengaruh dari air
kencing tersebut.
Ketiga, dalam suatu hadits disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam bersabda,


"Sesuatu yang apabila banyaknya memabukkan, maka meminum sedikit
darinya dinilai haram." (Hadits Shahih Riwayat Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu
Majah)
Maksud dari hadits tersebut adalah apabila sesuatu yang jika diminum
dalam jumlah banyak bisa memabukkan, maka sesuatu tersebut haram walaupun
dikonsumsi dalam jumlah sedikit. Seperti khamr jika diminum dalam jumlah yang
banyak akan memabukkan, maka setetes khamr murni (tanpa campuran)
diharamkan untuk diminum, walaupun jumlahnya sedikit dan tidak memabukkan.
Lain halnya dengan air dalam satu bejana dan diberi setetes khamr yang
tidak mempengaruhi air tersebut, baik dari segi warna, rasa, maupun sifat, dan dia
tidak memabukkan, maka minum air yang ada campuran setetes khamr itu
dibolehkan.
Adapun perbedaan antara keduanya: Setetes khamr yang pertama haram
karena murni khamr; dan seseorang jika mengonsumsi setetes khamr tersebut
dikatakan dia minum khamr. Adapun setetes khamr kedua adalah tidak haram,
karena sudah dicampur dengan zat lain yang suci dan halal. Dan seseorang jika
meminum air dalam bejana yang ada campuran setetes khamr, akan dikatakan dia

10

meminum air dari bejana dan tidak dikatakan dia minum khamr dari bejana.
Hukum ini berlaku bagi obat yang ada campuran dengan alkohol.
Keempat, bahwa alkohol tidaklah identik dengan khamr. Tidak setiap
khamr itu alkohol, karena ada zat-zat lain yang memabukkan selain alkohol.
Begitu juga sebaliknya, tidak setiap alkohol itu khamr. Menurut sebagian
kalangan bahwa jenis alkohol yang bisa memabukkan adalah jenis etil atau etanol.
Begitu juga khamr yang diharamkan pada zaman Nabi Shallallahu 'Alaihi
Wasallan bukanlah alkohol, tapi jenis lain.
Kelima, menurut sebagian ulama bahwa khamr tidaklah najis secara lahir,
tapi najis secara maknawi. Artinya, bukanlah termasuk benda najis seperti bendabenda lainnya secara umum. Sehingga alkohol boleh dipakai untuk pengobatan
luar.
Keenam, suatu minuman atau makanan dikatakan memabukkan jika
memenuhi dua kriteria: Pertama, minuman atau makanan tersebut menghilangkan
atau menutupi akal.
Kedua, yang meminum atau memakannya merasakan 'nikmat' ketika
mengonsumsi makanan atau minuman tersebut, bahkan menikmatinya serta
merasakan senang dan gembira yang tiada taranya. Banyak orang sering
menyebutnya dengan "fly", seakan-akan dia sedang terbang jauh di angkasa luar,
makanya kegembiraan akibat mabuk ini tidak terkontrol. Dan sering kita dapatkan
orang yang mabuk tidak karuan ketika berbicara, dan dia sendiri tidak menyadari
yang dia katakan. Hal dapat kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu
orang yang sangat gembira, kadang hilang kontrolnya, sehingga berbicara dengan
hal-hal yang mungkin kalau dia sadar tentu tidak akan mengatakannya.
Adapun obat bius tidaklah demikian, karena yang memakainya tidaklah
menikmatinya dan tidak merasakan senang dengan obat bius tersebut. Demikian
juga obat bius ini menjadikan orang tidak sadar alias pingsan. Kalau khamr yang
memabukkan tidaklah menjadikiannya pingsan tapi justru dia menikmatinya,
sehingga menjadikannya terus menerus ketagihan terhadap minuman tersebut.
(Syaikh Utsaimin, Syarh Bulughul maram, Kairo, Dar Ibnu al Jauzi, 2008, hlm:
300)

11

Fenomena ini pernah dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi


Wasallam ketika menceritakan seseorang yang karena terlalu senangnya ketika dia
menemukan kembali kuda dan seluruh bekalnya sehingga dia mengucpakan
secara salah;


"Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Rabb-Mu." (HR. AlBukhari dan Muslim).
Asy-Syaikh Ibnu Baz Rahimahullah berpendapat bahwa sesuatu yang telah
bercampur dengan alkohol tidak boleh dimanfaatkan, meskipun kadar alkoholnya
rendah, dalam arti tidak mengubahnya menjadi sesuatu yang memabukkan.
Karena hal ini tetap masuk dalam hadits


Sesuatu yang banyaknya memabukkan, maka sedikitnyapun haram.2
Juga ketika beliau ditanya tentang parfum yang disebut


(cologne), beliau berkata: Parfum family:traditional arabic>


(cologne) yang mengandung alkohol tidak boleh (haram) untuk digunakan.
Karena telah tetap (jelas) di sisi kami berdasarkan keterangan para dokter yang
ahli di bidang ini bahwa parfum jenis tersebut memabukkan karena mengandung
spiritus yang dikenal. Oleh sebab itu, haram bagi kaum lelaki dan wanita untuk
menggunakan parfum jenis tersebut.
Kalau ada parfum jenis cologne yang tidak memabukkan maka tidak
haram menggunakannya. Karena hukum itu berputar sesuai dengan illah-nya3,
ada atau tidaknya illah tersebut (kalau illah itu ada pada suatu perkara maka
perkara itu memiliki hukum tersebut, kalau tidak ada maka hukum itu tidak
berlaku padanya). (Majmu Fatawa , 6/396 dan 10/38-39) dan yang lebih jelas
lagi adalah jawaban beliau pada Majmu Fatawa (5/382, dan 10/41) beliau
berkata: Pada asalnya segala jenis parfum dan minyak wangi yang beredar di

12

khalayak manusia hukumnya halal. Kecuali yang diketahui mengandung sesuatu


yang merupakan penghalang untuk menggunakannya, karena sesuatu itu
memabukkan atau banyaknya memabukkan atau karena sesuatu itu adalah najis,
dan yang semacamnya.
Adapun hukum alkohol dijadikan campuran obat atau wangi-wangian,
maka berikut jawaban dari Syaikh Yahya Al-Hajuri dan Syaikh Abdurrahman AlMari:
Syaikh Yahya bin Ali Al-Hajury -hafizhohullah- menjawab dengan nash sebagai
berikut:
Apabila alkohol tersebut sedikit dan larut di dalamnya sehingga tidak
meninggalkan bekas sama sekali apalagi memberikan efek atau pengaruh maka itu
tidaklah mengapa. Adapun apabila alkohol tersebut terdapat di dalam obat
sehingga memberikan pengaruh terhadap pemakai apakah karena dosisnya di
dalam obat tersebut 50% atau kurang maka hukumnya tidak boleh.
Dan beliau (Syaikh Abdurrahman) mengetahui bahwa alkohol tersebut
sudah terurai dengan zat yang lain (Diketahui) dengan salah satu dari dua perkara
(berikut) :
1. Kita menerapkan kaidah yang berbunyi Apa-apa yang dalam jumlah
banyak memabukkan maka dalam jumlah sedikit juga haram. Maka
minyak wangi ini (yang bercampur dengan alkohol-pent.) jika dalam
jumlah banyak bisa memabukkan maka dalam jumlah kecil juga tidak
boleh

menjualnya,

tidak

boleh

membelinya,

dan

tidak

boleh

menggunakannya. Dan yang nampak bahwa hal tersebut berjenjang,


karena di antara minyak wangi ini ada yang terdapat alkohol di dalamnya
dengan kadar 15 %, di antaranya ada yang 2 % dan di antaranya ada yang
6 %, yang jelas inilah kaidah yang difatwakan oleh para ulama.
2. Dengan meneliti minyak wangi ini melalui cara-cara penelitian modern.
Jika diketahui dengannya bahwa alkohol ini tidak menyatu dengan zat
minyak wangi maka boleh menggunakannya, jika tidak diketahui maka
tidak (boleh).

13

D.

Alkohol dalam Medis


Dalam dunia medis, alkohol digunakan sebagai antiseptik. Bahkan alkohol

merupakan jenis antiseptik yang cukup berpotensi. Cara kerjanya, alkohol


menggumpalkan protein, struktur penting sel yang ada pada kuman, sehingga
kuman mati. Begitu juga Povidon Iodin (Betadine) yang kadang dicampur dengan
solusi alkohol, biasanya digunakan antuk pembersih kulit sebelum tindakan
operasi. Selain itu, alkohol sering digunakan juga sebagai obat kompres penurun
panas atau untuk campuran obat batuk. Dalam dunia kimia, farmasi dan
kedokteran, etanol banyak digunakan. Di antaranya :
1. Sebagai pelarut. Sesudah air, alkohol merupakan pelarut yang paling
bermanfaat dalam farmasi. Digunakan sebagai pelarut utama untuk banyak
senyawa organik (Ansel, 1989:313,606).
2. Sebagai bakterisida (pembasmi bakteri). Etanol 60-80 % berkhasiat
sebagai bakterisida yang kuat dan cepat terhadap bakteri-bakteri.
Penggunaannya adalah digosokkan pada kulit lebih kurang 2 menit untuk
mendapat efek maksimal. Tapi alkohol tidak bisa memusnahkan spora
(Tjay & Rahardja, 1986:170; Mutschler, 1991:612).
3. Sebagai alkohol penggosok. Alkohol penggosok ini mengandung sekitar
70 % v/v, dan sisanya air dan bahan lainnya. Digunakan sebagai
rubefacient pada pemakaian luar dan gosokan untuk menghilangkan rasa
sakit pada pasien yang terbaring lama (Ansel,1989:537).
4. Sebagai germisida alat-alat (Ansel, 1987:537).
5. Sebagai pembersih kulit sebelum injeksi (Ansel, 1987:537; IONI
2000:423).
6. Sebagai

substrat,

senyawa

intermediat,

solven,

dan

pengendap

(Apriantono, www.indohalal.com)
Desinfeksi alat-alat medis bukanlah alasan yang ditolerir untuk bisa
menggunakan alkohol, dengan dua alasan:
1. Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam bersabda:


Sesungguhnya khamr itu bukan obat, melainkan penyakit.

14

Beliau mengatakan hal ini ketika Thariq bin Suwaid Al-Jufi bertanya tentang
pembuatan khamr untuk pengobatan. (HR. Muslim, no. 1984)
Dan masih ada hadits-hadits lainnya yagn menunjukkan haramnya pengobatan
dengan sesuatu yang haram.
2. Kondisi darurat yang dengan itu diperbolehkan menggunakan sesuatu
yang haram, adalah jika memenuhi dua persyaratan, sebagaimana
ditegaskan oleh Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin Rahimahullah dalam AsySyarhul Mumti (6/330, cetakan Darul Atsar):
a. Seseorang terpaksa menggunakannya jika tidak ada alternatif lain.
b. Ada jaminan/ kejelasan bahwa dengan itu kondisi darurat akan benarbenar teratasi.
Padahal fakta membuktikan bahwa penanganan medis bukanlah satusatunya alternatif kesembuhan. Karena tidak sedikit penderita yang sembuh tanpa
penanganan medis. Melainkan hanya dengan rutin mengkonsumsi obat-obat
nabawi atau ramuan-ramuan tertentu disertai kesungguhan dalam menghindari
pantangan penyakit yang dideritanya. Anggaplah pada kondisi darurat tertentu
terkadang seseorang terpaksa harus menjalani penanganan medis, namun
alhamdulillah masih banyak alternatif lain selain alkohol untuk disinfeksi alatalat medis.
E.

Alkohol Menurut Medis


Menurut Medis Walau pun selama ini alkohol banyak disarankan untuk

dihindari, sebenarnya minuman ini punya sisi baik. Misalnya saja konsumsi
alkohol dalam jumlah sedang terbukti bisa melindungi jantung.

Untuk

mengetahui lebih lanjut apa saja manfaat dan kerugian yang mungkin Anda
dapatkan dari konsumsi alkohol, simak penjelasan berikut.
a) Sisi baik
Konsumsi alkohol dalam jumlah ringan telah dikaitkan dengan sejumlah
manfaat kesehatan yang baik. Studi menunjukkan bahwa minum alkohol atau
wine khususnya, dapat mengurangi risiko penyakit jantung, stroke, batu empedu,

15

diabetes tipe 2 dan demensia. Bahkan juga dapat meningkatkan sistem


metabolisme dalam tubuh Anda. "Alkohol, terutama anggur merah, memiliki
resveratrol, antioksidan dan bioflavonoid serta polifenol yang kesemuanya
memiliki fungsi melebarkan arteri dan mengurangi peradangan," kata Dr Suzanne
Steinbaum, dari Lenox Hill Hospital, New York City, sekaligus juru bicara
American Heart Association "Alkohol jelas dapat menjadi bagian dari diet jantung
sehat jika Anda minum secara bertanggung jawab," tambahnya. Meski begitu,
Steinbaum menyarankan bahwa jika seseorang belum pernah minum, sebaiknya
jangan mulai untuk minum alkohol demi alasan kesehatan. Sebagai gantinya,
disaranakn untuk mengadopsi pola diet Mediterania yakni memperbanyak sayur
dan buah untuk membuat jantung sehat.
"Konsumsi alkohol yang moderat bagi perempuan adalah satu gelas kecil
dalam sehari, dan untuk laki-laki dua gelas sehari," jelas Elizabeth Kovacs,
direktur program penelitian alkohol di Loyola University Medical Center,
Chicago.
Kovacs menambahkan bahwa "manfaat dari alkohol sangat terbatas, dan
itu hanya bermanfaat jika Anda minum pada tingkat yang rendah, tidak
mengonsumsi obat tertentu, dan tidak memiliki penyakit hati atau pankreas serta
sedang tidak hamil."
b) Sisi Buruk
Steinbaum menekankan, meskipun ada sedikit manfaat dari konsumsi
alkohol bagi kesehatan jantung, namun lebih banyak efek yang merugikan.
Alkohol dapat meningkatkan kadar trigliserida, lemak berbahaya yang ditemukan
dalam darah, dan juga dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi.
Beberapa orang juga rentan terhadap kondisi yang menyebabkan denyut
jantung tidak teratur ketika mereka minum alkohol, meskipun ada pula yang tidak
mengalami kondisi tersebut.
Steinbaum mencatat, konsumsi alkohol berlebih dapat menyebabkan
kenaikan berat badan, serta dapat merusak ginjal serta hati terutama untuk orang

16

yang mengonsumsi obat tertentu seperti statin untuk menurunkan kolesterol atau
bahkan obat pereda nyeri.
Selain itu studi terbaru telah menghubungkan konsumsi alkohol dengan
peningkatan risiko penyakit seperti, asma, kanker dan alergi. Alkohol juga dapat
menjadi masalah bagi orang yang mengonsumsi obat penurun gula darah, seperti
insulin, karena dapat menyebabkan kadar gula darah turun tak terduga. "Alkohol
meningkatkan risiko kecelakaan kendaraan bermotor, kekerasan terhadap orang
lain, kekerasan sengaja terhadap diri sendiri, penyebaran penyakit menular
seksual, kehamilan yang tidak direncanakan, gangguan janin dan kecanduan,"
sambung Kovacs. Menurut Kovakcs, sangat penting untuk memberitahu kepada
orang-orang tentang efek alkohol pada tubuh mereka sehingga mereka dapat
minum secara bertanggung jawab. "Manfaat dari konsumsi alkohol sangat minim
dibandingkan dengan risiko yang didapat," tandasnya.

BAB III
PENUTUP
A.

Simpulan
Sebagai penutup, kiranya patut direnungkan, bahwa masalah keberadaan

alkohol dalam makanan, obat, dan kosmetik telah menjadi salah satu persoalan
kaum muslimin setelah mereka dikungkung oleh sistem sekuler yang kufur ini.
Sistem tersebut sama sekali tidak memperdulikan halal dan haram, karena berdiri
di atas asas manfaat (pragmatisme/utilitarianisme). Akibatnya, kaum muslimin
merasa kesulitan dalam memenuhi hajat hidupnya, karena hampir semua segi
kehidupan dipenuhi dengan kemaksiatan dan keharaman. Termasuk membajirnya
produk-produk yang dilarang oleh syara baik makanan, obat, maupun alat medis.
Berbeda halnya jika kaum muslimin hidup dalam naungan negara Khilafah
Islam. Sebuah sistem yang melindungi kaum muslimin dari berbagai jenis
pelanggaran terhadap syariat Islam. Termasuk akan menjaga kaum muslimin dari
berbagai produksi makanan, minuman, dan obat-obatan yang haram. Karena itu,
persoalan ini baru akan tuntas secara total apabila Negara Khilafah Islam berdiri.
Kita bermohon kepada Allah, agar kita senantiasa diberi kekuatan untuk tetap
berjuang secara ikhlas dalam menegakkannya. Semoga Allah SWT memberikan
pertolongan kepada kaum muslimin di seluruh dunia.

17

DAFTAR PUSTAKA
Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. EdisiIV. Jakarta : UI
Press.
An Najah, Ahmad Zain. 1432 H./9 Maret 2011 M, di Cipayung, Jakarta Timur, 3
Rabi'ul Akhir
Sumber: Majalah Islam Ar-Risalah, Edisi 119/Mei 2011.
http://www.voa-islam.com/read/tsaqofah/2011/05/11/14612/hukummengonsumsi-obat-yang-mengandung-alkohol/#sthash.k1tw3SkS.dpbs
Apriyantono, Anton. Tanpa Tahun. Penentuan Kehalalan Produk Pangan Hasil
Bioteknologi: Suatu Tantangan, http://www.indohalal.com/doc_halal3.html
Hammad, Al-Ustadz Abu Muawiah, (HR. Al-Bukhari no. 2884, 4254 dan Muslim
no. 3662) http://al-atsariyyah.com/?p=1553
http://health.kompas.com/read/2012/07/21/08504473/Mengenal.Sisi.Baik.dan.Bur
uk.Alkohol
Mutscher, Ernst. 1991. Dinamika Obat. Bandung : Penerbit ITB.
Pranowo,Ustadz Sigit, Lc-Redaksi Senin, 5 Syawwal 1434 H / 12 Agustus 2013
Syaikh Utsaimin, Syarh Bulughul maram, Kairo, Dar Ibnu al Jauzi, 2008, hlm:
300
Tjay, Tan Hoan & Kirana Rahardja. 1986. Obat-Obat Penting : Khasiat,
Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi IV.

You might also like