You are on page 1of 24

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah, Pencipta dan Pengatur Tunggal Alam Semesta, dan hanya
kepadaNya kami memohon perlindungan terhadap semua urusan.
Di abad modern ini, saat alam sudah mulai berbaur dengan teknologi, masih banyak diantara
kita yang belum memahami tentang adaptasi makhluk hidup dan spesiasi. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini kami mempersembahkan sebuah makalah (karya tulis) yang berjudul
"PERUBAHAN PADA MAKHLUK HIDUP, ADAPTASI DAN SPESIASI".
Dalam makalah ini, kami menyajikan tentang perubahan makhluk hidup dan proses
penyesuaian diri makhluk hidup terhadap lingkungannya, serta proses pembentukan spesies
yang dapat di gunakan sebagai saksi hidup mengenai apa yang terjadi di masa lalu.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah (karya tulis) ini. Oleh karena itu
segala kritikan dan saran yang membangun akan kami terima dengan lapang dada sebagai
wujud koreksi diri kami yang masih belajar.
Akhir kata, semoga makalah (karya tulis) ini bermanfaat bagi kita semua.
Muara Bungo, 25 oktober 2013

Daftar Isi
HALAMAN JUDUL

.. i

KATA PENGANTAR

.. 1

DAFTAR ISI
BAB 1

BAB 2

. 2

A.LATAR BELAKANG

B.RUMUSAN MASALAH

C.TUJUAN

PEMBAHASAN 5
A.PENGERTIAN ADAPTASI 5
B.JENIS-JENIS ADAPTASI

. 6

C.SPESIES DAN SPESIASI

.... 17

D.JENIS-JENIS SPESIASI DAN PROSES TERBENTUKNYA


SPESIES BARU . 18
BAB3

PENUTUP 21
KESIMPULAN

............ 22

SARAN

22

DAFTAR PUSTAKA

23

BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan kita tak pernah terlepas dari orang lain, yang mana kita membutuhkan
mereka sebagai pelengkap dalam hidup kita, akan tetapi sebelum kitamengenal siapa mereka
dan bagaimana mereka kita harus bisa beradaptasi dengan merekatelebih dahulu. Individu
merupakan organisme tunggal, tanpa bantuan dari orang lain kita tidak bias hidup sempurna
Adaptasi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya. Bagi makhluk hidup yang dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya,
ia dapat hidup lebih lama dan individu sejenisnya (populasi) cenderung bertambah banyak.
Tetapi bagi makhluk hidup yang tidak dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan akan
punah. Ada bermacam-macamadaptasi makhluk hidup terhadap lingkungannya, yaitu:
adaptasi morfologi, adaptasifisiologi, dan adaptasi tingkah laku.
Seperti diketahui bahwa keanekaragaman muncul melalui cladogenesis. Cladogenesis
merupakan bentuk penyimpangan dari perbedaan genetic dari nenek moyangnya. Perbedaan
genetic ini disebabkan karena adanya variasi genetic dalam satu keturunan. Variasi ini sebagai
hasil meiosis dan rekombinasi pada fertilisasi organisme. Jadi fertilisasi organisme
merupakan factor yang sangat penting dalam proses terjadinya variasi ini. Pindah silang,
translokasi, dan aberasi kromosom merupakan rekombinasi selanjutnya. Semakin bervariasi,
semakin beranekaragam spesies yang dihasilkan, dalam arti semakin banyak spesies baru
yang bermunculan.
Spesies merupakan unit dasar dalam pengklasifikasian makhluk hidup. Terbentuknya
beberapa spesies baru yang berasal dari satu nenek moyang disebut dengan spesiasi.
Berdasarkan latar belakang diatas maka di susunlah makalah yang berjudul PERUBAHAN
PADA MAKHLUK HIDUP ADAPTASI DAN SPESIASI.

B.RUMUSAN MASALAH
1.Apa pengertian dari adaptasi?
2.Jelaskan jenis- jenis adaptasi
3. Apa yang dimaksud dengan Spesiasi?
4.Jelaskan Jenis-jenis spesiasi ?

C.TUJUAN
1.
2.
3.
4.

Untuk mengetahui pengertian adaptasi.


Untuk mengetahui dan memahami jenis-jenis adaptasi.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan spesies dan spesiasi.
Untuk mengetahui jenis-jenis spesiasi.

BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN ADAPTASI
Semua jenis makhluk hidup memiliki tempat hidup alamiah yang dinamakan habitat.
Dengan mengenal habitatnya , kita dapat mudah mencari suatu jenis makhluk hidup.
Misalnya, habitat cacing tanah ialah di tanah basah dan berhumus. Oleh karena itu bila
kita ingin mencari cacing tanah, carilah pada tanah yang basah dan berhumus.
Kondisi lingkungan tempat hidup suatu makhluk tidak selalu tetap. Perubahan itu
dapat disebabkan oleh perubahan musim, kelembapan udara, suhu udara, intensitas
cahaya matahari, curah hujan, dan factor iklim lainnya. Perubahan keadaan lingkungan
tersebut dapat mempengaruhi kestabilan habitat. Akhirnya,

perubahan habitat akan

mempengaruhi kondisi makhluk hidup yang terdapat di dalamnya. Dalam batas-batas


tertentu, setiap jenis makhluk hidup pada umumnya memiliki kemampuan beradaptasi
(menyesuaikan diri) terhadap perubahan lingkungan.
Adaptasi adalah penyesuaian diri makhluk hidup terhadap lingkunganya. Setiap makhluk
hidup telah dibekali kemampuan beradaptasi oleh Tuhan. Kemampuan beradaptasi itu
berguna untuk mempertahankan hidupnya.
Adaptasi merupakan cara bagaimana organisme mengatasi tekanan lingkungan
sekitarnya untuk bertahan hidup. Organisme yang mampu beradaptasi terhadap
lingkungannya mampu untuk:
a. memperoleh air, udara dan nutrisi (makanan).
b. mengatasi kondisi fisik lingkungan seperti temperatur, cahaya dan panas.
c. mempertahankan hidup dari musuh alaminya. bereproduksi.
d. merespon perubahan yang terjadi di sekitarnya.
Organisme yang mampu beradaptasi akan bertahan hidup, sedangkan yang tidak
mampu beradaptasi akan menghadapi kepunahan atau kelangkaan jenis.

Kelangsungan hidup organisme dipengaruhi oleh 3 hal, yakni adaptasi, seleksi alam serta
perkembangbiakan. Dengan beradaptasi, makhluk hidup yang mampu bertahan akan
berlangsung hidupnya , yang tidak mampu bertahan akan punah, dalam peristiwa inilah alam
akan berperan sebagai penyeleksi. Sedangkan perkembangbiakan untuk melestarikan
jenisnya, sehingga kelangsungan hidupnya terjaga.
2. JENIS-JENIS ADAPTASI

Adaptasi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
hidupnya. Berdasarkan bentuknya, adaptasi diklasifikasikan menjadi 3, yakni: adaptasi
Morfologi (bentuk tubuh), adaptasi Fisiologi ( fungsi kerja tubuh), serta adaptasi tingkah laku
(behavioral).
1. Adaptasi Morfologi
Adaptasi Morfologi adalah penyesuaian bentuk luar tubuh atau struktur alat-alat tubuh suatu
makhluk hidup terhadap lingkungannya. Penyesuaiian atau perubahan bentuk dan stuktur alat
tubuh berlangsung dalam kurun waktu yang lama dan turun temurun. Adaptasi morfologi
merupakan adaptasi yang mudah diamati . adaptasi morfologi terjadi baik pada hewan
maupun tumbuhan.
Contoh: aneka jenis paruh dan kaki burung, beragam tipe mulut serangga, aneka ragam jenis
akar, batang dan daun pada tanaman.
Adaptasi morfologi pada hewan
a. Burung

Burung memiliki bentuk kaki yang berbeda-beda disesuaikan dengan tempat hidupnya dan
jenis mangsa yang dimakannya. Berdasarkan lingkungan dan jenis makanan yang
dimakannya, bentuk kaki burung dikelompokkan menjadi lima,

Bentuk paruh burung juga beraneka ragam. Keanekaragaman bentuk paruh burung sesuai
dengan jenis makanannya. Perhatikan keanekaragaman bentuk paruh burung pada tabel 3.2

b. Serangga

Untuk memperoleh makanannya, serangga memiliki cara tersendiri. Salah satu bentuk
penyesuaian dirinya adalah bentuk mulut yang berbeda-beda sesuai dengan jenis
makanannya. Bedasarkan jenis makanan yang dimakannya, jenis mulut serangga dibedakan
menjadi empat, yaitu mulut pengisap, mulut penusuk, mulut penjilat, dan mulut penyerap.
1) Mulut pengisap

Mulut pengisap pada serangga bentuknya seperti belalai yang dapat digulung dan dijulurkan.
Contoh serangga yang memiliki mulut pengisap adalah kupu-kupu. Kupu-kupu menggunakan
mulut pengisap untuk mengisap madu dari bunga.
2) Mulut penusuk dan penghisap

Mulut penusuk dan penghisap pada serangga memiliki ciri bentuk yang tajam dan panjang.
Contoh serangga yang memiliki mulut penusuk dan penghisap adalah nyamuk. Nyamuk
menggunakan mulutnya untuk menusuk kulit manusia kemudian menghisap darah. Jadi,
selain mulutnya berfungsi sebagai penusuk juga berfungsi sebagai pengisap.
3) Mulut penjilat

Mulut penjilat pada serangga memiliki ciri terdapatnya lidah yang panjang dan berguna untuk
menjilat makanan berupa nektar dari bunga, contoh serangga yang memiliki mulut penjilat
adalah lebah.
4) Mulut penyerap

Mulut penyerap pada serangga memiliki ciri terdapatnya alat penyerap yang mirip spons
(gabus). Alat ini digunakan untuk menyerap makanan terutama yang berbentuk cair. Contoh
serangga yang memiliki mulut penyerap adalah lalat.

c. Unta
Unta hidup di daerah padang pasir yang kering dan gersang. Oleh karena itu bentuk tubuhnya
disesuaikan dengan keadaan lingkungan padang pasir. Bentuk penyesuaian diri unta adalah
adanya tempat penyimpanan air di dalam tubuhnya dan memiliki punuk sebagai penyimpan
lemak. Hal inilah yang menyebabkan unta dapat bertahan hidup tanpa minum air dalam
waktu yang lama.
d. Bentuk Gigi secara khusus
Gigi hewan karnivora atau pemakan daging beradaptasi menjadi empat gigi taring besar dan
runcing untuk menangkap mangsa, serta gigi geraham dengan ujung pemotong yang tajam
untuk mencabik-cabik mangsanya.
e. Bentuk Moncong

Trenggiling besar adalah hewan menyusui yang hidup di hutan rimba Amerika Tengah
dan Selatan.

Makanan trenggiling adalah semut, rayap, dan serangga lain yang merayap.

Hewan ini mempunyai moncong panjang dengan ujung mulut kecil tak bergigi
dengan lubang berbentuk celah kecil untuk mengisap semut dari sarangnya.

Hewan ini mempunyai lidah panjang dan bergetah yang dapat dijulurkan jauh keluar
mulut untuk menangkap serangga

Adaptasi Morfologi pada Tumbuhan


Berdasarkan tempat hidupnya, adaptasi morfologi pada tumbuhan dibedakan menjadi sebagai
berikut.

Xerofit, yaitu tumbuhan yang menyesuaikan diri dengan lingkungan yang kering,
contohnya kaktus.

Cara adaptasi xerofit. antara lain mempunyai daun berukuran kecil atau bahkan tidak berdaun
(mengalami modifikasi menjadi duri), batang dilapisi lapisan lilin yang tebal, dan berakar
panjang sehingga berjangkauan sangat luas.

Hidrofit. yaitu tumbuhan yang menyesuaikan diri dengan lingkungan berair,


contohnya teratai.

Cara adaptasi hidrofit, antara lain berdaun lebar dan tipis, serta mempunyai banyak
stomata. Batangnya berongga berisi udara sehingga bias mengapung.

Higrofit, yaitu

tumbuhan

yang

menyesuaikan

diri

dengan

lingkungan

lembap, contohnya tumbuhan paku dan lumut.

10

Daun; Tumbuhan insektivora (tumbuhan pemakan serangga), misalnya kantong


semar, memiliki daun yang berbentuk piala dengan permukaan dalam yang
licin sehingga dapat menggelincirkan serangga yang hinggap.

Dengan enzim yang dimiliki tumbuhan insektivora, serangga tersebut akan dilumatkan,
sehingga tumbuhan ini memperoleh unsur yang diperlukan.

Bunga; Bentuk bunga tumbuhan juga dapat dianggap sebagai adaptasi morfologi.
Bentuk bunga

ini berkaitan dengan cara penyerbukannya. Tumbuhan yang

penyerbukannya dibantu serangga umumnya memiliki warna perhiasan bunga yang


menarik.

11

Akar; Akar tumbuhan gurun kuat dan panjang,berfungsi untuk menyerap air yang
terdapat jauh di dalam tanah. Sedangkan akar hawa pada tumbuhan bakau untuk
bernapas.

2. Adaptasi Fisiologi
Adaptasi Fisiologi adalah penyesuaian diri makhluk hidup melalui kesesuaian fungsi kerja
alat-alat tubuh suatu makhluk terhadap keadaan lingkungan. Adaptasi fisiologi tidak mudah
dilihat karena berkaitan dengan proses metabolism dalam tubuh, misalnya pernapasan,eksresi
dan pencernaan makanan.

Beberapa contoh adaptasi fisiologi

Adaptasi Fisiologi pada Manusia


Adaptasi pada manusia antara lain terdapatnya butir-butir darah merah yang lebih
banyak dalam darah merah yang lebih banyak dalam darah seseorang yang hidup
didaerah pegunungan. Hal itu ditandai dengan adanya kecendrungan orang-orang
yang hidup di daerah pegunungan memiliki kulit yang kemerah-merahan. Dengan
butir-butir darah merah yang lebih banyak, berarti makin banyak pula oksigen yang
dapat diikat. Dengan demikian terpenuhilah kebutuhan oksigen yang diperlukan
tubuh.

1. Jumlah sel darah merah orang yang tinggal di pegunungan lebih banyak jika
dibandingkan dengan orang yang tinggal di pantai/dataran rendah.

12

2. Ukuran jantung para atlet rata-rata lebih besar dari pada ukuran jantung orang
kebanyakan.
3. Pada saat udara dingin, orang cenderung lebih banyak mengeluarkan urine (air seni).

Adaptasi Fisiologi pada Hewan

Berdasarkan jenis makanannya, hewan dapat dibedakan menjadi karnivor (pemakan daging).
herbivor memakan tumbuhan), serta omnivor (pemakan daging dan turnbuhan). Penyesuaian
hewan-hewan tersebut terhadap jenis makanannya. antara lain terdapat pada ukuran (panjang)
usus dan enzim pencernaan yang berbeda. Untuk mencerna tumbuhan yang umumnya
mempunyai sel-sel berdinding sel keras, rata-rata usus herbirvor lebih panjang daripada usus
karnivor.
Hewan melakukan adaptasi fisiologi dengan berbagai macam cara sesuai dengan keadaan
habitatnya. Misalnya, osmoregulasi pada ikan dan enzim selulase dalam system pencernaan
hewan herbivor (memakan tumbuhan).
3. Osmoregulasi
Osmoregulasi adalah pengaturan tekanan osmosis. Tekanan osmosis adalah tekanan
yang dihasilkan oleh suatu zat yang terlarut dalam air dan mengakibatkan air dapat
menembus dalam suatu membrane tipis. Ikan yang hidup di air laut memiliki kadar
garam tubuh lebih rendah dibandingkan kadar garam air laut. Artinya tekanan pada
tubuh ikan lebih rendah daripada tekananosmosi air laut. Hal ini dapat menyebabkan
air dalam tubuh ikan cenderung keluar melalui membrane yang berdinding tipis, yaitu
insang. Akibatnya, ikan air laut dapat kehilangan air. Untuk itu ikan melakukan
adaptasi secara fisiologi dengan mengadakan pengaturan tekanan osmosis
(osmoregulasi).
Osmoregulasi yang dilakukan oleh ikan laut ialah dengan cara minum air laut
sebanyak-banyaknya dan sedikit mengeluarkan urine. Urine yang dikeluarkan oleh
ikan laut lebih pekat dan lebih sedikit dibandingkan dengan ikan air tawar. Untuk
menghindari tertimbunnya garam dalam tubuh, garam-garam tersebut dikeluarkan
melalui insang.

13

Adaptasi fisiologi yang terjadi pada ikan air tawar adalah kebalikan dari adaptasi
fisiologi ikan air laut. Kadar garam dalam tubuh ikan air tawar lebih besar daripada
kadar garam lingkungannya. Hal itu mengakibatkan air tawar cenderung masuk ke
dalam tubuhnya melalui bagian tubuh yang berdinding tipis, yaitu insang. Untuk
mengatasi masalah ini, ikan air tawar melakukan osmoregulasi dengan cara sedikit
minum dan banyak mengeluarkan urine yang tidak pekat.
4. Enzim selulase
Hewan pemakan tumbuhaan (herbivor) melakukan adaptasi fisiologi terhadap jenis
makanannya, berupa tumbuh-tumbuhan. Padahal sel tumbuhan berdinding tebal dan
kuat karena mengandung selulosa. Oleh karena itu, tumbuhan lebih sulit dicerna
dibandingkan makanan berupa daging. Untuk itu, herbivor memiliki saluran
pencernaan yang lebih panjang dibandingkan karnivor.

Adaptasi Fisiologi pada Tumbuhan

1. Tumbuhan yang penyerbukannya dibantu oleh serangga mempunyai bunga yang


berbau khas.
2. Tumbuhan tertentu menghasilkan zat khusus yang dapat menghambat pertumbuhan
tumbuhan lain atau melindungi diri terhadap herbivor. Misalnya. semak azalea di
Jepang menghasilkan bahan kimia beracun sehingga rusa tidak memakan daunnya.
( zat alelopati )
3. Adaptasi Tingkah Laku

Penyesuaian Tingkah Laku terhadap Lingkungan


Beberapa jenis hewan ada yang menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara mengubah
tingkah laku. Cara ini selain untuk mendapatkan makanan juga untuk melindungi diri dari
musuh atau pemangsa. Perhatikan beberapa contoh hewan yang menyesuaikan diri dengan
tingkah laku berikut ini!
a. Bunglon

14

Kalian tentu pernah melihat bagaimana bunglon dapat merubah warna kulitnya sesuai dengan
warna tempat ia berada. Ketika berada di pohon yang berwarna coklat maka tubuh bunglon
akan berrwarna coklat. Begitu juga ketika ia berada di pohon yang berwarna hijau maka
tubuhnya akan berwarna hijau. Perubahan warna tubuh pada bunglon merupakan bentuk
penyesuaian diri agar ia terlindung dari musuhnya. Perubahan warna kulit sesuai dengan
warna lingkunagannya seperti yang dilakukan olehBunglon dinamakan mimikri.
b. Kalajengking
Kalajengking melindungi dirinya dari musuh dengan menggunakan sengatnya. Sengatnya ini
mengandung racun yang dapat membunuh musuhnya. Selain kelajengking, hewan lain yang
menggunakan zat racun untuk melindungi dirinya dari serangan musuh adalah, kelabang,
lebah, dan ular.
c. Cumi-Cumi
Cumi-cumi melindungi diri dari musuhnya dengan cara menyemburkan cairan, seperti tinta
ke dalam air. Hal ini menyebabkan musuh yang menyerangnya tidak dapat melihatnya dan ia
dapat berenang dengan cepat untuk menghindari musuhnya tersebut.
d. Siput
Siput memiliki pelindung tubuh yang keras dan kuat yang disebut cangkang. Hewan jenis ini
melindungi diri dari musuhnya dengan cara memasukkan tubuhnya kedalam cangkang.
Selain siput, kura-kura, dan penyu juga memiliki cangkang yang digunakan untuk melindungi
diri dari musuhnya.
e. Cicak
Cicak merupakan contoh hewan yang ekornya mudah putus. Dalam keadaan bahaya, cicak
mengelabuhi musuhnya dengan cara memutuskan ekornya. Kejadian ini dinamakn autotomi.
Jika seekor cicak dikejar pemangsa,ekornya secara mendadak putus dan bergerak-gerak
sehingga perhatian pemangsa akan tertuju pada ekor yang bergerak-gerak tersebut.
Kesempatan itulah yang digunakan cicak untuk menghindarkan diri dari kejaran predator.
f. Ikan paus

15

Paus adalah mamalia yang hidup di air. Seperti hewan mamalia yang lain, walaupun hidup di
air paus bernapas menggunakan paru-paru. Padahal paru-paru tidak dapat mengambil oksigen
dari air. Paus dan semua mamalia yang hidup di air, kurang lebih tiap tiga puluh menit
muncul ke permukaan air untuk menghirup oksigen. Mungkin kalian pernah melihat
bagaimana perilaku paus lewat siaran televisi. Ketika muncul ke permukaan air laut, paus
mengeluarkan sisa pernapasan berupa karbondioksida dan uap air yang sudah jenuh dengan
air sehingga terlihat seperti air mancur. Setelah itu paus menghirup udara sebanyakbanyaknya sehingga paru-parunya penuh dengan udara.
g. Hibernasi dan estivasi
Pada musim dingin banyak hewan berdarah panas membutuhkan energi tambahan
untuk menjaga suhu tubuhnya, tetapi makanan sangat langka. Untuk dapat bertahan
maka beberapa hewan, misalnya tikus, landak, beruang hitam melakukan hibernasi, yaitu
tidur panjang di musim dingin. Demikian pula untuk hewan yang hidup di daerah gurun yang
sangat panas dan pada musim kemarau mempunyai perilaku tertentu yang yaitu melakkukan
estivasi yaitu tidur panjang di musim kemarau, supaya dapat bertahan hidup di daerah gurun.
Misalnya pada kadal, katak, keong.

16

3. Spesies dan Spesiasi


Biologi mengenal dua arti pokok spesies yaitu konsep spesies reproduktif dan morfologi (atau
fenetik). Menurut konsep spesies reproduktif, spesies adalah komunitas organisme yang bisa
kawin satu sama lain, suatu individu termasuk dalam spesies yang anggota-anggotanya
berhasil bereproduksi dengannya. Jadi satu definisi spesies yang umum diketahui menurut
Ernst Mayr, spesies adalah kelompok populasi alamiah yang secara aktual maupun potensial
bisa saling kawin, dan kelompok ini secara reproduktif terisolasi dari kelompok lain. Menurut
konsep morfologis, spesies didefinisikan menurut ciri penampilannya. Individu dalam alam
masuk ke dalam kategori tersendiri, kriteria keanggotaan suatu spesies menurut konsep
morfologis cukup dengan melihat persamaan ciri anggota yang lain dalam spesies yang
bersangkutan.
Jika spesies merupakan satuan-satuan yang dipertemukan dalam alam, seperti yang
dikehendaki, maka setiap organisme yang hidup (dari setiap spesies) harus bisa saling kawin
dengan organisme hidup lain yang berjenis kelamin berbeda, atau setidak-tidaknya harus ada
perubahan bertahap, manakala saling kawin menjadi semakin kurang efisien dengan semakin
jauhnya jarak individu. Namun hal ini tidaklah benar dalam alam. Organisme hidup benarbenar terjadi dalam satuan-satuan yang cukup jelas berdiri sendiri-sendiri yang didalamnya
mereka bisa saling kawin dengan efisiensi yang hampir sama dan yang diluar itu mereka
jarang sekali kawin.
Sedangkan Spesies menurut Ernst Meyer adalah kelompok populasi alamiah yang secara
aktual maupun potensial bisa saling kawin, dan kelompok ini secara reproduktif terisolasi
dari kelompok lain.
Dalam sejumlah referensi menyatakan bahwa dalam membicarakan spesiasi (terbentuknya
spesies baru) akan dititiktolakkan pada spesiasi divergen, yaitu satu nenek moyang
berkembang menjadi lebih dari satu spesies keturunan, selama mereka berevolusi terjadi
penyimpangan yang sangat besar.
17

B.

Dua Pengaruh Utama Spesiasi

1. Isolasi Geografis
Sebagian besar para ahli Biologi berpendapat bahwa faktor awal yang mempengaruhi spesiasi
adalah pemisahan geografi, karena selama populasi dari spesies yang sama masih
berhubungan secara langsung atau tidak, gen flow masih dapat terjadi. Namun, jika terbentuk
hambatan bagi penyebaran spesies (sebab-sebab geografis) maka, tidak akan ada pertukaran
susunan gen dalam sistem populasi dan evolusi akan berlangsung sendiri-sendiri. Semakin
lama kedua populasi tersebut akan semakin berbeda karena telah mengalami evolusi dengan
caranya sendiri.
2. Isolasi Reproduksi
Isolasi geografis di atas dapat dikatakan sebagai faktor luar (ekstrinsik) yang menjadi
penyebab terjadinya spesiasi. Selanjutnya, dalam rentang waktu yang lama akan terjadi
mekanisme isolasi intrinsik, dimana sifat-sifat yang dipunya oleh populasi tersebut dapat
mencegah bercampurnya dua populasi atau mencegah inbreeding jika kedua populasi itu
berkumpul lagi setelah batas pemisahannya sudah tidak ada.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa spesiasi dimulai dengan adanya penghambat (barier)
luar yang menjadikan dua sistem populasi menjadi sama sekali alopatrik (mempunyai tempat
yang berbeda). Namun keadaan ini belum sempurna sampai populasi ini mengalami proses
intrinsik yang menjaga supaya mereka tetap alopatrik atau gene pool mereka tetap terpisah
meskipun mereka dalam keadaan simpatrik (mempunyai tempat yang sama).

C.

Jenis jenis Spesiasi

Menurut Starr dan Taggart (1984:492-493) model spesiasi dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Spesiasi Allopatrik
Kata Allopatrik berasal dari bahasa latin allos yang artinya berbeda, dan patria yang artinya
daerah asal (Starr dan Taggart, 1984: 492). Odum (1993, 297-298) menyatakan bahwa
pengertian alopatrik adalah spesies-spesies yang terdapat di daerah-daerah geografis yang
18

berlainan (atau dipisahkan oleh adanya barier ruang). Spesiasi allopatrik yaitu pembentukan
jenis baru yang terjadi melalui pemisahan populasi-populasi yang diturunkan dari nenek
moyang bersama dalam geografis yang berbeda. Kebanyakan spesies timbul dikarenakan
spesiasi allopatrik ini. Proses spesiasi allopatrik didahului oleh pemisahan suatu populasi
menjadi dua group (subpopulasi) yang dikarenakan adanya barier ruang. Selanjutnya kedua
subpopulasi tersebut akan menempuh rute evolusi yang berbeda sesuai dengan kondisi
lingkungan tempat tinggalnya dan membentuk subpopulasi yang berbeda antara satu dengan
lainnya pada akhirnya. Sehingga pada saat kedua subpopulasi tersebut bertemu kembali di
suatu wilayah, mereka tidak dapat melakukan perkawinan (tidak dapat melakukan pertukaran
gen-gen) (Wallace, 1992: 266).
Contoh dari spesies yang mengalami spesiasi allopatrik adalah burung-burung finches di
kepulauan Galapagos. 2 jenis ground finches (Geopisa) yang terdapat pada beberapa pulaupulau yang lebih kecil (terisolasi secara geografis) mempunyai kemiripan dalam ukuran dan
bentuk paruhnya.
2. Spesiasi Parapatrik
Pada spesiasi ini isolasi reproduksi berkembang dalam beberapa gen flow diantara populasipopulasi. Pada populasi tersebut terdapat suatu alela yang berdampak pada terjadinya isolasi
reproduktif pada populasi tersebut. Sehingga spesies-spesies dalam populasi tersebut tidak
dapat melakukan perkawinan (pertukaran gen) (Widodo dkk, 2003: 54).
Contohnya adalah munculnya spesies baru tupai tanah terjadi karena munculny pula gen baru
gara-gara spesiasi alopatrik. Aliran genetik terhambat, arus keluar-masuknya alela dari dan ke
populasi menjadi terlarang akibat isolasi geografis. Meski hanya terhalang sungai, setelah
spesiasi terjadi, kedua populasi tupai tidak bisa lagi saling kawin. Meyr menyebutkan seleksi
parapatrik menuntut adaptasi tertentu pada populasi pendiri dibanding populasi induk.

3. Spesiasi Simpatrik
Kata Simpatrik artinya adalah daerah asal yang sama (Starr dan Taggart, 1984: 493). Pada
spesies simpatrik terdapat pemisahan morfologi yang sangat kuat, sehingga dapat dengan
mudah dibedakan antara satu dengan yang lainnya (Odum, 1993: 298). Jadi Spesiasi
19

Simpatrik yaitu terbentuknya jenis baru yang terjadi karena tinggal/terdapat pada daerah yang
sama. Dalam hal ini perbedaan-perbedaan yang dimiliki seringkali ditonjolkan sehingga
dapat dibedakan dengan mudah. Mekanisme terjadinya spesiasi simpatrik adalah diawali
dengan adanya suatu populasi. Selanjutnya bagian dari populasi tersebut mengalami
perbedaan genetik. Dari perubahan genetik tersebut maka terjadilah isolasi reproduksi.
Salah satu model spesiasi simpatrik adalah spesiasi poliploid. Poliploidi terjadi karena
penggandaan perangkat komosom secara keseluruhan. Dalam hal ini individu-individu yang
tergolong diploid dapat muncul turunan yang triploid maupun tetraploid. Fenomena
poliploidi lebih sering dijumpai pada spesies tumbuhan daripada hewan, tetapi pada
kelompok amphibi dan pisces poliploidi masih lazim terjadi (Corebima, 2000: 116).
Pada poliploidi dengan jumlah kromosom yang seimbang (jumlah kromosom genap) lebih
berpeluang fertil daripada spesies poliploidi yang kromosom homolognya tidak seimbang
(jumlah kromosom ganjil). Spesies poliploidi yang kromosom homolognya tidak seimbang
(jumlah kromosom ganjil) umumnya bersifat steril, sehingga tidak dapat dijumpai pada
spesies yang bereproduksi secara generatif (Corebima, 2000: 118).
Sebagai contoh spesiasi simpatrik adalah 2 burung kicau (Nuthatches) yang memiliki
perbedaan yang sangat kuat sehingga mereka dapat dibedakan dengan mudah. Pada 1 jenis,
paruhnya dan garis muka hitam menjadi membesar, sementara jenis yang lain mengecil.
Perbedaan yang ditonjolkan tersebut bertujuan untuk mengurangi tumpang tindih relung
makanan. Perbedaan yang nyata dalam garis muka meningkatkan pengenalan jenis dan
menghalangi terjadinya pembastaran.

20

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Adaptasi adalah cara bagaimana organisme mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya


untuk bertahan hidup. Organisme yang mampu beradaptasi terhadap lingkungannya
mampu untuk:
a. memperoleh air, udara dan nutrisi (makanan).
b. mengatasi kondisi fisik lingkungan seperti temperatur, cahaya dan panas.
c. mempertahankan hidup dari musuh alaminya. bereproduksi.

d. merespon perubahan yang terjadi di sekitarnya.


Adaptasi terbagi atas tiga jenis yaitu:
1. Adaptasi morfologi adalah adaptasi yang meliputi bentuk tubuh. Adaptasi
Morfologi dapat dilihat dengan jelas. Sebagai contoh: paruh dan kaki burung
berbeda sesuai makanannya.
2. Adaptasi Fisiologi adalah adaptasi yang meliputi fungsi alat-alat tubuh.
Adaptasi ini bisa berupa enzim yang dihasilkan suatu organisme. Contoh:
dihasilkannya enzim selulase oleh hewan memamah biak.
3. Adaptasi Tingkah Laku adalah adaptasi berupa perubahan tingkah laku.
Misalnya: ikan paus yang sesekali menyembul ke permukaan untuk
mengambil udara.

Spesies menurut Ernst Meyer adalah kelompok populasi alamiah yang secara aktual
maupun potensial bisa saling kawin, dan kelompok ini secara reproduktif terisolasi
dari kelompok lain.

Spesiasi adalah terbentuknya spesies baru

Biologi mengenal dua arti pokok spesies yaitu konsep spesies reproduktif dan
morfologi (atau fenetik)
21

Dua Pengaruh Utama Spesiasi:

1. IsolasiGeografis
2. Isolasi Reproduksi

Menurut Starr dan Taggart (1984:492-493) model spesiasi dibedakan menjadi 3 jenis,
yaitu:

1. Spesiasi Allopatrik yaitu pembentukan jenis baru yang terjadi melalui pemisahan
populasi-populasi yang diturunkan dari nenek moyang bersama dalam geografis yang
berbeda. Kebanyakan spesies timbul dikarenakan spesiasi allopatrik ini.
2. Spesiasi Parapatrik yaitu Pada spesiasi ini isolasi reproduksi berkembang dalam
beberapa gen flow diantara populasi-populasi. Sehingga spesies-spesies dalam
populasi tersebut tidak dapat melakukan perkawinan (pertukaran gen).
3. Spesiasi Simpatrik yaitu terbentuknya jenis baru yang terjadi karena tinggal/terdapat
pada daerah yang sama.
Saran
Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis
mengharapkan saran atau kritik yang membangun dari pembaca sehingga makalah ini
bisa mendekati kata sempurna. Opini dari para pembaca sangat berarti bagi kami guna
evaluasi untuk menyempurnakan makalah ini.

22

DAFTAR PUSTAKA

http://artikel-kependidikan.blogspot.com/2011/04/penyesuaian-diri-makhluk-hidupterhadap.html, Diakses pada tanggal 20 OKTOBER 2013


Sunarto, 2004. Konsep dan Penerapan Sains Biologi SMP dan MTS. PT Tiga Serangkai
M andiri.

23

24

You might also like