Professional Documents
Culture Documents
Dosen Pembimbing
dr. Nur Aini Djunet
Oleh :
Muhammad Reyyan Alfaj
2011730090
2016
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah SWT, Shalawat dan Salam kami panjatkan bagi Nabi Besar
kita Nabi Muhammad SAW. Dalam mengikuti kegiatan IKAKOM 2
kami sebagai
Mahasiswa di tuntut agar bisa memahami dan menerapkan ilmu tersebut dalam praktik
kedokteran nanti setelah menyelesaikan masa pendidikan di bangku perkuliahan.
Dalam laporan ini penulis membahas mengenai Kedokteran Kerja, yang dijelaskan
cara melakukan diagnosis penyakit akibat kerja, faktor risiko yang dihadapi pekerja, bahaya
potensial akibat jenis pekerjaan yang dilakukan, serta K3 ( Kesehatan dan Keselamatan
Kerja) dengan jenis Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai kriteria pekerjaannya.
Adapun, unsur yang harus diperhatikan saat mengamati pada tempat kerja ialah :
faktor 1) Personal: meliputi, faktor usia, masa kerja, pendidikan, Indeks masa tubuh, faktor
kesehatan, perilaku 2) Equipment meliputi, alat yang digunakan yang dapat menyebabkan
kecelakaan dalam kerja 3) Material penggunaan bahan baku yang berbahaya 4) Environment
merupakan dampak dari lingkungan ; faktor fisik, kimawi, ergonomic, biologis, psikososial.
Penulis berharap semoga hasil dari laporan ini dapat bermanfaat bagi diri penulis
sendiri dan orang lain, sehingga diharapkan lebih banyak masyarakat yang lebih sadar bahwa
setiap pekerjaan memiliki risiko dan potensi bahaya. Bahwa penting sekali dalam melakukan
pekerjaan diperhatikan aspek-aspek yang dapat melindungi diri sehingga tidak membawa
dampak penyakit dimasa mendatang sehingga proktuvitas dapat terganggu dan biaya untuk
berobat / perawatan tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh dari tempat kita bekerja.
.
Penulis
Tangerang Selatan, Oktober 2016
BAB I
PENDAHULUAN
Selalu ada resiko kegagalan (risk of failures) pada setiap aktifitas pekerjaan. Dan saat
kecelakaan kerja (work accident) terjadi, seberapapun kecilnya, akan mengakibatkan efek
kerugian (loss). Karena itu sebisa mungkin dan sedini mungkin, potensi kecelakaan kerja
harus dicegah atau setidak-tidaknya dikurangi dampaknya. Penanganan masalah keselamatan
kerja di dalam sebuah perusahaan harus dilakukan secara serius oleh seluruh komponen
pelaku usaha, tidak bisa secara parsial dan diperlakukan sebagai bahasan-bahasan marginal
dalam perusahaan.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga
dapat melindungi dan bebas dari kecelakaan kerja pada akhirnya dapat meningkatkan
efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa
tetapi juga kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi dapat mengganggu proses
produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada
masyarakat luas. Visi Pembangunan Kesehatan di Indonesia yang dilaksanakan adalah
Indonesia Sehat 2010 dimana penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat,
mampu memperoleh layanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Kondisi kerja yang buruk berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja, mudah sakit,
stres, sulit berkonsentrasi sehingga menyebabkan menurunnya produktif kerja. Kondisi kerja
meliputi variabel fisik seperti distribusi jam kerja, suhu, penerangan, suara, dan ciri-ciri
arsitektur tempat kerja lingkungan kerja yang kurang nyaman, misalnya : panas, berisik,
sirkulasi udara kurang, kurang bersih, mengakibatkan pekerja mudah stress.
Kondisi lingkungan fisik dapat terjadi misalnya suhu yang terlalu panas, terlalu
dingin, terlalu sesak, kurang cahaya dan semacamnya. Ruangan yang terlalu panas dan terlalu
dingin
bukan hanya dalam pengertian temperatur udara, tetapi juga sirkulasi atau arus udara,
munculnya stres kerja, sebab beberapa orang sangat sensitif pada kebisingan dibanding yang
lain.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi
pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh,
merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas
kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita
pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa
pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab,
sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja
yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak
menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan undangundang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap
tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan
kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.
Kelelahan kerja merupakan masalah yang sangat penting perlu ditanggulangi secara
baik. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya penurunan kekuatan otot, rasa lelah yang
merupakan gejala subjektif dan penurunan kesiagaan (Grandjean, 1985).
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam
bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk
diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan
berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat
meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan
mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat
memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja.
1.1 Tujuan
1.1.1. Tujuan Umum
Diketahuinya status kesehatan, gambaran karakteristik pekerjaan dan postur kerja serta
hubungannya dengan penyakit akibat kerja
1.1.2.Tujuan Khusus
a) Diketahuinya gambaran besaran pengaruh postur kerja pasien yang diambil terhadap
penyakit terkait kerja.
b)
e) Tinjauan pustaka dapat dijadikan referensi bagi pengelola perusahaan dan pembaca untuk
mengevaluasi faktor resiko terkait dalam perusahaannya.
BABII
TINJAUANPUSTAKA
A. Ergonomi
1. Definisi
Ergonomi berasal bahasa Yunani yang terdiri dari 2 kata yakni Ergon yang berarti
kerja dan Nomos yang berarti hukum alam dan bisa didefinisikan sebagai rangkaian sistem
maupun studi dari aspek-aspek manusia dengan lingkungan pekerjaannya yang ditinjau
secara saintis dalam berbagai macam bidang seperti anatomikal, fisiologikal, psikologikal,
10
teknikal, tempat bekerja, dan desain . Ergonomi juga dikaitkan dalam kesehatan sebagai
Science of Working dimana hal ini membahas tentang optimalisasi kerja tanpa menurunkan
7
pekerja .
2. Prinsip Ergonomi
Fokus dari ergonomi terletak pada interaksi antara manusia, lingkungan, dan alat yang
digunakannya, serta berlaku sebaliknya. Fungsi dasar dari ergonomi pada prinsipnya adalah
memberikan kenyamanan kerja dengan memanfaatkan analisis faktor-faktor yang ada pada
interaksi tersebut yang direkayasakan supaya memenuhi optimalisasi kerja tanpa menurunkan
7
kualitas kesehatan dari pekerja . Sebagai contoh, kursi didesain dengan sandaran punggung
untuk memberikan kenyamanan pada saat duduk dan memberikan kesempatan relaksasi yang
lebih besar pada otot di daerah punggung atas dan bawah.
3. Ruang lingkup Ergonomi
Ergonomi merupakan sebuah bidang multidisiplin yang pada pembahasannnya dapat
mencakup dari beberapa disiplin ilmu seperti Kedokteran, Teknik, Psikologi, Fisiologi,
7
Desain, dan Kinesiologi .Hal ini dapat menjadi dasar indikasi apakah suatu pekerjaan sudah
terintegrasi dengan benar dilihat dari tiga aspek dasar ergonomi, yakni, human, machine,
10
environtment .
Peranan ergonomi juga ditunjukkan untuk menghilangkan adanya keluhan-keluhan
sakit pada bagian tubuh pekerja, dengan pembuatan suatu desain yang benar dan peletakan
instrument yang baik serta pengoperasian yang tidak asal asalan demi terciptanya suatu
10
respon kerja yang optimal dan efisien dan sesuai dengan kapasitas pekerjanya .
4. Konsep dan Sistematika Ergonomi
Dalam pelaksanaannya, ergonomi diciptakan secara bertahap, menilik dari faktor faktor yang
ada pada pekerjaan yang akan dikerjakan. Sistematika tersebut melingkupi beberapa proses,
yakni :
1.
Analisis : digunakan dalam menilai tingkat baik atau buruknya sistem dan organisasi kerja
terhadap performa dari sang pekerja. Hal ini merupakan hasil dari integrasi antara sistem
kerja yang diterapkan terhadap alat-alat dan properti kerja yang digunakan.
2.
Design : digunakan dalam menilai seberapa bermanfaat hubungan antara pekerja dan
performanya terhadap alat-alat dan properti yang digunakannya.
3.
Integrasi : digunakan dalam menilai seberapa besar pengaruh alat-alat dan properti yang
1
hasil dari rangkaian keselarasan faktor faktor yang telah dikemukakan sebelumnya, yakni :
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental pelaku kerja melalui upaya pencegahan
cidera dan gangguan yang ditimbulkan dari pekerjaan, menurunkan beban kerja secara
9
B. SISTEM MUSKULOSKELETAL
1. Anatomi dan Fisiologi sistem muskuloskeletal
Untuk merencanakan dan melaksanakan sebuah Railway pada ergonomi kerja, maka
dibutuhkan pengetahuan terlebih dahulu terhadap faktor yang paling penting, yakni faktor
operator kerja, bagaimana sebuah alat dan lingkungan kerja yang dibangun dan dibentuk
sesuai dengan kebutuhan manusia dan memenuhi kriteria keterbatasan dan kapasitas dari
manusia, sehingga alat dan lingkungan kerja yang dibangun menjadi tepat guna dan
8
mendukung pekerjaan .
a. Sistem Rangka
Sistem rangka mempunyai beberapa fungsi yakni memberikan gambaran bentuk dasar
tubuh, sebagai alat gerak Pasif, tempat menempelnya otot sebagai sarana pembentukan gerak,
pelindung jaringan dan organ lunak serta vital, sarana penyimpan mineral, sebagai tempat
8
hemopoiesis, penahan kompresi beban, dan pembentuk artikulasi gerakan tubuh . Rangka
manusia terdiri dari 206 tulang, yang terbentuk dari sel-sel osteosit, osteoblast, dan
5
osteoklas . Matriks tulang sebesar 30 persen terbentuk dari bahan-bahan organik seperti
kolagen, dan proteoglikan, dan 70 persennya terbentuk dari endapan garam-garam mineral
seperti kalsium, fosfat, natrium, kalium karbonat, dan magnesium, fungsi dari matriks lunak
adalah sebagai penghubung antar tulang dan sekaligus memudahkan mobilitas sendi,
sementara matriks keras pada tulang berguna untuk menahan beban, baik beban yang
diciptakan dari luar tubuh. Sistem rangka terdiri dari bagian ekstremitas atas dan bagian
ekstremitas bawah, dan lengkung kaki
Hubungan antar tulang diperkuat dengan adanya jaringan penghubung berupa tendon,
ligamentum, dan fascia. Matriksnya terdiri dari serat kolagen dan serabut elastis. Didalamnya
10
terdapat sendi yang berfungsi sebagai batas penggerak tulang . Terdapat 3 kategorikal sumbu
10
1) Sendi 1 sumbu :
a) Hinge Joints : yakni sendi yang bergerak tegak lurus searah panjang tulang.
b) Pivot Joints : yakni sendi yang bergerak selaras dengan panjang tulang saja.
2) Sendi 2 sumbu :
a) Ellipsoidal/Condyloidal Joints : Mempunyai kepala sendi yang cekung berbentuk
ellipsoid dan mempunyai sumbu panjang dan pendek
b) Saddle Joints : Permukaan sendi berbentuk pelana, bentuk permukaan sendi yang
satu cembung dan yang satu lagi cekung.
c) Plane Joints : Sistematik sendi tidak mempunyai ujung saling adu jadi hanya
memungkinkan gerakan saling bergeser antar 2 sumbu.
3) Sendi 3 Sumbu :
a) Ball and socket joints : sendi yang gerakannya mencakup lebih dari setengah
kepala sendi dan memiliki 3 sumbu gerakan.
b. Sistem Otot
Otot merupakan jaringan yang mengubah sejumlah senyawa kimiawi yang dikonversi
1
menjadi energi, bertujuan sebagai penggerak fungsi kerja mekanik tubuh . otot menempel
5,6
pada rangka dan berfungsi sebagai alat gerak aktif . Fungsi utama otot adalah menghasilkan
gerakan rangka, mempertahankan sikap dan posisi tubuh, menyokong jaringan lunak,
7
mempertahankan suhu tubuh . Otot terdiri dari serat-serat yang berukuran 10-400 mm dan
diameternya berkisar antara 0,001 hingga 0,1 mm, serat pada otot ini disebut sebagai
myofibril yang tersusun atas filament-filamen dan molekul myosin yang saling tumpang
2
tindih dengan molekul aktin . Otot mempunyai dua gerakan mayor yakni kontraksi dan
relaksasi.
Terdapat 2 jenis serat otot, yakni serat otot kerja cepat, dan serat otot kerja lambat.
Kontraksi serat otot cepat ditunjukkan untuk optimalisasi gerakan yang kuat namun sebentar
dan tidak untuk jangka waktu lama. Sebaliknya terdapat serat otot kerja lambat ditunjukkan
untuk beban kerja yang lebih lama. Otot mempunyai beberapa sumber energi untuk bekerja,
yakni hasil pemecahan senyawa fosfat, ion kalsium, dan oksigen untuk sumber energy secara
aerobik.
Dalam implementasi ke pekerjaan, pekerjaan dinamis jauh lebih baik dari pekerjaan
statis, karena pekerjaan statis membuat supply darah nantinya lambat laun akan berkurang ke
daerah kerja lokal otot, yang dimana lama kelamaan asam laktat akan banyak terbentuk dan
10
akhirnya otot mudah merasa lelah walaupun dalam periode yang sebentar . Sebaliknya
pekerjaan dinamis akan mengoptimalisasi mitokondria dan supply oksigen sehingga
pekerjaan yang dilakukan bisa lebih bertahan lama dan timbunan asam laktat bisa disintesis
8
kebiasaan yang salah. Gangguan muskuloskeletal yang diakibatkan karena faktor dari luar
tubuh seperti pekerjaan, makanan yang dikonsumsi, dan kebiasaan. Repetisi, dan postur
janggal adalah penyebab gangguan muskuloskeletal terbanyak, sementara faktor lain yang
memperberat adalah beban kerja yang berlebih dan paparan bahan asing dari lingkungan.
Gangguan muskuloskeletal yang timbul akibat dari suatu pekerjaan yang dilakukan, disebut
8
maupun paparan dari faktor resiko yang ada disekitar . Banyak hal yang dapat menjadi faktor
resiko terciptanya gangguan muskuloskeletal, dalam faktor pekerjaan, hal ini bisa disebabkan
karena gerakan repetisi yang berlebihan, postur yang kurang baik, beban kerja berlebih,
vibrasi, lingkungan kerja yang kurang baik, dan kebiasaan-kebiasaan yang buruk seperti
merokok dan jarang berolah raga.
2. Faktor Resiko
a. Faktor PekerjaanTerdapat beberapa faktor resiko pekerjaan yang dapat menyebabkan
atau memperberat gangguan muskuloskeletal, yakni adanya postur kerja yang kurang baik,
beban kerja yang diterima, frekuensi sebuah pekerjaan yang dilakukan, genggaman tangan
yang merepresentasikan kenyamanan pegangan pada tangan saat pekerjaan dilakukan, dan
7
kerja
merupakan
penyumbang
paling
banyak
terhadap
gangguan
muskuloskeletal akibat kerja. Posisi tubuh yang menyimpang dan tidak tepat dapat
mengakibatkan cedera pada sendi, otot, tulang, tendon, dan ligament. Postur kerja sendiri
didefinisikan sebagai sebagai macam-macam gerakan dan posisi tubuh pekerja selama
melakukan pekerjaan. Postur kerja dibagi dalam 2 macam kategori, yakni postur netral dan
postur janggal, sementara gerakannya dibagi menjadi dua kategori, yakni gerakan statis dan
9
gerakan dinamis .
a) Postur Netral
Adalah postur dimana posisi dari sistem muskuloskeletal pada tubuh sesuai pada
struktur yang sewajarnya sesuai dengan keterbatasan gerak bagian tubuh tersebut, tanpa ada
beban berlebihan yang menyebabkan adanya kontraksi berlebihan pada otot terkait, dan tidak
ada resiko penekanan pada jaringan dibawahnya sehingga tidak terlalu berisiko besar untuk
8,9
meningkatkan resiko kerusakan pada organ tubuh yang mengalami tekanan berlebihan .
Berikut beberapa penjabaran tentang postur janggal pada beberapa bagian tubuh :
3
(1) Postur janggal pada PunggungTerdapat 3 jenis postur janggal pada Punggung , yang
dimana jika dilakukan terus menerus secara berlebihan akan mengakibatkan gangguan
muskuloskeletal, yakni :
(a) Membungkuk (bent forward)
o
Kondisi dimana rentang posisi punggung dan dada berada pada jarak > 20 . Terhadap garis
vertical
(b) Berputar (twisted)
Kondisi dimana kondisi punggung memutar ke kanan maupun kekiri secara berlebihan, baik
dalam kondisi membungkuk, duduk, maupun berdiri.
(c) Miring (bent sideway)
Kondisi dimana terdapat deviasi bidang median tubuh secara berlebihan dari garis vertikal
dan ekstensi lebih dari 45 , termasuk postur janggal, dan deviasi pergelangan tangan yang
lebih dari 10 detik dianggap postur janggal. Sementara pegangan dengan tipe overlap grip,
19
lengan atas membentuk sudut >45 terhadap bahu, kearah samping, depan maupun belakang
selama lebih dari 10 detik dengan angkatan beban berat.
Postur janggal pada lengan bawahPostur janggal yang beresiko adalah jika lengan bawah
o
membentuk sudut 90 dalam waktu yang sangat lama, atau membentuk sudut >135 dan
melakukan repetisi pekerjaan walaupun dengan beban yang ringan, dengan posisi telapak
7
(c) BerlututPosisi dimana salah satu kaki fleksi membentuk sudut 90 , dan kaki yang
lainnya fleksi dengan tumpuan lutut, dimana lutut menyentuh lantai dan tumpuan
tubuh bertumpu pada telapak kaki dan lutut kaki.
Postur janggal pada leher;Terdapat 3 postur janggal pada leher, yakni jika menengadah atau
o
menundukkan kepala dengan sudut lebih dari 20 dan menolehkan kepala kekiri maupun
kekanan .
Postur statisPostur statis adalah kondisi dimana posisi tubuh tidak banyak bergerak
8
dan hanya sebagian kecil saja yang aktif bergerak . Postur statis jika dilakukan dalam waktu
lama akan mengakibatkan kontraksi otot pada daerah lokal yang bekerja terus menerus
mudah lelah, dan mudah tertimbunnya asam laktat di daerah yang bergerak tersebut,
sementara itu jaringan didalamnya akan mengalami paparan tekanan yang bersifat
10
menarik, dan mendorong . Postur dinamis relatif menggunakan energi yang lebih besar,
namun kerja otot bersifat lebih menyeluruh daripada postur statis.
BABIII
STATUSPASIEN,DANHASILPENGAMATANTERHADAPKEGIATAN
BEKERJA
Jenis Pengamatan
: Kunjungan
Cara Pengamatan
Jenis Usaha
: Pedagang Ketoprak
Waktu Pelaksanaan
: 01 Oktober 2016
Lokasi : Gg. KH. Rais no.4, Kranggan, Setu, Kota Tangerang Selatan, Banten 15314
Adapun topik yang penulis pilih dalam pengerjaan tugas Sistem Kedokteran Komunitas II
adalah mengenai Kedokteran Kerja yang membahas Diagnosis Penyakit Akibat Kerja
(PAK) Khususnya dalam bidang ergonomi,
Kegiatan Penunjang dalam pencegahan PAK dalam bidang ergonomi dan Pengendalian
Faktor Resiko Potensial.
Dalam tugas ini penulis melakukan diagnosis Penyakit Akibat Kerja kepada pekerja
pedagang ketoprak. Subjek analisa bekerja sehari-hari sebagai spedagang ketoprak. Dalam
sehari beliau bisa bekerja selama 7 jam. Beliau bekerja setiap hari dari senin sampai minggu:
Senin - Minggu
Pekerjaan yang dilakukan beliau tidak pernah lepas dari posisi berdiri lama serta gerakan
mengulek. Jika pelanggan sedang sepi maka beliau mencuci alat makan yang kotor dan
menunggu pelanggan berikutnya datang.
Beliau mengatakan bahwa saat bekerja menggunakan APD berupa kaos lengan
panjang, celana panjang, dan sendal jepit. Pada saat bekerja perlu juga diperhatikan adalah
optimalisasi postur, dan sesekali debu dan asap rokok juga bisa menjadi salah satu hazard
potensial, maka paling tidak harus memakai masker.
Postur yang dialami pedagang makanan sebenarnya tidak sepenuhnya merupakan
postur janggal, terlebih postur bahu dan punggung merupakan postur fisiologis yang masih
dapat ditoleransi, yang menjadi masalah adalah waktu yang dijalani selama memakai postur
tersebut, dan postur janggal pada tangan. Hal ini terjadi terus menerus dan ter-repetisi setiap
hari, maka dapat menimbulkan banyak gangguan muskuloskeletal.
Hampir Selama 20 tahun terpapar dengan pekerjaan seperti ini, beliau menyatakan
telah berulang ulang kali mengalami nyeri persendian dan kesemutan, keluhan ini biasanya
terjadi pada pinggang dan punggung berupa nyeri, siku hingga pergelangan tangan berupa
nyeri, jari jari tangan berupa kesemutan. Hal ini belum pernah dia dapatkan selama tidak
bekerja sebagai pedagang makanan, jadi kemungkinan besar keluhan yang dialami oleh
beliau sebagai subjek analisa, didapat dari pekerjaannya, dan kurangnya pemahaman beliau
tentang Work-Related Musculoskeletal Disorder.
BAB II
PEMBAHASAN
A. STATUS KESEHATAN PENDERITA
I.
II.
Identitas Penderita
1. Nama
2. Usia
3. Kedudukan dalam keluarga
4. Jenis Kelamin
5. Pendidikan
6. Pekerjaan
7. Status Perkawinan
8. Tanggal Kunjungan
: Ny. Siti
: 45 tahun
: Anggota keluarga
: Perempuan
: SMP
: Tukang ketoprak
: Menikah, dengan 1 suami dan 3 orang anak
: 01 Oktober 2016
Riwayat Penyakit
1.
Keluhan Utama :
Punggung dan pergelangan tangan kanan sering sakit, pegal dan kesemutan
sejak 2 tahun yang lalu.
2.
Riwayat Perjalan Penyakit Sekarang :
III.
Riwayat Pekerjaan
1. Jenis Pekerjaan
Jenis
Alat yang
pekerjaan digunakan
pedagang - Cobek
ketoprak - Pisau
- Kompor
Tempat Kerja
Lama Kerja
Kegiatan
04:00 - 06:00
17.00 - 18:00
18:00 - 01:00
01:10 -
Pulang ke rumah
: panas matahari
: asap rokok, debu
: Tuli sensorineural karena bising jalanan dan klakson
:: posisi berdiri dan badan membungkuk yang terlalu
2.
Pemeriksaan :
Pemeriksaan Fisik (secara umum)
1.
Keadaan umum : Baik
2.
Tanda Vital :
- Tekanan Darah : 120/70 mmHg (normal)
- Frekuensi Nadi : 80 kali/menit (normal)
- Frekuensi Nafas : 18 kali/menit (normal)
- Suhu
: 36,40 C (normal)
3.
Keadaan gizi
- Berat Badan
: 56 Kg
- Tinggi Badan
: 160 cm
- BMI
: BB (kg)/ TB(m)2
56/(1.6)2 = 21,8
Kesan
: Gizi normal
Pemeriksaan Klinis :
Kepala : normocepal, rambut warna hitam, distribusi merata, tidak mudah rontok.
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, reflek cahaya (+/+), pupil isokor.
Hidung : septum deviasi (-), sekret -/-, epistaksis -/-.
Telinga : bentuk normotia, serumen -/-, otorhea -/-.
Mulut : mukosa bibir lembab (+), lidah kotor (-), tremor (-), stomatitis (-), sianosis (-),
perdarahan gusi (-).
Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-).
Paru
normochest, pergerakan dinding dada simetris, retraksi sela iga (-).
vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-.
Jantung
ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula sinistra.
BJ I dan II murni reguler, gallop (-), murmur (-).
Abdomen
bising usus (+) normal. nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan limpa tidak
teraba.
Ekstremitas
Atas : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema -/-.
Bawah : Akral hangat, RCT < 2 detik, edema -/-.
V.
VI.
Pemeriksaan Laboratorium :
a. Laboratorium Rutin
(darah, urine, feces rutin)
b. Laboratorium Khusus
(kimia darah)
c. Pemeriksaan Radiologi
(Rontgen, USG)
d. Pemeriksaan Non- Lab
(Audiometri, Spirometri)
VII.
Prognosa
1. Ad Vitam
Ad Sanasionam
Ad Fungsionam
X.
Rencana Tindakan
Permasalahan
APD yang
Perlunya penambahan
Evaluasi
Prosedur monitor &
kurang
pemeriksaan lingkungan
kerja :
serta punggung
Pemberian :
Posisi bekerja
yang tidak
ergonomis
Tangan terasa
terasa sakit
Dampak stress
Asam Mefenamat
Vitamin neurotropik
keluarga
PEMECAHAN MASALAH
Upaya yang dilakukan dalam mengatasi, mencegah dan mengendalikan adanya
gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja diprioritaskan pada kesadaran individu
para pekerja untuk memakai APD yang baik saat bekerja, lebih hati-hati dan teliti
dalam bekerja.
Pencegahan Primer
Memperbaiki postur kerja serta memakai korset punggung dan wrist band pada
tangan, memperbanyak istirahat saat kerja, dan melakukan kegiatan dinamis supaya
terjadi stretching pada punggung dan meminimalkan postur janggal yang bisa
membuat nyeri punggung.
BAB III
KESIMPULAN & SARAN
A. Kesimpulan
Kecelakaan
tangan dan punggung sakit karena terlalu lama mengulek serta postur tubuh berdiri
statis sambil membungkuk. Butuh posisi yang ergonomi untuk melakukan kegiatan
agar pekerjaan tersebut tidak merugikan.
B. Saran
Butuh istirahat selama 2 hari dalam seminggu . Untuk mengatasi pergelangan
tangan serta punggung pemakaian wrist band untuk tangan dan pemakaian korset
untuk punggung.
DAFTAR PUSTAKA
nd
1. 2013 FKM Undip.Agius, R., Seathon, A., (2005) Practical occupational medicine, 2 Ed.
Hodder Arnold Books.
2. Alrowayeh, N. Talal, A. Sameera, H. Fares, M. (2012) Prevalence, Characteristics, and
Impacts of Work-Related Musculoskeletal disorders : a survey among physical therapist in
the state of Kuwait. BMC Open Access Journal.Asean Oshnet. Dalam (2012) Good
Occupational safety and Health Practice. ILO Publication.
rd
4.
Departemen Kesehatan RI. (2010) Laporan Riset Kesehatan Dasar. Litbang Depkes RI.
th
Health and Safety Laboratory. (2008) The ergonomic toolkit. HSE Crown Publisher.
7. Hertling, D., Kessler, M. (2006) Management of common musculoskeletal disorders :
Physical therapy Principle and methods. Lippincot Williams and wilkins.
8. Higgnet, S. McAtamney, L. Rapid Entire Body Assesment. Applied Ergonomics Journals
Volume 31, Issue 2.
9. Karwowsky, W. (2006) International Encyclopedia of Ergonomics and Human Factors.
Taylor & Francis
10.Karwowsky, W., Maras, W., (2006) The Occupational Ergonomics Handbook :
Fundamentals and assessment Tools for Occupational Ergonomics. CRC Press.
Lampiran 1
Foto-foto kegiatan