Professional Documents
Culture Documents
Kelainan embryo
Faktor ibu, penyakit kronis : diabetes, hipertensi, kelainan ginjal
Penyakit atau abnormalitas alat reproduksi
Faktor psikososial (life style) : merokok, alkohol, caffeine
Abortus Provokatus
Abortus provokatus adalah abortus yang disengaja. Abortus provokatus dapat
dibagi menjadi:
- Abortus medisinalis (abortus therapeutica), yaitu abortus yang dilakukan karena
indikasimedis misal, penyakit jantung, hipertensi, Ca servik.
- Abortus kriminalis, yaitu abortus yang dilakukan karena tindakan legal tanpa
indikasi medis.
Abortus Imminens
Pada sebagian besar kasus hal tersebut disebabkan oleh perdarahan akibat adanya
implantasi. Servik tertutup , perdarahan minimal dan dapat atau tanpa disertai rasa nyeri.
Abortus Insipiens
Ditandai dengan nyeri abdomen atau nyeri punggung, perdarahan pervaginam
dengan dilatasi servik. Abortus sudah tak mungkin dipertahankan bila terjadi
pendataran dan dilatasi servik dan atau terjadi pecahnya selaput ketuban.
Abortus inkompletus
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari cavum uteri. Pada kehamilan> 10
minggu, keluarnya janin dan plasenta tidak terjadi secara bersamaan dan sebagian
masih tertahan didalam uterus. Biasanya disertai rasa nyeri akibat kontraksi uterus
dalam usaha untuk mengeluarkan hasil konsespsi. Perdarahan umumnya persisten dan
seringkali sangat banyak.
Pada kanan gambar terlihat gambaran produk konsepsi yang keluar pada abortus
inkompletus
Abortus Komplit
Ditandai dengan keluarnya seluruh hasil konsepsi. Perdarahan pervaginam
ringan terus berlanjut sampai beberapa waktu lamanya. Umumnya pasien datang
dengan rasa nyeri abdomen yang sudah hilang.
Pada kanan gambar terlihat gambaran hasil konsepsi yang keluar pada abortus
kompletus.
Missed Abortion
Setelah kematian janin, janin tidak segera dikeluarkan. Keadaan ini dapat
menyebabkan terjadinya gangguan faal pembekuan darah bila janin mati tidak
dikeluarkan dalam waktu lebih dari 8 minggu.
Septic Abortion
Abortus yang disertai dengan infeksi uterus dan kadang-kadang pada struktur
adneksa serta disertai dengan gejala-gejala septisemia.
DIAGNOSIS BANDING
-
Kehamilan ektopik
Perdarahan servik akibat epitel servik yang mengalami eversi atau erosi
Polip endoservik
Mola hidatidosa
prognosis
kehamilan
selanjutnya.
Ultrasonografi
penting
dalam
a.
I. Pada sebagian besar kasus hal tersebut disebabkan oleh perdarahan akibat adanya
implantasi.
Servik tertutup , perdarahan minimal dan dapat atau tanpa disertai rasa nyeri. Pada
abortus imimnen, mungkin terlihat adanya kantung kehamilan (gestational sac GS)
dan embrio yang normal, dan dengan ultrasonografi / USG dapat diketahui masih ada
a.
dengan dilatasi servik. Abortus sudah tak mungkin dipertahankan bila terjadi
pendataran dan dilatasi servik dan atau terjadi pecahnya selaput ketuban.
b. Abortus inkompletus
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari cavum uteri. Pada kehamilan > 10
minggu, keluarnya janin dan plasenta tidak terjadi secara bersamaan dan sebagian
masih tertahan didalam uterus, biasanya disertai rasa nyeri akibat kontraksi uterus
dalam usaha untuk mengeluarkan hasil konsespsi. Perdarahan umumnya persisten dan
seringkali sangat banyak. Pada abortus inkompletus, kantung kehamilan umumnya
pipih dan iregular serta terlihat adanya jaringan plasenta sebagai masa yang echogenik
dalam cavum uteri. Pada abortus inkompletus gambaran USG tidak spesifik,
tergantung dari usia gestasi dan banyaknya sisa jaringan konsepsi.
c. Abortus kompletus
Ditandai dengan keluarnya seluruh hasil konsepsi. Perdarahan pervaginam
ringan terus berlanjut sampai beberapa waktu lamanya. Umumnya pasien datang
dengan rasa nyeri abdomen yang sudah hilang. Pada abortus kompletus, endometrium
nampak saling mendekat tanpa visualisasi adanya hasil konsepsi. Pada abortus
kompletus kavum uteri sudah tidak berisi hasil konsepsi, pemeriksaan USG terlihat
sebagai garis endometrial yang tipis. Pada blighted ovum, terlihat adanya kantung
kehamilan abnormal tanpa yolk sac atau embrio.
d. Abortus tertunda (Missed abortion)
Embrio atau janin mati dalam uterus dan tetap dalam uterus. Setelah kematian
janin, janin tidak segera dikeluarkan retensi kehamilan diperkirakan terjadi oleh
karena masih adanya produksi progesteron plasenta yang terus berlanjut dan produksi
estrogen yang turun sehingga kontraktilitas uterus menurun. Keadaan ini dapat
menyebabkan terjadinya gangguan faal pembekuan darah bila janin mati tidak
dikeluarkan dalam waktu lebih dari 8 minggu. Pada missed abortion, terlihat adanya
embrio atau janin tanpa ada detik jantung janin.
f. Blighted Ovum
Disebut juga anembryonic pregnancy adalah perkembangan embrio yang gagal
sehingga yang ditemukan hanya kantung kehamilan dengan atau tanpa disertai yolk
sac. Pada saat awal kehamilan, produksi hormon HCG tetap meningkat, ibu hamil
ketika di tes positif, juga mengalami gejala seperti kehamilan normal lainnya, mual
muntah, pusing-pusing, sembelit dan tanda-tanda awal kehamilan lainnya. Namun
ketika menginjak usia kehamilan 6-8 minggu, ketika ibu hamil penderita blighted
ovum memeriksakan kehamilan ke dokter dan melakukan pemeriksaan USG, maka
akan terdeteksi bahwa terdapat kondisi kantung kehamilan berisi embrio yang tidak
berkembang. Jadi, gejala blighted ovum dapat terdeteksi melalui pemeriksaan USG
atau hingga adanya perdarahan layaknya mengalami gejala keguguran mengancam
(abortus iminens) karena tubuh berusaha mengeluarkan konsepsi yang tidak normal.
Faktor ovofetal Faktor maternal Abortus yang terjadi pada mingguminggu pertama kehamilan umumnya disebabkan oleh faktor ovofetal ; pada
minggu-minggu berikutnya (11 12 minggu), abortus yang terjadi disebabkan
oleh faktor maternal.
Faktor OVOFETAL :
Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan
bahwa pada 70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang
atau terjadi malformasi pada tubuh janin.
Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus
adalah kelainan chromosomal. Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan
trofoblast untuk melakukan implantasi dengan adekwat.
Faktor MATERNAL :
2% peristiwa abortus disebabkan oleh adanya penyakit sistemik maternal
(systemic lupus erythematosis) dan infeksi sistemik maternal tertentu
lainnya.
8% peristiwa abortus berkaitan dengan abnormalitas uterus ( kelainan uterus
kongenital, mioma uteri submukosa, inkompetensia servik).
Terdapat dugaan bahwa masalah psikologis memiliki peranan pula dengan
kejadian abortus meskipun sulit untuk dibuktikan atau dilakukan penilaian
lanjutan.
Faktor ovofetal :
Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan
bahwa pada 70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk
berkembang atau terjadi malformasi pada tubuh janin. Pada 40%
kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus adalah
kelainan chromosomal. Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan
trofoblast untuk melakukan implantasi dengan adekuat.
Faktor maternal :
Sebanyak 2% peristiwa abortus disebabkan oleh adanya penyakit
sistemik maternal (systemic lupus erythematosis) dan infeksi sistemik
maternal tertentu lainnya. 8% peristiwa abortus berkaitan dengan
abnormalitas uterus ( kelainan uterus kongenital, mioma uteri
submukosa, inkompetensia servik). Terdapat dugaan bahwa masalah
psikologis memiliki peranan pula dengan kejadian abortus meskipun
sulit untuk dibuktikan atau dilakukan peni5laian lanjutan.
Faktor Resiko
Usia
Paritas
Pada kehamilan Rahim ibu teregang oleh adanya janin. Bila terlalu
sering melahirkan,Rahim akan semakin lemah. Bila ibu telah
Jarak Kehamilan
Penyakit Infeksi
Alkohol
Merokok