You are on page 1of 1

Doktrin Dosa Asali menyatakan bahwa kita begitu berdosa dari awal (Q5).

Tetapi
Katekismus Heidelberg berjalan lebih jauh dengan menyatakan adanya Kebaikan
Asali (Q6) dimana kita diciptakan dengan tujuan mulia: untuk mengenal Tuhan
secara intim di dalam gambar dan rupa-Nya. Seperti yang dikatakan oleh
Alexander Schmemann, kita diberi buah dari taman untuk kita makan dengan
hati penuh ungkapan syukur, yang berarti bahwa seluruh hidup kita pada
awalnya merupakan ekspresi kebenaran dan kekudusan. Dan dosa asali kita
adalah ketika kita melalui orang tua kita, memakan buah itu karena keinginan
kita sematadan bukannya sebagai ungkapan syukur pada Pencipta. Setelah itu,
kita mencoba menciptakan Taman Eden menurut persepsi kita akan kebaikan
kita, kebaikan yang sudah jatuh tedistorsi akan dosa. Lebih jauh lagi, bukan
hanya persepsi kia berubah tetapi status kita berubah. Kita terjebak di dalam diri
kita sebagai tuhan dan kehilangan komuni dengan Tuhan. Status baru ini
membuat segala percobaan menciptakan Taman Eden hanya mengakibatkan
kehilangan akan kesucian, kebahagiaan, dan kenikmatan kita. Semata-mata
menghasilkan semak belukar baru yang subur. Kemudian Tuhan datang mencari
kita dan menemukan kita bersembunyi dalam semak belukar dari sengsara kita
(Kej. 3:1-10). Dari sinilah awal cerita penebusan, bukan kita melainkan Tuhan
yang menghapus air mata dunia dan segala keberdosaannya.

You might also like