You are on page 1of 4

BAB IV

ANALISIS KASUS
Tn. HW, 43 tahun, laki-laki mengeluh hidung tersumbat yang bertambah
berat sejak 2 bulan SMRS dan nyeri saat menelan. Sejak 9 bulan SMRS,
pasien mengeluh telinga kiri berdenging. Penurunan pendengaran (-), keluar cairan
dari telinga (-), nyeri pada telinga (-), pusing berputar (-), hidung tersumbat (-),
keluar darah dari hidung (-), sulit bernafas (-), nyeri saat menelan (-), suara serak
(-), pandangan berganda (-), batuk (-), mual (-), muntah (-), mulut mencong (-),
nyeri kepala (-), sesak nafas (-), nyeri pada tulang (-), rasa penuh di perut (-),
benjolan di leher (-). Kemudian, pasien berobat ke RSUD Baturaja. Pasien
disarankan rawat jalan tetapi keluhan tidak berkurang.
Sejak 4 bulan SMRS, pasien mengeluh nyeri kepala. Nyeri kepala
dirasakan hilang timbul, seperti ditusuk-tusuk. Pusing berputar (-). Pasien juga
mengeluh keluar darah dari hidung yang dirasakan hilang timbul dan hidung
tersumbat. Hidung tersumbat dirasakan hilang timbul terutama di satu lubang
hidung. Keluar cairan dari hidung (-), bersin yang berulang (-), rasa gatal di hidung
(-). Telinga kiri berdenging (+) hilang timbul, penurunan pendengaran (-), keluar
cairan dari telinga (-), nyeri pada telinga (-), sulit bernafas (-), nyeri saat menelan
(-), suara serak (-), pandangan berganda (-), batuk (-), mual (-), muntah (-),
penurunan berat badan (-), mulut mencong (-), nyeri kepala (-), sesak nafas (-),
nyeri pada tulang (-), rasa penuh di perut (-), benjolan di leher (-). Kemudian,
pasien berobat ke RS Belitang dan disarankan rawat jalan.
Sejak 2 bulan SMRS, pasien mengeluh hidung tersumbat semakin
bertambah berat. Pasien juga mengeluh nyeri saat menelan. Telinga berdenging (-),
penurunan pendengaran (-), keluar cairan dari telinga (-), nyeri pada telinga (-),
pusing berputar (-), keluar darah dari hidung (-), sulit bernafas (-), nyeri saat
menelan (-), suara serak (-), pandangan berganda (-), batuk (-), mual (-), muntah
(-), penurunan berat badan (-), mulut mencong (-), nyeri kepala (-), sesak nafas (-),
40

nyeri pada tulang (-), rasa penuh di perut (-), benjolan di leher (-). Kemudian,
pasien dirujuk ke Poliklinik THT-KL RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.
Riwayat darah tinggi, kencing manis, atopi, terpapar radiasi, sakit jantung, trauma,
stroke disangkal. Riwayat keluarga mengalami keluhan yang sama disangkal.
Pasien memiliki riwayat merokok sejak 20 tahun yang lalu dan riwayat makan
ikan atau daging yang diawetkan (+).
Pemeriksaan

fisik umum yang meliputi keadaan umum, kesadaran,

tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu dalam batas normal. Pada pemeriksaan
khusus yang meliputi pemeriksaan kepala, leher, jantung, paru-paru, abdomen, dan
ekstremitas dalam batas normal dan tidak terdapat pembesaran klenjar getah
bening leher. Pemeriksaan status lokalis telinga dalam batas normal, pemeriksaan
hidung luar, rhinoskopi anterior, sinus paranasal, rongga mulut, dan faring dalam
batas normal.
Pada pemeriksaan laboratorium dalam batas normal, foto toraks PA tidak
tampaktanda-tanda metastasis, USG Abdomen menunjukkan adanya nodul
metastasis pada segmen posterior hepar, pemeriksaan CT Scan nasofaring
menunjukkan suspek karsinoma nasofaring sinistra T1N0Mx, pemeriksaan
histopatologi

menunjukkan

undifferentiated

non

keratinizing

carcinoma

nasofaring dekstra et sinistra.


Pada

anamnesis

didapatkan

gejala-gejala

yang

dialami

pasien

dikelompokkan dalam 4 kelompok, yaitu gejala nasofaring, gejala telinga, gejala


mata dan syaraf, serta gejala metastasis atau gejala di leher. Gejala nasofaring pada
psien ini meliputi epistaksis ringan serta hidung tersumbat. Hidung tersumbat
dirasakan hilang timbul terutama di satu lubang hidung. Rinorrhea (-), bersin yang
berulang (-), rasa gatal di hidung (-). Riwayat atopi, trauma di daerah hidung, serta
hipertensi

disangkal.

Pemeriksaan

hidung

luar

maupun

hidung

dalam

menggunakan rhinoskopi anterior serta sinus paranasal dalam batas normal.


Pemeriksaan laboratorium dalam batas normal. Hal ini menyingkirikan
kemungkinan penyebab dari hidung tersumbat dan epistaksis, antara lain rhinitis
41

alergi, trauma (mengorek hidung, benturan ringan, benturan hebat, mengeluarkan


ingus terlalu kuat, benda asing tajam), polip nasi, deviasi septum, sinusitis,
penyakit kardiovaskular (hipertensi), kelainan darah (trombositopenia, leukemia),
infeksi sistemik (demam berdarah dengue).
Gejala telinga pada pasien ini meliputi tinitus unilateral. Penurunan
pendengaran (-), otorrhea (-), otalgia (-), pusing berputar (-), riwayat tinggal di
daerah bising, trauma daerah kepala, minum obat TB disangkal. Pemeriksaan
status lokalis telinga serta tes penala dalam batas normal. Hal ini menyingkirkan
kemungkinan penyebab tinitus, antara lain bising, obat-obatan ototoksik, infeksi
telinga, trauma, dan vertigo.
Gejala syaraf pada pasien ini meliputi cefalgia. Nyeri kepala dirasakan
hilang timbul, seperti ditusuk-tusuk. Selain itu, pasien juga mengalami disfagia.
Pada pasien ini tidak didapatkan pembesaran kelenjar getah bening leher, sesak
nafas, nyeri tulang, rasa penuh di perut. Pasien memiliki riwayat merokok sejak
20 tahun yang lalu dan kebiasaan makan ikan yang diawetkan (ikan asin). Jadi,
kemungkinan gejala-gejala pada pasien ini disebabkan karena keganasan yang
didukung oleh pemeriksaan penunjang. Hasil CT Scan nasofaring menunjukkan
kesan karsinoma nasofaring T1N0Mx dan hasil biopsi memberikan kesan
undifferentiated non keratinizing carcinoma nasofaring dekstra et sinistra. Untuk
mendeteksi adanya metastasis, dilakukan pemeriksaan rontgen toraks dan USG
abdomen. Pada pemeriksaan foto toraks tidak ada tanda metastasis paru, tetapi
pada USG Abdomen didapatkan nodul metastasis pada lobus dekstra. Sehingga,
staging pada pasien ini berdasarkan sistem TNM menurut UICC adalah T1N0M1.
Menurut WHO, karsinoma nasofaring dibagi menjadi 3 tipe histopatologi, antara
lain tipe 1 (I) karsinoma sel skuamous, tipe 2a (II) keratinizing undifferentiated
carcinoma, dan tipe 2b (III) non-keratinizing undifferentiated carcinoma.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pasien ini didiagnosis dengan karsinoma
nasofaring WHO tipe 2b (III) stadium IVc (T1N0M1). Kemoradiasi merupakan
penatalaksanaan karsinoma nasofaring stadium IV dengan N < 6 cm.
42

43

You might also like