You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah semakin maju dan
berekembang dengan pesat sehingga menimbulkan persaingan yang ketat.
Secara otomatis ada tuntutan agar selalu berkreatifitas dan terus mengikuti
perkembangan tersebut, dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
memadai. Manusia dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada
disekelilingnya, hingga menjadi sesuatu yang layak pakai dan memiliki nilai
guna serta nilai jual yang tinggi. Oleh karena itu, perlu diadakannya kuliah
praktikum sebagai tindak lanjut dari teori yang telah diberikan di dalam
ruangan, salah satunya yaitu pekerjaan Las Busur Listrik.
Laporan ini memperlihatkan temuan-temuan yang terdapat pada saat
pelaksanaan praktikum pengelasan dengan membuat sambungan-sambungan
pada plat yang telah dilakukan pada saat mata kuliah Teknik Pengelasan
Dasar, harapan dibuatnya laporan praktikum ini adalah untuk mengurangi
kesalahan-kesalahan ataupun hambatan-hambatan yang mungkin dapat terjadi
pada saat proses membuat sambungan plat pada praktikum berikutnya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Menerapkan sistem keselamatan kerja.
b. Melatih mahasiswa untuk bekerja secara sabar, teliti, dan bekerja
dengan baik.
c. Melatih mahasiswa melakukan pengelasan busur (SMAW) pada
benda kerja.
d. Melatih mahasiswa untuk melakukan pengerjaan berbagai
sambungan yaitu: sambungan plat dengan menggunakan las busur
dengan posisi 2F, 2G, 3F, dan 3G serta sambungan pipa dengan
menggunakan posisi 1G.
2. Tujuan Khusus
a. Mempraktikkan teori tentang pengelasan.
1

b. Memenuhi tugas mata kuliah Teknik Pengelasan Dasar.


C. Ruang Lingkup Kajian
Laporan praktikum ini berisi tentang pengerjaan logam tentang sistem
penyambungan benda kerja dengan menggunakan las busur listrik yang
mencakup tentang keselamatan kerja pada pengerjaan las busur, alat dan
bahan yang digunakan, dan langkah kerja pada pengerjaan dengan
menggunakan las busur listrik yang bertujuan untuk mengisi tugas praktikum
mata kuliah Teknik Pengelasan Dasar di Departemen Pendidikan Teknik
Mesin Fakultas Pendidikan Teknik Kejuruan Universitas Pendidikan
Indonesia.
D. Sistematika Penulisan
1. Kata Pengantar
2. Daftar Isi
3. Pendahuluan
a) Latar Belakang
b) Tujuan
c) Ruang Lingkup Kajian
d) Sistematika Penulisan
4. Pembahasan
a) Alat
b) Bahan
c) Keselamatan Kerja
d) Kajian Pustaka
e) Langkah Kerja
f) Temuan Praktek dan Pembahasan
5. Penutup
a) Kesimpulan
b) Saran
6. Daftar Pustaka
7. Lampiran
BAB II

PEMBAHASAN
A. Alat
Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam praktek pengelasan dengan
menggunakan las listrik antara lain :
1. Alat utama
a.Mesin las dan kelengkapannya.
b.Meja kerja las
2. Alat tambahan
a. Alat pemutar pipa
b. Palu besi
c. Sikat baja
d. Tang penjepit
e. Gerinda tangan
f. Penggores
g. Kikir bilah kasar
h. Alat pemotong pelat tenaga listrik
3. Alat keselamatan kerja
a. Kamar las
b. Sepatu keselamatan
c. Baju dan celana yang tidak mudah terbakar
d. Kedok las
e. Apron kulit
f. Sarung tangan
B. Bahan
1. Baja karbon sedang ukuran 4 x 40 x 80 mm
2. Baja karbon sedang ukuran 68 x 40 x 3 mm
3. Elektrode jenis E1306

C. Keselamatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah instrumen yang menjadi


syarat dalam pekerjaan untuk meminimalkan cedera akibat kecelakaan
kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja ditinjau dari aspek kemanusiaan
adalah perlindungan khusus yang diberikan kepada pekerja untuk
melindungi hak asasi manusia yang dimilikinya, sehingga pekerja akan
merasa aman, tenteram, sejahtera, dan damai dengan pekerjaan tersebut.
Kebutuhan dan kesempurnaan jasmaniah maupun rohaniah merupakan hal
yang sangat penting bagi kelangsungan hidup, dengan terciptanya
keselamatan dan kesehatan kerja akan menghasilkan produksi yang
maksimal bagi perusahaan, kerugian yang dihasilkan akibat kecelakaan
kerja seperti: kerusakan alat produksi, biaya perawatan karyawan yang
cedera, bahkan hingga pencabutan izin pelaksanaan produksi dicabut oleh
pemerintah tidak akan terjadi karena kecelakaan kerja yang dialami.
Keselamatan dan kesehatan kerja telah diatur dalam UU.K3 No. 1 Tahun
1970 tentang keselamatan kerja, maka prioritas yang paling utama dalam
bekerja adalah keselamatan dan kesehatan kerja. Slogan utamakan
keselamatan kerja harus menjadi pegangan teguh yang dimiliki setiap
pekerja dalam menjalankan tugasnya.
Pengelasan logam dengan menggunakan las busur listrik, keselamatan
kerja yang dapat diterapkan untuk melindungi diri, lingkungan dan alatalat yang digunakan dalam bekerja agar terhindar dari bahaya kecelakaan
kerja antara lain:
a. Menggunakan alat sebagaimana fungsinya.
b. Siapkanlah bahwa keadaan lingkungan kerja dan peralatannya siap
untuk dipakai, dan periksa kembali peralatan sebelum bekerja.
c. Jauhkan bahan-bahan yang mudah terbakar dari api.
d. Usahakan benda kerja yang akan dilas, dalam keadaan bersih bebas
dari air oli dan bahan lainnya yang dapat menyebabkan percikkan atau
ledakan.
e. Gunakan selalu alat pelindung diri : sarung tangan kulit, helm,
kacamata, sepatu kerja, tang jepit.

f. Tidak diperbolehkan memegang hasil lasan tanpa alat pelindungan diri


selama proses pengelasan berjalan.
g. Tidak ceroboh saat melakukan pekerjaan.
h. Konsentrasi dalam bekerja.
i. Jauhkanlah benda-benda yang tidak perlu pada tempatnya.
j. Pakailah sarung tangan, kedok las, masker, celana yang tidak mudah
terbakar, baju tahan api, dan pakailah apron pelindung tubuh bagian
dada hingga paha.
k. Pegang hasil lasan dengan tang jepit.
l. Lakukan pekerjaan dengan hati-hati, teliti, dan fokus.
m. Membaca langkah pengerjaan terlebih dahulu, agar pekerjaan lancar
dan aman.
D. Kajian Pustaka
1.

Pengertian Las listrik


Las listrik adalah suatu proses penyambungan logam dengan

menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas. Jenis sambungan dengan


las Iistrik ini adalah merupakan sambungan tetap. Pada pengelasan dengan las
listrik, panas yang dihasikan berasal dari busur listrik yang timbul dari
menempelnya benda kerja dengan elektroda. Elekttroda pengisian dipanaskan
mencapai titik cair dan diendapkan pada sambungan, hingga terbentuk
sambungan las. Panas yang dihasilkan oleh busur listrik mencapai 5500 0
C.Pada saat pengelasan menggunakan las listrik, dilepaskan energi
dalam jumlah yang sangat besar dalam bentuk panas dan cahaya ultraviolet.

2. Pembagian Las Listrik


Las listrik dapat digolongkan menjadi :
1

Las listrik dengan elektroda logam, misalnya :


a

Las listrik submerged

Busur elektroda (listrik) diantara ujung elektroda dan bahan


dasar berada didalam timbunan fluksi serbuk yang digunakan sebagai
pelindung dari pengaruh luar (udara bebas) sehingga tidak terjadi sinar
las keluar seperti pada las listrik lainnya. Las ini umumnya otomatis
atau semi otomatis. Las busur listrik mempunyai 2 jenis yaitu :
1

Las listrik AC (menggunakan arus searah sebagai sumber listrik)

Las listrik DC (menggunakan arus listrik bolak-balik sebagai


sumber listrik)

Las listrik dengan elektroda berselaput


Busur listrik yang terjadi antara ujung elektroda dan bahan dasar

(plat) akan mencairkan ujung elektroda dan sebagian dasar selaput


elektroda yang turut terbakar akan mencair dan menghasilkan gas yang
melindungi ujung elektroda kawat las, dan daerah las disekitar busur
listrik terhadap daerah udara luar.
3

Las listrik TIG (Tungsten Inert Gas) atau MIG


Pada las TIG ini menggunakan elektroda wolfram. Busur yang

terjadi antara elektroda dan bahan dasar merupakan sumber panas


bentuk pengelasan. Untuk melindungi hasil pengelasan digunakan gas
pelindung, seperti argon, helium atau campuran gas tersebut.
4

Las Listrik MIG


Las listrik MIG adalah juga las busur listrik dimana panas yang

ditimbulkan oleh busur listrik antara ujung elektroda dan bahan dasar,
karena adanya Arus Listrik. Elektrodanya adalah merupakan gulungan
kawat yang berbentuk rol yang gerakannya diatur oleh pasangan roda gigi
yang digerakkan oleh motorl listrik. Kecepatan gerakan elektroda dapat
diatur sesuai dengan keperluan. Tangkai Ias dilengkapi dengan nosal
logam untuk menyemburkan gas pelindung yang dialirkan dari botol gas
malalui selang gas.

Gas yang dipakai adalah C02 untuk pengelasan baja lunak dan
baja, argon atau campuran argon dan helium untuk pengelasan Aluminium
dan baja tahan karat. Proses pengelasan MIG ini dapat secara semi
otomatik atau otomatik. Semi otomatik dimaksudkan pengelasan secara
manual sedangkan otomatik adalah pengelasan di mana seluruh pekerjaan
Ias dilaksanakan secara otomatis.
3. Macam macam elektroda
a

Elektroda Hydro gen rendah


Selaput elektroda jenis ini mengandung hydrogen yang rendah

(kurang dari 0,5 %), sehingga deposit las juga dapat bebas dari
porositas. Elektroda inidipakai untuk pengelasan yang memerlukan
mutu tinggi, bebas porositas,misalnya untuk pengelasan bejana dan
pipa yang akan mengalami tekanan. Jenis-jenis elektroda hydrogen
rendah misalnya E 7015, E 7016 dan E 7018.
b

Elektroda untuk besi tuang

Elektroda baja
Elektroda jenis ini bila dipakai untuk mengelas besi tuang akan

menghasilkan deposit las yang kuat sehingga tidak dapat dikerjakan


dengan mesin. Dengan demikian elektroda ini dipakai bila hasil las
tidak dikerjakan lagi. Untuk mengelas besi tuang dengan elektroda
baja dapat dipakai mesin las AC atau DC kutub terbalik.
d

Elektroda Nikel
Elektroda jenis ini dipakai untuk mengelas besi tuang, bila hasil

las masih dikerjakan lagi dengan mesin. Elektroda nikel dapat dipakai
dalam segala posisi pengelasan. Las yang dihasilkan elektroda ini pada
besi tuang adalah rata dan halus bila dipakai pada mesin las DC kutub
terbalik. Karakteristik elektroda nikel dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
e

Elektroda Perunggu
Hasil las dengan memakai elektroda ini tahan terhadap retak,

sehingga panjang las dapat ditambah. Kawat inti dari elektroda dibuat

dari perunggu fosfor dan diberi selaput yang menghasilkan busur


stabil.
f

Elektroda untuk aluminium


Aluminium dapat dilas listrik dengan elektroda yang dibuat

dari logam yang sama. Pemilihan elektroda aluminium yang sesuai


dengan pekerjaan didasarkan pada tabel keterangan dari pabrik yang
membuatnya. Elektroda aluminium AWS-ASTM AI-43 untuk las busur
listrik adalah dengan mesin las.
g

Elektroda untuk pelapis keras


- Elektroda tahan kikisan
Elektroda jenis ini dibuat dari tabung chrom karbida yang
diisi denganserbuk-serbuk karbida. Elektroda dengan diameter 3,25
mm - 6,5 mmdipakai peda pesawat las AC atau DC kutub terbalik.
Elektroda ini dapat dipakai untuk pelapis keras permukaan pada
sisi potong yang tipis.
- Elektroda tahan pukulan
Elektroda ini dapat dipakai pada mesin las AC atau DC
kutub terbalik. Dipakai untuk pelapis keras bagian pemecah dan
palu.
- Elektroda tahan keausan

Elektroda ini dibuat dari paduan-paduan non ferro yang mengandung


Cobalt, Wolfram dan Chrom. Biasanya dipakai untuk pelapis keras
permukaan katup buang dan dudukan katup dimana temperatur dan
keausan sangat tinggi
4. Pengkutuban elektroda
-

Pengkutuban langsung
Pada pengkutuban langsung, kabel elektroda dipasang pada
terminal negatif dan kabel massa pada terminal positif. Pengkutuban

langsung sering disebut sebagai sirkuit las listrik dengan elektroda


negatif. (DC-).

Pengkutuban terbalik
Untuk pengkutuban terbalik, kabel elektroda dipasang pada
terminal positif dan kabel massa dipasang pada terminal negatif.
Pengkutuban terbalik sering disebut sirkuit las listrik dengan elektroda
positif (DC+).

Pengaruh pengkutuban pada hasil las adalah pada penembusan lasnya.


Pengkutuban langsung akan menghasilkan penembusan yang dangkal
sedangkan pada pengkutuban terbalik akan terjadi sebaliknya. Pada arus
bolak-balik penembusan yang dihasilkan antara keduanya.
5. Macam-macam gerakan elektroda
-

Gerakan arah turun sepanjang sumbu elektroda. Gerakan ini dilakukan


untuk mengatur jarak busur listrik agar tetap.

Gerakan ayunan elektroda. Gerakan ini diperlukan untuk mengatur


lebar jalur las yang dikehendaki Gerakan elektroda
1

Melingkar

Gambar Ayunan melingkar


2

Zig-zag

Gambar Ayunan zig-zag


3

Tarpesium

Gambar Ayunan gipsum.


6. Mengatur tegangan
Mesin las umumnya mempunyai tegangan 60 80 Volt sebelum
terjadi busur nyala. Tegangan ini disebut tegangan terbuka atau tegangan
atau tegangan pembakar.Bila busur nyala telah terjadi (sedang mengelas)
maka tegangan turun menjadi 20 40 Volt. Ini dinamakan tegangan kerja.
Tegangan kerja disesuikan dengan diameter elektroda.Untuk elektroda: 1,5
5,5 mm tegangan kerja 20 30 Volt. Untuk elektroda: 4,5 6,4 mm
tegangan kerja 30 40 Volt.

7. Mengatur Ampere
Arus pengelasan ditentukan oleh: diameter elektroda, tebal bahan,
jenis elektroda dan posisi pengelasan.

10

Pengaturan arus dilakukan dengan memutar handel atau knop.


Arus pengelasan yang dipakai dapat dilihat/ dibaca pada skala arus, yang
terdapat pada mesin las.
Perkiraan arus yang dipakai untuk mengelas, dapat dilihat pada table yang
tertera pada setiap bungkus elektroda, misalnya sebagai berikut:
diameter (mm) x panjang daerah polaritas arus elektroda (A)
2,6 x 350 45 95 Ac atau Dc
Tabel. Kuat arus dan Tebal bahan dan dia elektrode
.
No

Tipe logam dan tebal

Diameter

Kuat arus

(inchi)

elektroda

(ampere)

(inchi)
1/16

10 30

metal,

5/64

25 45

etc; sampai tebal 7/64

3/32

40 70

inchi)
Baja lunak tipis

1/8

50 130

(Struktur bodi dalam,

5/32

90 180

dsbnya,

3/16

130 230

sampai 3/16 inchi)


Baja lunak tebal

1/8

60 120

(Rangka, dsbnya, tebal

5/32

90 160

3/16

3/16

120 200

190 300

Pelat logam tipis

(Outer

sheet

tebal

sampai

7/64

5/16

inchi)
8. Posisi Posisi Pengelasan
Posisi pengelasan ada beberapa macam, yaitu:
1

Posisi mendatar

Posisi bawah tangan

Posisi tegak

Posisi diatas kepala

11

Pengelasan kearah kanan (mundur)

9. Cara Pengelasan
Las listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan
menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang
akan disambung. Bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair,
demikian juga elektrode yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada
ujungnya dan merambat terus sampai habis.
Mesin las yang ada pada unit peralatan las berdasarkan arus yang
dikeluarkan pada ujung-ujung elektrode dibedakan menjadi beberapa macam,
antara lain mesin memerlukan arus listrik bolak-balik atau arus AC yang
dihasilkan oleh pembangkit listrik, listrik PLN atau generator AC, dapat
digunakan sebagai sumber tenaga dalam proses pengelasan.
Besarnya tegangan listrik yang dihasilkan oleh sumber pembangkit
listrik belum sesuai dengan tegangan yang digunakan untuk pengelasan.
Akibat tegangan terlalu tinggi atau terlalu rendah, sehingga besarnya
tegangan perlu disesuaikan terlebih dahulu dengan cara menaikkan atau
menurunkan tegangan. Alat yang digunakan untuk menaikkan atau
menurunkan tegangan ini disebut transformator atau trafo.
Kebanyakan trafo yang digunakan pada peralatan las adalah jenis trafo
step-down, yaitu trafo yang berfungsi menurunkan tegangan yang disebabkan
kebanyakan sumber listrik, baik listrik PLN maupun listrik dari sumber yang
lain, mempunyai tegangan yang cukup tinggi, padahal kebutuhan tegangan
yang dikeluarkan oleh mesin las untuk pengelasan hanya 55 volt sampai 85
volt. Transformator yang digunakan pada peralatan las mempunyai daya yang
cukup besar, untuk mencairkan sebagian logam induk dan elektrode
dibutuhkan energi yang besar, karena tegangan pada bagian terminal
kumparan sekunder hanya kecil, maka untuk menghasilkan daya yang besar
perlu arus besar. Arus yang digunakan untuk peralatan las sekitar 10 amper
sampai 500 amper. Besar arus listrik dapat diatur sesuai dengan keperluan las,

12

untuk keperluan daya besar diperlukan arus yang lebih besar pula, dan
sebaliknya. Bila arus terlalu rendah (kecil), akan menyebabkan:
a. Penyalaan busur listrik sukar dan busur listrik yang terjadi tidak stabil.
b. Terlalu banyak tumpukan logam las karena panas yang terjadi tidak
mampu melebihkan elektrode dan bahan bakar dengan baik.
c. Penembusan kurang baik.
d. Pinggiran-pinggiran dingin.

Bila arus terlalu tinggi (besar), maka elektrode akan mencair terlalu cepat
dan menghasilkan:
a. Permukaan las yang lebih lebar dan datar.
b. Penembusan terlalu dalam.
c. terjadi under cut sepanjang alur las.

Untuk menghasilkan rigirigi las yang rata dan halus, kecepatan


tangan menarik atau mendorong elektrode waktu mengelas harus stabil.
Apabila elektrode digerakkan:
a. Tepat dan stabil, menghasilkan
dan perembesan

daerah perpaduan dengan bahan dasar

luasnya baik.

Gambar 1.1.

13

Hasil gerakan elektrode yang tepat dan stabil


b. Terlalu cepat, menghasilkan perembesan las yang dangkal karena
pemanasan bahan bakar dasar.

Gambar 1.2.
Hasil gerakan elektrode yang terlalu cepat
c. Terlalu lambat, menghasilkan alur yang lebar (lihat gambar). Hal ini dapat
menimbulkan kerusakan sisi las, terutama bila bahan dasar yang dilas
tipis.

Gambar 1.3.
Hasil gerakan elektrode yang terlalu lambat
E. Langkah Kerja
a. Sambungan Plat
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Lukis benda kerja sehingga menjadi lima bagian sama besar.
3. Potonglah plat yang telah dilukis dengan menggunakan alat pemotong
tenaga listrik.
4. Gerinda pinggiran dari benda kerja tersebut agar rata.

14

5. Lakukan sambungan antara benda pertama dan kedua dengan jenis


sambungan I dengan posisi 2G, yaitu pengelasan secara horizontal di
depan dada.
6. Lakukan pengelasan sambungan sudut antara benda pertama dan kedua
yang sudah disambung dengan benda ketiga, dengan ketentuan posisi
pengelasan adalah posisi 2F, yaitu melakukan pengelasan isi sudut secara
horizontal di depan dada.
7. Lakukan sambungan sudut kembali antara benda ketiga dan benda
keempat, dengan posisi 3F, yaitu melakukan pengelasan isi sudut secara
vertikal di depan dada baik secara menurun atau menaik.
8. Lakukan sambungan I antara benda keempat dan benda kelima dengan
posisi 3G, yaitu pengelasan sambungan I di depan dada secara vertikal
baik secara menurun atau menaik.
b. Sambungan Pipa
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Potong pipa sesuai ukuran yang telah ditentukan di WPS sebanyak dua
bagian perorang.
3. Rapikan kedua ujung bagian pipa dengan menggunakan mesin bubut. Lalu
buat champer/ kampuh pada ujung bagian pipa yang akan dilas.
4. Lakukan pengelasan pada pipa dengan posisi 1G, dengan pipa yang
bergerak memutar.
F. Temuan Praktik dan Pembahasan
1. Busur las sering lengket pada benda kerja
Proses pengelasan dengan menggunakan las busur listrik ini sering
ditemukan bahwa elektrode yang digunakan menempel pada benda
kerja, hal ini terjadi karena terlalu dekatnya elektrode ke benda kerja.
Jarak elektrode seharusnya 3 6 mm di atas benda kerja atau bisa juga
karena amper yang dipakai terlalu kecil, untuk menanggulangi hambatan
seperti pada kasus ini diperlukan gerakan tangan yang harmonis sejajar
juga menurun dan konstan mempertahankan jarak antara elektrode dan
benda kerja agar tidak terjadi menempelnya elektrode dengan benda

15

kerja, pakailah amper yang sesuai dengan kebutuhan artinya tidak terlalu
besar dan tidak terlalu kecil, dalam menentukan amper disesuaikan
dengan diameter elektrode yang dipakai dan besar kecilnya amper yang
harus digunakan bisa dilihat pada kotak kemasan elektrode tersebut,
tetapi jika elektrode sudah menempel jangan panik untuk melepasnya,
lakukan gerakan bantingan atau menggunakan palu untuk untuk
melepasnya.
2. Sambungan yang terbentuk kurang rapi
Sambungan pengelasan yang kurang rapi bisa terjadi, apalagi untuk
pemula yang disebabkan oleh belum terbiasa mahasiswa untuk
melakukan pengelasan, tangan yang belum konstan dan belum bisa
menemukan irama mengelas juga kaku, ketakutan akan percikkan api
yang timbul ketika mengelas, dan belum terbiasa menggunakan
kacamata pelindung dari sinar ultra violet karena gelap. Pengelasan
merupakan keahlian yang memerlukan latihan yang sungguh-sungguh.
Kemampuan mengelas tidak datang begitu saja, karena dalam mengelas
diperlukan kekuatan tangan dalam menahan elektrode agar tetap
seimbang, gerak harmonis secara vertikal yang berbarengan dengan
horizontal sehingga tidak mudah, tenang ketika melakukan pengelasan,
menggunakan perlengkapan perlindungan diri agar percikkan api tidak
langsung mengenai tubuh sehingga tidak perlu takut secara berlebihan,
dan jarak elektrode ke benda kerja usahakan tidak berubah. Jika usahausaha tersebut bisa diterapkan maka hasil pengelasan yang bagus akan
didapatkan.
3. Cairan elektrode yang turun ketika melakukan pengelasan posisi 3F atau
3G
Ketika melakukan pengelasan dengan posisi 3F atau 3G didapatkan
kesulitan dengan lelehan elektrode yang menurun akibat posisi
pengelasan secara vertikal baik ke arah bawah ataupun ke arah atas.
Kejadian seperti ini bisa ditemukan karena logam terlalu cair, sehingga

16

hasil las yang diperoleh tidak maksimal. Penyebab cairnya elektrode


adalah terlalu tingginya amper yang digunakan ketika melakukan
pengelasan.
Solusi dalam melakukan pengelasan secara vertikal pada umumnya
dengan

mempertimbangkan

besarnya

amper

yang

digunakan,

gunakanlah amper yang tidak terlalu besar agar sambungan tidak turun
ke bawah akibat adanya gravitasi.
4. Kesulitan untuk melakukan pengelasan di depan dada
Pengelasan dengan posisi benda kerja di depan dada merupakan
posisi yang yang lebih sulit dibandingkan posisi pengelasan di bawah
tangan, oleh karena itu ketika melakukan pengelasan di depan dada
terdapat beberapa kesulitan, di antaranya: kuda-kuda harus kokoh, posisi
tangan yang masih kaku ketika melakukan pengelasan di depan dada,
dan menahan elektrode agar tidak gemetar juga membentuk garis lurus.
Pada saat saya melakukan praktikum pengelasan, saya merasa agak
sedikit sulit untuk menyiapkan posisi kuda-kuda yang kokoh karena
posisi benda kerja yang berada di bawah dada dan saat melakukan kudakuda untuk posisi tersebut lutut gemetar (posisi berada pada setengah
kuda-kuda), kemudian kakunya tangan ketika melakukan pengelasan
dikarenakan kurangnya pengalaman, karena pekerjaan mengelas jika
semakin sering melakukannya maka akan terbiasa dan tangan pun akan
terlatih untuk mengelas sehingga hasil yang dihasilkan pun baik. Hal
yang sulit selanjutnya adalah ketika menahan elektrode agar tidak
gemetar dan mengelas secara lurus, karena posisi pengelasan yang
berada di depan dada ketika mengelas tangan belum terlatih untuk
menahan tangan tetap berada pada garis tersebut dan membuat garis
lurus, cenderung ke arah bawah karena gaya tarik bumi.
Pemecahan masalah pada kasus ini adalah dengan membiasakan
diri untuk melakukan pengelasan dengan posisi di depan dada, dengan
pengalaman yang bertambah maka kemahiran untuk melakukan
pengelasan di depan dada akan meningkat.

17

5. Pengisian pada sambungan sudut dalam


Sambungan sudut dalam mempunyai kesulitan dalam pengaturan
sudut yang harus dilakukan ketika mengelas. Bila elektrode cenderung
ke atas maka hasil lasan akan menempel di bagian atas dan begitu pula
sebaliknya, sehingga sudut dalam antara dua benda kerja tidak terisi.
Faktor lain yang perlu diperhatikan selain sudut pengelasan adalah
besarnya amper yang harus sedikit lebih besar, karena dengan amper
yang lebih besar maka penetrasi elektrode untuk mengisi sudut dalam
akan masuk dan menghasilkan hasil yang baik. Kecepatan melakukan
pengelasan pun menjadi faktor yang perlu diperhatikan, kecepatan untuk
melakukan pengelasan sudut dalam harus memperhatikan apakah fillet
atau isian telah terbentuk dengan baik.
Aspek-aspek yang harus dilakukan dalam melakukan sambungan
sudut adalah pengaturan amper yang sedikit diperbesar, jarak elektrode
dengan sudut sekitar 3 5 mm dengan sudut 45 atau usahakan berada
pada tengah-tengah sudut, dan jangan terburu-buru untuk melakukan
pengelasan, pastikan isian pada sudut sudah terbentuk.
6. Membentuk rigi-rigi yang konstan pada sambungan pipa
Melakukan pengelasan untuk sambungan pipa merupakan hal yang
tidak mudah walaupun hanya dengan posisi 1G, kesulitan yang terdapat
ketika melakukan penyambungan ini adalah membentuk rigi-rigi las
yang konstan dan rapi pada permukaan yang melingkar, hal ini
disebabkan oleh belum terbiasa mahasiswa untuk melakukan pengelasan,
tangan yang belum konstan dan belum bisa menemukan irama mengelas
juga kaku. Diperlukan latihan yang berulang untuk melatih kemampuan
mengelas pipa, agar terbentuk hasil pengelasan yang rapi.

18

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Las listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan
menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam
yang akan disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut
akan mencair, demikian juga elektrode yang menghasilkan busur listrik
akan mencair pada ujungnya dan merambat terus sampai habis.
2. Kesulitan-kesulitan dalam pengelasan logam:
a. Busur las sering lengket pada benda kerja.
b. Sambungan yang terbentuk kurang rapi.
c. Elektrode yang turun ketika melakukan pengelasan posisi 3F atau
3G.
d. Kesulitan untuk melakukan pengelasan di depan dada.
e. Pengisian pada sambungan sudut dalam .
f. Membentuk rigi-rigi yang konstan pada sambungan pipa.

19

3. Solusi atas kesulitan dalam pengelasan logam:


a. Melatih dan membiasakan diri untuk mengelas.
b. Gerakan tangan harus konstan.
c. Gerakan elektrode secara horizontal dan vertikal secara bersamaan.
d. Jarak elektrode 3 6 mm di atas benda kerja dan harus konstan.
e. Melatih diri untuk posisi pengelasan 2F, 2G, 3F, 3G, dan 1G untuk
pipa.
B. Saran
1. Berdoa sebelum melakukan pekerjaan.
2. Sebelum praktik sebaiknya menguasai teori atau langkah kerja terlebih
dahulu.
3. Bekerja dengan menerapkan prosedur keselamatan kerja.
4. Sabar dalam melakukan pekerjaan dan teliti.
5. Apabila ada hal yang kurang dimengerti sebaiknya bertanya pada dosen
atau orang yang lebih ahli.

DAFTAR PUSTAKA
Cary Howard B.. (1994). Modern Welding Technology. USA: Prentice Hall,
Englewood Cliffs, NewJersey Q7632.
Jr. Messler R.W.. (1999). Principles of Welding. [Online]. Tersedia:
http://lasasetilin.blogspot.com/2009/06/.html [2014, Mei 10].
Sunandang. (2009). Kerja Las Listrik. [Online]. Tersedia:
http://kamissore.blosgspot.com/2009/06/kerja-las-listrik-dan-gas.html
[2015, desember].
Wahid Hambali. (2013) Laporan Kerja Las Listrik. [Online]. Tersedia:
https://www.academia.edu/8418453/Laporan_Praktek_Kerja_Las_Listrik
[2015, desember]

20

Lampiran :
1. Gambar Kerja
2. Benda Kerja

21

You might also like