You are on page 1of 52

BAB I

PENDAHULUAN
Air merupakan persenyawaan hidrogen dan oksigen dengan rumus kimia H2O,
disebut juga hydrogen oksida. Air adalah senyawa yang paling banyak pada
permukaan . Air terdapat dalam beberapa bentuk yakni cair, padat dan gas. Air
dalam bentuk padatan yang biasa kita kenal sehari-hari sebagai es atau salju dan
sebagai betuk gas dikenal sebagai uap air. Ketiga ujud air tersebut mempunyai rumus
yang sama yakni H2O. Semua makhluk hidup membutuhkan air bagi kehidupannya,
tidak terkecuali manusia. Manusia relatif dapat hidup tanpa makan selama sebulan
tetapi tanpa minum hanya dapat bertahan selama 5 hari. Air terdapat hampir di semua
tempat, yang pada masing-masing tempat mempunyai karakteristik tertentu sehingga
tidak semua sumber air cocok untuk semua keperluan tertentu. Untuk mencapai
karakteristik air yang diinginkan bagi penggunanya diperlukan teknologi untuk
mengubah komposisi air baku menjadi air yang karakteristiknya sesuai dengan yang
diinginkan. Struktur air seperti terlihat dalam Gambar 1a. dan bentuk molekulnya
seperti Gambar 1b.

Gambar 1a dan Gambar 1b masing-masing menggambarkan Struktur dan bentuk


molekulnya

Air juga merupakan pelarut yang baik yang dapat melarutkan berjenis-jenis
bahan di dalamnya. Jika air mengandung zat-zat beracun atau mineral dalam jumlah
yang berlebihan maka akan menyebabkan kasus yang merugikan bagi kesehatan
masyarakat.
Sejak diketahui bahwa kuman merupakan penyebab penyakit maka pentingnya
pemurnian air kian perlu dilakukan karena penyakit-penyakit yang mewabah banyak
yang dibawa oleh air seperti penyakit tipus, kolera, disentri dan lain-lain. Penyakitpenyakit yang dibawa oleh air tersebut disebabkan oleh mikroorganisme yakni
bakteria, protozoa, cacing, virus dan jamur. Oleh karena itu air yang akan dikonsumsi

haruslah bebas dari bakteri-bakteri penyebab penyakit, zat-zat beracun dan mineral
dalam jumlah yang berlebihan.

Sifat-sifat kimia dan fisika


Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air tersusun
atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air
bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada
tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 C). Zat kimia ini merupakan
suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat
kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak
macam molekul organik.
Keadaan air yang berbentuk cair merupakan suatu keadaan yang tidak umum
dalam kondisi normal, terlebih lagi dengan memperhatikan hubungan antara hidridahidrida lain yang mirip dalam kolom oksigen pada tabel periodik, yang
mengisyaratkan bahwa air seharusnya berbentuk gas, sebagaimana hidrogen sulfida.
Dengan memperhatikan tabel periodik, terlihat bahwa unsur-unsur yang mengelilingi
oksigen adalah nitrogen, flor, dan fosfor, sulfur dan klor. Semua elemen-elemen ini
apabila berikatan dengan hidrogen akan menghasilkan gas pada temperatur dan
tekanan normal. Alasan mengapa hidrogen berikatan dengan oksigen membentuk fasa
berkeadaan cair, adalah karena oksigen lebih bersifat elektronegatif ketimbang
elemen-elemen lain tersebut (kecuali flor). Tarikan atom oksigen pada elektronelektron ikatan jauh lebih kuat dari pada yang dilakukan oleh atom hidrogen,
meninggalkan jumlah muatan positif pada kedua atom hidrogen, dan jumlah muatan
negatif pada atom oksigen. Adanya muatan pada tiap-tiap atom tersebut membuat
molekul air memiliki sejumlah momen dipol. Gaya tarik-menarik listrik antar
molekul-molekul air akibat adanya dipol ini membuat masing-masing molekul saling
berdekatan, membuatnya sulit untuk dipisahkan dan yang pada akhirnya menaikkan
titik didih air. Gaya tarik-menarik ini disebut sebagai ikatan hidrogen.

Ikatan hidrogen antar molekul air yang membuatnya dapat membentuk kelompok
atau klaster,
Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat
kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di bawah
tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai
sebuah ion hidrogen (H+) yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida
(OH-).
Air

Informasi dan sifat-sifat


Nama sistematis

air

Nama alternatif

aqua, dihidrogen monoksida,


hidrogen hidroksida

Rumus molekul

H2O

Massa molar

18.0153 g/mol

Densitas dan fase

0.998 g/cm (cariran pada 20 C)


0.92 g/cm (padatan)

Titik lebur

0 C (273.15 K) (32 F)

Titik didih

100 C (373.15 K) (212 F)

Kalor jenis

4184 J/(kgK) (cairan pada 20 C

Elektrolisis air
Molekul air dapat diuraikan menjadi unsur-unsur asalnya dengan mengalirinya
arus listrik. Proses ini disebut elektrolisis air. Pada katoda, dua molekul air bereaksi
dengan menangkap dua elektron, tereduksi menjadi gas H2 dan ion hidrokida (OH-).
Sementara itu pada anoda, dua molekul air lain terurai menjadi gas oksigen (O2),
melepaskan 4 ion H+ serta mengalirkan elektron ke katoda. Ion H+ dan OHmengalami netralisasi sehingga terbentuk kembali beberapa molekul air. Reaksi
keseluruhan yang setara dari elektrolisis air dapat dituliskan sebagai berikut.

Gas hidrogen dan oksigen yang dihasilkan dari reaksi ini membentuk
gelembung pada elektroda dan dapat dikumpulkan. Prinsip ini kemudian
dimanfaatkan untuk menghasilkan hidrogen dan hidrogen peroksida (H2O2) yang
dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan hidrogen.

Kelarutan (solvasi)
Air adalah pelarut yang kuat, melarutkan banyak jenis zat kimia. Zat-zat yang
bercampur dan larut dengan baik dalam air (misalnya garam-garam) disebut sebagai
zat-zat "hidrofilik" (pencinta air), dan zat-zat yang tidak mudah tercampur dengan air
(misalnya lemak dan minyak), disebut sebagai zat-zat "hidrofobik" (takut-air).
Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat tidaknya zat tersebut menandingi
kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya intermolekul dipol-dipol) antara molekulmolekul air. Jika suatu zat tidak mampu menandingi gaya tarik-menarik antar molekul
air, molekul-molekul zat tersebut tidak larut dan akan mengendap dalam air.

Kohesi dan adesi


Air menempel pada sesamanya (kohesi) karena air bersifat polar. Air memiliki
sejumlah muatan parsial negatif (-) dekat atom oksigen akibat pasangan elektron
yang (hampir) tidak digunakan bersama, dan sejumlah muatan parsial positif (+)
dekat atom oksigen. Dalam air hal ini terjadi karena atom oksigen bersifat lebih
elektronegatif dibandingkan atom hidrogenyang berarti atom oksigen memiliki
lebih "kekuatan tarik" pada elektron-elektron yang dimiliki bersama dalam molekul,
menarik elektron-elektron lebih dekat ke arahnya (juga berarti menarik muatan negatif
elektron-elektron tersebut) dan membuat daerah di sekitar atom oksigen bermuatan
lebih negatif ketimbang daerah-daerah di sekitar kedua atom hidrogen.
Air memiliki pula sifat adesi yang tinggi disebabkan oleh sifat alami ke-polarannya.

Tegangan permukaan

Air memiliki tegangan permukaan yang besar yang disebabkan oleh kuatnya sifat
kohesi antar molekul-molekul air. Hal ini dapat diamati saat sejumlah kecil air
ditempatkan dalam sebuah permukaan yang tak dapat terbasahi atau terlarutkan (nonsoluble); air tersebut akan berkumpul sebagai sebuah tetesan. Di atas sebuah
permukaan gelas yang amat bersih atau bepermukaan amat halus air dapat
membentuk suatu lapisan tipis (thin film) karena gaya tarik molekular antara gelas dan
molekul air (gaya adhesi) lebih kuat ketimbang gaya kohesi antar molekul air.

Dalam sel-sel biologi dan organel-organel, air bersentuhan dengan membran dan
permukaan protein yang bersifat hidrofilik; yaitu, permukaan-permukaan yang memiliki
ketertarikan kuat terhadap air. Irvin Langmuir mengamati suatu gaya tolak yang kuat antar
permukaan-permukaan hidrofilik. Untuk melakukan dehidrasi suatu permukaan hidrofilik
dalam arti melepaskan lapisan yang terikat dengan kuat dari hidrasi air perlu dilakukan
kerja sungguh-sungguh melawan gaya-gaya ini, yang disebut gaya-gaya hidrasi. Gaya-gaya
tersebut amat besar nilainya akan tetapi meluruh dengan cepat dalam rentang nanometer atau
lebih kecil. Pentingnya gaya-gaya ini dalam biologi telah dipelajari secara ekstensif oleh V.
Adrian Parsegian dari National Institute of Health. Gaya-gaya ini penting terutama saat selsel terdehidrasi saat bersentuhan langsung dengan ruang luar yang kering atau pendinginan di
luar sel (extracellular freezing).

STEAM/Uap
Selain sebagai kebutuhan utama dalam kehidupan manusia, air juga merupakan unsur
utama dalam suatu proses selain listrik, bahan bakar dan kebutuhan uap panas (steam).
Untuk kebutuhan suatu pabrik, air permukaan dan air tanah harus melalui beberapa
proses agar dapat digunakan untuk kegiatan/proses yang diinginkan. Unit-unit penyediaan air
pada suatu pabrik adalah sebagai berikut:
1. Air Sanitasi
Air sanitasi adalah air yang digunakan untuk kebutuhan sanitasi seperti untuk
perkantoran, musholla, laboratorium, klinik dan lain-lain. Pengolahan awal yang
dibutuhkan meliputi proses penjernihan.

2. Air Proses
Air proses merupakan air yang digunakan selama proses produksi berlangsung. Untuk
keperluan proses harus diperhatikan beberapa persyaratan antara lain: keasaman,
alkalinitas, kadar kalium, magnesium dan sebagainya.
3. Air Pendingin
Air pendingin berfungsi sebagai media pendingin bagi peralatan-perlatan proses untuk
menjaga temperatur sesuai dengan temperatur yang diharapkan.
4. Air Umpan Boiler
Air umpan boiler adalah air yang akan digunakan untuk menghasilkan steam. Air untuk
keperluan ini harus dihilangkan ion-ion logam/mineral yang terkandung didalamnya
melalui kation dan anion exchanger.

1.1. Daur Hidrologi

Secara alamiah sumber-sumber air merupakan kekayaan alam yang dapat diperbaharui
dan yang mempunyai daya regenerasi yaitu yang selalu dalam sirkulasi dan lahir kembali
mengikuti suatu daur yang disebut daur hidrologi, air dari sumbernya mengalir kembali ke
laut. Air selalu berada dalam daur hidrologi sehingga relatif jumlahnya tetap. Peristiwa daur
hidrologi digambarkan sebagai berikut. Dimulai dari adanya matahari yang melakukan
penguapan air laut, air yang berada di daratan ( tanah basah, air dari pepohonan, air dari
makhluk hewan dan manusia dan air dari benda-benda basah lainnya. Air dalam bentuk uap
tersebut di atmosfir yang tinggi mangalami kondensasi dan menggumpal membentuk awan
yang oleh angin dibawa ke berbagai tempat termasuk ke wilayah pegunungan. Uap air yang
terkondensasi turun ke bumi dalam bentuk hujan. Air hujan tersebut sebagian meresap ke
tanah yang diisap akar tumbuh-tumbuhan dan sebagian lagi merupakan air tanah (water
tabel) dan sebagian lagi membentuk air akifer dan sebagian lagi merupakan air dalam bentuk
mata air. Air yang tidak meresap ke dalam tanah membentuk air larian yang disebut juga
surface run off yang akhirnya membentuk air sungai, air genangan dan air danau. Air-air
tersebut pada dasarnya semua lembali kelaut dan kembali membentuk sikliu. Hujan yang
langsung jatuh ke laut disebut daur pendek. Gambaran siklus tersebut dapat dilihat dalam
Gambar 1.2.

Gambar 1.2 Daur hidrologi


Sumber : http://hydrospatial.wordpress.com/

1.2. Penyebaran Air di Bumi

Dari Gambar 1.2 di atas dapat dihitung bahwa air asin (air laut) merupakan bagian yang
terbesar, yaitu 97,25% dan air tawar hanya 2,75% yang terdiri dari air atmosfer, air
permukaan air tanah dan salju atau es. Persentase bentuk air tawar terhadap air di bumi
adalah :
Air tanah

: 0,659%

Air permukaan

: 0,027%

Air atmosfer

: 0.001%

Salju atau es

: 2,063%

Skema penyebaran air di bumi adalah sebagai berikut:


Air di Bumi
1.360.000.000 km3

Air Asin
1.322.600.000 km3
(97,25%)

Air Tawar
37.400.000 km3
(2,75%)
Air Tawar
37.400.000 km3
(2,75%)

Air Atmosfer
13.000 km3
(0,035%)

Air Permukaan
374.000 km3
(1%)

Air tanah
8.963.00 km3
(23,965%)

Salju (es)
28.050.000 km3
(75%)

Gambar 1.2 Penyebaran air di bumi

Di Indonesia jumlah dan pemakaian air bersumber pada air tanah, air permukaan dan
air atmosfer, yang ketersediaannya sangat ditentukan oleh air atmosfer atau sering dikenal
dengan air hujan.

1.3. Pemakaian Air


Kebutuhan manusia akan sumber daya air menjadi sangat nyata bila dikaitkan dengan
empat hal yaitu (1) pertambahan penduduk, (2) kebutuhan pangan, (3) peningkatan
industrialisasi dan (4) perlindungan ekosistem terhadap teknologi. Diketahui bahwa jumlah
air di bumi ini tetap. Perubahannya hanya pada bentuk dalam mengikuti siklus hidrologi yang
berputar sepanjang masa (air di daratan air laut uap air hujan ). Padahal penduduk dunia
selalu bertambah dan kehidupannya semakin maju pula, sehingga pemakaian air bertambah
banyak. penduduk yang berkembang cepat, dapat dengan cepat menurunkan persediaan air
per kapita per tahun. Hal ini lebih cepat lagi kalau perkembangan itu terjadi pada tempat
yang sumber airnya kecil atau sedikit seperti pulau Jawa.
Distribusi air yang secara geografis tidak merata ditambah distribusi kepadatan
penduduk yang tidak merata akan menimbulkan ketidakseimbangan persediaan dan
permintaan (supplay and demand) akan air yang sukar untuk diatasi. Air yang
ketersediaannya terbatas itu pada umumnya digunakan manusia untuk (1) kepeluan domestik,

(2) pertanian, (3) industri, (4) perikanan, (5) pembangkit listrik tenaga air, dan (6) navigasi,
serta (7) rekreasi.
1.4. Karakteristik Air
Di Indonesia, berdasarkan sistem hidrologi yang dapat dijadikan sumber air adalah:
a. Air atmosfer (embun, hujan); dalam keadaan murni sangat bersih, sedangkan untuk
daerah perkotaan dimana terjadi pencemaran udara kualitas air atmosfir juga kurang
baik. Selain itu air hujan mempunyai sifat korosif terhadap pipa dan wadah
penampungnya karena mempunyai pH lebih kecil dari 6.0, Hal ini akan mempercepat
terjadinya perkaratan.
b. Air permukaan (sungai, danau, waduk); adalah merupakan air hujan yang mengalir
dipermukaan bumi. Kualitas air permukaan sangat ditentukan oleh jenis tanah yang
dilalui oleh sungai atau danau tersebut dan lingkungan disekitarnya. Umumnya air
sungai digunakan sebagai sumber air minum dan air industri namun untuk itu
diperlukan proses yang sempurna. Air danau umumnya mempunyai kualitas yang
lebih baik sehingga proses pengolahannya juga sederhana.
c. Air tanah (sumur dangkal atau shallow well), sumur dalam atau deep well, dan mata
air). Air sumur dangkal biasanya dijadikan sebagai sumber air minum bagi
masyarakat pedesaan, sedangkan sumur dalam (sumur bor) banyak digunakan oleh
penduduk kota dan lingkungan industri karena cadangan air yang tersedia jauh lebih
banyak dari pada air sumur dangkal. Air sumur dalam biasanya jernih tetapi selalu
mengadung zat besi dan mangan yang tinggi. Air mata air (spring) biasanya terdapat
didaerah pegunungan/kaki gunung dan umumnya mempunyai kualitas air yang baik.
d. Air laut, air ini berasa asin karena mengandung NaCl sebesar kira-kira 3 %, kemudian
air laut juga mengandung MgCl2 yang memberikan rasa pahit

sehingga tidak

memenuhi persyaratan untuk air minum.


Komposisi air laut dan air tawar adalah sebagai diungkapkan dalam Tabel 1.1.
berikut ini.

Tabel 1.1. Komposisi Beberapa Parameter Kimia Air


Jenis Ion
Na
K
Ca
Mg
Cl
SO4
CO3
Jumlah
Sumber:

Air Tawar
Air tawar
(lunak) mg/l
(sadah) mg/l
16
21
_
16
10
65
_
14
19
41
7
25
12
119
65
300
Deming H.G (1978)

Air laut
mg/l
10700
390
420
1310
19300
2690
73
34900

.
1.5. Pemakaian/penggunaan Air
Sebenarnya kegunaan air sangat luas namun secara garis besar, kegunaan air dapat
digolongkan atas:
a. Sebagai air minum dan kebutuhan sehari hari
b. Sebagai air industri
c. Sebagai air rekreasi
d. Sebagai air pertanian/peternakan
e. Sebagai air perikanan
Kesemua kebutuhan ini masing masing mempunyai kualitas/ karakteristik tertentu.
1) Air minum kebutuhan sehari hari
Air minum harus mempunyai kriteria tertentu terhadap bakteri, kimia, fisika,
biologi, radio aktif yang mana kegunaannya adalah untuk melindungi pemakai dari
pengaruh yang membahayakan. Secara ringkas persyaratan untuk air minum adalah:
jernih, tidak berasa, tidak berwarna, tidak mengandung bakteri patogen, dan tidak
mengandung zat berbahaya/beracun
Dalam perencanaan pengadaan air maka perlu dilakukan perhitungan yang cermat
akan kebutuhan air. Sebenarnya kebutuhan air sangat bervaiasi antara waktu, musim,
kebudayaan, kebiasan dan termasuk juga status sosial. Biasanya makin tinggi status
sosial seseorang makin tinggi pula kebutuhan air perkapitanya.

2) Kebutuhan air untuk industri


Sangat sukar untuk membuat generalisasi tentang kualitas air untuk kebutuhan
industri / pabrik. Dalam banyak hal lebih dari satu kualitas air diperlukan, misalnya
untuk industri makanan diperlukan kualitas air yang sangat tinggi tetapi untuk
mencuci alatalat industri yang mempunyai kualitas rendahpun dapat dipakai.
Didalam beberapa industri, yang mengoperasikan beberapa bagaian pabrik dengan
tekanan tinggi, maka nilai D.O (oksigen terlarutnya) harus nol.
Industriindustri lainnya mempunyai batasanbatasan tertentu pula seperti untuk
industri rayon harus mempunyai turbidity (kekeruhan) tertentu. Untuk industri plastik
mempunyai warna yang rendah dan untuk industri bonbon (kembang gula) harus
mempunyai total disolved solid (TDS) atau total zat padat terlarut yang rendah. Jadi
tidak ada ketentuan yang umum yang dapat dibuat untuk industri, melainkan
mempunyai karakteristik yang berbeda.

3) Kebutuhan air untuk rekreasi


Biasanya air ini digunakan untuk mandi, berenang dan sport air. Oleh karena itu
kriteria yang umum digunakan adalah bebas dari suspensi atau zatzat yang
mengapung (minyak), warna harus jernih, tidak berbau bebas dari zatzat racun atau
bakteri yang phatogen. Umumnya standard air ini lebih mengutamakan segi
keindahannya.
4) Untuk peternakan/pertanian
Umumnya binatangbinatang akan membutuhkan air yang sama dengan manusia,
tetapi dapat juga mempergunakan air yang lebih asin. Jika terjadi perubahan
kandungan mineral air akan menyebabkan kematian bagi ternak. Kandungan garam
yang dapat ditoleransi kepada ternak 15 gram/ltr17 gram/ltr, kandungan nitrat harus
berkisar 100400 mg/l, jika lebih dari angka tersebut akan menyebabkan kematian
bagi ternak, karena dirumput juga mengandung nitrat yang tinggi. Disamping itu air
untuk ternak juga harus bebas dari minyak atau pestisida.

5) Kebutuhan air untuk irigasi


Kebutuhan air yang paling penting

untuk irigasi adalah berkaitan dengan

kandungan garamnya yang terdiri dari:


a. Salinity
Pertumbuhan hasil yang diproduksi dari tanaman akan berkurang bila kandungan
garamnya sedikit. Tetapi ada tumbuhtumbuhan seperti kapas, gandum yang tidak
terpengaruh oleh salinity ini. Tumbuhtumbuhan akan mengalami kesukaran
dalam mendapatkan air didalam air yang mengandung garam terutama disebabkan
oleh kandungan natrium.
b. Boron
Boron adalah racun bagi tumbuhan pada konsentrasi tertentu, kosentrasi boron
juga berpengaruh terhadap jenis tumbuhan dan faktor iklim setempat.
c. Karbonat
Adanya bicarbonat dalam air irigasi cenderung akan menyebabkan natrium
terserap oleh tumbuhan, karena lebih mudah larut. Biasanya kandungan yang
diharapkan dari karbonat tidak boleh lebih dari 100 mg/l. Disamping itu air irigasi
ini harus juga diperhatikan pH nya tidak boleh terlalu rendah dan terlalu tinggi.

6) Kebutuhan air untuk perikanan


Kriteria yang utama bagi perikanan (darat) adalah temperatur dan kandungan garam
dari air tersebut. Tetapi yang paling penting adalah dissolved oxygen (DO) atau
oksigen terlarut, temperatur, pestisida, detergen dan logamlogam berat. Kriteria
kriteria yang diberikan bukan hanya untuk mencegah matinya ikan, tetapi juga
mencegah pemindahan virus, logam logam berat, pestisida yang terakumulasi dalam
tubuh ikan.
1.6. Pengotoran Air
Air sebagaimana telah kita ketahui terdapat dalam berbagai sumber yang
mengandung impuritis (pengotoran). Air baku ini tidak dapat dipakai begitu saja, kecuali

setelah dilakukan pengolahan lebih dahulu. Tujuan dari pengolahan air secara umum adalah
untuk menghilangkan impuritis yang menyebabkan kesukaran kesukaran (bahaya) dan hal
hal yang membuat air tidak aman, semua impurities yang berbahaya sebenarnya tidak perlu
dihilangkan seluruhnya, tetapi harus dikurangi sedemikian rupa sehingga air tersebut sesuai
untuk keperluan yang diinginkan. Oleh karena itu pengolahan yang dilakukan tergantung
kepada keadaan awal kualitas air tersebut dan derajat kemurnian yang ingin dicapai. Pada
Tabel 1.2 ditunjukkan klasifikasi pengotoran pada air alam.

Tabel 1.2. Impurities (Pengotoran) yang terdapat dalam air


Golongan
A. Mineral (inorganik)
a. suspensi
b. Zat terlarut

B. Organik
1. Suspensi
a. Tumbuhan
b. Binatang

Penyebab

Pengotoran

- Partikel pasir, tanah liat,


lumpur, dll
- Garam carbonat, sulfat
- Ca & Mg, Chlorida
- Na carbonat, bicarbonat
- NaCl, NaF 1,5 ppm
- Fe2O3, Mn

Kekeruhan

Daun busuk, ganggang,


jamur dsb
Bangkai, bulu, serangga,
kulit, sisik dan lain - lain

Keasaman, warna hijau, coklat, dan


rasa
Bakteri patogen

Kesadahan / alkalinitas
Korosi pada boiler
Alkalinitas dan softener (kelunakan)
Asin, noda pada gigi
Warna merah, rasa dan kesadahan

2. Terlarut
a. Tumbuhan

Albuminoid,
amoniak,
dan klorida
b. Binatang
Albumin, amoniak, dan Menghasilkan
klorida
polusi, dll.
Sumber: G. Singh, 1982, Water Supply and Sanitary Engineering

bakteri,

penyakit,

ANALISIS DAN PEMBAHASAN POLUTAN AIR


Air merupakan senyawa kimia yang terdiri dari atom H dan O. Sebuah molekul air
terdiri dari satu atom O yang berikatan kovalen dengan dua atom H. Molekul yang satu
dengan molekul molekul yang lainnya bergabung dengan satu ikatan hydrogen antara atom
H dengan atom O dari molekul air yang lain. Adanya ikatan hydrogen inilah yang
menyebabkan air mempunyai sifat sifat yang khas, yaitu :.

1. Pelarut yang baik


2. Konstanta dielektrik paling tinggi diantara cairan murni lainnya.
3. Tegangan permukaan lebih tinggi daripada cairan lainnya.
4. Transparan terhadap cahaya tampak dan sinar yang mempunyai panjang gelombang lebih
besar dari sinar Ultraviolet
5. Bobot jenis tertinggi dalam bentuk cairan ( fasa cair ) pada 4 oC
6. Panas penguapan lebih tinggi dari material lainnya
7. Kapasitas kalor lebih tinggi dibandingkan dengan cairan lain kecuali ammonia.
8. Panas laten dan peleburan lebih tinggi daripada cairan lain kecuali amonia
Rumus kimia air dalam lingkungan laboratorium adalah H2O. Tetapi kenyataannya di
alam, rumus tersebut menjadi H2O + X, dimana X berbentuk karakteristika bilogik (bersifat
hidup) ataupun berbentuk karakteristika non biologik (bersifat mati). Berbagai macam
pengotor utama yang ada dalam air yang akan diolah sebelum digunakan dalam industri
dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Kekeruhan dan Warna
Kekeruhan adalah Ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk
mengukur keadaan air baku dengan skala NTU (nephelo metrix turbidity unit) atau JTU
(jackson turbidity unit) atau FTU (formazin turbidity unit), kekeruhan ini disebabkan oleh
adanya benda tercampur atau benda koloid di dalam air. Hal ini membuat perbedaan nyata
dari segi estetika maupun dari segi kualitas air itu sendiri. Partikel partikel koloid umumya
berasal dari kwarsa (pasir), tanah liat, sisa tanaman, ganggang, zat organik dan lain-lain
Zat organik adalah zat yang pada umumnya merupakan bagian dari binatang atau
tumbuh tumbuhan dengan komponen utamanya adalah karbon, protein, dan lemak lipid. Zat
organik ini mudah sekali mengalami pembusukan oleh bakteri dengan menggunakan oksigen
terlarut.
Warna didalam air terbagi menjadi dua (2) yaitu :
1. Warna sejati (true color)
Warna yang yang berasal dari penguraian zat organik alami yaitu zat humus (asam
humus dan asam flufik), lignin, dimana merupakan sekelompok senyawa yang mempunyai
sifat-sifat yang mirip. Senyawa ini menyebabkan warna didalam air yang sukar dihilangkan
terutama jika konsentrasinya tinggi dan memerlukan pengolahan dengan kondisi operasional
yang khusus/berbeda dengan penghilangan warna semu.
Karakteristik warna sejati pada air adalah:
1. Air berwarna kuning terang sampai coklat-merah
2. Air relatif jernih.
3. pH air relatif rendah , dibawah 6 (rata-rata 3 5) oleh karena itu air dengan pH < 4,5 tidak
mengandung alkalinitas.
Sifat-sifat zat humus yang terutama dan penting dalam pegolahan air dapat dilihat
sebagai berikut:
1. Berat molekul adalah 800 50.000
2. Ukuran partikel 90% kurang dari 10 nm, partikel koloid.
3. Partikel warna terdiri dari zat humus yang secara dominan berukuran negatif

10

4. Sifat-sifat seperti ukuran partikel yang kecil dan mengandung muatan negatif yang kuat
menentukan mekanisme penghilangan warna yang secara keseluruhan berbeda dari
penghilangan kekeruhan.
Karakteristik air berwarna dan sifat-sifat zat humus menyebabkan air berwarna jenis
ini sukar untuk diolah.
2. Warna semu
Warna semu adalah warna yang disebabkan oleh :
1. Partikel partikel penyebab kekeruhan (tanah, pasir dll.)
Zat ini lebih mudah dihilangkan dibandingkan dengan penyebab warna lainnya,
biasanya didalam air jika zat ini berbentuk koloid biasanya dihilangkan dengan proses
koagulasi flokulasi.
2. Partikel/dispersi halus besi dan mangan
Zat-zat ini pada konsentrasi yang sangat rendah, tidak dapat diterima didalam
penyediaan air untuk perumahan maupun industri. Sedikit besi dan mangan dapat
menyebabkan warna kecoklatan dalam air yang diproduksi.
3. Partikel-partikel mikroorganisme (algae/lumut)
Warna didalam air yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti algae pembentuk
warna (seperti blue green algae), biasanya agak sukar dihilangkan oleh proses koagulasi
flokulasi tanpa proses pendahuluan seperti menggunakan klor/senyawa klor ( Preklorinasi).
4. Warna yang berasal dari pemakaian zat warna oleh industri (tekstil, pengrajin batik, pabrik
kertas, dll.), seperti bahan pencelup, cat, pewarna makanan dll.
Hampir semua zat warna bersifat racun karena zat warna tersusun dari unsur/senyawa
kimia yang berbahaya bagi tubuh manusia. Zat warna tersusun dari Chromogen dan
Auxocrome.
b. Mikroba
Dalam air baik yang kita anggap jernih, sampai terhadap air yang keadaannya sudah
kotor atau tercemar, di dalamnya akan terkandung sejumlah ke-hidupan, yaitu :
a) Pada air yang kita anggap jernih. misal yang berasal dari sumur biasa, sumur
pompa, sumber mata-air dan sebagai-nya, di dalamnya terdiri dari bakteri, yaitu :
Kelompok bakteri besi ( misal Crenothrix dan Sphaerotilus ) yang mampu mengoksidasi
senyawa ferro menjadi ferri. Akibat kehadirannya, air sering berubah warna kalau
disimpan lama yaitu warna kehitam-hitaman, kecoklat-coklatan, dan sebagainya.
Kelompok bakteri belerang ( antara lain Chromatium dan Thiobacillus ) yang mampu
mereduksi senyawa sulfat menjadi H2S. Akibatnya kalau air disimpan lama akan
tercium bau busuk seperti bau telur busuk.
Kelompok mikroalge (misal yang termasuk mikroalge hijau, biru dan kersik), sehingga
kalau air disimpan lama di dalamnya akan nampak jasad-jasad yang berwarna hijau,
biru atau pun kekuning-kuningan, tergantung kepada dominasi jasad-jasad tersebut
serta lingkungan yang mempengaruhinya.
Kehadiran kelompok bakteri dan mikroalge tersebut di dalam air, dapat menyebabkan
terjadinya penurunan turbiditas dan hambatan aliran, karena kelompok bakteri besi dan belerang dapat membentuk serat atau lendir. Akibat lainnya adalah terjadinya proses korosi

11

(pengkaratan) terhadap benda-benda logam yang berada di dalamnya, menjadi bau, berubah
warna, dan sebagainya.
b) Pada air yang kotor atau sudah tercemar, misal air selokan, air sungai atau air
buangan, di dalamnya akan di dapati kelompok bakteri seperti pada air yang masih jernih,
ditambah dengan kelompok lainnya, antara lain :
Kelompok patogen (penyebab penyakit) misal penyebab penyakit tifus, paratifus, kolera,
disentri dan sebagainya.
Kelompok penghasil racun, misal yang sering terjadi pada kasus keracunan bahanmakanan (daging, ikan, sayuran, dan sebagainya), ataupun jenis-jenis keracunan
lainnya yang sering terjadi di daerah pemukiman yang kurang/tidak sehat.
Kelompok bakteri pencemar, misal bakteri golongan Coli, yang kehadirannya di dalam
badan air dikategori-kan bahwa air tersebut terkena pencemar-fekal (kotoran
manusia), karena bakteri Coli berasal dari tinja/kotoran, khususnya manusia. Coli
termasuk golongan Enterobactericeae. Enterobactericeae merupakan kelompok
bakteri yang bersifat gram negative, aerob dan fakultatif anaerob, tidak berspora dan
berbentuk batang, memfermentasi glukosa, mereduksi nitrat, oksidase negative serta
tahan dalam garam empedu. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah genus
Salmonella, Shigella, Yersinia, Proteus, Erwinia, Serratia dan Escherichia.
Escherichia Coli adalah Spesies bakteri penghuni normal dalam saluran pencernaan
manusia dan hewan. Bakteri ini berbentuk batang, gram negative, bersifat anaerobik
fakultatif dan mempunyai flagella peritrikat. Bakteri ini dibedakan atas sifat
serologinya berdasar antigen O (somatik), K (kapsul), dan H (flagella).
Kelompok bakteri pengguna, yaitu kelompok lain dari bakteri yang mampu untuk
mengurai senyawa-senyawa tertentu di dalam badan air. Dikenal kemudian adanya
kelompok bakteri pengguna residu pestisida, pengguna residu minyak bumi,
pengguna residu deterjen, dan sebagainya.
Pengaruh kehadiran jasad hidup terhadap kualitas air akan menyebabkan;
Rasa dan bau yang tidak sedap, disebabkan oleh bakteri dan mikroalge.
Air menjadi berlendir dan berwarna merah disebabkan oleh bakteri besi.
Bau yang tidak sedap sehingga dari segi estetika air tidak diterima untuk diminum
disebabkan antara lain oleh cacing.
c. BOD dan COD
Biological Oxygen Demand (BOD) atau Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) adalah
suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses-proses mikrobiologis
yang benar-benar terjadi di dalam air. Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan
oleh bakteri untuk menguraikan (mengoksidasikan) hampir semua zat organis yang terlarut
dan sebagian zat-zat organis yang tersuspensi dalam air.
Chemical Oxygen Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) adalah
jumlah oksigen ( mg O2 ) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat zat organis yang ada
dalam 1 L sampel air.
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat zat organis yang
secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mokrobiologis, dan mengakibatkan
berkurangnya oksigen terlarut di dalam air. Oksigen terlarut adalah banyaknya oksigen yang

12

terkandung didalam air dan diukur dalam satuan ppm. Oksigen yang terlarut ini
dipergunakan sebagai tanda derajat pengotor air baku. Semakin besar oksigen yang terlarut,
maka menunjukkan derajat pengotoran yang relatif kecil.
d. Logam berat dan metalloid
Sedikitnya terdapat 80 jenis dari 109 unsur kimia di muka bumi ini yang telah
teridentifikasi sebagai jenis logam berat. Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat
ini dapat dibagi dalam dua jenis. Jenis pertama adalah logam berat esensial, di mana
keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam
jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah Zn,
Cu, Fe, Co, Mn dan lain sebagainya. Sedangkan jenis kedua adalah logam berat tidak
esensial atau beracun, di mana keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui
manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain.
USEPA (U.S. Environmental Agency) mendata ada 13 unsur logam berat yang
merupakan unsur utama polusi yang berbahaya. Seperti halnya sumber-sumber polusi
lingkungan lainnya, logam berat tersebut dapat ditransfer dalam jangkauan yang sangat jauh
di lingkungan, selanjutnya berpotensi mengganggu kehidupan biota lingkungan dan akhirnya
berpengaruh terhadap kesehatan manusia walaupun dalam jangka waktu yang lama dan jauh
dari sumber polusi utamanya.
Secara umum diketahui bahwa logam berat merupakan elemen yang berbahaya di
permukaan bumi. Masuknya logam berat ke lingkungan berasal dari sumber-sumber lainnya
yang meliputi; pertambangan minyak, emas, dan batubara, pembangkit tenaga listrik,
peptisida, keramik, peleburan logam, pabrik-pabrik pupuk dan kegiatan-kegiatan industri
lainnya. Kontaminasi ini akan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya usaha
eksploitasi berbagai sumber alam di mana logam berat terkandung di dalamnya. Unsur unsur yang terdapat pada garis batas antara logam dan bukan logam yaitu metalloid, misalnya
Arsen (As).
e. Pengotor lainnya.
Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila
dicampur dengan sabun. Pada air berkesadahan rendah, air akan dapat membentuk busa
apabila dicampur dengan sabun, sedangkan pada air berkesadahan tinggi tidak akan terbentuk
busa. Disamping itu, kesadahan juga merupakan petunjuk yang penting dalam hubungannya
dengan usaha untuk memanipulasi nilai pH.
Alkaliniti adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan
nilai pH larutan. Sama halnya dengan larutan bufer, alkaliniti merupakan pertahanan air
terhadap pengasaman. Alkaliniti adalah hasil reaksi-reaksi terpisah dalam larutan hingga
merupakan sebuah analisa makro yang menggabungkan beberapa reaksi. Alkaliniti dalam
air disebabkan oleh ion-ion karbonat (CO32- ), bikarbonat (HCO3- ), hidroksida (OH-) dan
juga borat (BO33-), fosfat (PO43-), silikat dan sebagainya.
Dalam air alam alkaliniti sebagian besar disebabkan oleh adanya bikarbonat, dan
sisanya oleh karbonat dan hidroksida. Pada keadaan tertentu (siang hari) adanya ganggang
dan lumut dalam air menyebabkan turunnya kadar karbon dioksida dan bikarbonat. Dalam
keadaan seperti ini kadar karbonat dan hidroksida naik, dan menyebabkan pH larutan naik.

13

Surfaktan (zat aktif permukaan/Surface Active Agent) atau Tensides adalah porsi
hidrokarbon dari suatu molekul yang mengandung 12 atom karbon atau lebih yang
mempunyai gugus hidrofobik (satu rantai hidrokarbon atau lebih) dan suatu ujung gugus
hidrofilik (umumnya ionik) yang menyebabkan turunnya tegangan permukaan fluida (spec.
Air) dengan mematahkan ikatan ikatan hidrogen pada permukaan yaitu dengan menaruh
ujung kepala kepala hidrofiliknya pada permukaan air dengan ekor ekor hidrofobiknya
terentang menjauhi permukaan air
Sabun adalah suatu gliserida (umumnya C16 dan C18 atau karboksilat suku rendah)
yang merupakan hasil reaksi antara ester (suatu derivat asam alkanoat yaitu reaksi antara
asam karboksilat dengan alkanol yang merupakan senyawa aromatik dan bermuatan netral)
dengan hidroksil dengan residu gliserol (1.2.3 propanatriol). Apabila gliserol bereaksi
dengan asam asam yang jenuh (suatu olefin atau polyunsaturat) maka akan terbentuk lipida
(trigliserida atau triasilgliserol).
Detergen adalah Surfaktant anionik dengan gugus alkil (umumnya C9 C15) atau
garam dari sulfonat atau sulfat berantai panjang dari Natrium (RSO3- Na+ dan ROSO3- Na+)
yang berasal dari derivat minyak nabati atau minyak bumi (fraksi parafin dan olefin).
Lemak/minyak merupakan asam karboksilat/asam alkanoat jenuh alifatis (tidak
terdapat ikatan rangkap C=C dalam rantai alkilnya, rantai lurus, panjang tak bercabang)
dengan gugus utama COOH dalam bentuk ester/ gliserida yaitu sesuatu jenis asam lemak
atau beberapa jenis asam lemak dengan gliserol suku tinggi.

1.7. Tujuan Pengolahan Air


Tujuan Pengolahan Air adalah untuk:
a. Untuk menghilangkan warna, gasgas terlarut dan kegelapan warna air
b. Untuk menghilangkan rasa yang tidak enak dan bau dari air
c. Untuk membunuh bakteri yang berbahaya
d. Untuk menghilangkan sifat racun dan korosi dari air terutama berkaitan dengan
perpipaan
e. Untuk membuat air aman diminum dan dapat dipakai untuk keperluan bebagai
industri

1.8. Perencanaan Pengadaan Air


Hal yang terpenting pada jaringan air adalah memilih sumber air yang permanen,
terpercaya dan mengandung impuritis yang minim. Ada dua jenis sumber air yang paling

14

umum digunakan yakni air permukaan ( danau, sungai, bendungan dan mata air) dan air
tanah (sumur bor dan infiltration gallery)
Setelah pemilihan sumber air, langkah berikutnya adalah membangun bangunan
penyadap air (water intake) yakni pengumpulan air dan membawanya ke tempat pengolahan
air. Teknologi yang digunakan untuk pengolahan air sangat tergantung akan kualitas sumber
air dan kualitas air yang ingin diperoleh. Air permukaan umumnya mengandung zat
tersuspensi, koloid dan zat-zat terlarut, sedangkan air tanah relatif lebih jernih, dingin dan
sedikit mengandung bakteri namun mengandung kesadahan, zat besi dan mangan yang lebih
tinggi. Air permukaan membutuhkan bahan kimia untuk pengolahannya seperti pada proses
koagulasi/flokulasi dan sedimentasi yang diikuti dengan proses penyaringan, sedangkan air
tanah memerlukan proses pengolahan zat besi dan mangan serta kesadahan yang tinggi
tersebut. Selain itu proses lainnya adalah aerasi, klorinasi dan pemakaian karbon aktif untuk
menghilangkan warna, bau dan bakteri. Air yang telah diolah selanjutnya perlu disimpan
dalam tangki besar guna didistribusikan kepada pelanggan pemakai air.

1.9. Proses Pengolahan Air


Air dari bendungan atau waduk (danau) biasanya mempunyai kualitas yang cukup
baik karena pada waduk (danau) partikel dan kotoran sudah terendapkan di dasar waduk,
secara umum teknologi yang biasa dipakai untuk proses pengolahan air adalah seperti tertera
pada Tabel 1. 3

Tabel 1.3. Proses proses Pengolahan Air


Proses
Kegunaan
1. Pengolah pendahuluan
a. Pemilahan (Screening )

Menghilangkan sampah atau benda kasar yang

15

dapat menyebabkan kerusakan peralatan


b.Praolah kimia
(Chemical pretreatment)

Penambahan bahan kimia untuk pencegahan /


penghilangan ganggang dan gangguan akuatik
lainnya yang menyebabkan bau, rasa, warna

c. Presedimentasi

Menghilangkan kerikil, pasir, lumpur, dan


sampah halus yang dapat merusak dan
menyumbat peralatan

d. Microstraining

Menghilangkan ganggang, tumbuhan air yang


dapat
mengganggu
proses
pengolahan
selanjutnya

2. Pengukuran laju aliran

Mengukur jumlah air yang akan diolah

3. Proses utama
a. Aerasi

Menghilangkan bau dan gas terlarut,


menghilangkan besi, mangan, dan menambah
oksigen terlarut pada air sehingga air terasa
lebih segar

b. Keagulasi / Flokulasi

Mengubah partikel yang sukar mengendap


menjadi mudah mengendap

c. Filtrasi (Penyaringan)

Menghilangkan partikel halus, suspensi flok,


dan mikroorganisme

d. Adsorpsi

Menghilangkan zat organik terlarut dan warna

e. Stabilisasi

Mencegah perkaratan dan perkerakan

f. Fluoridasi

Menambah garam fluorida untuk mencegah


kerusakan gigi.

g. Disinfeksi

Membunuh bakteri patogen

Sumber: AWWA, 1990


Suatu sistem pegolahan air biasanya dimulai dengan pengolahan pendahuluan (preliminary
treatment) yang

terdiri dari pemilahan, presedimentasi dan mikro straining. Hal ini

16

dimaksudkan untuk menghilangkan material-material yang dapat menyumbat atau merusak


peralatan atau mengganggu proses pengolahan selanjutnya, sedangkan praolah kimia
(penambahan bahan kimia) pada pengolahan biasanya dilakukan untuk menghambat
pertumbuhan, ganggang (algae) yakni dengan penambahan CuSO4.
Pengukuran laju alir harus dilakukan pada tempat dimana air akan memasuki sistim
pengolahan. Pengukuran ini memberikan gambaran mengenai jumlah air yang akan diolah
sehingga memudahkan dalam penentuan dosis bahan kimia yang dipakai.
Aerasi, pencampuran udara dengan air digunakan pada suatu sistem pengolahan air dan
sering ditempatkan pada urutan pertama yang bertujuan untuk menghilangkan gas-gas
terlarut, menghilangkan senyawa besi dan mangan, serta menambah kesegaran rasa air.
Koagulasi/flokulasi adalah proses kimia yang dirancang untuk mengubah partikel yang
halus, ringan dan tidak dapat mengendap menjadi partikel yang lebih berat dan besar dan
mudah mengendap. Proses ini harus dilakukan sebelum proses sedimentasi.
Sendimentasi bertujuan sebagai tangki untuk mengendapkan flok-flok yang terbentuk agar
beban penyaringan lebih ringan, pada proses sendimentasi ini laju aliran diperlambat agar
suspensi-suspensinya mengendap secara gravitasi.
Pelunakan (softening), beberapa jenis air mengandung kesadahan yang tinggi yakni
kandungan kalsium dan magnesium. Walaupun kesadahan ini tidak memberikan efek
kesehatan bagi manusia, namun menimbulkan kerak pada pipa-pipa pemanas dan ketel-ketel
serta menyebabkan tingginya konsumsi sabun pada pencucian. Proses untuk menurunkan
kesadahan air ini disebut softening (pelunakan).
Penyaringan, beberapa partikel yang sangat halus termasuk bakteri-bakteri berbahaya masih
terdapat dalam bentuk suspensi (sesudah proses sedimentasi), untuk ini diperlukan proses
penyaringan (filtrasi) yang berfungsi untuk memoles (membersihkan suspensi-suspensi tadi)
yang masih tertinggal.
Adsorpsi, walaupun filtrasi sangat efektif untuk menghilangkan partikel halus, tetapi tidak
dapat menghilangkan zat-zat organik terlarut yang jika terdapat dalam air akan menyebabkan
rasa, warna dan bau. Untuk itu sesudah proses penyaringan maka dilakukan proses adsorpsi.

17

Stabilisasi dilakukan dengan cara penambahan bahan-bahan kimia untuk menghindari


terjadinya perkaratan dan perkerakan pada pipa-pipa dan ketel.
Flouridasi adalah penambahan sedikit garam flourida untuk memperkuat email gigi dan
mencegah kerapuhan gigi.
Disinfektan adalah proses untuk membunuh organisme penyebab penyakit (bakteri patogen),
biasanya dilakukan dengan penambahan gas klorin. Walaupun pada proses sedimentasi dan
filtrasi sebagian organisme telah dihilangkan, tetapi belum menghilangkan seluruhnya,
sehingga perlu dilakukan proses desinfektan ini.
Berikut ini dalam Gambar 1.2 diberikan ilustrasi proses-proses pengolahan air secara umum.

18

Air
ba
kur

r
Aerasi

Sedimentasi

Stabilisasi

Penyaringan

Pelunakan

Adsorpsi

Fluoridasi

Air bersih
Ke
Pelanggan

Sumber AWWA, 1990


Gambar 1.2. Diagram Proses Pengolahan Air Secara Umum

19

1.10. Target Kualitas Air


Sebelum melakukan proses pengolahan air , terlebih dahulu hendaknya diketahui
target kualitas air yang diinginkan seperti kualitas air untuk minum, untuk Industri dan
sebagainya. Berikut ini pada Tabel 1,4, 1.5 dan 1.6 dikemukakan persyaratan air-air tersebut.
Tabel 1.4. Kualitas Air Minum menurut Kep Men Kes R.I
No.

Unsur

Satuan

Syarat Air Minum


Minimum yang
diperbolehkan

Maksimum yang
dianjurkan

Maksimum yang
diperbolehkan

50

25

500

9,2

FISIKA

1
2
3
4
5

Suhu Udara/air
Warna
Bau
Rasa
Kekeruhan

C
Unit Pt Co

Skala
silika

KIMIA

6
8
9
10
11
12
13
14
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

PH
Zat padat Total
Zat organik (sbg
KMnO4)
Karbon
dioksida
agresif
Kesadahan Total
Kalsium (Sbg Ca)
Magnesium(
Besi (total) ( Fe)
Mangan (Sbg Mn)
Tembaga (Sbg Cu)
Zincum (Sbg Zn)
Klorida (sbg Cl)
Sulfat (Sbg SO4)
Sulfida (Sbg H2S)
Fluorida (Sbg F)
Amonia (Sbg NH3)
Nitrat (Sbg NO3)
Nitrit (Sbg NO2)

6,5

10
Sbg CO2
0

D
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l

5
75
30
0,1
0,05
0,08
1,0
200
200
1,0

20

10
200
150
1,5
0,5
1,5
15
600
400
0,0
2,0
0,0
20,0
0,0

24
25
26
27
28
29
30
31

Fenolik (Sbg Fenol)


Arsen (Sbg As)
Timbal (Sbg Pb)
Selenium (Sbg Se)
Khromium (Sbg Cr)
Sianida (Sbg CN)
Kadmium (Sbg Cd)
Air Raksa (sbg Hg)

mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l

0,002
0,05
0,10
0,01
0,05
0,05
0,01
0,01

Tabel 1. Contoh Syarat Air Pendingin


No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Parameter

Nilai Batas

Konduktivitas, mmhos/cm
Turbiditas, ppm
SS,ppm
TH (ppm sebagai CaCO3)
Total iron (ppm sebagai Fe)
Klorin Residual (ppm sebagai Cl2)
Silikat (ppm sebagai SiO2)
Total Chromat (ppm sebagai C2O4)
pH

<1000
<10
<10
<100
<1,0
0,5-1,0
<150
1,5-2,5
6,5-7,5

Tabel 2. Persyaratan Air Ketel pada Berbagai Tekanan Kerja


Tekanan Ketel
(psig)
0-300
301-450
451-600
601-750
751-900
901-1000
1001-1500
1501-2000
Diatas 2000

Padatan Total
(ppm)
3500
3000
2500
2000
1500
1250
1000
750
500

Alkalinitas
(ppm)
700
600
500
400
300
250
200
450
100

21

Padatan
Tersuspensi
300
250
150
100
60
40
20
10
5

Silika*
(ppm)
125
90
50
35
20
8
2,5
1,0
0,5

1.11. Perencanaan Pengadaan Air

Hal terpenting untuk mempersiapkan jaringan air minum adalah pemilihan sumber
air. Sumber air tersebut haruslah permanen dapat diandalkan dan harus memberikan air
dengan pengotoran yang minimum. Sumber air permukaan adalah danau, sungai, bendungan
dan mata air sedangkan sumber-sumber air tanah adalah sumur, mata air, dan air infiltrasi.
Langkah berikutnya adalah membangun penyadap air (intake) untuk mengumpulkan air
dan membawanya ke instalasi pengolahan air. Proses pengolahan air tergantung pada sumber
air dan jumlahnya, sifat kotorannya dan lain-lain. Kotoran air umumnya terdiri dari bahanbahan tersuspensi, bahan-bahan terlarut dan bahan-bahan yang bersifat koloid. Air dari
sumur bor biasanya jernih, dingin dan bebas dari bakteri, tetapi pengolahannya diperkirakan
memerlukan penghilangan kesadahan, besi dan mangan. Air permukaan memerlukan bahan
kimia untuk proses koagulasi, flokulasi dan sedimentasi dan akhirnya memerlukan
penyaringan melalui saringan pasir. Proses-proses aerasi, klorinasi atau karbon aktif
digunakan untuk menghilangkan rasa dan bau. Klorinasi juga penting untuk melakukan
desinfeksi, untuk mencegah sakit gigi kadang kadang digunakan florida sedangkan untuk
mencegah perkaratan dilakukan netralisasi dengan cara mengatur nilai pH air.
Air dibawa melalui pipa dari sumbernya ke instalasi pengolahan air dan dari instalasi
pengolahan air ke sistem distribusi. Air yang sudah diolah disimpan dalam resevoir air bersih
yang kemudian didistribusikan melalui sisitem perpipaan. Untuk daerah-daerah yang lebih
rendah air akan mengalir langsung melalui gaya gravitasi, tetapi untuk wilayah yang tinggi
harus dibuat suatu tangki atau pompa untuk mengalirkannya. Sistem distribusi terdiri dari
saluran pipa arteri yang besar, saluran pipa distributor, sub distributor dan perlengkapannya
seperti klep, meteran dan hydran.
Diagram pengadaan air dengan berbagai proses ditunjukan di dalam Gambar 1.3 dan
beberapa ilustrasi alternatif pengolahan air ditunjukkan pada Gambar 1.4

22

REKAYASA PENGADAAN AIR


Sumber Air
permukaan
Sungai

danau

Air tanah
bendungan

Mata air

Penyadapan
air

Sumur
pipa

Infiltrasi

Sumur
mata air

Sumur

Sumur galian

Sumur
Infiltrasi

PENGOLAHAN

Sedimentasi
sederhana

Sedimentasi
cara kimia

Filtrasi

Disinfeksi

Pengolahan
Lain-lain

Pipa Distribusi

Sistem Gravitasi

Sistem Pompa

istem Kombinasi

Pipa Distribusi.
Konsumen

Air limbah

Gambar 1-3 Diagram Perencanaan Pengadaan Air

23

Rekayasa Sanitasi

Alternatif 1

sedimentsi
Filtrasii

Screener
Flash mixing

disinfeksi
SLUDGE

reservoir

Distribusi

Alternatif 2
Filtrasi

disinfeksi

sedimentasi
Intake

Reservoir

Screener

Distribusi

24

Alternatif 3

Filtrasi

disinfeksi

Intake

Air Bersih
Screener

Distribusi

Alternatif 4
Disinfeksi

Filtrasi
Air bersih

LUMPUR

Sungai bersih

distribusi

25

Alternatif 5
Disinfeksi

Aerasi

Air bersih

SUMUR BOR

distribusi

Alternatif 6

Filtrasi

Aerasi

Disinfeksi

SUMUR BOR

Air bersih

26

Alternatif 7
Disinfeksi

Filtrasi

Air bersih

Danau /
waduk

distribusi

Alternatif 8
Disinfeksi

Air bersih

Danau /
waduk

Gambar 1.4. Beberapa Alternatif Pengolahan Air

27

1.12. Investigasi pendahuluan untuk pengadaan air

Sebelum proyek pengadaan air dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan suatu


perencanaan berdasarkan beberapa sudut pandang berbeda, suatu perencanaan air bagi
sebuah kota ditetapkana atas beberapa tahap karena perencanaan ini biasanya mahal. Hal-hal
yang harus diperhatikan di dalam perencanaan pengadaan air untuk umum adalah sebagai
berikut:
1. Sumber air, sebagaimana diungkapkan diatas tadi sumber air haruslah permanen,
mencukupi di dalam setiap musim, mempunyai kualitas yang relatif baik.
2. Populasi, data dari sensus kependudukan harus dipunyai sehingga perencanaan untuk
memenuhi kebutuhan penduduk dapat terpenuhi selama 30 atau 40 tahun, biasanya
kebutuhan air adalah jumlah populasi sekarang ditambah dengan 50% untuk
pertumbuhan penduduk dimasa datang. Persediaan juga dibuat untuk pemadam
kebakaran, industri, pelayanan umum dan juga kebocoran ataupun pencurian air.
3. Aspek keuangan, pada keadaan awal dari perencanaan ketersediaan dana untuk
perencanaan pengadaan air tersebut harus tersedia, sebaiknya perencanaan itu diatur
sehingga dana yang diperlukan harus seekonomis mungkin.
4. Kebutuhan air perorang, kebutuhan air tergantung pada berbagai keperluan seperti
kebutuhan domestik, indutri dan lain-lain. Kebutuhan air perorang harus ditetapkan
dengan terlebih dahulu mempertimbangkan kebutuhan masyarakat setempat, sebagai
contoh pada saat ini kebutuhan untuk kota kecil berkisar antara 100 hingga 150
liter/orang/hari. Sedangkan untuk kota besar kebutuhan air berkisar antara 150 hingga
200 liter/orang/hari.
5. Kualitas air, kualitas air yang dihasilkan haruslah memenuhi standar kualitas air
untuk air minum yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui departmen kesehatan.
6. Survai sanitasi terhadap wilayah setempat, survai terhadap wilayah yang akan
diberikan air harus di teliti dengan hati-hati terutama terhadap sumber airnya.

28

7. Topografi dari wilayah tersebut, wilayah yang akan dipasok oleh air harus dipetakan
dengan hati-hati dan harus dip Suplyelajari terhadap bentang areal kepadatan populasi
dan lain-lain.
8. Trend

pengembangan

kota,

perkembangan

wilayah

setempat

diketahui

kecendrungannya, hal ini akan berkaitan ukuran pipa yang akan digunakan di wilayah
tersebut mengingat perkembagan di masa depan.

1.
2.
2.
3.

Daftar Pustaka
Deming H.G (1978) Water The Fountain og Opportunity, Oxford
http://hydrospatial.wordpress.com/2010/04/28/seputar-hidrologi/
Singh Gurcharan, 1985
AWWA, 1990, Water

29

University Press

BAB II.
SENYAWA KIMIA DALAM AIR DAN STANDARNYA

Air sangat dibutuhkan oleh semua makhluk di dunia, khususnya sebagai


air minum. Namun air dapat juga merupakan gangguan kesehatan terhadap
sipemakai. Ini disebabkan karena:
1. Adanya kemampuan dari air untuk melarutkan bahan-bahan padat,
mengaborbsi gas-gas dan bahan cair lainnya, menyebabkan semua air alam
mengandung mineral dan zat-zat lain dalam larutan yang berasal dari udara,
tanah dan bukit-bukit yang dilaluinya. Kandungan bahan atau zat-zat ini
dalam air dalam konsentrasi tertentu dapat menimbulkan efek gangguan
kesehatan pada sipemakai.
2. Air sebagai faktor utama dalam penularan berbagai penyakit infeksi usus
seperti typus, paratypus, dysentri, baccilair dan kolera yang disebabkan oleh
bakteri tertentu. Manusia sangat membutuhkan air minum, dan dengan
memperhatikan adanya efek gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh
air tersebut , maka ditetapkanlah standar kualitas air minum.

Standar kualitas air minum yang ditetapkan oleh Dep. Kes. RI


sebagaimana juga yang ditetapkan oleh U.S Public Healt Service, mencakup
empat kelompok persyaratan, yakni: fisik, kimia, bakteriologis, dan radioaktifitas.
Sesuai dengan pertimbangan pada penetapan standar kualitas air minum
tersebut, pengolalaan (treatment) terhadap air yang akan digunakan oleh manusia
sebagai air minum harus berpedoman juga kepada

standar kualitas tersebut,

terutama di dalam melakukan penilaian terhadap produk air minum yang


dihasilkan, maupun dalam merencanakan sistem dan proses pengolahan yang akan
dilakukan.
Dengan dasar-dasar pengertian tentang pentingnya dan perlunya standar
kualitas air minum dengan tujuan untuk dapat meninjau secara lebih mendalam
mengenai semua sistem yang tercakup dalam standar persyaratan kualitas air
minum tersebut.

2.1. Beberapa Standar Kualitas Air Minum


Standar kualitas air minum bagi negara Indonesia terdapat dalam
Peraturan Menteri Kesehatan R.I No. 01/BIRHUKMAS/I/1975 tentang syaratsyarat dan pengawasan kualitas air minum. Beberapa standar kualitas air
minum yang lain dapat dikemukakan di sini adalah:
1) World Health Organizations European Standards for Drinking Water,
1961.
2) World Health Organizations Internasional Standards for Drinking Water,
1963.
3) Public Health Service Drinking Water Standards, 1962.
4) American Water Work Associations Quality Goals for Potable Water,
1968.
5) Menteri Kesehatan RI Syarat-syarat Kualitas Air Minum, 1975.

Adapun parameter penilaian kualitas air minum yang tercantum pada


berbagai peraturan tentang standar kualitas air minum tersebut di atas
khususnya yang tertera pada Per. Men. Kes. RI No. 01/BIRHUKMAS/I/1975,
yaitu:
a. Pengaruh adanya unsur-unsur tersebut dalam air
b. Sumber/asal unsur-unsur tersebut
c. Beberapa sifat yang perlu diketahui dari unsur tersebut
d. Efek yang ditimbulkan terhadap kesehatan manusia
e. Alasan mengapa unsur tersebut dicantumkan dalam standar kualitas

Sedangkan sebagai pembanding, di bawah ini dikemukan beberapa hal


tentang standar kualitas air minum dari Public Health Service Drinking Water
Standard.

2.2. Tinjauan Tentang Standar Kualitas Fisik Air Minum


Dalam standar persyaratan fisik air minum tampak adanya lima
komponen persyaratan meliputi: suhu, warna, bau, rasa dan zat berbahaya.
Dalam tinjauan berikut ini akan dapat diperoleh pengertian lebih jauh tentang
unsur-unsur tersebut, khususnya dalam hubungannya dengan dicantumkannya
unsur-unsur tersebut dalam standar persyaratan kualitas. Persyaratan tersebut
meliputi :

a. Suhu(Temperatur)
Temperatur air akan mempengaruhi penerimaan (acceptance)
masyarakat terhadap air tersebut dan dapat mempengaruhi pula raksi kimia
dalam pengelolaan, terutama apabila temperatur tersebut sangat tinggi.
Temperatur yang diinginkan adalah sesuai dengan iklim setempat,
kedalaman pipa-pipa saluran air, dan jenis dari sumber air akan
mempengaruhi temperatur ini. Di samping itu, temperatur pada air
mempengaruhi secara langsung toksitas banyak bahan kimia pencemar,
pertumbuhan mikroorganisme dan virus.
Air alam dari sumbernya sebaiknya sama dengan suhu udara pada
saat pengukuran, tetapi pada kebanyakan fakta menunjukkan bahwa suhu
air selalu berbeda dengan suhu air tetap standar membenarkan bahwa
perbedaan yang diperbolehkan adalah 30 C. Artinya kalau suhu udara 33
0C maka suhu air alam yang baik adalah berkisar 300-360 C.
Tidak

semua

standar

persyaratan

kualitas

air

minum

mencantumkan suhu sebagai salah satu unsur standar. Meskipun demikian,


uraian tersebut di atas dapat memberikan gambaran alasan mengapa suhu
dimasukkan sebagai salah satu unsur standar persyaratan, yakni dapat
disimpulkan:
1

Menjaga

penerimaan

masyarakat

terhadap

air

minum

yang

dibutuhkannya
2

Menjaga derajat toksisitas dan kelarutan bahan-bahan polutant yang


mungkin terdapat dalam air, serendah mungkin

Menjaga adanya temperatur air yang sedapat mungkin tidak


menguntungkan bagi pertumbuhan mikroorganisme dan virus dalam
air.
Penyimpangan terhadap standar suhu ini dikuatirkan bahwa

sumber air tersebut melewati atau bersal dari suatu zat penyebab panas
atau dingin

b.

Warna
Banyak air permukaan khususnya yang berasal dari daerah rawa-

rawa, seringkali berwarna dan tanpa dilakukan pengolahan untuk


menghilangkan warna tersebut sehingga tidak dapat diterima oleh
masyarakat baik untuk keperluan rumah tangga maupun untuk keperluan
industri. Bahan-bahan yang menghasilkan warna tersebut dihasilkan dari
kontak antara air dengan reruntuhan organis seperti daun, duri pohon
jarum dan kayu, yang semuanya dalam berbagai tingkat pembusukan (de
composition). Bahan-bahan tersebut berisikan tumbuh-tumbuhan dalam
variasi yang besar. Tannin, asam humus, dan bahan berasal dari humus,
dan bahan dekomposisi lignin, adalah bahan yang memberi warna yang
paling utama. Senyawa besi sebagai bahan berasal dari humus
menghasilkan warna dengan konsentrasi yang tinggi.

juga

Warna yang

disebabkan oleh bahan-bahan yang tersuspensi dikatakan sebagai warna


semu dan yang disebabkan oleh senyawa organik atau tumbuh-tumbuhan
yang merupakan koloid disebut sebagai warna sebenarnya.
Air yang mengandung bahan-bahan pewarna alamiah yang berasal
dari rawa dan hutan, dianggap tidak mempunyai sifat-sifat yang
membahayakan. Meskipun demikian, adanya bahan-bahan tersebut
memberikan warna kuning kecoklatan pada air, yang menjadikan air
tersebut tidak disukai oleh konsumen air. Intensitas warna dalam air ini
diukur dengan satuan unit warna standar yang dihasilkan oleh 1 mg/liter
platina (sebagai K2PtCl6). Standar yang ditetapkan oleh U.S Public Health
Service untuk intensitas warna dalam air minum adalah 20 unit dengan

skala Pt-Co. Standar ini lebih rendah dari WHO maupun standar nasional
dari Indonesia yang besarnya 550 unit. Selain satuan di atas, satuan
warna lainnya adalah hazen.

c. Bau dan Rasa


Seperti halnya pada unsur warna, adanya bau dan rasa pada air
minum akan mengurangi penerimaan masyarakat terhadap air tersebut.
Bau dan rasa biasanya terjadi bersama-sama dan biasanya disebabkan oleh
adanya bahan-bahan organik yang membusuk, tipe-tipe tertentu organisme
mikroskopik, serta senyawaan kimia lainnya seperti fenol. Bahan-bahan
yang menyebabkan bau dan rasa dapat meningkat, bila terhadap air
dilakukan klorinasi. Karena pengukuran rasa dan bau itu tergantung pada
reaksi individual, maka hasil yang dilaporkan adalah tidak mutlak.

d. Kekeruhan
Air dikatakan keruh, apabila air tersebut mengandung begitu
banyak partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna atau
rupa yang berlumpur dan kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan
kekeruhan ini meliputi: tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik yang
tersebar baik dalam bentuk

partikel-partikel kecil yang tersuspensi

lainnya.
Standar yang ditetapkan oleh U.S Public Health Service mengenai
kekeruhan ini adalah batas maksimal 10 ppm dengan skala silikat, tetapi
dalam praktek angka standar ini umumnya tidak memuaskan. Kebanyakan
bangunan pengolahan air yang modern menghasilkan air dengan
kekeruhan
bahwa

1 ppm atau kurang. Menurut Clair K. Sawyer, dkk, dikatakan

kekeruhan

pada

air

merupakan

satu

hal

yang

harus

dipertimbangkan dalam penyediaan air bagi umum, mengingat bahwa


kekeruhan tersebut akan mengurangi segi aesthetika, menyulitkan usaha
dalam penyaringan dan akan mengurangi efektifitas usaha desinfeksi.

Dari tinjauan tentang standar kualitas fisik ini, secara umum dapat
dilihat bahwa:
Terdapatnya suhu, intensitas bau, rasa dan kekeruhan yang melebihi
standar yang ditetapkan, dapat menimbulkan kekhawatiran terkandungnya
bahan-bahan kimia yang dapat mengakibatkan efek toksik terhadap
manusia.

2.3.

Tinjauan Tentang Standar Parameter Kimia Air Minum

Dari daftar standar kualitas air minum dapat dilihat adanya unsur-unsur
yang tercantum dalam standar parameter kimia dari pada air minum. Dalam
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 01/BIRHUKMAS/ I / 1975 tercantum
sebanyak 26 macam unsur standar. Beberapa diantara unsur-unsur tersebut
tidak dikehendaki kehadirannya pada air minum, oleh karena merupakan zat
kimia yang bersifat racun, dapat merusak perpipaan, ataupun karena sebagai
penyebab bau/rasa yang akan menggangu estetika.
Bahan-bahan tersebut adalah: nitrit, sulfida, ammonia, dan CO2
agresip. Beberapa unsur-unsur meskipun dapat bersifat racun, masih dapat
ditolerir kehadirannya dalam air minum asalkan tidak melebihi konsentrasi
yang ditetapkan. Unsur/bahan-bahan tersebut adalah: fenol, arsen, selenium,
chromium valensi 6, cyanida, cadmium, timbal dan air raksa.

a. Derajat Keasaman (pH)


pH adalah merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan
intensitas keadaan asam atau basa sesuatu larutan. Ia merupakan juga satu
cara untuk menyatakan konsentrasi ion H+. Dalam penyediaan air, pH
merupakan satu faktor yang harus dipertimbangkan mengingat bahwa
derajat keasaman air akan sangat mempengaruhi aktifitas pengolahan yang
akan dilakukan, misalnya dalam melakukan koagulasi kimiawi, desinfeksi,
pelunakan air (water softening) dan dalam pencegahan korosi.
Pengaruh

yang

menyangkut

aspek

kesehatan

dari

pada

penyimpangan standar kualitas air minum dalam hal pH ini yakni bahwa

pH yang lebih kecil dari 6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan dapat
menyebabkan korosi pada pipa-pipa air dan dapat menyebabkan beberapa
senyawa kimia berubah menjadi racun yang mengganggu kesehatan.

b. Zat Padat Total (Total Solids)


Bahan padatan (solids) adalah bahan yang tertinggal sebagai residu
pada penguapan dan pengeringan pada suhu 103-105. Dalam analisa air,
dikenal beberapa istilah tentang bahan padat ini. Istilah-istilah itu adalah:
1. Dissolved solids (Padatan terlarut) dan undisolved solids bahan tak
larut
2. Volatile solids (Padatan yang menguap) dan unvolatile solids (bahan
tak menguap)
3. Settleable solids (Padatan yang mengendap) dan unsettleable solids
(padatan tak mengendap)

Dalam air minum, kebanyakan bahan padat terdapat dalam bentuk


terlarut (dissolved) yang terdiri terutama dari garam anorganik dan gas-gas
yang terlarut. Kandungan total solid pada air minum biasanya dalam range
antara 201000 mg/l, dan sebagai satu pedoman, kesadahan air akan
meningkat dengan meningkatnya total solids. Di samping itu, pada semua
bahan cair, jumlah koloid yang tidak terlarut dan bahan yang tersuspensi
akan meningkat sesuai derajat dari pencemaran.
Tingginya atau besarnya angka total solid merupakan bahan
pertimbangan dalam menentukan air untuk penggunaan rumah tangga.
Diharapkan air dengan kandungan total solid kurang dari 500 mg/l dapat
digunakan untuk keperluan tersebut. Mengingat bahwa dalam beberapa hal
pengolahan untuk menurunkan kandungan bahan padat ini tidak
dilakukan, dan kenyataannya banyak orang yang menggunakan air yang
bersangkutan tidak mendapatkan sesuatu gangguan kesehatan, maka U.S
Public Health Service menetapkan batas standar maksimum total solids

sebesar 1000 mg/l untuk air minum. Persyaratan dari Dep. Kes. RI untuk
ini adalah 1500 mg/l.
Pengaruh

yang

menyangkut

aspek

kesehatan

dari

pada

penyimpangan standar kualitas air minum dalam hal total solid ini, yakni
bahwa air akan memberi rasa yang tidak enak pada lidah, rasa mual
terutama yang disebabkan karena natrium sulfat dan magnesium sulfat,
dan terjadinya cardiax disease serta toxaemia pada wanita-wanita hamil.

c. Zat Organik Sebagai KMnO4


Zat organik yang terdapat di dalam air bisa berasal dari:
1. Alam:

minyak tumbuh-tumbuhan, serat-serat, minyak dan lemak

hewan, alkohol, selulosa, gula, pati dan sebagainya


2. Sintesa: berbagai persenyawaan dan buah-buahan yang dihasilkan dari
proses-proses dalam pabrik
3. Fermentasi: alkohol, glyserol, antibiotik, asam-asam dan sejenisnya
yang berasal dari kegiatan mikroorganisme terhadap buah-buahan
organik.

Berdasarkan proses asal terjadinya bahan-bahan organik tersebut


sebagai sumber utama dari bahan-bahan tersebut adalah kegiatan-kegiatan
rumah tangga dan proses-proses industri, namun juga ada bahan-bahan
organik yang berasal dari kegiatan-kegiatan dalam bidang pertanian,
peternakan dan pertambangan.
Adanya bahan-bahan organik dalam air erat hubungannya dengan
terjadinya perubahan sifat-sifat dari air, sebagaimana telah diutarakan
terutama dengan timbulnya warna, bau, rasa dan kekeruhan yang tidak
diinginkan. Adanya zat organik dalam air dapat diketahui dengan
menentukan angka permanganate nya. Walaupun KMnO4 sebagai
oksidator yang dipakai tidak dapat mengoksidasi semua zat organik yang
ada, namun cara ini sangat praktis dan cepat pengerjaannya.

Standar kandungan bahan organik dalam air minum menurut Dep.


Kes. RI maksimal yang diperbolehkan adalah 10 mg/l. Baik WHO maupun
US Public Health Service tidak mencantumkan angka standar ini dalam
standar kualitas air minum yang ditetapkannya. Pengaruh terhadap
kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh penyimpangan terhadap standar
ini yaitu timbulnya bau yang tidak sedap pada air minun dan dapat
menyebabkan sakit perut.

d. CO2 Agresif
CO2 yang terkandung dalam air berasal dari udara dan dari hasil
dekomposisi zat organik. Air permukaan biasanya mengandung CO2 bebas
kurang dari 10 mg/l, sedangkan pada bagian dasar air konsentrasinya dapat
lebih dari 10 mg/l. Menurut bentuk-bentuk CO2 dalam air dapat dibedakan
dalam:
1. CO2 bebas yaitu banyaknya CO2 yang larut dalam air
2. CO2 kesetimbangan (equilibrium), disebut pula CO2 bikarbonat yaitu
CO2 yang dalam air setimbang dengan HCO3
3. CO2 agresif yaitu CO2 yang dapat merusak bangunan perpipaan dalam
distribusi air minum. CO2 agresif dalam air dapat ditentukan dengan
cara grafis dan analitis. Penyimpangan terhadap standar konsentrasi
maksimal CO2 agresif dalam air, akan menyebabkan terjadinya
korosifitas pada pipa-pipa logam.
e. Kesadahan Total (Total Hardness)
Kesadahan adalah merupakan sifat air yang disebabkan oleh
adanya ion-ion (kation) logam valensi dua. Ion-ion semacam itu mampu
bereaksi dengan sabun membentuk kerak air. Kation-kation penyebab
utama dari kesadahaadala: Ca++, Mg++, Sr++, Fe++ dan Mn++.
Sedangkan anion-anion yang bisa terdapat dalam air adalah HCO-3,
SO4, Cl-, NO3-, dan SiO32.

Ion-ion Al

3+

dan Fe3+ kadang-kadang dianggap sebagai penyebab

kesadahan pada air. Namun kelarutannya begitu dibatasi pada nilai pH dari
air alam, sehingga konsentrasi ion-ion ini dapat diabaikan.
Kesadahan dalam air sebagian besar adalah berasal dari kontaknya
dengan tanah dan pembentukan batuan. Pada umumnya air sadah berasal
dari daerah di mana lapisan tanah atas (top soil) tebal dan ada
pembentukan batu kapur. Air lunak berasal dari daerah di mana lapisan
tanah atas tipis, dan pembentukan batu kapur jarang atau tidak ada.
Yang dimaksud dengan kesadahan total adalah kesadahan yang
disebabkan oleh adanya ion Ca++dan Mg++ secara bersama-sama. Ini
disebabkan karena kebanyakan kesadahan dalam air alam adalah
disebabkan oleh dua kation tersebut. Ketentuan standar dari Dep. Kes.
untuk kesadahan pada air minum adalah 510 C.
Pengaruh langsung terhadap kesehatan akibat penyimpangan dari
standar ini tidak ada, tetapi kesadahan dapat menyebabkan sabun
pembersih menjadi tidak efektif kerjanya.

f. Calcium (Ca)
Calcium adalah merupakan sebagian komponen yang merupakan
penyebab dari kesadahan. Sedangkan efek secara ekonomis maupun
terhadap kesehatan yang ditimbulkan oleh kesadahan yakni berupa
timbulnya lapisan kerak pada ketel-ketel pemanas air, pada perpipaan, dan
juga menurunnya efektifitas dari kerja sabun. Selain itu, adanya Ca dalam
air adalah sangat diperlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan akan unsur
tersebut, yang khususnya diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan gigi.
Oleh karenanya, untuk menghindari efek yang tidak diinginkan akibat dari
terlalu rendah atau terlalu tingginya kadar Ca dalam air minum,
ditetapkanlah standar persyaratan konsentrasi Ca sebagaimana yang
ditetapkan oleh Dep. Kes. RI sebesar 75200 mg/l. Standar yang
ditetapkan oleh WHO inter-regional water study-group adalah sebesar 75150 mg/l. Konsentrasi Ca dalam air minum yang lebih rendah dari 75 mg/l

10

dapat menyebabkan penyakit tulang rapuh, sedangkan konsentrasi yang


lebih tinggi dari 200 mg/l dapat menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa
air.

g. Magnesium (Mg)
Seperti halnya Calcium, Magnesium juga merupakan bagian dari
komponen penyebab kesadahan pada air. Dengan sendirinya efek umum
yang dapat ditimbulkan oleh adanya unsur ini dalam air adalah serupa
dengan efek umum yang dapat ditimbulkan oleh pengaruh kesadahan.
Dalam jumlah kecil Mg dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan tulang,
akan tetapi dalam jumlah yang lebih besar 150 mg/l dapat menyebabkan
rasa mual.

h. Besi (Fe)
Adanya unusr-unsur besi dalam air diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan tubuh akan unsur tersebut. Zat besi merupakan suatu unsur
yang penting dan berguna untuk metabolisme tubuh. Untuk keperluan ini
tubuh membutuhkan 735 mg unsur tersebut perhari, yang tidak hanya
diperoleh dari air, konsentrasi unsur ini dalam air yang melebihi 2 mg/l
akan menimbulkan noda-noda pada peralatan dan bahan-bahan yang
berwarna putih. Adanya unsur ini dapat pula menimbulkan bau dan warna
pada air minum dan koloid pada air.
Selain itu, kosentrasi yang lebih besar dari 1 mg/l dapat
menyebabkan warna air menjadi kemerah-merahan, memberi rasa yang
tidak enak pada minuman, kecuali dapat membentuk endapan pada pipapipa logam dan bahan cucian. Dalam jumlah kecil, unsur ini diperlukan
tubuh untuk pembentukan sel-sel darah merah.
Atas dasar pertimbangan tersebut di atas, maka ditetapkan standar
konsentrasi maksimum besi dalam air minum oleh Dep. Kes. RI sebesar
0,11,0 mg/l. Dengan dipenuhinya standar tersebut oleh air minum,

11

diharapkan berbagai hal yang tidak diinginkan tersebut di atas tidak


terjadi.

i. Mangan (Mn)
Endapan MnO2 akan memberikan noda pada bahan/benda-benda
yang berwarna putih. Adanya unsur ini dapat menimbulkan bau dan rasa
pada minuman. Di samping itu, konsentrasi 0,05 mg/l unsur ini merupakan
akhir batas dari usaha penghilangan dari kebanyakan air yang dapat
dicapai. Kemungkinan unsur ini merupakan nutrient yang penting dengan
kebutuhan perhari 10 mg yang dapat diperoleh dari makanan, namun
Unsur ini bersifat toksis pada alat pernapasan. Kosentrasi Mn yang lebih
besar dari 0,05 mg/l, dapat menyebabkan rasa yang aneh pada minuman
dan meninggalkan warna kecoklat-coklatan pada pakaian cucian, dan
dapat juga menyebabkan kerusahan kepada hati.
Konsetrasi standar maksimum yang ditetapkan Dep.Kes. RI. adalah
merupakan batas konsentrasi maksimal yang dianjurkan, sedang 0,5 mg/l
adalah merupakan batas konsentrasi maksimal yang diperbolehkan.

j. Tembaga (Cu)
Tembaga merupakan satu unsur yang penting dan berguna untuk
metabolisme. Konsentrasi batas dari unsur ini dapat menimbulkan rasa
pada air bervariasi antara 15 mg/l. Konsentrasi 1 mg/l merupakan batas
konsentrasi tertinggi untuk mencegah timbulnya rasa yang tidak
menyenangkan.
Dalam jumlah kecil Cu diperlukan untuk pembentukan sel-sel
darah merah, namun dalam jumlah besar dapat menyebabkan rasa yang
tidak enak dilidah, selain dapat menyebabkan kerusakan pada hati.
Konsentrasi standar maksimum yang ditetapkan oleh Dep.Kes. RI
untuk Cu ini adalah sebesar 0,05 mg/l untuk batas maksimal yang
dianjurkan dan sebesar 1,5 mg/l sebagai batas maksimal yang
diperbolehkan.

12

k. Zink (Zn)
Unsur ini penting dan berguna dalam metabolisme, dengan
kebutuhan perhari 1015 mg. Pada konsentrasi 6752280 mg/l dapat
menyebabkan muntah. Dengan garam-garam seng, akan menjadi seperti
susu pada konsentrasi 30 mg/l dan menjadi berasa seperti logam pada
konsentrasi 40 mg/l. Batas konsentrasi tertinggi sebagai standar yang akan
ditetapkan hrus di bawah batas konsentrasi yang dapat menimbulkan rasa.
Dalam jumlah kecil merupakan unsur yang penting untuk
metabolisme, karena kekurangan Zn dapat menyebabkan hambatan pada
pertumbuhan anak. Dalam jumlah besar unsur ini dapat menimbulkan rasa
pahit dan sepat pada air minum.
Konsentrasi standar maksimum yang ditetapakn oleh Dep. Kes. RI
untuk Zn ini adalah sebesar 1,0 mg/l untuk batas maksimum yang
dianjurkan, dan sebesar 15,0 mg/l sebagai batas maksimal yang
diperbolehkan.

l. Klorida (Cl)
Konsentrasi 250 mg/l unsur ini dalam air merupakan batas
maksimal konsentrasi yang dapat mengakibatkan timbulnya rasa asin.
Konsentrasi Chlorida dalam air dapat meningkat dengan tiba-tiba dengan
adanya kontak dengan air bekas. Chlorida mencapai air alam dengan
banyak cara. Kemampuan melarutkan pada air adalah untuk melarutkan
klorida dari humus (topsoil) dan lapisan-lapisan yang lebih dalam.
Percikan dari laut terbawa kepedalaman sebagai tetesan atau
kristal-kristal garam kecil, yang dihasilkan dari penguapan air dalam tetestetes tersebut. Sumber-sumber ini secara tetap mengisi klorida di daerah
pedalaman di mana zat tersebut jatuh.
Kotoran manusia khususnya urine, mengandung klorida dalam
jumlah yang kira-kira sama dengan klorida yang dikonsumsikan lewat
makanan dan air. Jumlah rata-rata sekitar 6 gr klorida perorang perhari

13

dan menambah jumlah Cl dalam air bekas (sewage) kira-kira 15 mg/l atas
konsentrasi dalam air yang membawanya, di samping itu banyak buangan
dari industri yang mengandung klorida dalam jumlah yang cukup besar.
Klorin dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk disinfektan. Unsur
klorida apabila berikatan dengan ion Na+ dapat menyebabkan rasa asin,
dan dapat merusak pipa-pipa air. Konsentrasi maksimal klorida dalam air
yang ditetapkan sebagai standar persyaratan oleh Dep. Kes. RI adalah
sebesar 200,0 mg/l sebagai konsentrasi maksimal yang dianjurkan, dan
600,0 mg/l sebagai konsentrasi maksimal yang diperbolehkan.

m. Sulfat (SO4)
Ion sulfat adalah salah satu anion yang banyak terdapat pada air
alam. Ia merupakan sesuatu yang penting dalam penyediaan air untuk
umum karena pengaruh pencucian perut yang bisa terjadi pada manusia
apabila ada dalam konsentrasi yang cukup besar. Karena alasan inilah US
Public Health Service Standard menyatakan batas yang tertinggi 250 mg/l
dalam air yang akan digunakan untuk konsumsi manusia.
Sulfat penting dalam air untuk umum maupun untuk industri,
karena kecenderungan air untuk mengandung dalam jumlah yang cukup
besar akan dapat membentuk kerak yang keras
pengubah

panas.

Sulfat

merupakan

sutau

pada ketel dan alat


bahan

yang

perlu

dipertimbangkan, sebab secara langsung merupakan penanggung jawab


dalam dua problem yang serius yang sering dihubungkan dengan
penanganan dan pengolahan gas. Masalah ini merupakan masalah bau dan
masalah korosi pada perpipaan yang diakibatkan dari reduksi sulfat
menjadi

hodrogen

sulfat

dalam

kondisi

anaerobik,

sebagaimana

ditunjukkan pada persamaan berikut:

SO 4 bahan organik

anaerobik
S H 2 O CO 2
bakteri

14

S= + 2H+

H2S + 2O2

H2S
bakteria

H2SO4

H2SO4 merupakan asam kuat yang selanjutnya akan dapat bereaksi dengan
logam-logam yang merupakan bahan dari pipa yang dipergunakan, dan
terjadilah apa yang dinamakan korosi. Masalah bau disebabkan karena
terbentuknya H2S yang merupakan suatu gas yang berbau.
Efek laksatif pada sulfat dapat ditimbulkan pada konsentrasi
600 1000 mg/l, apabila Mg2+ dan Na+ merupakan kation yang bergabung
dengan SO4. Efek laksatif yang ditimbulkan oleh terbentuknya Na2SO4
atau MgSO4 adalah berupa timbulnya rasa mual dan ingin muntah.
Konsentrasi standar maksimal yang ditetapkan oleh Dep. Kes RI
untuk SO4 dalam air minum adalah sebesar 200400 mg/l.

n. Sulfida (H2S)
Adanya H2S maupun S= dalam air bisa merupakan kelanjutan dari
terdapatnya SO4 dalam air tersebut yang telah direduksi oleh bakteribakteri anaerobik. H2S merupakan gas yang sangat beracun dan berbau
busuk, sehingga kehadirannya dalam air akan mempengaruhi penerimaan
masyarakat terhadap air tersebut. Selain itu, dalam jumlah besar dapat
memperbesar keasaman air sehingga dapat menyebabkan korosifitas pada
pipa-pipa logam.
Oleh karena sifat-sifat H2S ini dan pegaruh-pengaruhnya yang
dapat ditimbulkannya apabila ia berada dalam air minum yang
dikonsumsikan manusia, maka dalam standar kualitas air minum
ditetapkan bahwa air minum tidak boleh mengandung H2S ataupun S=
tersebut.

o. Fluorida (F)

15

Terdapatnya fluorida yang berlebihan dalam air minum dapat


dikaitkan dengan terjadi peristiwa pencemaran udara yang diakibatkan
oleh penggunaan Cryolit (Na3AlF6) sebagai pelarut Al2O3 dalam cara
elektrolit pada usaha memproduksi aluminium. Dalam meningkatkan
temperatur, cryolit mencair dan mendesak tekanan uap yang cukup besar.
Akibatnya, sejumlah fluorida yang cukup besar masuk ke atmosfir melalui
sistem exhauster yang ada. Fluorida mengembun dan membentuk asap
(smoke) dan banyak dari bahan-bahan partikel tersebut mengendap di atas
tanam-tanaman dan tanah di daerah sekitarnya.
Fluorida adalah zat yang unik karena adanya konsentrasi tertinggi
dan terendah dalam air minum yang diketahui dapat mengakibatkan efek
yang mengganggu maupun yang bermanfaat bagi manusia. Diketahui
bahwa penggunaan selama bertahun dari air yang mengandung 820 mg/l
akan menyebabkan perubahan-perubahan tulang pada manusia, meskipun
tidak ada kasus yang demikian dijumpai di Amerika Serikat.
Pemasukan fluorida perhari 20 mg atau lebih selama 20 tahun akan
mengakibatkan fluoresis yang melumpuhkan. Dosis 22504500 mg
fluorida adalah mematikan bagi manusia. Untuk ini diperlukan intake 510
gr natrium fluorida (NaF). Pada konsentrasi 1 mg/l yang digunakan untuk
pengobatan gigi, lebih dari 1300 galon harus dicernakan untuk
memperoleh intake sebesar 5 gr.
Fluorida dalam jumlah kecil (0,6 mg/l air) dibutuhkan sebagai
pencegahan terhadap carries gigi yang paling efektif tanpa merusak
kesehatan. Konsentrasi yang lebih besar 1 mg/l air dapat menyebabkan
fluoresis pada gigi, yaitu terbentuknya noda-noda coklat yang tidak
mudah hilang pada gigi. Dalam hubungan inilah maka konsentrasi standar
maksimal yang ditetapkan oleh Dep.Kes untuk fluorida ini adalah 2,0 mg/l
dan standar minimal 1,0 mg/l. Untuk daerah tropik angka yang ditetapkan
ini perlu direvisi. Standar yang ditetapkan oleh US Public Health Service
adalah sebesar 1,5 ppm sebagai standar maksimal.

16

p. Amonia (NH3)
Terdapatnya amonia dalam air erat hubungannya dengan siklus
pada N2 di alam ini. Dengan melihat siklus tersebut dapat diketahui bahwa
amonia (NH4+) dapat terbentuk dari:
1. Dekomposisi bahan-bahan organik yang mengandung N2 baik yang
berasal dari hewan (misalnya faeces) oleh bakteri.
2. Hydrolisa bahan-bahan organik dari tumbuh-tumbuhan yang mati oleh
bakteri.

17

18

You might also like