You are on page 1of 12

AKHLAK

A.
B.
C.
D.
E.

PENGERTIAN AKHLAK
PEMBAGIAN AKHLAK
RUANG LINGKUP AKHLAK
PEMBINAAN AKHLAK
PERBEDAAN AKHLAK, ETIKA, MORAL, DAN SUSILA

PENDIDIKAN AGAMA 1
DOSEN : Bpk. Ismail
Kelompok:

DEVIT FITRIYANTO 201445500115


JAYADIKARTA 201445500
KELAS : S4C

FAKULTAS TEKNIK, MATEMATIKA & ILMU PENGETAHUAN ALAM (FTMIPA)

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR

UNIVERSITAS INDRAPRASTA (UNINDRA) PGRI


JAKARTA
2016

PENGANTAR
Akhlak merupakan salah satu dari pilar ajaran Islam yang memiliki kedudukan yang sangat
penting. Akhlak merupakan buah yang dihasilkan dari proses menerapkan aqidah dan
syariah/ibadah. Ibarat pohon, akhlak merupakan buah kesempurnaan dari pohon tersebut setelah
akar dan batangnya kuat. Jadi, tidak mungkin akhlak ini akan terwujud pada diri seseorang jika dia
tidak memiliki aqidah dan syariah yang baik. Akhir-akhir ini istilah akhlak lebih didominasi istilah
karakter yang sebenarnya memiliki esensi yang sama, yakni sikap dan perilaku seseorang.
Nabi Muhammad saw. dalam salah satu sabdanya mengisyaratkan bahwa kehadirannya di
muka bumi ini membawa misi pokok untuk menyempurnakan akhlak mulia di tengah-tengah
masyarakat. Misi Nabi ini bukan misi yang sederhana, tetapi misi yang agung yang ternyata untuk
merealisasikannya membutuhkan waktu yang cukup lama, yakni lebih dari 22 tahun. Nabi
melakukannya mulai dengan pembenahan aqidah masyarakat Arab, kurang lebih 13 tahun, lalu Nabi
mengajak untuk menerapkan syariah setelah aqidahnya mantap. Dengan kedua sarana inilah (aqidah
dan syariah), Nabi dapat merealisasikan akhlak yang mulia di kalangan umat Islam pada waktu itu.
Tujuan dari kajian tentang akhlak ini adalah agar para teman-teman seperjuangan memiliki
pemahaman yang baik tentang akhlak Islam (moral knowing), ruang lingkupnya, dan pada akhirnya
memiliki komitmen (moral feeling) untuk dapat menerapkan akhlak yang mulia dalam kehidupan
sehari-hari (moral action). Dengan kajian ini diharapkan teman-teman dapat memiliki sikap, moral,
etika, dan karakter keagamaan yang baik yang dapat dijadikan bekal untuk mengamalkan ilmu yang
ditekuninya di kehidupannya kelak di tengah masyarakat.

A. PENGERTIAN AKHLAK
Akhlak merupakan tata aturan atau norma prilaku yang mengatur hubungan antara manusia,
hubungan manusia dengan tuhan dan hubungan manusia dengan lingkungannya atau dengan alam.
Secara etimologi, istilah Akhlak berasal dari bentuk jamak khuluk yang berarti watak, tabiat,
perangai dan budi pekerti. Imam al-Ghazali seorang ahli islam memberi batasan khuluk sebagai :
Khuluk adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong lahirnya perbuatan dengan mudah
dan ringan tanpa pertimbangan dan pemikiran mendalam. Dari pengertian ini, suatu perbuatan
dapat disebut baik jika dalam melahirkan perbuatan-perbuatan baik itu dilakukan secara spontan
dan tidak ada paksaan atau intervensi dari orang lain.

Ibnu Miskawaih dalam kitab Tahdzibul Akhlak menjelaskan bahwa Ahklak ialah keadaan
gerak jiwa yang mendorong kearah melakukan perbuatan tanpa pertimbangan dan pemikiran.
Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa gerak jiwa meliputi dua hal. Pertama, alamiah dan bertolak
dari watak seperti adanya orang yang mudah marah hanya karena masalah sepele atau tertawa
berlebihan karena mendengar berita yang tidak memprihatinkan. Kedua, keadaan jiwa yang tercipta
melalui kebiasaan, atau latihan. Pada awalnya keadaan tersebut terjadi karena dipikirkan dan
dipertimbangkan, namun pada tahapan selanjutnya keadaan tersebut menjadi satu karakter yang
melekat tanpa dipertimbangkan dan dipikirkan masak-masak. Oleh karena itu, pendidikan akhlak
sangat diperlukan untuk mengubah karakter manusia dari keburukan ke arah kebaikan.
Dalam Islam, akhlak menjadi salah satu inti ajaran. Yang telah dicontohkan oleh Rasulullah
SAW, sebagaimana disebutkan dalam Al Quran surat alQalam (68) : 4.

Artinya : Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.


Keseluruhan akhlak Rasulullah ini juga diungkapkan oleh Aisyah r.a. saat ditanya tentang
akhlak Nabi. Saat itu Aisyah berkata : Akhlak Nabi adalah Al Quran. Demikian juga disebutkan
dalam Al Quran surat Al Ahzab (33) : 21.

Artinya : Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.

Syarat
Ada empat hal yang harus ada apabila seseorang ingin dikatakan berakhlak.

Kesadaran akan perbuatan itu


Kemampuan melakukan perbuatan.
Perbuatan yang baik atau buruk.
Kondisi jiwa yang membuat cenderung melakukan perbuatan baik atau buruk.

B. PEMBAGIAN AKHLAK
Ada 2 pembagian akhlak yaitu akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah. Adapun
penjelasannya sebagai berikut:
Akhlak Mahmudah
Yakni akhlak terpuji atau akhlak yang baik. Dimana akhlak Mahmudah semuanya membawa
kebaikan dan tidak merugikan orang lain. Contohnya :

Sabar, adalah mampu menahan diri atau mampu mengendalikan amarah.


Ikhlas, adalah mengejakan sesuatu amal hanya semata-mata karena Allah, yakni harus

mengharap ridhoNya.
Jujur, adalah mengatakan sesuatu itu dengan apa adanya dan harus dengan hati yang lurus.
Pemaaf, adalah orang yang memberikan maaf kepada peminta maaf yang menyadari

kesalahannya.
Pemurah, adalah sikap seseorang yang ringan untuk mengeluarkan sebagian hartanya

untuk kepentingan orang lain,


Menepati janji, adalah orang yang datang ketempat yang sudah disepakati sebelumnya.

Karena setiap akhlak terpuji ini telah ada tuntunan dan ajarannya baik dalam Al-Quran
ataupun Hadits nabi. Dari Imam Malik berkata setiap agama memiliki akhlak, dan akhlak islam
ialah malu. Malu merupakan dasar akhlak manusia, karena dengan memiliki rasa malu pada Allah
SWT maka akan takut untuk melakukan perbuatan-perbuatan tercela dan keji.
Akhlak Madzmumah
Yakni akhlak tercela atau perbuatan yang buruk. Contohnya:

Riya: Beramal atau melakukan suatu perbuatan baik dengan niat untuk dilihat orang atau

mendapat pujian orang, dengan kata lain riya sama artinya dengan pamer.
Sumah: Melakukan perbuatan atau berkata sesuatu agar didengar oleh orang lain dengan

maksud agar namanya dikenal.


Ujub: Mengagumi diri sendiri
Takabur: Membanggakan diri sendiri karena merasa dirinya jauh lebih hebat dibandingkan

orang lain.
Tamak: Serakah atau rakus terhadap apa yang ingin dimiliki.
Malas: Enggan melakukan sesuatu.
Fitnah: Mengatakan sesuatu yang bukan sebenarnya. Memfitnah merupakan salah satu dosa
yang sangat dilarang oleh agama karena fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan.

Bakhil: pelit, medit dan tidak suka membagi atau memberikan sesuatu yang dimiliki pada
orang lain.

C. RUANG LINGKUP AKHLAK


Ruang lingkup akhlak sangat luas karena mencakup semua aspek kehidupan. Secara vertikal
hubungan dengan sang Haliq dan secara horizontal dengan sesama manusia. Dan inilah ruang
lingkup akhlak tersebut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Akhlak kepada Allah


Akhlak kepada Rasul
Akhlak kepada diri sendiri
Akhlak dalm keluarga
Akhlak dalam masyarakat
Akhlak bernegara

Akhlak Terhadap Allah SWT (khalik)


Antara lain:
Mencintai Allah melebihi cinta kepada apa dan siapapun juga dengan mempergunakan

firmannya dalam Al-Quran sebagai pedoman hidup dalam kehidupannya.


Melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala laranganNya.
Mengharapkan dan berusaha memperoleh keridohan Allah SWT.
Mensyukuri nikmat dan karuniaNya.
Menerima dengan iklas semua Qadha dan Qadhar Illahi setelah berikhtiar maksimal

(sebanyak-banyaknya).
Mohon ampunan, bertaubat, dan bertawakal (berserah diri) hanya kepadaNya.
Akhlak Terhadap Makhluk.
Aklak terhadap makhluk terbagi menjadi dua, yaitu:
1.

Akhlak terhadap manusia


a)

Ahklak terhadap Rasulullah (Nabi Muhammad SAW). Antara lain:


Mencintai Rasulullah secara tulus dengan mengikuti semua sunahnya.
Menjadikan Rasulullah sebagai idola, suri teladan dalam hidup dan kehidupan.
Menjalankan apa yang diperintahkan dan tidak melakukan apa yang dilarangnya.

b)

Akhlah terhadap orang tua. Antara lain:


Mencintai mereka melebihi cinta kepada kerabat lainnya.
Merendahkan diri kepada keduanya diiringi perasaan kasih sayang
Berkomunikasi dengan orang tua dengan khidmat, mempergunakan kata-kata lemah lembut.
Berbuat baik kepada ibu bapak dengan sebaik-baiknya.
Mendoakan keselamatan bagi mereka

c) Akhlak terhadap diri sendiri. Antara lain:


Memelihara kesucian diri.
Menutup aurat atau bagian tubuh yang tidak boleh kelihatan, menurut hukum agama dan
akhlak islam.

2.

d)

Akhlak terhadap keluarga, karib kerabat. Antara lain:


Saling membina rasa cinta dan kasih saying dalam kehidupan keluarga.
Saling menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak.
Berbakti kepada ibu bapak.

e)

Aklak terhadap tetangga. Antara lain;


Saling mengunjungi.
Saling membantu diwaktu senang maupun susah.
Bersikap ramah tamah

f)

Akhlak terhadap masyarakat


Memuliakan tamu
Menghormati nilai dan rorma yang berlaku dalam masyarakat
Saling menolong dalam melakukan kebijakan.

Akhlah terhadap bukan manusia (Lingkungan Hidup/alam). Antara lain:


Sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup.
Menjaga, melestarikan dan memanfaatkan alam terutama hewani dan nabati, maupun fauna
dan flora.
Sayang terhadap sesama makhluk.

D. PEMBINAAN AKHLAK
Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam islam. Hal ini dapat dilihat dari
salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad SAW. yang utamanya adalah untuk menyempurnakan
akhlak yang mulia. Dalam salah satu hadits beliau innama buitsu liutammima makarin al-akhlak.
(HR. Ahmad).Hanya saja aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia
Perhatian islam demikian dalam pembinaan ahklak ini dapat pula dilihat dari perhatian islam
terhadap pembinaan jiwa yang harus daripada pembinaan fisik, karena dari jiwa yang baik inilah
akan menghasilkan perbuatan yang baik kepada manusia sehingga menghasilkan kebaikan dan
kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia, lahir dan batin. Perhatian islam dalam pembinaan
ahklak selanjutnya dapat dianalisis pada muatan ahklak yang terdapat pada seluruh aspek ajaran
islam. Ajaran islam tentang keimanan, misalnya sangat berkaitan erat dengan amal shaleh dan
perbuatan yang terpuji. Iman yang tidak disertai amal shaleh dinilai sebagai iman palsu, bahkan
dianggap sebagai kemunafikan.

Hal yang lebih penting dalam pembinaan akhlak adalah pembiasaan yang dilakukan sejak kecil
dan berlangsung secara terus-menerus, karena akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan
pelajaran, instruksi dan larangan, tetapi harus disertai dengan pemberian contoh teladan yang baik
dan nyata (uswatun hasanah) disinilah orangtua memegang peran yang sangat dominan.
Metode Pembinaan Akhlak Dalam Perspektif Islam
Minimal ada 6 (enam) metode pembinaan akhlak dalam perspektif Islam, metode yang diambil
dari al-Quran dan Hadis, serta pendapat pakar pendidikan Islam :
1) Metode Uswah (teladan)
Teladan adalah sesuatu yang pantas untuk diikuti, karena mengandung nilai-nilai
kemanusiaan. Manusia teladan yang harus dicontoh dan diteladani adalah Rasulullah SAW,
sebagaimana firman Allah SWT dalam surah al-Ahzab ayat 21 :
Sesungguhnya terdapat dalam diri Rasulullah itu, teladan yang baik bagimu.
Jadi, sikap dan perilaku yang harus dicontoh, adalah sikap dan perilaku Rasulullah
SAW, karena sudah teruji dan diakui oleh Allah SWT.
Aplikasi metode teladan, diantaranya adalah, tidak menjelek-jelekkan seseorang,
menghormati orang lain, membantu orang yang membutuhkan pertolongan, berpakaian yang
sopan, tidak berbohong, tidak berjanji mungkir, membersihkan lingkungan, dan lain-lain ;
yang paling penting orang yang diteladani, harus berusaha berprestasi dalam bidang
tugasnya.
2) Metode Tawidiyah (pembiasaan)
Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah biasa. Dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia, biasa artinya lazim atau umum ; seperti sedia kala ; sudah merupakan hal
yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Muhammad Mursyi dalam bukunya Seni Mendidik Anak, menyampaikan nasehat
Imam al-Ghazali : Seorang anak adalah amanah (titipan) bagi orang tuanya, hatinya sangat
bersih bagaikan mutiara, jika dibiasakan dan diajarkan sesuatu kebaikan, maka ia akan
tumbuh dewasa dengan tetap melakukan kebaikan tersebut, sehingga ia mendapatkan
kebahagiaan di dunia dan akhirat
Dalam ilmu jiwa perkembangan, dikenal teori konvergensi, dimana pribadi dapat
dibentuk oleh lingkungannya, dengan mengembangkan potensi dasar yang ada padanya.
Salah satu cara yang dapat dilakukan, untuk mengembangkan potensi dasar tersebut, adalah

melalui kebiasaan yang baik. Oleh karena itu, kebiasaan yang baik dapat menempa pribadi
yang berakhlak mulia.
Aplikasi metode pembiasaan tersebut, diantaranya adalah, terbiasa dalam keadaan
berwudhu, terbiasa tidur tidak terlalu malam dan bangun tidak kesiangan, terbiasa
membaca al-Qurab dan Asma ul-husna shalat berjamaah di masjid/mushalla, terbiasa
berpuasa sekali sebulan, terbiasa makan dengan tangan kanan dan lain-lain. Pembiasaan
yang baik adalah metode yang ampuh untuk meningkatkan akhlak peserta didik dan anak
didik.
3) Metode Mauizhah (nasehat)
Kata mauizhah berasal dari kata wazhu, yang berarti nasehat yang terpuji,
memotivasi untuk melaksanakannya dengan perkataan yang lembut.
Allah berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 232 :Itulah yang dinasehatkan kepada
orang-orang yang beriman diantara kalian, yang beriman kepada Allah dan hari
kemudian
Aplikasi metode nasehat, diantaranya adalah, nasehat dengan argumen logika,
nasehat tentang keuniversalan Islam, nasehat yang berwibawa, nasehat dari aspek hukum,
nasehat tentang amar maruf nahi mungkar, nasehat tentang amal ibadah dan lain-lain.
Namun yang paling penting, si pemberi nasehat harus mengamalkan terlebih dahulu apa
yang dinasehatkan tersebut, kalau tidak demikian, maka nasehat hanya akan menjadi lipsservice.
4) Metode Qishshah (ceritera)
Qishshah dalam pendidikan mengandung arti, suatu cara dalam menyampaikan
materi pelajaran, dengan menuturkan secara kronologis, tentang bagaimana terjadinya
sesuatu hal, baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya rekaan saja.
Dalam pendidikan Islam, ceritera yang bersumber dari al-Quran dan Hadis
merupakan metode pendidikan yang sangat penting, alasannya, ceritera dalam al-Quran
dan Hadis, selalu memikat, menyentuh perasaan dan mendidik perasaan keimanan, contoh,
surah Yusuf, surah Bani Israil dan lain-lain.
Aplikasi metode qishshah ini, diantaranya adalah, memperdengarkan casset, video
dan ceritera-ceritera tertulis atau bergambar. Pendidik harus membuka kesempatan bagi
anak didik untuk bertanya, setelah itu menjelaskan tentang hikmah qishshah dalam
meningkatkan akhlak mulia.

5) Metode Amtsal (perumpamaan)


Metode perumpamaan adalah metode yang banyak dipergunakan dalam al-Quran
dan Hadis untuk mewujudkan akhlak mulia. Allah SWT berfirman dalam surah al-Baqarah
ayat 17 :
Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api
Dalam beberapa literatur Islam, ditemukan banyak sekali perumpamaan, seperti
mengumpamakan orang yang lemah laksana kupu-kupu, orang yang tinggi seperti jerapah,
orang yang berani seperti singa, orang gemuk seperti gajah, orang kurus seperti tongkat,
orang ikut-ikutan seperti beo dan lain-lain. Disarankan untuk mencari perumpamaan yang
baik, ketika berbicara dengan anak didik, karena perumpamaan itu, akan melekat pada
pikirannnya dan sulit untuk dilupakan.
Aplikasi metode perumpamaan, diantaranya adalah, materi yang diajarkan bersifat
abstrak, membandingkan dua masalah yang selevel dan guru/orang tua tidak boleh salah
dalam membandingkan, karena akan membingungkan anak didik.
Metode perumpamaan ini akan dapat memberi pemahaman yang mendalam,
terhadap hal-hal yang sulit dicerna oleh perasaan. Apabila perasaan sudah disentuh, akan
terwujudlah peserta didik yang memiliki akhlak mulia dengan penuh kesadaran.
6) Metode Tsawab (ganjaran)
Aplikasi metode ganjaran yang berbentuk hadiah, diantaranya adalah, memanggil
dengan panggilan kesayangan, memberikan pujian, memberikan maaf atas kesalahan
mereka, mengeluarkan perkataan yang baik, bermain atau bercanda, menyambutnya dengan
ramah, meneleponnya kalau perlu dan lain-lain.
Aplikasi metode ganjaran yang berbentuk hukuman, diantaranya, pandangan yang
sinis, memuji orang lain dihadapannya, tidak mempedulikannya, memberikan ancaman yang
positif dan menjewernya sebagai alternatif terakhir. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam
Nawawi dari Abdullah bin Basr al-Mani, ia berkata :
Aku telah diutus oleh ibuku, dengan membawa beberapa biji anggur untuk disampaikan
kepada Rasulullah, kemudian aku memakannya sebelum aku sampaikan kepada beliau, dan
ketika aku mendatangi Rasulullah, beliau menjewer telingaku sambil berseru ; wahai
penipu.

E. PERBEDAAN AKHLAK, ETIKA, MORAL, DAN SUSILA


Akhlak adalah suatu istilah agama yang dipakai menilai perbuatan manusia apakah itu baik,
atau buruk. Sedangkan ilmu akhlak adalah suatu ilmu pengetahuan agama islam yang
berguna untuk memberikan petunjuk-petunjuk kepada manusia, bagaimana cara berbuat
kebaikan dan menghindarkan keburukan.
Beberapa ciri khusus ahklak :
a) Akhlak mempunyai suatu sifat yang teranam kuat di dalam jiwa atau lubuk hati seseorang
yang menjadi kepribadiannya dan itu akan membuat berbeda dengan orang lain.
b) Akhlak mengandung perbuatan yang dilakukan secara terus menerus, dalam keadaan
bagaimana pun juga. Dengan kata lain akhlak merupakan adat kebiasaan yang selalu
dilakukan oleh seseorang.
c) Akhlak mengandung perbuatan yang dilakukan karena kesadaran sendiri, bukan karena di
paksa, atau mendapatkan tekanan dan intimidasi dari orang lain.
d) Akhlak merupakan manifestasi dari perbuatan yang tulus ikhlas, tidak di buat-buat.

Selain dari kata akhlak, ada beberapa kata yang sama dengan kata akhlak yaitu:
Etika
Kata etika berasal dari yunani yaitu ethos yang berarti adat kebiasaan. Tetapi didalam kamus
bahasa indonesia, etika diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak(moral).
Etika berbicara tentang kebiasaan (perbuatan) tetapi bukan menurut arti tata adat. Oleh
karena itu, etika landasannya adalah sifat dasar manusia. Tetapi etika menurut filsafat yaitu
menyelidiki mana yang baik, dan mana yang buruk menurut perbuatan manusia.

Moral.
Berasal dari bahasa latin, mos yaitu prinsip-prinsip tingkah laku manusia yang sejalan
dengan adat kebiasaan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa moral
adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Meskipun etika dan moral
mempunyai kesamaan pengertian dalam percakapan sehari-hari, namun dari sisi lain
mempunyai unsur perbedaan, misalnya :
a) Istilah etika digunakan untuk mengkaji system nilai yang ada. Karena itu, etika merupakan
suatu ilmu.
b) Istilah moral digunakan utnuk memberikan kriteria perbuatan yang sedang dinilai. Karena
itu, moral bukan suatu ilmu tetapi merupakan suatu perbuatan manusia.

Susila (kesusilaan)
Susila berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari kata su yang berarti lebih baik, dan
kata sila berarti prinsip atau aturan hidup. Jadi susila atau kesusilaan adalah dasar-dasar
aturan hidup yang lebih baik.
Jadi Susila berarti tingkah laku atau kelakuan yang baik atau mulia yang harus menjadi
pedoman hidup manusia. Manusia adalah makhluk individu dan juga makhluk sosial.
Sebagai individu manusia mempunyai kemauan dan kehendak yang mendorong ia berbuat
baik dan bertindak. Berbuat yang baik (Susila) yang selaras dengan ajaran agama atau
dharma adalah cermin dari manusia yang Susila. Manusia Susila adalah manusia yang
memiliki budhi pekerti tinggi yang bisa diterima oleh lingkungan di mana orang itu berada.

Istilah Etika dan ilmu Ahklak adalah sama pengertianya sebagai suatu ilmu yang dapat
dijadikan pedoman bagi manusia untuk melakukan perbuatan yang baik. Sedangkan istilah moral,
susila, dan akhlaq sama pengertianya sebagai suatu norma untuk menyatakan perbuatan manusia.
Jadi istilah ini bukan suatu ilmu tetapi merupakan suatu perbuatan manusia.
Istilah etika dan ilmu akhlaq dinyatakan sama bila ditinjau dari fungsinya. Tetapi bila
ditinjau dari segi sumber pokoknya maka tentu keduanya berbeda. Dimana etika bersumber dari
filsafat yunani, tetapi ilmu akhlak sumber pokoknya adalah al-quran dan hadits.
Istilah akhlaq dengan moral dan susila dapat dilihat perbedaanya bila dipandang dari
objeknya di mana akhlaq menitikberatkan perbuatan terhadap tuhan dan sesama manusia,
sedangkan moral dan susila hanya menitikberatkan perbuatan terhadap sesama manusia saja. Maka
istilah akhlaq sifatnya teosentris meskipun akhlaq itu ada yang tertuju kepada manusia dan maklukmakluk lain,namun tujuan utamanya hanya karena Allah swt semata. Tetapi susila(kesusilaan)
semata-mata sasaran dan tujuanya untuk manusia saja karena itu istilah tersebut bersifat
antroposentris (kemanusian saja).

Nb.
Perangai - sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan perbuatan
Tabiat - perbuatan yang selalu dilakukan; kelakuan; tingkah laku;
Malu
Dari Abu Masd Uqbah bin Amr al-Anshr al-Badri radhiyallhu anhu ia berkata, Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya salah satu perkara yang telah diketahui oleh
manusia dari kalimat kenabian terdahulu adalah, Jika engkau tidak malu, berbuatlah sesukamu.
Pengertian malu
Malu adalah satu kata yang mencakup perbuatan menjauhi segala apa yang dibenci.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullh berkata, Malu berasal dari kata hayaah (hidup), dan ada yang
berpendapat bahwa malu berasal dari kata al-hayaa (hujan), tetapi makna ini tidak masyhr. Hidup
dan matinya hati seseorang sangat mempengaruhi sifat malu orang tersebut. Begitu pula dengan
hilangnya rasa malu, dipengaruhi oleh kadar kematian hati dan ruh seseorang. Sehingga setiap kali
hati hidup, pada saat itu pula rasa malu menjadi lebih sempurna.
Al-Junaid rahimahullh berkata, Rasa malu yaitu melihat kenikmatan dan keteledoran sehingga
menimbulkan suatu kondisi yang disebut dengan malu. Hakikat malu ialah sikap yang memotivasi
untuk meninggalkan keburukan dan mencegah sikap menyia-nyiakan hak pemiliknya.
Kesimpulan definisi di atas ialah bahwa malu adalah akhlak (perangai) yang mendorong seseorang
untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang buruk dan tercela, sehingga mampu menghalangi
seseorang dari melakukan dosa dan maksiat serta mencegah sikap melalaikan hak orang lain.

You might also like