You are on page 1of 10

1. Akuntan muslim harus meyakini bahwa Islam sebagai way of life (Q.S.

3
: 85).
2. Akuntan harus memiliki karakter yang baik, jujur, adil, dan dapat
dipercaya (Q.S. An-Nisa : 135).
3. Akuntan bertanggung jawab melaporkan semua transaksi yang terjadi
(muamalah) dengan benar, jujur serta teliti, sesuai dengan syariah Islam
(Q.S. Al-Baqarah : 7 8).
4. Dalam penilaian kekayaan (aset), dapat digunakan harga pasar atau
harga pokok. Keakuratan penilaiannya harus dipersaksikan pihak yang
kompeten dan independen (Al-Baqarah : 282).
5. Standar akuntansi yang diterima umum dapat dilaksanakan sepanjang
tidak bertentangan dengan syariah Islam.
6. Transaksi yang tidak sesuai dengan ketentuan syariah, harus dihindari,
sebab setiap aktivitas usaha harus dinilai halal-haramnya. Faktor ekonomi
bukan alasan tunggal untuk menentukan berlangsungnya kegiatan usaha.
Prinsip-prinsip Akuntansi Syariah
Akuntansi syariah tentunya tidak lepas dari konsep dan aturan yang
tertera dalam Al-Quran. Sehingga dalam prinsipnya pun diambil dari AlQuran surat al-Baqoroh ayat 282, dimana terdapat tiga prinsip akuntansi
syariah, yaitu pertanggungjawaban, keadilan dan kebenaran. Ketiga
prinsip ini sudah menjadi dasar dalam aplikasi akuntansi syariah. Adapun
maksud dari ketiga prinsip tersebut adalah sebagai berikut.
a.
Pertanggungjawaban (Accountability)
Prinsip pertanggungjawaban (accountability), merupakan konsep
yang tidak asing lagi dikalangan masyarakat muslim.
Pertanggungjawaban selalu berkaitan dengan konsep amanah. Bagi kaum
muslim, persoalan amanah merupakan hasil transaksi manusia dengan
Sang Khalik mulai dari alam kandungan. Manusia dibebani oleh Allah SWT.
untuk menjalankan fungsi kekhalifahan di muka bumi. Inti kekhalifahan
adalah menjalankan atau menunaikan amanah. Banyak ayat Al-Quran
yang menjelaskan tentang proses pertanggungjawaban manusia sebagai
pelaku amanah Allah dimuka bumi. Implikasi dalam bisnis dan akuntansi
adalah bahwa individu yang terlibat dalam praktik bisnis harus selalu
melakukan pertanggungjawaban apa yang telah diamanatkan dan
diperbuat kepada pihak-pihak yang terkait.
b.
Prinsip Keadilan
Menurut penasiran Al-Quan surat Al-Baqarah; 282 terkandung prinsip
keadilan yang merupakan nilai penting dalam etika kehidupan sosial dan
bisnis, dan nilai inheren yang melekat dalam fitrah manusia. Hal ini berarti

bahwa manusia itu pada dasarnya memiliki kapasitas dan energi untuk
berbuat adil dalam setiap aspek kehidupannya. Pada konteks akuntansi,
menegaskan kata adil dalam ayat 282 surat Al-Baqarah, dilakukan oleh
perusahan harus dicatat dengan benar. Misalnya, bila nilai transaksi
adalah sebesar Rp. 265 juta, maka akuntan (perusahaan) harus mencatat
dengan jumlah yang sama dan sesuai dengan nominal transaksi. Secara
sederhana dapat berarti bahwa setiap transaksi yang dengan kata lain
tidak ada window dressing dalam praktik akuntansi perusahaan.
c.
Prinsip Kebenaran
Prinsip ini sebenarnya tidak dapat dilepaskan dengan prinsip keadilan.
Sebagai contoh, dalam akuntansi kita selalu dihadapkan pada masalah
pengakuan, pengukuran laporan. Aktivitas ini akan dapat dilakukan
dengan baik apabila dilandaskan pada nilai kebenaran. Kebenaran ini akan
dapat menciptakan nilai keadilan dalam mengakui, mengukur, dan
melaporkan tansaksi-transaksi dalam ekonomi. Maka, pengembangan
akuntansi Islam, nilai-nilai kebenaran, kejujuran dan keadilan harus
diaktualisasikan dalam praktik akuntansi. Secara garis besar, bagaimana
nilai-nilai kebenaran membentuk akuntansi syariah dapat diterangkan.
Dari penjelasan di atas bahwa kata keadilan dalam kontek aplikasi
akuntansi mengandung dua makna:
1)
Keadilan mengandung makna yang berkaitan dengan moral, yaitu
kejujuran, yang menempatkan faktor yang sangat dominan. Tanpa
kejujuran, informasi yang dihasilkan oleh seorang akuntan akan berakibat
fatal pada pemakai dan pengguna laporan keuangan. Sehingga
pengambilan keputusanpun salah dan secara tidak langsung berdampak
pada masyarakat banyak.
2)
Kata keadilan bersifat fundamental. Dimana kata adil disini
merupakan sebagai pendorong untuk melakukan upaya-upaya
dokontruksi terhadap keadaan akuntansi modern menuju pada akuntansi
yang lebih baik dan termoderinisasi sesuai dengan nilai-nilai Islam yang
ada.
Menurut pandangan beberapa kalangan yang lain akuntansi Islam
(syariah) mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut adalah:
1. Prinsip Legitimasi Muamalat yaitu sasaran-sasaran, transaksitransaksi, tindakan-tindakan dan keputusan-keputusan itu sah dan
benar menurut syariat.
2. Prinsip Entitas Spiritual adalah adanya pemisahan kegiatan investasi
dari pribadi yang melakukan pendanaan terhadap kegiatan investasi
dalam aktivitas perusahaan.

3. Prinsip Kontinuitas yaitu prinsip yang keberadaanya dapat


memberikan pandangan bahwa perusahaan itu akan terus
menjalankan kegiatannya sampai waktu yang tidak diketahui, dan
dilikuidasinya merupakan masalah pengecualian, kecuali jika
terdapat indikasi yang mengarah kepada kebalikannya. Dari prinsip
ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
a)
Umur perusahaan tidak tergantung pada umur pemiliknya.
b)
Mendorong manusia agar salalu beramal dan bekerja keras, padahal
ia mengetahui bahwa dia akan tiada suatu saat nanti.
1. Prinsip Kontinuitas (Going Concern) merupakan kaidah umum dalam
investasi. Prinsip ini menjadi dasar dalam pengambilan keputusan
agar perusahan terus beroperasi.
2. Prinsip Matching yaitu suatu cermin yang memantulkan hubungan
sebab akibat antara dua sisi, dari satu segi, dan mencerminkan juga
hasil atau dari hubungan tersebut dari segi lainnya
Ciri-Ciri Akuntansi Syariah Dalam Al-Quran
Berdasar pada nash-nash Al-Quran yang telah dijelaskan tentang konsep
akuntansi dan prinsip-prinsip akuntansi syariah, maka dapat disimpulkan
bahwa ciri-ciri akuntansi syariah sebagai berikut;
1. Dilaporkan secara benar (QS. 10:5)
2. Cepat dalam pelaporannya (QS.2:202, 19:4,5)
3. Dibuat oleh ahlinya (akuntan) (QS.13:21, 13:40)
4. Tearang, jelas, tegas dan informatif (QS. 17:12, 14:41)
5. Memuat informasi yang menyeluruh (QS.6:552, 39:10)
6. Informasi ditujukan kepada semua pihak yang terlibat dan
membutuhkan (QS.2:212, 3:27)
7. Terperinci dan teliti (QS.65:8)
8. Tidak terjadi manipulasi (QS.69:20, 78:27)
9. Dilakukan secara kontinyu (tidak lalai) (QS.21:1, 38:26)
Perbedaan Antara Akuntansi Syariah Dan Akuntansi
Konvensional
Akuntansi syariah dan akuntansi konvensional merupakan sifat akuntansi

yang diakui oleh masyarakat ekonomi secara umum. Keduanya


merupakan hal yang tidak terpisahkan dari masalah ekonomi dan
informasi keuangan suatu perusahaan atau sejenisnya. Untuk
membedakan prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah dalam akuntansi syariah
dan akuntansi konvensional, dapat diuraikan sebagai berikut;
a.
Akuntansi Syariah
1. Keaadaan entitas didasarkan pada bagi hasil.
2. Kelangsungan usaha tergantung pada persetujuan kontrak antara
kelompok yang terlibat dalam aktivitas bagi hasil.
3. Setiap tahun dikenai zakat, kecuali untuk pertanian yang dihitung
setiap panen.
4. Menunjukkan pemenuhan hak dan kewajiban kepada Allah SWT,
masyarakat dan individu.
5. Berhubungan erat dngan konsep ketaqwaan, yaitu pengeluaran
materi maupun non-materi untuk memenuhi kewajiban.
6. Berhubungan dengan pengukuran dan pemenuhan tugas atau
kewajiban kepada Allah AWT, masyarakat dan individu.
7. Pemilihan teknik akuntansi dengan memperhatikan dampak baik
buruknya pada masyarakat.
b.

Akuntansi Konvensional

1. Keadaan entitas dipisahkan antara bisnis dan pemilik.


2. Kelangsungan bisnis secara terus menerus, yaitu didasarkan pada
realisasi aset.
3. Periode akuntansi tidak dapat menunggu sampai akhir kehidupan
perusahaan dengan mengukur keberhasilan aktivitas perusahaan.
4. Bertujuan untuk pengambilan keputusan.
5. Reabilitas pengurang digunakan dengan dasar pembuatan
keputusan
6. Dihubungkan dengan kepentingan relatif mengenai informasi
pembuatan keputusan.
7. Pemilihan teknik akuntansi yang sedikit berpengaruh pada pemilik.
ASAS TRANSAKSI SYARIAH

1.
2.
3.
4.
5.

Persaudaraan
Keadilan
Kemaslahatan
Keseimbangan
Univeralisme

KARAKTERISTIK AKUNTANSI SYARIAH


1.
2.
3.
4.

Dapat dipahami
Relevan
Keandalan
Dapat dibandingkan

Pemakai Laporan Keuangan Syariah


Pemakai laporan keuangan meliputi :
1. Investor sekarang dan investor potensial ; hal ini karena mereka
harus memutuskan apakah akan membeli, menahan atau menjual
investasi atau penerimaan dividen.
2. Pemilik dana qardh ;untuk mengetahui apakah dana qardh dapat di
bayar pada saat jatuh tempo
3. Pemilik dana syirkah temporer ; untulk memberikan keputusan pada
investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang bersaing dan
aman
4. Pemilik dana titpan ; untuk memastikan bahwa titipan dana dapat
diambil tiap saat
5. Pembayar dan penerima zakat, infaq, sedekah dan wakaf ; untuk
informasi tentang sumber dan penyaluran dana tersebut.
6. Pengawas syariah ; untuk menilai kepatuhan pengelolaan lembaga
syariah terhadap prinsip syariah.
7. Karyawan ; untuk nmemperoleh informasi tentang stabilitas dan
profitabilitas entitas syariah.
8. Pemasok dan mitra usaha lainnya ; untuk memmperoleh informasi
tenteng kemampuan entitas membayar utang pada saat jatuh tempo
9. Pelanggan ; untuk memperoleh informasi tentang kelangsungan hidup
entitas syariah
10. Pemerintah serta lembaga lembaganya ; untuk memperoleh
informasi tentang aktivitas entitas syariah, perpajakan, serta kepentingan
nasional lainnya.
11. Masyarakat ; untuk memperoleh informasi tentang kontribusi entitas
terhadap masyarakat dan Negara.

Unsur-unsur Laporan Keuangan

Sesuai karakterristik,laporan keuangan entitas syariah,antara lain


meliputi:
1. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial
yang terdiri atas laporan keuangan,laporan laba rugi,laporan arus
kas,serta laporan perubahan ekuitas
Posisi keuangan
Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi
keuangan adalah aset,kewajiban dana syirkah temporer dan ekuitas.pospos ini di definisikan sebagai berikut.
a. Aset adalah sumber daya yang di kuasai oleh entitas syariah sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa
depan di harapkan akan di peroleh entitas syariah.
b. Kewajiban merupakan utang entitas syariah masa kini yang timbul dari
peristiwa masa lalu,penyelesaiannya di harapkan mengakibatkan arus
keluar dari sumber daya entitas syariah yang mengandung manfaat
ekonomi.
c. Dana syirkah temporer adalah dana yang di terima sebagai investasi
dengan jangka waktu tertentu dari individu da pihak lainnya di mana
entitas syariah mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan
dana tersebut dengan pembagian hasil investasi berdasarkan
kesepakatan.
Pengukuran Unsur Laporan Keuangan
Sejumlah dasar pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat dan
kombinasi yang berbeda dalam lapoaran keuangan. Berbagai dasar
pengukuran tesebut adalah sebagai berikut. a. Biaya Historis (historical
cost)
Aset dicatat sebesr pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayar atau
sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) yang diberikan untuk
memperoleh aset tersebut pada saat perolehan.
Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari
kewajiban (obligation), atau dalam keadaan tertentu (misalnya, pajak dan
penghasilan), dalam jumlah kas (atau setara kas), yang diharapkan akan
dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usah yang
normal, dasar ini adalah dasar pengukuran yang lazim digunakan entitas
syariah dalam penyusunan laporan keuangan.
b. Biaya kini (current cost).
Aset dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas) yang seharusnya dibayar
bila aset yang sama atau setara aset diperoleh sekarang.
Kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yangtidak
didiskontokan (undiscounted) yang mungkin atas dipelukan untuk
menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang.

c. Nilai realisasi/penyelesaian (realizable/settlement value)


Aset dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang dapat diperoleh
sekarang dengan menjual aset dalam pelepasan normal (orderly disposal).
Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian: yaitu, jumlah kas (atau
setara kas) yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan
untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal. Dasar
pengukuran ini walaupun dapat digunakan tetapi tidak mudah untuk
diterapkan dalam kondisi saat ini. Mengingat manajemen harus menjamin
informasi yang disajikan adalah andal serta dapat dibandingkan
1.

Posisi keuangan entitas syariah, disajikan sebagai neraca.


Laporan ini menyajiakn informasi tentang sumber daya yang
dikendalikan. Likuiditas dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi
terhadap perubahan lingkungan. Laporan ini berguna untuk memprediksi
kemampuan perusahaan dimasa yang akan datang
2. Informasi kinerja entitas syariah, yang dapat disusun berdasarkan
definisi dana seperti seluruh sumber daya keuangan, modal kerja aset
likuid atau kas. Kerangka ini tidak mendefinisikan dana secara spesifik.
Akan tetapi, melaluii laporan ini dapat diketahui aktivitas investasi,
pendanaan dan operasi selama periode pelaporan.
3. Informasi lain, seperti laporan penjelasa tentang pemenuhan fungsi
sosial entitas syariah. Merupakan informasi yang tidak diatur secara
khusus tatapi relevan bagi pengambilan keputusan sebagai besar
pengguna laporan keuangan.
4. Catatan dan skedul tambahan, merupakan penampung dari informasi
tambahan yang relevan termasuk pengungkapan tentang resiko dan
ketidak pastian yang mempengeruhi entitas, informasi tentang segmen
industri dan geografi serta pengaruh perubahan harga terhadap entitas
juga dapat disajikan.
Unsur-unsur laporan keuangan bank syariah :
1. Laporan posisi keuangan( statement of financial position)
2. Laporan laba rugi (statement of income)
3. Laporan arus kas (statement of cashflows)
4. Laporan laba ditahan atau saldo laba (statement of retained earning)
5. Laporan perubahan dana investasi terikat (statement of change in
restricted investment)
6. Laporan sumber dan penggunaan dana zakat (statement of source and
use of fund in zakat)
7. Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan
Empat laporan pertamaa adalah unsur laporan keuangan yang sudah
dikenal selama ini secara konvensional, sedangkan tiga yang terakhir

bersifat khas. Ketiga laporan yang terakhir muncul akibat perbedaan


peran dan fungsi bank syariah, dibandingkan bank konvensional.
STANDAR AKUNTANSI
Standar Akuntansi
Dalam PSAK nomor 59 tentang Akuntansi Bank Syariah dijelaskan
beberapa pernyataan yang berkaitan dengan Akuntansi Murabahah
adalah sebagai berikut:
Bank sebagai Penjual
1. Pada saat perolehan, aktiva yang diperoleh dengan tujuan untuk dijual
kembali dalam murabahah diakui sebagai aktiva murabahah sebesar
biaya perolehan . (PSAK 59, Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 61)
2. Pengukuran aktiva murabahah setelah perolehan adalah sebagai
berikut:
a. aktiva tersedia untuk dijual dalam murabahah pesan mengikat:
(i) dinilai sebesar biaya perolehan; dan
(ii) jika terjadi penurunan nilai aktiva karena usang, rusak dan kondisi
lainnya, penurunan nilai tersebut diakui sebagai beban dan mengurangi
nilai aktiva
b. Apabila dalam murabahah tanpa pesanan atau murabahah pesanan
tidak mengikat terdapat indikasi kuat pembeli batal melakukan transaksi,
maka aktiva murabahah:
(i) dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat
direalisasi, mana yang lebih rendah; dan
(ii) jika nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya
perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian (PSAK 59, Akuntansi
Perbankan Syariah, paragraf 62)
3. Potongan pembelian dari pemasok diakui sebagai pengurang biaya
perolehan aktiva murabahah (PSAK 59, Akuntansi Perbankan Syariah,
paragraf 62)
4. Pada saat akad, piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan
aktiva murabahah ditambah keuntungan yang disepakati. Pada akhir
periode laporan keuangan, piutang murabahah dinilai sebesar nilai bersih
yang dapat direalisasi, yaitu jumlah piutang jatuh tempo dikurangi
penyisihan piutang diragukan. (PSAK 59, Akuntansi Perbankan Syariah,
paragraf 64).

5. Keuntungan murabahah diakui:


(a) pada periode terjadinya, apabila akad berakhir pada periode laporan
keuangan yang sama; atau
(b) selama periode akad secara proporsional, apabila akad melampaui
satu periode laporan keuangan. (PSAK 59, Akuntansi Perbankan Syariah,
paragraf 65)
6. Potongan Pelunasan dini diakui dengan menggunakan salah satu
metode berikut:
(a) jika potongan pelunasan diberikan pada saat penyelesaian, bank
mengurangi piutang murabahah dan keuntungan murabahah; atau
(b) jika potongan pelunasan diberikan setelah penyelesaian, bank terlebih
dahulu menerima pelunasan piutang murabahah dari nasabah, kemudian
bank membayar potongan pelunasan kepada nasabah dengan
mengurangi keuntungan murabahah. (PSAK, Akuntansi Perbankan
Syariah, paragraf 66).
7. Denda dikenakan apabila nasabah lalai dalam melakukan kewajibannya
sesuai dengan akad. Pada saat diterima, denda diakui sebagai bagian
dana sosial. (PSAK, Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 67).
8. Pengakuan dan pengukuran urbun (uang muka) adalah sebagai
berikut:
(a) urbun diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang
diterima bank pada saat diterima;
(b) pada saat barang jadi dibeli oleh nasabah, maka urbun diakui sebagai
pembayaran piutang; dan
(c) jika barang batal dibeli oleh nasabah, maka urbun dikembalikan
kepada nasabah setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya yang telah
dikeluarkan bank (PSAK, Akuntansi Perbankan Syariah, paragraf 68).
Potongan harga dari pemasok
Dewan Syariah Nasional menetapkan aturan berkaitan dengan potongan
harga yang diterima dari pemasok sebagaimana tertuang dalam Fatwa
nomor 16/ DSN-MUI/IX/2000 tentang Diskon dalam Murabahah, yang
mengatur ketentuan bahwa jika dalam jual beli murabahah LKS mendapat
potongan harga dari supplier, harga sebenarnya adalah harga setelah
potongan harga; karena itu, potongan harga adalah hak nasabah. Dilihat
dari segi bank syariah bahwa potongan harga tersebut mengurangi harga

pokok barang yang akan diperjualbelikan.


Uang Muka (Urbun)
Uang muka dalam murabahah dimaksudkan untuk bukti keseriusan dalam
pembelian barang tersebut. Uang muka tersebut dapat dilakukan oleh
bank kepada supplier maupun uang muka yang dapat diterima bank dari
pembeli.
Berkenaan dengan itu, dalam hal bank menerima uang muka dari
pembeli, dalam perlakuan akuntansinya diatur sebagai berikut:
(a) Urbun diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang
diterima bank pada saat diterima
(b) Pada saat barang jadi dibeli oleh nasabah maka urbun diakui sebagai
pembayaran piutang; dan
(c) Jika barang batal dibeli oleh nasabah, maka urbun dikembalikan
kepada nasabah setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya yang telah
dikeluarkan bank.

You might also like